Oleh :
Reynaldo Gazali, S.Ked
1930912310053
Penguji :
Prof. Dr. dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd, DLP
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. iv
DAFTAR TABEL……………….…………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERMASALAHAN
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 49
BAB V PENUTUP
ii
5.2 Saran………………..……....…………………….................... 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2020........................................................................................... 18
Berencana .................................................................................. 21
v
1.13 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas
Dasar ......................................................................................... 28
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Keadaan Geografis
1) Batas Wilayah
km2dari 13,37 km2 luas seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kotamadya
Selatan
dan TelagaBiru
1
2
besar terdiri dari bantaran sungai dan tanah rawa. Suhu udara rata-rata berkisar
31oC. Pada saat air pasang, sebagian daerah terendam air (pasang surut), terutama
pada wilayah yang berbatasan langsung dengan sungai, karena sesuai kondisi
tropis. Suhu rata-rata antara 25 sampai 38 derajat, curah hujan rata-rata 277,9 mm
perbulan, dengan jumlah hari hujan 156 hari selama satu tahun.
3) JangkauanTransportasi
dengan menggunakan alat transportasi darat, baik roda dua maupun roda empat.
Puskesmas ini terletak di daerah perkotaan sehingga mudah bagi pasien untuk
10 menit dengan kendaraan roda dua hingga 30 menit dengan jalan kaki.
B. Karakteristik Demografi
1) Distribusi Penduduk
adalah 26.172 jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja Puskesmas sebagai
berikut :
Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Basirih Baru Tahun 2020
13,400
12,930
13,300 0
13,200
13,100
12,881
13,000
12,900
12,800
L A K I - L AK I
Gambar 1.2 Grafik Distribusi Jumlah Penduduk menurut Jenis kelamin di wilayah
Puskesmas Basirih baru tahun 2020
4
atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 Km2. Menurut Undang-
undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah dapat
dengan kepadatan penduduk 7.170 jiwa/km 2. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa kedua kelurahan tersebut termasuk dalam kategori sangat padat. Hal ini
sangat berdampak kepada tingkat penyebaran suatu penyakit karena jarak rumah
yang berdekatan.
2) Berdasarkan Umur
Jenis Kelamin
No Kelompok Usia Jumlah Persentase
Laki-laki Perempuan
1 0-4 tahun 1.216 1.118 2.334 9,1%
2 5-9 tahun 1.213 1.145 2.358 9,2%
3 10-14 tahun 1.082 1.035 2.117 8,2%
4 15-19 tahun 1.050 1.060 2.110 8,2%
5 20-24 tahun 1.133 1.143 2.276 8,8%
6 25-29 tahun 1.090 1.034 2.124 8,2%
7 30-34 tahun 1.051 1.036 2.087 8,1%
8 35-39 tahun 1.010 1.054 2.064 8%
9 40-44 tahun 996 1.011 2.007 7,8%
10 45-49 tahun 892 827 1.719 6,7%
5
>75 tahun
70-74 tahun
65-69 tahun
60-64 tahun
55-59 tahun
50-54 tahun
45-49 tahun
40-44 tahun
35-39 tahun
30-34 tahun
25-29 tahun
20-24 tahun
15-19 tahun
10-14 tahun
5-9 tahun
0-4 tahun
1500
Laki-laki Perempuan
Gambar 1.3 Grafik Penduduk Berdasarkan Umur di Puskesmas Basirih Baru Tahun
2020
dengan rumusberikut:
14.387
𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100%
26.172
6
Keterngan:
P15-50 = Penduduk usia produktif (15-50 tahun)
rasio beban tanggungan atau disebut juga rasio tanggungan keluarga menggunakan
rumus berikut:
P0−18 + 𝑃55+
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑃15−50
7.867 X100%
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
18.305
Keterangan:
P0-18 = Penduduk usia muda (0-18 tahun)
produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah penduduk
usia produktif. Dari rumus diatas, dapat dihitung usia produktif masyarakat wilayah
kerja Puskesmas Basirih Baru adalah 54,9 % dan untuk rasio beban tanggungan
penduduk di Kelurahan Basirih menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel
1.3.
3. SD 5.017 21,44%
4) Berdasarkan Pekerjaan
memiliki pekerjaan swasta seperti buruh, karyawan pabrik, supir, dan lain-lain.
Basirih yang terbanyak adalah Buruh, Karyawan pabrik yang berjumlah 10.209
jiwa atau 43,62% dari jumlah penduduk. Pekerjaan penjahit, tenaga kesehatan
3. Pengrajin 37 0,16%
5. Penjahit 11 0,05%
8. Montir 32 0,14%
1. Identitas Puskesmas
2 . Kode : P6371030205
Banjarmasin
4. Telepon : 0511-4420343
Basirih.baru@gmail.com
1. Visi
2. Misi
terjangkau, danberkeadilan.
Masyarakat
Kondisi Jumlah
No. Sarana dan Prasana
R. Ringan R. Sedang Baik
1. Puskesmas 1 1
2. Puskesmas Pembantu 1 1
3. Pos Kesehatan Desa 1 6 7
12
4. Posyandu Balita 2 9 11
5. Posyandu Lansia 3 3
6. Rumah Dinas 1 1
7. Pusling Ambulance R4 1 1
8. Pusling Perahu Bermotor 0
9. Kendaraan R2 1 4 0 5
10. Kendaraan R3 0
Total 6 6 18 30
dan Posyandu Lansia yang baik dan dalam keadaan aktif. Puskesmas Pembantu
dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat beroperasi, kendaraan roda dua
yang mayoritas rusak berat sehingga tidak dapat optimal sebagai sarana
transportasi.
Berikut adalah keadaan tenaga di Puskesmas Basirih Baru pada tahun 2021-
YuliSusilowati, AMK
Lantai 2 terdiri dari Ruangan BP Anak, Ruangan Konsultasi Gizi & PKPR
1. Loket Kartu
4. Poli Gigi
5. Laboratorium
6. Apotik
7. Poli Gizi
17
Ruang
Tindakan POLI
Ruang
tunggu
Lantai 1
G. Sumber Dana
Tabel 1.7 Rincian Anggaran APBD Puskesmas Basirih Baru tahun 2020
yang terkait yang ada di Puskesmas. Program kerja Puskesmas tersebut meliputi:
pelaporan hasil kegiatan. Adapun hasik pelaksaan upaya pokok tersebut sebagai
berikut :
1. Promosi Kesehatan
Tabel 1.11 Capaian Program Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
3. Program Diare: Kasus diare yang klinis yang diobati 0 kasus, Penderita
diberi oralit sebanyak 357 kasus atau malaria diobati sesuai klinis 0 kasus
100% 5. Program Kusta: -
4. Program Malaria: - 6. P2 DBD: -
5. Program Kusta: Penemuan 7. P2 IMS dan HIV AIDS: -
tersangka kusta, Pengobatan penderita 8. P2 Rabies: Cuci Luka terhadap
kusta, Pemeriksaan kontak penderita, kasus gigitan HPR (0%)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit 9. P2 Filariasis: kasus filariasis yang
kusta. ditangani (0%)
6. P2 DBD: Angka bebas jentik, 10. Imunisasi: semua jenis imunisasi
Cakupan penyelidikan Epidemiologi PE, (23%-89,16%)
Kasus DBD yang ditangani 11. Surveilans: AFP (0%), KLB (0%)
7. P2 IMS dan HIV AIDS: Kasus
IMS yang diobati, Penanganan klien
dengan HIV AIDS, Penemuan penderita
HIV AIDS
8. P2 Rabies: -
9. P2 Filariasis: -
10. Imunisasi: Kampanye imunisasi
MR
11. Surveilans: Pelaporan STP dan
PWS KLB (W2)
Tabel 1.13 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru
tahun 2020
1400
1223
1200
1000
800 686
600
Series1 Series2
Tabel 1.15 Hasil Kegiatan Program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2020
Tabel 1.16 Hasil Kegiatan Program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2021
Terdapat kasus ISPA pada Balita di Puskesmas Basirih Baru 2021. Dari
jumlah total balita di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru sebanyak 2.334
ditemukan kasus Pneumonia sebanyak 528 pada tahun 2020, dan pada tahun 2021
dari jumlah total balita di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru sebanyak 2151
Tahun Jumlah Balita Balita Batuk / Pneumonia Batuk Bukan Jumlah Balita
Sukar Bernafas Pneumonia yang ditangani
sesuai standar
2020 2334 711 528 183 711
528
490
464
183
26
2020 2021
Gambar 1.9 Grafik Kasus Sesak Nafas, Pneumonia dan Bukan Pneumonia di
Puskesmas Basirih Baru tahun 2020 – 2021
Tabel 1.18 Hasil Kegiatan Program P2 ISPA di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2020
Penemuan kasus
1 Pneumonia dan 221 >95% 528 238% +143
pneumonia berat oleh perkiraan %
Puskesmas dan Kader
Jumlah kasus pneumonia
2 dan pneumonia berat yg 528 100% 528 100% 0%
ditangani sesuai standar
Tabel 1.19 Hasil Kegiatan Program P2 ISPA di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2021
Tabel 1.20 Survey Primer Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Dasar
1 Tinggi 1 12,5%
2 Rendah 7 87,5%
Tabel 1.21 Survey Primer Alasan ibu tidak membawa anaknya imunisasi
1 Pandemi 1 12,5%
5 Lain – lain 0 0%
pada tahun 2021 masih rendah yaitu 75,21% dari target satuan 93%. Selain itu
angka drop out imunisasi DPT/HB/Hib (1) – Campak, drop out DPT/HB/Hib (1) -
DPT/HB/Hib (3), dan drop out polio (1) - polio (4) melebihi dari target satuan <
5%. Sedangkan angka ISPA dari tahun 2020 – 2021 masih terbilang tinggi dari
pengetahuan tinggi sebanyak 1 orang (12,5%) dan alasan mengapa ibu tidak
(50%), Pandemi dan takut efek samping masing – masing sebanyak 1 responden
responden yang lupa sehingga hal ini bisa dikatakan bahwa rendahnya pengetahuan
ibu sehingga membuat ibu tidak memperhatikan dengan baik seberapa pentingnya
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak,
30
dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita
dalam 2 golongan yaitu: (1) ISPA non – Pneumonia: dikenal masyarakat dengan
istilah batuk pilek. (2) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti
kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi napas (napas cepat). ISPA yang berat
faktor lingkungan (polusi udara, asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, gas
buang sarana transportasi dan industri, kebakaran hutan) dan faktor individui (umur
anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, status imunisasi, riwayat pemberian
negara asia tenggara. Salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia adalah
pada pneumonia adalah pertusis dalam DPT dan campak yang termasuk dalam
31
imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 12-23 bulan menjadi 57,9%. 3
dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan Indonesia telah melakukan program
Pneumonia. Secara teori, dengan pemberian imunisasi dasar dengan lengkap dan
teratur, maka tubuh bayi atau anak-anak akan memiliki kekebalan sehingga mampu
terhadap penyebab pneumonia. Respon primer yang pertama kali muncul setelah
G (IgG).3
penyakit ISPA, seperti difteri, pertusis dan campak. Difteri merupakan suatu
penyakit yang mudah menular dan fokus organ yang diserang terutama traktus
pneumonia. Sama halnya dengan difteri, virus morbili penyebab campak juga
DPT untuk Difteri dan Pertusis dan imunisasi Campak untuk Campak. Imunisasi
penyakit tersebut dengan membentuk antibodi spesifik untuk penyakit yang telah
diimunisasi.4
negatif. Bakteri ini merupakan penyebab tersering pneumonia dan meningitis serta
beberapa keadaan serius lain yang berpotensi mengancam hidup seperti epiglotitis,
osteomyelitis, arthritis dan septikemia. Penyakit ini paling banyak menyerang anak
usia 4-18 bulan, dan jarang ditemukan pada bayi usia kurang dari 3 bulan atau pada
anak berusia lebih dari 5 tahun. Upaya untuk menurunkan resiko penyakit ISPA
dapat di lakukan, dengan cara pemberian Imunisasi dasar lengkap dan Hib dapat
Influenzae Type B (Hib) yang sering menyerang anak-anak berusia 3 bulan hingga
3 tahun, dan puncaknya pada anak usia 6-7 tahun. Infeksi Hib dapat menyebabkan
berbagai penyakit yang cukup serius pada selaput otak (meningitis), radang paru-
epiglotis atau katup tulang rawan di dalam tenggorokan yang menutup saat kita
menelan, agar makanan tidak masuk dalam tenggorokan). Anak berusia 5 tahun
yang tidak pernah mendapatkan vaksin Hib lengkap saat bayi, juga perlu
menyebabkan Pneumonia.6
33
yang dilakukan oleh Nasution et.al. di daerah urban di Jakarta tahun 2009,
Pneumonia pada balita . Hasil yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan
Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status
imunisasi yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih
dan pneumokokus.8,9
PERMASALAHAN
turut.
3. Tingginya angka drop out imunisasi DPT/HB/Hib (1) – Campak, drop out
DPT/HB/Hib (1) - DPT/HB/Hib (3), dan drop out polio (1) - polio (4), melebihi
4. Serta pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar lengkap serta bahaya dropout
5. Kurangnya kerja sama lintas program antar sektor P2 ISPA dan program
Imunisasi.
sebagai berikut:
a. Man:
34
35
kurang.
d. Method:
Eksternal : Belum adanya kerja sama antar lintas sektor antara P2 ISPA dan
pneumonia
Melalui data yang disajikan diatas, situasi yang dihadapi oleh Puskesmas
Basirih Baru dapat dianalisis sebab dan akibatnya memakai alat pemecahan
Internal :
cara yang digunakan Internal:
dalam menyampaikan Penanggung jawab
informasi kepada ibu program imunisasi
mengenai imunisasi dasar METHOD mempunyai tugas MAN
dan bahaya dropout rangkap di program
imunisasi dan lain. dan Kurangnya
hubungannya dengan pemberian informasi
Pneumonia yang masih dan edukasi dari
kurang aplikatif. tenaga imunisasi
Eksternal kepada masyarakat
Eksternal :
Belum adanya kerja sama Rendahnya pengetahuan
antar lintas sektor antara ibu terhadap imunisasi
P2 ISPA dan program dasar dan bahaya
imunisasi dalam dropout imunisasi dan
menurunkan angka hubungannya dengan
kejadian Pneumonia Pneumonia
Tingginya angka kejadian
Pneumonia
kurangnya
promosi
kesehatan
tentang imunisasi
dasar dan bahaya
media sosialisasi dropout
mengenai pentingnya Tidak ada masalah
imunisasi dan
Imunisasi dasar dan hubungannya
bahaya dropout dengan
imunisasi dan pneumonia
hubungannya dengan kepada
masyrakat, untuk
Pneumonia masih
menurunkan
kurang. angka kejadian
Pneumonia
masalah yang dihadapi serta tersedianya suatu cara atau metode untuk
d. Biaya (cost)
2. Tidak Murah
3. Cukup murah
4. Murah
5. Sangat murah
berikut:
M I V C M.I.V.C
1 MAN
Internal :
Penanggung jawab program 2 3 2 5 60 4
imunisasi mempunyai tugas
rangkap di program lain.
Kurangnya pemberian
informasi dan edukasi dari
tenaga imunisasi kepada
39
3 METHOD
Internal :
cara yang digunakan dalam
menyampaikan informasi
kepada ibu mengenai 4 5 2 2 80 3
imunisasi dasar dan bahaya
dropout imunisasi dan
hubungannya dengan
Pneumonia yang masih kurang
aplikatif.
Eksternal :
2 3 2 4 48 7
Belum adanya kerja sama antar
lintas sektor antara P2
Pneumonia dan program
imunisasi dalam menurunkan
angka kejadian ISPA
4 MARKET
Melalui data yang disajikan diatas, situasi yang dihadapi oleh puskesmas
Akibat
Masalah
Tingginya angka dropout Imunisasi
Penanggung jawab
media sosialisasi Rendahnya
program imunisasi
mengenai Imunisasi pengetahuan ibu
mempunyai tugas
Sebab
dasar dan bahaya terhadap imunisasi
rangkap di program
dropout imunisasi dasar dan bahaya
lain. Dan Kurangnya
masih kurang dropout imunisasi
pemberian informasi
beragam dan efektif dalam menurunkan
dari tenaga imunisasi
angka Kejadian
kepada masyarakat
Pneumonia
mengenai pentingnya
imunisasi
Belum adanya kerja
kurangnya promosi sama antar lintas
kesehatan tentang sektor untuk
imunisasi dasar dan menurunkan angka
cara yang digunakan bahaya dropout kejadian Pneumonia
dalam imunisasi kepada
menyampaikan masyrakat, sehingga
informasi kepada ibu berkurangnya
mengenai imunisasi edukasi kepada
dasar dan bahaya masyarakat
dropout imunisasi mengenai imunisasi
yang masih kurang untuk menurunkan
aplikatif. kejadian Pneumonia
PEMECAHAN MASALAH
41
42
melakukan imunisasi.
masyarakat untuk selalu melakukan Imunisasi dasar lengkap dan jangan sampai
dropout imunisasi
a. Magnitude :
4. Menyelesaikan masalah
b. Vunerability
c. Importancy
d. Cost
2. Tidak murah
3. Cukup murah
4. Murah
5. Sangat murah
tabel berikut :
Nilai
Masalah
Kriteria komposit Ranking
No
Prioritas
M V I C M.I.V.C
1 Melakukan pelatihan kepada
petugas Imunisasi atau bidan
untuk melakukan edukasi kepada
masyrakat yang imunisasi di
Puskesmas tentang pentingnya 4 2 4 4 128 1
Imunisai dalam mencegah
terjadinya pneumonia
terjadinya pneumonia.
1. Perencanaan (Planning)
a. Tujuan: Tujuan umum dari kegiatan ini adalah melakukan pelatihan dan
bidan
Pneumonia
2. Pengorganisasian
2. Pelaksanaan Kegiatann
1. Evaluasi
A. Jangka Pendek
penyakit pneumonia.
B. Jangka Menengah.
C. Jangka Panjang
infeksi seperti bakteri, virus, atau jamur. streptococcus pneumoniae adalah bakteri
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. 9
Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status
imunisasi yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih
dan pneumokokus.
posisi kedua penyakit terbanyak di Puskesmas Basirih Baru. Hal ini menyebabkan
karena Imunisasi dasar yang tidak lengkap atau dropout dikarenakan terdapat
pneumonia, seperti difteri, pertusis dan campak. Difteri merupakan suatu penyakit
49
50
yang mudah menular dan fokus organ yang diserang terutama traktus respiratorius
dengan difteri, virus morbili penyebab campak juga menyerang nasofaring dan pada
diimunisasi sendiri-sendiri yaitu, imunisasi DPT untuk Difteri dan Pertusis dan
dikatakan bahwa Imunisasi dasar lengkap dan dropout juga memiliki pengaruh
terhadap tingginya angka pneumonia yang terjadi di Puskesmas Basirih Baru. Hal
ini di dukung dengan suatu penelitian dimana Terdapat perbedaan yang bermakna
antara riwayat imuniasi dasar dan frekuensi pneumonia pada balita yang datang ke
Puskesmas Sekip Palembang tahun 2014 dengan nilai p value sebesar 0,037 dan
balita dengan riwayat imunisasi dasar tidak lengkap memiliki kecenderungan untuk
sering terkena pneumonia 2,161 kali lebih besar dibanding balita dengan riwayat
imunisasi sehingga dapat melakukan edukasi kepada warga yang imunisasi dengen
lengkap dan jelas, serta dapat memberdayakan kader karena puskesmas basirih baru
memilki jumlah kader di setiap posyandunya. Potensi kader yang ada dapat menjadi
Basirih Baru dapat disebabkan karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun
bahayanya dropout
Sejauh ini, kegiatan yang telah dilakukan puskesmas Basirih Baru dalam
Pembantu, Posyandu.
52
inspeksi, dan menghitung napas per menit), yang diikuti dengan pemberian
obat-obatan;
belum optimal. Adapun usaha yang perlu lebih digiatkan dan belum dilakukan oleh
dengan melibatkan lintas program yaitu kerja sama dengan program imunisasi
terkait dengan cakupan imunisas dasar lengkap dan dropout imunisasi dalam
PENUTUP
A. Kesimpulan
diderita oleh warga di wilyah kerja Puskesmas Basirih Baru. Berdasarkan data
penyakit pneumonia tahun 2021. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian
pneumonia adalah capaian Imunisasi Dasar lengkap yang rendah dan tingginya
B. Saran
pneumonia
53
DAFTAR PUSTAKA
5. Mulyani, N.S., & Rinawata, M. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta
54
LAMPIRAN
55
Nama : Y
Hasil Wawancara:
Jawab: masih rendahnya pengetahuan ibu serta di masa pandemi seperti ini masih
kejadian Pneumonia ?
Jawab: Menurut saya iya karena Imunisasi yang diberikan akan memperkuat daya
pneumonia ?
Jawab: Mungkin bisa dengan melakukan pelatihan petugas imunisasi dan kader
pneumonia
56
dikarenakan pandemik.
57
Nama : Ny. F
Jawab : Tidak
Jawab : Tidak
Jawab : tidak
4. Apakah ibu mengetahui bahwa imunisasi salah satu upaya pencegahan dari
pneumonia ?
6. Apa Alasan ibu tidak membawa anak ibu untuk melakukan imunisasi
Jawab :
a. Pandemi
b. SIbuk Bekerja
c. Ibu Lupa
e. Lain – lain
58