Anda di halaman 1dari 65

Status Ujian IKM REVISI

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN


KONSELING BIDAN PUSKESMAS MELALUI PELATIHAN
DALAM UPAYA MENURUNKAN ANGKA DROPOUT
IMUNISASI GUNA MENURUNKAN ANGKA KEJADIAN
PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BASIRIH
BARU

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Ujian Kepaniteraan Klinik


Ilmu Kesehatan Masyarakat Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
Reynaldo Gazali, S.Ked
1930912310053

Penguji :
Prof. Dr. dr. H. Syamsul Arifin, M.Pd, DLP

BAGIAN/LAB ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN ULM
BANJARMASIN
FEBRUARI, 2022
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

DAFTAR ISI …................................................…....................................…. ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. iv

DAFTAR TABEL……………….…………………………………………. vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Data Umum……………………..........……………………..... 1

1.2. Data Khusus.............................................................................. 22

1.3. Latar Belakang.......................................................................... 29

1.4. Tujuan Penulisan...................................................................... 33

BAB II PERMASALAHAN

2. 1 Identifikasi Masalah ..........................................................…... 34

2. 2 Identifikasi Penyebab Masalah ............................................... 34

2. 3 Prioritas Masalah .................................................................... 37

BAB III PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah.................................................. 41

3.2.Prioritas Pemecahan Masalah.................................................... 42

3.3 Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah............................. 45

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 49

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ………………………………...……………….... 53

ii
5.2 Saran………………..……....…………………….................... 53

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 55

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Basirih Baru ........................... 2

1.2 Grafik Distribusi Jumlah Penduduk menurut Jenis kelamin di

wilayah Puskesmas Basirih baru tahun 2020 ............................ 3

1.3 Grafik Penduduk Berdasarkan Umur di Puskesmas Basirih

Baru Tahun 2020....................................................................... 5

1.4 Grafik Distribusi Penduduk Kelurahan Basirih Menurut

Tingkat Pendidikan Tahun 2020 ............................................... 8

1.5 Grafik Distribusi Penduduk Kelurahan Basirih Menurut Jenis

Pekerjaan Tahun 2020............................................................... 10

1.6 Denah Puskesmas Basirih Baru. ............................................... 17

1.7 Grafik Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru tahun 2020 ......................................... 23

1.8 Grafik Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di

wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru tahun 2020. ................. 24

1.9 Grafik Kasus Sesak Nafas, Pneumonia dan Bukan

Pneumonia di Puskesmas Basirih Baru tahun 2020 – 2021...... 27

2.1 Diagram Fishbone ..................................................................... 38

2.2 Problem Tree mengenai tingginya angka kejadian ISPA di

Puskesmas Basirih Baru............................................................ 40

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan

Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Basirih Baru

Tahun 2020 ............................................................................... 3

1.2 Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Basirih Baru

Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2020 ....... 4

1.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Basirih Menurut Tingkat

Pendidikan Tahun 2020 .......................................................... 7

1.4 Jumlah Penduduk di Kelurahan Basirih Berdasarkan Jenis

Pekerjaan Tahun 2020............................................................... 4

1.5 Data Sarana dan Prasarana Puskesmas Basirih Baru ................ 11

1.6 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Basirih baru

Berdasarkan Tingkat Pendidikan .............................................. 15

1.7 Rincian Anggaran APBD Puskesmas Basirih Baru tahun

2020........................................................................................... 18

1.8 Capaian Program Promosi Kesehatan....................................... 19

1.9 Capaian Program Kesehatan Lingkungan. ................................ 20

1.10 Capaian Program Upaya Perbaikan Gizi .................................. 20

1.11 Capaian Program Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga

Berencana .................................................................................. 21

1.12 Capain Program P2M ................................................................ 21

v
1.13 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas

Basirih Baru tahun 2020 ........................................................... 22

1.14 Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru Tahun 2020 ....................................... 23

1.15 Hasil Kegiatan Program imunisasi di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru tahun 2020 ........................................ 24

1.16 Hasil Kegiatan Program imunisasi di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru tahun 2021 ........................................ 25

1.17 Data ISPA pada Balita Tahun 2020 – 2021 .............................. 27

1.18 Hasil Kegiatan Program P2 ISPA di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru tahun 2020 ......................................... 27

1.19 Hasil Kegiatan Program P2 ISPA di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru tahun 2021 ......................................... 28

1.20 Survey Primer Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi

Dasar ......................................................................................... 28

1.21 Survey Primer Alasan Ibu Tidak Melakukan Imunisasi .......... 28

2.1 Penentuan Prioritas Masalah .................................................... 40

3.1 Hasil Analisis Masalah Berdasarkan Metode SWOT .............. 43

3.2 Alternatif Pemecahan Masalah ................................................ 44

3.3 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah ................................. 47

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Data Umum

A. Keadaan Geografis

1) Batas Wilayah

Menurut geografis, Puskesmas Basirih Baru terletak di kecamatan

Banjarmasin Barat Kotamadya Banjarmasin yang memiliki luas wilayah 3,65

km2dari 13,37 km2 luas seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kotamadya

Banjarmasin, dengan batas wilayah :

- Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Mawar

- Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Mantuil dan Kelayan

Selatan

- Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Basirih Baru

dan TelagaBiru

- Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Teluk Tiram

1
2

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Basirih Baru.

2) Keadaan Tanah dan Iklim

Kondisi wilayah kerja Puskesmas basirih baru Kondisi wilayah sebagian

besar terdiri dari bantaran sungai dan tanah rawa. Suhu udara rata-rata berkisar

31oC. Pada saat air pasang, sebagian daerah terendam air (pasang surut), terutama

pada wilayah yang berbatasan langsung dengan sungai, karena sesuai kondisi

wilayah yang memiliki banyak anak sungai.

Iklim yang berpengaruh terhadap Puskesmas Basirih Baru adalah iklim

tropis. Suhu rata-rata antara 25 sampai 38 derajat, curah hujan rata-rata 277,9 mm

perbulan, dengan jumlah hari hujan 156 hari selama satu tahun.

3) JangkauanTransportasi

Wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru sebagian besar dapat dijangkau

dengan menggunakan alat transportasi darat, baik roda dua maupun roda empat.

Puskesmas ini terletak di daerah perkotaan sehingga mudah bagi pasien untuk

menemukan Puskesmas Basirih Baru dan dapat dijangkau dengan menggunakan

alat transportasi darat, lokasinya strategis karena tempat puskesmas Basirih


3

Baruberada di tengah kecamatan. Waktu tempuh dari desa ke Puskesmas berkisar

10 menit dengan kendaraan roda dua hingga 30 menit dengan jalan kaki.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa transportasi menuju

PuskesmasBasirih Baru mudah diakses.

B. Karakteristik Demografi

1) Distribusi Penduduk

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru tahun 2020

adalah 26.172 jiwa dengan perincian berdasarkan wilayah kerja Puskesmas sebagai

berikut :

Tabel 1.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Kelamin
di Wilayah Kerja Puskesmas Basirih Baru Tahun 2020

Jumlah Penduduk Persentase


NO Desa/Kelurahan Jumlah
Laki –
Perempuan (Jiwa) Laki – Perempuan
laki
laki
(jiwa)
1 Basirih 13.291 12.881 26.172
51% 49%
Total 13.291 12.881 26.172

DISTRIBUSI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN

13,400
12,930
13,300 0
13,200
13,100
12,881
13,000
12,900
12,800
L A K I - L AK I

Gambar 1.2 Grafik Distribusi Jumlah Penduduk menurut Jenis kelamin di wilayah
Puskesmas Basirih baru tahun 2020
4

Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan jumlah penduduk yang dibagi

atas luas wilayah sehingga di dapat jumlah penduduk tiap 1 Km2. Menurut Undang-

undang No.5 Tahun 1960, tingkat kepadatan penduduk di suatu daerah dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

 Tidak padat : kepadatan penduduk mencapai 50 orang/km2

 Kurang padat : kepadatan penduduk mencapai 51 - 250 orang/km 2

 Padat: kepadatan penduduk mencapai 250 - 400 orang/km2

 Sangat padat : kepadatan penduduk melebihi 401 orang/km 2

Berdasarkan undang-undang di atas, daerah Kelurahan Seberang Mesjid

dengan kepadatan penduduk 7.170 jiwa/km 2. Dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa kedua kelurahan tersebut termasuk dalam kategori sangat padat. Hal ini

sangat berdampak kepada tingkat penyebaran suatu penyakit karena jarak rumah

yang berdekatan.

2) Berdasarkan Umur

Tabel 1.2 Distribusi Jumlah Penduduk Kelurahan Basirih Baru Menurut


Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2020

Jenis Kelamin
No Kelompok Usia Jumlah Persentase
Laki-laki Perempuan
1 0-4 tahun 1.216 1.118 2.334 9,1%
2 5-9 tahun 1.213 1.145 2.358 9,2%
3 10-14 tahun 1.082 1.035 2.117 8,2%
4 15-19 tahun 1.050 1.060 2.110 8,2%
5 20-24 tahun 1.133 1.143 2.276 8,8%
6 25-29 tahun 1.090 1.034 2.124 8,2%
7 30-34 tahun 1.051 1.036 2.087 8,1%
8 35-39 tahun 1.010 1.054 2.064 8%
9 40-44 tahun 996 1.011 2.007 7,8%
10 45-49 tahun 892 827 1.719 6,7%
5

11 50-54 tahun 769 563 1.332 5,2%


12 55-59 tahun 642 622 1.264 4,9%
13 60-64 tahun 454 393 847 3,0%
14 65-69 tahun 264 230 494 1,9%
15 70-74 tahun 127 167 294 1,1%
16 >75 tahun 97 173 270 1,0%
Jumlah 13.291 12.881 26.172 100%

>75 tahun
70-74 tahun
65-69 tahun
60-64 tahun
55-59 tahun
50-54 tahun
45-49 tahun
40-44 tahun
35-39 tahun
30-34 tahun
25-29 tahun
20-24 tahun
15-19 tahun
10-14 tahun
5-9 tahun
0-4 tahun
1500

-1500 -1000 -500 0 500 1000

Laki-laki Perempuan

Gambar 1.3 Grafik Penduduk Berdasarkan Umur di Puskesmas Basirih Baru Tahun
2020

Usia produktif dalam suatu produktif yang dapat dihitung

dengan rumusberikut:

𝑃15 − 50 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 X 100%


𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘

14.387
𝑈𝑠𝑖𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 = 𝑥 100%
26.172
6

Keterngan:
P15-50 = Penduduk usia produktif (15-50 tahun)

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui dependency ratio atau

rasio beban tanggungan atau disebut juga rasio tanggungan keluarga menggunakan

rumus berikut:

P0−18 + 𝑃55+
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥100%
𝑃15−50

7.867 X100%
𝐷𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛𝑐𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
18.305

Keterangan:
P0-18 = Penduduk usia muda (0-18 tahun)

P55+ = Penduduk usia lanjut (55 tahun ke atas)

P15-50 = Penduduk usia produktif (15-50 tahun)

Dependency ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia tidak

produktif (penduduk usia muda dan penduduk usia lanjut) dengan jumlah penduduk

usia produktif. Dari rumus diatas, dapat dihitung usia produktif masyarakat wilayah

kerja Puskesmas Basirih Baru adalah 54,9 % dan untuk rasio beban tanggungan

(dependency ratio) sebesar 42.9%. Berdasarkan perhitungan ini, besar kesempatan

masyarakat usia produktif di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru untuk

meningkatkan perekonomian apabila ditunjang dengan pekerjaan yang produktif

serta angka beban tanggungan yang lebih rendah.


7

3) Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah sarana sekolah Taman Kanak-Kanak dan PAUD adalah 11 buah,

Sekolah Dasar/Sederajat 5 buah, Sekolah Menengah Pertama/Sederajat 5 buah,

Sekolah Menengah Atas/Sederajat 3 buah, serta Pesantren sebanyak 1 buah.

Pendidikan terbanyak penduduk di Kelurahan Basirih adalah SMA yakni

sebesar 24,15% dari jumlah penduduk. Sedangkan yang tidak menamatkan

pendidikan SD sebesar 13,59% dari jumlah penduduk. Data distribusi jumlah

penduduk di Kelurahan Basirih menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel

1.3.

Tabel 1.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Basirih Menurut Tingkat Pendidikan


Tahun 2020

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

1. Belum sekolah 3.043 13,00%

2. Tidak tamat SD 3.180 13,59%

3. SD 5.017 21,44%

4. SMP 5.629 24,05%

5. SMA 5.651 24,15%

6. Sarjana (DIII, S-1, S-2) 883 3,77%


8

DISTRIBUSI PENDUDUK MENURUT TINGKAT


Grafik 1.5 Grafik DistribusiPENDIDIKAN
Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sei Mesa Tahun 2020
6000 5629 5651
5017
Berdasarkan data diatas penduduk di wilayah kerja puskesmas sei mesa
5000

4000 paling banyak merupakan lulusan SLTA/sederajat, hal tersebut dapat


3043 3180
3000
dimanfaatkan agar membantu program puskesmas. Selain itu tingkat
2000
pemahamannya juga lebih baik, sehingga lebih mudah untuk dilakukan883
usaha
1000

0 promotif dan preventif.


BELUM TIDAK SD SMP SMA SARJANA
SEKOLAH TAMAT SD ( D I I I , S 1 ,S 2 )
4) Berdasarkan Pekerjaan

Gambar 1.4 Grafik Distribusi Penduduk Kelurahan Basirih Menurut Tingkat


Pendidikan Tahun 2020

4) Berdasarkan Pekerjaan

Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Basirih baru pada umumnya

memiliki pekerjaan swasta seperti buruh, karyawan pabrik, supir, dan lain-lain.

Distribusi penduduk Kelurahan Basirih menurut Jenis Pekerjaan dapat dilihat

pada tabel 1.4.

Dari tabel 1.4 dapat dilihat jenis pekerjaan penduduk di Kelurahan

Basirih yang terbanyak adalah Buruh, Karyawan pabrik yang berjumlah 10.209

jiwa atau 43,62% dari jumlah penduduk. Pekerjaan penjahit, tenaga kesehatan

dan PNS sangat kecil jumlahnya dibandingkan buruh.

Tabel 1.4 Jumlah Penduduk di Kelurahan Basirih Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Tahun 2020

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persen

1. Belum bekerja 1.225 5,23%


9

2. Buruh, karyawan pabrik 10.209 43,62%

3. Pengrajin 37 0,16%

4. Pedagang 107 0,46%

5. Penjahit 11 0,05%

6. Tukang 117 0,50%

7. Nelayan, Peternak, Petani 66 0,28%

8. Montir 32 0,14%

9. Tenaga Kesehatan 19 0,08%

10. Supir 131 0,56%

11. TNI, POLRI 74 0,32%

12. Pengusaha 24 0,10%

13. Pengurus rumah tangga 3.977 16,00%

14. Pelajar, Mahasiswa 3.019 12,90%

15. Tidak bekerja 3.991 17,05%

16. Pegawai Negri Sipil 364 1,56%

Jumlah 23.403 100%


10

Data Jumlah Penduduk di Kelurahan Basirih


Berdasarkan Jenis Pekerjaan
12000 10209
10000
8000
6000
3977 3991
4000 3019
2000 1225
37 107 11 117 66 32 19 131 74 24 364

Gambar 1.5 Grafik Distribusi Penduduk Kelurahan Basirih Menurut Jenis


Pekerjaan Tahun 2020.

C. Gambaran Puskesmas Basirih Baru

1. Identitas Puskesmas

1. Nama : Puskesmas Basirih baru

2 . Kode : P6371030205

3. Alamat : Jl. Purnasakti Komplek Permatasari Rt. 36 No. 41 A

Banjarmasin

4. Telepon : 0511-4420343

5. Email : pkmbjm_basirihbaru@yahoo.co.id dan

Basirih.baru@gmail.com

6. Wilayah Kerja : Kelurahan Basirih


11

2. Visi, Misi, da Motto Puskesmas Basirih Baru

1. Visi

Visi Puskesmas Basirih Baru adalah Kayuh Baimbai Menuju

BanjarmasinBAIMAN (Bertaqwa, Aman, Indah, Maju, Amanah)

2. Misi

Misi Puskesmas Basirih Baru adalah

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata,

terjangkau, danberkeadilan.

b. Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan

kesehatann yang optimal baik individu, keluarga, dan masyarakat.

c. Mendorong kemandirian dan perilaku sehat bagi masyarakat di

wilayahkerja puskesmas Basirih Baru

d. Menggerakkan peran aktif masyarakat mewujudkan lingkungan yang


sehat

3. Motto Puskesmas Basirih Baru adalah “TERPIKAT”: Terbaik Pilihan

Masyarakat

D. Sarana Kesehatan, sarana dan prasarana Pendukung

Data sarana dan Prasarana Puskesmas Basirih Baru Terdiri dari :

Tabel 1.5 Data Sarana dan Prasarana Puskesmas Basirih Baru

Kondisi Jumlah
No. Sarana dan Prasana
R. Ringan R. Sedang Baik
1. Puskesmas 1 1
2. Puskesmas Pembantu 1 1
3. Pos Kesehatan Desa 1 6 7
12

4. Posyandu Balita 2 9 11
5. Posyandu Lansia 3 3
6. Rumah Dinas 1 1
7. Pusling Ambulance R4 1 1
8. Pusling Perahu Bermotor 0
9. Kendaraan R2 1 4 0 5
10. Kendaraan R3 0
Total 6 6 18 30

Puskesmas Basirih Baru memiliki cukup Pos Kesehatan Desa, Posyandu

dan Posyandu Lansia yang baik dan dalam keadaan aktif. Puskesmas Pembantu

dalam keadaan rusak berat sehingga tidak dapat beroperasi, kendaraan roda dua

yang mayoritas rusak berat sehingga tidak dapat optimal sebagai sarana

transportasi.

E. Tenaga Kesehatan 2021/2022

Berikut adalah keadaan tenaga di Puskesmas Basirih Baru pada tahun 2021-

2022. Susunan organisasi Puskesmas adalah sebagai berikut :

- Kepala Puskesmas : dr. Sismiyati

- Kasubbag Tata Usaha : Selamat Hariadi

- Koordinator UKM Esensial : Romauli Silalahi, Amd. Keb.

a. Promosi kesehatan : Slamet Riyadi.

b. Kesehatan Lingkungan : Syahrian, Amd. Kes.

c. KIA-KB UKM : Hj. Rita Mahrita, AM. Keb.

d. Gizi UKM : Nur Fadhillah, SKM.


13

e. P2M : Muhammad Ramli Adi,


AMd.Kep.

f. PHN : Ima Septiana, AMK.

- Koordinator UKM Pengembangan : dr Jaidah

a. Kesehatan Jiwa : dr. Jaidah.

b. Kesehatan Gigi Masyarakat : Mahrita, AMKg.

c. Kesehatan Tradisional : Akhmad Fakhriadi, S.Far,


Apt.

d. Kesehatan Olah Raga : Yulinar Handayati, Amd. Far .

e. Kesehatan Indra : dr. Saidah Khalisa.

f. Kesehatan Lansia : Sri Indrawati Wardani,


A.Md.Farm.

g. Kesehatan Kerja : Rahmadi, SKM.

h. Kesehatan Lainnya : dr. Jaidah.

- Koordinator UKP : dr. Saidah Khalisa.

a. Pemeriksaan Umum : dr. Saidah Khalisa.

b. Kesehatan Gigi dan Mulut : Ruhyati, SST.


14

c. KIA-KB UKP : Diyang Haraty Bi Barito,SST.

d. Pelayanan Gawat Darurat : Muhammad Ramli Adi


AMD. Kep .

e. Pelayanan Gizi UKP : Nur Fadhilah, SKM.

f. Pelayanan Persalinan : Hj. Rita Mahrita, AM.Keb.

g. Pelayanan Farmasi : Akhmad Fakhriadi, S.Far,Apt

h. Pelayanan Laboratorium : Menik Astri Wahyuning,


AMd.Ak.

- Koordinator Jar. Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasyankes :

YuliSusilowati, AMK

a. Puskesmas Pembantu : Muhammad Ramli Adi,


Amd. Kep.

b. Puskesmas Keliling : Sri Indrawati Wardani,


AMd.Ak.

c. Bidan Kelurahan : Stevy Kumboti, AM.Keb.

d. Jejaring Fasyankes : Hj. Rita Mahrita, AM. Keb .


15

Tabel 1.6 Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Basirih baru Berdasarkan


Tingkat Pendidikan
No Jenis Pendidikan Tingkat pendidikan Jumlah Keterangan

1 Kedokteran Umum Strata-1 + Profesi 3 org 3 PNS


(Kepala
Puskesmas)
2 Kedokteran Gigi Strata-1 1 org Pinjaman
3 Apoteker Strata-1 + Profesi 1 org
4 Kesehatan Strata-1 2 org 1 Kontrak
1 ASN
Masyarakat

5 Kebidanan Diploma IV 1 org


Diploma III 4 org

6 Keperawatan Diploma III 7 org 1 Ners, 1 D3


(Kontrak)
7 Nutrisionis Diploma IV 2 org 1 Kontrak 1 ASN
8 Sanitarian Diploma I 1 org
9 Perawat Gigi Diploma IV 1 org
Diploma III 1 org

10 Analis Kesehatan Diploma III 1 org


11 Asisten Apoteker SMF 2 org 1 kontrak 1 ASN
12 Verifikator Keuangan Diploma III 1 org 1 Kontrak
13 Pekarya SMA 1 org Kasubag TU
14 Tenaga Honor SAP (S1) 1 org TKS
SMA 1 org Satpam
SMK 1 org CS
15 Peregister Loket SMA 2 org Tenaga Kontrak
JUMLAH 34 orang

Berdasarkan struktur organisasi dan tabel di atas terlihat jabatan di

Puskesmas dipegang oleh orang yang sesuai dengan kompetensi perindividu

direlasikan dengan pendidikannya. Namun , jumlah penanggung jawab program


16

puskesmas masih terbatas, sehingga ada beberapa pegawai yang mengelola

lebih dari satu program Puskesmas.

F. Denah Alur Kerja

Gedung Pelayanan Puskesmas Lantai 1 terdiri dari Ruangan Loket

Umum, Ruangan Apotek, Ruangan BP Umum, Ruangan Tindakan, Ruangan

KIA, Ruangan BP Gigi, Laboratorium sederhana, Ruangan Tunggu Pasien,

Gudang Obat, WC Umum, WC Karyawan). Dan Gedung pelayanan Puskesmas

Lantai 2 terdiri dari Ruangan BP Anak, Ruangan Konsultasi Gizi & PKPR

Ruangan Kepala Puskesmas, Ruangan Tata Usaha, Ruang Diskusi, Rg

Imunisasi, dan Rg Gizi.

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, Puskesmas Basirih Baru

memiliki alur kerja sebagai berikut:

1. Loket Kartu

2. Poli (Umum, Anak, ISPA)

3. Poli KIA, KB, Imunisasi

4. Poli Gigi

5. Laboratorium

6. Apotik

7. Poli Gizi
17

Ruang
Tindakan POLI

Ruang
tunggu

Lantai 1

Gambar 1.6. Denah Puskesmas Basirih Baru.


18

G. Sumber Dana

Presentase anggaran kesehatan dalam APBD kabupaten/Kota dan

alokasi anggaran kesehatan pemerintah per-Kapita per-Tahun dilampirkan

dalam tabel 1.7

Tabel 1.7 Rincian Anggaran APBD Puskesmas Basirih Baru tahun 2020

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah
ANGGARAN KESEHATAN
BERSUMBER:
1 APBD KAB/KOTA
a. Belanja Langsung 147.698.000
b. Belanja Tidak Langsung
2 APBD PROVINSI -
- Dana Tugas Pembantuan (TP)
Provinsi
3 APBN :
- Dana Alokasi Umum (DAU)
- Dana Alokasi Khusus (DAK) / BOK 436,412,500
- Dana Dekonsentrasi
- Dana Tugas Pembantuan
Kabupaten/Kota
- Lain-lain
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 584.110.500.
H. Program Kerja

Dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas Basirih Baru melaksanakan

program kerja Puskesmas secara terpadu, artinya dalam melaksanakan kegiatan

yang ada di Puskesmas dilaksanakan secara bersama-samadengan program lain

yang terkait yang ada di Puskesmas. Program kerja Puskesmas tersebut meliputi:

1) Program Upaya Kesehatan Wajib :

a) PromosiKesehatan Masyarakat (Promkes)

b) Program Kesehatan Lingkungan (Kesling)

c) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB)


19

d) Program Upaya Perbaikan Gizi

e) P2M (Pemberantasan Penyakit Menular)

2) Program Upaya Pengembangan :

a) Usaha Kesehatan Sekolah

b) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

c) Upaya Kesehatan Usia Lanjut

d) Upaya Kesehatan Mata

e) Upaya Kesehatan Jiwa

f) Perawatan Kesehatan Masyarakat

g) Bina Kesehatan Kerja

3) Program Penunjang Diagnostik:

a) Program Pelayanan Laboratorium Sederhana.

4) Pelayanan Administrasi dan Tata Usaha

Program-program tersebut dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung

puskesmas,yaitu dengan melaksanakan pelayanan dan pencatatan kegiatan serta

pelaporan hasil kegiatan. Adapun hasik pelaksaan upaya pokok tersebut sebagai

berikut :

1. Promosi Kesehatan

Tabel 1.8 Capaian Program Promosi Kesehatan

Mencapai Target Tidak Mencapai Target

1. Penyuluhan PHBS di institut 1. Penyuluhan PHBS di institusi rumah


Pendidikan, sarana Kesehatan, tangga (86,68%), tempat-tempat umum
tempat-tempat kerja (75,76%), Pesantren (75%).
2. Promosi kesehatan kepada masyarakat 2. Pembinaan UKS: jumlah dokter kecil
dengan keliling dan kelompok (93,10%), jumlah dokter remaja
3. Kelurahan Siaga Aktif (89,52%), dan kunjungan tempat
Kesehatan ke Sekolah (75%)
20

4. Tingkat kemandirian Posyandu


Purnama, Madya, serta keaktifan
Kader Posyandu
5. Pembinaan UKS: jumlah sekolah yang
melaksanakan UKS dan jumlah guru
pembina UKS

2. Capaian Program Kesehatan Lingkungan

Tabel 1.9 Capaian Program Kesehatan Lingkungan

Mencapai Target Tidak Mencapai Target

1. Pembinaan UKS: jumlah dokter kecil 1. Penyuluhan PHBS di institusi


(93,10%), jumlah dokter remaja rumah tangga (86,68%), tempat-tempat
(89,52%), dan kunjungan tempat umum (75,76%), Pesantren (75%).
Kesehatan ke Sekolah (75%) 2. Pembinaan UKS: jumlah dokter
2. Pengawasan sanitasi TTU: ispeksi kecil (93,10%), jumlah dokter remaja
sanitasi (89,52%), dan kunjungan tempat
3. Kunjukan ke klinik sanitasi Kesehatan ke Sekolah (75%)
4. Jumlah kelurahan yang melaksanakan
STBM

3. Capaian Program Upaya Perbaikan Gizi

Tabel 1.10 Capaian Program Upaya Perbaikan Gizi

Mencapai Target Tidak mencapai target

1. Kunjungan neonatus pertama (KN1) 1. Bumil KEK yang mendapat PMT


(34%)
2. Bumil mendapat tablet tambah darah
(TTD) (71%)
3. Bayi usia kurang dari 6 bulan yang
mendapat ASI eksklusif (85%)
4. Bayi baru lahir mendapat Inisiasi
menyusui dini (IMD) (85,6%)
5. Remaja putri yang mendapat TTD
(35%)
6. Distribusi Vitamin A: Pada bayi 6-11
bulan (83,9%), balita 12-59 bulan
(78.8%)
7. Distribusi tablet besi: Fe1 pada ibu
hamil (93%), Fe3 ibu hamil (46,5%)
21

4. Capaian Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana

Tabel 1.11 Capaian Program Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana

Mencapai target Tidak Mencapai Target

1. Kesehatan Bayi: Penanganan dan 1. Kesehatan ibu: Pelayanan kesehatan bagi


rujukan neonatus resiko tinggi, ibu hamil (92%), Drop out K4-K1 dengan
Cakupan kunjungan neonatus (KN) (76%), Pelayanan persalinan oleh nakes
2. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah yang mempunyai kompetensi kebidanan
dan Remaja: Pelayanan kesehatan (76%), Pelayanan nifas lengkap (ibu dan
anak SD oleh nakes atau anggota neonatus) sesuai standar (KN3) (75%),
terlatih atau guru UKS atau dokter Pelayanan dan atau rujukan bumil resiko
kecil tinggi atau komplikasi (75%).
3. Akseptor KB aktif di Puskesmas (CU) 2. Kesehatan Bayi: Cakupan BBLR
dengan pencapaian 135% ditangani MTBM (1,2%), Cakupan
kunjungan bayi (71,4%)
3. Upaya Kesehatan Balita dan Anak:
Pelayanan deteksi dan stimulasi dini
tumbuh kembang balita (kontak pertama)
(98%), Pelayanan deteksi dan stimulasi
dini tumbuh kembang anak pra sekolah
(44%)
4. Upaya Kesehatan Anak Usia Sekolah dan
Remaja: Cakupan pelayanan kesehatan
remaja (79%)
5. Penjaringan anak sekolah: Jumlah murid
kelas 1 SD UKS yang diperiksa (32,7%),
Jumlah murid kelas 1 SMP UKS yang
diperiksa (58,4%), Jumlah murid kelas 1
SMA UKS yang diperiksa (90.6%)

5. Capaian Program P2M

Tabel 1.12 Capain Program P2M

Mencapai Target Tidak Mencapai Target

1. P2 ISPA: Kasus pneumonia berat 1. P2 ISPA: Penemuan kasus


tidak ada yang ditangani Pneumonia oleh petugas kesehatan
2. P2 TB PARU: Case detection rate sebanyak 464 kasus (132%)
(CDR) TB, Penderita TB yang sembuh 2. P2 TB: -
sebanyak 18 orang atau 94,44% (mencapai 3. Program Diare: Penemuan kasus
target >85% kasus), Konversi pasien TB diare sebanyak 532 kasus atau 67%
paru sebanyak 10 kasus (mencapai target 4. Program Malaria: Pemeriksaan
>80%) sediaan darah (SD) pada penderita malaria
klinis sebanyak 0 kasus, Penderita malaria
22

3. Program Diare: Kasus diare yang klinis yang diobati 0 kasus, Penderita
diberi oralit sebanyak 357 kasus atau malaria diobati sesuai klinis 0 kasus
100% 5. Program Kusta: -
4. Program Malaria: - 6. P2 DBD: -
5. Program Kusta: Penemuan 7. P2 IMS dan HIV AIDS: -
tersangka kusta, Pengobatan penderita 8. P2 Rabies: Cuci Luka terhadap
kusta, Pemeriksaan kontak penderita, kasus gigitan HPR (0%)
Pencegahan dan pemberantasan penyakit 9. P2 Filariasis: kasus filariasis yang
kusta. ditangani (0%)
6. P2 DBD: Angka bebas jentik, 10. Imunisasi: semua jenis imunisasi
Cakupan penyelidikan Epidemiologi PE, (23%-89,16%)
Kasus DBD yang ditangani 11. Surveilans: AFP (0%), KLB (0%)
7. P2 IMS dan HIV AIDS: Kasus
IMS yang diobati, Penanganan klien
dengan HIV AIDS, Penemuan penderita
HIV AIDS
8. P2 Rabies: -
9. P2 Filariasis: -
10. Imunisasi: Kampanye imunisasi
MR
11. Surveilans: Pelaporan STP dan
PWS KLB (W2)

1.2 Data Khusus

1. Sepuluh Penyakit Terbanyak

Tabel 1.13 Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru
tahun 2020

NO Kode Nama Penyakit Jumlah %


Penyakit
1 110 Hipertensi Essensial 1223 18,67
2 JO6 ISPA 686 10,47
3 K30 Dispepsia 264 4,03
4 E14 Diabetes Melitus 260 3,97
5 K29 Gastritis 245 3,74
6 R51 Sakit Kepala 231 3,53
7 AO9 Diare 220 3,36
8 R50 Demam 431 2,98
9 L30 Dermatitis 424 2,96
10 M13 Artristis 165 2,52
23

1400
1223
1200

1000

800 686
600

400 264 260 245 231 220 195 194 165


200
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
Diabete
Hyperte Sakit
Dispeps s Gastriti Diare Demam Dermati Artristis
nsi Jo6 Kepala
ia (K30) Melitus s (K29) (Ao9) (R50) tis (L30) (M13)
(110) (R51)
(E14)
Series1 1223 686 264 260 245 231 220 195 194 165
Series2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Nama Penyakit

Series1 Series2

Gambar 1.7 Grafik Sepuluh penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas


Basirih Baru tahun 2020

2. Sepuluh Obat dengan Penggunaan Terbanyak

Tabel 1.14 Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di wilayah kerja


Puskesmas Basirih Baru Tahun 2020

No. Obat Pemakaian


1 Parasetamol tablet 500 mg 30.966

2 Vit B Komplek tablet 19.245


3 Amplodipin 5 mg 18.942

4 Ferro Folat tab sal selaput 200 mg+0,25 mg 18.760

5 Klorfeniramin malet (CTM) tab 4 mg 16.109


24

6 Vitamin B12 tab 15.43

7 Antasida doen tab kombinasi 13.545

8 Amoksisilin 500 mg kaplet 12.923

9 Hemafort tab 12.382

10 Asam Askorbat (vit C) tab 50mg 11.077

10 Obat Terbanyak di Puskesmas Basirih Baru


35.000
30.000
25.000
20.000
15.000
10.000
5.000
0

Gambar 1.8 Grafik Sepuluh Obat dengan penggunaan terbanyak di wilayahkerja


Puskesmas Basirih Baru tahun 2020.

3. Data Program Imunisai

Tabel 1.15 Hasil Kegiatan Program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2020

Sasaran Target Realisasi


No Jenis Imunisasi Selisih
Angka Persen
1 489 95% -
Imunisasi HB O <7 hari 436 89.16%
bayi 5,84%
2 489 95% -
Imunisasi BCG 392 80,16%
bayi 14,84%
3 Imunisasi DPT-HB Hib 489 95% -
308 62,99%
bayi 32,01%
1
25

4 Imunisasi DPT-HB Hib 489 95% -


342 69,94%
bayi 25,06%
2
5 Imunisasi DPT-HB Hib 489 95% -
395 80,78%
bayi 14,22%
3
6 489 95% -
Imunisasi Polio 1 392 80,16%
bayi 14,84%
7 489 95% -
Imunisasi Polio 2 308 62,99%
bayi 33,01%
8 489 95% -
Imunisasi Polio 3 342 69,94%
bayi 25,06%
9 489 95% -
Imunisasi Polio 4 395 80,78%
bayi 14,22%
10 489 95% -
Imunisasi Campak/MR 298 60,94%
bayi 34,06%
11 Imunisasi Dasar 489 93% -
347 70,96%
Lengkap bayi 22,04%
12 Imunisasi DPT-HB Hib 489 70% - 28,08%
205 41,92%
Baduta baduta
13 Imunisasi Campak 489 70% - 46,89%
113 23,11%
Baduta baduta
14 Imunisasi DT pada 489 >98 -
202 41,31%
anak kelas 1 SD % 56,69%
15 Imunisasi TD pada 489 >98 -
187 38,24%
anak kelas 2 SD 59,76%
16 Imunisasi TT2+ pada 489 80% -
238 48,67%
ibu hamil 31,33%
17 Imunisasi (kampanye) 489
MR usia 9 bulan-15 >98 -
2191 448,06
Tahun % 350,06%
%
18 Drop out DPT/HB/Hib 489 <5% 141 28,83% +23,83%
(1)-DPT/HB/Hib (3)
19 Drop out DPT/HB/Hib 489 <5% 145 29,65% +24,65%
(1)- Campak
20 Drop out Polio (1)- 489 <5% 141 28,83 +23,83
Polio (4)

Tabel 1.16 Hasil Kegiatan Program imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2021

Sasara Target Realisasi


No Jenis Imunisasi Selisih
n Angka Persen
1 468 95% - 23,42%
Imunisasi HB O <7 hari 335 71,58%
bayi
26

2 468 95% - 15,30%


Imunisasi BCG 373 79,70%
bayi
3 Imunisasi DPT-HB Hib 1 468 95% - 28,97%
309 66,02%
bayi
4 Imunisasi DPT-HB Hib 468 95% - 24,05%
332 70,94%
bayi
2
5 Imunisasi DPT-HB Hib 468 95% - 12,73%
385 82,26%
bayi
3
6 468 95% - 15,30%
Imunisasi Polio 1 373 79,70%
bayi
7 468 95% - 28,97%
Imunisasi Polio 2 309 66,02%
bayi
8 468 95% - 24,05%
Imunisasi Polio 3 332 70,94%
bayi
9 468 95% - 12,73%
Imunisasi Polio 4 385 82,26%
bayi
10 468 95% - 17,78%
Imunisasi Campak/MR 352 75,21%
bayi
11 Imunisasi Dasar 468 93% - 17,78%
352 75,21%
Lengkap bayi
12 Imunisasi DPT-HB Hib 472 70% - 26,56%
205 43,43%
Baduta baduta
13 Imunisasi Campak 472 70% - 46,06%
113 23,94%
Baduta baduta
14 Drop out DPT/HB/Hib 468 <5% 139 29,70% +24,20%
(1)-DPT/HB/Hib (3)
15 Drop out DPT/HB/Hib 468 <5% 142 30,34% +25,34%
(1)- Campak
16 Drop out Polio (1)- 468 <5% 139 29,70% +24,20%
Polio (4)

4. Kasus ISPA pada Balita di Puskesmas Basirih Baru 2021

Terdapat kasus ISPA pada Balita di Puskesmas Basirih Baru 2021. Dari

jumlah total balita di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru sebanyak 2.334

ditemukan kasus Pneumonia sebanyak 528 pada tahun 2020, dan pada tahun 2021

dari jumlah total balita di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru sebanyak 2151

ditemukan kasus pneumonia sebanyak 464.


27

Tabel 1.7 Data ISPA pada Balita Tahun 2020 – 2021

Tahun Jumlah Balita Balita Batuk / Pneumonia Batuk Bukan Jumlah Balita
Sukar Bernafas Pneumonia yang ditangani
sesuai standar
2020 2334 711 528 183 711

2021 2151 490 464 26 490

GRAFIK KASUS SESAK NAFAS,


PNEUMONIA DAN BUKAN PNEUMONIA
DI PUSKESMAS BASIRIH BARU 2020 -
2021
Balita Batuk/Sukar Bernafas Pneumonia Batuk Bukan Pneumonia
711

528

490

464
183

26

2020 2021

Gambar 1.9 Grafik Kasus Sesak Nafas, Pneumonia dan Bukan Pneumonia di
Puskesmas Basirih Baru tahun 2020 – 2021

Tabel 1.18 Hasil Kegiatan Program P2 ISPA di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2020

Sasaran Target Realisasi


No Variabel Kegiatan Selisih
Angka Persen
28

Penemuan kasus
1 Pneumonia dan 221 >95% 528 238% +143
pneumonia berat oleh perkiraan %
Puskesmas dan Kader
Jumlah kasus pneumonia
2 dan pneumonia berat yg 528 100% 528 100% 0%
ditangani sesuai standar

Tabel 1.19 Hasil Kegiatan Program P2 ISPA di wilayah kerja Puskesmas Basirih
Baru tahun 2021

Sasaran Target Realisasi


No Variabel Kegiatan Selisih
Angka Persen
Penemuan kasus
1 Pneumonia dan 204 >95% 464 227% +132
pneumonia berat oleh perkiraan %
Puskesmas dan Kader
Jumlah kasus pneumonia
2 dan pneumonia berat yg 464 100% 464 100% 0%
ditangani sesuai standar

Tabel 1.20 Survey Primer Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Dasar

NO Tingkat Pengetahuan Jumlah Presentase

1 Tinggi 1 12,5%

2 Rendah 7 87,5%

Tabel 1.21 Survey Primer Alasan ibu tidak membawa anaknya imunisasi

NO Alasan Jumlah Presenatse

1 Pandemi 1 12,5%

2 Sibuk Bekerja 2 25%

3 Ibu Lupa 4 50%

4 Takut Efek samping 1 12,5%


29

5 Lain – lain 0 0%

Berdasarkan data di atas ditemukan bahwa angka Imunisasi dasar lengkap

pada tahun 2021 masih rendah yaitu 75,21% dari target satuan 93%. Selain itu

angka drop out imunisasi DPT/HB/Hib (1) – Campak, drop out DPT/HB/Hib (1) -

DPT/HB/Hib (3), dan drop out polio (1) - polio (4) melebihi dari target satuan <

5%. Sedangkan angka ISPA dari tahun 2020 – 2021 masih terbilang tinggi dari

jumlah perkiraan, dan tingkat pengetahuan ibu terhadap Imunisasi dasar

berdasarkan Survey Primer didapatkan Sebagian besar responden terbanyak

memiliki pengetahuan rendah sebanyak 7 orang (87,5%), dan responden dengan

pengetahuan tinggi sebanyak 1 orang (12,5%) dan alasan mengapa ibu tidak

membawa anaknya imunisasi terbanyak adalah Ibu Lupa sebanyak 4 responden

(50%), Pandemi dan takut efek samping masing – masing sebanyak 1 responden

12,5%, dan sibuk bekerja sebanyak 2 responden (50%), dengan banyaknya

responden yang lupa sehingga hal ini bisa dikatakan bahwa rendahnya pengetahuan

ibu sehingga membuat ibu tidak memperhatikan dengan baik seberapa pentingnya

peran imunisasi dalam menurunkan angka kejadian pneumonia.

1.3 Latar Belakang

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta

orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi

saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak,
30

dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita

rendah dan menengah.1

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA

dalam 2 golongan yaitu: (1) ISPA non – Pneumonia: dikenal masyarakat dengan

istilah batuk pilek. (2) Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti

kesukaran bernapas, peningkatan frekuensi napas (napas cepat). ISPA yang berat

jika mengenai jaringan paru-paru dapat menyebabkan terjadinya pneumonia. 3

Tingginya angka kejadian ISPA dipengaruhi oleh 2 faktor utama diantaranya:

faktor lingkungan (polusi udara, asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, gas

buang sarana transportasi dan industri, kebakaran hutan) dan faktor individui (umur

anak, berat badan lahir, status gizi, vitamin A, status imunisasi, riwayat pemberian

ASI eksklusif, pendidikan dan perilaku).2

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru-paru akibat agen infeksi

seperti bakteri, virus, atau jamur. streptococcus pneumoniae adalahbakteri

penyebab utama pneumonia pada balita di seluruh negara berkembang.

pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak-anak di dunia. Sekitar

16 % kematian pada balita disebabkan oleh penyakit ini, terutama di negara-

negara asia tenggara. Salah satu faktor risiko terjadinya pneumonia adalah

status imunisasi yang tidak lengkap. Imunisasi yang dapat mencegah

penyebab infeksi pneumonia adalah pneumokokus dan Haemophilus influenza

tipe B, sedangkan imunisasi yang mencegah komplikasi penyakit sebelumnya

pada pneumonia adalah pertusis dalam DPT dan campak yang termasuk dalam
31

imunisasi dasar <1 tahun.7,8Riskesdas 2018 menunjukkan penurunan cakupan

imunisasi dasar lengkap untuk anak usia 12-23 bulan menjadi 57,9%. 3

Untuk mengatasi tingginya kejadian Pneumonia, pemerintah Indonesia yang

dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan Indonesia telah melakukan program

imunisasi yang bertujuan sebagai pencegahan primer terhadap penyakit penyebab

Pneumonia. Secara teori, dengan pemberian imunisasi dasar dengan lengkap dan

teratur, maka tubuh bayi atau anak-anak akan memiliki kekebalan sehingga mampu

melawan penyakit-penyakit berbahaya. Adanya daya tahan tubuh yang meningkat

tidak hanya terhadap penyakit-penyakit yang diimunisasi, kekebalan pun muncul

terhadap penyebab pneumonia. Respon primer yang pertama kali muncul setelah

vaksin di berikan adalah terbentuknya imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin

G (IgG).3

Terdapat beberapa penyakit yang mempunyai manifestasi klinis langsung

penyakit ISPA, seperti difteri, pertusis dan campak. Difteri merupakan suatu

penyakit yang mudah menular dan fokus organ yang diserang terutama traktus

respiratorius bagian atas sehingga bermanifestasi langsung terjadinya penyakit

ISPA . Selain difteri, campak juga dapat bermanifestasi langsung terjadinya

pneumonia. Sama halnya dengan difteri, virus morbili penyebab campak juga

menyerang nasofaring dan pada akhirnya akan menimbulkan gejala klinis

menyerupai influenza. Semua penyakit yang telah dijelaskan di atas, masing-

masing penyakit tersebut telah dapat diimunisasi sendiri-sendiri yaitu, imunisasi

DPT untuk Difteri dan Pertusis dan imunisasi Campak untuk Campak. Imunisasi

dari masing-masing penyakit itu, dapat menurunkan kemungkinan terjadinya


32

penyakit tersebut dengan membentuk antibodi spesifik untuk penyakit yang telah

diimunisasi.4

Haemophilus Influenzae Type B (Hib) termaksud suatu bakteri gram

negatif. Bakteri ini merupakan penyebab tersering pneumonia dan meningitis serta

beberapa keadaan serius lain yang berpotensi mengancam hidup seperti epiglotitis,

osteomyelitis, arthritis dan septikemia. Penyakit ini paling banyak menyerang anak

usia 4-18 bulan, dan jarang ditemukan pada bayi usia kurang dari 3 bulan atau pada

anak berusia lebih dari 5 tahun. Upaya untuk menurunkan resiko penyakit ISPA

dapat di lakukan, dengan cara pemberian Imunisasi dasar lengkap dan Hib dapat

dicegah dengan pemberian vaksin Hib.5

Pemberian vaksin Hib bertujuan mencegah infeksi bakteri Haemophilus

Influenzae Type B (Hib) yang sering menyerang anak-anak berusia 3 bulan hingga

3 tahun, dan puncaknya pada anak usia 6-7 tahun. Infeksi Hib dapat menyebabkan

berbagai penyakit yang cukup serius pada selaput otak (meningitis), radang paru-

paru (pneumonia), sulit bernapas akibat epiglotitis (infeksi dan pembengkakan

epiglotis atau katup tulang rawan di dalam tenggorokan yang menutup saat kita

menelan, agar makanan tidak masuk dalam tenggorokan). Anak berusia 5 tahun

yang tidak pernah mendapatkan vaksin Hib lengkap saat bayi, juga perlu

mendapatkan vaksin Hib melalui imunisasi Hib.6 Imunisasi Hib tergolong

imunisasi yang dianjurkan. Imunisasi Hib diberikan agar tubuh mempunyai

kekebalan terhadap bakteri Haemophilus Influenza Type B yang dapat

menyebabkan Pneumonia.6
33

Untuk mendukung teori di atas, telah dilakukan beberapa penelitian terkait

hubungan antara riwayat imunisasi dengan kejadian Pneumonia. Pada penelitian

yang dilakukan oleh Nasution et.al. di daerah urban di Jakarta tahun 2009,

didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat imunisasi dengan kejadian

Pneumonia pada balita . Hasil yang sama ditemukan pada penelitian yang dilakukan

oleh Marhamah et.al. di kabupaten Enrekang, Makassar.7

Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status

imunisasi yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih

rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit

pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza,

dan pneumokokus.8,9

1.4 Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk menentukan prioritas masalah serta alternatif

pemecahan masalah dalam upaya menurunkan angka dropout imunisasi dasar di

wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru.


BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan data – data di atas, didapatkan beberapa permesalahan, yaitu :

1. Angka Kejadian Pneumonia yang tinggi

2. Rendahnya capaian angka imunisasi dasar lengkap, selama 2 tahun berturut –

turut.

3. Tingginya angka drop out imunisasi DPT/HB/Hib (1) – Campak, drop out

DPT/HB/Hib (1) - DPT/HB/Hib (3), dan drop out polio (1) - polio (4), melebihi

dari target satuan < 5%.

4. Serta pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar lengkap serta bahaya dropout

imunisasi terhadap Pneumonia masih rendah

5. Kurangnya kerja sama lintas program antar sektor P2 ISPA dan program

Imunisasi.

2.2 Identifikasi Penyebab Masalah

Berdasarkan Permasalahan tersebut maka dijabarkan penyebab masalahnya

sebagai berikut:

a. Man:

Internal: Penanggung jawab program imunisasi mempunyai tugas rangkap

di program lain dan Kurangnya pemberian informasi dan edukasi kepada

masyarakat mengenai pentingnya imunisasi

Eksternal: : Rendahnya pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar dan

bahaya dropout imunisasi dan hubungannya dengan Pneumonia

34
35

b. Money : Tidak ada Masalah

c. Material: media sosialisasi mengenai pentingnya Imunisasi dasar dan

bahaya dropout imunisasi dan hubungannya dengan Pneumonia masih

kurang.

d. Method:

Internal : cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi kepada ibu

mengenai imunisasi dasar dan bahaya dropout imunisasi dan hubungannya

dengan Pneumonia yang masih kurang aplikatif.

Eksternal : Belum adanya kerja sama antar lintas sektor antara P2 ISPA dan

program imunisasi dalam menurunkan angka kejadian ISPA atau

pneumonia

e. Market: kurangnya promosi kesehatan tentang imunisasi dasar dan bahaya

dropout imunisasi dan hubungannya dengan pneumonia kepada masyrakat,

untuk menurunkan angka kejadian pneumonia

Melalui data yang disajikan diatas, situasi yang dihadapi oleh Puskesmas

Basirih Baru dapat dianalisis sebab dan akibatnya memakai alat pemecahan

masalah berupa Fishbone:


36

Internal :
cara yang digunakan Internal:
dalam menyampaikan Penanggung jawab
informasi kepada ibu program imunisasi
mengenai imunisasi dasar METHOD mempunyai tugas MAN
dan bahaya dropout rangkap di program
imunisasi dan lain. dan Kurangnya
hubungannya dengan pemberian informasi
Pneumonia yang masih dan edukasi dari
kurang aplikatif. tenaga imunisasi
Eksternal kepada masyarakat
Eksternal :
Belum adanya kerja sama Rendahnya pengetahuan
antar lintas sektor antara ibu terhadap imunisasi
P2 ISPA dan program dasar dan bahaya
imunisasi dalam dropout imunisasi dan
menurunkan angka hubungannya dengan
kejadian Pneumonia Pneumonia
Tingginya angka kejadian
Pneumonia

kurangnya
promosi
kesehatan
tentang imunisasi
dasar dan bahaya
media sosialisasi dropout
mengenai pentingnya Tidak ada masalah
imunisasi dan
Imunisasi dasar dan hubungannya
bahaya dropout dengan
imunisasi dan pneumonia
hubungannya dengan kepada
masyrakat, untuk
Pneumonia masih
menurunkan
kurang. angka kejadian
Pneumonia

MATERIAL MONEY MARKET

Gambar 2.1 Diagram Fishbone


37

2.3 Prioritas Masalah

Untuk menentukan prioritas masalah tersebut di atas dapat ditentukan

dengan metode PAHO-CENDES (Pan American Health Organization-Center for

Development Studies) yang memperhitungkan mengenai :

a. Besarnya masalah (Magnitude)

Adalah besarnya pengaruh masalah terhadap derajat kesehatan

masyarakat yang mencakup seberapa banyak penduduk atau masyarakat yang

terkena dampak dan terlibat masalah tersebut diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Hanya sebagian kecil masyarakat

2. Sebagian kecil masyarakat

3. Hanya sebagian besar masyarakat

4. Sebagian besar masyarakat

5. Hampir seluruh masyarakat

b. Derajat kepentingan diselesaikannya masalah (Importancy)

Adalah kegawatan masalah berupa tingginya angka morbiditas dan

mortalitas serta kecenderungan dari waktu ke waktu serta besarnya kepentingan

terhadap derajat kesehatan masyarakat apabila masalah dapat diselesaikan.

Diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Tidak ada kepentingan

2. Kepentingannya sangat rendah

3. Kepentingannya cukup rendah

4. Kepentingannya cukup tinggi

5. Kepentingannya sangat tinggi


38

c. Seberapa jauh masalah dapat diselesaikan (Vunerability)

Adalah sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi serta tersedianya suatu cara atau metode untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi. Diberi skor 1-2 yaitu:

1.Tidak ada cara yang efektif

2.Ada cara yang efektif

d. Biaya (cost)

Adalah biaya yang diperlukan untuk melaksanakan pemecahan masalah.

Diberi skor 1 – 5 yaitu :

1. Sangat Tidak Murah

2. Tidak Murah

3. Cukup murah

4. Murah

5. Sangat murah

Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditentukan prioritas masalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Penentuan Prioritas Masalah


Kriteria Nilai
Masalah Ranking
komposit
No Prioritas

M I V C M.I.V.C
1 MAN

Internal :
 Penanggung jawab program 2 3 2 5 60 4
imunisasi mempunyai tugas
rangkap di program lain.
 Kurangnya pemberian
informasi dan edukasi dari
tenaga imunisasi kepada
39

masyarakat mengenai 5 4 2 4 160


pentingnya imunisasi
Eksternal :
Rendahnya pengetahuan ibu
terhadap imunisasi dasar dan
bahaya dropout imunisasi dan
hubungannya dengan 4 4 2 3 96 2
pneumonia
2 MATERIAL

media sosialisasi mengenai 4 3 2 2 48 6


pentingnya Imunisasi dasar dan
bahaya dropout imunisasi dan
hubungannya dengan
Pneumonia masih kurang

3 METHOD

Internal :
cara yang digunakan dalam
menyampaikan informasi
kepada ibu mengenai 4 5 2 2 80 3
imunisasi dasar dan bahaya
dropout imunisasi dan
hubungannya dengan
Pneumonia yang masih kurang
aplikatif.
Eksternal :
2 3 2 4 48 7
Belum adanya kerja sama antar
lintas sektor antara P2
Pneumonia dan program
imunisasi dalam menurunkan
angka kejadian ISPA
4 MARKET

kurangnya promosi kesehatan 3 3 2 3 54 5


tentang imunisasi dasar dan
bahaya dropout imunisasi dan
hubungannya dengan
Pneumonia kepada masyrakat
untuk menurunkan angka
kejadian Pneumonia

Melalui data yang disajikan diatas, situasi yang dihadapi oleh puskesmas

Basirih Baru dapat dianalisis permasalahannya, yaitu :


40

Angka kejadian Pneumonia yang masih tinggi

Akibat
Masalah
Tingginya angka dropout Imunisasi

Faktor Internal Faktor Eksternal

Penanggung jawab
media sosialisasi Rendahnya
program imunisasi
mengenai Imunisasi pengetahuan ibu
mempunyai tugas

Sebab
dasar dan bahaya terhadap imunisasi
rangkap di program
dropout imunisasi dasar dan bahaya
lain. Dan Kurangnya
masih kurang dropout imunisasi
pemberian informasi
beragam dan efektif dalam menurunkan
dari tenaga imunisasi
angka Kejadian
kepada masyarakat
Pneumonia
mengenai pentingnya
imunisasi
Belum adanya kerja
kurangnya promosi sama antar lintas
kesehatan tentang sektor untuk
imunisasi dasar dan menurunkan angka
cara yang digunakan bahaya dropout kejadian Pneumonia
dalam imunisasi kepada
menyampaikan masyrakat, sehingga
informasi kepada ibu berkurangnya
mengenai imunisasi edukasi kepada
dasar dan bahaya masyarakat
dropout imunisasi mengenai imunisasi
yang masih kurang untuk menurunkan
aplikatif. kejadian Pneumonia

Gambar 2.2 Problem Tree mengenai tingginya angka kejadian


Pneumonia di Puskesmas Basirih Baru
BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Dalam upaya menurunkan angka dropout imunisasi dan kejadian

Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Basirih Baru diperlukan pemecahan

masalah yang dapat dianalisis dengan metode SWOT.

Tabel 3.1 Hasil Analisis Masalah Berdasarkan Metode SWOT


Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
1. Tenaga kesehatan sudah sesuai 1. Belum ada media sosialisasi yang
bidang masing-masing. khusus membahas mengenai
2. Puskesmas memiliki ruangan imunisasi
khusus untuk melakukan imunisasi 2. Program pemegang P2 ISPA
rangkap dengan program lainnya.
Kesempatan (Opportunity) Ancaman (Threat)
1. Memiliki 11 buah posyandu yang 1. Kurangya pengetahuan masyarakat
tersebar di pemukiman warga mengenai Imunisasi dasar dan
2. Terdapat banyak kader posyandu bahaya dropout imunisasi
yang aktif 2. Kepadatan penduduk yang tinggi

Tabel 3.2 Alternatif Pemecahan Masalah

Kekuatan (S) Kelemahan (W)


1. Melakukan pelatihan kader 1. Memanfaatkan Petugas
posyandu agar dapat puskesmas yang banyak dan
memberikan edukasi yang sesuai bidangnya secara
baik dan benar tentang maksimal sehingga
imunisasi dasar dan pemegang program imunisasi
Peluang hubungannya dengan tidak memegang program
(O) pneumonia (S1O2). secara rangkap
2. Imunisasi dapat dengan 2. Memanfaatkan kader
mudah dilakukan di posyandu untuk membantu
puskesmas maupun di membagikan leaflet dan
posyandu yang terdekat poster tentang pentinya
dengan rumah warga (S2O1) imunisasi dalam mencegah

41
42

terjadinya pneumonia kepada


masyarakat (W2O2)
1. Tenaga kesehatan dapat 1. Petugas dapat mengedukasi
melakukan penyuluhan masyarakat yang datang ke
kepada masyarakat agar puskesmas dengan cara-cara
pengetahuan tentang dan bahasa yang baik dan
imunisasi dan hubungannya mudah dipahami (W1T1)
dengan pneumonia semakin
membaik (S1T1)
2. Tenaga kesehatan dapat
dengan mudah membagikan
leaflet seputar imunisasi
untuk menurunkan angak
Ancaman
kejadian pneumonia secara
(T)
door to door (S1T2)
3. Tenaga kesehatan dapat
mengedukasi masyarakat
yang datang ke puskesmas
untuk melakukan imunisasi
dan pentinya imunisasi dalam
mencegah pneumonia secara
jelas dan lebih nyaman
karena didukung adanya
ruangan khusus imunisasi
(S2T1)

Berdasarkan analisis di atas, maka beberapa alternatif pemecahan masalah

yang dapat dilakukan antara lain :

3.2 Prioritas Pemecahan Masalah

1. Melakukan pelatihan kepada petugas kesehatan untuk melakukan edukasi

kepada masyrakat yang imunisasi di Puskesmas tentang pentingnya Imunisai

dalam mencegah terjadinya pneumonia


43

2. Membagikan media promosi Kesehatan pentingnya imunisasi dalam

menurunkan angka kejadian pneumonia secara door to door atau Ketika

melakukan imunisasi.

3. Memanfaatkan peran kader untuk memberikan edukasi dan membagikan media

promosi kesehatan tentang pentingnya Imunisasi dan pengawasan kepada

masyarakat untuk selalu melakukan Imunisasi dasar lengkap dan jangan sampai

dropout imunisasi

4. Menggiatkan promosi Kesehatan tentang pentingnuya imunisasi dalam upaya

menurunkan angka kejadian pneumonia.

5. Pemegang Program P2 ISPA bekerja sama dengan pemegang program

imunisasi dalam menurunkan angka kejadian pneumonia

Kriteria pemecahan masalah menurut metode PAHO-CENDES yaitu:

a. Magnitude :

1. Sangat tidak menyelesaikan masalah

2. Tidak menyelesaikan masalah

3. Cukup menyelesaikan masalah

4. Menyelesaikan masalah

5. Sangat menyelesaikan masalah

b. Vunerability

1. Alternatif pemecahan masalah tidak efektif digunakan

2. Alternatif pemecahan masalah efektif digunakan

c. Importancy

1. Tidak ada kepentingan untuk pemecahan masalah


44

2. Kepentingannya sangat rendah untuk pemecahan masalah

3. Kepentingannya cukup rendah untuk pemecahan masalah

4. Kepentingannya cukup tinggi untuk pemecahan masalah

5. Kepentingannya sangat tinggi untuk pemecahan masalah

d. Cost

1. Sangat tidak murah

2. Tidak murah

3. Cukup murah

4. Murah

5. Sangat murah

Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk

menentukan prioritas pemecahan masalah. Alternatif masalah dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 3.3. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Nilai
Masalah
Kriteria komposit Ranking
No
Prioritas
M V I C M.I.V.C
1 Melakukan pelatihan kepada
petugas Imunisasi atau bidan
untuk melakukan edukasi kepada
masyrakat yang imunisasi di
Puskesmas tentang pentingnya 4 2 4 4 128 1
Imunisai dalam mencegah
terjadinya pneumonia

2. Membagikan media promosi


Kesehatan pentingnya imunisasi
4 2 4 2 64 4
dalam menurunkan angka
kejadian pneumonia secara door
45

to door, atau Ketika melakukan


imunisasi.

3. Memanfaatkan peran kader untuk


memberikan edukasi dan
membagikan media promosi
kesehatan tentang pentingnya
Imunisasi dan pengawasan kepada
masyarakat untuk selalu 4 2 4 3 96 2
melakukan Imunisasi dasar
lengkap dan jangan sampai
dropout imunisasi

4. Menggiatkan promosi Kesehatan


tentang pentingnuya imunisasi
dalam upaya menurunkan angka
kejadian pneuminia. 3 2 3 4 72 3

5 Pemegang Program P2 imunisasi


bekerja sama dengan pemegang
program ISPA dalam menurunkan 3 2 2 5 60 5
angka kejadian pneumonia

Alternatif pemecahan masalah yang menjadi prioritas adalah Melakukan

pelatihan kepada petugas kesehatan untuk melakukan edukasi kepada masyrakat

yang imunisasi di Puskesmas tentang pentingnya Imunisai dalam mencegah

terjadinya pneumonia.

3.3 Perencanaan Tindakan Pemecahan Masalah

Prioritas alternative pemecahan masalah dalam upaya menurunkan angka

kejadian Pneumonia, adalah Melakukan pelatihan kepada petugas kesehatan untuk

melakukan edukasi kepada masyrakat yang imunisasi di Puskesmas tentang

pentingnya Imunisai dalam mencegah terjadinya Pneumonia.


46

. Adapun rencana tindakan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

a. Tujuan: Tujuan umum dari kegiatan ini adalah melakukan pelatihan dan

meningkatkan pengetahuan petugas imunisasi pentingnya imunisasi untuk

menurunkan angka kejadian Pneumonia. Tujuan khusus dari kegiatan ini

adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga meningkatkan

angka imunisasi dan menurunkan angka dropout imunisasi untuk

menurunkan angka kejadian Pneumonia

b. Sasaran: Petugas Kesehatan basirih baru terutama petugas imunisasi dan

bidan

c. Pembentukan tim yang dibawahi oleh Kepala Puskesmas dan penetapan

tenaga inti dan tenaga pendukung dalam pelaksanaan program.

d. Menyusun materi dan metode penyampaian dengan penyuluhan dan

pelatihan edukasi tentang pentingnya Imunisasi dalam mencegah

Pneumonia

e. Menentukan pemberi materi penyuluhan: petugas pemegang program

imunisasi dan dokter umum.

f. Menentukan perangkat yang diperlukan: perangkat presentasi berupa

laptop, proyektor, leaflet, dan alat tulis

2. Pengorganisasian

Terdiri dari panitia pelaksana (organizing comitee) dan panitia pengawas

(steering commitee). OC bertugas mempersiapkan teknis pelaksanaan seperti


47

susunan acara, anggaran dana, waktu-tempat kegiatan, dan peralatan. SC bertugas

menyusun materi dan melatih pemberi materi.

a. Penanggung jawab : Kepala Puskesmas Basirih Baru

b. Ketua Pelaksana : Pemegang Program Upaya Pokok program imunisasi

c. Wakil Ketua Pelaksana : Pemegang Program Promosi Kesehatan

d. Bendahara : Bendahara Puskesmas Basirih Baru

e. Tim Pemateri : Tenaga Kesehatan Puskesmas Basirih Baru

2. Pelaksanaan Kegiatann

a. Penyelenggara : Puskesmas Basirih Baru

b. Pelaksana : Penanggung jawab program imunisasi

c. Peserta : Petugas Kesehatan ataupun Kader yang berminat

d. Waktu Pelaksanaan : Saat pertemuan antar kader

e. Tempat Pelaksanaan : Puskesmas Basirih Baru

f. Materi Penyuluhan : Materi yang diberikan berupa pentingnya imunisasi

dan bahaya dari dropout terhadap terjadinya pneumonia

g. Target Penyuluhan : Tercapainya tujuan dari kegiatan

h. Pendanaan : Sumber dana operasional puskesmas.

i. Sarana : Peralatan yang tersedia di Puskesmas.


48

1. Evaluasi

A. Jangka Pendek

Meningkatnya pengetahuan Petugas imunisasi atapun kader dalam

memberikan edukasi pentingnya imunisasi dan bahaya dropout terhadap

penyakit pneumonia.

B. Jangka Menengah.

Meningkatnya angka pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya

Imunisasi terhadap pneumonia dan meningkatkan Angka Imunisasi dan

menurunkan angka dropout.

C. Jangka Panjang

Menurunnya angka kejadian pneumonia balita di wilayah kerja

Puskesmas Basirih Baru .


BAB IV
PEMBAHASAN

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru-paru akibat agen

infeksi seperti bakteri, virus, atau jamur. streptococcus pneumoniae adalah bakteri

penyebab utama pneumonia pada balita di seluruh negara berkembang.

pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian anak-anak di dunia. Sekitar

16 % kematian pada balita disebabkan oleh penyakit ini, terutama di negara-

negara asia tenggara termasuk Indonesia.1

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan

dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. 9

Pneumonia pada anak paling banyak ditemukan pada anak dengan status

imunisasi yang belum lengkap. Anak yang belum mendapatkan imunisasi lebih

rentan terkena pneumonia. Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit

pneumonia adalah imunisasi pertusis dalam DPT, campak, Haemophilus influenza,

dan pneumokokus.

Berdasarkan data yang didapat, infeksi saluran pernafasan akut menempati

posisi kedua penyakit terbanyak di Puskesmas Basirih Baru. Hal ini menyebabkan

ISPA perlu mendapatkan perhatian khusus untuk mengurangi angka kesakitan

penderita ISPA. Penyebab tingginya angka kejadian pneumonia dapat disebabkan

karena Imunisasi dasar yang tidak lengkap atau dropout dikarenakan terdapat

beberapa penyakit yang mempunyai manifestasi klinis langsung penyakit

pneumonia, seperti difteri, pertusis dan campak. Difteri merupakan suatu penyakit

49
50

yang mudah menular dan fokus organ yang diserang terutama traktus respiratorius

bagian atas sehingga bermanifestasi langsung terjadinya pneumonia.4 Selain difteri,

campak juga dapat bermanifestasi langsung terjadinya pneumonia. Sama halnya

dengan difteri, virus morbili penyebab campak juga menyerang nasofaring dan pada

akhirnya akan menimbulkan gejala klinis menyerupai influenza. Semua penyakit

yang telah dijelaskan di atas, masing-masing penyakit tersebut telah dapat

diimunisasi sendiri-sendiri yaitu, imunisasi DPT untuk Difteri dan Pertusis dan

imunisasi Campak untuk Campak. Imunisasi dari masing-masing penyakit itu,

dapat menurunkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut dengan membentuk

antibodi spesifik untuk penyakit yang telah diimunisasi.4,5 Sehingga dapat

dikatakan bahwa Imunisasi dasar lengkap dan dropout juga memiliki pengaruh

terhadap tingginya angka pneumonia yang terjadi di Puskesmas Basirih Baru. Hal

ini di dukung dengan suatu penelitian dimana Terdapat perbedaan yang bermakna

antara riwayat imuniasi dasar dan frekuensi pneumonia pada balita yang datang ke

Puskesmas Sekip Palembang tahun 2014 dengan nilai p value sebesar 0,037 dan

balita dengan riwayat imunisasi dasar tidak lengkap memiliki kecenderungan untuk

sering terkena pneumonia 2,161 kali lebih besar dibanding balita dengan riwayat

imunisasi dasar lengkap.5

Guna menangani tingginya angka kejadian Pneumonia di wilayah

puskesmas Basirih Baru, dapat dikembangkan upaya kesehatan berbasis

masyarakat, mengingat rendahnya angka Imunisasi dasar lengkap dan tingginya

angka dropout imunisasi, dapat dilakukan kegiatan berupa pembinaan petugas

imunisasi serta kader posyandu untuk meningkatkan pengetahuan pentingnya


51

Imunisasi terhadap pencegahan Pneumonia untuk melakukan edukasi ke

masyarakat. Puskesmas Basirih Baru memiliki tempat tersendiri dalam melakukan

imunisasi sehingga dapat melakukan edukasi kepada warga yang imunisasi dengen

lengkap dan jelas, serta dapat memberdayakan kader karena puskesmas basirih baru

memilki jumlah kader di setiap posyandunya. Potensi kader yang ada dapat menjadi

salah satu alternatif dalam pemecahan permasalahan imunisasi yang ada.

Tidak terpenuhnya target capain Imunisasi di wilayah kerja Puskesmas

Basirih Baru dapat disebabkan karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun

eksternal, sebagai berikut :

1. Keterbatasan Petugas promosi Kesehatan

2. Media promosi yang kurang

3. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran Petugas Imunisasi, seberapa

pentingnya imunisasi dalam pencegahan penyakit termasuk ISPA

4. Kurangnya pemberdayaan kader dalam promosi kesehatan pentingnya

imunisasi dan bahayanya dropout

5. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran kader pentingnya Imunisasi dan

bahayanya dropout

6. Kurangnya pengetahuan Masyarakat mengenai Imunisasi dasar lengkap

yang dapat mencegah pneumonia

Sejauh ini, kegiatan yang telah dilakukan puskesmas Basirih Baru dalam

upaya menurunkan angka kesakitan ISPA/pneumonia pada balita meliputi:

1. Penemuan penderita oleh petugas kesehatan baik di Puskesmas, Puskesmas

Pembantu, Posyandu.
52

2. Pengelolaan penderita, dilakukan melalui pemeriksaan penderita (anamnesis,

inspeksi, dan menghitung napas per menit), yang diikuti dengan pemberian

obat-obatan;

3. Pencatatan dan pelaporan setiap bulan;

Dari paparan di atas diketahui bahwa usaha-usaha yang sudah dilakukan

Puskesmas Basirih Baru dalam menurunkan angka kejadian pneuminia masih

belum optimal. Adapun usaha yang perlu lebih digiatkan dan belum dilakukan oleh

Puskesmas Basirih Baru dalam menurunkan angka kejadian pneumonia adalah

dengan melibatkan lintas program yaitu kerja sama dengan program imunisasi

terkait dengan cakupan imunisas dasar lengkap dan dropout imunisasi dalam

upaya menurunkan angka kejadian pneumonia.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

ISPA menduduki peringkat kedua tertinggi dari 10 penyakit terbanyak yang

diderita oleh warga di wilyah kerja Puskesmas Basirih Baru. Berdasarkan data

penyakit pneumonia tahun 2021. Salah satu penyebab tingginya angka kejadian

pneumonia adalah capaian Imunisasi Dasar lengkap yang rendah dan tingginya

angka dropout guna untuk mencegah pneumonia. Maka disusunlah pembahasan

dan analisis dari masalah prioritas pemecahan masalsah, sehingga pemecahan

masalah yang menjadi prioritas adalah Melakukan pelatihan kepada petugas

Imunisasi untuk melakukan edukasi kepada masyrakat yang imunisasi di

Puskesmas tentang pentingnya Imunisai dalam mencegah terjadinya pneumonia.

B. Saran

Saran penulis bagi Puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Menilai dan mengevaluasi program P2M ISPA serta melakukan Kerjasama

lintas sektor dengan program imunisasi guna menurunkan angka kejadian

pneumonia

2. Penjadwalan lokakarya mini puskesmas 1 bulan sekali untuk membahas

permasalahan yang dihadapi Pemegang Program P2M ISPA

3. Memanfaatkan kader dalam membantu untuk memberikan edukasi mengenai

pentingnya imunisasi terhadap pneumonia

53
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Infection prevention and control of


epidemic-and pandemic-prone acute respiratory diseases in health care.WHO
Interim Guidelines, Jenewa. 2007

2. Dary, Sujana T, Pajara JN. Strategi Tenaga Kesehatan Dalam Menurunkan


Angka Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Binaan Puskesmas Getasan.
Jurnal KesMaDaSka. 2018:142-152.

3. Behreman Richard E, RE Kliegman, AM Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak


Nealson. Terjemahan Oleh: A. Samrik Wahab, EGC, Jakarta, Indonesia

4. Hassan R, Alatas H. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK


UI. Jakarta, Indonesia. 2007. halaman 550 - 556.

5. Mulyani, N.S., & Rinawata, M. 2013. Imunisasi Untuk Anak. Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta

6. Asfianti, F. Nazir, M dan Husin,F. Pengaruh Suplementasi Seng dan Vitamin A


Terhadap Kejadian ISPA Dan Diare Pada Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya. Palembang.Di publikasikan tahun 2013.

7. Lingga RN, Nurmaini, Santi DN. Hubungan Karakteristik Rumah Dengan


Kejadian Ispa Pada Balita Dalam Keluarga Perokok Di Kelurahan Gundaling I
Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2014:1-10.

8. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan Di Puskesmas.Jakarta:2015

9. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. 2013.

54
LAMPIRAN
55

Lampiran 1. Transkrip Wawancara dengan Pemegang P2 ISPA

Tanggal/ waktu : 5 Februari 2022 Jam 11.00 WITA

Tempat : Puskesmas Basirih Baru

Nama : Y

Jabatan : PB Program Imunisasi

Hasil Wawancara:

1. Apakah jumlah kasus dropout imunisasi di wilayah kerja puskesmas basirih

baru masih tinggi?

Jawab : Masih tinggi berdasarkan data dari 2021

2. Menurut anda, apa penyebab/permasalahan yang terjadi sehingga banyak kasus

dropout imunisasi di wilayah kerja puskesmas basirih baru?

Jawab: masih rendahnya pengetahuan ibu serta di masa pandemi seperti ini masih

takutnya ibu membawa anaknya ke puskesmas

3. Apakah menurut anda imunisasi berperan penting dalam menurunkan angka

kejadian Pneumonia ?

Jawab: Menurut saya iya karena Imunisasi yang diberikan akan memperkuat daya

tahan tubuh terhadap penyakit termasuk Pneumonia

6. Apa langkah selanjutnya menurut anda yang harus dilakukan untuk

menurunkan angka dropout imunisasi tersebut dalam menurunkan angka kejadian

pneumonia ?

Jawab: Mungkin bisa dengan melakukan pelatihan petugas imunisasi dan kader

untuk melakukan edukasi pentingnya imunisasi dalam menurunkan angka kejadian

pneumonia
56

7. Apakah pernah dilakukan penyuluhan pentingnya imunisasi terhadap

pencegahan penyakit pneumonia ?

Jawab : Selama saya memegang program tidak pernah dilakukan penyuluhan

dikarenakan pandemik.
57

Lampiran 2. Transkrip Wawancara dengan Pasien

Tanggal/ waktu : 3 Februari 2022 Jam 10.00 WITA

Tempat : Poli Anak Puskesmas Basirih Baru

Nama : Ny. F

1. Apakah ibu mengetahui apa itu pneumonia ?

Jawab : Tidak

2. Apakah ibu mengetahui penyebab pneumonia ?

Jawab : Tidak

3. Apakah ibu mengetahui bahaya dari pneumonia ?

Jawab : tidak

4. Apakah ibu mengetahui bahwa imunisasi salah satu upaya pencegahan dari

pneumonia ?

Jawab : tidak tau

5. Apakah ibu pernah mendapat edukasi tentang pentingnya imunisasi dalam

mencegah beberapa penyakit termasuk Pneuminia ?

Jawab : Tidak pernah

6. Apa Alasan ibu tidak membawa anak ibu untuk melakukan imunisasi

Jawab :

a. Pandemi

b. SIbuk Bekerja

c. Ibu Lupa

d. Takut efek samping

e. Lain – lain
58

Anda mungkin juga menyukai