Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH COVID 19 TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

DALAM SEGI ANGGARAN PENDAPATAN DAN PEMBELANJAAN


NEGARA  

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 


 
UJIAN AKHIR SEMESTER 
 
Dibuat untuk memenuhi tugas dalam Ujian Akhir Semester 
 
Disusun Oleh : 
REZA DEVIDHIANTO (C1I019014) 
SATRIOSENO SANCOKO (C1I019016) 
VIRGI PRASETYO (C1I019010) 
 
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS 
PROGRAM STUDI AKUNTANSI KELAS INTERNASIONAL 
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN  
PURWOKERTO 
JUNI 2020 
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr, wb.


Berawal dari sebuah kebutuhan akan syarat memenuhi Ujian Akhir Semester pada
Program Studi Akuntansi Kelas Internasional, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto dan berlanjut pada ketertarikan akan masalah yang sedang melanda dunia
yang tentunya berpengaruh pada perekonomian Indonesia, Alhamdulillah karena rahmat,
kuasa, cinta dan kasih sayang Allah SWT penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul Pengaruh Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia Dalam Segi
Anggaran Pendapatan Dan Pembelanjaan Negara. Karya tulis ilmiah ini disusun
tahap demi tahap hingga akhirnya menjadi satu rangkaian tulisan yang mudah-mudahan
manfaat nya tidak hanya dirasakan oleh kami sebagai penulis, namun bisa dirasakan pula
oleh khalayak banyak.
Seperti yang telah kita ketahui, virus corona bukan lah lagi satu hal yang bisa
diremehkan. Akibat dari virus corona atau yang sering kita sebut covid-19 dapat
membuat banyak dampak pada segala hal dan sektor, termasuk perekonomian Indonesia
yang mulai tidak stabil dari awal covid-19 ini masuk ke Indonesia dan tentunya
mengalami defisit yang cukup besar. Berangkat dari permasalahan dasar tersebut, penulis
mengangkat tema ini ke permukaan, semoga apa yang tertera dalam laporan ini dapat
memberikan sedikit gambaran bagaimana cara untuk kembali menstabilkan
perekonomian Indonesia pada segi APBN.

Juni 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………I
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………..II
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………...1
1.1 Judul ……………………………………………………………………………1
1.2 Latar Belakang
………………………………………………………………...1
1.3 Rumusan Masalah
……………………………………………………………..2
1.4 Tujuan
…………………………………………………………………………..2
1.5 Variable
…………………………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
……………………………………………………………….4
2.1 Penelitian Terdahulu
…………………………………………………………...4
2.2 Landasan Teori
…………………………………………………………………4
2.2.1 Covid-19 …………………………………………………………………………4
2.2.2 Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara …………………………5
2.2.3 Dampak Pandemi Covid-19 Pada Perekonomian Indonesia ………………...8
2.2.4 Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Covid-19 di
Indonesia ……………………………………………………………………….9
2.2.5 Implementasi Kebijakan Keuangan Negara …………………………………10

II
BAB III METODE PENILITIAN …………………………………………………………….11
3.1 Metode Penilitian ……………………………………………………………...11
3.2 Pembahasan ……………………………………………………………………11
3.3 Kesimpulan …………………………………………………………………….13
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………..16
LAMPIRAN …………………………………………………………………………………….17

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
PENGARUH COVID 19 TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
DALAM SEGI ANGGARAN PENDAPATAN DAN PEMBELANJAAN NEGARA  

1.2 Latar belakang

Penyebaran Covid-19 semakin masif dalam beberapa minggu terakhir ini


termasuk yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan data sebaran kasus sampai dengan 5
April 2020 jumlah kasus positif sebanyak 2.273 dengan angka kematian berkisar 8,7%,
tersebar di 32 Provinsi dari total 34 Provinsi yang ada di Indonesia[1]. Beberapa ahli
menyebutkan tren peningkatan kasus masih akan terus berlanjut, salah satunya
diungkapkan ahli dari Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) yang
memperkirakan total kasus positif bisa mencapai 71.000 kasus per akhir April 2020
dengan menggunakan pemodelan kasus di Indonesia selama lima hari terakhir atau
dengan model Italia.

Perkembangan penyebaran Covid-19 yang sangat cepat, berdampak pada banyak


aspek, yaitu antara lain aspek sosial dan ekonomi. Kebijakan social distancing dan
anjuran work from home yang diambil pemerintah Indonesia untuk mengurangi
penyebaran Covid-19 ini, mengakibatkan beberapa sektor, antara lain industri pariwisata,
transportasi, manufaktur, keuangan, pelayanan publik, dan sektor lainnya mengurangi
atau menghentikan aktivitasnya sementara sampai waktu yang belum ditentukan.
Tentunya hal ini memiliki dampak yang begitu besar pada perekonomian negara baik itu
dalam skala makro maupun mikro. Faktor lain yang juga memberatkan yaitu karena
sebarannya sudah menjangkau sebagian besar wilayah di Indonesia. Oleh karena itu
sejumlah kebijakan dan langkah-langkah antisipatif telah dilakukan oleh  pemerintah,
baik pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota dalam upaya
penanggulangan pandemi Covid-19 ini.

Langkah utama yang sudah dilakukan pemerintah yaitu  dengan  dikeluarkannya

1
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020
mengenai  Kebijakan   Keuangan  Negara  dan  Stabilitas  Sistem  Keuangan  untuk 
Penanganan  Pandemi Covid-19. Perppu tersebut secara garis besar membahas  dua hal,
yang  pertama  kebijakan  keuangan  negara dan keuangan daerah, yaitu mengatur
kebijakan pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Kedua adalah kebijakan stabilitas sistem
keuangan yang meliputi kebijakan untuk penanganan permasalahan lembaga keuangan
yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan negara,

kegiatan ekonomi yang sempat terhambat dan dibatasi membuat banyak sektor
mengalami tekanan, kemudian upaya pemerintah menanggulangi Covid-19 adalah
beberapa faktor yang membuat ketidakstabilan antara pendapatan dan pengeluaran yang
dilakukan oleh negara. Terhitung APBN pada tahun 2019 untuk pendapatan negara
adalah 2.165,7 T dan dengan jumlah belanja negara 2.461,1 T sedangkan pada tahun
2020 pendapatan negara turun menjadi 1.760,9 T dan belanja negara naik menjadi
2.613,8 T sehingga defisit meningkat dari 295,4 T menjadi 852,9 T, angka tersebut
merupakan peningkatan defisit terbesar selama beberapa tahun belakangan ini.

1.3 Rumusan Masalah

Dengan adanya covid-19 ini tentunya sangat berpengaruh besar terhadap


perekonomian Negara salah satu diantaranya adalah Anggaran Pendapatan dan
Pembelanjaan Negara(APBN) hal tersebut menimbulkan beberapa masalah yang menjadi
dasar pemikiran dalam studi ini, diantaranya ialah:

I. Bagaimana cara untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi ditengah pandemi yang terus
berlangsung ini?

II. Langkah langkah apa saja yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk mengembalikan
kestabilan APBN setelah pandemi berakhir?

1.4 Tujuan
Ada beberapa hal penting yang menjadi tujuan dari studi ini. Beberapa hal penting

2
tersebut, ialah :

I. Tujuan umum
Memberikan solusi untuk menstabilkan APBN kembali

II. Tujuan khusus


Mengurangi jumlah defisit, meningkatkan pendapatan negara, dan meminimalisir
total belanja negara.

1.5 Variable

I. Variable independen II. Variable dependen

Solusi yang diambil


Anggaran Pendapatan
pemerintah untuk
dan belanja Negara
menstabilkan APBN

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dampak Virus Corona di Indonesia


Dampak virus Corona terhadap Indonesia tak akan seburuk dampak terhadap Singapura.
Artinya dampaknya ada, namun relatif terbatas dibandingkan dengan Singapura atau Thailand.
Hal yang harus kita antisipasi adalah dampak menurunnya impor barang modal dan
bahan baku yang dapat memukul investasi dan produksi di Indonesia. Ada baiknya perusahaan
mulai memikirkan substitusi atau sumber impor dari negara lain.
Berapa besar dampaknya? Perhitungan sensitivitas yang dilakukan menunjukkan bahwa
jika perekonomian China melambat sebesar 1 persem, maka perekonomian Indonesia akan
menurun sebesar 0,1-0,3 persen. Saya bisa membayangkan bahwa dampak sepanjang paruh
pertama 2020 akan cukup signifikan.
Dengan skenario ini ada risiko pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5
persen atau dalam kisaran 4,7-4,9 persen di tahun 2020 jika tak melakukan mitigasi. Ekonomi
Indonesia sendiri memang sudah tumbuh di bawah 5 persen dalam triwulan IV-2019.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Covid-19

Virus corona adalah zoonosis, artinya cara penyebaran virus ini bisa ditularkan dari
hewan ke manusia. Penyelidikan yang telah dilakukan secara terperinci menemukan bahwa
SARS-CoV ditularkan dari musang ke manusia, dan MERS-CoV dari unta arab ke manusia.
Tetapi ada beberapa jenis virus corona pada hewan yang sampai saat ini diketahui belum
menginfeksi manusia.Pada 31 Desember 2019, kantor WHO di China diberitahu tentang kasus
pneumonia yang penyebabnya tidak diketahui terdeteksi di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

4
Kemudian pada 7 Januari 2020 pihak berwenang China mengidentifiasikan bahwa penyebabnya
adalah virus corona baru (novel coronavirus).
Pada tanggal 11 Februari 2020, WHO memberi nama khusus untuk penyakit yang
disebabkan oleh virus corona baru, yaitu COVID-19 yang adalah singkatan dari coronavirus
disease 2019 (penyakit virus corona 2019). Belakangan virus corona baru itu juga diberi
nama SARS-CoV-2, singkatan dari severe acute respiratory syndrome coronavirus 2.Meski virus
corona berasal dari hewan, namun cara penyebaran virus ini pada manusia umumnya menular
dari orang yang telah terinfeksi ke orang lain dari jarak dekat (sekitar 6 kaki atau 180 cm).
Apa saja cara penularan virus corona dari orang ke orang itu? Diperkirakan penularannya
bisa melalui:

i. Udara, melalui bersin dan batuk


ii. Kontak fisik langsung, misalnya melalui sentuhan atau berjabat tangan
iii. Menyentuh benda atau permukaan yang telah terkontaminasi virus, lalu menyentuh
mulut, hidung, atau mata tanpa mencuci tangan
iv. Kontaminasi tinja (jarang terjadi)

2.2.2 Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara


Definisi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (APBN) Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar
sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang. Suparmoko
(2002) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggaran ialah suatu alat perencanaan
tentang penerimaan dan pengeluaran di masa yang akan datang umumnya disusun dalam
jangka waktu satu tahun. Sedangkan menurut Kementerian Keuangan (2004), Pasal 1
ayat 7 UU Nomor 17 Tahun 2003, APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
APBN merupakan instrument untuk membiayai kegiatan pemerintah dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,

5
mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas 20 pembangunan
secara umum. Dalam menyusun APBN, perencanaan alokasi belanja negara diarahkan
untuk mendorong alokasi sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara
produktif, yaitu terjadinya realokasi faktor-faktor produksi yang akan digunakan secara
lebih efisien dan efektif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi
khususnya dalam stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah perlu
menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas belanja negara dengan mengutamakan
belanja modal sebagai pendukung pendanaan bagi kegiatan pembangunan,
mengefisienkan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif, dan
menghindari peningkatan pengeluaran wajib. Belanja modal difokuskan untuk
mendukung program infrastruktur, mendukung target pertumbuhan ekonomi, dan
perbaikan kesejahteraan rakyat, infrastruktur pertanian, dan infrastruktur energi serta
komunikasi (Lestari, 2011). Sebelum tahun 1999 prinsip APBN adalah anggaran
berimbang dinamis, dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran
negara, dan jumlahnya diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1999
hingga sekarang, prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit.
Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-
Account.
Perbedaan antara prinsip anggaran surplus/defisit dengan prinsip anggaran
berimbang adalah bahwa : 1) Pinjaman luar negeri tidak dicatat sebagai sumber
penerimaan, melainkan sebagai sumber pembiayaan, dan 2) Defisit anggaran ditutup
dengan sumber pembiayaan dalam negeri ditambah sumber pembiayaan luar negeri
bersih. Apabila belanja lebih kecil daripada anggaran, disebut sebagai anggaran surplus.
Sebaliknya, apabila anggaran lebih kecil 21 daripada pengeluaran atau pengeluaran lebih
besar daripada anggaran, disebut anggaran defisit. Masing-masing kebijakan anggaran
mempunyai kecenderungan tersendiri. Pada sistem anggaran berimbang misalnya,
perekonomian cenderung berjalan stabil jika dibandingkan dengan kebijakan anggaran
defisit dan surplus. APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara, dan
pembiayaan adalah merupakan instrumen utama kebijakan fiskal untuk mengarahan
perekonomian nasional dan menstimulus pertumbuhan ekonomi sehingga besarnya
penyerapan akan berdampak pada semakin besarnya daya dorong terhadap pertumbuhan

6
dan sebaliknya. Kebijakan APBN diharapkan dapat merespon dinamika rakyat, baik yang
terkait dengan perkembangan perekonomian secara luas, maupun perkembangan
kehidupan rakyat itu sendiri, sehingga diperlukan kebijakan fiskal yang fleksibel (Lestari,
2011). Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak tahun anggaran 2000,
Indonesia telah mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I- account sesuai
standar statistik keuangan pemerintah, Government Finance Statistics (GFS).
Defisit Anggaran
Definisi Defisit Anggran Menurut Rahardja dan Manurung (2004) defisit
anggaran adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab pengeluaran
pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan pemerintah (G>T). Anggaran yang
defisit ini 22 biasanya ditempuh bila pemerintah ingin menstimulasi pertumbuhan
ekonomi. Hal ini umumnya dilakukan bila perekonomian berada dalam kondisi resesi.
Definisi dari defisit anggaran menurut Samuelson dan Nordhaus adalah
suatu anggaran dimana terjadi pengeluaran lebih besar dari pajak. Sedangkan menurut
Dornbusch, Fischer dan Startz defisit anggaran adalah selisih antara jumlah uang yang
dibelanjakan pemerintah dan penerimaan dari pajak. Dornbusch, Fischer, dan Startz
mengatakan bahwa Pemerintah secara keseluruhan, terdiri dari Departemen Keuangan
bersama Bank Sentral dapat membiayai defisit anggarannya dengan dua cara yaitu
dengan menjual obligasi maupun ”mencetak uang”. Bank Sentral dikatakan ”mencetak
uang” ketika Bank Sentral meningkatkan stok uang primer, umumnya melalui pembelian
pasar terbuka dengan membeli sebagian utang yang dijual Departemen Keuangan
(Efendi, 2009). Ada dua kemungkinan jenis hubungan yang terjadi antara defisit
anggaran dengan pertumbuhan uang. Pertama, dalam jangka pendek kenaikan defisit
yang disebabkan karena kebijakan ekpansioner akan cenderung menaikan suku bunga
nominal dan riil. Jika Bank Sentral menjaga supaya suku bunga tidak naik, maka
dilakukan tindakan dengan meningkatkan pertumbuhan uang. Kedua, pemerintah dengan
sengaja menaikan persediaan uang dengan maksud agar mendapat penerimaan
pemerintah dalam jangka panjang (Efendi, 2009). Terdapat beberapa definisi defisit,
secara konvensional defisit dihitung berdasarkan selisih antara total belanja dengan total
pendapatan termasuk hibah. Sementara itu, pengertian kedua adalah defisit moneter.

7
Defisit moneter adalah 23 selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran
pokok hutang) dengan total pendapatan (di luar penerimaan hutang). Pengertian ketiga
adalah defisit operasional, yaitu defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan
nilai nominal.
Definisi yang terakhir adalah defisit primer. Defisit primer merupakan
selisih antara belanja (di luar pembayaran pokok dan bunga hutang) dengan total
pendapatan. Selain itu, masih terdapat beberapa definisi dari defisit dan sangat tergantung
pada kriteria yang digunakan serta tujuan analisis. Biasanya pilihan konsep defisit yang
tepat tergantung oleh beberapa faktor, antara lain yaitu jenis ketidakseimbangan yang
terjadi, cakupan pemerintah (pemerintah pusat, konsolidasi pemerintah, dan sektor
publik), metode akuntasi (cash dan accrual basis), dan status dari contingent liabilities.

2.2.3 Dampak Pandemi Covid-19 Pada Perekonomian Indonesia


Peningkatan pandemi Covid-19 diprediksi akan berakibat pada penurunan pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2020. Berdasarkan prediksi The Economist Intelligence Unit sebagian besar
negara G-20 akan mengalami  pertumbuhan ekonomi negatif kecuali China (1,0), India (2,1), dan
Indonesia (1,0)[4]. Pertumbuhan yang masih positif ini karena baseline pertumbuhan ekonomi
Indonesia sebelum Covid-19 sudah cukup tinggi dengan real GDP growth sebesar 5,1.
Penurunan pertumbuhan ini diantaranya disebabkan oleh pelambatan ekonomi yang
berdampak pada penurunan pendapatan negara. Selanjutnya terdepresiasinya nilai rupiah,
merosotnya indeks harga saham di pasar modal, hingga munculnya masalah likuiditas
mengakibatkan terancamnya stabilitas perekonomian. Secara mikro, sepertinya dampak pandemi
Covid-19 dapat menyerang berbagai organisasi/instansi baik yang berskala besar maupun kecil.
Pada organisasi kecil tentu saja permasalahan ini akan sangat terasa karena ketersediaan modal
dan sumber daya mereka yang relatif masih kecil sehingga kesulitan untuk membiayai kegiatan.
Pada organisasi besar pandemi ini juga dapat berdampak karena fixed cost yang harus
dikeluarkan relatif besar, sementara arus pendapatan pasti akan menurun.
Kondisi yang sama juga berlaku pada sektor pemerintahan. Penurunan pendapatan
dialami karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat, sementara terjadi peningkatan belanja
pemerintah, khususnya untuk bidang kesehatan dan sosial. Pada bulan pertama mungkin
pandemi Covid-19 belum terlalu berdampak besar pada keuangan pemerintah, karena masih

8
dapat memanfaatkan ketersediaan dana yang masih tersimpan. Namun apabila pandemi ini tidak
kunjung membaik, dampak keuangannya akan mulai dirasakan pada beberapa bulan berikutnya
karena adanya penurunan pendapatan yang tajam dan masalah likuiditas. Oleh karena itu instansi
pemerintahan, baik pemerintah pusat ataupun daerah, perlu mengerahkan kekuatan bersama
dalam penanggulangan penyebaran pandemi ini dengan memprioritaskan anggaran pemerintah di
bidang kesehatan dan sosial. Disaat yang sama pemerintah perlu menanggulangi dampak
ekonomi dan keuangan, dengan target pada masyarakat yang terdampak karena menurunnya
daya beli.

2.2.4 Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia


Perppu Nomor 1 Tahun 2020 menjadi landasan pelaksanaan kebijakan refocusing dan
realokasi anggaran pemerintah. Penyesuaian anggaran pemerintah, yang meliputi anggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan merupakan salah satu kunci  awal  respon  yang  harus 
dilakukan instansi pemerintah dalam menghadapi perkembangan masalah ini. Beberapa detail
kebijakan yang sudah dibuat pemerintah pusat yaitu penambahan belanja dan pembiayaan APBN
2020 sejumlah Rp405,1 triliun, yang dialokasikan sebesar Rp75 triliun untuk bidang kesehatan,
Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial atau social safety net, Rp 70,1 triliun untuk insentif
perpajakan dan stimulus Kredit Usaha Rakyat, dan Rp150 triliun untuk program pemulihan
ekonomi nasional.
Berdasarkan Keppres No.9 Tahun 2020, pemerintah juga telah menyusun kebijakan
terkait sumber pendanaan yaitu stimulus tahap 1, stimulus tahap 2, dan realokasi anggaran
APBN/APBD. Kebijakan stimulus tahap 1 dilakukan untuk memperkuat perekonomian
domestik, stimulus tahap 2 dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat dan kemudahan
ekspor-impor, sedangkan realokasi anggaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dengan
tingkat urgensi yang tinggi.

2.2.5 Implementasi Kebijakan Keuangan Negara


Dampak dari pandemi Covid-19 pada perekonomian dan keuangan diperkirakan bukan

9
hanya berdampak pada tahun ini saja, tetapi juga dapat berlanjut untuk beberapa tahun ke depan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan antisipasi yang memadai diikuti oleh pengambilan keputusan
secara tepat, khususnya bagi instansi pemerintah untuk dapat meminimalisasi dampak negatif
pada sektor ekonomi dan keuangan negara. Berikut adalah saran untuk instansi pemerintahan
sebagai alternatif solusi mengacu kepada berbagai payung hukum yang telah dibuat Pemerintah,
sebagai berikut:

1. Penyusunan kembali skala prioritas belanja. Hal pertama yang dapat dilakukan oleh
pemerintah, baik pusat maupun daerah, adalah melakukan analisis atas belanja yang telah
dianggarkan pada awal periode. Setelah itu pemerintah harus menentukan skala prioritas
dengan mengurutkan anggaran belanja berdasarkan tingkat urgensinya. Pemerintah dapat
melakukan refocusing pada anggaran terutama untuk bidang kesehatan dan
sosial. Refocusing anggaran belanja ini juga diperlukan karena merosotnya asumsi
anggaran pendapatan.
2. Realokasi belanja. Pengalokasian kembali terutama namun tidak terbatas pada upaya
pengalokasian anggaran belanja modal ke belanja operasional. Hal ini penting untuk
dilakukan karena prioritas utama kini menuju ke arah penanggulangan Covid-19 serta
berbagai efek dominonya. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan mengurangi/menghentikan
sementara kegiatan pembangunan infrastruktur, maupun kegiatan investasi lainnya
direalokasikan untuk pengeluaran penanggulangan Covid-19. Pemerintah dapat juga
melakukan pemangkasan pada belanja-belanja tertentu misalnya pengeluaran untuk
perjalanan dinas, belanja rapat, bimbingan teknis, penyuluhan, dan sejenisnya untuk
dialihkan pada penanganan Covid-19.
3. Pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL), dana abadi, dana yang dikuasai pemerintah
dengan kriteria tertentu, dan dana yang dikelola oleh BLU/BLUD. Instansi pemerintah
pusat maupun daerah dapat memanfaatkan sumber pendanaan tersebut sesuai dengan
peruntukannya untuk penanganan dampak Covid-19 dan persiapan masa recovery.
4. Penetapan kebijakan relaksasi perpajakan pusat dan daerah. Memberikan stimulus kepada
sektor bisnis dan masyarakat, perlu dilakukan pengurangan beban, penurunan tarif pajak,
serta perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan.
BAB III

10
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam karya tulis ini kami menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu dalam
proses pengambilan datanya tidak perlu terjun kedalam lapangan secara langsung
melainkan kami mengambil dari sumber referensi yang mendukung suatu penelitian ini.
Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu menyimak
serta mencatat informasi penting dalam melakukan analisis data dengan cara reduksi data,
display data, dan gambaran kesimpulan mengenai studi literatur untuk dikembangkan
dalam penelitian ini.

3.2 Pembahasan

Pada kasus Indonesia merupakan kombinasi dua unsur yang terjadi secara
bersamaan, dimana unsur eksternal berupa kepanikan keuangan dan lemahnya ekonomi
nasional baik sektor perbankan maupun riil. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dimana ketika gejolak eksternal timbul, perekonomian nasional yang
lemah sangat mudah terkena dampak negatif sehingga gejolak yang terjadi dalam
waktu yang singkat berubah menjadi krisis ekonomi yang terjadi saat ini yang
dirasakan oleh negara kita

Salah satu contohnya adalah seorang pedagang yang biasa berjualan di tempat keramaian
seperti pasar menjadi tidak bisa berjualan, karena saat ini pasar sedang ditutup untuk
mengurangi penyebaran virus corona ini semakin meningkat. Akibatnya pedagang itu tidak
mempunyai penghasilan tetap karena masyarakat harus tetap memenuhi kebutuhan hidup
mereka dengan adanya covid-19 ini masyarakat sulit untuk memenuhi kebutuhan mereka
sehari-hari dari itu bagaimana kita secara bersama – sama membantu yang mempunyai
kelebihan bisa membantu yang berkekurangan sesuai apa yang dianut oleh Indonesia. Covid-
19 memberikan dampak buruk terhadap perekonomian masyarakat di Indonesia. Sistem
perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber

11
daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Tetapi
semenjak adanya pandemi ini negara memiliki krisis ekonomi yang diperkirakan menjadi
lemah dari tahun-tahun sebelumya ,bahkan menurut penuturan Menteri Keuangan bahwa
pertumbuhan ekonomi bisa tertekan hingga level 2,5 % hingga 0 % hal itu bisa terjadi
ketika tidak di lakukan strategi pencegahan yang baik dan tepat untuk mengatasi hal
tersebut, dan saat ini negara telah menambahkan intensive untuk petugas kesehatan sebesar 20
% dan jumlah bidang kesehatan sebesar 6,1 Triliun dan juga pada saat ini dan juga hal
ini menjadi perhatian bagi ekonomi global pada saat ini termasuk negara asean karena
itu Mentri keunggan menyampaikan bahwa dalam rapat bersama Gubernur Bank dan para
Mentri keuangan se ASEAN membicarakan strategi-strategi penanganan untuk tetap menjaga
kestabilan perekonomian global yang sedang terancam saat ini karen covid-19 termasuk
ekonomi nasional juga mengalami dampak dari Covid-19 saat ini dan dalam rapat di
sampaikan bagaimana ekonomi global merespon Covid ini karen menjadi perhatian khusus
saat ini. Dalam rapat di sampaikan juga bagaimana mencari obat-obatan untuk mencegah
Covid-19 tetapi saat ini belum ditemukan obat untuk Covid-19. Dan saat ini untuk kita
ketahui bersama bahwa hal yang akan kita tangani saat ini menggunakan skala prioritas
mana yang penting sesuai apa yang dikatakan presiden bahwa yang menjadi Fokus utama
ialah Kesehatan tetapi juga sektor lain juga diperhatikan dan tidak ditinggalkan juga karena
saling menunjang.dan yang menjadi hal yang dilakukan adalah Indonesia merupakan negara Asia
pertama yang mampu menerbitkan Global Bonds( surat utang) sejak adanya Covid-19
dan bertujuan untuk menjaga pembiayaan secara aman dan menambah cadangan devisa bagi
bank Indonesia Hal itu menunjukan bahwa masih ada kepercayaan Pasar Keuangan Global
atas pengelolaan kebijakan APBN yang prudent dan kebijakan makro yang baik/sound
kementrian keuangan terus menjaga dan berkomitmen untuk menjaga prinsip-prinsip
kehati-hatian Akuntabilitas dan Transparansi dalam menjaga APBN karena menjadi
Instrumen penting dalam tercapai tujua bernegara dan untuk menjaga Negara dalam
menghadapi berbagai tantangan berat seperti yang saat ini terjadi yaitu ancaman Covid-
19.dampak yang dialami sector ekonomi saat ini adalah

1. untuk pekerja yang dirumahkan dan kena PHK, lebih dari 1,5 juta,” . Dari jumlah
ini, 90 persen dirumahkan dan 10 persen kena-PHK. Sebanyak 1,24 juta orang
adalah pekerja formal dan 265 ribu pekerja informal.

12
2. untuk pekerja yang dirumahkan dan kena PHK, lebih dari 1,5 juta,” . Dari jumlah
ini, 90 persen dirumahkan dan 10 persen kena-PHK. Sebanyak 1,24 juta orang
adalah pekerja formal dan 265 ribu pekerja informal.

3. Ketiga, impor pada triwulan I 2020 turun 3,7 persen year-to-date(ytd)

4. Inflasi peningkatan harga secara umum dan terus menerus Maret 2020 mencapai
2,96 persenyear-on-year (yoy). Inflasi ini disumbangkan oleh harga emas perhiasan
dan beberapa komoditas pangan

5. Kelima, 12.703 penerbangan di 15bandara dibatalkan sepanjang Januari-Maret 2020.


Rinciannya yaitu 11.680 untuk penerbangan domestik dan 1.023 untuk
penerbangan internasional.

6. kunjungan turis turun hingga 6.800 per hari, khususnya turis dari Cina.

7. Angka kehilangan pendapatan disektor layanan udara mencapai Rp207 miliar. Sekitar
Rp4,8 miliar diantaranya disumbang dari penerbangan dari dan ke Cina.

8. Penurunan okupansi/ penempatan pada 6 ribu hotel turun hingga 50persen. Selain itu,
kataSri, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama juga memperkirakan
potensi kehilangan devisa pariwisata bisa mencapai setengah dari tahun lalu.

3.3 Kesimpulan

Bisa disimpulkan bahwa tujuan utama dari analisis ini adalah melihat
dampak dari Covid-19 bagi perekonomian Indonesia saat ini yang lebih
komprehensif dari berbagai alternatif skenario penanganan pandemi Covid-19,
dalam hal ini skenario intervensi minimal, skenario intervensi kuat (suppresionmisal
melalui pembatasan sosial berskala besar yg efektif); dan skenario intervensi
kuat dibarengi dengan stimulus fiskal. kombinasi daribenefit cost analysis
sederhana, . Hasil analisis menyimpulkan bahwa, betul intervensi kuat untuk
meminimalisasi penyebaran virus Covid-19 dapat menurunkan pertumbuhan
ekonomi lebih parah dibandingkan skenario minimal intervension. Akan tetapi,
kesimpulan ini hanya berbas variabel yaitu pertumbuhan ekonomi, yang tentunya,

13
bukan satu-satunya faktor ekonomi penting dalam analisis ekonomi. Kedua,
kesimpulan yang berbeda didapatkan dalam konteks jangka panjang, dimana justru
pertumbuhan ekonomi jangka panjang dapat lebih tertekan kalau skenario yang
terjadi adalah intervensi minimal. Dapat disimpulkan bahwa kerugian ekonomi dari
strategi intervensi kuat (supression jauh lebih rendah dari pada kerugian ekonomi
skenario intervensi minimal. dari mortalitas. Tentunya banyak ketidak sempurnaan
dalam analisis ini. Hasilnya sangat mungkin sensitif terhadap asumsi-asumsi yang
digunakan. Kajian selanjutnya, atau lebih formal, tentunya memerlukan sensitivity
analysis terhadap asumsi-asumsi dan parameterisasi yang dilakukan. Walaupun
demikian, dalam artikel ini penulis telah mencoba untuk membuat asumsi se-
plausible mungkin dan juga mengandalkan referensi-referensi yang kredibel. Kritik
dan saran untuk penyempurnaan dari analisis ini akan disambut dengan tangan
terbuka dan apresiasi. Kemudian, analisis ini juga tidak dimaksudkan untuk
meramalkan apa yang akan terjadi. Terlalu banyak ketidakpastian dalam tahapan
krisis Covid-19 ini dan informasi berubah cepat. Akan tetapi analisis ini mudah-
mudahan bisa memberikan gambaran yang lebih utuh bagaimana sebaiknya
aspek ekonomi ditempatkan dalam memilih strategi terbaik dalam mengelola
kebijakan di era krisis Covid-19 yang sekarang masih berlangsung.
Sudutpandang perekonomian Indonesia saat inidemikian juga pertumbuhan
ekonomi, pendapatan masyarakat, apalagi jangka pendek, bukan satu-satunya
faktor penentu kesejahteraan. Nyawa manusia dan kesehatan juga mempunyai nilai
ekonomi yang tinggi yang justru kalau tidak dinilai secara benar dapat
menyebabkan kerugian ekonomi yang lebih besar dalam jangka panjang.ketika
Covid-19 berakhir.Sarantentunya perekonomi sangat penting sebagai implikasi dari
strategi supresi dapat sebagian diredam oleh stimulus fiskal. Akan tetapi seperti yang
dibahas di artikel ini, Oleh karena itu kita, bersama pemerintah, harus sebaik-
baiknya melindungi perekonomian dari dampak Covid-19tersebut. Indonesia bisa
melakukannya karena mempunyai sistem perlindungan sosial yang relatif maju
dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Mari bergandengan tanggan
bersama-sama untuk memelihara perekonomian kita jangan egois karena

sekarang ini dibutuhkan kerjasama sehingga masalah yang di alami oleh bangsa kita dapat

14
diselesaikan dengan baik dan bersama-sama mematuhi perturan dari pemerintah sehingga
Covid-19 dapat berakhir pada waktunya karena ketika kita tidak patuh maka pandemic
akan terus berlangsung karena kurangya kesadaran untuk menaati kebijakan yang telah
pemerintah keluarkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

____________,2003. Keputusan Kementrian Keuangan No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan


Negara.

____________,2020. Peraturan Pemerintah Pengganti Perundang-Undangan No 1 Tahun 2020


tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Covid-19.

CNBC Indonesia. 2020. Pendapatan Negara Anjlok Rp 472 T Karena Corona. Diakses dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200406135219-4-150037/sri-mulyani-
pendapatan-negara-anjlok-rp-472-t-karena-corona

Kemenkeu. (2019). APBN 2019. diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/apbn2019

Wijaya, Cindy. (2020). Virus Corona: Definisi, Gejala, Penyebarannya, Pencegahannya.


Diakses dari https://www.deherba.com/apa-itu-virus-corona.html

Dosen-Dosen Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad. (2020).


Implementasi Kebijakan Keuangan di Pemerintah Pusat dan Daerah Akibat Pandemi
Covid-19. Diakses dari http://www.feb.unpad.ac.id/implementasi-kebijakan-keuangan-di-
pemerintah-pusat-dan-daerah-akibat-pandemi-covid-19/

Ayu, Wanda. (2020). Memahami Kaitan Perekonomian dan Virus Corona. Diakses dari
https://www.ui.ac.id/ekonom-ui-memahami-kaitan-perekonomian-dan-virus-corona/

Hanoatubun, Silpa. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Perekonomian Indonesia. Diakses dari
https://ummaspul.e-journal.id/Edupsycouns/article/view/423/240

Travelweekly. (2020). Economics Predicts Rapid Economic Recover. Diakses dari


https://www.travelweekly.com/Travel-News/Travel-Agent-Issues/Oxford-Economics-
predicts-rapid-economic-recover

Steven, Jennifer P, dkk. What Coronavirus could mean for the global economy. Diakses dari
https://hbr.org/2020/03/what-coronavirus-could-mean-for-the-globaleconomy

16
Pradhana, Adya. (2014). Analisis Kualitas Air Sungai Bringin Kota Semarang Menggunakan
Metode Indeks Pencemaran (IP). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

LAMPIRAN

- Reza Devidhianto(C1I019014) mengerjakan bagian BAB 3.

- Satrioseno Sancoko(C1I019016) mengerjakan bagian Cover, Daftar Isi, dan BAB 2.

- Virgi Prasetyo (C1I019010) mengerjakan bagian BAB 1.

- Bagian Kata Pengantar dan Daftar Pustaka dikerjakan oleh kami bersama.

17

Anda mungkin juga menyukai