Anda di halaman 1dari 21

PERAN LEMBAGA KEUANGAN SELAMA PANDEMI

COVID-19
Disusun untuk memenuhi syarat Ujian Tengah Semester (UTS) mata
kuliah Ekonomi Lembaga Keuangan kelas GD

MAKALAH

Dosen Pengampu:
Tri Cahyono, S.E., M.E.

Disusun Oleh:
Nada Fathina Putri Nurlia (195020400111042/ 06)
Angel Imanuelia Permatasari (195020401111028/ 12)
Salsabila Putri Tandiari (195020401111036/ 16)
Dira Lutfi Wijayanti (195020407111013/ 20)
Triavena Andy Widodo Putri (195020407111027/ 21)
Nicki Putri Purbowati (195020407111047/ 25)

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
DAFTAR GAMBAR 2
DAFTAR TABEL 2

BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Masalah atau Topik Bahasan 5
1.3 Tujuan Penulisan 6
1.4 Manfaat Penulisan 6
BAB II PEMBAHASAN 8
2.1 Kondisi Lembaga Keuangan Ketika Terjadi Pandemi Covid-19 8
2.2 Keadaan Lembaga Keuangan Global dan Pengaruhnya Pada Keadaan Lembaga
Keuangan di Indonesia 9
2.3 Peran Lembaga Keuangan dalam Mengatasi Krisis Keuangan Selama Pandemi
Covid-19 11
2.3.1 Peran Bank Sentral Selama Pandemi Covid-19 11
2.3.2 Peran Perbankan Selama Pandemi Covid-19 12
2.3.3 Peran Lembaga Pasar Modal Selama Pandemi Covid-19 13
2.3.4 Peran Lembaga Asuransi Selama Pandemi Covid-19 14
2.4 Kebijakan Lembaga Keuangan dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Selama Pandemi Covid-19 14
2.4.1 Kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam Mendorong Pertumbuhan 15
Ekonomi 15
2.4.2 Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Mendorong 16
Pertumbuhan Ekonomi 16
2.4.3 Kebijakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Mendorong 17

BAB III PENUTUP 18


3.1 Kesimpulan 18
3.2 Saran 18
DAFTAR PUSTAKA 19

1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Beberapa Negara 3
Gambar 2.1 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Dan Kredit 9
Gambar 2.2 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2019-2021 15

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Kredit UMKM berdasarkan Kelompok Bank 12

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan,


China pada Desember 2019. Virus ini merupakan penyakit menular yang menyerang
paru-paru dan disebabkan oleh sindrom pernapasan akut Coronavirus 2 (Sars-Cov-2).
Covid-19 diketahui sebagai virus dengan tingkat persebaran sangat cepat sehingga
tidak memerlukan waktu lama untuk dapat menyebar secara global. Virus yang
ditetapkan oleh WHO sebagai sebuah pandemi tersebut menimbulkan banyak korban
jiwa dan kerugian material yang meningkat, sehingga berimbas terhadap segala aspek
kehidupan masyarakat suatu negara, khususnya perekonomian.

Bank Dunia memprediksi ekonomi global berada pada minus 5,2% imbas dari
pandemi virus corona. Resesi ekonomi ini merupakan yang pertama sejak 1870,
bahkan proyeksi ekonomi global tahun ini jauh lebih rendah dari laporan Bank Dunia
Januari 2020 dengan proyeksi ekonomi global yang tumbuh sebesar 2,5 persen.

Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Beberapa Negara

Sumber: (Trading Economics, 2020), diolah.

Grafik diatas menunjukkan kondisi pertumbuhan ekonomi beberapa negara di


dunia. Adapun melansir dari (Feyen, Erik, et al. 2021) menyebutkan bahwa beberapa
negara mengalokasikan stimulus fiskal untuk memitigasi adanya dampak pandemi
Covid-19 ini. Beberapa aplikasinya berupa relaksasi pajak, penjaminan anggaran
3
kesehatan, perluasan keamanan sosial, subsidi bagi koperasi atau UMKM, serta
mempersiapkan anggaran untuk pemulihan ekonomi di masa mendatang. Sebagai
contoh, pada kuartal ke II tahun 2020 Jepang telah memberikan stimulus fiskal sebesar
hingga USD2,03 Triliun yang digunakan untuk anggaran subsidi kesehatan,
perusahaan, pendidikan dan dana darurat negara sebagai dampak dari pandemi
(Keuangan, OJK 2020).

Sebelumnya, Amerika Serikat juga melakukan relaksasi perpanjangan


Paycheck Protection Program (PPP) hingga akhir bulan Agustus 2020 guna
menyalurkan bantuan subsidi kepada masyarakat melalui dana tidak diklaim
(unclaimed fund). Tiongkok sendiri memberikan paket pemulihan perekonomian
melalui relaksasi pajak dan kontribusi dengan suku bunga yang rendah bahkan juga
terdapat pemotongan tarif energi listrik. Indonesia sendiri pada kuartal ke II tahun
2020 mengeluarkan kebijakan stimulus sebesar Rp695,2 triliun pada Program
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Secara keseluruhan, menurut Bank Dunia, dampak ekonomi dari Covid-19


dapat menghentikan usaha hampir 24 juta orang di Asia Timur dan Pasifik. Lebih
buruknya lagi, Bank Dunia juga memperkirakan hampir 35 juta orang akan tetap
dalam kondisi kemiskinan. Bahkan, jumlah orang yang hidup dalam kondisi
kemiskinan yang ekstrim akan meningkat hingga 922 juta di seluruh dunia.

Beberapa kebijakan lainnya dikeluarkan oleh pemerintah di berbagai negara


guna menghadapi dampak buruk dari terjadinya pandemi Covid-19 serta mendukung
pemulihan ekonomi secara riil. Seperti, pemberlakuan larangan bepergian, pembatasan
sosial, serta penutupan usaha bisnis. Namun sayangnya, kebijakan tersebut membawa
pengaruh pada penurunan aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Awal kemunculan
virus diikuti dengan adanya kebijakan physical distancing atau pengetatan dan
pembatasan aktivitas masyarakat memunculkan shock yang membuat masyarakat
mulai mengalami punic buying dengan membeli produk-produk tertentu seperti
masker, hand sanitizer, dan desinfektan secara berlebihan.

Di lain sisi, karena pembatasan sosial yang mengharuskan masyarakat untuk


berdiam diri di rumah, membuat masyarakat hanya akan melakukan pembelian barang
pokok dengan catatan dilakukan secara cepat dan terburu-buru. Namun tidak dibarengi
dengan kenaikan arus supply atau produksi barang mengalami penurunan. Penurunan
produksi terjadi karena tidak adanya kepastian waktu keberlangsungan wabah. Hal ini

4
menyebabkan sektor produksi atau perusahaan yang bergantung pada arus kas
mengalami keterbatasan likuiditas untuk memenuhi permintaan masyarakat yang pada
akhirnya berimbas pada sebagian besar tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan
dan pendapatannya.

Dari ilustrasi tersebut, dampak Covid-19 sangat serius yang menyebabkan


barang kebutuhan menjadi langka. Kelangkaan tersebut diikuti dengan naiknya
harga-harga barang. Namun, berbanding terbalik dengan kemampuan daya beli
masyarakat yang semakin lama semakin menurun. Tidak hanya 1 negara saja yang
merasakan kondisi tersebut, tetapi juga seluruh negara di dunia merasakan kondisi ini.
Sehingga pandemi Covid-19 menyebabkan permasalahan keuangan makro yang
memicu terjadinya guncangan resesi ekonomi global serta tekanan pada lembaga
keuangan negara dunia.

Tidak hanya menimbulkan guncangan penurunan besar pada fundamental


ekonomi riil, namun juga merusak kelancaran mekanisme pasar dan membentuk
adanya batasan atau penghalang antara permintaan dan penawaran. Terjadinya
kontraksi pada permintaan dan penawaran sebagai aspek vital ekonomi yang
menyebabkan angka minus pada pertumbuhan ekonomi global. Dampak krisis yang
ditimbulkan dari adanya kontraksi pada kedua aspek tersebut akan dirasakan secara
merata pada seluruh lapisan masyarakat. tidak hanya itu, dampak krisis tersebut pada
akhirnya akan menjalar ke sektor keuangan yang tertekan (distress) karena sejumlah
besar perusahaan emiten akan mengalami kesulitan pembayaran kepada para
investornya.

Berdasarkan seluruh hal yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk memaparkan peran lembaga keuangan selaku pembuat kebijakan
ekonomi dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi selama pandemi Covid-19.

1.2 Masalah atau Topik Bahasan


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penelitian ini
membatasi topik permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut diantaranya:
1.2.1. Bagaimana kondisi lembaga keuangan ketika terjadi pandemi Covid-19 di
dunia maupun di Indonesia?
1.2.2. Bagaimana keadaan lembaga keuangan global berpengaruh pada keadaan
lembaga keuangan di Indonesia?

5
1.2.3. Bagaimana peran lembaga keuangan dalam mengatasi krisis keuangan selama
pandemi Covid-19?
1.2.4. Kebijakan apa yang diambil oleh lembaga keuangan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama pandemi Covid-19?

1.3 Tujuan Penulisan


Mengacu pada latar belakang dan permasalahan yang timbul, penelitian ini
ditulis dengan tujuan sebagai berikut:
1.3.1. Mengetahui kondisi lembaga keuangan ketika terjadi pandemi Covid-19 di
dunia maupun di Indonesia.
1.3.2. Mengetahui keadaan lembaga keuangan global dan pengaruhnya pada keadaan
lembaga keuangan di Indonesia.
1.3.3. Mengetahui peran lembaga keuangan dalam mengatasi krisis keuangan selama
pandemi Covid-19.
1.3.4. Mengetahui kebijakan yang diambil oleh lembaga keuangan dalam
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama pandemi Covid-19.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun kebermanfaatan penelitian ini ditujukan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, antara lain:
1.4.1. Bagi Regulator
Kebermanfaatan penelitian ini bagi regulator yakni Pemerintah, Bank
Indonesia, OJK, diharapkan mampu memberikan sudut lain untuk bahan
evaluasi terhadap regulasi dalam membenahi sektor-sektor pada lembaga
keuangan selama terdampak sistematika Covid-19, sehingga kedepannya
diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi terkait kebijakan yang dilakukan
dalam mengatasi sistemik Covid-19 telah efektif atau belum.
1.4.2. Bagi Manajemen Perbankan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan evaluasi
bagi pembuat keputusan operasional atau bagi para pembuat kebijakan
lembaga keuangan sehingga akan tercipta keputusan yang efektif serta
memberi gambaran terkait evaluasi selama masa pandemi Covid-19.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Harapannya masyarakat dapat memahami berbagai hal yang terjadi
pada lembaga keuangan khususnya pada masa pandemi Covid-19 sehingga

6
nantinya akan timbul persepsi yang saling menguntungkan bagi masyarakat
maupun bagi lembaga keuangan terkait.
1.4.4. Bagi Akademisi
Para akademisi terlebih bagi pengkaji makalah sendiri diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam hal akademis dan peningkatan pemahaman
teoritis, mengetahui tata cara penulisan yang benar dan baik serta menjadi
bahan pendukung untuk peluang topik-topik penelitian selanjutnya di masa
mendatang bagi para akademisi lainnya yang menelaah penelitian ini.

7
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Lembaga Keuangan Ketika Terjadi Pandemi Covid-19


Pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia menyebabkan dampak
bagi ekonomi global maupun Indonesia sendiri. Dengan adanya kebijakan pembatasan
keluar rumah dan beberapa negara menerapkan kebijakan lockdown, membuat kondisi
perekonomian seluruh negara di dunia mengalami penurunan. Tercatat pada tahun
2020 pertumbuhan ekonomi dunia mengalami penurunan sebesar -3,2% dan
perdagangan dunia turut mengalami penurunan mencapai -8,3% akibat pandemi
Covid-19 hal ini membuat lembaga keuangan setiap negara harus mengeluarkan
kebijakan mitigasi masing-masing.
Penurunan perekonomian juga dirasakan oleh Indonesia, pada tahun 2020
capital outflow yang jumlahnya mencapai Rp 159,3 Triliun memicu depresiasi Rupiah
terhadap mata uang utama dunia, yaitu US Dollar. Tercatat semenjak pandemi
berlangsung di Indonesia, pada kuartal kedua kurs rupiah terhadap US Dollar
terkoreksi melemah sebesar -12,4% secara year to date dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut mengalami koreksi dengan
penurunan sebesar -28,44%. Volatilitas rupiah yang tidak terukur dan terjaga
berpotensi menimbulkan tekanan inflasi pada masyarakat. Sedangkan stabilitas nilai
tukar rupiah dan inflasi telah menjadi indikator dalam penetapan kebijakan moneter
dalam rangka stabilitas sistem keuangan dan memenuhi target pertumbuhan ekonomi
negara.
Potensi dari dampak pandemi Covid-19 yang diperkirakan akan semakin besar
membuat pemerintah melakukan mitigasi dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease
2019 (Covid-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan pada tanggal 31 April
2020. Bank Indonesia sebagai bank sentral yang bertujuan untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah membuat beberapa upaya sebagai langkah
pencegahan dengan kebijakan moneter. Bank Indonesia menetapkan sasaran moneter
dengan memperhatikan sasaran inflasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Dampak lain juga dirasakan oleh sektor perbankan konvensional dan
perbankan syariah, beberapa risiko yang muncul seperti kredit macet, penurunan aset,

8
risiko pasar, dan lain-lain. Kapasitas perbankan mengalami penurunan, terlebih dari
para debitur, menurunnya kinerja dari debitur mengakibatkan adanya peningkatan
potensi risiko kredit yang selanjutnya akan mengganggu kestabilan kinerja perbankan
(Disemadi & Shaleh, 2020)

Gambar 2.1 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Dan Kredit

Sumber: Survei Perbankan (Bank Indonesia, 2020)

Berdasarkan grafik diatas, memperlihatkan adanya dampak dari pandemi


Covid-19 pada pertumbuhan dana pihak ketiga dan kredit. Dana pihak ketiga
mengalami penurunan terendah pada triwulan 1 tahun 2020 dengan saldo bersih
tertimbang sebesar 11,6% sedangkan kredit mengalami penurunan terendah pada
triwulan 2 tahun 2020 sebesar -33,9% .

2.2 Keadaan Lembaga Keuangan Global dan Pengaruhnya Pada Keadaan Lembaga
Keuangan di Indonesia
Krisis ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 memicu resesi ekonomi
global dan memberikan masalah yang cukup serius pada pasar dan lembaga keuangan
di seluruh dunia. Dengan adanya krisis tersebut, para pembuat kebijakan menerapkan
beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah pada keuangan, fiskal, moneter,
makroprudensial, hingga kesehatan masyarakat. Misalnya otoritas keuangan membuat
kebijakan untuk melindungi pasar dan mempertahankan penyediaan layanan keuangan

9
bagi masyarakat termasuk kredit dan pembayaran, menjaga sektor manajemen risiko,
transparansi neraca bank, dan ketahanan finansial (Feyen et al., 2021).
Pada fase pertama pandemi Covid-19, likuiditas pasar di berbagai negara mulai
mengalami permasalahan dan kegiatan penghimpunan dana masyarakat mengalami
penegangan. Sehingga bank sentral di beberapa negara memperbaiki kebijakan
moneternya dan menambah likuiditas mata uang domestik melalui bank. Dalam
beberapa kasus, solusi juga diberikan melalui fasilitas kredit yang menawarkan
pinjaman dengan persyaratan yang lebih mudah. Tujuan dari langkah-langkah tersebut
adalah untuk menjaga kondisi likuiditas dan memastikan kelancaran aliran kredit dari
bank ke ekonomi riil (Cavallino & De Fiore, 2020). Di negara-negara maju, bank
sentral juga mengandalkan pembelian obligasi pemerintah daerah untuk meringankan
kondisi keuangan dan ekonomi (Benigno et al., 2020). Selain itu beberapa otoritas
moneter juga melakukan intervensi di pasar valuta asing dan membentuk jalur
pertukaran sementara dengan bank sentral lainnya.
Pada sektor perbankan, beberapa otoritas di seluruh dunia menerapkan
langkah-langkah untuk mendukung nasabah dan memastikan kelancaran aliran kredit
ke ekonomi riil serta menjaga ketahanan bank (Drehmann et al., 2020). Langkah
tersebut digunakan untuk mengurangi kepailitan bisnis karena kekurangan dana. Di
beberapa negara ada juga yang melarang short selling untuk mengurangi volatilitas
pasar dan beberapa memutuskan untuk menutup sementara pasa keuangannya.
Langkah tersebut merupakan bentuk kehati-hatian dalam memastikan berfungsinya
pasar keuangan di tengah krisis dan juga dukungan kepada pelaku pasar selain bank
seperti manajer aset dan perusahaan asuransi.
Di Indonesia tingkat efisiensi kinerja keuangan sektor perbankan mengalami
penurunan yang substansial pada masa pandemi Covid-19 (Sholihah, 2021). Pandemi
covid-19 memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada kegiatan bisnis sektor
perbankan terutama dalam menciptakan efisiensi kinerja keuangan yang optimal bagi
seluruh sektor perbankan di Indonesia. Selain itu, UMKM di Indonesia juga
dipengaruhi kebertahanan dan keberlangsungannya akibat pandemi Covid-19. Survei
Asian Development Bank menyatakan terdapat 48,6% UMKM yang tutup sementara
karena krisis yang terjadi ini. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya permintaan
dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja sehingga pendapatan masyarakat
menurun dan permasalahan keuangan karena banyak sektor perbankan yang
cenderung menahan penyaluran kreditnya kepada pelaku UMKM (Arianto, 2020).

10
2.3 Peran Lembaga Keuangan dalam Mengatasi Krisis Keuangan Selama Pandemi
Covid-19
Lembaga keuangan mengambil peran yang cukup besar di tengah keterbatasan
instrumen lainnya dalam upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi akibat adanya
pandemi Covid-19. Berikut ini merupakan peran penting yang dilakukan oleh berbagai
lembaga keuangan selama pandemi Covid-19.
2.3.1 Peran Bank Sentral Selama Pandemi Covid-19
Bank sentral di seluruh dunia mengambil peran penting di tengah
adanya pandemi Covid-19. Bank sentral menerapkan kebijakan
non-konvensional atau quantitative easing (QE), dimana bank sentral membeli
obligasi pemerintah atau aset keuangan jangka panjang lainnya pada open
market. Hal ini akan meningkatkan likuiditas di pasar yang dapat
meningkatkan pertumbuhan kredit dan investasi, serta menurunkan cost of
money. Suku bunga yang lebih rendah membuat bank dapat memberikan
pinjaman dengan biaya yang lebih rendah juga yang nantinya diharapkan dapat
menggerakkan kembali sektor riil.
Untuk mengatasi pandemi Covid-19, kebijakan QE ditempuh oleh bank
sentral AE (Advanced Economies) seperti Amerika Serikat (AS) dan Euro Area
(EA) (terutama Spanyol dan Prancis) dan bank sentral EM (Emerging Markets)
seperti India dan Brazil.
● Pada negara AE (Advanced Economies), bank sentral melakukan
kebijakan QE untuk menjaga ketersediaan kredit ke perusahaan,
menjaga fungsi pasar obligasi, dan mendukung monetary
accommodation ketika suku bunga telah mencapai effective lower
bound. Kebijakan QE dilakukan dan diimplementasikan oleh bank
sentral ketika suku bunga mencapai zero lower bound (ZLB) serta
tingkat inflasi yang berada pada level rendah.
● Pada negara EM (Emerging Markets), bank sentral melakukan
kebijakan QE untuk membantu mengatasi keterbatasan ruang fiskal
pemerintah. Selain itu, QE pada beberapa negara ditujukan untuk
mengatasi market dislocations yang diakibatkan oleh perilaku risk
aversion investor dimana bank sentral memegang peranan sebagai
dealers and buyers of last resort in the bond market.

11
2.3.2 Peran Perbankan Selama Pandemi Covid-19
Perbankan dan UMKM memiliki hubungan yang cukup penting untuk
diperhatikan. Hal ini dikarenakan UMKM merupakan suatu usaha dengan
modal kecil yang dikelola oleh pengusaha kecil tetapi cukup sering terkendala
pada masalah permodalan terlebih sejak adanya pandemi Covid-19. Oleh
karena itu, peran perbankan sangat dibutuhkan bagi UMKM untuk membantu
dalam hal penyaluran modal.
Peran perbankan di tengah pandemi tentu sangat penting. Hal ini
didorong oleh POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian
Nasional serta POJK Nomor 48 /POJK.03/2020, hingga kini perbankan
menggelontorkan restrukturisasi kredit atau pembiayaan hampir mencapai
seribu triliun rupiah. Pada 2020, target Kredit Usaha Rakyat (KUR)
pemerintah sebesar Rp 190 triliun tetapi perbankan berhasil menyalurkan dana
sekitar Rp 197,04 triliun. OJK juga mencatat permintaan kredit perbankan
hingga periode Mei 2021 masih terkontraksi sebesar 1,28% yoy. Meskipun
masih terkontraksi, permintaan kredit perbankan cenderung membaik sejak
awal 2021.

Tabel 2.1 Tabel Kredit UMKM berdasarkan Kelompok Bank

Sumber: SPI September (Otoritas Jasa Keuangan, 2020)

Berdasarkan kelompok bank, sebagian besar kredit UMKM disalurkan


oleh BUMN (60,89%) dan BUSN (31,32%). Secara umum, penyaluran kredit
UMKM dari seluruh kelompok bank melambat bahkan terkontraksi
dibandingkan tahun sebelumnya sejalan dengan perlambatan kredit bank
umum.
Terlepas dari hal di atas, tentunya tidak terlepas dari digitalisasi
perbankan dan perubahan perilaku nasabah yang memanfaatkan layanan digital
dalam melakukan transaksi keuangan agar tak tertular virus Covid-19. Namun,
digitalisasi tentunya juga memiliki keuntungan dan risiko. Di satu sisi

12
mempercepat proses transaksi, di sisi lain digitalisasi memiliki risiko seperti
fraud dan pencurian data pribadi.
Seiring berjalannya waktu, perbankan telah mengembangkan anti fraud
system demi melindungi para nasabahnya. Selain itu, bank juga melakukan
pengecekan secara berkala pada keamanan sistem operasional dengan firewall
system, fraud detection system, dan sebagainya.
2.3.3 Peran Lembaga Pasar Modal Selama Pandemi Covid-19
BEI bersama OJK serta SRO lainnya terus melakukan upaya
pengembangan program-program baru yang berkontribusi terhadap kemajuan
Pasar Modal Indonesia. Salah satunya adalah IDX Industrial Classification
(IDX-IC) yang diluncurkan pada 25 Januari 2021. Selain itu, pada 16 Juli 2021
BEI menerapkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas yang Diperdagangkan dalam
Pemantauan Khusus. Saham yang masuk ke dalam Daftar Efek dalam
Pemantauan Khusus ini akan disematkan notasi khusus “X” yang nantinya
dapat memaksimalkan peningkatan pelayanan data kepada stakeholders. Hal
ini dilakukan demi meningkatkan perlindungan investor.
Peran KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan di pasar modal
Indonesia membuat KPEI berbagai inisiatif strategis untuk meningkatkan daya
dukung infrastruktur dan pengembangan layanannya yaitu sebagai berikut.
● Peningkatan kinerja sistem e-CLEARS
● Peningkatan kapasitas sistem e-IPO KPEI
● Pengembangan sistem pengelolaan agunan yang terintegrasi
● Pengembangan Pinjam Meminjam Efek (PME)-Bilateral
● Penyempurnaan sistem Tri Party Repo
● Implementasi reksadana sebagai agunan offline
● Analisis, monitoring dan perhitungan parameter risiko yang berbasis
big data
Selain KPEI, tampaknya KSEI juga tengah berupaya dalam memenuhi
kebutuhan platform elektronik yang digunakan untuk penyelenggaraan
kegiatan secara online dengan meluncurkan modul e-Voting eASY.KSEI pada
28 Juni 2021 yang merupakan platform elektronik dimana dapat digunakan
investor untuk memberikan suara dan menyaksikan pelaksanaan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) secara daring.

13
2.3.4 Peran Lembaga Asuransi Selama Pandemi Covid-19
Saat masa pandemi Covid-19, industri asuransi tetap memberikan
komitmen dan pelayanan yang optimal baik pada nasabah maupun masyarakat
meskipun biaya pasien yang terkena Covid-19 ditanggung oleh pemerintah.
Pada situasi tersebut, para pelaku industri asuransi beranggapan adanya
peluang pasar karena masyarakat semakin sadar bahwa mereka mmebutuhkan
proteksi sehingga harus memiliki asuransi.
Untuk membantu industri asuransi mengatasi dampak pandemic
Covid-19, OJK telah merelaksasi sejumlah aturan, di antaranya melalui
Peraturan OJK (POJK) No 14/ Pojk 05/2020 tentang Kebijakan
Countercyclical dampak Penyebaran Covid-19 bagi Lembaga Jasa Keuangan
Non-Bank (LJKNB) yang diterbitkan pada 14 April lalu.
Berdasarkan aturan tersebut, perusahaan asuransi, perusahaan
reasuransi, perusahaan asuransi syariah, dan perusahaan reasuransi syariah
memberikan perpanjangan batas waktu pembayaran premi atau kontribusi
kepada pemegang polis, peserta, atau tertanggung selama empat bulan. Selain
itu, aset berupa obligasi korporasi yang tercatat di bursa efek, sukuk/obligasi
syariah yang tercatat di bursa efek, surat berharga negara (SBN), dan surat
berharga syariah Negara (SBSN) dapat dinilai berdasarkan nilai perolehan
yang diamortisasi.
2.4 Kebijakan Lembaga Keuangan dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Selama Pandemi Covid-19
Kasus pertama COVID-19 di Indonesia ditemukan pada awal bulan Maret
2020. Beberapa pemerintah daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Pada bulan Juli 2021,
pemerintah pusat melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM). Kebijakan tersebut mewajibkan masyarakat untuk berkegiatan dari rumah.
Implikasi dari kebijakan PSBB dan PPKM adalah berkurangnya aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat.
Pada kegiatan ekonomi, berkurangnya aktivitas masyarakat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi melambat pada awal pandemi. Pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari data Produk Domestik Bruto (PDB). Berikut ini grafik pertumbuhan
ekonomi di Indonesia kuartalan tahun 2019-2020

14
Gambar 2.2 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2019-2021

Sumber : (Badan Pusat Statistik), diolah.

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi


Indonesia melambat pada kuartal 1 dan 2 tahun 2020. Produk Domestik Bruto (PDB)
pada kuartal 1 tahun 2020 menurun sebesar 2,41% (persen) jika dibandingkan Q4
tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi Q2 2020 mengalami penurunan sebesar 4,19%
(persen) dibandingkan Q1 2020. Pada kuartal berikutnya PDB Indonesia mulai
mengalami peningkatan. PDB Indonesia stabil pada kuartal 3 tahun 2020 hingga
kuartal 4 tahun 2021.
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan
stabilitas keuangan melalui bauran kebijakan yang ditetapkan oleh Komite Stabilitas
Sistem Keuangan (KSSK). Adapun KSSK terdiri dari Menteri Keuangan, Bank
Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan
(LPS). Keempat otoritas tersebut bersinergi menetapkan kebijakan fiskal dan moneter.
Pertumbuhan ekonomi yang stabil salah satunya didorong oleh kebijakan
moneter dan stabilitas sistem keuangan. BI bersama dengan OJK dan LPS membuat
kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun kebijakan yang
diterapkan oleh BI selama pandemi COVID-19 sebagai berikut.

2.4.1 Kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam Mendorong Pertumbuhan


Ekonomi
Bank Indonesia merupakan lembaga yang fungsi menjaga stabilitas
moneter dan sistem pembayaran di Indonesia. Berdasarkan laporan Bank

15
Indonesia pada laman resminya (Bank Indonesia, 2020), BI menerapkan
kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan pada awal pandemi
COVID-19. Kebijakan moneter BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yaitu dengan menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar
4,50% (persen), tingkat suku bunga deposito sebesar 3,75% (persen), dan
tingkat suku bunga Lending Facility sebesar 5,25% (persen). Kebijakan
tersebut dilaksanakan pada bulan April 2020. Tingkat BI7DRR tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan bulan Maret 2020. Penurunan BI7DRR
bertujuan agar lebih sedikit masyarakat yang menabung. Kebijakan tersebut
berimplikasi bahwa masyarakat lebih banyak membawa uang untuk
dibelanjakan.
Ruang lingkup kebijakan BI mencakup stabilitas sistem pembayaran.
BI menjaga likuiditas perbankan agar tidak menyebabkan permasalahan
solvabilitas dengan kebijakan menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas
Makroprudensial (RPLM). Ketentuan RPLM pada awal pandemi COVID-19
yaitu sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk Bank
Umum Syariah/Unit Usaha Syariah. Berkaitan dengan pembatasan aktivitas
masyarakat, BI mensosialisasikan pembayaran nontunai kepada masyarakat.
Dalam hal sinergi pelaksanaan kebijakan fiskal, BI membantu mempercepat
program Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat.

2.4.2 Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Mendorong


Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan siaran pers OJK (Otoritas Jasa Keuangan, 2020),
kebijakan OJK untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan restrukturisasi
kredit dan pembiayaan (leasing). Kebijakan tersebut khususnya diperuntukkan
bagi masyarakat dan pelaku usaha. OJK melalui POJK 11/POJK.03/2020
menerapkan kebijakan kolektibilitas satu pilar melalui restrukturisasi kredit
yang diprioritas untuk sektor terdampak dan UMKM termasuk ojek online.
Kebijakan tersebut untuk menjaga stabilitas fundamental sektor riil.
Kebijakan lainnya yaitu dalam hal menjaga stabilitas pasar uang. OJK
menerapkan kebijakan sejak awal pandemi yaitu (1) larang sementara dari OJK
untuk melakukan short selling; (2) memberlakukan asymmetric auto rejection
dan trading halt 30 menit untuk penurunan 5 persen perdagangan; (3)
meniadakan perdagangan pada saat pre-opening; dan (4) buyback saham
melalui RUPS.
16
Pada kebijakan stimulus OJK terdapat 7 poin utama. Ketujuh poin
tersebut salah satunya mengenai kebijakan pelonggaran likuiditas dan
permodalan perbankan. OJK melonggarkan permodalan dan likuiditas agar
tidak terjadi permasalahan solvabilitas. Suatu bank apabila terjadi kendala
likuiditas dan solvabilitas dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem
perbankan.

2.4.3 Kebijakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Mendorong


Pertumbuhan Ekonomi

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan badan hukum yang


berfungsi untuk penjamin simpanan nasabah dan stabilitas sistem perbankan.
Pada keadaan pandemi, LPS melaksanakan kebijakan untuk percepatan
pemulihan ekonomi. Adapun kebijakan LPS yaitu (1) LPS melonggarkan jatuh
tempo pembayaran premi;. (2) kebijakan LPS untuk mendapatkan alternatif
pendanaan untuk pembiayaan likuiditas bank; dan (3) LPS memiliki
keleluasaan memilih metode resolusi (Lembaga Penjamin Simpanan, LPS).

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia menyebabkan dampak
bagi ekonomi global maupun Indonesia sendiri. Dengan adanya kebijakan pembatasan
keluar rumah dan beberapa negara menerapkan kebijakan lockdown, membuat kondisi
perekonomian seluruh negara di dunia mengalami penurunan. Adanya krisis ini juga
membuat para stakeholder kebijakan menerapkan beberapa kebijakan untuk mengatasi
masalah pada keuangan, fiskal, moneter, makroprudensial, hingga kesehatan
masyarakat. Misalnya otoritas keuangan membuat kebijakan untuk melindungi pasar
dan mempertahankan penyediaan layanan keuangan bagi masyarakat termasuk kredit
dan pembayaran, menjaga sektor manajemen risiko, transparansi neraca bank, dan
ketahanan finansial.
Lembaga keuangan sendiri turut mengambil peran yang cukup besar di tengah
keterbatasan instrumen lainnya dalam upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi.
Bank sentral di dunia berperan di tengah pandemi Covid-19 dengan melakukan
kebijakan non-konvensional atau quantitative easing (QE), sedangkan perbankan
berupaya untuk melindungi para nasabahnya melalui firewall system, fraud detection
system, dan sebagainya. OJK sendiri sebagai lembaga pengawasan lembaga keuangan
telah merelaksasi sejumlah aturan salah satunya yaitu OJK (POJK) No 14/ Pojk
05/2020 yang diterbitkan pada 14 April lalu. Begitu pula dengan LPS selama pandemi
yang memberi kelonggaran jatuh tempo pembayaran premi.

3.2 Saran
Perlu adanya perhatian lebih serta tindakan dari pihak pemerintah agar dampak
tersebut tidak menjadi ancaman serius. Beberapa kebijakan dikeluarkan oleh
pemerintah guna menghadapi dampak buruk dari terjadinya pandemi Covid-19 serta
mendukung pemulihan ekonomi secara riil. Seperti, pemberlakuan larangan bepergian,
pembatasan sosial, serta penutupan usaha bisnis. Tidak hanya itu, pemerintah
bersama-sama dengan bank sentral juga menerapkan berbagai kebijakan sektor
keuangan sebagai upaya untuk menjaga penyediaan layanan keuangan seperti kredit
dan pembayaran yang sangat penting bagi ekonomi riil. Misalnya, penyediaan
likuiditas bagi lembaga dan pasar keuangan, menjaga kelangsungan operasional dan
bisnis, memfasilitasi aliran kredit, serta mendukung peminjam yang menghadapi
kesulitan pembayaran jangka pendek.
18
DAFTAR PUSTAKA

Arianto, B. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Perekonomian Dunia. Jurnal


Ekonomi Perjuangan, 2(2).

Benigno, G., Hartley, J., García-Herrero, A., Rebucci, A., & Ribakova, E. (2020).
Credible emerging market central banks could embrace quantitative easing to fight
COVID-19. CEPR Policy Portal.

Cavallino, P., & De Fiore, F. (2020). Central banks’ response to Covid-19 in advanced
economies. BIS Bulletin, 21(June).

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (2020) Tinjauan Kebijakan Moneter April
2020. Available
at:https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/Tinjauan-Kebijakan-Moneter-Ap
ril-2020.aspx#:~:text=Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank,Facility sebesar
5%2C25%25.

Drehmann, M., Farag, M., Tarashev, N., & Tsatsaronis, K. (2020). Buffering Covid-19
losses-the role of prudential policy. Bank for International Settlements.

Feyen, E., Alonso Gispert, T., Kliatskova, T., & Mare, D. S. (2021). Financial Sector
Policy Response to COVID-19 in Emerging Markets and Developing Economies.
Journal of Banking & Finance, 133, 106184.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2021.106184

Ibnu, A. (2021). Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kinerja Perbankan di


Indonesia. Diploma Thesis Universitas Andalas

Indonesia, B., & Triwulan, I. (2014). Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional.

Keuangan, O. J. (2020). Laporan Profil Industri Perbankan Triwulan IV 2020.


Indonesia: Otoritas Jasa Keuangan.

Lembaga Penjamin Simpanan (2020) ‘LPS Dukung Pemulihan Perekonomian Nasional


lewat Sinergi Kebijakan’. Available at:
https://lps.go.id/web/guest/berita-dan-peristiwa/-/asset_publisher/HmP5/content/lp
s-dukung-pemulihan-perekonomian-nasional-lewat-sinergi-kebijakan?inheritRedir

19
ect=false&redirect=https%3A%2F%2Flps.go.id%2Fweb%2Fguest%2Fberita-dan-
peristiwa%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_HmP5%26p_p_lifecycle%3D0%26p_
p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dcolumn-2%26p_
p_col_count%3D1.

Otoritas Jasa Keuangan (2020) Siaran Pers: Kebijakan OJK Menjaga Stabilitas Sektor
Jasa Keuangan Tetap Terjaga Hingga Akhir Tahun.

Satuan Gugus Tugas COVID-19 (2022) Gugus Tugas Percepatan Penanganan


Covid-19. Available at: https://covid19.go.id/.

Sholihah, E. (2021). EFISIENSI KINERJA KEUANGAN SEKTOR PERBANKAN


INDONESIA DI MASA PANDEMI COVID-19. JRMSI-Jurnal Riset Manajemen
Sains Indonesia, 12(2), 287–304.

Tri, S., & Luthfi, W. (2021). PERAN BANK INDONESIA DAN PEMBANGUNAN
HUKUM DI BIDANG MONETER DALAM RANGKA PEMULIHAN
EKONOMI INDONESIA. Jurnal Rechtsvinding-Media Pembinaan Hukum
Nasional, 10(3),393-411

20

Anda mungkin juga menyukai