COVID-19
Disusun untuk memenuhi syarat Ujian Tengah Semester (UTS) mata
kuliah Ekonomi Lembaga Keuangan kelas GD
MAKALAH
Dosen Pengampu:
Tri Cahyono, S.E., M.E.
Disusun Oleh:
Nada Fathina Putri Nurlia (195020400111042/ 06)
Angel Imanuelia Permatasari (195020401111028/ 12)
Salsabila Putri Tandiari (195020401111036/ 16)
Dira Lutfi Wijayanti (195020407111013/ 20)
Triavena Andy Widodo Putri (195020407111027/ 21)
Nicki Putri Purbowati (195020407111047/ 25)
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Masalah atau Topik Bahasan 5
1.3 Tujuan Penulisan 6
1.4 Manfaat Penulisan 6
BAB II PEMBAHASAN 8
2.1 Kondisi Lembaga Keuangan Ketika Terjadi Pandemi Covid-19 8
2.2 Keadaan Lembaga Keuangan Global dan Pengaruhnya Pada Keadaan Lembaga
Keuangan di Indonesia 9
2.3 Peran Lembaga Keuangan dalam Mengatasi Krisis Keuangan Selama Pandemi
Covid-19 11
2.3.1 Peran Bank Sentral Selama Pandemi Covid-19 11
2.3.2 Peran Perbankan Selama Pandemi Covid-19 12
2.3.3 Peran Lembaga Pasar Modal Selama Pandemi Covid-19 13
2.3.4 Peran Lembaga Asuransi Selama Pandemi Covid-19 14
2.4 Kebijakan Lembaga Keuangan dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Selama Pandemi Covid-19 14
2.4.1 Kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam Mendorong Pertumbuhan 15
Ekonomi 15
2.4.2 Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Mendorong 16
Pertumbuhan Ekonomi 16
2.4.3 Kebijakan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam Mendorong 17
1
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Beberapa Negara 3
Gambar 2.1 Grafik Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Dan Kredit 9
Gambar 2.2 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2019-2021 15
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Kredit UMKM berdasarkan Kelompok Bank 12
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank Dunia memprediksi ekonomi global berada pada minus 5,2% imbas dari
pandemi virus corona. Resesi ekonomi ini merupakan yang pertama sejak 1870,
bahkan proyeksi ekonomi global tahun ini jauh lebih rendah dari laporan Bank Dunia
Januari 2020 dengan proyeksi ekonomi global yang tumbuh sebesar 2,5 persen.
4
menyebabkan sektor produksi atau perusahaan yang bergantung pada arus kas
mengalami keterbatasan likuiditas untuk memenuhi permintaan masyarakat yang pada
akhirnya berimbas pada sebagian besar tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan
dan pendapatannya.
Berdasarkan seluruh hal yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk memaparkan peran lembaga keuangan selaku pembuat kebijakan
ekonomi dalam menghadapi berbagai krisis ekonomi selama pandemi Covid-19.
5
1.2.3. Bagaimana peran lembaga keuangan dalam mengatasi krisis keuangan selama
pandemi Covid-19?
1.2.4. Kebijakan apa yang diambil oleh lembaga keuangan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama pandemi Covid-19?
6
nantinya akan timbul persepsi yang saling menguntungkan bagi masyarakat
maupun bagi lembaga keuangan terkait.
1.4.4. Bagi Akademisi
Para akademisi terlebih bagi pengkaji makalah sendiri diharapkan dapat
memberikan manfaat dalam hal akademis dan peningkatan pemahaman
teoritis, mengetahui tata cara penulisan yang benar dan baik serta menjadi
bahan pendukung untuk peluang topik-topik penelitian selanjutnya di masa
mendatang bagi para akademisi lainnya yang menelaah penelitian ini.
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
risiko pasar, dan lain-lain. Kapasitas perbankan mengalami penurunan, terlebih dari
para debitur, menurunnya kinerja dari debitur mengakibatkan adanya peningkatan
potensi risiko kredit yang selanjutnya akan mengganggu kestabilan kinerja perbankan
(Disemadi & Shaleh, 2020)
2.2 Keadaan Lembaga Keuangan Global dan Pengaruhnya Pada Keadaan Lembaga
Keuangan di Indonesia
Krisis ekonomi yang disebabkan pandemi Covid-19 memicu resesi ekonomi
global dan memberikan masalah yang cukup serius pada pasar dan lembaga keuangan
di seluruh dunia. Dengan adanya krisis tersebut, para pembuat kebijakan menerapkan
beberapa kebijakan untuk mengatasi masalah pada keuangan, fiskal, moneter,
makroprudensial, hingga kesehatan masyarakat. Misalnya otoritas keuangan membuat
kebijakan untuk melindungi pasar dan mempertahankan penyediaan layanan keuangan
9
bagi masyarakat termasuk kredit dan pembayaran, menjaga sektor manajemen risiko,
transparansi neraca bank, dan ketahanan finansial (Feyen et al., 2021).
Pada fase pertama pandemi Covid-19, likuiditas pasar di berbagai negara mulai
mengalami permasalahan dan kegiatan penghimpunan dana masyarakat mengalami
penegangan. Sehingga bank sentral di beberapa negara memperbaiki kebijakan
moneternya dan menambah likuiditas mata uang domestik melalui bank. Dalam
beberapa kasus, solusi juga diberikan melalui fasilitas kredit yang menawarkan
pinjaman dengan persyaratan yang lebih mudah. Tujuan dari langkah-langkah tersebut
adalah untuk menjaga kondisi likuiditas dan memastikan kelancaran aliran kredit dari
bank ke ekonomi riil (Cavallino & De Fiore, 2020). Di negara-negara maju, bank
sentral juga mengandalkan pembelian obligasi pemerintah daerah untuk meringankan
kondisi keuangan dan ekonomi (Benigno et al., 2020). Selain itu beberapa otoritas
moneter juga melakukan intervensi di pasar valuta asing dan membentuk jalur
pertukaran sementara dengan bank sentral lainnya.
Pada sektor perbankan, beberapa otoritas di seluruh dunia menerapkan
langkah-langkah untuk mendukung nasabah dan memastikan kelancaran aliran kredit
ke ekonomi riil serta menjaga ketahanan bank (Drehmann et al., 2020). Langkah
tersebut digunakan untuk mengurangi kepailitan bisnis karena kekurangan dana. Di
beberapa negara ada juga yang melarang short selling untuk mengurangi volatilitas
pasar dan beberapa memutuskan untuk menutup sementara pasa keuangannya.
Langkah tersebut merupakan bentuk kehati-hatian dalam memastikan berfungsinya
pasar keuangan di tengah krisis dan juga dukungan kepada pelaku pasar selain bank
seperti manajer aset dan perusahaan asuransi.
Di Indonesia tingkat efisiensi kinerja keuangan sektor perbankan mengalami
penurunan yang substansial pada masa pandemi Covid-19 (Sholihah, 2021). Pandemi
covid-19 memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada kegiatan bisnis sektor
perbankan terutama dalam menciptakan efisiensi kinerja keuangan yang optimal bagi
seluruh sektor perbankan di Indonesia. Selain itu, UMKM di Indonesia juga
dipengaruhi kebertahanan dan keberlangsungannya akibat pandemi Covid-19. Survei
Asian Development Bank menyatakan terdapat 48,6% UMKM yang tutup sementara
karena krisis yang terjadi ini. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya permintaan
dengan banyaknya pemutusan hubungan kerja sehingga pendapatan masyarakat
menurun dan permasalahan keuangan karena banyak sektor perbankan yang
cenderung menahan penyaluran kreditnya kepada pelaku UMKM (Arianto, 2020).
10
2.3 Peran Lembaga Keuangan dalam Mengatasi Krisis Keuangan Selama Pandemi
Covid-19
Lembaga keuangan mengambil peran yang cukup besar di tengah keterbatasan
instrumen lainnya dalam upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi akibat adanya
pandemi Covid-19. Berikut ini merupakan peran penting yang dilakukan oleh berbagai
lembaga keuangan selama pandemi Covid-19.
2.3.1 Peran Bank Sentral Selama Pandemi Covid-19
Bank sentral di seluruh dunia mengambil peran penting di tengah
adanya pandemi Covid-19. Bank sentral menerapkan kebijakan
non-konvensional atau quantitative easing (QE), dimana bank sentral membeli
obligasi pemerintah atau aset keuangan jangka panjang lainnya pada open
market. Hal ini akan meningkatkan likuiditas di pasar yang dapat
meningkatkan pertumbuhan kredit dan investasi, serta menurunkan cost of
money. Suku bunga yang lebih rendah membuat bank dapat memberikan
pinjaman dengan biaya yang lebih rendah juga yang nantinya diharapkan dapat
menggerakkan kembali sektor riil.
Untuk mengatasi pandemi Covid-19, kebijakan QE ditempuh oleh bank
sentral AE (Advanced Economies) seperti Amerika Serikat (AS) dan Euro Area
(EA) (terutama Spanyol dan Prancis) dan bank sentral EM (Emerging Markets)
seperti India dan Brazil.
● Pada negara AE (Advanced Economies), bank sentral melakukan
kebijakan QE untuk menjaga ketersediaan kredit ke perusahaan,
menjaga fungsi pasar obligasi, dan mendukung monetary
accommodation ketika suku bunga telah mencapai effective lower
bound. Kebijakan QE dilakukan dan diimplementasikan oleh bank
sentral ketika suku bunga mencapai zero lower bound (ZLB) serta
tingkat inflasi yang berada pada level rendah.
● Pada negara EM (Emerging Markets), bank sentral melakukan
kebijakan QE untuk membantu mengatasi keterbatasan ruang fiskal
pemerintah. Selain itu, QE pada beberapa negara ditujukan untuk
mengatasi market dislocations yang diakibatkan oleh perilaku risk
aversion investor dimana bank sentral memegang peranan sebagai
dealers and buyers of last resort in the bond market.
11
2.3.2 Peran Perbankan Selama Pandemi Covid-19
Perbankan dan UMKM memiliki hubungan yang cukup penting untuk
diperhatikan. Hal ini dikarenakan UMKM merupakan suatu usaha dengan
modal kecil yang dikelola oleh pengusaha kecil tetapi cukup sering terkendala
pada masalah permodalan terlebih sejak adanya pandemi Covid-19. Oleh
karena itu, peran perbankan sangat dibutuhkan bagi UMKM untuk membantu
dalam hal penyaluran modal.
Peran perbankan di tengah pandemi tentu sangat penting. Hal ini
didorong oleh POJK Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus Perekonomian
Nasional serta POJK Nomor 48 /POJK.03/2020, hingga kini perbankan
menggelontorkan restrukturisasi kredit atau pembiayaan hampir mencapai
seribu triliun rupiah. Pada 2020, target Kredit Usaha Rakyat (KUR)
pemerintah sebesar Rp 190 triliun tetapi perbankan berhasil menyalurkan dana
sekitar Rp 197,04 triliun. OJK juga mencatat permintaan kredit perbankan
hingga periode Mei 2021 masih terkontraksi sebesar 1,28% yoy. Meskipun
masih terkontraksi, permintaan kredit perbankan cenderung membaik sejak
awal 2021.
12
mempercepat proses transaksi, di sisi lain digitalisasi memiliki risiko seperti
fraud dan pencurian data pribadi.
Seiring berjalannya waktu, perbankan telah mengembangkan anti fraud
system demi melindungi para nasabahnya. Selain itu, bank juga melakukan
pengecekan secara berkala pada keamanan sistem operasional dengan firewall
system, fraud detection system, dan sebagainya.
2.3.3 Peran Lembaga Pasar Modal Selama Pandemi Covid-19
BEI bersama OJK serta SRO lainnya terus melakukan upaya
pengembangan program-program baru yang berkontribusi terhadap kemajuan
Pasar Modal Indonesia. Salah satunya adalah IDX Industrial Classification
(IDX-IC) yang diluncurkan pada 25 Januari 2021. Selain itu, pada 16 Juli 2021
BEI menerapkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas yang Diperdagangkan dalam
Pemantauan Khusus. Saham yang masuk ke dalam Daftar Efek dalam
Pemantauan Khusus ini akan disematkan notasi khusus “X” yang nantinya
dapat memaksimalkan peningkatan pelayanan data kepada stakeholders. Hal
ini dilakukan demi meningkatkan perlindungan investor.
Peran KPEI sebagai Lembaga Kliring dan Penjaminan di pasar modal
Indonesia membuat KPEI berbagai inisiatif strategis untuk meningkatkan daya
dukung infrastruktur dan pengembangan layanannya yaitu sebagai berikut.
● Peningkatan kinerja sistem e-CLEARS
● Peningkatan kapasitas sistem e-IPO KPEI
● Pengembangan sistem pengelolaan agunan yang terintegrasi
● Pengembangan Pinjam Meminjam Efek (PME)-Bilateral
● Penyempurnaan sistem Tri Party Repo
● Implementasi reksadana sebagai agunan offline
● Analisis, monitoring dan perhitungan parameter risiko yang berbasis
big data
Selain KPEI, tampaknya KSEI juga tengah berupaya dalam memenuhi
kebutuhan platform elektronik yang digunakan untuk penyelenggaraan
kegiatan secara online dengan meluncurkan modul e-Voting eASY.KSEI pada
28 Juni 2021 yang merupakan platform elektronik dimana dapat digunakan
investor untuk memberikan suara dan menyaksikan pelaksanaan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) secara daring.
13
2.3.4 Peran Lembaga Asuransi Selama Pandemi Covid-19
Saat masa pandemi Covid-19, industri asuransi tetap memberikan
komitmen dan pelayanan yang optimal baik pada nasabah maupun masyarakat
meskipun biaya pasien yang terkena Covid-19 ditanggung oleh pemerintah.
Pada situasi tersebut, para pelaku industri asuransi beranggapan adanya
peluang pasar karena masyarakat semakin sadar bahwa mereka mmebutuhkan
proteksi sehingga harus memiliki asuransi.
Untuk membantu industri asuransi mengatasi dampak pandemic
Covid-19, OJK telah merelaksasi sejumlah aturan, di antaranya melalui
Peraturan OJK (POJK) No 14/ Pojk 05/2020 tentang Kebijakan
Countercyclical dampak Penyebaran Covid-19 bagi Lembaga Jasa Keuangan
Non-Bank (LJKNB) yang diterbitkan pada 14 April lalu.
Berdasarkan aturan tersebut, perusahaan asuransi, perusahaan
reasuransi, perusahaan asuransi syariah, dan perusahaan reasuransi syariah
memberikan perpanjangan batas waktu pembayaran premi atau kontribusi
kepada pemegang polis, peserta, atau tertanggung selama empat bulan. Selain
itu, aset berupa obligasi korporasi yang tercatat di bursa efek, sukuk/obligasi
syariah yang tercatat di bursa efek, surat berharga negara (SBN), dan surat
berharga syariah Negara (SBSN) dapat dinilai berdasarkan nilai perolehan
yang diamortisasi.
2.4 Kebijakan Lembaga Keuangan dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Selama Pandemi Covid-19
Kasus pertama COVID-19 di Indonesia ditemukan pada awal bulan Maret
2020. Beberapa pemerintah daerah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Pada bulan Juli 2021,
pemerintah pusat melakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM). Kebijakan tersebut mewajibkan masyarakat untuk berkegiatan dari rumah.
Implikasi dari kebijakan PSBB dan PPKM adalah berkurangnya aktivitas
sosial-ekonomi masyarakat.
Pada kegiatan ekonomi, berkurangnya aktivitas masyarakat menyebabkan
pertumbuhan ekonomi melambat pada awal pandemi. Pertumbuhan ekonomi dapat
dilihat dari data Produk Domestik Bruto (PDB). Berikut ini grafik pertumbuhan
ekonomi di Indonesia kuartalan tahun 2019-2020
14
Gambar 2.2 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2019-2021
15
Indonesia pada laman resminya (Bank Indonesia, 2020), BI menerapkan
kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan pada awal pandemi
COVID-19. Kebijakan moneter BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
yaitu dengan menetapkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar
4,50% (persen), tingkat suku bunga deposito sebesar 3,75% (persen), dan
tingkat suku bunga Lending Facility sebesar 5,25% (persen). Kebijakan
tersebut dilaksanakan pada bulan April 2020. Tingkat BI7DRR tersebut lebih
rendah jika dibandingkan dengan bulan Maret 2020. Penurunan BI7DRR
bertujuan agar lebih sedikit masyarakat yang menabung. Kebijakan tersebut
berimplikasi bahwa masyarakat lebih banyak membawa uang untuk
dibelanjakan.
Ruang lingkup kebijakan BI mencakup stabilitas sistem pembayaran.
BI menjaga likuiditas perbankan agar tidak menyebabkan permasalahan
solvabilitas dengan kebijakan menaikkan Rasio Penyangga Likuiditas
Makroprudensial (RPLM). Ketentuan RPLM pada awal pandemi COVID-19
yaitu sebesar 200 bps untuk Bank Umum Konvensional dan 50 bps untuk Bank
Umum Syariah/Unit Usaha Syariah. Berkaitan dengan pembatasan aktivitas
masyarakat, BI mensosialisasikan pembayaran nontunai kepada masyarakat.
Dalam hal sinergi pelaksanaan kebijakan fiskal, BI membantu mempercepat
program Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh dunia menyebabkan dampak
bagi ekonomi global maupun Indonesia sendiri. Dengan adanya kebijakan pembatasan
keluar rumah dan beberapa negara menerapkan kebijakan lockdown, membuat kondisi
perekonomian seluruh negara di dunia mengalami penurunan. Adanya krisis ini juga
membuat para stakeholder kebijakan menerapkan beberapa kebijakan untuk mengatasi
masalah pada keuangan, fiskal, moneter, makroprudensial, hingga kesehatan
masyarakat. Misalnya otoritas keuangan membuat kebijakan untuk melindungi pasar
dan mempertahankan penyediaan layanan keuangan bagi masyarakat termasuk kredit
dan pembayaran, menjaga sektor manajemen risiko, transparansi neraca bank, dan
ketahanan finansial.
Lembaga keuangan sendiri turut mengambil peran yang cukup besar di tengah
keterbatasan instrumen lainnya dalam upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi.
Bank sentral di dunia berperan di tengah pandemi Covid-19 dengan melakukan
kebijakan non-konvensional atau quantitative easing (QE), sedangkan perbankan
berupaya untuk melindungi para nasabahnya melalui firewall system, fraud detection
system, dan sebagainya. OJK sendiri sebagai lembaga pengawasan lembaga keuangan
telah merelaksasi sejumlah aturan salah satunya yaitu OJK (POJK) No 14/ Pojk
05/2020 yang diterbitkan pada 14 April lalu. Begitu pula dengan LPS selama pandemi
yang memberi kelonggaran jatuh tempo pembayaran premi.
3.2 Saran
Perlu adanya perhatian lebih serta tindakan dari pihak pemerintah agar dampak
tersebut tidak menjadi ancaman serius. Beberapa kebijakan dikeluarkan oleh
pemerintah guna menghadapi dampak buruk dari terjadinya pandemi Covid-19 serta
mendukung pemulihan ekonomi secara riil. Seperti, pemberlakuan larangan bepergian,
pembatasan sosial, serta penutupan usaha bisnis. Tidak hanya itu, pemerintah
bersama-sama dengan bank sentral juga menerapkan berbagai kebijakan sektor
keuangan sebagai upaya untuk menjaga penyediaan layanan keuangan seperti kredit
dan pembayaran yang sangat penting bagi ekonomi riil. Misalnya, penyediaan
likuiditas bagi lembaga dan pasar keuangan, menjaga kelangsungan operasional dan
bisnis, memfasilitasi aliran kredit, serta mendukung peminjam yang menghadapi
kesulitan pembayaran jangka pendek.
18
DAFTAR PUSTAKA
Benigno, G., Hartley, J., García-Herrero, A., Rebucci, A., & Ribakova, E. (2020).
Credible emerging market central banks could embrace quantitative easing to fight
COVID-19. CEPR Policy Portal.
Cavallino, P., & De Fiore, F. (2020). Central banks’ response to Covid-19 in advanced
economies. BIS Bulletin, 21(June).
Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (2020) Tinjauan Kebijakan Moneter April
2020. Available
at:https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan/Pages/Tinjauan-Kebijakan-Moneter-Ap
ril-2020.aspx#:~:text=Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank,Facility sebesar
5%2C25%25.
Drehmann, M., Farag, M., Tarashev, N., & Tsatsaronis, K. (2020). Buffering Covid-19
losses-the role of prudential policy. Bank for International Settlements.
Feyen, E., Alonso Gispert, T., Kliatskova, T., & Mare, D. S. (2021). Financial Sector
Policy Response to COVID-19 in Emerging Markets and Developing Economies.
Journal of Banking & Finance, 133, 106184.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2021.106184
Indonesia, B., & Triwulan, I. (2014). Perkembangan Ekonomi Keuangan dan Kerjasama
Internasional.
19
ect=false&redirect=https%3A%2F%2Flps.go.id%2Fweb%2Fguest%2Fberita-dan-
peristiwa%3Fp_p_id%3D101_INSTANCE_HmP5%26p_p_lifecycle%3D0%26p_
p_state%3Dnormal%26p_p_mode%3Dview%26p_p_col_id%3Dcolumn-2%26p_
p_col_count%3D1.
Otoritas Jasa Keuangan (2020) Siaran Pers: Kebijakan OJK Menjaga Stabilitas Sektor
Jasa Keuangan Tetap Terjaga Hingga Akhir Tahun.
Tri, S., & Luthfi, W. (2021). PERAN BANK INDONESIA DAN PEMBANGUNAN
HUKUM DI BIDANG MONETER DALAM RANGKA PEMULIHAN
EKONOMI INDONESIA. Jurnal Rechtsvinding-Media Pembinaan Hukum
Nasional, 10(3),393-411
20