Anda di halaman 1dari 116

Edisi Vol. 5, No.

1 Mei 2021
ISSN 2580-2518
Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan


yang diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas.
Publikasi ini didasarkan pada data dan informasi yang sudah dipublikasikan oleh
Kementerian/Lembaga, instansi internasional, asosiasi, maupun hasil dari diskusi
terbatas perkembangan ekonomi yang dilakukan bersama dengan beberapa
Kementerian/Lembaga, pengamat, dan praktisi ekonomi.

Publikasi triwulan I tahun 2021 ini memberikan gambaran dan analisis mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia pada triwulan I tahun 2021. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat
dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan I tahun 2021 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi,
industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan
banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang
membangun dari Pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan
dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.

Jakarta, Mei 2021

Deputi Bidang Ekonomi


Ringkasan Eksekutif

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pandemi Covid-19 telah mencapai babak baru dengan dimulainya program vaksinasi
di berbagai negara. Kemajuan tersebut mendorong pemulihan ekonomi dunia
meskipun kecepatannya bervariasi antar negara. Kondisi ini kemudian mendorong
peningkatan harga komoditas internasional serta pulihnya perdagangan dunia.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2021 rebound menjadi 18,3
persen (YoY). Amerika Serikat dan Singapura juga telah tumbuh positif masing-
masing sebesar 0,4 dan 0,2 persen (YoY). Sementara itu, perekonomian Jepang masih
belum stabil dengan kontraksi sebesar 1,9 persen (YoY).

Perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan dengan kontraksi yang semakin


menipis pada triwulan I tahun 2021 sebesar 0,74 persen (YoY). Perbaikan terjadi di
seluruh sektor dengan kontraksi yang mengecil dan pertumbuhan positif pada enam
sektor lainnya. Pemulihan ekonomi didorong oleh kinerja sektor eksternal yang
meningkat tinggi dan berlanjutnya stimulus fiskal. Kecepatan pemulihan sektor
transportasi dan pergudangan tergolong paling lambat sejalan dengan pembatasan
mobilitas yang masih berlaku.

Perkembangan fiskal menunjukkan peningkatan baik pada pendapatan maupun


belanja. Realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai 21,7 persen dari target
APBN 2021. Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai 19,0 persen dari APBN
2021. Realisasi bantuan sosial telah mencapai 35,1 persen dari pagu yang didorong
oleh program bantuan sosial dalam rangka pemulihan ekonomi masyarakat miskin
dan rentan miskin. Sementara itu, realisasi TKDD lebih rendah dibandingkan triwulan
I tahun 2020 akibat kendala dalam pemenuhan syarat pelaporan untuk penyaluran
DAU. Berdasarkan realisasi pandapatan dan belanja tersebut, defisit anggaran pada
triwulan I tahun 2021 sebesar Rp144,2 triliun atau sekitar 0,8 persen dari PDB.

Dari sisi moneter, BI7DRR diturunkan menjadi 3,50 persen sejak Februari sebagai
upaya percepatan pemulihan ekonomi di tengah inflasi yang rendah. Tingkat inflasi
pada triwulan I tahun 2021 sebesar 1,37 persen (YoY), lebih rendah dari sasaran inflasi
2021 yang sebesar 2,0 persen (YoY). Sepanjang triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia
menambah likuiditas di perbankan sekitar Rp50,3 trilliun (per 16 Maret 2021).
Ekspansi moneter juga diperkuat dengan pembelian SBN di pasar perdana.
Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah seiring dengan meningkatnya yield US
Treasury sehingga menghambat aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Neraca pembayaran kembali surplus sebesar USD4,1 miliar didorong oleh surplus
transaksi modal dan finansial di tengah defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi
berjalan disebabkan oleh turunnya surplus neraca nonmigas, meningkatnya defisit
neraca migas, serta meningkatnya defisit neraca jasa. Investasi langsung dan investasi

i
Ringkasan Eksekutif

portfolio surplus didorong oleh aliran masuk investasi. Sementara itu, investasi
lainnya masih defisit USD3,6 miliar. Posisi cadangan devisa hingga akhir triwulan I
tahun 2021 sebesar USD137,1, setara dengan 9,7 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri pemerintah.

Perekonomian global diproyeksi tumbuh 6,0 persen yang didorong oleh program
vaksinasi dengan jangkauan masyarakat semakin banyak. Selain perkembangan
kondisi kesehatan dunia, efektivitas kebijakan berbagai negara dan kondisi keuangan
juga berpangaruh pada kesuksesan pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan hal
tersebut, ekonomi Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan tumbuh 4,8 persen, lebih
tinggi dari proyeksi lembaga internasional. Pemulihan diprediksi berasal dari
pemulihan investasi. Namun demikian, pemulihan konsumsi tetap dibutuhkan untuk
mendorong pemulihan lebih tinggi. Target pemulihan masih menghadapi downside
risk terutama potensi lonjakan kasus Covid-19, perlambatan program vaksinasi,
tertahannya belanja pemerintah, dan permanent scar yang terjadi pada perusahaan
dan tenaga kerja.

ii
Daftar Isi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... III


DAFTAR TABEL ............................................................................................ IV
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... VI
PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ..........................................................9
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN INDONESIA ................................... 18
2.1 Produk Domestik Bruto ....................................................................................... 18
Investasi................................................................................................................... 26
Industri .................................................................................................................... 31
Pariwisata ................................................................................................................ 37
2.2 Produk Domestik Regional Bruto ........................................................................ 41
2.3 Fiskal ................................................................................................................... 49
2.4 Moneter dan Jasa Keuangan ............................................................................... 59
Moneter .................................................................................................................. 59
Jasa Keuangan ......................................................................................................... 64
2.5 Neraca Pembayaran ............................................................................................ 75
Neraca Perdagangan ............................................................................................... 81
Kerjasama Ekonomi Internasional ........................................................................... 85
PROYEKSI .................................................................................................... 99
PERTUMBUHAN EKONOMI....................................................................... 99
3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global .............................................................. 99
3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia .....................................................................102
POLICY BRIEF ............................................................................................ 105

iii
Daftar Tabel

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara .......................................................................... 13


Tabel 2. Perdagangan Besar Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ....................... 19
Tabel 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto ................................................................................. 21
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi ...................................................................................................... 25
Tabel 5. Realisasi Investasi ................................................................................................................. 26
Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder .............................................................................. 27
Tabel 7. Sektor PMA Terbesar .......................................................................................................... 27
Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar berdasarkan Negara Asal .................................................. 27
Tabel 9. Realisasi Investasi berdasarkan Lokasi ........................................................................ 28
Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar ........................................................................................................ 28
Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar ............................................................................. 28
Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar per Kabupaten/Kota ......................................................... 29
Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar per Kabupaten/Kota ............................................................ 29
Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................................................... 30
Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN 2020-2024 ............... 31
Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu Masuk dan Negara Asal ................... 37
Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah .................................................................................. 48
Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan Negara dan Hibah ......................................... 49
Tabel 19. Realisasi Komponen Penerimaan Perpajakan ....................................................... 49
Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP ............................................................................................. 50
Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja Pemerintah Pusat ..................................................... 51
Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa ...................................................... 54
Tabel 23. Perkembangan Komponen Pembiayaan .................................................................. 56
Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021 ................................................................ 56
Tabel 25. Realisasi APBN s.d 31 Maret 2020 dan 2021 .......................................................... 58
Tabel 26. Perkembangan Reverse Repo Surat Berharga Negara ....................................... 59
Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik .................................................................................................. 61
Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik Berdasarkan Komponen (YoY) .................................... 63
Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran (MtM) ........................................................................ 63
Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional ................................................ 66
Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah ................................................... 71
Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha ................................................. 72
Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020 ....................................................................................... 74
Tabel 34. Neraca Pembayaran .......................................................................................................... 79
Tabel 35. Neraca Perdagangan ........................................................................................................ 81
Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas ...................................................................................... 81
Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas berdasarkan Sektor ............................................................ 82
Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar ................ 82
Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama .............. 83

iv
Daftar Tabel

Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan Penggunaan Barang .................................. 84


Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar .................. 85
Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di Beberapa Negara Mitra Dagang Utama ................ 85
Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020 ........... 88
Tabel 44. Perkembangan Investasi Korea Selatan di Indonesia .......................................... 89
Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan ................................................ 89
Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia .............................................. 92
Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA ............................. 94
Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia terhadap Total Perdagangan
Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA ............................................................ 95
Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan Beberapa Negara ................................................................ 99
Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas Global ........................................................................... 101
Tabel 51. Konsensus Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ................................... 102
Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran .................................................................................. 103
Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha .......................................................................... 104
Tabel 54. Penyesuaian Sektoral dan Pemetaan Shock ........................................................ 107

v
Daftar Gambar

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara .................................................................... 9


Gambar 2. Perkembangan Harga Minyak Mentah ......................................................................... 14
Gambar 3. Perkembangan Harga Gas Alam dan Batubara ....................................................... 15
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .................................................................................. 18
Gambar 5. Pertumbuhan PDB Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2021 ...................................... 19
Gambar 6. Pertumbuhan PDB Sisi Pengeluaran............................................................................. 20
Gambar 7. Perkembangan Konsumsi RT dan Investasi terhadap PDB ................................. 21
Gambar 8. Pertumbuhan Industri Pengolahan Nonmigas .......................................................... 31
Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Nonmigas .................................... 32
Gambar 10. Ekspor Produk Industri ..................................................................................................... 33
Gambar 11. PMDN Sektor Industri ....................................................................................................... 34
Gambar 12. PMA Sektor Industri ........................................................................................................... 34
Gambar 13. Produksi Mobil ..................................................................................................................... 35
Gambar 14. Penjualan Mobil................................................................................................................... 35
Gambar 15. Penjualan Motor.................................................................................................................. 36
Gambar 16. Penjualan Domestik Semen ............................................................................................ 36
Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index ................................................................................. 37
Gambar 18. Kunjungan Wisman ............................................................................................................ 37
Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan dan Rerata Pengeluaran Wisman ........................ 38
Gambar 20. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 39
Gambar 21. Jumlah Penumpang Transportasi Nasional .............................................................. 39
Gambar 22. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang berdasarkan Provinsi di
Indonesia ............................................................................................................................... 39
Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi dan Makan Minum ........................................................... 40
Gambar 24. Investasi Sektor Hotel dan Restoran ........................................................................... 40
Gambar 25. Pertumbuhan dan Kontribusi Wilayah ....................................................................... 41
Gambar 26. Perkembangan Komponen Belanja Negara ............................................................. 51
Gambar 27. Perkembangan Realisasi Defisit APBN ....................................................................... 55
Gambar 28. Perkembangan Utang Pemerintah Pusat .................................................................. 55
Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, 2019-2021 ........................ 60
Gambar 30. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5, (2010=100) ............................................. 60
Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar........................................................................................ 61
Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti ......................... 62
Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga Pangan Strategis Nasional, (2018=100) ........ 63
Gambar 34. Kinerja Perbankan Konvensional .................................................................................. 64
Gambar 35. Perkembangan DPK Perbankan Konvensional ........................................................ 64
Gambar 36. Perkembangan Kredit Perbankan Konvensional ................................................... 65
Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Nilai Kapitalisasi Pasar Saham ................................... 67
Gambar 38. Perkembangan Outstanding Obligasi Korporasi ................................................... 67

vi
Daftar Gambar

Gambar 39. Perkembangan Aset Industri Asuransi ....................................................................... 69


Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun ..... 69
Gambar 41. Perkembangan Industri Teknologi Keuangan ......................................................... 69
Gambar 42. Tingkat Wanprestasi Industri Teknologi Keuangan .............................................. 69
Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah ........................................................................................... 70
Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah .............................................................................................. 70
Gambar 45. Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan, dan Total Aset Perbankan Syariah ............ 71
Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai Indeks Saham JII .......................................................... 74
Gambar 47. Outstanding Sukuk Korporasi dan SBSN ................................................................... 74
Gambar 48. Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia .................................................... 75
Gambar 49. Neraca Jasa Perjalanan dan Transportasi................................................................. 76
Gambar 50. Neraca Pendapatan Primer dan Sekunder .............................................................. 76
Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial .............................................................................................. 77
Gambar 52. Tabel Input-Output ......................................................................................................... 106
Gambar 53. Estimasi Dampak Banjir terhadap Perekonomian Sektoral Kalimantan
Selatan ................................................................................................................................. 108

vii
viii
Perkembangan Ekonomi Dunia

BAB I
PERKEMBANGAN
EKONOMI DUNIA
Negara-negara ekonomi utama telah kembali tumbuh positif. Perekonomian global
kembali menunjukkan pemulihan dengan pertumbuhan positif di beberapa negara.
Pemulihan tersebut didorong oleh program vaksinasi yang terus berjalan di berbagai
negara. Di tengah akselerasi vaksinasi Covid-19, dunia masih berhati-hati dengan risiko
terjadinya gelombang ketiga dan mutasi virus Covid-19. Mutasi virus yang baru-baru ini
muncul diindikasi dapat menyebar lebih cepat sehingga beberapa negara kembali
menutup perbatasan dan kembali memberlakukan restriksi perjalanan. Kondisi ini
kemudian menahan laju pemulihan ekonomi global pada akhir triwulan I tahun 2021.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Amerika Serikat tumbuh


Beberapa Negara 0,4 persen (YoY) pada triwulan I tahun
persen Amerika Serikat 2021. Perbaikan kondisi ekonomi ersebut
20,0 Tiongkok didorong oleh pertumbuhan pada
Jepang
15,0 Korea sebagian besar komponen pengeluaran
10,0
Singapura sejalan dengan mulai dicabutnya
pembatasan aktivitas masyarakat.
5,0
Konsumsi individu tumbuh 1,6 persen (YoY)
0,0
terutama untuk konsumsi barang seperti
-5,0 kendaraan bermotor dan bagiannya.
-10,0 Sementara itu, konsumsi jasa masih
terkontraksi 3,2 persen (YoY), lebih kecil
-15,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 dibandingkan kontraksi triwulan
sebelumnya yang sebesar 6,8 persen (YoY).
2019 2020 2021
Pemulihan konsumsi masyarakat tidak
Sumber: CEIC terlepas dari bantuan yang diberikan oleh
pemerintah setempat.

Pengeluaran pemerintah dan investasi bruto tumbuh 0,7 persen (YoY), yang terutama
didorong oleh pengeluaran konsumsi nondefense. Investasi swasta tumbuh 4,8 persen
(YoY) setelah pada triwulan I tahun 2020 terkontraksi 4,2 persen (YoY). Investasi residen
tumbuh hingga 12,3 persen (YoY) sementara investasi nonresiden tumbuh 2,7 persen
(YoY). Pertumbuhan investasi nonresiden didorong oleh rebound pada investasi
peralatan sebesar 12,1 persen (YoY) sejalan dengan aktivitas industri yang kembali pulih.

9
Perkembangan Ekonomi Dunia

Di sisi lain, kontraksi sebesar 16,4 persen (YoY) yang terjadi pada investasi structures
menahan pertumbuhan investasi nonresiden.

Kinerja impor Amerika Serikat meningkat 5,0 persen (YoY) yang didorong oleh
pertumbuhan impor barang sebesar 10,0 persen (YoY). Namun, impor jasa masih
terkontraksi cukup dalam yakni sebesar 16,1 persen (YoY), lebih kecil dibandingkan
kontraksi yang terjadi sepanjang pandemi. Sementara itu, ekspor masih terkontraksi 8,9
persen (YoY) yang terjadi baik pada ekspor barang (-3,1 persen, YoY) maupun ekspor
jasa (-19,7 persen, YoY). Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor Amerika Serikat
pada triwulan I tahun 2021 mengindikasikan adanya perbaikan.

Manufaktur Amerika Serikat berekspansi dengan indeks PMI Manufaktur naik ke level 59
pada Maret, yang merupakan ekspansi terkuat kedua sejak tahun 2007. Aktivitas pabrik
terus meningkat seiring dengan kuatnya pertumbuhan pesanan baru di tengah
gangguan rantai pasokan dan lonjakan biaya bahan baku. Relaksasi peraturan perjalanan
juga berdampak pada pemulihan permintaan pada sektor rekreasi dan perhotelan.
Sejalan dengan hal tersebut, lapangan pekerjaan kembali terbuka. Tingkat
pengangguran dan setengah pengangguran di Amerika Serikat turun masing-masing
menjadi 6,2 dan 10,7 persen per Maret 2021.

Perekonomian Korea Selatan dan Singapura tumbuh positif sementara Jepang


masih terkontraksi.

Korea Selatan tumbuh 1,8 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2020
(1,4 persen, YoY), ditopang oleh perbaikan pada seluruh kelompok pengeluaran.
Investasi tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY), didorong oleh peningkatan investasi fasilitas
dan produk kekayaan intelektual masing-masing sebesar 12,4 dan 4,1 persen (YoY).
Sementara investasi sektor konstruksi masih terkontraksi 2,4 persen (YoY).

Konsumsi masyarakat tumbuh 1,0 persen (YoY) di tengah pembatasan aktivitas


masyarakat dan lambatnya program vaksinasi. Sementara itu, konsumsi pemerintah
tumbuh sebesar 2,6 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan I tahun 2020 yang
mencapai 6,8 persen (YoY).

Kinerja ekspor Korea Selatan telah kembali tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), didorong
oleh ekspor barang yang tumbuh 5,5 persen (YoY). Sementara itu, ekspor jasa masih
terkontraksi 2,1 persen (YoY), menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 13,8 persen (YoY). Kinerja impor tumbuh
3,1 persen (YoY), terutama didorong oleh peningkatan impor barang sebesar 8,2 persen
(YoY). Di sisi lain, impor jasa masih terkontraksi 17,8 persen (YoY) seiring dengan
pembatasan perjalanan bagi wisatawan asing yang belum dibuka sepenuhnya.

10
Perkembangan Ekonomi Dunia

Dari sisi lapangan usaha, hanya sektor konstruksi yang masih mangalami kontraksi yakni
sebesar 3,0 persen (YoY). Sektor manufaktur tumbuh 3,9 persen (YoY) sejalan dengan
peningkatan permintaan dari luar maupun dalam negeri terutama produk elektronik dan
chip. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta listrik, gas dan air tumbuh masing-
masing 2,2 dan 4,7 persen (YoY). Sektor jasa juga meningkat 1,5 persen (YoY) yang
didorong oleh pemulihan permintaan subsektor akomodasi dan jasa makanan serta
keuangan dan asuransi.

Singapura telah kembali tumbuh positif pada triwulan I tahun 2021 sebesar 0,2 persen
(YoY). Pemulihan ekonomi Singapura didorong oleh pulihnya kinerja industri barang dan
mengecilnya kontraksi pada industri jasa. Pada industri barang, sektor manufaktur
menjadi penopang pertumbuhan denga peningkatan sebesar 7,5 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi output produk elektronik, precision
engineering, serta manufaktur kimia dan biomedis. Namun, pemulihan tertahan oleh
sektor konstruksi yang terkontraksi 20,2 persen (YoY).

Kontraksi pada industri jasa mengecil dengan kontraksi sebesar 1,2 persen (YoY) yang
ditopang oleh pertumbuhan kelompok infokom, keuangan dan asuransi dan jasa
professional sebesar 3,7 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor
informasi dan komunikasi serta sektor keuangan dan asuransi di tengah kontraksi yang
terjadi pada sektor jasa profesional. Kontraksi yang terjadi sejalan dengan rendahnya
aktivitaas konstruksi domestik yang menekan permintaan segmen arsitektur dan
engineering.

Kontraksi pada kelompok perdagangan wholesale & ritel serta transportasi &
pergudangan sebesar 4,1 persen (YoY). Kontraksi yang disebabkan oleh masih lemahnya
permintaan pada sektor transportasi dan pergudangan terutama pada transportasi
udara akibat pandemi yang belum usai. Sebaliknya, sektor perdagangan besar dan ritel
berekspansi.

Kelompok akomodasi & jasa makanan, real estate, administrasi & pendukung, dan jasa
lainnya terkontraksi 3,9 persen (YoY), mengecil dibandingkan kontraksi pada triwulan
sebelumnya. Seluruh sektor pada kelompok tersebut, kecuali sektor akomodasi, masih
terkontraksi akibat penerapan safe management measures. Pertumbuhan sektor
akomodasi didorong oleh permintaan domestik di tengah pariwisata yang masih lemah.
Namun demikian, kinerja sektor akomodasi masih berada di bawah level pra pandemi.

Sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi, pasar tenaga kerja pada triwulan I tahun
2021 juga menunjukkan pemulihan. Tenaga kerja residen tumbuh lebih tinggi dari
penurunan tenaga kerja non residen. Secara umum, pasar tenaga kerja Singapura masih
belum kembali pada level pra pandemi akibat pembatasan perjalanan dan masuknya
WNA sehingga perekrutan tenaga kerja masih lemah terutama pada sektor konstruksi

11
Perkembangan Ekonomi Dunia

dan perhotelan. Tingkat pengangguran juga masih berada di atas level pra-pandemi
meskipun terus menurun.

Jepang masih mengalami kontraksi 1,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih
dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Turunnya kinerja perekonomian Jepang
bersumber dari hampir seluruh kelompok pengeluaran kecuali pengeluaran pemerintah,
investasi swasta, dan ekspor. Pemulihan ekonomi Jepang yang masih belum stabil
disebabkan oleh penetapan keadaan darurat akibat kasus Covid-19 yang kembali
meningkat sehingga berdampak pada lesunya permintaan domestik. Selain itu, program
vaksinasi di Jepang dinilai berjalan lambat.

Meskipun stimulus fiskal dan moneter telah dikucurkan, konsumsi swasta masih
terkontraksi bahkan lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan I
tahun 2020. Konsumsi rumah tangga terkontraksi 3,3 persen (YoY) akibat pembatasan
yang kembali diberlakukan. Investasi swasta oleh residen maupun nonresiden juga
terkontraksi masing-masing 4,1 dan 5,3 persen (YoY).

Konsumsi pemerintah menahan kontraksi ekonomi dengan pertumbuhan sebesar 2,8


persen (YoY) sejalan dengan penambahan stimulus oleh pemerintah setempat. Investasi
publik juga meningkat 2,7 persen (YoY).

Pemulihan ekonomi global berdampak positif pada kinerja ekspor Jepang yang tumbuh
1,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan yang meningkat
terhadap produk mobil dan elektronik. Ekspor barang secara keseluruhan meningkat 5,3
persen (YoY) sementara ekspor jasa terkontraksi 11,4 persen (YoY). Di sisi lain, kontraksi
impor mengecil menjadi -0,8 persen (YoY). Impor barang tumbuh 0,3 persen (YoY)
sementara impor jasa mmasih terkontraksi 9,2 persen (YoY).

Perekonomian Tiongkok tumbuh 18,3 persen (YoY) setelah pada periode yang sama
tahun 2020 terkontraksi 6,8 persen (YoY). Pertumbuhan yang kuat didorong oleh
rebound yang terjadi di seluruh sektor. Pertumbuhan yang tinggi tersebut mencakup
baseline effect dan peningkatan hari kerja sejalan dengan pekerja yang menetap selama
Festival Musim Panas.

Triwulan I tahun 2021 merupakan periode yang penting bagi masyarakat di Tiongkok
dimana festival dan hari libur terbesar diselenggarakan dan berdampak besar pada
jalannya perekonomian nasional. Meskipun kasus Covid-19 di Tiongkok sudah sangat
rendah, namun pemerintah setempat masih memberi himbauan untuk tidak bepergian
ke kampung halaman selama perayaan Imlek. Sebagai gantinya, masyarakat
menghabiskan waktu di wilayah domisilinya.

Sektor akomodasi dan restoran tumbuh hingga 43,7 persen (YoY) sementara sektor
transportasi, pergudangan dan pos meningkat 32,1 persen (YoY). Peningkatan tersebut

12
Perkembangan Ekonomi Dunia

sejalan dengan normalnya aktivitas masyarakat meskipun dibatasi di wilayah tempat


tinggal setelah pada tahun sebelumnya dilakukan lockdown ketat. Meskipun mengalami
rebound yang tinggi, kinerja sektor akomodasi dan restoran masih berada sedikit di
bawah level pra pandemi.

Sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan meningkat 8,0 persen (YoY)
yang didukung oleh kondisi cuaca. Setelah terjadi gangguan pada peternakan babi, pada
triwulan I tahun 2021 produksinya pulih secara signifikan. Hingga akhir triwulan I tahun
2021, stok babi yang meningkat 29,5 persen (YoY).

Sektor industri Tiongkok tumbuh 24,4 persen (YoY) dengan pertumbuhan sektor
manufaktur sebesar 26,8 persen (YoY). Tingkat utilisasi industri pada triwulan I tahun
2021 telah kembali pada tingkat pra pandemi dengan nilai 77,2 persen. Sementara itu,
sektor perdagangan besar dan ritel tumbuh 26,6 persen (YoY) dengan pertumbuhan
penjualan ritel online sebesar 29,9 persen (YoY).

Berdasarkan prinsip kehati-hatian,


Tabel 1. Suku Bunga Acuan Beberapa Negara
suku bunga relatif ditahan.
Jan Feb Mar
Pemulihan ekonomi global dan
BRIC
domestik pada triwulan I tahun 2021 Brazil 2,00 2,00 2,75
menjadi momentum percepatan Rusia 4,25 4,25 4,50
India 4,00 4,00 4,00
pemulihan. Namun, risiko mutasi virus
Tiongkok 3,85 3,85 3,85
Covid-19 dan gelombang baru menjadi ASEAN-5
pertimbangan utama dalam Indonesia 3,75 3,50 3,50
pembukaan kembali aktivitas Thailand 0,50 0,50 0,50
Filipina 2,00 2,00 2,00
perekonomian. Di sisi lain, permintaan Malaysia 1,75 1,75 1,75
belum sepenuhnya pulih yang Vietnam 4,00 4,00 4,00
tercermin dari inflasi di berbagai Negara Maju
Amerika 0,00-0,25 0,00-0,25 0,00-0,25
negara yang masih bergerak rendah. Serikat
Oleh karena itu, sebagian besar negara Jepang -0,1 -0,1 -0,1
mempertahankan suku bunga acuan, Korea 0,50 0,50 0,50
Selatan
meskipun terdapat beberapa negara
Sumber: CEIC, PBoC, BSP
meningkatkan suku bunga.

The Fed mempertahankan target Fed Fund Rate (FFR) di level 0 – 0,25 persen dan
memberikan sinyal bahwa tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga tahun
2023. Selain itu, tingkat suku bunga saat ini telah berada di level terendah. Hal serupa
juga dilakukan oleh Korea Selatan dan Jepang yang menahan suku bunganya masing-
masing pada level 0,50 dan -0,1 persen. Keputusan tersebut memperhitungkan
ketidakpastian ekonomi yang berlangsung selama pandemi masih berlangsung.

Negara-negara anggota ASEAN-5 menahan suku bunga acuannya, kecuali Indonesia.


Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps

13
Perkembangan Ekonomi Dunia

menjadi 3,50 persen, yang diluar prediksi pasar. Keputusan tersebut dilakukan sebagai
upaya lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional sejalan
dengan inflasi yang rendah.

Di sisi lain, Brazil dan Rusia menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Maret masing-
masing sebesar 75 dan 25 bps. Bank sentral Brazil memutuskan untuk menaikkan suku
bunga dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi yang tetap tinggi meskipun
di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dinilai perlu untuk melakukan proses
normalisasi parsial kebijakan moneter. Sementara itu, bank sentral Rusia menaikkan suku
bunga setelah Rubel melemah dan mendorong inflasi serta adanya risiko geopolitik yang
memicu gejolak pasar. Selain itu pemulihan ekonomi Rusia juga terhambat oleh jatuhnya
harga minyak mentah yang merupakan komoditas ekspor utama. Central Bank of the
Republic of Turkey juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 19 persen dari 17 persen.
Keputusan ini di luar ekspektasi pasar dan mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi
sejak Agustus 2019.

Gambar 2. Perkembangan Harga Harga komoditas internasional terus


Minyak Mentah melanjutkan peningkatan. Harga rata-rata
USD minyak mentah pada triwulan I tahun 2021
75,0
naik 20,8 persen (YoY) menjadi USD59,3 per
65,0
barel. Berlanjutnya peningkatan harga
55,0
minyak mentah dunia didorong oleh
45,0
35,0 peningkatan permintaan di tengah
25,0 Dubai
pemangkasan produksi harian oleh OPEC+.
15,0 WTI Selain itu, turunnya pasokan minyak juga
5,0
Brent disebabkan oleh cuaca dingin ekstrem yang
-5,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 mengakibatkan jalur pipa minyak dan
2019 2020 2021
infrastruktur kilang mengalami pembekuan.

Harga minyak mentah Brent naik 19,9 persen


Sumber: World Bank (YoY) menjadi USD60,6 per barel. Harga
minyak mentah WTI meningkat 25,7 persen (YoY) menjadi USD57,8 per barel. Sementara
harga minyak mentah Dubai naik 17,3 persen (YoY) menjadi USD59,5 per barel.

Cuaca dingin ekstrem juga berimbas pada harga komoditas gas alam yang melonjak.
Harga gas alam Eropa dan Amerika Serikat meningkat masing-masing sebesar 110,9 dan
80,6 persen (YoY). Peningkatan harga gas alam Amerika Serikat tertinggi terjadi pada
bulan Februari, didorong oleh turunnya output dari sumur minyak serpih (oil shale)
secara signifikan. Cuaca dingin telah memaksa kilang minyak dan pabrik pemrosesan
gas berhenti beroperasi karena cairan minyak yang akan diproses membeku di dalam
pipa. Namun, pada bulan berikutnya harga kembali turun ke level normal. Penyebab
serupa juga mendorong lonjakan harga gas alam Eropa sejak bulan Januari. Namun, gas

14
Perkembangan Ekonomi Dunia

Gambar 3. Perkembangan Harga alam Eropa tetap tinggi hingga akhir


Gas Alam dan Batubara triwulan I tahun 2021. Sementara itu,
USD USD
peningkatan permintaan seiring dengan
7,0 100,0 pulihnya aktivitas produksi industri,
6,0
80,0 terutama di Tiongkok, mendorong harga
5,0
60,0
batubara naik hingga 31,6 persen (YoY)
4,0
3,0
menjadi USD89,5 per metrik ton.
40,0
2,0
20,0 Harga komoditas pertanian secara
1,0
0,0 0,0 umum meningkat dibandingkan triwulan I
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 tahun 2020. Harga minyak kelapa sawit
2019 2020 2021 terus menguat sebesar 38,2 persen (YoY)
Gas Alam, Eropa menjadi USD1.013,7 per metrik ton,
Gas Alam, AS
Batu Bara, Australia (kanan)
didorong oleh turunnya pasokan. Faktor
Sumber: World Bank cuaca ekstrem dan keterbatasan tenaga
kerja menjadi penyebab turunnya output
CPO dari negara penghasil utama. Selain itu, sulitnya distribusi menjadikan kondisi
semakin sulit.

Pada triwulan I tahun 2021, harga karet meningkat 46,3 persen (YoY) menjadi USD2,3
per kilogram. Naiknya harga karet disebabkan oleh turunnya produksi di tengah
permintaan yang meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas industri di berbagai
negara. Selain itu, La Nina mengakibatkan terganggunya proses pembungaan sehingga
produksi biji sebagai batang bawah membuat kapasitas produksi berkurang. La Nina
juga mengakibatkan hari sadap berkurang sehingga produksi karet berkurang.

Harga komoditas kedelai naik 53,2 persen (YoY) menjadi USD579,9 per metrik ton,
didorong oleh turunnya pasokan dari negara penghasil utama dan kelambanan
distribusi. Di sisi lain, permintaan dari Tiongkok meningkat secara signifikan untuk pakan
babi ternak yang penambahan populasinya lebih cepat dari perkiraan.

Efek pembatasan selama pandemi masih berpengaruh pada harga udang, yang turun
14,4 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Faktor utama turunnya harga udang
internasional adalah permintaan yang masih rendah terutama dari restoran akibat
pembatasan yang masih berlaku di berbagai negara. Pelemahan harga tertahan oleh
peningkatan harga yang terjadi pada bulan Maret sejalan dengan meningkatnya harga
pakan dan penyebaran penyakit sepanjang musim hujan yang mengakibatkan turunnya
hasil panen.

Harga komoditas logam melanjutkan penguatan sepanjang triwulan I tahun 2021.


Harga nikel meningkat 38,8 persen (YoY) menjadi USD17.618,1 per metrik ton.
Peningkatan tersebut didorong oleh rencana pengembangan kendaraan listrik yang
menggunakan nikel sebagai sumber utama tenaganya.

15
Perkembangan Ekonomi Dunia

Isu pengembangan kendaraan listrik global juga meningkatkan permintaan akan


komoditas timah. Namun, di saat yang bersamaan, pasokan timah menipis akibat kondisi
cuaca yang tidak mendukung. Kondisi tersebut mendorong harga timah naik 54,3 persen
(YoY) menjadi USD25.099 per metrik ton. Komoditas logam industri lainnya seperti seng,
alumunium, dan timbal juga meningkat masing-masing 29,4; 23,7; dan 9,3 persen (YoY).

Harga emas pada triwulan I tahun 2021 masih lebih tinggi 13,6 persen dibandingkan
triwulan I tahun 2020. Meskipun menunjukkan peningkatan secara YoY, namun
pergerakan harga emas secara bulanan menunjukkan tren menurun. Tren yg menurun
disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang mulai menunjukkan pemulihan,
penguatan nilai tukar dolar, serta kenaikan yield US Treasury yang melemahkan daya
tarik emas sebagai safe haven.

16
Perkembangan Ekonomi Dunia

17
Perkembangan Ekonomi Indonesia

BAB II
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
2.1 Produk Domestik Bruto
Perekonomian Indonesia pada Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
triwulan I tahun 2021 terkontraksi
persen
0,74 persen (YoY), membaik
6,0
dibandingkan kontraksi yang terjadi
4,0
pada triwulan sebelumnya. Perbaikan
2,0
tersebut ditopang oleh peningkatan -0,74
0,0
kinerja sektor eksternal sejalan dengan
-2,0
pemulihan ekonomi di negara mitra -4,0
dagang utama, terutama Tiongkok dan -6,0
Amerika Serikat. Ditinjau dari lapangan -8,0
usaha, pemulihan ekonomi didorong Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
oleh pertumbuhan positif yang terjadi 2019 2020 2021
pada enam sektor yakni industri, Sumber: Badan Pusat Statistik
pengadaan air, jasa keuangan, pertanian,
perdagangan listrik dan gas, serta real estat. Sementara itu, sektor lainnya
menunjukkan kontraksi yang menipis.

Sektor pertanian tumbuh 2,95 persen (YoY), lebih tinggi baik dibandingkan triwulan
sebelumnya maupun triwulan I tahun 2020. Pertumbuhan tersebut terutama
didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan seiring dengan pergeseran
panen raya dan cuaca yang mendukung. Laju pertumbuhan sektor pertanian tertahan
oleh kontraksi yang terjadi pada subsektor perikanan dan kehutanan. Kontraksi
sebesar 1,3 persen (YoY) pada subsektor perikanan disebabkan oleh curah hujan
tinggi dan angin kencang yang menurunkan kualitas air dan menyebabkan gagal
panen ikan budidaya. Kontraksi 8,9 persen (YoY) pada subsektor kehutanan
disebabkan oleh turunnya permintaan bahan kayu bulat untuk industri kayu.

Industri pengolahan terkontraksi 1,38 persen (YoY) yang disebabkan oleh kontraksi
yang dalam pada industri batu bara dan pengilangan migas. Sementara itu, kontraksi
pada industri nonmigas menipis menjadi 0,7 persen (YoY). Perbaikan tersebut
didorong oleh pertumbuhan positif di industri makanan dan minuman, industri kimia,
farmasi dan obat tradisional, indusri karet, barang dari karet dan plastik, serta industri

18
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Gambar 5. Pertumbuhan PDB logam dasar. Industri kimia, farmasi


Sisi Produksi Triwulan I Tahun 2021 dan obat tradisional tumbuh hingga
(persen) 11,5 persen (YoY) sejalan dengan
Pertanian 2,9 tingginya kebutuhan selama pandemi.
Pertambangan -2,0
Industri -1,4 Industri tekstil dan pakaian jadi
Industri Pengolahan -0,7 terkontraksi hingga 13,3 persen (YoY)
Pengadaan Listrik & Gas 1,7 karena permintaan domestik yang
Pengadaan Air 5,5 masih lemah. Kontraksi dalam juga
Konstruksi -0,8 terjadi pada industri alat angkutan
Perdagangan -1,2 yakni sebesar -10,9 persen (YoY) seiring
Transportasi & Pergudangan -13,1 penurunan produksi mobil dan sepeda
Akomodasi & Mamin -7,3 motor beserta perlengkapannya akibat
Informasi & Komunikasi 8,7 permintaan yang rendah. Sementara
Jasa Keuangan & Asuransi -3,0 itu, industri pengolahan tembakau
Real Estat 0,9 turun 9,6 persen (YoY) mengikuti
Jasa Perusahaan -6,1
turunnya permintaan sejalan dengan
-2,9
peningkatan Cukai Hasil Tembakau
Adm. Pemerintahan
Jasa Pendidikan -1,6
yang beraku sejak awal tahun 2021.
Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 3,6
Jasa Lainnya -5,1 Sektor perdagangan terkontraksi 1,2
persen (YoY), mengecil dibandingkan
Sumber: Badan Pusat Statistik
triwulan sebelumnya. Subsektor
Tabel 2. Perdagangan Besar Eceran, perdagangan mobil, sepeda motor dan
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor reparasinya masih terkontraksi sebesar
Growth (%) Share
5,5 persen (YoY) karena turunnya
Uraian thd Total
QtQ YoY PDB (%) permintaan masyarakat. Penjualan
PDB Perdagangan Besar 1,1 -1,2 13,1 mobil melonjak pada bulan Maret 2021
dan Eceran, Reparasi yang didorong oleh relaksasi PPnBM.
Mobil dan Sepeda
Motor
Namun, peningkatan tersebut tidak
Perdagangan Mobil, 1,8 -5,5 2,5 dapat menutup penurunan yang terjadi
Sepeda Motor, dan pada dua bulan sebelumnya.
Reparasinya
1,0 -0,2 10,6
Sementara itu, perdagangan besar dan
Perdagangan Besar
dan Eceran, bukan
eceran bukan mobil dan sepeda motor
Mobil dan Motor terkontraksi 0,2 persen (YoY) akibat
Produk Domestik Bruto -1,0 -0,7 100,0 tutupnya sejumlah gerai ritel.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Sektor transportasi dan pergudangan
mengalami kontraksi hingga 13,1 persen (YoY) sekaligus menjadi sumber kontraksi
ekonomi terbesar pada triwulan ini. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh
pembatasan mobilitas masyarakat yang berakibat pada penurunan penumpang

19
Perkembangan Ekonomi Indonesia

berbagai moda transportasi. Karena sektor ini berkaitan erat dengan mobilitas
masyarakat, pemulihannya dinilai membutuhkan waktu yang lebih lama.

Akomodasi dan makan minum juga masih terkontraksi cukup dalam yakni sebesar 7,3
persen (YoY). Penyediaan akomodasi turun 17,6 persen (YoY) sejalan dengan masih
rendahnya mobilitas masyarakat dan wisatawan. Sementara penyediaan makan
minum juga terkontraksi 4,9 persen (YoY).

Sektor konstruksi terkontraksi 0,8 persen (YoY), mengalami perbaikan yang cukup
signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 5,7 persen
(YoY). Namun, sektor real estat masih mampu melanjutkan pertumbuhan positif
sebesar 0,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Real estat menjadi salah satu
sektor yang tetap tumbuh positif selama pandemi. Pemerintah telah memberi insentif
berupa pembebasan PPN rumah dengan beberapa skema yang berlaku sejak 1 Maret
2021. Kebijakan ini diharapkan mendorong kembali kinerja sektor terkait.

Sektor informasi dan komunikasi tumbuh 8,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021.
Meskipun tergolong tinggi, namun pertumbuhan tersebut melambat baik
dibandingkan triwulan sebelumnya (10,9 persen, YoY) maupun triwulan I tahun 2020
(9,8 persen, YoY).

Dari sisi pengeluaran, perekonomian Gambar 6. Pertumbuhan PDB


juga menunjukkan perbaikan pada Sisi Pengeluaran
setiap komponennya. Konsumsi -10,0 -5,0
persen
0,0 5,0 10,0

pemerintah, ekspor, dan impor tumbuh -2,2 Konsumsi RT


positif sementara komponen lainnya
mengalami kontraksi yang mengecil. -4,5 LNPRT

Meskipun separuh komponen 3,0 Konsumsi Pemerintah


pengeluaran telah tumbuh positif, namun
konsumsi rumah tangga yang memiliki -0,2 PMTB

share terbesar masih terkontraksi cukup 6,7 Ekspor


dalam.
5,3 Impor
Konsumsi rumah tangga terkontraksi
sebesar 2,2 persen (YoY) sejalan dengan
permintaan masyarakat yang masih Sumber: Badan Pusat Statistik
rendah. Transportasi dan komunikasi terkontraksi 4,2 persen (YoY) dengan penurunan
tertinggi pada angkutan udara yang mencapai 65,0 persen (YoY). Komponen restoran
dan hotel juga terdampak pembatasan mobilitas hingga terkontraksi 4,2 persen (YoY)
sejalan dengan rendahnya wisatawan. Kondisi pandemi masih menyebabkan
kontraksi 2,3 persen (YoY) pada sub komponen makanan dan minuman karena
masyarakat mengurangi belanja makanan dan minuman di luar rumah. Di sisi lain,

20
Perkembangan Ekonomi Indonesia

konsumsi pada komponen kesehatan dan pendidikan serta perumahan dan


perlengkapan rumah tangga tumbuh positif masing-masing 0,3 dan 1,3 persen (YoY).

Gambar 7. Perkembangan Konsumsi RT Pertumbuhan perlengkapan rumah


dan Investasi terhadap PDB tangga didorong oleh peningkatan
persen konsumsi listrik.
15,0
Pembentukan Modal Tetap Bruto
10,0
terkontraksi tipis sebesar 0,2 persen
5,0
(YoY), jauh lebih baik dibandingkan
0,0 triwulan sebelumnya (-6,2 persen,
-5,0 YoY). Perbaikan tersebut didorong
-10,0 oleh pertumbuhan investasi pada
-15,0 mesin dan perlengkapan, kendaraan,
-20,0 serta produk kekayaan intelektual.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Pertumbuhan barang modal jenis
2019 2020 2021
mesin sebesar 3,5 persen (YoY)
Konsumsi RT PMTB PDB
dipengaruhi oleh peningkatan
Sumber: Badan Pusat Statistik barang modal mesin baik dari
domestik maupun impor sejalan
Tabel 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto
Share dengan pemulihan aktivitas industri.
Nilai* Growth (%)
Uraian Q1
thd Namun, investasi peralatan lainnya
Total
2021 QtQ YoY masih terkontraksi cukup dalam
PDB (%)
Pembentukan 874,3 -2,2 -0,2 32,6
mencapai 4,9 persen (YoY). Cultivated
Modal Tetap Biological Resources (CBR)
Bruto terkontraksi 1,2 persen (YoY) karena
Bangunan 658,2 -1,3 -0,7 24,5
tanaman yang belum menghasilkan
Mesin dan 90,9 -3,8 3,5 3,4
Perlengkapan menurun serta kinerja impor benih
Kendaraan 49,6 5,9 2,1 1,9 tanaman juga masih negatif.
Peralatan 13,7 -6,4 -4,9 0,5
lainnya Konsumsi pemerintah tumbuh 3,0
Cultivated 43,0 -21,0 -1,2persen (YoY)
1,6 didorong oleh
Biological
peningkatan realisasi belanja barang
Resources
Produk 18,9 12,9 0,5 0,7 dan jasa serta belanja bantuan sosial
Kekayaan masing-masing sebesar 40,5 dan 16,5
Intelektual persen (YoY). Peningkatan belanja
Produk
2.683,1 -1,0 -0,7 100,0 barang dan jasa lebih banyak terjadi
Domestik Bruto
Sumber: Badan Pusat Statistik
pada belanja barang non operasional
*dalam triliun Rp (ADHK) terutama untuk penanganan
pandemi seperti pengadaan vaksin
dan obat-obatan. Di sisi lain, pembelanjaan APBD yang masih rendah menghambat
konsumsi pemerintah tumbuh lebih tinggi.

21
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Ekspor barang dan jasa tumbuh impresif, mencapai 6,7 persen (YoY), didorong oleh
peningkatan ekspor barang yang mencapai 11,9 persen (YoY). Meningkatnya kinerja
ekspor barang sejalan dengan peningkatan permintaan dari luar negeri bersamaan
dengan meningkatnya harga komoditas. Namun, laju ekspor tertahan oleh kontraksi
yang cukup dalam pada ekspor jasa yang mencapai 46,8 persen (YoY). Penurunan
ekspor jasa dipengaruhi oleh anjloknya kunjungan wisatawan mancanegara. Kinerja
ekspor jasa dapat ditingkatkan kembali melalui optimalisasi penggunaan moda
transportasi milik Indonesia untuk perjalanan maupun pengiriman barang ke dalam
maupun ke luar negeri.

Impor barang dan jasa juga tumbuh positif sebesar 5,3 persen (YoY) sejalan dengan
peningkatan volume impor dan harga komoditas nonmigas. Impor barang nonmigas
meningkat hingga 11,7 persen (YoY) didorong oleh peningkatan pada bahan baku
dan barang modal industri. Sementara itu, impor barang migas dan jasa masing-
masing terkontraksi 4,5 dan 19,7 persen (YoY). Kontraksi pada impor jasa dipengaruhi
oleh restriksi perjalanan yang masih diberlakukan di berbagai negara.

22
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Box1: Vaksinasi Indonesia Menemui Tantangan

Dalam kurun satu tahun terakhir, perekonomian Indonesia terkontraksi akibat


pandemi Covid-19. Pandemi yang berkepanjangan berdampak besar pada berbagai
setor kehidupan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2021 bisa kembali di atas 5 persen. Namun, realisasinya sangat
bergantung pada akselerasi kebijakan ekonomi dan konsistensi penanganan
penyebaran Covid-19 di dalam negeri. BI menjelaskan perekonomian global
berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya meskipun belum berjalan
seimbang antar negara. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi terjadi di negara-
negara yang mampu mengakselerasi vaksinasi Covid-19 serta menempuh stimulus
fiskal dan moneter yang besar. Tren pemulihan ekonomi global dapat menjadi
sentimen positif bagi perekonomian domestik. Namun, kondisi tersebut harus
dibarengi dengan implementasi program vaksinasi dan sinergi kebijakan nasional.

Tahun 2021 menjadi momen penting dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-
19 serta memulihkan kondisi ekonomi. Sejumlah negara di dunia seperti Amerika
Serikat, Inggris, Kanada, Israel, Rusia, Meksiko, Qatar, dan Uni Emirat Arab telah
memulai program vaksinasi sebagai upaya untuk menghentikan pandemi. Di
Indonesia, program vaksinasi telah dimulai sejak pertengahan Januari 2021.
Setidaknya 181,5 juta orang Indonesia akan mengikuti program vaksinasi Covid-19.
Presiden meminta program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dapat diselesaikan dalam
waktu 12 bulan, sementara Menteri Kesehatan menargetkan lebih lebih lama, yakni
15 bulan. Rinciannya, vaksinasi tahap pertama berlangsung selama Januari-Februari
2021 yang menyasar tenaga kesehatan. Tahap kedua dilaksanakan pada Februari-
April 2021 yang menyasar petugas pelayanan publik dan lansia. Tahap ketiga
dilaksanakan pada April 2021-Maret 2022 yang menyasar masyarakat rentan dari
aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Pada periode yang sama, vaksinasi tahap
keempat juga dilaksanakan dengan target masyarakat dan pelaku perekonomian
lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin. Namun
demikian, hingga saat ini target-target yang dicanangkan masih belum terpenuhi.

Di tengah target yang meleset, Indonesia dihadang kendala keterbatasan stok vaksin
Covid-19, salah satunya disebabkan embargo vaksin oleh beberapa negara, termasuk
India sejalan dengan melonjaknya kasus infeksi Covid-19. Imbasnya, Indonesia
terancam tidak mendapatkan keseluruhan dari 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca
gratis yang dijanjikan dari kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan
Imunisasi (GAVI). Dalam rangka menjaga laju vaksinasi tetap normal, untuk sementara
pada bulan pada bulan April capaian vaksinasi diturunkan menjadi 250-300 ribu dosis
vaksin per hari. Lebih lanjut, masalah operasional pun menjadi faktor penghambat
lainnya, seperti keterbatasan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana
penunjang seperti puskesmas.

23
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pemerintah Indonesia tetap berkomitmen agar program vaksinasi Covid-19 dapat


berjalan lancar. Bentuk komitmen itu ditunjukkan dengan mengupayakan
ketersediaan vaksin Covid-19 melalui diplomasi, baik antarnegara (bilateral) maupun
banyak negara (multilateral) seperti Covid-19 Vaccines Global Access (COVAX)
Facility. Hingga 8 Mei 2021, total vaksin di Indonesia mencapai 65,5 juta dosis bahan
baku (bulk) dari Sinovac yang akan diolah oleh PT Bio Farma, dan 10,4 juta dosis vaksin
jadi dari Sinovac, AstraZeneca, dan Sinopharm.

Kedatangan Vaksin Covid-19 ke Indonesia (sampai 8 Mei 2021)

No. Tanggal Vaksin Bentuk Jumlah Dosis


1 06/12/2020 Sinovac Vaksin Jadi 1.200.000
2 31/12/2020 Sinovac Vaksin Jadi 1.800.000
3 12/01/2021 Sinovac Bahan Baku 16.500.000
4 02/02/2021 Sinovac Bahan Baku 11.000.000
5 02/03/2021 Sinovac Bahan Baku 10.000.000
6 08/03/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 1.113.600
7 25/03/2021 Sinovac Bahan Baku 16.000.000
8 18/04/2021 Sinovac Bahan Baku 6.000.000
9 26/04/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 3.852.000
10 30/04/2021 Sinovac Bahan Baku 6.000.000
11 30/04/2021 Sinopharm Vaksin Jadi 482.400
12 01/05/2021 Sinopharm Vaksin Jadi 17.600
13 01/05/2021 Sinopharm Vaksin Jadi 500.000
14 06/05/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 55.300
15 08/05/2021 AstraZeneca Vaksin Jadi 1.389.600
Total 75.910.500
Sumber: Covid19.go.id, kominfo.go.id (diolah)

Sebagai upaya akselerasi vaksinasi, pemerintah juga sedang mematangkan program


Vaksinasi Gotong Royong, yang akan dilakukan oleh Kamar Dagang Indonesia
(KADIN) dan Bio Farma. Program Vaksinasi Gotong Royong juga memberi peluang
bagi Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki Kartu Izin Tinggal Sementara dan
Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAS/KITAP). Kedatangan vaksin Sinopharm sebanyak satu
juta dosis ke Indonesia jadi penanda pelaksanaan program Vaksinasi Gotong Royong
akan segera dimulai pada 17 Mei 2021. Dengan adanya program ini, diharapkan
vaksin dapat tersampaikan lebih cepat dan berhasil membentuk kekebalan komunal
bagi penduduk Indonesia.

Sumber: Covid19.go.id, cnnindonesia.com, kompas.com, Bank Indonesia

24
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi


Tahun 2016 – Triwulan I/2021 (persen, YoY)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1
Produk Domestik Bruto 5,0 5,1 5,2 5,0 3,0 -5,3 -3,5 -2,2 -0,7
Konsumsi Rumah Tangga 5,0 4,9 5,1 5,0 2,8 -5,5 -4,0 -3,6 -2,2
Konsumsi LNPRT 6,6 6,9 9,1 10,6 -5,0 -7,8 -2,0 -2,1 -4,5
Konsumsi Pemerintah -0,1 2,1 4,8 3,3 3,8 -6,9 9,8 1,8 3,0
PMTB 4,5 6,2 6,6 4,5 1,7 -8,6 -6,5 -6,2 -0,2
Ekspor Barang dan Jasa -1,6 8,9 6,6 -0,9 0,4 -12,0 -11,7 -7,2 6,7
Impor Barang dan Jasa -2,4 8,1 11,9 -7,4 -3,6 -18,3 -23,0 -13,5 5,3
Pertanian, Kehutanan, Perkebunan dan Perikanan 3,4 3,9 3,9 3,6 0,0 2,2 2,2 2,6 2,9
Pertambangan dan Penggalian 0,9 0,7 2,2 1,2 0,4 -2,7 -4,3 -1,2 -2,0
Industri Pengolahan 4,3 4,3 4,3 3,8 2,1 -6,2 -4,3 -3,1 -1,4
Industri Pengolahan Nonmigas 4,4 4,9 4,8 4,3 2,0 -5,7 -4,0 -2,2 -0,7
Listrik dan Gas 5,4 1,5 5,5 4,0 3,9 -5,5 -2,4 -5,0 1,7
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, Daur Ulang 3,6 4,6 5,6 6,8 4,4 4,4 5,9 5,0 5,5
Konstruksi 5,2 6,8 6,1 5,8 2,9 -5,4 -4,5 -5,7 -0,8
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 4,0 4,5 5,0 4,6 1,6 -7,6 -5,0 -3,6 -1,2
Transportasi dan Pergudangan 7,4 8,5 7,0 6,4 1,3 -30,8 -16,7 -13,4 -13,1
Akomodasi dan Makan Minum 5,2 5,4 5,7 5,8 1,9 -22,0 -11,8 -8,9 -7,3
Informasi dan Komunikasi 8,9 9,6 7,0 9,4 9,8 10,8 10,7 10,9 8,7
Jasa Keuangan dan Asuransi 8,9 5,5 4,2 6,6 10,6 1,1 -0,9 2,4 -3,0
Real Estate 4,7 3,6 3,5 5,8 3,8 2,3 2,0 1,2 0,9
Jasa Perusahaan 7,4 8,4 8,6 10,3 5,4 -12,1 -7,6 -7,0 -6,1
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,2 2,0 7,0 4,7 3,1 -3,2 1,8 -1,5 -2,9
Jasa Pendidikan 3,8 3,7 5,4 6,3 5,9 1,2 2,4 1,4 -1,6
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,2 6,8 7,1 8,7 10,4 3,7 15,3 16,5 3,6
Jasa lainnya 8,0 8,7 9,0 10,6 7,1 -12,6 -5,5 -4,8 -5,1
PDB Harga Berlaku (Rp Triliun) 12.402 13.590 14.839 15.833 3.922,6 3.687,8 3.894,6 3.929,2 3.969,1
PDB Harga Konstan (Rp Triliun) 9.434 9.913 10.426 10.949 2.703,1 2.589,8 2.720,5 2.709,0 2.683,1
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

25
Investasi
Realisasi Penanaman Modal Asing Tabel 5. Realisasi Investasi
(PMA) mencapai Rp111,7 triliun Growth (%)
Share thd
dan realisasi Penanaman Modal Nilai
Realisasi
Uraian Q1 2021
Dalam Negeri (PMDN) mencapai (triliun Rp) QtQ YoY
Investasi
(%)
Rp108,0 triliun. Total nilai realisasi
investasi PMA dan PMDN pada Realisasi
219,7 2,3 4,3 100,0
triwulan I tahun 2021 mencapai Investasi
Rp219,7 triliun, atau naik sebesar 2,3 Penanaman
Modal Dalam
persen dari triwulan IV tahun 2020. 108,0 4,2 -4,2 49,2
Negeri
Nilai realisasi PMA mengalami (PMDN)
kenaikan sebesar 14,0 persen (YoY). Penanaman
Sedangkan nilai realisasi PMDN turun Modal Asing 111,7 0,6 14,0 50,8
(PMA)*
sebesar 4,2 persen (YoY).
Berdasarkan Sektor
Sektor yang berperan besar terhadap Primer 23,8 26,3 -17,4 11,1
Sekunder 71,1 -1,7 3,5 33,1
realisasi PMA dan PMDN pada
Tersier 119,9 1,7 8,2 55,8
triwulan I tahun 2021 adalah sektor
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
tersier, dengan nilai realisasi investasi kurs: Rp14.600/USD
sebesar Rp104,9 triliun, namun turun
sebesar 9,5 persen (YoY). Realisasi sektor primer turun cukup signifikan dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2020, tetapi mengalami kenaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya tahun yang sama.

Realisasi investasi terbesar pada sektor sekunder triwulan I tahun 2021 adalah
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya. Realisasi
terbesar selanjutnya adalah Industri Makanan; Industri Kimia dan Farmasi; Industri
Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan Industri Mineral Non Logam.

Sektor sekunder yang mengalami pertumbuhan terbesar dibandingkan periode yang


sama tahun 2020 adalah Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain
sebesar 330,2 persen. Industri Kayu mengalami kontraksi cukup signifikan akibat
penurunan realisasi baik PMA maupun PMDN.

Berdasarkan bidang usaha, lima sektor dengan kontribusi terbesar pada realisasi PMA
pada triwulan I tahun 2021 adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan
Mesin dan Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi; (4) Listrik, Gas dan Air; dan (5) Industri Kendaraan Bermotor dan Alat
Transportasi Lain. Pertumbuhan terbesar tercatat di Industri Makanan. Lima negara
asal PMA dengan realisasi terbesar pada triwulan I tahun 2021 adalah: Singapura

26
Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebesar Rp38,0 triliun; Tiongkok sebesar Rp15,1 triliun; Korea Selatan sebesar Rp12,4
triliun; Hongkong sebesar Rp12,0 triliun; dan Swiss sebesar Rp6,8 triliun.

Tabel 6. Realisasi Investasi Sektor Sekunder


Nilai Growth (%) Share thd
Uraian Q1 2021 Sektor
(triliun Rp) QtQ YoY Sekunder(%)
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan 27,9 11,3 13,5 31,6
Peralatannya
Industri Makanan 21,8 111,9 87,4 24,6
Industri Kimia Dan Farmasi 9,4 -21,2 -3,9 10,7
Industri Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain 9,2 26,7 330,2 10,4
Industri Mineral Non Logam 5,5 603,0 25,7 6,2
Industri Kertas dan Percetakan 4,9 -47,2 63,9 5,6
Industri Mesin, Elektronik, Instrumen Kedokteran, 3,3 85,6 68,0 3,8
Peralatan Listrik, Presisi, Optik dan Jam
Industri Tekstil 2,2 38,3 125,6 2,5
Industri Karet dan Plastik 2,1 73,4 -31,1 2,4
Industri Barang dari Kulit dan Alas Kaki 1,2 67,1 57,1 1,4
Industri Lainnya 0,6 -23,6 -48,1 0,6
Industri Kayu 0,2 -39,6 -67,1 0,2
Sumber: BKPM

Tabel 7. Sektor PMA Terbesar Tabel 8. Realisasi PMA Terbesar


berdasarkan Negara Asal
Growth (%) Share
Nilai
thd Nilai Growth (%) Share thd
Uraian Q1 2021
Total Uraian Q1 2021 Total
(triliun Rp) QtQ YoY
PMA (%) (triliun Rp) QtQ YoY PMA (%)
Industri Logam 24,9 16,7 13,9 22,4
Dasar, Barang Singapura 38,0 0,8 -3,1 34,0
Logam, Bukan Tiongkok 15,1 -21,3 -33,0 13,6
Mesin dan Korea Selatan 12,4 18.5 552,6 11,1
Peralatannya Hongkong 12.0 -21.0 31.9 10,8
Listrik, Gas dan 14,1 120,8 229,0 12,7 Swiss 6,8 6700 2166,7 6,1
Air Sumber: BKPM
Transportasi, 12,3 -24,4 6,0 11,0
Gudang dan
Komunikasi
Industri Kertas 8,7 -55,6 -30,2 7,8
dan Percetakan
Pertambangan 8,7 27,3 707,9 7,8
Sumber: BKPM | kurs: Rp14.600/USD

27
Tabel 9. Realisasi Investasi
berdasarkan Lokasi Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar
Share thd Nilai Share thd
Nilai Growth (%) Growth (%)
Realisasi Uraian Q1 2021 Total PMA
Uraian Q1 2021
Investasi (triliun Rp) QtQ YoY (%)
(triliun Rp) QtQ YoY
(%) Jawa Barat 21,1 16,6 59,8 18,9
Jawa 105,3 3,8 -2,7 47,9 DKI Jakarta 14,6 10,6 10,6 13,1
Luar Jawa 114,4 0,9 11,7 52,1 Sulawesi 8,4 7,7 68 7,5
Sumatera 52,3 -7,6 -7.1 23,8 Tengah
Kalimantan 20,2 19,5 42.2 9,2 Riau 8,1 22,7 62 7,3
Bali dan Nusra 7,6 61,7 43,4 3,5 Sulawesi 8,0 135,3 45,4 7,2
Sulawesi 13,6 -26.5 4,6 6,2 Tenggara
Maluku 20,7 23,9 52.2 9,4 Sumber: BKPM
Papua 105,3 3,8 -2,7 47,9
Kawasan Barat 157,6 -0,2 -4,2 71.7
Indonesia
Kawasan Timur 62.1 9,3 34,7 28.3
Indonesia
Sumber: BKPM

Tabel 11. Sektor dan Lokasi PMDN Terbesar


Nilai Growth (%)
Share thd
Uraian Q1 2021
QtQ YoY Total PMDN(%)
(triliun Rp)
SEKTOR
Perumahan, Kawasan Industri dan 21,6 39,3 137,3 20
Perkantoran
Transportasi, Gudang dan 13,3 -34,1 -64,6 12,3
Komunikasi
Listrik, Gas dan Air 11,5 23,6 109,1 1
Tanaman, Pangan, Perkebunan, 9,9 33,8 -3,9 9,2
dan Peternakan
Kontruksi 9,6 -50,2 -31,9 8,8
LOKASI
Jawa Barat 16,0 0 -4,2 14,9
Jawa Timur 10,0 20,5 -62,4 9,2
DKI Jakarta 8,7 -6,4 26,1 8,0
Jawa Tengah 8,4 7,7 -42,5 7,8
Banten 7,0 -21,3 218,2 6,5
Sumber: BKPM

Realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan I tahun 2021 memberikan kontribusi
lebih besar yaitu 52,1 persen dari total realisasi investasi, dengan nilai sebesar Rp114,4
triliun. Sementara itu, proporsi realisasi investasi di pulau Jawa pada triwulan I tahun
2021 adalah sebesar 47,9 persen.

Pertumbuhan realisasi investasi terbesar secara YoY adalah pulau Maluku dan Papua
yaitu dengan nilai investasi sebesar Rp20,7 triliun, sedangkan realisasi investasi
terbesar secara QtQ adalah pulau Bali dan Nusa Tenggara dengan nilai investasi
28
Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebesar Rp7,6 triliun. Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan
Sumatera berkontribusi realisasi investasi sebesar 71,7 persen.

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun
2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp21,1 triliun; DKI Jakarta sebesar Rp14,6 triliun;
Sulawesi Tengah sebesar Rp8,4 triliun; Riau sebesar Rp8,1 triliun; dan Sulawesi
Tenggara sebesar Rp8,0 triliun.

Realisasi PMDN terbesar adalah Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan


Perkantoran, kemudian sektor Transportasi, Gudang dan Komunikasi; Listrik, Gas dan
Air; Tanaman, Pangan, Perkebunan, dan Peternakan; dan Kontruksi. Pertumbuhan
terbesar YoY dan QtQ adalah Sektor Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMDN terbesar pada triwulan I
tahun 2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp16,0 triliun; Jawa Timur sebesar Rp10,0
triliun; DKI Jakarta sebesar Rp8,7 triliun; Jawa Tengah sebesar Rp8,4 triliun; dan Banten
sebesar Rp7,0 triliun.

Tabel 12. Lokasi PMDN Terbesar Lima kabupaten dan kota


per Kabupaten/Kota dengan realisasi PMDN terbesar
Nilai Growth (%) Share thd pada triwulan I tahun 2021
Total
Uraian Q1 2021
PMDN adalah Kota Bandung sebesar
(triliun Rp) QtQ YoY
(%) Rp5,8 triliun; Kabupaten
Kota Bandung 5,8 -15,4 4.206,9 5,4
Tenggamus sebesar Rp4,9
Kab. Tanggamus 4,9 3.085.818,1 100,0 4,6
Kota Surabaya 4,6 179,3 -29,7 4,3 triliun; Kota Surabaya sebesar
Kota Makassar 4,3 203,1 8.231,8 4,0 Rp4,6 triliun; Kota Makassar
Kab. Grobogan 4,0 2.102,2 74,5 3,7
sebesar Rp4,3 triliun; dan
Sumber: BKPM
Kabupaten Grobogan sebesar
Tabel 13. Lokasi PMA Terbesar Rp4,0 triliun. Beberapa faktor
per Kabupaten/Kota yang menyebabkan Kota
Nilai Growth (%) Share thd Bandung menjadi kota dengan
Uraian Q1 2021 Total PMA
(triliun Rp) QtQ YoY (%) realisasi PMDN terbesar pada
Kab. Bekasi 11,6 40,0 167,7 10,4 triwulan I tahun 2021 antara lain
Kota Adm. 7,8 45,2 -13,7 7,0 karena dukungan infrastruktur
Jakarta
yang sangat baik, reformasi
Selatan
Kab. 6,4 -8,3 -9,7 5,7 peraturan yang baik, letak
Halmahera geografis yang strategis, dan
Tengah
Kab. Morowali 6,1 -10,8 29,7 5,5
konsumen yang atraktif
Kabupaten 5,5 44,4 63,5 4,9 (konsumen yang memiliki daya
Karawang saing yang tinggi).
Sumber: BKPM
Lima kabupaten dan kota
dengan realisasi PMA terbesar

29
pada triwulan I tahun 2021 adalah Kabupaten Bekasi sebesar Rp11,6 triliun; Kota
Administrasi Jakarta Selatan sebesar Rp7,8 triliun; Kabupaten Halmahera Tengah
sebesar Rp6,4 triliun; Kabupaten Morowali sebesar Rp6,1 triliun; dan Kabupaten
Karawang sebesar Rp5,5 triliun. Beberapa faktor yang menyebabkan Kabupaten
Bekasi menjadi kota/kabupaten dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun
2021 yaitu merupakan lokasi kawasan industri, akses mobilitas yang dekat dengan
ibukota dan proses perizinan yang semakin dipermudah oleh pemerintah daerah
setempat.

Tabel 14. Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja PMDN


Share thd
Jumlah Growth (%) mencapai 165,6 ribu orang,
Total
Uraian Q1 2021 sedangkan dari PMA mencapai
Penyerapan
(orang) QtQ YoY
TK (%) 146,2 ribu orang. Penyerapan
Penyerapan 165.630 2,0 9,6 53,1
Tenaga Kerja proyek PMDN pada
TK PMDN
triwulan I tahun 2021 sebesar 53,1
Penyerapan 146.163 10,4 -3,8 46,9
persen dari total penyerapan tenaga
TK PMA
kerja, sedangkan penyerapan tenaga
Total 311.793 5,8 2,9 100,0
Penyerapan
kerja PMA sebesar 46,9 persen. Total
TK penyerapan tenaga kerja sebesar
Sumber: BKPM 311,8 ribu orang.

Realisasi investasi tahun 2021 terhadap target RPJMN 2020-2024. Terdapat


enam indikator untuk Kegiatan Prioritas (KP) “Perbaikan Iklim Usaha dan Peningkatan
Investasi Termasuk Reformasi Ketenagakerjaan” dalam RPJMN tahun 2020-2024,
dimana terdapat empat indikator yang berhubungan langsung dengan realisasi
investasi. Khusus untuk indikator nilai realisasi PMA dan PMDN dan nilai realisasi PMA
dan PMDN industri pengolahan, terdapat target penyesuaian sebagaimana
tercantum dalam tabel. Oleh karena itu, keempat indikator yang berhubungan
dengan realisasi investasi tersebut seluruhya telah mencapai target, yaitu: (a) realisasi
investasi PMA dan PMDN triwulan I tahun 2021 sebesar Rp219,7 triliun; (b) kontribusi
PMDN terhadap total realisasi PMA dan PMDN triwulan I tahun 2021 dengan realisasi
sebesar 49,2 persen; (c) nilai realisasi PMA dan PMDN Industri Pengolahan triwulan I
tahun 2021 dengan realisasi sebesar Rp88,3 triliun; dan (d) kontribusi realisasi
investasi luar Jawa triwulan I tahun 2021 dengan realisasi sebesar 52,1 persen.

30
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 15. Perbandingan Capaian dengan Target dalam RPJMN


2020-2024

Realisasi Target 2021 Target Capaian Target


Indikator
tahun 2021** dalam RPJMN Penyesuaian* tahun 2021 (%)

Nilai realisasi PMA dan PMDN 219,7 991,3 858,5 25,6


(Rp trilliun)

Kontribusi PMDN terhadap total 49,2 47,8 - 102,9


realisasi PMA dan PMDN
(persen)

Nilai realisasi PMA dan PMDN 88,3 316,3 268,7 32,9


Industri Pengolahan (Rp trilliun)

Kontribusi realisasi investasi luar 52,1 46,2 - 112,.8


Jawa (persen)
Sumber: BKPM
*Sesuai dengan surat Kepala BKPM No 102/A.1/2020 tanggal 16 April 2020 perihal
Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat Dampak Covid-19 dan
Surat Bappenas No. B.265/M.PPN/D1/PP.03.02/04/2020 tanggal 24 April 2020 perihal
Persetujuan atas Usulan Revisi Target Penanaman Modal Tahun 2020-2024 Akibat
Dampak Covid-19
**Realisasi Triwulan I tahun 2021

Industri
Gambar 8. Pertumbuhan Industri Kinerja sektor industri pengolahan pada
Pengolahan Nonmigas triwulan I tahun 2021 masih mengalami
kontraksi sebesar 1,4 persen (YoY).
Kontraksi ini didorong oleh kontraksi di
Industri Pengolahan Migas sebesar 7,7
persen (YoY) dan industri pengolahan
(persen)

-0,7 nonmigas sebesar 0,7 persen (YoY).

-0,7 Kinerja tersebut membaik dibandingkan


-1,4
dengan triwulan IV tahun 2020 yang
terkontraksi 3,1 persen (YoY) untuk
industri pengolahan, dan 2,2 persen (YoY)
2016 2017 2018 2019 2020 2021
Q1
untuk industri pengolahan nonmigas.
Industri Pengolahan
Pemulihan pada industri pengolahan ini
PDB Nasional
Industri Non Migas didorong oleh proses perbaikan
Sumber: Badan Pusat Statistik permintaan domestik, serta pemulihan
permintaan global yang berlangsung
bertahap.

31
Nilai tambah sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2021 mencapai
Rp787,4 triliun, atau sebesar 19,8 persen dari PDB nasional. Kontribusi PDB industri
pengolahan nonmigas mencapai 17,9 persen.

Berdasarkan subsektor, terdapat 8 subsektor yang tumbuh positif pada triwulan I


tahun 2021, yaitu industri kimia, farmasi, dan obat tradisional (11,5 persen, YoY),
industri furnitur (8,0 persen, YoY), industri karet, barang dari karet dan plastik (3,8
persen, YoY), industri mesin dan perlengkapan (3,2 persen, YoY), industri makanan
Gambar 9. Pertumbuhan Subsektor
dan minuman (2,5 persen, YoY), dan
Industri Pengolahan Nonmigas industri kulit, barang dari kulit dan alas
(persen) kaki (1,7 persen, YoY). Pertumbuhan
Industri logam dasar dan industri
Tekstil dan Pakaian Jadi -13,3
pengolahan lainnya melambat
Alat Angkutan -10,9
dibandingkan triwulan sebelumnya,
Pengolahan Tembakau -9,6
namun masih mencatatkan pertumbuhan
Kayu dll -8,5
positif yaitu masing-masing sebesar 7,7
Barang Galian Bukan Logam -7,3
dan 1,2 persen (YoY).
Barang Logam dll -4,1
Kertas dll -2,7 Pertumbuhan subsektor industri kimia,
Pengolahan Lainnya 1,2 farmasi, dan obat tradisional didukung
Kulit dll 1,7 oleh peningkatan produksi farmasi dan
Makanan dan Minuman 2,5 obat-obatan, bahan baku obat, dan
Mesin dan Perlengkapan 3,2 produk turunan penunjang kebersihan
Karet dll 3,8 sejalan dengan upaya penanganan
Logam Dasar 7,7 pandemi Covid-19. Pertumbuhan positif
Furnitur 8,0 industri makanan minuman didorong
Kimia dll 11,5 oleh peningkatan produksi padi, CPO
Industri Nonmigas -0,7 untuk ekspor, serta makanan ringan
Industri Pengolahan -1,4 menjelang hari raya.

Pertimbuhan industri furnitur pada


Sumber: Badan Pusat Statistik triwulan I tahun 2021 didorong oleh
peningkatan ekspor ke pasar utama seperti Amerika Serikat. Pertumbuhan industri
karet, barang dari karet, dan plastik didorong oleh peningkatan produksi peralatan
medis dari karet dan produksi ban seiring dengan peningkatan penjualan kendaraan
bermotor. Industri logam juga terus tumbuh positif dengan dukungan peningkatan
ekspor terutama ke Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda, serta kebijakan
tata niaga besi baja.

Beberapa industri masih mengalami tekanan pada triwulan I tahun 2021. Industri
tekstil dan pakaian jadi terkontraksi semakin dalam dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 13,3 persen (YoY). Hal ini disebabkan karena Pembatasan
32
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sosial Skala Besar (PSBB) yang berakibat pada pengurangan pegawai, pembatasan
jam operasional, dan tingginya kompetisi di pasar industri tekstil dan produk tekstil
domestik dan global. Penurunan utilisasi produksi juga terjadi karena tekanan
kenaikan harga bahan baku produksi akibat kenaikan harga listrik dan minyak bumi,
serta keterbatasan akses bahan baku impor selama pandemi.

Industri alat angkutan juga mengalami kontraksi sebesar 10,9 persen (YoY), membaik
dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Pengumuman stimulus relaksasi PPnBM
untuk kendaraan bermotor di bulan April 2021 diharapkan dapat menjadi pemicu
pertumbuhan industri alat angkutan di beberapa bulan mendatang.

Kontraksi di industri barang logam (termasuk komputer, elektronik, optik, dan


peralatan listrik) pada triwulan I tahun 2021 adalah sebesar 4,1 persen (YoY) yang
dipengaruhi oleh kenaikan biaya bahan baku dan pelemahan nilai tukar rupiah untuk
bahan baku impor utama. Gangguan pasokan chip semi konduktor yang terjadi
secara global turut memberikan disrupsi rantai pasok bahan baku impor chip pada
industri elektronik dalam negeri. Utilisasi produksi industri elektronik juga hanya
berkisar 60 persen akibat belum pulihnya daya beli masyarakat. Banyak pelaku usaha
elektronik melakukan diversifikasi produk ke sektor lain seperti sektor otomotif dan
kesehatan.

Perkembangan dari sisi ekspor produk Gambar 10. Ekspor Produk Industri
industri pengolahan pada triwulan I tahun 18,1
45 20
2021 menunjukkan bahwa nilai ekspor 40 15
produk industri pengolahan meningkat 35 17,0
10
sebesar 18,1 persen, atau senilai USD39,0
(miliar USD)

30
5
25 (persen)
miliar (YoY). Perbaikan ekspor tersebut 0
20
didorong oleh peningkatan ekspor 15
-5

minyak kelapa sawit, bijih, terak, abu 10 -10


-15
logam, besi dan baja, mesin dan 5 39,0
0 -20
perlengkapan elektrik, serta bahan bakar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
mineral. Penurunan ekspor terjadi pada 2019 2020 2021
beberapa jenis produk seperti pada
Ekspor Produk Industri (miliar USD)
kendaraan dan komponennya, meskipun
Pertumbuhan Ekspor Produk Industri
secara keseluruhan, kontribusi ekspor (persen)
industri pengolahan masih cukup tinggi Pertumbuhan Ekspor Nasional

yaitu sebesar 79,7 persen terhadap total Sumber: Badan Pusat Statistik
ekspor.

Peningkatan ekspor didorong oleh pemulihan di negara-negara mitra dagang utama


di Indonesia seperti Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Adanya kenaikan harga

33
komoditas utama Indonesia seperti nikel, CPO, dan batu bara turut berkontribusi
pada peningkatan ekspor Indonesia.

Gambar 11. PMDN Sektor Industri Sementara itu, realisasi PMDN di industri
25 40 pengolahan ada triwulan I tahun 2021
30
mencapai Rp23,0 triliun, atau tumbuh
20
16,1 sebesar 16,1 persen (YoY). Kinerja ini lebih
20
tinggi dibandingkan dengan triwulan IV
(miliar USD)

15

(persen)
10
tahun 2020 yang hanya tumbuh sebesar
10 0 3,3 persen (YoY). Kontribusi PMDN sektor
-10 industri pengolahan masih pada kisaran
5
-20 21,3 persen. Realisasi PMDN sektor
23,0 industri pengolahan terbesar adalah di
0 -30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 subsektor industri makanan dan sebesar
2019 2020 2021 yaitu Rp7,6 triliun, diikuti oleh industri
PMDN Pertumbuhan PMDN mineral non logam sebesar Rp4,2 triliun,
dan industri kertas sebesar Rp3,1 triliun.
Sumber: BKPM Pertumbuhan PMDN tertinggi terdapat di
Gambar 12. PMA Sektor Industri industri tekstil (1.226,7 persen, YoY) dan
5,0 120 industri barang dari kulit dan alas kaki
4,5 100 (480,8 persen, YoY).
4,0 80
3,5 Perbaikan juga terjadi pada realisasi PMA
45,7 60
(miliar USD)

3,0 di sektor industri pengolahan. Pada


(persen)

40
2,5
20 triwulan I tahun 2021, realisasi PMA di
2,0
1,5 0 sektor industri pengolahan mencapai
1,0 -20 USD4,5 miliar, atau meningkat sebesar
0,5 4,5
-40 45,7 persen (YoY) dengan kontribusi PMA
0,0 -60 sektor industri sebesar 58,5 persen. Nilai
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
PMA di sektor industri pengolahan
2019 2020 2021
terbesar terdapat di subsektor industri
PMA Pertumbuhan PMA
logam dasar dan barang dari logam yaitu
Sumber: BKPM USD1,7 miliar, industri makanan sebesar
USD968,3 juta, industri kendaraan
bermotor dan alat transportasi lain sebesar USD597,1 juta, serta industri kimia dan
farmasi sebesar USD493,8 juta.

Peningkatan realisasi PMA dan PMDN didukung oleh peningkatan optimisme atas
proyeksi pemulihan kondisi ekonomi Indonesia, berjalannya fasilitasi investasi,
penerapan program vaksin nasional, dan penyederhanaan regulasi sesuai amanat dari
Undang-undang Cipta Kerja. Selain itu, peningkatan investasi di sektor industri

34
Perkembangan Ekonomi Indonesia

pengolahan juga didukung oleh investasi kendaraan listrik, proyek kereta cepat, serta
proyek kawasan industri di Jawa Tengah.

Pemulihan bertahap juga terdapat pada sisi daya beli masyarakat. Hal ini ditunjukkan
oleh peningkatan permintaan terhadap barang tahan lama (durable goods). Antisipasi
terhadap penerapan relaksasi PPnBM untuk produk otomotif pada April 2021,
berpengaruh pada sentimen positif dan perbaikan kepercayaan konsumen membeli
kendaraan bermotor, serta mendorong tambahan produksi.

Pada triwulan I tahun 2021 inventori kendaraan bermotor meningkat sebanyak 68.291
unit. Peningkatan ini merupakan hasil dari peningkatan produksi mobil pada triwulan
I tahun 2021 sebanyak 255.312 unit, atau meningkat sebesar 48.375 unit
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020. Perbaikan produksi terbesar terjadi
pada segmen mobil Multi-Purpose Vehicles (MPV) dengan kapasitas 2.500-3.000 cc
(97,46 persen YoY), yang bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tahun
sebelumnya. Penurunan yang cukup besar masih terjadi pada segmen bus dengan
kapasitas 5-24 ton (-74,3 persen YoY), segmen mobil Sport Utility Vehicle (SUV)
dengan kapasitas 1500-3000 cc (-69,8 persen YoY), dan truk kapasitas lebih dari 24
ton (-62,6 persen YoY). Namun, tingkat produksi pada awal tahun 2021 masih lebih
rendah 22,2 persen (YoY) jika dibandingkan dengan tahun 2020.

Gambar 13. Produksi Mobil Gambar 14. Penjualan Mobil


400 20 300 0
350 -21,1 -10
0 250 -20
300 -22,2
-20 200 -30
250 -40
(ribu unit)

(ribu unit)
(persen)

(persen)
200 -40 150 -50
150 -60
-60 100 -70
100
-80 50 -80
50
255,3 187,0 -90
0 -100 0 -100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2019 2020 2021 2019 2020 2021
Produksi Mobil Penjualan Mobil
Pertumbuhan Produksi Mobil Pertumbuhan Penjualan Mobil

Sumber: CEIC Sumber: CEIC

Sementara itu penjualan mobil pada triwulan I tahun 2021 mencapai 187.021 unit,
atau meningkat signifikan dibandingkan dengan penjualan pada triwulan IV tahun
2020 yang sebesar 27.040 unit. Secara tahunan, penjualan mobil memang masih lebih
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan penjualan mobil
terbesar terjadi pada segmen SUV dengan kapasitas lebih dari 3.000 cc (-73,4 persen,
YoY) dan bus dengan kapasitas 5-24 ton (-80,7 persen YoY). Kenaikan penjualan

35
terjadi pada segmen MPV berkapasitas lebih dari 3.000 cc yang naik sebesar 120,51
persen (YoY) dan SUV kapasitas 1.500-3.000 cc yang naik sebesar 22,5 persen (YoY).
Penjualan motor pada triwulan I tahun 2021 mencapai 1,29 juta unit, atau meningkat
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020 sebanyak 786.502 unit. Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan motor
menurun sebesar 17,7 persen (YoY).

Penurunan aktivitas industri juga masih terjadi pada sektor industri yang terkait
dengan sektor konstruksi, seperti pada industri semen. Penjualan semen nasional
menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triwulan IV tahun 2020, namun penjualan
semen masih lebih rendah secara YoY. Penurunan ini berkaitan belum pulihnya
pelaksanaan proyek konstruksi pemerintah dan swasta, serta permasalahan
oversupply pada industri semen.

Gambar 15. Penjualan Motor Gambar 16. Penjualan Domestik Semen


1800 40 25 10,0
1600 20
1400 20 5,0
1200 -17,7 0
-0,23
-20 15 0,0
(juta ton)
(ribu unit)

1000
(persen)

(persen)
800 -40
600 10 -5,0
-60
400
-80 5 -10,0
200 1.294
0 -100 14,87
0 -15,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2019 2020 2021
2019 2020 2021
Penjualan Motor
Penjualan Semen
Pertumbuhan Penjualan Motor Pertumbuhan Penjualan

Sumber: CEIC Sumber: CEIC

Terlepas dari dinamika produksi dan penjualan produk industri pengolahan,


ekspektasi pasar secara umum menunjukkan kinerja industri yang terus melakukan
ekspansi pada triwulan I tahun 2021. Hal ini ditunjukkan oleh Purchasing Manager
Index (PMI) Manufaktur pada bulan Maret 2021 yang meningkat (54,6) dibandingkan
dengan index pada bulan Desember 2020 (51,3). Perbaikan nilai PMI pada Maret 2021
didorong oleh peningkatan pesanan baru (new order) yang berdampak pada
peningkatan produksi. Selain itu, ekspor produk industri pengolahan juga mengalami
pemulihan setelah selama 17 bulan menunjukkan penurunan. Di sisi lain,
penumpukan pekerjaan dan biaya bahan baku juga meningkat sebagai akibat dari
kurangnya pasokan.

36
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Gambar 17. Purchasing Manufacturing Index


54,6
55,0

50,0

45,0

40,0

35,0

30,0

25,0

20,0

Mei-20
Jan-19

Mar-19

May-19

Jan-20

Mar-20

Jan-21

Mar-21
Feb-20
Feb-19

Sep-19

Sep-20

Feb-21
Jul-19

Dec-19

Jul-20

Okt-20

Dec-20
Agt-20
Apr-19

Jun-19

Aug-19

Oct-19
Nov-19

Apr-20

Jun-20

Nov-20

Apr-21
Sumber: CEIC

Pariwisata
Gambar 18. Kunjungan Wisman Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu
5.000 20 Masuk dan Negara Asal
Jumlah Griwth (%) Share
0 Uraian
4.000 Wisman QtQ YoY (%)
-20 Pintu Masuk
3.000
Pintu Udara 21.693 -58,6 -98,6 5,6
-40
- Ngurah Rai 117.702 37,8 -80,5 30,5
2.000
-60 - Soe. Hatta 246.197 -12,7 -39,2 63,8
1.000 Pintu Laut 21.693 -58,6 -98,6 5,6
-80 - Batam 117.702 37,8 -80,5 30,5
0 -100 Pintu Darat 246.197 -12,7 -39,2 63,8
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Negara Asal
Cross Border* 330.979 -11,5 -56,5 85,8
2019 2020 2021
Tiongkok 13.029 -36,4 -93,5 3,4
Wisman (ribu orang) Belanda 7.073 -24,8 -80,9 1,8
Pertumbuhan (persen, YoY) Singapura 6.840 14,3 -97,4 1,1
Amerika Serikat 4.378 -43,9 -94,3 1,1
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik
*Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini

Dampak pandemi Covid-19 terhadap kunjungan wisatawan masih berlanjut. Jumlah


kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada awal tahun 2021 hanya sebesar
386 ribu orang, atau menurun 16,3 persen dari triwulan sebelumnya (QtQ) dan
menurun 85,5 persen dibandingkan periode sebelumnya (YoY). Peningkatan kasus
Covid-19 pasca libur Natal dan Tahun Baru menjadi dasar bagi pengetatan kebijakan
mobilitas penduduk, termasuk wisatawan.

37
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Selama pandemi, pintu udara masih menjadi titik masuk utama wisman. Hampir
seluruh pintu masuk terdapat penurunan jumlah kedatangan wisman, kecuali pintu
laut yang mengalampi peningkatan sebesar 37,7 persen (QtQ). Originasi wisman juga
masih didominasi oleh wisman asal negara perbatasan, seperti Malaysia, Timor Leste,
dan Papua Nugini dengan kontribusi sebesar 86 persen. Untuk originasi lainnya, pada
triwulan I 2021 tercaat penambahan jumlah wisman dari Singapura, Hongkong, dan
Israel sebanyak 1.270 orang.

Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan Penurunan kunjungan wisman juga
dan Rerata Pengeluaran Wisman diikuti dengan penurunan devisa
5.000 1.400 pariwisata pada triwulan I tahun 2021,
4.500
4.000
1.200 menjadi sebesar USD88,6 juta, dengan
3.500 1.000 rata-rata pengeluaran wisman (ASPA)
3.000 800 sebesar USD229,7 per orang per
2.500
2.000 600 kunjungan. Nilai tersebut lebih rendah
1.500 229,7 400 dibandingkan triwulan sebelumnya yang
1.000
500
200 sebesar USD145,8 miliar, dengan ASPA
0
89,0
0 sebesar USD316.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2019 2020 2021 Penurunan jumlah wisman dan devisa
Ekspor Jasa Perjalanan (juta USD)
membutuhkan penanganan dalam
ASPA (USD/orang)
bentuk perluasan penerapan protokol
dan standar kebersihan dan kesehatan di
Sumber: Bank Indonesia
berbagai destinasi wisata, yang didukung
kolaborasi berbagai pihak, terutama masyarakat di destinasi. Pada saat yang sama,
reaktivasi pasar wisman secara bertahap perlu dilakukan baik melalui travel bubble,
travel corridor arrangement (TCA) maupun kerjasama dengan negara-negara lainnya.

Penguatan wisatawan nusantara (wisnus) diharapkan menjadi bagian dari pemulihan


pariwisata di jangka pendek. Namun kondisi ini tidak terjadi karena peningkatan
kasus Covid-19 pasca libur Natal dan Tahun Baru. Pengetatan syarat perjalanan
menjadikan perjalanan masyarakat menurun tajam.

Penurunan mobilitas masyarakat ditunjukkan oleh penurunan penumpang


transportasi umum. Secara keseluruhan, jumlah penumpang transportasi umum pada
triwulan I tahun 2021 adalah sebesar 16,2 juta orang, atau turun sebesar 2,3 juta
penumpang dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan ini terjadi pada
hampir seluruh moda transportasi. Penurunan terbesar tercatat di moda pesawat
domestik, yaitu sebesar 22,2 persen (QtQ).

38
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Gambar 20. Jumlah Penumpang Gambar 21. Jumlah Penumpang


Transportasi Nasional Transportasi Nasional
20.000 80 2,4
Pesawat Domestik TPK (%) LOS (Hari)
18.000 Kereta (Non KRL) 70
2
16.000 Kapal Laut
60 1,65
14.000
1,6
50
12.000
10.000 40 36,1 1,2
8.000
30
0,8
6.000
20
4.000
0,4
2.000 10

- 0 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar
2020 2021 2020 2021

Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik

Penurunan aktivitas perjalananan pasca libur natal dan tahun baru, dan masa low
season berdampak pada industri pariwisata khususnya pada industri perhotelan.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang pada triwulan I tahun 2021 sebesar
32,9 persen, atau menurun 6,5 poin dari triwulan sebelumnya (QtQ). Hotel Berbintang
5 mengalami penurunan TPK terbesar yakni turun 10,5 poin. Di sisi lain, length of stay
(LOS) atau lama tinggal wisatawan pada hotel berbintang mengalami peningkatan
dari 1,61 hari menjadi 1,72 hari triwulan I 2021 (QtQ). Namun, tingkat LOS masih
tergolong rendah, disebabkan oleh pola berwisata yang masih terbatas.

Gambar 22. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang


berdasarkan Provinsi di Indonesia
(persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

39
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Berdasarkan persebaran provinsi, TPK Hotel berbintang tertinggi berada pada


provinsi Sumatera Selatan dengan TPK sebesar 46,7 persen. Provinsi dengan TPK
terendah adalah Bali (10,1 persen). Di antara 5 Destinasi Super Prioritas (DPSP), TPK
Hotel Berbintang secara rata-rata adalah sebesar 32,4 persen, atau masih lebih rendah
dari rata-rata TPK Indonesia sebesar 32,9 persen. DPSP Labuan Bajo (NTT) memiliki
TPK terendah sebesar 22,7 persen.

Kondisi pandemi Covid-19 secara keseluruhan mempengaruhi nilai tambah yang


dihasilkan oleh industri pariwisata. PDB sektor penyediaan akomodasi dan makan-
minum pada triwulan I tahun 2021 menurun sebesar -7,23 persen (YoY), dan lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB Nasional (0,74 persen). Kondisi ini
disebabkan oleh penurunan pengeluaran sektor tersier, termasuk pengeluaran untuk
berwisata.

Penciptaan nilai tambah subsektor penyediaan akomodasi dan makan-minum


mengalami perbaikan secara bertahap. Pada triwulan I tahun 2021, sektor penyediaan
akomodasi dan makan-minum (akmamin) menyumbang nilai tambah sebesar
Rp101,5 triliun, atau berkontribusi sebesar 2,6 persen dari PDB nasional. Perbaikan
kinerja pada kedua subsektor akan dipengaruhi oleh kebijakan mobilitas masyarakat,
serta penerapan standar kebersihan dan kesehatan. Digitalisasi menjadi salah satu
peluang yang dimanfaatkan oleh subsektor penyediaan makan minum dalam rangka
mempertahankan pasar.

Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi Gambar 24. Investasi Sektor Hotel
dan Makan Minum dan Restoran
6.000
20

10 5.000 2020 Q1 2020 Q2 2020 Q3


2020 Q4 2021 Q1
0 4.000

-10
3.000
-20
2.000
-30 PDB Nasional
Sektor Akmamin
1.000
-40 Akomodasi
Makan Minum
-50 -
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Proyek Nilai (Rp Proyek Nilai (Rp
(Unit) Triliun) (Unit) Triliun)
2019 2020
PMA PMDN
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: BKPM

Sepanjang pandemi Covid-19 realisasi investasi di sektor pariwisata (sektor hotel dan
restoran) mengalami peningkatan, khususnya PMDN. Pada triwulan I tahun 2021,

40
Perkembangan Ekonomi Indonesia

sebanyak 2.767 proyek PMDN dan 1.440 proyek PMA telah terealisasi dengan nilai
sebesar Rp5.734 triliun untuk PMDN dan Rp1.093 triliun untuk PMA. Investasi sektor
pariwisata terbesar berada di provinsi DKI Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat
(NTB), dengan kontribusi sebesar 55 persen dari seluruh investasi pariwisata di
Indonesia. Provinsi NTB mencatatkan pertumbuhan PMDN tertinggi.

2.2 Produk Domestik Regional Bruto


Gambar 25. Pertumbuhan dan Ekonomi di Wilayah Maluku, Papua, dan
Kontribusi Wilayah Sulawesi tumbuh positif. Sementara,
-0,9 wilayah lain tumbuh negatif pada triwulan
Sumatera 21,5
I tahun 2021. Kontraksi tertinggi masih
Jawa -0,8
58,7 dialami oleh wilayah Bali-Nusra dan yang
-5,2 terendah di wilayah Jawa. Provinsi dengan
Bali Nusra 2,8
pertumbuhan ekonomi positif yaitu Riau,
Kalimantan -2,2
8,1 Kepulauan Bangka Belitung, DI
1,2 Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi
6,5 Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Maluku Papua 9,0 Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat, dan
2,4
Papua. Secara umum, perekonomian
Pertumbuhan Kontribusi
Indonesia mulai pulih dari pandemi
Sumber: Badan Pusat Statistik
Covid-19.

Wilayah Maluku Papua tumbuh tinggi didorong oleh Provinsi Papua dan
Maluku Utara. Secara agregat, wilayah Maluku dan Papua tumbuh lebih cepat
dibandingkan triwulan IV tahun 2020. Pada triwulan I tahun 2021, pertumbuhan
Maluku dan Papua sebesar 9,0 persen (YoY), meningkat dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh hanya sebesar 2,9 persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh provinsi
Papua dan Maluku Utara yang tumbuh positif masing-masing sebesar 14,3 persen
(YoY) dan 13,4 persen (YoY). Tingginya pertumbuhan di Papua dari sisi pengeluaran
didorong oleh tingginya pertumbuhan ekspor (352,0 persen, YoY), sementara dari sisi
lapangan usaha didorong oleh pertumbuhan sektor pertambangan (61,1 persen,
YoY). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ekspor golongan bijih tembaga
dan konsentrat. Untuk Provinsi Maluku Utara, pertumbuhan didorong oleh ekspor
(306,9 persen, YoY) dan pertambangan (93,8 persen, YoY) dan industri pengolahan
(86,0 persen, YoY). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ekspor golongan besi
dan baja, ekspor golongan bijih, kerak dan abu logam,

Provinsi Papua Barat tumbuh positif (1,5 persen, YoY), sementara Maluku masih
terkontraksi (-1,9 persen, YoY). Kontraksi pertumbuhan Maluku dampak dari sektor
transportasi dan pergudangan, perdagangan serta pertanian yang masing-masing
terkontraksi sebesar 15,5; 3,1; dan 1,4 persen (YoY). Kondisi tersebut sejalan dengan

41
Perkembangan Ekonomi Indonesia

inflasi Maluku (gabungan Ambon dan Tual) yang rendah selama triwulan I tahun 2021
bahkan mengalami deflasi pada Januari dan Februari masing-masing sebesar 0,4 dan
1,0 persen (YoY). Sementara kontraksi di sektor pertanian didorong oleh turunnya
nilai ekspor komoditas ikan dan udang yang terkontraksi sebesar 69,9 persen (YoY)
sepanjang triwulan I tahun 2021. Sementara, ekonomi Papua Barat yang tumbuh
positif didorong industri pengolahan (10,1 persen, YoY), pertambangan (4,6 persen,
YoY), dan perdagangan (3,6 persen, YoY). Hal ini sejalan dengan kenaikan produksi
LNG (Liquefied Natural Gas/Gas Alam Cair) Tangguh Teluk Bintuni sebesar 10,28
persen (qtoq), kenaikan produksi industri manufaktur besar dan Sedang Papua Barat
sebesar 2,44 persen (QtQ), dan kenaikan produksi pada pertambangan minyak dan
gas sebesar 9,03 persen (QtQ).

Sulawesi tumbuh positif didorong oleh Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
sementara kontraksi terjadi di Sulawesi Barat,Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
Secara agregat, pada triwulan I tahun 2021 wilayah Sulawesi tumbuh sebesar 1,2
persen (YoY) lebih baik dari triwulan IV tahun 2020 yang terkontraksi sebesar 0,6
persen (YoY). Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara tumbuh positif pada
triwulan I tahun 2021 masing-masing sebesar 6,3 persen (YoY) dan 1,9 persen (YoY).
Pertumbuhan Sulawesi Tengah didorong oleh industri pengolahan, pertambangan,
dan konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 13,0; 11,9; dan 16,2 persen
(YoY). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan data realisasi ekspor luar negeri yang
meningkat sebesar 22,44 persen (YoY). Ekspor luar negeri didominasi oleh golongan
besi dan baja dari nikel dan kimia organik. Sementara, konstruksi didorong oleh
proyek seperti pembangunan hunian tetap pasca bencana.

Sementara, pertumbuhan Sulawesi Utara didorong oleh industri pengolahan dan


pertanian yang tumbuh masing-masing sebesar 13,3 persen (YoY) dan 2,9 persen
(YoY). Pertumbuhan industri pengolahan didorong oleh peningkatan ekspor produk
unggulan Sulawesi Utara komoditi lemak dan minyak (HS 15) serta peningkatan
pertumbuhan usaha pada Industri Mikro dan Kecil yang mengindikasikan mulai
membaiknya iklim bisnis. Sejalan dengan peningkatan komoditi lemak dan minyak,
pertanian tumbuh didorong oleh subsektor perkebunan semusim yang tercatat
tumbuh 18,0 persen (YoY).

Kontraksi yang relatif tinggi masih terjadi di Gorontalo (-2,0 persen, YoY) dan Sulawesi
Barat (1,2 persen, YoY). Kontraksi ekonomi yang terjadi di Gorontalo didorong oleh
sektor perdagangan (-10,9 persen, YoY) dan pertanian (-0,9 persen, YoY). Kontraksi
sektor pertanian akibat penurunan pada produksi perikanan. Sementara, penurunan
perdagangan terjadi pada perdagangan besar eceran sejalan dengan laju hasil
pertanian serta perdagangan mobil juga mengalami penurunan. Pertumbuhan
ekonomi negatif di Sulawesi Barat didorong oleh kontraksi pada sektor pertanian (1,7

42
Perkembangan Ekonomi Indonesia

persen, YoY) dan industri pengolahan (4,1 persen, YoY). Kontraksi pertanian utamanya
disebabkan oleh turunnya produksi sawit, produksi getah pinus, dan permintaan
komoditas kayu menurun akibat berkurangnya kegiatan konstruksi. Sementara
kontraksi industri pengolahan terjadi sejalan dengan turunnya produksi hasil olahan
kelapa sawit (CPO) dan produksi industri kayu, barang dari kayu dan anyaman rotan.

Kontraksi di Kalimantan membaik, namun kontraksi pada Kalimantan Tengah


dan Kalimantan Timur belum membaik. Wilayah Kalimantan secara agregat
terkontraksi sebesar 2,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih baik dari
triwulan IV tahun 2020 yang terkontraksi sebesar 2,8 persen (YoY). Provinsi
Kalimantan Tengah menjadi provinsi yang mengalami kontraksi paling dalam yaitu
sebesar 3,1 persen (YoY). Kontraksi ini disebabkan oleh kontraksi pada sektor
pertambangan (-22,5 persen, YoY) dan administrasi pemerintah (-27,6 persen, YoY).
Sektor pertambangan terpengaruh oleh produksi bauksit yang turun tajam
disebabkan oleh turunnya permintaan. Sementara kontraksi sektor administrasi
pemerintah terjadi akibat realisasi belanja pegawai turun yang disebabkan belum
terealisasinya tunjangan ASN pada triwulan ini. Tunjangan ini rencana akan
dibayarkan pada triwulan berikutnya.

Sementara itu, kontraksi di Kalimantan Timur terjadi akibat sektor pertambangan


yang merupakan sektor utama terkontraksi sebesar 3,9 persen (YoY). Kontraksi ini
sejalan dengan penurunan produksi minyak dan gas alam serta adanya pengaruh
tingginya curah hujan pada penurunan kegiatan penambangan batu bara. Sementara,
sektor industri yang memiliki kontribusi terbesar kedua terkontraksi sebesar 4,0
persen (YoY) seiring penurunan produksi CPO akibat berlimpahnya pasokan minyak
nabati lain sehingga stok yang cukup tinggi di negara-negara importir. Selain itu
mobilitas masyarakat di ruang publik pada triwulan I tahun 2021 yang lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya menyebabkan penurunan konsumsi bahan bakar
minyak, sehingga ikut memengaruhi produksi pada industri pengilangan.

Kontraksi wilayah Bali-Nusra masih dalam, terjadi akibat kontraksi di Provinsi


Bali dan Nusa Tenggara Barat. Secara agregat, wilayah Bali dan Nusa Tenggara
terkontraksi sebesar 5,2 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Kontraksi terbesar
terjadi di Provinsi Bali, yaitu sebesar 9,9 persen (YoY). Aktivitas pariwisata yang
memiliki kaitan erat dengan sektor penyediaan akomodasi dan makanan minuman
serta transportasi masih terkontraksi masing-masing sebesar 24,4 dan 36,0 persen
(YoY). Sejalan dengan pemberlakuan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) mikro, pembatasan kapasitas penumpang moda transportasi,
penutupan operasional pelabuhan penyeberangan dan bandara udara di Bali selama
hari raya Nyepi. Selain itu, sektor pertanian yang merupakan sektor yang
berkontribusi terbesar ke dua mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen (YoY) sejalan
dengan terkontraksinya subsektor tanaman holtikultura dimana produksi jenis

43
Perkembangan Ekonomi Indonesia

produk premium yang biasanya disuplai ke sektor pariwisata jauh berkurang. Seperti
paprika, selada bulat dan sebagainya hanya diproduksi sedikit untuk memenuhi
kebutuhan hotel/restoran yang masih beroperasi.

Provinsi Nusa Tenggara Barat terkontraksi 1,1 persen (YoY). Sektor utama pendukung
ekonomi NTB, yaitu pertanian dan pertambangan tumbuh masing-masing sebesar
6,0 persen (YoY) dan 2,7 persen (YoY). Tumbuhnya pertanian sejalan dengan
terjadinya pergeseran panen tanaman pangan pada tahun ini. Pada tahun 2020 panen
raya dimulai pada bulan April 2020, tahun ini panen raya telah dimulai sejak Maret
2021. Sementara peningkatan sektor pertambangan disebabkan oleh meningkatnya
produksi konsentrat khususnya konsentrat kering serta adanya proyek penimbunan
jalan untuk membuat jalur bypass dari Bandara Internasional Lombok ke Mandalika
yang meningkatkan produksi galian C. Di sisi lain, sektor transportasi serta akomodasi
dan makan-minum mengalami kontraksi masing-masing 25,1 dan 22,9 persen (YoY).
Kontraksi ini sejalan dengan pembatasan perjalanan dan penerapan protokol
kesehatan mengakibatkan jumlah aktivitas transportasi mengalami penurunan serta
belum pulihnya kunjungan wisatawan yang tercermin dari tingkat penghunian kamar
hotel yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan I tahun 2020.

Nusa Tenggara Timur menjadi provinsi yang pertumbuhannya lebih baik


dibandingkan provinsi lainnya di wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan
pertumbuhan sebesar 0,1 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Sektor yang
mendorong pertumbuhan NTT yaitu pertanian dan infokom yang masing-masing
tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY) dan 10,4 persen (YoY). Hal ini sejalan dengan
peningkatan produksi komoditas pertanian serta peningkatan aktivitas masyarakat
melalui media online. Sementara administrasi pemerintah yang merupakan sektor
yang berkontribusi terbesar kedua terkontraksi sebesar 4,7 persen (YoY) sejalan
dengan realisasi belanja pegawai dan belanja barang modal baik APBN maupun APBD
di Provinsi NTT mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya.

Provinsi DKI Jakarta menjadi Provinsi yang terkontraksi paling dalam di


Wilayah Jawa. Secara agregat, pertumbuhan ekonomi Wilayah Jawa terkontraksi
sebesar 0,8 persen (YoY), membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi
hingga 2,6 persen (YoY). Pada triwulan I tahun 2021, hampir semua provinsi di Wilayah
Jawa masih mengalami kontraksi, kecuali Provinsi DI Yogyakarta. Provinsi DKI Jakarta
menjadi provinsi yang terkontraksi paling dalam, yakni terkontraksi sebesar 1,7
persen (YoY), diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah yang terkontraksi sebesar 0,9 persen
(YoY). Secara keseluruhan semua provinsi di Wilayah Jawa mengalami perbaikan
ditandai dengan kontraksi yang tidak sedalam triwulan sebelumnya.

Provinsi DKI Jakarta terkontraksi sebesar 1,7 persen (YoY), membaik dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi hingga 2,1 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi DKI
44
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Jakarta masih terkontraksi akibat belum pulihnya kinerja sektor-sektor utama seperti
perdagangan (-0,6 persen, YoY), konstruksi (-5,0 persen, YoY), industri pengolahan (-
0,1 persen, YoY) dan jasa keuangan (-7,4 persen, YoY), hal ini disebabkan oleh
pandemi Covid-19 yang masih berlanjut walaupun sudah menunjukkan perbaikan.
Sementara itu, penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sektor yang
terkontraksi paling dalam yakni terkontraksi sebesar 10,4 persen (YoY), namun lebih
baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 15,4 persen (YoY). Beberapa
sektor yang menahan Provinsi DKI Jakarta untuk tidak terkontraksi lebih dalam
diantaranya: jasa kesehatan tumbuh hingga 15,0 persen (YoY) didorong oleh
peningkatan permintaan vaksinasi dan tes PCR/rapid antigen karena pandemi serta
belanja kesehatan pemerintah yang meningkat, informasi dan komunikasi tumbuh
hingga 7,9 persen (YoY) didorong oleh segala aktivitas yang dilakukan secara online
sehingga jumlah pengguna internet dan konsumsi data internet meningkat signifikan.

Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kontribusi kedua terbesar di Wilayah
Jawa setelah DKI Jakarata terkontraksi sebesar 0,4 persen (YoY), membaik dari
triwulan sebelumnya yang terkontraksi hinggal 2,6 persen. Pemulihan ekonomi Jawa
Timur didorong oleh sektor-sektor esensial yang mulai pulih. Sektor pertanian
tumbuh hingga 4,7 persen (YoY) didorong oleh peningkatan produksi padi seiring
dengan masuknya masa panen raya. Infromasi dan komunikasi tumbuh 8,5 persen
(YoY) seiring dengan peningkatan jumlah pengguna internet dan waktu
penggunaannya. Sektor perdagangan tumbuh 1,3 persen (YoY) didorong oleh
relaksasi pajak PPnBM sehingga mendorong peningkatan penjualan mobil, serta jasa
kesehatan tumbuh sebesar 4,6 persen seiring dengan proses vaksinasi yang terus
dilaksanakan. Sektor-sektor yang masih terkontraksi diantaranya konstruksi yang
terkontraksi sebesar 3,0 persen (YoY) akibat belum pulihnya kegiatan pembangunan
infrastruktur yang dibiayai oleh pemerintah menyebabkan kegiatan konstruksi masih
tertekan. Transportasi dan pergudangan masih terkontraksi cukup dalam yakni
terkontraksi 13,3 persen (YoY) akibat masih adanya pembatasan yang berlaku di
masyarakat sehingga menyebabkan penurunan trafik penumpang di berbagai
armada angkutan, serta penyediaan akomodasi terkontraksi 6,8 persen (YoY) seiring
dengan tingkat penghunian kamar hotel yang masih rendah.

Provinsi DI Yogyakarta merupakan satu-satunya provinsi yang tumbuh positif di


Wilayah Jawa yaitu tumbuh hingga 6,1 persen (YoY) meningkat signifikan dibanding
triwulan sebelumnya yang masih terkontraksi sebesar 0,7 persen (YoY). Pemulihan
tersebut didorong oleh beberapa sektor yang tumbuh tinggi seperti sektor informasi
dan komunikasi yang tumbuh hingga 31,9 persen (YoY) seiring dengan masih adanya
kebijakan learn from home dan work from home serta masyarakat masih cenderung
memilih kegiatan jual beli secara online baik melalui platform e-commerce maupun
media sosial. Pengadaan air tumbuh sebesar 18,2 persen (YoY), konstruksi tumbuh

45
Perkembangan Ekonomi Indonesia

11,4 persen (YoY), dan jasa Kesehatan tumbuh sebesar 10,9 persen (YoY). Sementara
itu, sektor transportasi dan pergudangan masih terkontraksi cukup dalam yaitu 12,0
persen (YoY) karena masih terdampak oleh kebijakan pemerintah dalam memutus
mata rantai penyebaran virus Covid-19.

Seluruh provinsi di Wilayah Sumatera mengalami perbaikan. Perekonomian


wilayah Sumatera pada triwulan I tahun 2021 terkontraksi sebesar 0,9 persen (YoY),
membaik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,2 persen (YoY). Secara
umum, semua provinsi mengalami perbaikan namun hampir semua provinsi masih
terkontraksi, kecuali Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kontraksi
paling dalam terjadi di Provinsi Lampung yakni terkontraksi sebesar 2,1 persen (YoY).

Provinsi Sumatera Utara yang merupakan provinsi dengan kontribusi terbesar di


Wilayah Sumatera terkontraksi sebesar 1,9 persen (YoY), membaik dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,9 persen (YoY). Perbaikan ini salah satunya
didorong oleh sektor pertanian yang sudah mulai tumbuh posititif (0,2 persen, YoY)
seiring dengan peningkatan produksi padi gabah kering giling. Sektor-sektor lain
yang tumbuh positif diantaranya: industri pengolahan (1,0 persen, YoY), pengadaan
air (3,3 persen, YoY), informasi dan komunikasi (4,6 persen, YoY), jasa keuangan (1,5
persen, YoY), real estat (0,5 persen, YoY), dan jasa pendidikan (0,4 persen, YoY).
Sementara itu, beberapa sektor masih mengalami kontraksi cukup dalam diantaranya:
transportasi dan pergudangan (-18,3 persen, YoY), penyediaan akomodasi dan makan
minum (-15,1 persen, YoY), dan jasa perusahaan (-8,8 persen, YoY).

Lebih lanjut, Provinsi Lampung merupakan provinsi yang terkontraksi paling dalam di
wilayah Sumatera, yakni terkontraksi sebesar 2,1 persen (YoY) disebabkan oleh masih
terkontraksinya sektor-sektor utama di Provinsi Lampung seperti Pertanian yang
terkontaksi sebesar 1,7 persen (YoY) seiring dengan penurunan produksi komoditas
perkebunan dan perhutanan (jagung, pisang, dan kayu), perdagangan terkontraksi
sebesar 5,9 persen (YoY) seiring dengan adanya kebijakan pembatasan jam
operasional kegiatan usaha, serta kontraksi cukup dalam yang terjadi di beberapa
sektor seperti transportasi dan pergudangan (-14,5 persen, YoY), pengadaan listrik
dan gas (-13,2 persen, YoY), dan penyediaan akomodasi dan makan minum (-12,7
persen, YoY). Sementara itu, sektor-sektor yang masih tumbuh positif diantaranya:
sektor konstruksi tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY) seiring dengan realisasi
pengadaan semen yang mengalami kenaikan sebesar 21,7 persen (YoY), jasa
kesehatan tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY) seiring dengan mulai dilaksanakannya
kegiatan vaksinasi Covid-19, serta informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 8,1
persen (YoY) seiring dengan kebutuhan data dan pengguna internet yang terus
meningkat.

46
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang tumbuh
positif di Wilayah Sumatera yakni masing-masing tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY)
dan 1,0 persen (YoY). Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung mengalami
perbaikan dari triwulan sebelumnya yang masing-masing terkontraksi sebesar 1,5
persen (YoY) dan 1,0 persen (YoY). Perbaikan ekonomi Provinsi Riau didorong oleh
peningkatan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan tumbuh sebesar 3,6
persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 28,2 persen dan pertanian tumbuh sebesar
4,5 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 27,4 persen. Perbaikan ekonomi provinsi
Kepulauan Babel juga didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama yaitu industri
pengolahan tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 21,0 persen
dan pertanian tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 19,8
persen seiring dengan peningkatan sektor budidaya tambak udang vaname yang
pertumbuhannya cukup pesat serta harga-harga komoditas utama provinsi
Kepulauan Babel yang terus membaik seperti kelapa sawit, karet dan lada.

47
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah


Tahun 2016 – Triwulan I/2021 (persen, YoY)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1
Sumatera 4,3 4,3 4,5 4,6 3,0 -3,2 -2,3 -2,2 -0,9
Aceh 3,3 4,2 4,6 4,1 3,4 -1,6 -0,1 -3,0 -2,0
Sumut 5,2 5,1 5,2 5,2 4,2 -2,8 -2,6 -2,9 -1,9
Sumbar 5,3 5,3 5,1 5,0 3,9 -4,9 -2,9 -2,2 -0,2
Riau 2,2 2,7 2,4 2,8 2,1 -3,3 -1,7 -1,5 0,4
Jambi 4,4 4,6 4,7 4,4 2,0 -1,9 -0,9 -1,0 -0,3
Sumsel 5,0 5,5 6,0 5,7 4,0 -1,6 -1,4 -1,2 -0,4
Bengkulu 5,3 5,0 5,0 4,9 3,6 -0,7 -0,5 -2,4 -1,6
Lampung 5,1 5,2 5,2 5,3 1,7 -3,6 -2,4 -2,3 -2,1
Kep. Babel 4,1 4,5 4,4 3,3 1,4 -5,0 -4,4 -1,0 1,0
Kep. Riau 5,0 2,0 4,5 4,8 2,0 -6,8 -5,8 -4,5 -1,2
Jawa 5,6 5,6 5,7 5,5 3,4 -6,7 -3,9 -2,6 -0,8
DKI Jakarta 5,9 6,2 6,1 5,8 5,0 -8,3 -3,9 -2,1 -1,6
Jabar 5,7 5,3 5,7 5,1 2,8 -5,9 -4,0 -2,4 -0,8
Jateng 5,2 5,3 5,3 5,4 2,6 -5,9 -3,8 -3,3 -0,9
DI Yogyakarta 5,0 5,3 6,2 6,6 -0,3 -6,9 -3,0 -0,7 6,1
Jatim 5,6 5,5 5,5 5,5 2,9 -6,0 -3,6 -2,6 -0,4
Banten 5,3 5,7 5,8 5,3 3,2 -7,3 -5,3 -3,9 -0,4
Bali Nusra 5,9 3,7 2,7 5,0 0,9 -6,3 -6,8 -7,4 -5,2
Bali 6,3 5,6 6,3 5,6 -1,2 -11,1 -12,3 -12,2 -9,9
NTB 5,8 0,1 -4,5 3,9 3,0 -1,3 -1,0 -3,0 -1,1
NTT 5,1 5,1 5,1 5,2 3,0 -2,0 -1,8 -2,3 0,1
Kalimantan 2,0 4,3 3,8 5,0 2,3 -4,3 -4,2 -2,8 -2,2
Kalbar 5,2 5,2 5,1 5,1 2,8 -3,5 -4,3 -2,2 -0,1
Kalteng 6,3 6,7 5,6 6,1 2,9 -3,2 -3,1 -2,1 -3,1
Kalsel 4,4 5,3 5,1 4,1 4,1 -2,9 -4,9 -2,9 -1,2
Kaltim -0,4 3,1 2,6 4,7 1,4 -5,4 -4,5 -2,8 -3,0
Kaltara 3,6 6,8 5,4 6,9 4,6 -2,6 -1,4 -4,8 -1,9
Sulawesi 7,4 7,0 8,9 7,0 4,4 -1,9 -0,7 -0,6 1,2
Sulut 6,2 6,3 6,0 5,6 4,4 -3,8 -1,8 -2,2 1,9
Sulteng 9,9 7,1 20,6 8,8 7,9 4,5 2,8 4,4 6,3
Sulsel 7,4 7,2 7,0 6,9 3,0 -3,9 -1,1 -0,6 -0,2
Sultra 6,5 6,8 6,4 6,5 4,5 -2,6 -1,9 -2,2 0,1
Gorontalo 6,5 6,7 6,5 6,4 4,0 -0,3 -0,1 -3,6 -2,0
Sulbar 6,0 6,6 6,3 5,7 4,9 -0,8 -5,3 -7,5 -1,2
Maluku Papua 7,4 4,9 7,0 -7,4 2,8 2,1 -1,9 2,9 9,0
Maluku 5,7 5,8 5,9 5,4 3,7 -1,1 -2,6 -3,4 -1,9
Maluku Utara 5,8 7,7 7,9 6,1 3,5 -0,2 6,7 9,5 13,5
Papua Barat 4,5 4,0 6,3 2,7 5,3 0,7 -3,2 -5,2 1,5
Papua 9,1 4,6 7,3 -15,7 1,4 4,1 -2,8 6,9 14,3
NASIONAL 5,03 5,07 5,17 5,02 2,97 -5,32 -3,49 -2,19 -0,74
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

48
Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.3 Fiskal
Pendapatan negara tumbuh positif secara YoY, di sisi lain realisasi belanja
negara dan pembiayaan juga meningkat. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah
hingga akhir Maret 2021 mencapai Rp378,8 triliun atau sebesar 21,7 persen dari
target pada APBN 2021. Capaian Pendapatan Negara dan Hibah tersebut tumbuh 0,6
persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 18. Realisasi Komponen Pendapatan Sampai dengan Maret 2021,


Negara dan Hibah penerimaan perpajakan mencapai
Realisasi
Pendapatan
(triliun Rp)
Growth sebesar Rp290,4 triliun. Penerimaan
Negara dan (2020- perpajakan tersebut tumbuh sebesar
Maret Maret
Hibah 2021)
2020 2021 3,8 persen (YoY). Dari sisi
Pendapatan 376,1 378,5 0,7
Dalam Negeri
komponennya, realisasi penerimaan
Penerimaan 279,9 290,4 3,8 perpajakan didukung utamanya oleh
Perpajakan penerimaan Pajak Penghasilan (PPh)
PNBP 96,2 88,1 -8,4 Nonmigas, Pajak Pertambahan
Hibah 0,3 0,3 -0,6
Nilai/Pajak Penjualan atas Barang
Total 376,4 378,8 0,6
Mewah (PPN/PPnBM) dan Cukai.
Sumber: Kementerian Keuangan
PPh yang merupakan komponen
Tabel 19. Realisasi Komponen terbesar penerimaan perpajakan
Penerimaan Perpajakan terkontraksi 13,0 persen (YoY). PPh
Realisasi
(triliun Rp)
Growth Non-Migas yang mendominasi
Penerimaan
(2020- penerimaan PPh terkontraksi sebesar
Perpajakan Maret Maret
2021)
2020 2021 12,2 persen. Berdasarkan komponen
Pajak Penghasilan 147,8 128,6 -13,0 PPh Non migas, pertumbuhan
PPh Nonmigas 137,5 120,7 -12,2 tertinggi dicatatkan jenis pajak PPh
PPh Migas 10,3 7,9 -23,5
Orang Pribadi, yakni sebesar 99,3
PPn dan PPnBM 92,0 96,9 5,4
persen (YoY), terutama didorong oeh
PBB (Sektor P3) 0,4 0,3 -19,9
pelapran SPT Tahunan PPh Orang
Pajak Lainnya 1,5 2,3 58,6
Bea Masuk 8,4 8,1 -3,6
Pribadi. Jumlah SPT PPh OP hingga 31
Cukai 29,1 49,6 70,1 Maret 2021 mencapai 11,3 juta SPT,
Bea keluar 0,7 4,6 534,8 meningkat 25,8 persen dibandingkan
Total 279,9 290,4 3,8 2020 sebesar 9,0 Juta SPT.
Sumber: Kementerian Keuangan
Selanjutnya, PPh Pasal 26 meningkat
sebesar 1,6 persen (YoY), terutama disebabkan penurunan restitusi serta peningkatan
pembayaran atas Ketetapan Pajak. Peningkatan pembayaran tersebut juga
memengaruhi PPh Final tumbuh positif sebesar 0,6 persen (YoY). Sementara itu, PPh
Pasal 21 terkontraksi sebesar -5,6 persen (YoY), terutama disebabkan serapan tenaga
kerja yang belum pulih, serta pelaksanaan insentif fiskal PPh pasal 21 Ditanggung

49
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pemerintah (DTP). Di sisi lain, PPh Badan tumbuh negatif sebesar -40,4 persen (YoY),
terutama disebabkan dampak perlambatan ekonomi, insentif pengurangan Angsuran
PPh 25, penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen, serta
peningkatan restitusi

Hingga bulan Maret, komponen penerimaan perpajakan yang tumbuh positif yaitu
PPN tumbuh 5,4 persen (YoY), Pajak Lainnya tumbuh 58,6 persen (YoY), Cukai tumbuh
70,1 persen (YoY) dan Bea Keluar tumbuh 534,8 persen (YoY).

Dari sisi PPN/PPnBM, realisasinya secara nominal ditopang terutama oleh penerimaan
PPN, terutama PPN Dalam Negeri yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY), dan PPN
Impor yang tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY). Indikasi tersebut merupakan sinyal
ekonomi mulai bergerak, terutama terlihat dari peningkatan mobilitas masyarakat.

Dari sisi Cukai, kinerja penerimaan cukai yang tumbuh 70,1 persen (YoY), utamanya
dipengaruhi oleh pertumbuhan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 73,9 persen
(YoY). Sementara itu, kinerja bea keluar meningkat 534,8 persen dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan peningkatan aktivitas
ekspor terutama tembaga, CPO, dan biji kakao dari sisi volume dan harga.

Tabel 20. Realisasi Komponen PNBP Realisasi penerimaan Negara


Realisasi Bukan Pajak (PNBP) hingga 31
APBN Growth
s.d. 31
Komponen PNBP 2021
Maret YoY Maret 2021 sebesar Rp88,1 triliun
(%)
(triliun Rp) atau sebesar 29,6 persen dari APBN
PNBP 298,2 88,1 -8,4 2021. Capaian ini terkontraksi 8,4
Penerimaan SDA 104,1 24,1 -31,2 persen (YoY). Sumber kontraksinya
Pendapatan 26,1 1,3 -100,0
terutama karena realisasi ICP,
KND
PNBP Lainnya 109,2 40,0 64,6
lifting minyak bumi, serta lifting
Pendapatan BLU 58,8 23,9 86,1 gas bumi pada periode Desember
Sumber: Kementerian Keuangan 2020-Februari 2021 cenderung
menurun.

Belum normalnya aktivitas ekonomi global dan domestik, baik dari sisi penawaran
maupun permintaan mengakibatkan perlambatan pada Penerimaan Sumber Daya
Alam (SDA), yang mencapai Rp24,1 triliun dan terkontraksi sebesar 31,2 persen (YoY).
Penerimaan SDA tersebut terdiri dari realisasi Penerimaan SDA Migas sebesar Rp15,3
triliun yang mengalami kontraksi sebesar 46,7 persen (YoY), dan realisasi Penerimaan
SDA Nonmigas sebesar Rp8,8 triliun yang tumbuh positif sebesar 38,1 persen (YoY)

Sementara itu, realisasi penerimaan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sampai
dengan tanggal 31 Maret 2021 mencapai Rp1,3 triliun, atau terkontraksi sebesar 100,0
persen (YoY). Penurunan tersebut dipengaruhi setoran dividen Tahun Buku 2019 dari

50
Perkembangan Ekonomi Indonesia

tiga bank yang sudah diakui pada bulan Maret 2020, sementara pada Maret 2021
belum terdapat setoran dividen bank Himbara. Laporan keuangan sebagian besar
masih dalam tahap audit yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik. Selanjutnya,
realisasi PNBP lainnya mencapai Rp40,0 triliun, tumbuh sebesar 64,6 persen (YoY).
Kenaikan ini disebabkan kontribusi peningkatan pendapatan dari Penjualan Hasil
Tambang Batubara. Dari sisi PNBP Badan Layanan Umum (BLU), hingga 31 Maret 2021
terealisasi sebesar Rp24,0 triliun atau tumbuh 86,1 persen (YoY), terutama disumbang
pendapatan dana perkebunan kelapa sawit sebesar Rp14,8 triliun.

Gambar 26. Perkembangan Komponen Dari sisi Belanja Negara, hingga


Belanja Negara Maret 2021, belanja negara
menunjukkan peningkatan. Realisasi
14,1 Belanja Negara mencapai Rp523,0
Belanja Pemerintah %APBN 17,9 triliun yang terdiri dari Belanja
Perpres 72 %APBN
Pusat
Pemerintah Pusat (BPP) yang
Maret 2020 Maret 2021
mencapai Rp350,1 triliun dan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
Transfer Ke Daerah
22,8 (TKDD) yang mencapai Rp173,0
%APBN 21,7
dan Dana Desa Perpres 72 %APBN triliun. Dari sisi Belanja Pemerintah
Pusat, terjadi peningkatan sebesar
Sumber: Kementerian Keuangan 26,0 persen dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun 2020.
Tabel 21. Realisasi Komponen Belanja
Peningkatan BPP dipengaruhi oleh
Pemerintah Pusat
belanja Kementerian/Lembaga (K/L)
Belanja Realisasi 2021
Pemerintah
APBN yang tumbuh 41,2 persen (YoY) dan
2021 Growth
Pusat Maret belanja non-K/L yang tumbuh 9,9
YoY (%)
Belanja K/L 1,032,0 201,6 41,2 persen (YoY).
Pegawai 268,0 48,8 0,3
Realisasi Bantuan Sosial sampai
Barang 360,8 63,7 81,6
dengan 31 Maret 2021 mencapai
Modal 246,8 34,2 186,2
Rp55,0 triliun atau sekitar 35,1
Sosial 156,4 55,0 16,5
persen dari pagu APBN 2021.
Belanja Non-K/L 922,6 148,5 9,9
Realisasi bansos tersebut tumbuh
a.l. Pegawai 153,2 39,4 -6,0
16,5 persen (YoY) dari periode yang
Subsidi 172,4 21,4 14,3
sama tahun sebelumnya terutama
Lain-lain 207,3 9,2 1.942,0
karena pelaksanaan program bansos
Total (neto) 1.954,6 350,1 26,0
dalam rangka mendukung
Sumber: Kementerian Keuangan | triliun Rp
pemulihan ekonomi masyarakat
miskin dan rentan miskin yang terdampak Pandemi Covid-19, melalui program
Bansos Tunai yang dilaksanakan sejak awal tahun 2021, serta pencairan bantuan
Program Kartu Sembako.

51
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Selain itu, pertumbuhan bantuan sosial juga dipengaruhi terutama oleh peningkatan
realisasi program-program bansos reguler seperti Program Indonesia Pintar yang
meningkat sebagai hasil perbaikan mekanisme penyaluran bantuan kepada anak
sekolah, serta peningkatan realisasi penyaluran bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Kuliah kepada mahasiswa.

Peningkatan realisasi belanja K/L dari perspektif organisasi, sampai dengan 31 Maret
2021 disumbang oleh 15 K/L pagu terbesar yang mencapai 89,5 persen dari total
realisasi belanja K/L, dan terutama berfokus pada K/L di bidang perlindungan sosial
dan kesehatan yang ditujukan untuk pencairan PKH, Kartu Sembako, Bansos Tunai,
serta pelayanan kesehatan dan penyediaan obat dan vaksin. Selain itu, peningkatan
kinerja belanja K/L juga didorong oleh K/L bidang infrastruktur yang ditujukan untuk
pembangunan jalan, bendungan, jaringan irigasi, dan jalur kereta api. Realisasi belanja
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara RI juga mendongkrak kinerja belanja
K/L, antara lain melalui pengadaan alutsista dan almatsus, serta dukungan
pelaksanaan protokol kesehatan dan ketertiban/keamanan selama Pandemi.

Sementara itu, Belanja Pegawai K/L terealisasi sebesar Rp48,8 triliun, meningkat 0,3
persen dibanding tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja pegawai Non-K/L
hingga Maret 2021 mencapai Rp39,4 triliun, dimana menurun sebesar 6,0 persen
dibandingkan tahun sebelumnya.

Realisasi Belanja Barang sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp63,7 triliun,
meningkat 81,6 persen (YoY). Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh
pelaksanaan program penanganan Pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi
seperti pengadaan obat-obatan dan pengadaan/pelaksanaan vaksinasi, pembayaran
klaim biaya perawatan pasien Covid-19, pelaksanaan bantuan pelaku usaha mikro
(BPUM), serta pelaksanaan bantuan pendidikan dasar dan menengah.

Realisasi Belanja Modal sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp34,2 triliun atau
13,9 persen terhadap pagu APBN 2021, tumbuh signifikan 186,2 persen (YoY).
Pertumbuhan realisasi belanja modal ini utamanya dipengaruhi oleh pelaksanaan
proyek infrastruktur dasar lanjutan tahun 2020 dan infrastruktur konektivitas.

Realisasi Belanja Non-K/L hingga 31 Maret 2021 mencapai Rp148,5 triliun, naik 9,9
persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2020, yang digunakan
antara lain untuk pembayaran bunga utang, subsidi, dan belanja lain-lain. Realisasi
Pembayaran Bunga Utang sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp78,4 triliun,
naik 6,2 persen (YoY), sejalan dengan tambahan penerbitan utang yang dilakukan.

Sementara itu, realisasi subsidi sampai dengan 31 Maret 2021 tumbuh sebesar 14,3
persen (YoY), dengan realisasi mencapai Rp21,0 triliun. Peningkatan ini terutama

52
Perkembangan Ekonomi Indonesia

disebabkan realisasi subsidi energi yang mencapai Rp20,9 triliun, terutama


dipengaruhi realisasi subsidi listrik yang mencapai Rp9,4 triliun dan tumbuh 22,1
persen (YoY), serta subsidi minyak tanah dan subsidi LPG 3 kg yang mencapai Rp11,5
triliun atau tumbuh 4,1 persen (YoY). Selain itu, realisasi penyaluran subsidi non energi
sampai Maret 2021 mencapai sebesar Rp526,9 Miliar, atau 0,81 persen dari pagu
APBN 2021 yang terdiri dari subsidi kredit program sebesar Rp381,8 miliar dan subsidi
Public Service Obligation (PSO) sebesar Rp145,0 miliar.

Selanjutnya adalah TKDD. Realisasi TKDD sampai dengan Maret 2021 mencapai
sebesar Rp173,0 triliun atau 21,8 persen dari Pagu APBN 2021. Realisasi tersebut lebih
rendah 0,9 persen (YoY). Lebih rendahnya realisasi hingga Maret 2021 tersebut
dipengaruhi oleh beberapa daerah yang masih terkendala dalam hal pemenuhan
syarat pelaporan untuk penyaluran DAU.

Dana Alokasi Umum (DAU) hingga 31 Maret 2021 telah disalurkan sebesar Rp104,0
triliun atau mencapai 26,7 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut
memperlihatkan adanya penurunan sebesar 20,0 persen (YoY) yang disebabkan
beberapa daerah belum dapat memenuhi persyaratan penyaluran DAU bulan
Februari. Realisasi DAU di atas telah mencakup realisasi Penyaluran DAU bulan Januari
kepada 3 daerah, DAU bulan Februari kepada 55 daerah, DAU bulan Maret kepada 52
daerah, dan DAU bulan April kepada 166 daerah. Realisasi tersebut juga turut
dipengaruhi oleh pengenaan sanksi penundaan DAU bulan Februari bagi 2
pemerintah daerah dan DAU bulan April bagi 1 Pemerintah Daerah yang belum
menyampaikan Data/Informasi Keuangan Daerah serta penyaluran kembali DAU
bulan Februari kepada 5 Daerah yang terkena sanksi penundaan DAU.

Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) sampai dengan akhir Maret 2021
mencapai sebesar Rp30,0 triliun atau 29,5 persen dari pagu APBN 2021, terutama
berasal dari penyaluran DBH reguler dan penyaluran Kurang Bayar DBH. Capaian yang
menunjukkan adanya kenaikan sebesar 143,7 persen (YoY) tersebut dipengaruhi oleh
adanya percepatan penyaluran Kurang Bayar DBH sebesar Rp13,4 triliun untuk
penyelesaian Kurang Bayar DBH Pajak dan SDA berdasarkan

KMK-3/KM.7/2021 tentang Penyaluran Kurang Bayar Dana Bagi Hasil dan


Penyelesaian Lebih Bayar Dana Bagi Hasil pada tahun 2021. Percepatan tersebut
diharapkan dapat meningkatkan ruang fiskal daerah dalam rangka pendanaan
penanganan Covid-19 serta program pemberian vaksin di daerah.

Dana Transfer Khusus sampai dengan akhir Maret 2021, realisasi DAK mencapai
Rp28,0 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK
Non Fisik. Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar Rp73,8 miliar atau 0,1
persen dari pagu alokasi, naik secara persentase dibanding realisasi tahun 2020 yang
sebesar 69,9 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya percepatan proses pengadaan

53
Perkembangan Ekonomi Indonesia

barang/jasa oleh daerah berdasarkan Rencana Kegiatan (RK) yang telah disetujui
kementerian/lembaga.

Tabel 22. Komposisi Transfer ke Daerah dan Dana Desa


Maret 2020 Maret 2021
Keterangan
Alokasi Realisasi Alokasi Realisasi % APBN
Transfer Ke Daerah 692,7 167,3 723,5 162,4 22,4
Dana Perimbangan 653,4 167,1 688,7 162,0 23,5
Dana Bagi Hasil 86,4 12,3 102,0 30,0 29,5
Dana Alokasi Umum 384,3 130,0 390,3 104,0 26,7
Dana Transfer Khusus 182,6 24,8 196,4 28,0 14,3
Dana Otonomi Khusus dan
Dana Keistimewaan DIY 20,9 0,2 21,3 0,2 0,9

Dana Insentif Daerah 18,5 - 13,5 0,1 0,9


Dana Desa 71,2 7,2 72,0 10,6 14,7

Total 763,9 174,5 795,5 173,0 21,7


Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp

Selanjutnya, penyaluran DAK Nonfisik hingga akhir Maret 2021 telah terealisasi
sebesar Rp28,0 triliun atau 21,3 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut
mengalami kenaikan sebesar 12,9 persen (YoY). Kenaikan tersebut utamanya
disebabkan karena sebagian besar jenis DAK Nonfisik telah disalurkan sesuai jadwal
pelaksanaan penyaluran. Adapun beberapa jenis DAK Nonfisik lainnya yang belum
disalurkan, saat ini masih menunggu ditetapkannya petunjuk teknis dari
kementerian/lembaga terkait.

Penyaluran Dana Desa hingga akhir Maret 2021 terealisasi sebesar Rp10,6 triliun atau
14,7 persen dari pagu APBN 2021. Jumlah tersebut menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 46,3 persen (YoY). Dana Desa untuk BLT Desa telah disalurkan sebesar
Rp405,30 miliar kepada 13.196 desa, yang diberikan kepada keluarga miskin di desa
yang tidak menerima program bantuan sosial dari Pemerintah seperti PKH, Kartu
Sembako, Kartu Pra Kerja dan Bantuan Sosial Tunai.

Selain itu, Dana Desa juga di-earmaked penggunaannya paling sedikit 8 persen dari
pagu Dana Desa setiap Desa untuk mendukung penanganan pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) di tingkat desa sebagaimana diamanatkan oleh PMK Nomor
17/PMK.07/2021. Dana Desa untuk penanganan pandemi Covid-19 telah disalurkan
sebesar Rp2,3 triliun kepada 29.041 desa.

Berdasarkan capaian Pendapatan dan Belanja Negara yang sudah disebutkan, hingga
akhir Maret 2021, defisit anggaran mencapai Rp144,2 triliun atau sekitar 0,8 persen
54
Perkembangan Ekonomi Indonesia

terhadap PDB. Besaran tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2020 yang mencapai 0,5 persen PDB. Sementara itu posisi keseimbangan
primer pada Maret 2021 berada pada posisi negatif Rp65,8 triliun dari yang
sebelumnya sebesar negatif Rp2,2 triliun pada Maret 2020. Selanjutnya dari sisi
pembiayaan anggaran, realisasi hingga Maret 2021 mencapai sebesar Rp323,0 triliun.

Dengan kondisi defisit anggaran tersebut, posisi utang Pemerintah per akhir Maret
2021 sebesar Rp6.445,1 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar
41,6 persen. Secara nominal, posisi utang Pemerintah Pusat mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh
peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan
pemulihan ekonomi nasional.

Gambar 27. Perkembangan Realisasi Gambar 28. Perkembangan Utang


Defisit APBN Pemerintah Pusat
Maret 2020 Maret 2021

41,6
38,7
6000

-76,0 29,5 30,0 29,9 6.445,7

(persen PDB)
(triliun Rp)

5000
6.074,6

-144,2 4000
4.756,1
4.418,3
-0,5 3000 4.010,3

2000
2017 2018 2019 2020 Maret
-0,8 2021
Utang Pemerintah Pusat
Rp Triliun Persen PDB
Rasio Utang (%PDB)

Sumber: Kementerian Keuangan Sumber: Kementerian Keuangan


Pembiayaan anggaran secara neto hingga Maret 2021 mencapai Rp323,0 triliun atau
32,1 persen dari pagu APBN 2021 yang artinya meningkat sebesar 282,1 persen
dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Realisasi pembiayaan anggaran tersebut utamanya bersumber dari pembiayaan


utang yang mencapai Rp328,5 triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara (neto)
sebesar Rp337,2 triliun dan Pinjaman (neto) sebesar negatif Rp8,7 triliun. Realisasi
pembiayaan utang tersebut termasuk pembelian SBN oleh Bank Indonesia sesuai SKB

55
Perkembangan Ekonomi Indonesia

I yang mencapai Rp91,8 triliun, Tabel 23. Perkembangan Komponen


terdiri dari SUN sebesar Rp57,2 Pembiayaan
triliun dan SBSN sebesar Rp34,5 Jenis
Maret 2020 Maret 2021
% %
triliun. Pembiayaan Nominal* Nominal*
APBN APBN
Utang 86,3 7,1 86,3 7,1
Di sisi lain, pemerintah juga telah (neto)
merealisasikan pembiayaan Investasi -3,0 1,2 -3,0 1,2
investasi sebesar Rp5,6 triliun yang Pinjaman 1,5 25,5 1,5 25,5
juga bagian dari upaya percepatan Penjaminan - 71,3 - 71,3
pemulihan ekonomi nasional. Lainnya 0,2 0,2 0,2 0,2
Dalam memenuhi kebutuhan Sumber: Kementerian Keuangan | *triliun Rp
pembiayaan anggaran yang cukup
besar untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19, Pemerintah senantiasa
memperhatikan aspek kehati-hatian (prudent) dan akuntabel serta menjaga risiko
tetap terkendali.

Tabel 24. Rincian Realisasi Anggaran PC-PEN 2021


Realisasi
Alokasi % Pagu
Klaster Sementara Realisasi
2021 2021
2020
Kesehatan 63,5 175,5 18,6 10,6
Perlindungan Sosial 220,4 150,9 47,9 31,8
Dukungan UMKM
173,2 191,1 37,7 19,7
dan Koperasi
Insentif Usaha 56,2 56,7 15,0 26,4
Program Prioritas 66,6 125,2 14,9 11,9
Total 579,8 699,4 134,1 19,2
Sumber: Kementerian Keuangan | dalam triliun Rp

Sementara itu, dalam rangka penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN), pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp699,4 triliun di tahun 2021 yang
terbagi dalam beberapa klaster, yaitu kesehatan sebesar Rp175,5 triliun, perlindungan
sosial sebesar Rp150,9 triliun, insentif usaha sebesar Rp56,7 triliun, dukungan UMKM
dan korporasi sebesar Rp191,1 triliun, dan program prioritas sebesar Rp125,2 triliun.
Alokasi tersebut meningkat sebesar 20,6 persen dari realisasi sementara tahun 2020
sebesar Rp579,8 triliun.

Sampai dengan 31 Maret 2021, realisasi program penanganan Covid-19 dan PEN
mencapai Rp134,1 triliun atau 19,2 persen dari pagu. Rincian realisasi tersebut
mencakup klaster kesehatan sebesar Rp18,6 triliun terutama untuk mendukung
pelaksanaan 3T dan 3M, bantuan Iuran JKN, serta pemberian insentif perpajakan
kesehatan. Klaster perlindungan sosial terealisasi sebesar Rp47,9 triliun, terutama
berasal dari penyaluran berbagai program bansos untuk keluarga miskin antara lain

56
Perkembangan Ekonomi Indonesia

untuk Program Keluarga Harapan (PKH); Kartu Sembako; dan Bansos Tunai, serta
program bansos lainnya yaitu BLT Desa, Kartu Pra Kerja, dan bantuan kuota internet
untuk peserta dan tenaga didik.

Selanjutnya, realisasi program prioritas ialah sebesar Rp14,9 triliun yang digunakan
untuk program padat karya, pariwisata, ketahanan pangan, ICT dan pengembangan
kawasan strategis. Sementara itu, realisasi anggaran dukungan UMKM dan korporasi
ialah sebesar Rp37,7 triliun terutama berasal dari Bantuan Pemerintah untuk Usaha
Mikro (BPUM), pemberian IJP UMKM dan korporasi untuk KMK dijamin, serta
penempatan dana pada perbankan. Terakhir, insentif kepada dunia usaha telah
diberikan berupa insentif atas PPh21 DTP, PPh final UMKM DTP, Pembebasan PPh 22
Impor, Pengurangan Angsuran PPh 25, Pengembalian Pendahuluan PPN, dan
Penurunan Tarif PPh Badan, dan pemberian insentif usaha, dengan realisasi
sementara sebesar Rp15,0 triliun.

57
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 25. Realisasi APBN s.d 31 Maret 2020 dan 2021


(triliun rupiah)
2020 2021
APBN
Realisasi s.d. APBN Realisasi s.d.
Uraian Perpres % APBN % APBN
31 Maret 31 Maret
72/2020
A Pendapatan Negara 1.699,9 376,4 22,1 1.743,6 378,8 21,7
I. Pendapatan Dalam Negeri 1.698,6 376,1 22,1 1.742,7 378,5 21,7
1. Penerimaan Perpajakan 1.404,5 279,9 19,9 1.444,5 290,4 20,1
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 294,1 96,2 32,7 298,2 88,1 29,6
II. Hibah 1,3 0,3 22,0 0,9 0,3 31,4
B. Belanja Negara 2.739,2 452,4 16,5 2.750,0 523,0 19,0
I. Belanja Pemerintah Pusat 1.975,2 277,9 14,1 1.954,5 350,1 17,9
1. Belanja K/L 836,4 143,0 17,1 1.032,0 201,6 19,5
2. Belanja Non K/L 1.138,9 134,9 11,9 922,6 148,5 16,1
II. Transfer ke Daerah dan Dana Desa 763,9 174,5 22,8 795,5 173,0 21,7
1. Transfer ke Daerah 672,9 167,3 24,9 722,2 162,4 22,5
2. Dana Desa 71,2 7,2 10,1 72,0 10,6 14,7
C. Keseimbangan Primer -20,1 -2,2 10,8 -633,1 -65,8 10,4
D. Surplus/(Defisit) Anggaran (A-B) -1.039,2 -76,0 7,3 -1.006,4 -144,2 14,3
% Surplus (Defisit) Anggaran thd PDB -6,34 -0,49 -0,82
E. Pembiayaan Anggaran 1.039,2 84,5 8,1 1.006,4 323,0 32,1
al. Pembiayaan Utang 1.220,5 86,3 7,1 1.177,4 328,5 27,9

Sumber: Kementerian Keuangan, 2020

58
Perkembangan Ekonomi Indonesia

2.4 Moneter dan Jasa Keuangan

Moneter
Suku bunga acuan diturunkan menjadi 3,50 persen, turun sebanyak 150 bps
sejak tahun 2020 dan terendah sepanjang penetapan suku bunga acuan BI 7DRR
pada Agustus 2016. Respon kebijakan moneter dalam rangka mendukung
percepatan pemulihan ekonomi nasional ditempuh melalui kebijakan penurunan
suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 25 basis poin pada
triwulan I tahun 2021. Kebijakan ini didukung tingkat inflasi yang rendah serta
perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah ditengah masih tingginya
ketidakpastian pasar keuangan global.

Tabel 26. Perkembangan Reverse Ekspansi moneter berlanjut pada tahun


Repo Surat Berharga Negara 2021 sejalan dengan dengan akselerasi
persen (%)
Tenor
stimulus fiskal. Berlanjutnya langkah
Jan Feb Mar pelonggaran kebijakan moneter yang
7 hari 3,75 3,50 3,50 ditempuh Bank Indonesia tercermin
2 minggu 3,52 3,27 3,27 melalui kebijakan Quantitative Easing (QE)
dan makroprudensial yang menekankan
1 bulan 3,53 3,27 3,27
pada jalur kuantitas melalui penyediaan
Sumber: Bank Indonesia
likuiditas perbankan, termasuk juga
dukungan Bank Indonesia kepada Pemerintah dalam membantu pembiayaan APBN
tahun 2021. Bank Indonesia melanjutkan komitmen untuk membantu pendanaan
APBN tahun 2021 melalui pembelian SBN dari pasar perdana baik melalui mekanisme
pasar maupun langsung, sebagaimana amanat UU No. 2 Tahun 2020. Sesuai dengan
Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 16 April
2020 yang diperpanjang hingga Desember 2021.

Pada triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia menambah likuiditas (QE) di perbankan
sekitar Rp50,3 triliun (per 16 Maret 2021). Ekspansi moneter diperkuat dengan
berlanjutnya pembelian SBN oleh Bank Indonesia di pasar perdana untuk mendukung
pembiayaan APBN 2021, mencapai Rp65,0 triliun hingga 16 Maret 2021 termasuk
skema lelang utama sebesar Rp22,9 triliun dan Greenshoe Option (GSO) sebesar
Rp42,1 trilun.

Nilai tukar Rupiah melemah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian di


pasar keuangan global akibat naiknya yield US Treasury (UST). Pada triwulan I
tahun 2021 nilai tukar Rupiah mencapai Rp14.155 per USD, melemah 3,4 persen (YtD).
Namun demikian, jika dibandingkan triwulan I tahun 2020, Rupiah menguat tipis 0,7
persen. Per 31 Maret 2021, nilai tukar Rupiah ditutup pada level Rp14.525 per USD.

59
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi terhambatnya aliran
modal asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia,
dipengaruhi respon pasar terhadap lanjutan stimulus kebijakan fiskal yang diberikan
oleh Pemerintah Amerika Serikat (American Rescue Plan) pada awal tahun 2021.
Stimulus tersebut berdampak pada meningkatnya optimisme investor akan prospek
pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan awal, tercermin dari naiknya
yield US Treasury dan ketidakpastian di pasar keuangan global. Tertahannya aliran
modal asing yang masuk ke Indonesia ditunjukkan dari net outflow portofolio asing
pada periode Januari hingga 16 Maret 2021 sebesar 1,6 miliar dolar AS.

Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar Dari sisi internal, pelemahan nilai
Rupiah terhadap USD, 2019-2021 tukar Rupiah dapat diminimalkan
17.000 ditopang oleh perbaikan kondisi
perekonomian domestik yang terus
16.000 3/31/2021 berlanjut yang tercermin dari: (i)
Rp14.525
Berlanjutnya Implementasi program
15.000 vaksinasi Covid-19, (ii) Inflasi yang
rendah dan terjaga; (iii) Defisit
transaksi berjalan yang rendah; serta
14.000

(iv) Imbal hasil aset keuangan


13.000
domestik yang tinggi.
Mei-20
Mar-19
Mei-19

Jan-20
Mar-20

Jan-21
Mar-21
Sep-19

Sep-20
Jul-19

Jul-20
Nov-19

Nov-20

Nilai tukar riil (REER) Rupiah relatif


rendah dibandingkan negara-
Sumber: Bloomberg
negara di kawasan ASEAN pada
Gambar 30. Real Effective Exchange Rate triwulan I 2021. Indeks REER Rupiah
ASEAN-5, (2010=100)
pada Januari hingga Maret 2021
120 116,53
secara berturut-turut mencapai 89,81;
115
110 106,91 89,77; dan 89 persen. Secara
105 fundamental, REER Indonesia masih
100 104,57 berada dibawah nilai wajar
95 (undervalued). Rendahnya REER
89
90 Indonesia mendorong daya saing
85 perdagangan Indonesia di antara
84,31
80
negara-negara di kawasan ASEAN.
Mar-15

Mar-16

Mar-17

Mar-18

Mar-19

Mar-20

Mar-21

Pada akhir triwulan I, posisi REER


INDONESIA THAILAND Indonesia berada dibawah Filipina,
MALAYSIA FILIPINA
SINGAPURA Thailand, Singapura, tetapi lebih
Sumber: Bloomberg tinggi dibandingkan Malaysia. Posisi
REER tertinggi ditempati oleh Filipina, Thailand, Singapura, dan Malaysia, secara

60
Perkembangan Ekonomi Indonesia

berturut-turut mencapai sebesar 116,53 persen, 106,91 persen, 104,57 persen, dan
84,31 persen.

Gambar 31. Perkembangan Uang Beredar Meski mengalami perlambatan,


11,8 likuiditas perekonomian tumbuh
20,0 11,3
positif. Sepanjang periode Januari-
15,0 Maret 2021, M2 tumbuh sebesar 11,8;
6,9
10,0 11,3; dan 6,9 persen (YoY), melambat
dibandingkan triwulan IV tahun 2020
5,0
yang secara berturut-turut sebesar 12,5;
0,0 12,2; dan 12,4 persen (YoY). Tertahannya
pertumbuhan M2 pada triwulan I tahun
Jan

Jan
Feb
Mar

Mei

Sep

Feb
Mar
Okt

Des
Jun
Jul
Agt
Apr

Nov

2020 2021 2021 dipengaruhi penurunan aktiva luar


Uang Beredar Sempit (M1) negeri bersih, perlambatan tagihan
Uang Kuasi
bersih kepada Pemerintah Pusat, dan
Uang Beredar Luas (M2)
rendahnya penyaluran kredit.
Sumber: Bank Indonesia
Selanjutnya, pertumbuhan M1 pada
triwulan I tahun 2021 secara berturut-turut mencapai 18,7; 18,6; dan 10,8 persen
(YoY). Rendahnya pertumbuhan M1 pada akhir triwulan I tahun 2021 didorong
penurunan peredaran uang kartal dan giro rupiah.

Pada triwulan I tahun 2021 pertumbuhan uang kuasi mengalami perlambatan.


Sepanjang periode Januari-Maret 2021 tercatat 9,7; 9,2; dan 5,9 persen (YoY).
Penurunan uang kuasi yang cukup tajam pada akhir triwulan I tahun 2021 dipengaruhi
seluruh komponen uang kuasi yang terdiri dari tabungan, simpanan berjangka dalam
bentuk rupiah dan valas seiring dengan penurunan suku bunga simpanan, serta giro
valas.

Likuiditas yang longar mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak
Ketiga (AL/DPK) yakni 33,58 persen dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB
overnight, sekitar 2,79 persen pada Maret 2021. Kebijakan pelonggaran likuiditas dan
penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) direspon perbankan melalui penurunan
suku bunga dasar kredit sebesar 171 bps (YoY) per Februari 2021.

Tabel 27. Tingkat Inflasi Domestik Pada triwulan I tahun 2021,


Q1 2020 Q1 2021 tingkat inflasi tetap rendah dan
Jan Feb Jan Jan Feb Mar masih berada dibawah batas
YoY 2,7 3,0 2,7 1,5 1,4 1,4
bawah sasaran inflasi 2021 yaitu
2,0 – 4,0 persen (YoY). Tingkat inflasi
MtM 0,4 0,3 0,4 0,3 0,1 0,1
tahunan (YoY) pada triwulan I tahun
YtD 0,4 0,7 0,4 0,3 0,4 0,4
2021 sebesar 1,37 persen (YoY), lebih
Sumber: Badan Pusat Statistik
rendah dibandingkan periode yang

61
Perkembangan Ekonomi Indonesia

sama pada tahun 2020, lebih rendah dari batas bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0
persen (YoY). Secara berturut-turut inflasi tahunan pada Januari – Maret 2021 sebesar
1,55; 1,38; dan 1,37 persen (YoY). Secara bulanan (MtM) pada periode yang sama,
masing-masing mencapai 0,26; 0,10; dan 0,08 persen. Capaian inflasi pada triwulan I
tahun 2021 menunjukkan tren menurun bila dibandingkan triwulan IV tahun 2020.

Inflasi inti yang tetap rendah pada triwulan I tahun 2021 dipengaruhi oleh deflasi
komoditas mobil seiring dengan pemberian insentif penurunan tarif Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor tertentu dan berlanjutnya
deflasi komoditas emas perhiasan seiring perlambatan inflasi emas global. Rendahnya
inflasi inti sejalan dengan permintaan global dan domestik yang belum pulih, serta
ditopang stabilitas nilai tukar yang terjaga.

Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga Daya beli masyarakat diperkirakan masih
Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti lemah, tercermin dari Indeks Keyakinan
3,5 140,0 Konsumen (IKK) yang masih dibawah
3,0 120,0 level optimis (<100). Meski demikian, IKK
2,5 100,0 bulan Maret meningkat menjadi 93,4,
didorong oleh optimisme terhadap
(persen)

(indeks)

2,0 80,0
1,5 60,0
kondisi ekonomi saat ini, baik dari aspek
ketersediaan lapangan kerja,
1,0 Inti 40,0
IKK penghasilan, maupun ketepatan waktu
0,5 20,0
pembelian barang tahan lama.
0,0 0,0
Juli
Jan

Jan

Okt
Jul
Okt

April

Januari
Apr

Inflasi pada Maret 2021 dikontribusikan


2019 2020 2021
oleh inflasi komponen harga bergejolak
(volatile foods) yang mengalami
Sumber: BI dan BPS
peningkatan dipengaruhi oleh
meningkatnya harga komoditas global dan kenaikan harga komoditas hortikultura
seperti cabai rawit dan bawang merah akibat faktor cuaca. Namun demikian,
peningkatan lebih lanjut inflasi volatile foods tertahan oleh deflasi beberapa
komoditas yang memasuki masa panen seperti cabai merah. Selain itu, terjaganya
inflasi komponen harga bergejolak tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam
menjaga ketersediaan pasokan serta memastikan kelancaran distribusi komoditas
strategis agar tetap memadai. Pada Januari – Maret 2021 secara berturut-turut inflasi
volatile foods mencapai 2,82 persen; 1,52 persen; dan 2,49 persen. Inflasi kelompok
administered prices pada triwulan I tahun 2021 juga meningkat tipis secara berturut-
turut mencapai 0,34; 0;66; 0,88 persen (YoY) didorong kenaikan tarif di beberapa ruas
jalan tol serta peningkatan harga rokok, terutama rokok kretek filter akibat kenaikan
Cukai Hasil Tembakau (CHT) yang berlanjut.

62
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran
Berdasarkan Komponen (YoY) (MtM)
Persentase (%) Kelompok Persentase (%)
Komponen
Jan Feb Mar Pengeluaran Jan Feb Mar
Inti 1,56 1,53 1,21 UMUM (headline) 0,26 0,10 0,08
Harga Bergejolak 2,82 1,52 2,49 Makanan,
Harga diatur Minuman, dan 0,81 0,07 0,40
0,34 0,66 0,88
pemerintah Tembakau
Sumber: Badan Pusat Statistik Pakaian dan Alas
0,11 0,06 0,02
Kaki
Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga Perumahan, Air,
Pangan Strategis Nasional, (2018=100) Listrik, dan Bahan 0,03 0,04 0,04
bakar Lainnya
220 Perlengkapan,
Peralatan, dam
0,15 0,36 0,10
Pemeliharaan Rutin
180 Rumah Tangga
141,8 Kesehatan 0,19 0,19 0,08
140 Transportasi -0,30 0,30 -0,25
124,7
Informasi,
Komunikasi, dan 0,04 -0,03 -0,03
100 Jasa Keuangan
Rekreasi, Olahraga,
0,05 0,06 0,05
60 dan Budaya
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Pendidikan 0,04 0,00 0,01
Penyediaan
Minyak Goreng Daging Sapi
Daging Ayam Telur Ayam Makanan & 0,33 0,28 0,17
Beras Medium Gula Pasir Minuman/Restoran
Cabai Rawit Cabai Merah
Perawatan Pribadi
Bawang Merah Bawang Putih 0,23 -0,14 -0,39
dan Jasa Lainnya
Sumber: PIHPS
Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan kelompok pengeluaran, sebagian besar mengalami penurunan pada


triwulan I tahun 2021. Terdapat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi pada
Maret 2021, yaitu: (i) kelompok transportasi dipengaruhi oleh normalisasi penurunan
tarif angkutan, khususnya angkutan udara pascalibur akhir tahun; (ii) kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya dipengaruhi oleh penurunan harga emas
perhiasan; dan (ii) kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sedangkan
kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan adalah kelompok makanan,
minuman, dan tembakau dipengaruhi oleh peningkatan harga sejumlah komoditas
pangan akibat perubahan cuaca.

Selanjutnya, perkembangan indeks harga pangan menunjukkan bahwa sebagian


besar komoditas mulai mengalami penurunan. Komoditas cabai merah, bila
dibandingkan pada awal tahun, mengalami penurunan cukup tajam pada Maret 2021
karena telah mulai memasuki masa panen. Sedangkan komoditas cabai rawit dan
bawang merah menunjukkan peningkatan dan merupakan komoditas dengan indeks
harga tertinggi pada Maret 2021. Kenaikan harga cabai rawit dan bawang merah
diduga dipengaruhi oleh pola musiman dan tingginya permintaan. Pasokan yang

63
Perkembangan Ekonomi Indonesia

terbatas akibat perubahan cuaca di beberapa daerah sentra tidak mampu memenuhi
permintaan.

Jasa Keuangan
Sektor jasa keuangan masih terkendali dan stabil di tengah tekanan yang
dihadapi.

Perbankan Konvensional. Kinerja Gambar 34. Kinerja Perbankan


perbankan konvensional secara umum Konvensional
masih terjaga, di tengah pelemahan (persen) (persen)
perekonomian akibat Covid-19 yang 94,0 30,0
belum sepenuhnya pulih. 92,0
25,0
90,0
Permodalan perbankan sangat kuat, 88,0 20,0
tercermin dari Rasio kecukupan modal 86,0
15,0
84,0
(Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan 82,0 10,0
Februari tahun 2021 sebesar 24,5 persen, 80,0
5,0
lebih tinggi dibandingkan dengan 78,0
periode yang sama tahun sebelumnya 76,0 0,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
yaitu sebesar 22,3 persen, jauh di atas
2020 2021
threshold minimum yang ditetapkan yaitu
8 persen. Selanjutnya dari sisi likuiditas, LDR NPL CAR

likuiditas perbankan masih mengalami Sumber: Otoritas Jasa Keuangan


pelonggaran, tercermin dari Loan to Catatan: data Q1 adalah bulan Februari
Deposit Ratio (LDR) yang menurun, yaitu
dari 92,5 persen pada Februari tahun 2020 Gambar 35. Perkembangan DPK
menjadi 81,8 persen pada Februari tahun Perbankan Konvensional
(persen)
2021. Hal tersebut didorong oleh kontraksi (rupiah)
6.800 30,0
penyaluran kredit yang masih terjadi di
6.600 25,0
tengah pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang tinggi. Sementara itu, 6.400 20,0

meningkatnya rasio kredit bermasalah 6.200 15,0

(Non-Performing Loan/NPL) juga masih 6.000 10,0


menjadi tantangan. Pada bulan Februari 5.800 5,0
tahun 2021, rasio NPL sebesar 3,2 persen, 5.600 0,0
meningkat dibandingkan periode yang Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
sama tahun sebelumnya sebesar 2,8 2020 2021
persen. Melemahnya perekonomian masih Total DPK Pert. Total DPK
Pert. Deposito Pert. Tabungan
menjadi faktor utama yang mendorong Pert. Giro
terhambatnya kemampuan bayar debitur.
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Catatan: data Q1 adalah bulan Februari
64
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Hingga awal tahun 2021, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan masih tumbuh
tinggi dan stabil pada level double digit, meskipun mulai melandai jika dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2020. DPK tumbuh sebesar 10,1 persen
(YoY) pada Februari tahun 2021, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,1 persen (YoY). Jika ditinjau dari komponennya,
pertumbuhan pada giro merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan total
DPK. Giro tumbuh hingga mencapai 17,2 persen (YoY), sementara tabungan dan
deposito masing-masing tumbuh sebesar 11,6 dan 6 persen (YoY). Deposito mulai
menunjukkan perlambatan pertumbuhan, didorong oleh terus turunnya suku bunga
deposito.

Gambar 36. Perkembangan Kredit Sejalan dengan perlambatan


Perbankan Konvensional perekonomian, total penyaluran kredit
(rupiah) (persen) perbankan masih terus mengalami
5.600 10,0
kontraksi hingga tahun 2021. Pada
5.550 Februari tahun 2021, total kredit
5.500
5,0 perbankan terkontraksi sebesar -2,1
persen (YoY), namun menunjukkan
5.450
0,0 perbaikan jika dibandingkan dengan
5.400 triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar -2,4 persen (YoY). Jika ditinjau
5.350 -5,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 lebih lanjut, penurunan penyaluran kredit
2020 2021 terjadi pada seluruh jenis kredit, dengan
Total Kredit (Rp) Pert. Tot. Kredit penurunan kredit tertinggi terjadi pada
Pert. KI Pert. KMK jenis Kredit Modal Kerja (KMK) yang
Pert. KK
terkontraksi sebesar -3,3 persen (YoY).
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Sementara itu, kedua jenis kredit lainnya
Catatan: data Q1 adalah bulan Februari
juga masih mengalami kontraksi, yaitu
Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing sebesar -1,2 persen
(YoY) pada Februari tahun 2021.

Selanjutnya, ditinjau dari lapangan usaha penerima kredit, kontraksi penyaluran kredit
masih terjadi di sebagian besar sektor ekonomi. Sektor perdagangan besar dan
eceran merupakan sektor yang paling terdampak, dimana sebesar 23,9 persen dari
total kredit kepada lapangan usaha disalurkan ke sektor tersebut dan sektor tersebut
justru mengalami kontraksi penyaluran kredit yang cukup besar, yaitu sebesar -5,1
persen (YoY) pada Februari tahun 2021. Selanjutnya, penyaluran kredit kepada
lapangan usaha terbesar kedua adalah industri pengolahan, yaitu sekitar 22,5 persen
dari total kredit perbankan disalurkan kepada industri pengolahan. Namun demikian,
penyaluran kredit pada sektor tersebut juga terkontraksi -3,6 persen (YoY). Meskipun
demikian, masih terdapat beberapa sektor utama yang mengalami pertumbuhan

65
Perkembangan Ekonomi Indonesia

positif, seperti sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, sektor penyediaan


akomodasi dan makan minum, dan sektor administrasi Admistrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Tabel 30. Perkembangan Kredit Bank Umum Konvensional


2020 2021
Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha Q1 Q4 Q1
miliar Rp
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 372.109 385.586 386.046
Perikanan 14.438 16.032 16.203
Pertambangan dan Penggalian 134.498 124.618 124.414
Industri Pengolahan 904.083 893.642 871.568
Listrik, gas dan air 199.749 168.881 165.385
Konstruksi 350.050 376.473 370.590
Perdagangan Besar dan Eceran 974.243 942.188 924.307
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan 111.210 116.183 117.171
minum
Transportasi. pergudangan dan komunikasi 246.485 266.189 266.255
Perantara Keuangan 242.558 216.297 205.614
Real Estate. Usaha Persewaan. dan Jasa 264.190 259.978 256.034
Perusahaan
Administrasi Pemerintahan. Pertahanan dan 29.272 30.887 31.715
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 13.858 13.594 13.514
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 28.526 28.262 28.093
Jasa Kemasyarakatan. Sosial Budaya. Hiburan dan 82.680 89.457 91.955
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 3.243 2.989 2.962
Badan Internasional dan Badan Ekstra 323 358 364
Internasional Lainnya
Kegiatan yang belum jelas batasannya 2.642 2.490 2.262
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2021, pemerintah menargetkan penyaluran
Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp253 triliun, meningkat sebesar Rp63 triliun dari target
penyaluran tahun 2019. Hingga triwulan I tahun 2021, KUR telah disalurkan kepada
1,7 juta debitur, dengan total penyaluran sebesar Rp64,6 triliun (mencapai 25,5 persen
dari target yang ditetapkan). Penyaluran tersebut sebagian besar disalurkan kepada
sektor perdagangan yang memiliki porsi sebesar 45 persen dari total KUR yang
disalurkan, dan diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa masing-masing sebesar
29,5 persen dan 14,1 persen.

Dalam penyalurannya, KUR terbagi menjadi 4 (empat) skema, yaitu KUR Super Mikro
(pinjaman ≤ 10 juta), KUR Mikro (pinjaman ≤Rp25 juta), KUR Kecil (pinjaman Rp25–
200 juta), dan KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan skema tersebut, hingga
triwulan I tahun 2021, KUR Mikro mendominasi total penyaluran KUR yaitu sebesar
66
63,9 persen, diikuti oleh KUR Kecil yaitu sebesar 34,2 persen, sementara sisanya
adalah KUR Super Mikro sebesar 1,6 persen, dan KUR TKI sebesar 0,3 persen. Jika
dilihat penyaluran KUR berdasarkan wilayah, penyaluran masih terkonsentrasi di
wilayah Jawa dan Sumatera, dengan porsi masing-masing sebesar 57,1 persen dan
21,4 persen.

Pasar Modal. Secara umum, kondisi pasar modal domestik relatif masih terbilang
underperform akibat adanya kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah Amerika
Serikat (AS) dengan tenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan terakhir, yakni
di atas level 1,7 persen. Hal tersebut kemudian mempengaruhi appetite para investor
non-residen dan mendorong terjadinya aliran dana asing untuk keluar.

Walaupun masih mengalami tekanan yang disebabkan oleh kombinasi sentimen


negatif yang terjadi secara bersamaan baik dari dalam negeri yang timbul dari adanya
wacana pengurangan investasi saham dan reksadana oleh BPJS Ketenagakerjaan,
maupun luar negeri yang terjadi akibat adanya tekanan jual seiring dengan kenaikan
yield obligasi pemerintah AS, kinerja pasar saham yang ditunjukkan oleh IHSG dan
nilai kapitalisasi pasar, relatif masih menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan
triwulan I tahun 2020. Hal ini utamanya disebabkan oleh aliran modal asing yang
masuk ke pasar domestik dalam jumlah yang relatif besar pada bulan Januari 2021
akibat meningkatnya optimisme investor terkait dengan program vaksinasi Covid-19.
Akan tetapi, naiknya yield US treasury bond kembali mendorong aliran modal asing
untuk keluar.

Gambar 37. Perkembangan IHSG dan Gambar 38. Perkembangan


Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Outstanding Obligasi Korporasi
6.300 7.200
445
6.100 7.000
5.900 6.800
440
5.700 6.600
6.400
(triliun Rp)
(indeks)

5.500 435
6.200
5.300
6.000 430
5.100 5.800
4.900 5.600 425
4.700 5.400
4.500 5.200 420
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
415
2020 2021
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Nilai Kapitalisasi Pasar (Rp) IHSG
2020 2021

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

67
Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2020, IHSG mengalami peningkatan
sebesar 31,8 persen (YoY) ke level 5.985,5. Sementara itu, sejalan dengan pergerakan
IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham juga tumbuh positif sebesar 34,7 persen (YoY) dan
ditutup di level Rp7.070,6 triliun pada awal tahun 2020.

Sementara itu, pasar obligasi korporasi kembali menunjukkan pelemahan pada


triwulan I tahun 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Pada awal tahun 2021, total nilai obligasi korporasi mencapai Rp432,9 triliun, atau
melemah sebesar 2,3 persen (YoY). Secara umum, kondisi ini dipengaruhi oleh faktor
likuiditas dan risk appetite para investor yang masih cukup fluktuatif di tengah
pandemi Covid-19.

Asuransi. Kinerja Industri Asuransi pada triwulan I tahun 2021 masih mengalami
peningkatan seperti pada triwulan sebelumnya, yang salah satunya tercermin dari
perkembangan total aset Industri Asuransi. Total aset Industri Asuransi meningkat
menjadi sebesar Rp1.450,8 triliun atau tumbuh sebesar 16,3 persen (YoY), lebih tinggi
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,3
persen (YoY) (Gambar 38). Hal tersebut didorong oleh jenis industri asuransi jiwa yang
memiliki total aset terbesar.

Dana Pensiun. Pada triwulan I tahun 2021, jumlah aset dan investasi industri dana
pensiun tetap tumbuh tinggi, dan mengalami perbaikan yang cukup besar jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah investasi pada
triwulan I tahun 2021 sebesar Rp303,7 triliun, atau tumbuh sebesar 12,9 persen (YoY).
Sementara itu, jumlah aset neto sebesar Rp313,7 triliun, tumbuh 12,2 persen (YoY).

68
Gambar 39. Perkembangan Aset Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset
Industri Asuransi Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun
1.500 18,0 320 14
1.450 16,0 12
1.400 14,0 300 10
12,0

(persen)
1.350
(triliun Rp)

(triliun Rp)
8

(persen)
10,0 280
1.300 6
8,0
1.250 4
6,0 260
1.200 4,0 2
1.150 2,0 240 0
1.100 0,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2020 2021
2020 2021 Aset
Aset Investasi
Pert. Aset (%, YoY)
Pertumbuhan (%, YoY) Pert. Investasi (%, YoY)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Gambar 41. Perkembangan Industri Gambar 42. Tingkat Wanprestasi


Teknologi Keuangan Industri Teknologi Keuangan
(peer-to-peer lending) (peer-to-peer lending)
200 60 9,0
180
50 8,0
160
(juta entitas)

7,0
(triliun Rp)

140 40
120 6,0
100 30
(persen)

5,0
80
60 20 4,0
40 10 3,0
20
2,0
0 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1,0
2020 2021 0,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Pinjaman Tersalurkan (triliun Rp)
Penerima Pinjaman (juta entitas) 2020 2021

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Teknologi Keuangan (Fintech). Hingga triwulan I tahun 2021, pelemahan ekonomi


akibat pandemi Covid–19 masih memberi tekanan kepada Industri Fintech Indonesia,
yang tercermin dari melambatnya pertumbuhan penyaluran pinjaman dan rekening
peminjam. Penyaluran pinjaman tumbuh sebesar 77,2 persen (YoY) pada triwulan I
tahun 2021, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
tumbuh mencapai 91,3 persen (YoY). Demikian halnya akumulasi rekening peminjam
yang tumbuh sebesar 129,1 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih rendah

69
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tingga 134,6 persen
(YoY).

Di sisi lain, meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan akumulasi pinjaman dan


perlambatan pertumbuhan akumulasi rekening peminjam, tingkat risiko kredit
industri fintech mulai membaik pada triwulan I tahun 2021, setelah sebelumnya
sempat mencatat kredit macet yang sangat tinggi. Tingkat wanprestasi (kredit macet)
industri fintech justru mengalami penurunan yaitu menjadi 1,32 persen pada triwulan
I tahun 2021, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 4,78
persen.

Perbankan Syariah. Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut akibat dari pandemi
Covid-19 masih memberi tekanan pada kinerja perbankan. Namun demikian, berbeda
halnya dengan kinerja perbankan syariah yang mulai membaik pada Februari 2021.
Hal ini ditunjukan pada Rasio kecukupan Modal (CAR) Bank Umum Syariah (BUS),
pada triwulan IV sebelumnya tercatat di angka 21,6 persen, angka ini terus membaik
dari sebelumnya yang sempat stagnan pada angka 20,4 persen.

Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah
25 90,0 3,5 106

24 80,0 3,4 104


70,0 102
23 3,3
60,0
100
(persen)
(persen)

(persen)

(persen)
22 50,0 3,2
98
21 40,0 3,1
96
30,0
20 3
20,0 94
19 10,0 2,9 92
18 0,0 2,8 90
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2020 2021 2020 2021

CAR NPF FDR NPF FDR

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan


Catatan: data Q1 adalah bulan Februari Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Kinerja positif perbankan Syariah juga tercermin dari meningkatnya kualitas


pembiayaan yang disalurkan, atau menurunnya rasio pembiayaan bermasalah (Non
Performing Financing/NPF). Pada bulan Februari tahun 2021, NPF pada BUS relatif
terjaga sebesar 3,2 persen atau turun sebesar 5 basis poin dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sementara pada Unit Usaha Syariah (UUS), NPF melemah sebesar 3,1
persen pada bulan Februari tahun 2021, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
IV tahun 2020 sebesar 3,0 persen.

70
Selanjutnya dari segi likuiditas, pada bulan Februari 2021, masih terjadi pelonggaran
likuiditas baik pada Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS).
Rasio pembiayaan terhadap penghimpunan dana (Financing to Deposit Ratio/FDR)
pada BUS yang sebesar 76,5 persen meningkat sedikit dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 76,4 persen. Hal yang sama terjadi pada FDR UUS sebesar 96,6 persen
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 96,0 persen.

Selanjutnya, meskipun secara QtQ tumbuh negatif dibandingkan triwulan IV tahun


2020, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah pada bulan Februari tahun
2021 tumbuh sebesar 9,9 persen (YoY) atau menjadi sebesar Rp462,4 triliun. Total
Aset perbankan syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh 12,7 persen (YoY) atau menjadi
sebesar Rp587,5 triliun per Februari 2021. Sejalan dengan pertumbuhan DPK dan aset,
pembiayaan perbankan syariah (BUS dan UUS) juga tumbuh meskipun lebih rendah
daripada pertumbuhan DPK dan aset, yaitu tumbuh 7,5 persen (YoY) atau menjadi
Rp382,1 triliun per Februari 2021.

Gambar 45. Dana Pihak Ketiga,


Pembiayaan, dan Total Aset Tabel 31. Perkembangan Pembiayaan
Perbankan Syariah Perbankan Syariah
700 Pembiayaan 2020 2021
Berdasarkan Q1 Q4 Q1*
600 Jenis Akad triliun Rp
500 Pembiayaan
111,2 115,0 110,2
Modal Kerja
(triliun Rp)

400
Pembiayaan
87,2 87,2 86,9
300 Investasi
Pembiayaan
200 163,2 181,6 185,0
Konsumsi
100 Total
361,6 384,0 382.1
Pembiayaan
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
*data bulan Februari
2020 2021

DPK Aset Pembiayaan

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan


Catatan: data Q1 adalah bulan Februari

Selanjutnya, apabila ditinjau secara lebih detail terkait berdasarkan jenis atau tujuan
penggunaannya, pembiayaan perbankan syariah per Februari 2021 masih didominasi
oleh pembiayaan konsumsi, yaitu sebesar Rp 185,0 triliun. Selain mendominasi,
pembiayaan konsumsi juga mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,4
persen (YoY). Disusul pembiayaan modal kerja dan investasi pada Februari 2021
masing-masing sebesar Rp110,2 triliun dan Rp86,9 triliun, atau tumbuh masing-
masing sebesar 0,3 dan 2,2 persen (YoY).

71
Apabila ditinjau secara sektoral, sektor perdagangan besar dan eceran; sektor
konstruksi dan sektor industri pengolahan mendominasi peyaluran pembiayaan
perbankan syariah hingga bulan Februari tahun 2021, dengan nilai penyaluran
pembiayaan masing-masing sebesar Rp 40,0 triliun, Rp 36,5 triliun dan Rp 25,9 triliun
atau berkontribusi masing-masing sebesar 10,5 persen, 9,56 persen dan 6,8 persen
terhadap total pembiayaan perbankan syariah. Dua dari ketiga sektor utama ini tetap
tumbuh positif yakni sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor kontruksi
masing-masing sebesar 8,6 persen dan 15,5 persen (YoY) pada Februari 2021.

Beberapa sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan pembiayaan secara positif
pada Februari tahun 2021 adalah sektor pertanian, perburuan dan kehutanan; sektor
perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor penyediaan akomodasi dan
penyediaan makan minum; sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi; sektor
jasa pendidikan dan sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Sementara itu, jika
dilihat berdasarkan persentase pertumbuhan, sektor dengan pertumbuhan
pembiayaan tertinggi pada Februari tahun 2021 adalah pada sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 242 persen (YoY);
sektor perikanan sebesar 35,2 persen (YoY) dan sektor kontruksi sebesar 15,5 persen
(YoY), yang masing-masing menerima penyaluran pembiayaan sebesar Rp60 miliar,
Rp1,8 triliun serta Rp36,5 triliun.

Namun demikian, pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah tidak terjadi di


seluruh sektor ekonomi, melainkan terdapat tujuh sektor yang mengalami penurunan
penyaluran pembiayaan dari perbankan syariah pada Februari tahun 2021. Sektor
tersebut antara lain sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan
perorangan lainnya yang terkontraksi sebesar 37,5 persen (YoY); sektor perantara
keuangan turun 25,5 persen (YoY); sektor listrik, gas dan air turun sebesar 18,8 persen
(YoY); sektor jasa perorangan yang melayani rumah tangga turun sebesar 17,8 persen
(YoY); sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial turun sebesar 10,5 persen (YoY);
sektor real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan turun sebesar 1,5 persen
(YoY); serta sektor industri pengolahan hanya turun sebesar 0,1 persen (YoY).

Tabel 32. Penyaluran Kredit Berdasarkan Lapangan Usaha


2020 2021
Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha Q1 Q4 Q1*
miliar Rp
Pertanian, Perburuan dan Kehutanan 13.796 15.275 15.389
Perikanan 1.409 1.896 1.846
Pertambangan dan Penggalian 5.470 5.583 5.719
Industri Pengolahan 27.623 28.723 25.982
Listrik, gas dan air 14.145 11.581 11.330
Konstruksi 32.521 37,986 36.529

72
2020 2021
Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha Q1 Q4 Q1*
miliar Rp
Perdagangan Besar dan Eceran 37.385 39,936 40.076
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan
4.724 4,902 4.883
minum
Transportasi, pergudangan dan komunikasi 10.401 11,659 11.430
Perantara Keuangan 18.865 14,608 14.044
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa
12.380 12,187 11.827
Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
17 62 60
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 6.223 6,563 6.563
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.581 5,662 5.962
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan
5.754 3,628 3.624
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 708 635 628
Badan Internasional dan Badan Ekstra
0 0 0
Internasional Lainnya
Kegiatan yang belum jelas batasannya 377 1,206 1.178
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Februari

Pasar Modal Syariah. Tren penguatan pasar modal syariah sempat berlanjut di awal
Januari 2021, namun penguatan ini kemudian melemah ditandai dengan
terkoreksinya indeks JII maupun ISSI karena kehatian – hatian para investor diawal
tahun. Dilihat dari nilai kapitalisasi pasar, Jakarta Islamic Index (JII) yang berisikan 30
emiten Syariah paling likuid di bursa mengalami penurunan sebesar minus 3,8 persen
(QtQ). Namun demikian jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, nilai tersebut tumbuh sebesar 25,2 persen (YoY). Sementara itu, apabila
dilihat dari nilai penutupan akhir indeks di kuartal I ini, JII ditutup pada nilai 605,7
poin, turun dibandingkan dengan penutupan pada akhir triwulan IV tahun 2020
sebesar 630,4 poin. Namun demikian, nilai tersebut tumbuh 129,3 poin dibandingkan
triwulan I tahun 2020 (YoY).

Selain pasar saham, perkembangan positif juga terjadi di pasar sukuk. Apabila dilihat
berdasarkan perkembangan nilai outstanding, secara year on year baik sukuk
korporasi maupun SBSN pada triwulan I tahun 2021 tumbuh positif dimana sukuk
korporasi tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY) dan SBSN tumbuh sebesar 34,4 persen
(YoY). Begitu juga jika dilihat secara triwulanan, nilai outstanding sukuk korporasi pada
triwulan I tahun 2021 ini tumbuh 5,3 persen dan SBSN tumbuh sebesar 5,7 persen
dibandingkan dengan nilai pada triwulan IV tahun 2020.

73
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai Gambar 47. Outstanding Sukuk
Indeks Saham JII Korporasi dan SBSN
2.500 700 33 1200
600 32
2.000 1000
32
500
31 800
(triliun Rp)

(triliun Rp)
1.500

(triliun Rp)
400 31
600
1.000 300 30
200 30 400
500 29
100 200
29
0 0
28 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2020 2021
2020 2021
Kapitalisasi Pasar JII Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Nilai Penutupan Akhir JII Nilai Outstanding SBSN

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan

Industri Keuangan Nonbank Tabel 33. Aset IKNB Syariah 2019-2020


Syariah (IKNBS). Pada triwulan I 2020 2021
Uraian Q1 Q4 Q1
tahun 2021, Industri Keuangan
miliar Rp
Non-Bank Syariah (IKNBS) secara Asuransi Syariah 41.124 44.440 44.136
umum menunjukkan tren positif di
Lembaga 26.723 21.904 21.900
saat proses pemulihan ekonomi Pembiayaan
akibat dampak Covid-19 sedang Syariah
berlangsung. Kondisi tersebut Dana Pensiun 5.394 7.996 8.205
tercermin dari pertumbuhan total Syariah

aset IKNBS, yaitu sebesar 8,8 Lembaga Jasa 34.491 41.438 42.903
Keuangan Khusus
persen (YoY). Namun, persentasi
Syariah
pertumbuhan total aset IKNBS Lembaga 467,90 499,70 499,70
tersebut tidak sebesar persentasi Keuangan Mikro
kenaikan pada triwulan IV tahun Syariah
2020 sebesar 9,3 persen (YoY) atau Financial 48,74 74,68 103,43
turun sebesar 50 basis poin. Teknologi Syariah
Total Aset 111.443 116.351 117.748
Apabila ditinjau lebih lanjut, Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Fintech Syariah mengalami
pertumbuhan total aset tertinggi, yaitu sebesar 110,2 persen (YoY). Perkembangan
positif tersebut disebabkan adanya kemudahan pemanfaatan teknologi yang menjadi
pilihan utama di tengah masa pandemi Covid-19 sebagai konsekuensi dari adanya
penerapan kebijakan pembatasan mobilitas penduduk. Hal ini memberikan dampak
positif bagi industri Fintech pada umumnya khususnya Fintech Syariah.

74
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sementara itu, Asuransi Syariah; Dana Pensiun Syariah; Lembaga Jasa Keuangan
Khusus Syariah; dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah juga menunjukkan
pertumbuhan asset yang cukup baik, yaitu masing-masing sebesar 7,3; 52,1; 24,4 dan
6,8 persen (YoY). Namun demikian, Lembaga Pembiayaan Syariah mengalami
kontraksi dan tumbuh negatif sebesar 18 persen (YoY).

2.5 Neraca Pembayaran


Neraca Pembayaran Indonesia Gambar 48. Perkembangan
mengalami surplus sebesar USD4,1 Neraca Pembayaran Indonesia
miliar, setelah mengalami defisit 0,2 miliar 15
pada triwulan sebelumnya. Surplus 10

(miliar USD)
tersebut berasal dari suplus transaksi 5
modal dan finansial yang melampui
0
defisit transaksi berjalan yang lebih
-5
rendah.
-10
Neraca transaksi berjalan defisit sebesar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
USD1,0 miliar atau setara minus 0,4 2019 2020 2021
persen dari PDB, berbalik arah dari Transaksi Berjalan
surplus pada triwulan sebelumnya. Transaksi Modal dan Finansial
Perkembangan tersebut disebabkan oleh Neraca Keseluruhan
penurunan pada surplus neraca
Sumber: Bank Indonesia
perdagangan nonmigas, peningkatan
defisit neraca perdagangan migas, serta peningkatan defisit neraca jasa yang sejalan
dengan perbaikan aktivitas ekonomi domestik. Sementara itu, penurunan defisit pada
komponen neraca pendapatan primer dan relatif stabilnya neraca pendapatan
sekunder menahan peningkatan defisit transaksi berjalan.

Surplus neraca perdagangan nonmigas menurun terutama didorong oleh


peningkatan pesar impor nonmigas yang terjadi secara menyeluruh di seluruh
kelompok barang, melampui pertumbuhan ekspor nonmigas. Perbaikan kinerja impor
nonmigas tersebut didorong oleh akselerasi harga impor dan membaiknya impor riil.
Sementara itu, melebarnya defisit neraca perdagangan migas didorong oleh defisit
neraca perdagangan minyak yang meningkat dan suplus neraca perdagangan gas
yang menurun.

Selanjutnya, impor minyak naik signifikan, terutama dalam bentuk minyak mentah
sejalan dengan peningkatan harga minyak dunia dan peningkatan volume
permintaan. Adapun peningkatan defisit neraca jasa transportasi terutama karena
kenaikan pembayaran jasa (impor) freight, seiring dengan meningkatnya impor
barang selama triwulan I tahun 2021.

75
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Gambar 49. Neraca Jasa


Neraca jasa mengalami defisit USD3,4
Perjalanan dan Transportasi miliar, lebih dalam dibandingkan defisit
6,0
triwulan sebelumnya yang mencapai
5,0 USD3,1 miliar maupun dibandingkan
4,0
3,0
dengan defisit pada triwulan yang sama
(miliar USD)

2,0 pada tahun sebelumnya sebesar USD1,7


1,0
miliar. Peningkatan defisit disebabkan
0,0
-1,0 oleh meningkatnya defisit neraca jasa
-2,0 transportasi dan jasa lainnya, serta
-3,0
-4,0 menurunnya surplus jasa perjalanan.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Peningkatan defisit lebih jauh tertahan
2019 2020 2021 oleh membaiknya jasa keuangan yang
mengalami penurunan defisit pada
Ekspor Transportasi Ekspor Perjalanan
triwulan laporan.
Impor Transportasi Impor Perjalanan

Sumber: Bank Indonesia Defisit jasa transportasi meningkat


menjadi USD1,4 miliar, sedikit lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya USD1,3 miliar. Defisit terutama
disebabkan oleh meningkatnya pembayaran (impor) jasa freight menjadi sebesar
USD1,9 miliar sejalan dengan kenaikan impor barang. Peningkatan defisit jasa
transportasi tertahan oleh penerimaan (ekspor) jasa freight yang sedikit meningkat
menjadi sebesar USD494,3 juta sejalan dengan kinerja ekspor barang yang membaik.

Sementara itu, kinerja neraca jasa perjalanan surplus sebesar USD23,3 juta, menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD55,2 juta. Penurunan surplus
neraca jasa perjalanan tersebut
Gambar 50. Neraca Pendapatan
Primer dan Sekunder dipengaruhi oleh penurunan penerimaan
jasa perjalanan sebesar 39,3 persen (QtQ),
3,0
lebih dalam dibandingkan dengan
(miliar USD)

-2,0
penurunan pembayaran jasa perjalan
sebesar 28,0 persen (QtQ).
-7,0
Neraca pendapatan primer menurun,
-12,0 neraca pendapatan sekunder stabil.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Neraca pendapatan primer deficit sebesar
2019 2020 2021
USD6,9 miliar, lebih rendah dibandigkan
Penerimaan Pendapatan Primer dengan defisit triwulan sebelumnya
Penerimaan Pendapatan Sekunder USD7,4 miliar maupun triwulan yang
Pembayaran Pendapatan Primer sama pada tahun sebelumnya sebesar
Pembayaran Pendapatan Sekunder USD7,9 miliar. Secara triwulanan,
penurunan defisit neraca pendapatan
Sumber: Bank Indonesia
76
Perkembangan Ekonomi Indonesia

primer tersebut terutama disebabkan oleh berkurangnya pembayaran investasi asing


yang masuk ke Indonesia dalam bentuk portofolio. Sementara itu, komponen
pendapatan dalam bentuk investasi langsung dan investasi lainnya mencatat
pembayaran neto yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.

Neraca pendapatan sekunder surplurs sebesar USD1,4 miliar, relatif sama dengan
triwulan sebelumnya, meskipun lebih rendah dibandingkan dengam triwulan yang
sama pada pada tahun sebelumnya yang sebesar USD1,7 miliar. Secara triwulanan,
perkembangan tersebut disebabkan oleh kenaikan pembayaran transfer personal
yang terkompensasi oleh penurunan realisasi penerimaan hibah yang diterima
pemerintah. Sementara itu, transfer personal dalam bentuk remitansi yang berasal
dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) relatif stabil pada kisaran USD2,3 miliar, sejalan
dengan jumlah PMI yang bekerja di luar negeri relatif sama dibandingkan triwulan
sebelumnya.

Transaksi modal dan finansial Gambar 51. Neraca Transaksi Finansial


mengalami surplus sebesar USD5,6
15 Investasi Langsung
miliar atau setara 2,0 persen PDB, Investasi Portofolio
setelah triwulan sebelumnya defisit 10
Investasi Lainnya

sebesar USD1,0 miliar atau setara 0,4


(miliar USD)

persen PDB. Surplus tersebut terutama 5


dipengaruhi oleh kenaikan surplus
investasi portofolio dan penurunan defisit 0

investasi lainnya.
-5
Terjaganya kepercayaan investor asing
terhadap prospek perekonomian -10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Indonesia dan berkurangnya pembatasan
2019 2020 2021
mobilisasi seiring dengan menurunnya
kasus positif pandemi Covid-19 Sumber: Bank Indonesia
mendorong investasi langsung masih surplus. Sementara itu, arus modal asing dalam
bentuk investasi portofolio kembali masuk pasar keuangan domestik dengan nilai
yang lebih besar dari triwulan sebelumnya didorong oleh aliran masuk neto pada
instrumen global bond korporasi dan pemerintah.

Kinerja investasi asing terhadap prospek perekonomian Indonesia mendorong


investasi langsung di Indonesia mengalami surplus pada triwulan I tahun 2021.
Investasi langsung mencatat arus masuk neto (surplus) sebesar USD4,1 miliar, lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD4,2 miliar maupun triwulan
yang sama pada tahun sebelumnya USD4,3 miliar. Penurunan surplus investasi

77
Perkembangan Ekonomi Indonesia

langsung terutama dipengaruhi oleh meningkatnya arus keluar neto di sisi aset,
sementara arus masuk neto di sisi kewajiban cenderung stabil.

Kinerja investasi portofolio mencatat surplus sebesar USD4,9 miliar, meningkat


dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD2,0 miliar. kenaikan surplus
terutama ditopang oleh arus masuk investasi portofolio di sisi kewajiban yang
meningkat menjadi USD5,2 miliar dari sebelumnya sebesar USD2,6 miliar. Sementara
itu, dari sisi aset, penduduk Indonesia melakukan neto pembelian surat berharga di
luar negeri sebesar USD0,3 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar USD0,7 miliar.

Adapun posisi cadangan devisa mengalami kenaikan menjadi USD137,1 miliar, lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD135,9 miliar. Posisi
cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
internasional yaitu 3 bulan.

78
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 34. Neraca Pembayaran


Tahun 2016 – Triwulan I/2021
(miliar USD)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1
TRANSAKSI BERJALAN -17,0 -16,2 -30,6 -30,3 -3,4 -2,9 1,1 0,9 -1,0
BARANG 15,3 18,8 -0,2 3,5 4,5 4,0 9,8 10,0 7,9
Ekspor 144,5 168,9 180,7 168,5 41,7 34,6 40,8 46,2 49,4
Impor -129,2 -150,1 -181,0 -164,9 -37,2 -30,7 -31,0 -36,2 -41,5
Barang Dagangan Umum 14,7 17,9 -0,2 1,6 3,2 2,5 8,7 10,1 8,0
Ekspor 143,1 167,0 178,7 164,9 40,0 33,0 39,2 45,6 48,9
Impor -128,4 -149,1 -178,9 -163,3 -36,8 -30,5 -30,5 -35,5 -40,9
a. Nonmigas 19,5 25,3 11,2 12,0 5,8 3,3 9,4 11,3 10,0
Ekspor 130,2 151,4 161,1 152,9 37,7 31,2 37,2 43,2 45,9
Impor -110,7 -126,2 -149,9 -141,0 -31,9 -27,9 -27,8 -31,8 -35,9
b. Migas -4,8 -7,3 -11,4 -10,3 -2,6 -0,8 -0,7 -1,2 -2,0
Ekspor 12,9 15,6 17,6 12,0 2,3 1,8 2,0 2,4 3,0
Impor -17,7 -22,9 -29,0 -22,3 -4,9 -2,6 -2,7 -3,6 -5,0
Barang Lainnya 0,6 0,9 0,0 1,9 1,3 1,5 1,1 -0,1 -0,1
Ekspor 1,4 1,9 2,0 3,5 1,7 1,6 1,6 0,6 0,5
Impor -0,8 -1,0 -2,0 -1,7 -0,4 -0,1 -0,5 -0,7 -0,6
JASA-JASA -7,1 -7,4 -6,5 -7,6 -1,7 -2,1 -2,7 -3,1 -3,4
Ekspor 23,3 25,3 31,2 31,6 6,2 2,6 2,8 3,3 3,2
Impor -30,4 -32,7 -37,7 -39,3 -7,9 -4,7 -5,5 -6,4 -6,6
PENDAPATAN PRIMER -29,6 -32,1 -30,8 -33,8 -7,9 -6,2 -7,4 -7,4 -6,9
PENDAPATAN SEKUNDER 4,5 4,5 6,9 7,6 1,7 1,4 1,4 1,4 1,4
TRANSAKSI MODAL 0,0 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
TRANSAKSI FINANSIAL 29,3 28,7 25,1 36,6 -3,0 10,8 0,9 -1,0 5,6
Aset 15,9 -18,4 -19,2 -15,3 -4,7 -1,3 -2,5 -8,3 -3,7
Kewajiban 13,4 47,1 44,3 51,9 1,7 12,1 3,3 7,3 9,2
INVESTASI LANGSUNG 16,1 18,5 12,5 20,5 4,3 4,2 0,9 4,2 4,1
Aset 11,6 -2,0 -6,4 -4,5 -0,7 -0,7 -2,8 -0,9 -1,0
Kewajiban 4,5 20,5 18,9 25,0 5,0 4,9 3,7 5,1 5,1

79
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Lanjutan Tabel 27 Neraca Pembayaran


Tahun 2016 – Triwulan I/2021
(miliar USD)
2016 2017 2018 2019 2020:1 2020:2 2020:3 2020:4 2021:1
INVESTASI PORTFOLIO 19,0 21,1 9,3 22,0 -6,3 9,7 -2,0 2,0 4,9
Aset 2,2 -3,4 -5,2 0,4 -0,1 -0,2 -0,3 -0,7 -0,3
Kewajiban 16,8 24,4 14,5 21,6 -6,3 9,9 -1,7 2,6 5,2
DERIVATIF FINANSIAL 0,0 -0,1 0,0 0,2 -0,3 0,1 0,0 0,2 0,1
INVESTASI LAINNYA -5,8 -10,7 3,3 -6,1 -0,6 -3,3 1,9 -7,4 -3,6
TOTAL 12,4 12,5 -5,4 6,3 -6,4 7,9 2,0 -0,1 4,6
NERACA KESELURUHAN 12,1 11,6 -7,1 4,7 -8,5 9,2 2,1 -0,2 4,1
Posisi Cadangan Devisa 116,4 130,2 120,7 0,1 121,0 131,7 135,2 135,9 137,1
Dalam Bulan Impor 8 8 6,4 7,3 7,0 8,1 9,1 9,8 9,7
Transaksi Berjalan/PDB (%) -2 -2 -3,7 -2,7 -1,2 -1,2 0,4 0,3 -0,4

Sumber: Bank Indonesia, diolah

80
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Neraca Perdagangan
Tabel 35. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia
2020 2021
mengalami surplus lebih kecil
Uraian Q1 Q4 Q1 daripada triwulan sebelumnya
juta USD
sebagai akibat dari kenaikan impor
Neraca Total 2.591,9 8.271,0 5.522,3
Ekspor Total 41.760,9 46.159,8 48.904,4 migas. Pada triwulan I tahun 2021,
Impor Total 39.169,0 37.888,8 43.382,1 ekspor total dan impor total mengalami
Neraca Nonmigas 5.658,6 9.522,8 8.007,2
kenaikan dibanding dengan triwulan
Ekspor Nonmigas 39.486,3 43.765,5 46.254,0
Impor Nonmigas 33.827,7 34.242,7 38.246,8 sebelumnya. Pertumbuhan ekspor
Neraca Migas -3.066,7 -1.251,2 -2.484,9 mengalami kenaikan sebesar 5,9 persen
Ekspor Migas 2.274,6 2.394,4 2.650,4
(QtQ) dan meningkat sebesar 17,1
Impor Migas 5.341,3 3.645,6 5.135,3
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah persen dibandingkan triwulan I tahun
2020 pada awal terjadi pandemi Covid-
19. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 14,5 persen (QtQ) atau sebesar 10,8 persen
(YoY). Kenaikan pertumbuhan impor baik migas maupun nonmigas menyebabkan
surplus neraca perdagangan pada triwulan I tahun 2021 (USD5,5 miliar) lebih kecil
daripada triwulan sebelumnya (USD 8,2 miliar). Surplus yang terjadi utamanya
didorong oleh surplus neraca nonmigas sebesar 8,1 miliar US$ terutama dihasilkan
dari perdagangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Kawasan ASEAN.

Neraca perdagangan migas

Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas Pada triwulan I tahun 2021, neraca
Nilai Growth (%) Share thd perdagangan migas defisit sebesar
Uraian Q1 2021 Total*
(juta USD) QtQ YoY (%) USD2,4 miliar, lebih besar daripada defisit
Ekspor pada triwulan IV tahun 2020 yang sebesar
2.394,4 10,7 16,5 5,4
Migas USD1,2 miliar. Hal tersebut disebabkan
Minyak 728,1 26,2 372,3 1,9
Mentah
oleh impor migas Indonesia pada
Hasil 296,8 32,7 -1,9 0,8 triwulan I tahun 2021 yang sebesar
Minyak USD5,1 miliar jauh lebih besar daripada
Gas 1.369,5 -2,3 -20,3 2,7
Impor
total ekspor migas (USD2,6 miliar). Ekspor
3.645,6 40,9 -3,9 11,8
Migas migas Indonesia tumbuh sebesar 16,5
Minyak 673,1 121,4 -9,7 3,4 persen (YoY). Sementara itu, impor migas
Mentah
Hasil 2.279,1 22,5 -2,7 6,4
terkontraksi 3,9 persen (YoY).
Minyak
Gas 693,4 23,0 3,8Ekspor dan impor migas secara QtQ
2,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah meningkat masing-masing 10,7 dan 40,9
*share terhadap total ekpor/impor persen. Kenaikan ekspor migas terutama
didorong oleh ekspor hasil minyak yang
tumbuh sebesar 32,7 persen (QtQ) dan minyak mentah yang mengalami kenaikan
hingga 26,2 persen (QtQ). Harga minyak mentah di pasar global mengalami kenaikan

81
Perkembangan Ekonomi Indonesia

5,20% (mtm). Kenaikan harga minyak mentah dunia ditopang oleh lonjakan impor di
Tiongkok sebesar 21,0% (mtm) seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi dan
beroperasinya kembali kilang-kilang minyak di negara tersebut. Sementara itu,
kenaikan impor migas lebih didorong oleh minyak mentah dan gas, masing-masing
tumbuh 121,4 dan 23,0 persen (QtQ).

Neraca perdagangan Nonmigas

Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas Pada triwulan I tahun 2021, neraca
berdasarkan Sektor nonmigas surplus (USD8,0 miliar)
Nilai Growth (%) Share lebih kecil daripada triwulan IV tahun
thd
Uraian Q1 2021 2020 (USD9,5 miliar), namun
(juta USD) QtQ YoY Total*
(%) demikian porsentase nilai ekspor
Ekspor Nonmigas 46.254,0 5,7 17,1 94,6 nonmigas tetap menunjukkan porsi
Pertanian 1.043,0 -19,8 14,6 2,1
lebih besar daripada nilai impor
Industri
Pengolahan 38.955,5 5,9 18,1 79,7 nonmigas.
Pertambangan
dan lainnya 6.255,5 10,1 12,1 12,8
Ekspor nonmigas pada triwulan I
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah tahun 2021 tumbuh 5,7 persen (QtQ),
*share terhadap total ekpor didorong oleh didorong oleh
pertumbuhan pertambangan dan
Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10
lainnya sebesar 10,1 (QtQ), walaupun
Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar
Share thd sektor pertanian terkontraksi sebesar
Nilai Growth (%)
Kode HS: Uraian Q1 2021
Ekspor 19,8 persen (QtQ). Menurunnya
Nonmigas
(juta USD) QtQ YoY pertumbuhan sektor pertanian turut
(%)
Lemak dan minyak
6963,3 1,3 45,4 15,1 memberikan dorongan persentase
hewan/nabati (15)
surplus neraca perdagangan yang
Bahan bakar
5912,8 32,3 8,4 12,8 semakin mengecil daripada triwulan
mineral (27)
Besi dan baja (72) 3636,4 2,3 60,7 7,9 sebelumnya.
Mesin dan
perlengkapan 2670,5 -2,8 17,9 5,8 Berdasarkan sekspor nonmigas
elektrik (85)
Kendaraan dan
terbesar golongan barang HS 2 digit
2336,6 7,7 15,5 5,1
bagiannya (87) triwulan I tahun 2021, nilai ekspor
Bijih, terak, dan nonmigas terutama didukung oleh
910,8 -39,1 173,6 2,0
abu logam (26)
Olahan dari daging nilai ekspor pada golongan lemak
340,0 -1,0 4,2 0,7
dan ikan (16) dan minyak hewan/nabati sebesar
Buah-buahan (08) 276,5 -1,4 7,4 0,6 USD6,9 miliar dan memiliki share
Barang dari bulu
unggas, bunga 116,3 5.,0 12,2 0,3 terbesar (15,1 persen) dibanding
artifisial, wig (67) golongan barang lainnya. Kenaikan
Kain tekstik dilapisi
31,9 0,0 1,9 0,1 ekspor minyak nabati utamanya
atau dilaminasi (59)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah didorong oleh kenaikan harga
minyak sawit mentah sebagai akibat
82
Perkembangan Ekonomi Indonesia

dari kelangkaan pasokan seiring dengan meningkatnya permintaan sawit serta


produk turunannya di pasar internasional. Persediaan minyak sawit di pasar
internasional turun sekitar 26 persen sejak 2019 sebagai akibat dari badai El Nino
yang masih berlangsung1. Kenaikan ekspor besi dan baja didorong oleh kenaikan
harga bahan baku besi dan baja (HRC dan CRC) di pasar global seiring dengan
peningkatan permintaan besi dan baja karena adanya proyek-proyek yang tengah
berjalan, dan kenaikan ekspor bijih terak disebabkan karena peningkatan permintaan
ekspor oleh Tiongkok, Jepang dan India.

Tabel 39. Nilai Ekspor Nonmigas di Tiongkok, ASEAN, Amerika Serikat,


Beberapa Negara Mitra Dagang Utama Uni Eropa dan Jepang merupakan
Nilai
Growth (%) Share thd negara serta kawasan tujuan utama
Ekspor
Uraian Q1 2021 ekspor nonmigas Indonesia pada
(juta USD) QtQ YoY Nonmigas
(%) triwulan I tahun 2021 dengan nilai
Tiongkok 9.726,8 2,5 63,0 21,4 masing-masing sebesar USD9,7 miliar;
Jepang 3.831,1 9,4 11,9 7,9 USD9,5 miliar; USD5,6 miliar; USD3,7
Amerika miliar; dan USD3,8 miliar. Secara
5.600,0 9,6 15,9 11,9
Serikat
triwulanan, nilai ekspor nonmigas
India 2.869,4 -6,2 -2,9 7,1
Australia 664,2 5,6 31,3 1,2
terhadap negara-negara tersebut
Korea mengalami peningkatan. Ekspor
1.584,3 3,1 9,6 3,1
Selatan nonmigas Indonesia ke Tiongkok
Taiwan 1.083,8 7,2 26,3 2,1 mengalami pertumbuhan terbesar
ASEAN 9.503,9 3,9 5,0 19,8 yaitu sebesar 63,0 persen (YoY).
Singapura 1.863,8 3,0 -31,7 4,0
Sementara itu, ekspor nonmigas ke
Malaysia 2.330,3 0,7 34,1 4,8
Amerika Serikat meningkat 15,9 persen
Thailand 1.470,3 17,0 7,7 2,9
(YoY). Pertumbuhan ekspor nonmigas
Uni Eropa 3.735,2 6,3 6,8 8,3
ke Tiongkok terutama disumbang oleh
Jerman 711,6 1,7 10,8 1,5
Belanda 953,1 14,7 26,1 2,3 kenaikan permintaan komoditas besi
Italia 479,0 0,9 -1,9 1,4 dan baja, bahan bakar mineral, lemak
Sumber: Badan Pusat Statistik dan minyak hewan/nabati, sementara
kenaikan permintaan komoditas utama
Amerika Serikat disumbang oleh pakaian dan aksesorisnya dalam bentuk rajutan, alas
kaki, karet dan barang-barang dari karet.

Neraca Perdagangan Impor Nonmigas.

Berdasarkan nilai impor penggunaan barang, pada triwulan IV tahun 2020 kenaikan
terbesar terjadi pada barang konsumsi sebesar 18,3 persen (QtQ). Sementara itu,
secara tahunan, terjadi penurunan impor pada semua jenis barang. Penurunan impor

1
Wartaekonomi (2021)

83
Perkembangan Ekonomi Indonesia

tertinggi terjadi pada impor bahan baku/penolong sebesar 16,7 persen (YoY). Impor
barang konsumsi turun 14,8 persen (YoY), impor barang modal turun 7,9 persen (YoY).
Penurunan yang tinggi pada impor ketiga jenis barang tersebut menunjukkan
tertekannya perekonomian domestik pada masa pandemi terutama pada dunia usaha
yang ditunjukkan oleh penurunan bahan baku/penolong.

Tabel 40. Nilai Impor berdasarkan Golongan Impor nonmigas didorong


Penggunaan Barang Mesin/Pesawat Mekanik serta
Share
Growth (%)
Nilai
thd
Besi dan Baja. Pada triwulan I
Uraian Q1 2021
QtQ YoY Total tahun 2021, impor nonmigas
(juta USD)
(%) golongan mesin-mesin/pesawat
Impor Total 43.382,1 14,5 25,7 100,0
Barang
mekanik memiliki peran tertinggi
4.045,5 -0,2 13,4 9,3
Konsumsi sebesar 14,5 persen terhadap total
Bahan Baku / 32.802,4 21,4 25,8 75,6 impor nonmigas. Akan tetapi, secara
Penolong
triwulanan, pertumbuhan golongan
Barang Modal 6.534,2 -4,1 33,7 15,1
ini kontraksi sebesar 5,2 persen, dan
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
meningkat secara tahunan sebesar
11,4 persen.

Dilihat dari pertumbuhannya, secara triwulanan golongan barang HS 2 digit pada 10


barang impor nonmigas utama mengalami peningkatan, dengan peningkatan
tertinggi pada golongan ampas/sisa industri makanan sebesar 37,5 persen (QtQ) dan
156,3 persen (YoY).

Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok, ASEAN, dan Jepang. Impor
nonmigas dari Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 33,3 persen (YoY).
Tiongkok masih menjadi negara terbesar asal impor nonmigas utama Indonesia
dengan share sebesar 31,5 persen. Secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi impor
Indonesia pada triwulan I tahun 2021 berasal dari Australia yakni sebesar 51,2 persen
(QtQ) dan tumbuh positif dibanding triwulan I tahun 2020 sebesar 72,2 persen (YoY).

84
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di
Barang HS 2 Digit Terbesar Beberapa Negara Mitra Dagang Utama
Nilai Growth (%)
Share thd Nilai Growth (%) Share thd
Impor Q1 2021 Impor
Kode HS: Uraian Q1 2021 Nonmigas Uraian
(juta USD) QtQ YoY (juta QtQ YoY Nonmigas
(%) USD) (%)
84 Mesin-
Tiongkok 12.038,3 8,2 33,3 31,5
mesin/Pesawat 5.558,8 -5,2 11,4 14,5
mekanik Jepang 3.134,1 22,8 5,1 8,2
72 Besi dan Baja 2.366,6 24,7 30,4 6,2 Amerika
1.910,7 0,2 8,0 5,0
23 Ampas/sisa Serikat
1.061,3 37,5 156,3 2,8
industri makanan India 1.463,9 40,8 111,5 3,8
27 Bahan bakar Australia 1.829,0 51,2 72,2 4,8
710,3 -82,5 152,1 1,9
mineral Korea
2.341,8 26,2 76,0 6,1
89 Kapal, perahu, Selatan
dan struktur 406,8 35,9 483,4 1,1 Taiwan 994,4 -0,9 2,6
4,5
terapung
ASEAN 7.156,7 17,9 11,8 18,7
54 Filamen buatan 351,4 6,2 -4,2 0,9
Singapura 2.156,0 3,2 10,1 5,6
83 Berbagai barang
197,2 5,3 13,5 0,5 Malaysia 1.437,8 8,5 17,0 3,8
logam tidak mulia
63 Barang tekstil Thailand 2.013,3 31,7 0,1 5,3
90,9 -8,3 120,5 0,2
jadi lainnya Uni Eropa 2.411,4 -11,2 7,9 6,3
95 Mainan, Jerman 697,2 -7,2 3,7 1,8
permainan, dan
90,5 -2,0 27,2 0,2 Belanda 195,4 -3,6 -42,2 0,5
keperluan olah
raga Italia 468,2 5,6 34,4 1,2
15 Lemak dan Sumber: Badan Pusat Statistik
minyak 83,9 29,8 17,2 0,2
hewan/nabati
Sumber: Badan Pusat Statistik

Kerjasama Ekonomi Internasional


Kerjasama Cross-Border and Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste

Cross-Border and Trade Cooperation Indonesia-Timor Leste merupakan kerja sama


lintas batas antara Indonesia dan Timor Leste yang dilaksanakan atas inisiasi Asian
Development Bank (ADB). Kerja sama tersebut bertujuan meningkatkan konektivitas
antar kedua negara yang dapat memberikan kontribusi pada peningkatan ekonomi
melalui perdagangan dan pariwisata dengan 3 pilar kegiatan yaitu 1) Trade and
Transport Facilitation; 2) Livestock dan 3) Tourism. Output dari kerjasama ini dirancang
untuk dapat diimplementasikan di tahun 2021, sehingga kerja sama akan berakhir di
tahun yang sama. Namun, sehubungan dengan pandemic Covid-19 dan kendala-
kendala teknis yang dihadapi, masing-masing output masih dalam proses persiapan.
Dalam perkembangannya, MoU Customs pada pilar 1 telah ditandatangani oleh Bea
cukai Timor Leste dan Bea cukai Kementerian Keuangan RI. Namun demikian, saat ini
sedang dalam proses review dari kementerian luar negeri untuk disahkan secara
formal dokumen kedua negara. Kegiatan capacity building untuk bidang Customs,

85
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Immigration, dan Quarantines (CIQs) masih dalam proses diskusi antar kedua negara.
Pada pilar 2, draft dari Joint Animal Health Surveillance Guidelines pada pilar 2 telah
diselesaikan oleh Tim dari ADB dan sedang dalam tahap review. Selanjutnya, draft
Joint Tourism Asset Mapping yang merupakan output dari Pilar 3 juga telah selesai
disusun dan sedang dalam tahap review.

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA)

Perjanjian IA-CEPA telah ditandatangani sej2019 lalu dan berlaku efektif mulai Juli
2020 denganprogram kerjasama ekonomi atau disebut sebagai Economic
Cooperation Program (ECP) IA-CEPA menjadi salah satu bagian dari kerjasama
tersebut.Kerjasama tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2021 dan berakhir pada
tahun 2025 dengan keluaran (outcomes) yang diharapkan yaitu 1) akses pasar
Indonesia dan Australia yang lebih luas (greater market access), 2) integrasi pasar yang
lebih baik antara Indonesia dan Australia (better integrated markets between Indonesia
and Australia ), dan 3) peningkatan keahlian pasar tenaga kerja (enhanced labour
market skills for Indonesian businesses and government, boosting productivity, gender
equality and social inclusion). Ketiga outcome tersebut diharapkan dapat dicapai
melalui 4 aktifitas yang menjadi fokus dalam ECP IA-CEPA yaitu: 1) IA-CEPA
Implementation, 2) Agrifood Innovation and Partnerships, 3) Powering Advanced
Manufacturing, dan 4) Co-investing in Skills and Training. Pada 19 Maret 2021, telah
dilaksanakan Economic Cooperation Committee (ECC) Meeting yang dihadiri oleh
DFAT sebagai perwakilan Australia, sedangkan Indonesia diwakili oleh Bappenas,
Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri, serta ECP Hub yang
berperan sebagai pelaksana teknis. Dalam pertemuan tersebut, terdapat beberapa
diskusi antara lain adanya penggunaan branding IACEPA ECP Katalis untuk program
kerjasama ekonomi. Selain itu, Annual Work Plan 2021 telah disepakati oleh seluruh
pihak dengan catatan agar dipastikan pada saat implementasi masih dapat dilakukan
penyesuaian dengan situasi, kondisi, dan regulasi yang ada.

Committee for Economic and Commercial Cooperation (COMCEC)

Committee for Economic and Commercial Cooperation of The Organization of The


Islamic Cooperation (COMCEC) memberi kesempatan bagi Indonesia untuk
mempererat kerjasama antara negara Islam dunia. Pada COMCEC terdapat
kemungkinan pendanaan proyek (COMCEC Project Funding) untuk pengembangan
kapasitas dan kerjasama teknis pada sektor-sektor yang menjadi Working Groups di
dalam COMCEC. Indonesia melalui Kementerian Perdagangan mengajukan proyek
pada sektor perdagangan dengan judul “Capacity Building for Metrology in the OIC
Countries”, namun proyek tersebut tidak berhasil melewati seleksi tahap akhir. Selain
itu, terdapat pendanaan lainnya pada program COMCEC COVID Response dalam
rangka mendukung upaya menghadapi pandemi Covid-19. Indonesia melalui
86
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Kementerian Pertanian mengajukan proposal proyek dengan judul “Facilitating Poor,


Vulnerable and Marginalized Groups’ Access to Food In West Java Province”. Proyek
tersebut telah lolos proses seleksi hingga tahap akhir dan akan diimplementasikan
oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2021.

Kerjasama Internasional Indonesia: IK-CEPA, Indonesia-Rusia, Indonesia-


Senegal, Indonesia-Inggris

Indonesia secara aktif terus mendorong kerjasama ekonomi dengan negara-negara


mitra di seluruh dunia. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan mutual benefits
antar kedua belah pihak dalam mendukung penguatan ekonomi. Sampai saat ini
Indonesia telah mengupayakan beberapa kerjasama ekonomi internasional, antara
lain Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA),
Kerjasama Ekonomi Indonesia-Rusia, Kerjasama Ekonomi Indonesia-Senegal, dan
Joint Economic and Trade Committee (JETCO) Indonesia-Inggris.

Indonesia-South Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement

Indonesia-South Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA)


telah ditandatangani pada Desember 2020 lalu. Diharapkan perjanjian ini dapat
memperkuat perekonomian Indonesia dengan menarik lebih banyak investor dari
Korea Selatan, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat produksi untuk memasuki
pasar regional dan global.

Dalam perdagangan barang, melalui IK-CEPA, Korea Selatan akan menghilangkan


hingga 95.54 persen pos tarif untuk produk-produk Indonesia seperti bahan baku
minyak pelumas, stearic acid, t-shirts, blockboard, buah-buahan kering, dan rumput
laut. Sementara, Indonesia akan menghilangkan 92.06% pos tarif untuk produk Korea
Selatan, seperti gear box of vehicles, ball bearings, dan paving, hearth or wall tiles,
unglazed. Dalam perdagangan jasa, Indonesia dan Korea Selatan berkomitmen untuk
meningkatkan integrasi beberapa sektor jasa, yang mencakup sektor konstruksi, pos
dan kurir, franchising, hingga jasa terkait alat elektronik komputer. Selain itu, kedua
negara berkomitmen untuk memfasilitasi pergerakan Intra-Corporate Transferees
(ICTs), Business Visitors (BVs), dan Independent Professionals (IPs).2

Apabila melihat perkembangan hubungan perdagangan antara Korea Selatan dan


Indonesia, Korea Selatan merupakan salah satu rekan perdagangan penting untuk
Indonesia. Pada tahun 2020, kontribusi ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar
3.98 persen dari total ekspor keseluruhan, sementara kontribusi impor Indonesia dari
Korea Selatan mencapai 4.84 persen dari total impor keseluruhan. Pada tahun 2020,

2
Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan. Indonesia-
Korea CEPA: Tonggak Baru Hubungan Ekonomi Bilateral Kedua Negara. (Diakses pada 23 Mei 2021)

87
Perkembangan Ekonomi Indonesia

produk unggulan ekspor Indonesia ke Korea Selatan adalah 1) Bahan bakar mineral,
minyak mineral dan produk sulingannya; zat mengandung bitumen; malam mineral;
2) Besi dan baja; 3) Kayu dan barang dari kayu; arang kayu; 4) Mesin dan perlengkapan
elektris serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi,
dan bagian serta aksesori dari barang tersebut; dan 5) Bijih, terak dan abu. Produk
unggulan impor Indonesia dari Korea Selatan adalah 1) Mesin dan perlengkapan
elektris serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi,
dan bagian serta aksesori dari barang tersebut; 2) Reaktor nuklilr, ketel, mesin dan
peralatan mekanis; bagian daripadanya; 3) Mesin dan perlengkapan elektris serta
bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi, dan bagian
serta aksesori dari barang tersebut; 4) Besi dan baja; dan 5) Bahan bakar mineral,
minyak mineral dan produk sulingannya; zat mengandung bitumen; malam mineral.

Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020
Ekspor Impor
Nilai Nilai
Produk Produk
(ribu USD) (ribu USD)
Bahan bakar mineral, 1.945.159 Mesin dan perlengkapan 900.779
minyak mineral dan produk elektris serta bagiannya;
sulingannya; zat perekam dan pereproduksi
mengandung bitumen; suara/gambar dan suara
malam mineral televisi, dan bagian serta
aksesori dari barang tersebut
Besi dan baja 555.670 Reaktor nuklilr, ketel, mesin dan 900.088
peralaan mekanis; bagian
daripadanya
Kayu dan barang dari kayu; 383.163 Besi dan baja 663.511
arang kayu

Mesin dan perlengkapan 370.844 Plastik dan barang daripadanya 642.857


elektris serta bagiannya;
perekam dan pereproduksi
suara/gambar dan suara
televisi, dan bagian serta
aksesori dari barang
tersebut
Bijih, terak dan abu 300.653 Bahan bakar mineral, minyak 431.931
mineral dan produk
sulingannya; zat mengandung
bitumen; malam mineral
Sumber: ITC Trademap

88
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Perjanjian IK-CEPA diharapkan tidak hanya Tabel 44. Perkembangan Investasi


meningkatkan ekpor, melainkan juga Korea Selatan di Indonesia
investasi Korea Selatan di Indonesia, Tahun Proyek Investasi (ribu USD)
sehingga dapat membawa kemajuan
perekonomian bagi Indonesia. Meskipun 2016 2.996 1.065.803,7
tren investasi Korea Selatan sempat 2017 3.274 2.024.621,0

menurun hingga mencapai titik terendah 2018 2.412 1.604.718,8


2019 2.191 638.597,3
di tahun 2019, pada tahun 2020 investasi
2020 3.930 1.142.414,3
kembali mengalami peningkatan. Pada
tahun 2020, realisasi investasi dari Korea Sumber: Kementerian Investasi/BKPM
Selatan mencapai US$ 1,14 miliar dengan sektor utama investasi adalah Industri
Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain, diikuti dengan sektor Listrik, Gas dan
Air dan Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya.

Tabel 45. Perjanjian Internasional Indonesia-Korea Selatan


Tanggal & Tempat
No. Perjanjian Internasional Tanggal Berlaku Durasi
Penandatangan
1 Memorandum of Understanding Jakarta - Kamis, 28 28 Januari 2021 6 tahun
between the Indonesian Food and Drug Januari 2021
Authority of the Republic of Indonesia
and the Ministry of Food and Drug
Safety of the Republic of Korea
concerning the Safety and Quality of
Food and Pharmaceutical Products
2 Memorandum of Understanding Jakarta - Selasa, 15 15 Desember 2020 3 tahun
between the Ministry of Environment of Desember 2020
the Republic of Korea and the Ministry
of Public Works and Housing of the
Republic of Indonesia on Advanced
Hydrologic Measurement in Indonesia
3 Plan of Action for the Implementation Sejong - Jumat, 23 23 Oktober 2020 Sampai
of the Memorandum of Understanding Oktober 2020 selesainya
on Cooperation between the Cabinet Rencana Aksi
Secretariat of the Republic of Indonesia ini
and the Ministry of Government
Legislation of the Republic of Korea for
the Period of 2020-2021
4 Letter of Arrangement between the Daejeon - Rabu, 09 09 September 2020 Sampai 31
Ministry of Environment and Forestry of September 2020 Desember
the Republic of Indonesia and the Korea 2022
Forest Service of the Republic of Korea
on Restoration of Burnt Peatland in
Jambi
5 Implementing Arrangement between Bandung - Rabu, 19 19 Agustus 2020 3 tahun 6
the Coordinating Ministry for Faritime Agustus 2020 bulan
Affairs and Investment of the Republic
of Indonesia (CMMAI) and the Korea
Institute of Ocean Science and
Technology (KIOST) on behalf of
Ministry of Oceans and Fisheries of the
Republic of Korea (MOF) and the

89
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tanggal & Tempat


No. Perjanjian Internasional Tanggal Berlaku Durasi
Penandatangan
Institute of Technology, Bandung (ITB)
and the Korea-Indonesia Marine
Technology Cooperation Research
Center (MTCRC) on Official
Development Assistance (ODA) Project
entitled "Ocean and Coastal Basic
Survey and Capacity Enhancement in
Cirebon, Indonesia"
6 Memorandum of Understanding Jakarta - Jumat, 08 08 Mei 2020 3 tahun
between Directorate General of Metal, Mei 2020
Machinery, Transportation Equipment,
and Electronics Industry of Ministry of
Industry of the Republic of Indonesia
and Korea Institute for Advancement of
Technology of the Republic of Korea on
the Project of Machine Tools Industry
Development Center in Indonesia
7 Agreement between the Government of Busan - Senin, 25 12 February 2020 Jangka
the Republic of Indonesia and the November 2019 waktu tidak
Government of the Republic of Korea terbatas
on Visa Exemptions for Holders of
Diplomatic and Official or Service
Passports
8 Arrangement between the Directorate Korea Selatan - 06 Februari 2020 Sampai
General of Customs and Excise of the Kamis, 06 Februari diakhiri oleh
Republic of Indonesia and the Korea 2020 salah satu
Customs Service of the Republic of Pihak
Korea regarding Mutual Recognition of
the Respective Authorized Economic
Operator Programs
9 Memorandum of Understanding Busan - Senin, 25 25 November 2019 3 tahun
between the Ministry of Public Works November 2019
and Housing of the Republic of
Indonesia and the Ministry of Land,
Infrastructure and Transport of the
Republic of Korea concerning Technical
Cooperation on Capital City Relocation
and Development
10 Joint Declaration by the Republic of Busan - Senin, 25 25 November 2019 Tidak ada
Indonesia and the Republic of Korea on November 2019 masa berlaku
the Conclusion of the Negotiations for yang
the Indonesia-Korea Comprehensive ditentukan
Economic Partnership Agreement
Sumber: Kementerian Luar Negeri

Kerjasama Ekonomi Indonesia-Rusia

Rusia merupakan salah satu mitra dagang dan sumber investasi terbesar Indonesia.
Pada tahun 2020 Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan Rusia
sebesar USD 16 juta, dengan total volume perdagangan sebesar USD 1,93 milyar.

90
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sedangkan, nilai investasi langsung Rusia pada tahun 2020 tercatat sebesar USD 4,6
juta dengan 202 proyek dimana sebagian besar berada di sektor industri kimia dan
farmasi. Dalam rangka meningkatkan hubungan antara kedua negara, Indonesia dan
Rusia, dalam Forum Konsultasi Bilateral Indonesia-Rusia pada 3 Maret 2021, sepakat
menghilangkan hambatan perdagangan untuk memenuhi target volume
perdagangan sebesar USD 5 milyar. Kedua negara juga mengidentifikasi potensi
kerjasama di bidang pariwisata, kesehatan dan pendidikan. Rusia berencana investasi
pada sektor perminyakan, perkebunan dan teknologi tinggi. Dilain pihak, Rusia juga
akan mendukung percepatan pembentukan FTA Indonesia-Eurasian Economic Union
(EAEU) yang sudah digulirkan sejak tahun 2019.

Kerjasama Ekonomi Indonesia-Senegal

Pada 4 Maret 2021, Dubes RI Dakar telah bertemu dengan Presiden Senegal, Makcy
Sall untuk menyerahkan letter of credentials. Pada kesempatan tersebut kedua belah
pihak membahas beberapa isu, antara lain peningkatan kerjasama ekonomi, rencana
kedatangan pesawat CN-235 pesanan Senegal yang ketiga pada akhir bulan Maret
2021, dan peningkatan kerjasama bilateral di bidang infrastruktur, edukasi, dan kerja
sama teknik. Perdagangan bilateral kedua negara juga menunjukkan kenaikan yang
signifikan, yaitu mencapai 40 persen pada tahun 2020.

Joint Economic and Trade Committee (JETCO) Indonesia-Inggris

Indonesia dan Inggris telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU)


Pembentukan Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama (KEPB) atau Joint Economic
and Trade Committee (JETCO) pada 26 April 2021. Pembentukan JETCO merupakan
hasil rekomendasi Joint Trade Review (JTR) Indonesia-Inggris yang telah dimulai pada
Desember 2019. JETCO merupakan forum dialog tahunan tingkat Menteri yang akan
membahas isu-isu penting bilateral kedua negara sekaligus memastikan agar hasil
JTR dapat ditindaklanjuti. Kedua pihak telah mengidentifikasi sembilan sektor
potensial berikut hambatan dan peluang kerja samanya, yaitu pendidikan, makanan
dan minuman serta produk pertanian, teknologi, obat-obatan dan pelayan kesehatan,
infrastruktur dan transportasi, kayu dan produk kayu, energi terbarukan, jasa
keuangan dan profesional, serta ekonomi kreatif. Total perdagangan Indonesia-
Inggris pada 2020 sebesar USD 2,2 miliar. Produk ekspor utama Indonesia ke Inggris
adalah alas kaki dengan sol luar karet, plastik, kulit, minyak sawit, kopi. Produk kopi,
teh, dan kakao Indonesia memiliki potensi ekspor yang besar di tengah kondisi pasca-
Brexit dan pandemi Covid-19, akan tetapi masih menghadapi beberapa tantangan
antara lain belum maksimalnya inovasi serta ketatnya persyaratan keamanan pangan
(food safety), kontaminan makanan (food contaminants), serta pelabelan dan
pengemasan (labeling and packaging).

91
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia

Tabel 46. Perkembangan Perjanjian Internasional Indonesia


No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun
1 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect 1993
2 ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Signed and In Effect 2010
Agreement
3 ASEAN-Canada FTA Proposed/Under 2017
consultation and study
4 ASEAN-EU Free Trade Agreement Proposed/Under 2015
consultation and study
5 ASEAN-Eurasian Economic Union Free Trade Proposed/Under 2016
Agreement consultation and study
6 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019
7 ASEAN-India Comprehensive Economic Signed and In Effect 2010
Cooperation Agreement
8 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Signed and In Effect 2008
Partnership
9 ASEAN-Pakistan Free Trade Agreement Proposed/Under 2009
consultation and study
10 ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Signed and In Effect 2005
Economic Cooperation Agreement
11 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Signed and In Effect 2007
Economic Cooperation Agreement
12 Indonesia - Australia Comprehensive Economic Signed and In Effect 2020
Partnership Agreement
13 Comprehensive Economic Partnership for East Asia Proposed/Under 2005
(CEPEA/ASEAN+6) consultation and study
14 East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Proposed/Under 2004
consultation and study
15 Free Trade Area of the Asia Pacific Proposed/Under 2014
consultation and study
16 India-Indonesia Comprehensive Economic Negotiations launched 2011
Cooperation Arrangement
17 Indonesia-Chile Free Trade Agreement Signed and In Effect 2019

18 Indonesia-Colombia Free Trade Agreement Proposed/Under 2019


consultation and study
19 Indonesia-Eurasian Economic Union Proposed/Under 2016
consultation and study
20 Indonesia-European Free Trade Association Free Signed but not yet In Effect 2018
Trade Agreement
21 Indonesia-European Union Comprehensive Negotiations launched 2016
Economic Partnership Agreement
22 Indonesia-Gulf Cooperation Council Free Trade Proposed/Under 2018
Agreement consultation and study
23 Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement Signed and In Effect 2008

24 Indonesia-Kenya Free Trade Agreement Proposed/Under 2018


consultation and study

92
Perkembangan Ekonomi Indonesia

No Perjanjian / Kerjasama Status Tahun


25 Indonesia-Morocco Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2019
26 Indonesia-Mozambique Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2019

27 Indonesia-Nigeria Preferential Trade Agreement Proposed/Under 2017


consultation and study
28 Indonesia-Pakistan Free Trade Agreement Signed and In Effect 2013
29 Indonesia-Peru FTA Proposed/Under 2014
consultation and study
30 Indonesia-Republic of Korea Free Trade Agreement Signed but not yet In Effect 2020
31 Indonesia-South Africa Free Trade Agreement Proposed/Under 2018
consultation and study
32 Indonesia-Sri Lanka Free Trade Agreement Proposed/Under 2018
consultation and study
33 Indonesia-Taipei,China FTA Proposed/Under 2011
consultation and study
34 Indonesia-Tunisia Preferential Trade Agreement Negotiations launched 2018
35 Indonesia-Turkey FTA Negotiations launched 2017
36 Indonesia-Ukraine Free Trade Agreement Proposed/Under 2016
consultation and study
37 Indonesia-United States Free Trade Agreement Proposed/Under 1997
consultation and study
38 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Signed and In Effect 2011
Developing Countries
39 Regional Comprehensive Economic Partnership Signed but not yet In Effect 2020
40 Trade Preferential System of the Organization of Signed but not yet In Effect 2014
the Islamic Conference
41 Indonesia-United Arab Emirates Comprehensive Proposed/Under 2021
Economic Partnership Agreement consultation and study
Sumber: Asia Regional Integration Center

Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Mitra Free Trade Agreement (FTA)

Indonesia memiliki perjanjian perdagangan bebas kawasan: kawasan Asia Timur,


Kawasan Asia Tenggara, kawasan Asia Selatan, kawasan Amerika Selatan, kawasan
Eropa, kawasan Oceania, kawasan Afrika, dan kawasan Timur Tengah. Berdasarkan
kawasan, kinerja perdagangan Indonesia didominasi pada kawasan Asia Timur dan
kawasan Asia Tenggara. Ekspor Indonesia ke negara mitra FTA di kawasan Asia Timur
pada triwulan I Tahun 2021 mencapai 33,65 persen dari total ekspor Indonesia ke
dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor 42,3 persen dari total impor
Indonesia dari negara-negara tersebut. Selanjutnya, negara-negara mitra FTA di
kawasan Asia Tenggara pada Triwulan I Tahun 2021 berkontribusi terhadap 22,51
persen dari total ekspor Indonesia, dan 21,28 persen dari impor Indonesia.

93
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Tabel 47. Kinerja Perdagangan Indonesia dengan Negara Mitra FTA


Q1-2020 Q1-2021
Kawasan / Negara Ekspor Impor Ekspor Impor
(juta USD)
Indonesia terhadap Dunia 41.760,9 39.169,0 48.904,3 43.382,4
KAWASAN ASIA TIMUR
Jepang 3.720,7 3.611,6 4.113,1 3.141,9
Korea Selatan 1.752,7 1.973,5 1.767,1 2.375,1
Tiongkok 6.374,7 9.086,7 10.208,5 12.210,6
Hong Kong 708,9 762,2 367,7 623,4
Share terhadap total 30,07% 39,40% 33,65% 42,30%
KAWASAN ASIA TENGGARA
Thailand 1.539,7 2.267,9 1.851,0 2.031,4
Singapura 3.438,2 3.800,2 2.584,1 3.549,2
Filipina 1.551,3 183,2 1.883,2 335,9
Malaysia 2.016,6 1.901,4 2.693,1 2.081,0
Myanmar 267,9 62,0 261,5 51,9
Kamboja 169,7 15,9 152,0 12,5
Brunei Darussalam 29,8 42,6 46,6 39,4
Laos 1,7 15,9 1,9 8,4
Vietnam 1.194,9 957,7 1.536,6 1.122,8
Share terhadap total 24,45% 23,61% 22,51% 21,28%
KAWASAN ASIA SELATAN
India 2.959,4 971,1 2.870,5 1.693,2
Pakistan 525,2 67,6 781,4 80,4
Bangladesh 619,0 30,1 708,9 27,8
Share terhadap total 9,83% 2,73% 8,92% 4,15%
KAWASAN AMERIKA SELATAN
Chili 29,2 22,0 53,9 30,6
Share terhadap total 0,07% 0,06% 0,11% 0,07%
KAWASAN EROPA
Turki 294,4 80,0 306,5 76,1
Share terhadap total 0,70% 0,20% 0,63% 0,18%
KAWASAN AFRIKA
Mesir 282,2 43,7 383,3 60,5
Nigeria 95,2 578,7 99,1 324,5
Share terhadap total 0,90% 1,59% 0,99% 0,89%
KAWASAN OCEANIA
Australia 511,6 1.412,0 802,3 2.057,2
Selandia Baru 128,2 185,2 152,4 214,7
Share terhadap total 1,53% 4,08% 1,95% 5,24%
KAWASAN TIMUR TENGAH
Iran 128,2 185,2 152,4 214,7
Share terhadap total 0,31% 0,47% 0,31% 0,50%
Sumber: Kementerian Perdagangan

94
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Sedangkan, berdasarkan FTA yang dimiliki Indonesia, kontribusi terbesar dalam


perkembangan perdagangan Indonesia melibatkan negara ASEAN, yang
berkontribusi lebih dari 10 persen total ekspor dan impor Indonesia. FTA dengan
kontribusi terbesar pada tahun 2020 adalah ASEAN-People’s Republic of China
Comprehensive Economic Cooperation Agreement. Ekspor Indonesia yang dilakukan
dengan memanfaatkan perjanjian tersebut pada tahun 2020 mencapai 27,78 persen
dari total ekspor Indonesia ke dunia. Pada saat yang sama, Indonesia juga mengimpor
28,07 persen dari total impor Indonesia melalui perjanjian tersebut.

Tabel 48. Kontribusi Nilai Perdagangan Indonesia


terhadap Total Perdagangan Indonesia dengan Dunia berdasarkan FTA
2019 2020

FTA Ekspor Impor Ekspor Impor

(persen)
ASEAN FTA 12,63 11,18 14,41 12,09
ASEAN-Australia and New Zealand 13,42 13,11 15,66 15,06
FTA
ASEAN-Hong Kong, China FTA 13,51 12,10 14,89 12,90
ASEAN-India CECA 16,29 12,35 18,17 14,30
ASEAN-Japan CEP 17,23 15,54 19,80 16,20
ASEAN-People’s Republic of China 20,51 22,16 27,78 28,07
CECA
ASEAN-Republic of Korea CECA 14,80 13,56 16,73 15,20
Indonesia-Australia CEPA 1,23 3,60 1,64 4,74
Indonesia-Chile FTA 0,04 0,03 0,07 0,04
Indonesia-Japan EPA 4,60 4,37 5,38 4,11
Indonesia-Pakistan FTA 0,65 0,08 1,02 0,11
Preferential Tariff Arrangement- 4,78 3,28 6,54 3,48
Group of Eight Developing Countries
Sumber: Kementerian Perdagangan

95
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Box2: Perang Dagang Australia-Tiongkok

Tiongkok dan Australia memiliki hubungan bilateral yang erat. Dalam daftar mitra
dagang utama Australia, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor utama yang
menduduki posisi pertama dengan total nilai perdagangan sebesar USD 90,5 miliar
(35,6 persen dari total ekspor Australia pada tahun 2020), dengan ekspor utama
adalah bijih, terak dan abu, bahan bakar mineral, dan daging. Sebaliknya, Australia
menempati posisi ke-13 tujuan ekspor Tiongkok, dengan total nilai perdagangan
sebesar USD 53,5 miliar (2,1 persen)3. Ini menunjukkan hubungan bilateral kedua
negara dalam sektor perdagangan merupakan hubungan yang sangat penting bagi
Australia dan juga Tiongkok. Hubungan erat Australia dengan Tiongkok juga
ditunjukkan melalui investasi asing di mana Tiongkok menempati urutan ke-9 sebagai
investor terbesar di Australia, dengan total 3 persen dari seluruh investasi asing di
Australia dengan investasi Tiongkok di Australia terutama pada sektor infrastruktur.

Namun demikian, hubungan Australia-Tiongkok mengalami perubahan yang


disebabkan oleh pandemi Covid-19. Sebagaimana negara lain di dunia, pandemi
Coovid-19 memberi tekanan terhadap perekonomian Australia yang terkontraksi
sebesar 2,4 persen pada tahun 20204. Dalam kondisi perekonomian yang memburuk,
PM Australia Scott Morrison menentang Tiongkok dan menyerukan untuk
dilakukannya investigasi terkait asal-usul virus korona. Australia juga mendesak
negara-negara sekutunya untuk mendukung perombakan World Health Organization
(WHO) dan merekrut penyelidik independen untuk memverifikasi sumber wabah
penyakit utama. Sikap politik Australia inilah yang menjadi awal perseteruan antara
Australia dan Tiongkok, yang direspons oleh Tiongkok dengan membatasi bahkan
melanggar Free Trade Agreement antar kedua negara. Hal tersebut merupakan sikap
protes Tiongkok terhadap sikap Australia yang seakan menuduh virus Covid-19
berasal dari Tiongkok.

Tiongkok secara tidak langsung mengumumkan perang dagang dengan Australia


dengan menerapkan beberapa kebijakan perdagangan terhadap Australia. Tiongkok
memblokir ekspor kayu dari dua negara bagian di Australia, yaitu Australia Selatan
dan Tasmania, dimana sebelumnya Tiongkok juga memblokir kayu dari Queensland
dan Victoria. Lebih lanjut, komoditas ekspor utama Australia seperti batu bara, barley,
biji tembaga, gula, wine, dan lobster juga dilarang untuk masuk ke Tiongkok. Pada
bulan Mei 2020, Tiongkok menerapkan tarif besar terhadap Australia sebesar 80
persen untuk impor selai Australia. Beijing mengklaim tarif tersebut adalah hasil dari
tindakan anti-dumping dan anti-subsidi. Selanjutnya, Tiongkok melarang empat
rumah pemotongan hewan di Australia, tiga di Queensland dan satu di New South

3
Trade Map. Share in China’s export 2020. (Diakses pada 21 Mei 2021)
4
IMF Website. Real GDP growth Annual percent change. (Diakses pada 21 Mei 2021)
96
Perkembangan Ekonomi Indonesia

Wales, untuk menjual produksi daging sapinya ke Tiongkok. Pada bulan November
2020, berton-ton lobster hidup dibiarkan terlantar di Shanghai, dikarenakan Bea
Cukai Tiongkok menuduh lobster tersebut mungkin terkontaminasi Covid-19. Di
bulan yang sama, Beijing juga mengumumkan akan memberlakukan tarif hingga 200
persen pada semua impor wine Australia.

Australia melakukan beberapa perlawanan terhadap sikap Tiongkok. Memudarnya


hubungan bilateral kedua negara mendorong Australia untuk mencari kemitraan baru
dipasar global. Selain itu, Australia merespons tindakan Tiongkok dengan
membatalkan partisipasi Australia dalam Belt and Road Initiative yang digagas oleh
Tiongkok. Institut Konfusius yang didanai Tiongkok kemungkinan menghadapi
penutupan di bawah undang-undang veto baru. Namun, kembali Tiongkok memberi
tekanan kepada Australia dengan ancaman penghentian ekspor barang dan bahan
kimia ke Australia, termasuk yang diperlukan untuk memproduksi aluminium.

97
Perkembangan Ekonomi Indonesia

98
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

BAB III
PROYEKSI
PERTUMBUHAN EKONOMI
3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
Perekonomian global diproyeksi pulih
Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan
Beberapa Negara pada tahun 2021 dan berlanjut pada
Kawasan 2021 2022 tahun berikutnya. International
Negara Maju Monetary Foundation (IMF) merilis
Amerika Serikat 6,4 3,5
Kawasan Eropa 4,4 3,8 proyeksi terbaru pada bulan April 2021.
Jerman 3,6 3,4 Perekonomian global pada tahun 2021
Inggris 5,3 5,1 secara keseluruhan diestimasi tumbuh 6,0
Jepang 3,3 2,5
Negara Berkembang persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi
Tiongkok 8,4 5,6 sebelumnya. Proyeksi yang lebih tinggi
India 12,5 6,9 didasarkan pada pemberian stimulus fiskal
ASEAN-5 4,9 6,1
Amerika Latin dan Karibia
di negara-negara besar dan pemulihan
Brazil 3,7 2,6 pada paruh kedua 2021 seiring dengan
Sub Sahara Afrika 3,4 4,0 berjalannya program vaksin. Pada tahun
Afrika Selatan 3,1 2,0
Global 6,0 4,4
2022, pertumbuhan diestimasi melambat
Sumber: IMF, World Economic Outlook, menjadi 4,4 persen.
April 2021
Kecepatan pemulihan ekonomi ke
depannya bergantung pada perkembangan kondisi kesehatan dunia, terutama
efektivitas vaksin terhadap mutasi virus Covid-19 baru. Selain itu juga dipengaruhi
oleh efektivitas kebijakan yang diterapkan di berbagai negara, kondisi keuangan serta
harga komoditas dunia, serta kapasitas penyesuaian ekonomi. Ketika vaksinasi telah
terbukti efektif membentuk herd immunity dan sistem kesehatan telah kembali ke
level pra pandemi, maka pembatasan dapat dibuka sepenuhnya.

Pemulihan ekonomi berjalan bervariasi antar negara. Pada triwulan I tahun 2021,
beberapa negara telah menunjukkan pertumbuhan positif sementara sebagian
lainnya masih terkontraksi. Perekonomian negara maju diproyeksi tumbuh 5,1 persen
pada 2021. Sementara ekonomi negara tumbuh lebih tinggi yakni 6,7 persen yang
ditopang oleh negara-negara dengan ekonomi besar seperti Tiongkok dan India.

Perekonomian Amerika Serikat diproyeksi tumbuh 6,4 persen pada tahun 2021.
Pemulihan ekonomi didorong oleh pemberian stimulus fiskal yang dilanjutkan pada

99
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

tahun 2021 dan program vaksinasi yang semakin meluas. Sementara, untuk
pertumbuhan tahun 2022 diproyeksi melambat menjadi 3,5 persen.

Jepang juga diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 3,3 persen pada tahun 2021
dan 2,5 persen pada tahun 2022. Perekonomian Jepang diestimasi pulih menyamai
level akhir 2019 pada paruh kedua tahun 2021. Selain itu, diharapkan pemulihan juga
didorong oleh penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang diselenggarakan pada
triwulan ketiga tahun 2021.

Sementara itu kawasan Eropa diproyeksi pulih meskipun masih berada di bawah level
pra pandemi hingga tahun 2022. Kawasan Eropa diproyeksi tumbuh sebesar 4,4
persen pada tahun 2021 dan 3,8 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi
Jerman, Prancis, dan Italia pada tahun 2021 diproyeksi masing-masing sebesar 3,6;
5,8; dan 4,2 persen.

Ekonomi Tiongkok pada tahun 2021 diproyeksi rebound menjadi 8,4 persen sejalan
dengan pulihnya aktivitas berbagai sektor. Selain itu, juga didorong oleh persebaran
virus Covid-19 setempat yang relatif terkendali dibandingkan negara lain. Hal serupa
terjadi pada India yang pertumbuhannya pada tahun 2021 diproyeksi mencapai 12,5
persen. Namun, proyeksi tersebut belum memperhitungkan peningkatan tinggi
pasien Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini.

Sementara itu, proyeksi pertumbuhan untuk ASEAN-5 direvisi turun 0,3 persen poin
menjadi 4,9 persen pada tahun 2021. Kondisi tersebut disebabkan tingginya kasus
Covid-19 pada negara besar seperti Indonesia dan Malaysia. Penanganan pandemi
yang masih belum stabil dinegara-negara ASEAN-5 menjadi penyebab utama
ketiidakpastian pemulihan ekonomi wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, proyeksi IMF mengindikasikan pemulihan ekonomi bergantung


pada efektivitas vaksin terhadap strain baru serta efektivitas kebijakan fiskal maupun
moneter yang ditempuh setiap negara. Sementara, gelombang virus baru yang
merebak menjadi sumber ketidakpastian utama sejalan dengan pembatasan yang
akan kembali dilakukan.

Harga komoditas secara umum diproyeksi meningkat sejalan dengan


pemulihan ekonomi. Baik harga komoditas energi, pertanian, maupun logam
diproyeksi menguat. Pada tahun 2021, harga minyak mentah diprediksi kembali
menguat sejalan dengan pemulihan ekonomi di berbagai negara dan meningkatnya
permintaan. Namun, beberapa komoditas pertanian seperti udang dan daging sapi
diproyeksi sedikit menurun.

Permintaan minyak mentah diproyeksi menguat pada tahun 2021 sejalan dengan
pemulihan ekonomi dan penerima vaksinasi yang semakin meluas. Permintaan
100
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

minyak mentah akan kembali pada level pra pandemi pada tahun 2023. Harga rata-
rata minyak mentah diperkirakan sebesar USD56 per barel pada tahun 2021, lebih
tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Hal tersebut mencerminkan produksi
OPEC+ yang lebih rendah dari perkiraan pasar.

Tabel 50. Proyeksi Harga Komoditas Peningkatan permintaan juga


Global diproyeksikan terjadi pada komoditas gas
Komoditas Unit 2021 2022 alam dan batu bara terutama permintaan
Energi
dari Asia. Namun, pertumbuhan pasokan
Batu Bara USD/mt 78,0 76,1
diproyeksi berada dalam tingkat sedang.
Minyak USD/bbl 56,0 60,0
Mentah
Harga gas alam diproyeksi menguat pada
2021 dengan peningkatan tertinggi pada
Gas Alam, USD/mmbtu 5,5 5,6
Eropa harga produk Eropa. Produksi gas alam di
Non Energi Amerika Serikat diprediksi stagnan,
Minyak USD/mt 975 983 sementara di negara lain diproyeksi
Kelapa
Sawit meningkat sejalan dengan relaksasi
Karet USD/kg 2,25 2,25
pembatasan aktivitas. Harga gas alam
Tembaga USD/mt 8.500 7.500 diproyeksi bergerak stabil hingga tahun
Emas USD/toz 1.700 1.600 2022. Sementara itu, harga batu bara
Sumber: World Bank, Commodity Markets diproyeksi meningkat hingga 30 persen.
Outlook, April 2021
Harga komoditas pertanian diproyeksi
semakin menguat sejalan dengan turunnya risiko yang mengancam produksi
pertanian seperti fenomena La Nina. Peningkatan harga komoditas pertanian juga
terpengaruh pada peningkatan harga energi dan pupuk yang meningkatkan biaya
produksi. Namun, penguatan harga komoditas pertanian diproyeksi tertahan oleh
penguatan nilai tukar dolar AS.

Harga kapas diproyeksi meningkat pada tahun 2021, didorong oleh peningkatan
permintaan global terutama dari Tiongkok dan India sejalan dengan rebound aktivitas
produksi tekstil di kedua negara. Peningkatan herga kapas juga didorong oleh
pasokan yang lebih rendah. Produksi global diproyeksikan turun 8 persen terutama
di Amerika Serikat, India, dan Pakistan disebabkan oleh turunnya penanaman. Harga
kapas diproyeksi naik 23 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan permintaan juga terjadi pada komoditas karet sejalan dengan aktivitas
manufaktur penghasil ban kembali berjalan. Di sisi lain, pertumbuhan pasokan masih
tertahan oleh ketersediaan pekerja di beberapa negara akibat pembatasan
perbatasan. Kondisi tersebut akan mendorong harga karet naik 30 persen lebih tinggi
pada tahun 2021.

Komoditas logam industri diproyeksi meningkat 30 persen pada tahun 2021.


Peningkatan harga logam industri telah dimulai sejak triwulan I tahun 2021. Harga

101
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

nikel diproyeksi meningkat 20 persen menjadi USD16.500 per metrik ton pada tahun
2021. Pada tahun 2022 diproyeksi turun menjadi USD16.500 per metrik ton. Harga
nikel diproyeksi akan terus meningkat hingga ada produksi baru.

Selain nikel, harga timah juga diproyeksi naik 46 persen dibandingkan tahun 2020
menjadi USD25.000 per metrik ton. Namun, peningkatan harga akan mereda seiring
dengan peningkatan produksi. Prospek permintaan timah dinilai cukup baik dengan
kegunaan yang cukup luas pada semikonduktor, photovoltaics, otomotif, dan baterai
litium-ion.

Harga bijih besi yang diproyeksi meningkat 24 persen menjadi USD135 per dmt
sejalan dengan peningkatan permintaan terutama dari Tiongkok sebagai bahan baku
produksi baja. Peningkatan atau turunnya impor bijih besi oleh Tiongkok sangat
berpengaruh bagi eksportir.

Perkembangan harga komoditas emas diprediksi turun 4,0 persen pada 2021 menjadi
USD1.700 per troy ons. Melemahnya harga emas dipengaruhi oleh pemulihan
ekonomi global yang menyebabkan permintaan pada komoditas emas menurun.
Selain itu, produksi hasil pertambangan juga mengalami rebound dan berlanjut
hingga tahun 2022. Pada tahun 2022 harga emas diproyeksi melanjutkan penurunan.

3.2 Proyeksi Perekonomian Indonesia


Perekonomian Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan mengalami pemulihan,
didorong pemulihan aktivitas global dan domestik. Ekonomi Indonesia
diharapkan akan pulih pada tahun 2021, diperkirakan tumbuh sebesar 4,8 persen
dengan kisaran 4,5 – 5,3 persen. Target ini lebih tinggi dari proyeksi pertumbuhan
konsensus ekonom market maupun lembaga internasional seperti IMF, World Bank,
OECD, dan ADB. Optimisme pemulihan ekonomi berasal dari pemulihan investasi
yang signifikan, tetapi untuk mencapai
Tabel 51. Konsensus Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia batas atas kisaran outlook
Lembaga 2021 pertumbuhan 2021, perlu dorongan
IMF1) 4,3 pemulihan konsumsi yang lebih cepat.
World Bank2) 4,4
OECD 3)
4,0 Meski demikian, target pemulihan
ADB 4)
4,5 tersebut berpotensi mengalami
Bloomberg5) 4,5 penurunan seiring dengan masih
Bappenas6) 4,5 - 5,0
Sumber: 1)World Economic Outlook April 2021
besarnya downside risk yang dihadapi,
2)World Bank East Asia and Pacific Economic terutama berasal dari potensi
Update April 2021 3)OECD Economic Outlook peningkatan kasus Covid-19 yang
Maret 2021 4)Asian Development Outlook menghambat pemulihan ekonomi
April 2021 5)Indonesia Economic Forecast Mei
global dan domestik, perlambatan
2021 6)Outlook Mei 2021
proses vaksinasi, tertahannya
102
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

akselerasi belanja pemerintah, serta permanent scar yang dirasakan oleh tenaga kerja
dan perusahaan.

Tabel 52. PDB Berdasarkan Pengeluaran Dari sisi pengeluaran, investasi


Komponen Full
Q1 Q2 Q3 Q4 memegang peranan penting
Pengeluaran Year
Konsumsi RT -2,2 6,3 5,6 5,5 3,7
dalam pemulihan ekonomi karena
Konsumsi mampu menciptakan lapangan
-4,5 3,9 3,7 4,4 1,9
LNPRT pekerjaan dan meningkatkan
Konsumsi kapasitas produktif ekonomi.
3,0 9,4 1,9 5,0 4,8
Pemerintah
Pengimplementasian reformasi
PMTB/Investasi -0,2 9,2 8,0 8,0 6,2
Ekspor 6,7 18,2 12,6 9,4 11,5 struktural seperti UU Cipta Kerja
Impor 5,3 18,5 19,5 10,1 12,9 diharapkan dapat memberikan
PDB -0,7 7,2 6,7 6,0 4,8 dorongan pada peningkatan
Sumber: BPS (2021), Outlook Bappenas investasi. Selain itu, alokasi
(Mei 2021) belanja modal pemerintah yang
meningkat seiring dengan berlanjutnya proyek infrastruktur akan membantu
peningkatan investasi.

Keberhasilan pengendalian Covid-19 dan kebijakan penanganannya akan menjadi


kunci peningkatan keyakinan masyarakat serta dunia usaha yang kemudian dapat
meningkatkan tidak hanya konsumsi, tetapi juga investasi. Pemulihan keyakinan
masyarakat juga bergantung pada proses vaksinasi. Apabila gelombang kedua
peningkatan kasus Covid-19 dapat dicegah dan proses vaksinasi berjalan lebih cepat,
maka akselerasi konsumsi dapat berjalan lebih cepat.

Keberlanjutan stimulus fiskal dan moneter juga menjadi kunci dalam mendukung
proses pemulihan yang lebih stabil. Dari sisi fiskal, defisit fiskal akan dipertahankan di
atas tiga persen terhadap PDB hingga tahun 2022. Perluasan stimulus PEN dan
program vaksinasi diperkirakan akan mendorong tingginya konsumsi pemerintah
pada tahun 2021. Selain itu, akselerasi belanja pemerintah juga perlu dilakukan,
terutama di daerah, dengan fokus untuk membantu peningkatan konsumsi
masyarakat. Dari sisi moneter, Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan suku
bunga yang rendah hingga adanya sinyal peningkatan inflasi.

Kinerja ekspor diperkirakan akan mengalami akselerasi seiring dengan pemulihan


ekonomi global yang lebih cepat utamanya mitra utama Indonesia yaitu Tiongkok.
Harga komoditas yang tinggi juga berpotensi memberikan dampak positif tidak
hanya terhadap terhadap kinerja ekspor, tetapi juga konsumsi, investasi, dan
pendapatan negara. Terlepas dari pandemi Covid-19, kepastian terkait keberlanjutan
perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok ke depannya juga akan
berdampak pada kinerja perdagangan, mengingat tingginya eksposur perekonomian
Indonesia terhadap kedua negara tersebut. Meski demikian, optimalisasi
pemanfaatan beberapa perjanjian perdagangan di tingkat regional (ASEAN dan
103
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

ASEAN+1) maupun bilateral (seperti Australia, Jepang, Pakistan dan Chile) diharapkan
mampu mendorong kinerja ekspor Indonesia. Selain itu, beberapa perjanjian
perdagangan lain yang masih dalam proses ratifikasi (seperti Indonesia-EFTA CEPA
dan Indonesia-Korea CEPA) diupayakan untuk segera diselesaikan, agar dapat
dimanfaatkan dan membuka peluang pasar ekspor yang lebih luas bagi Indonesia.

Dari sisi lapangan usaha, Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha
pemulihan diperkirakan terjadi Komponen Q1 Q2 Q3 Q4
Full
Year
hampir di semua sektor. Sektor
Pertanian 2,9 1,8 4,5 4,2 3,4
paling terdampak negatif Pertambangan -2,0 1,8 2,3 2,0 1,0
pandemi Covid-19 pada tahun Industri -1,4 7,2 5,6 5,8 4,2
2020 seperti sektor Pengolahan
Pengadaan Listrik 1,7 6,1 5,8 6,4 5,0
perdagangan, transportasi dan Pengadaan Air 5,5 5,4 5,2 5,6 5,4
pergudangan, serta penyediaan Konstruksi -0,8 8,4 6,8 8,4 5,7
akomodasi dan makan minum Perdagangan -1,2 9,9 7,1 6,0 5,4
Transportasi -13,1 20,1 9,9 7,8 4,8
diperkirakan akan berangsur
Akomodasi dan -7,3 15,2 10,4 6,2 5,4
pulih. Hal ini sejalan dengan Mamin
berangsur pulihnya kondisi Infokom 8,7 9,3 9,1 9,4 9,1
perekonomian global dan Jasa Keuangan -3,0 7,6 7,8 6,8 4,6
Real Estate 0,9 4,1 4,9 6,2 4,1
domestik, terutama dari sisi
Jasa Perusahaan -6,1 11,6 7,5 7,4 4,8
peningkatan mobilitas Administrasi -2,9 3,9 4,9 5,7 2,9
masyarakat dan peningkatan Pemerintah
Jasa Pendidikan -1,6 3,5 5,2 7,8 3,9
keyakinan konsumen.
Jasa Kesehatan 3,6 6,2 5,0 4,7 4,9
Sektor pertanian diperkirakan Jasa Lainnya -5,2 14,1 5,6 5,1 4,6
PDB -0,7 7,2 6,7 6,0 4,8
akan kembali ke pertumbuhan
Sumber: BPS (2021),
normal sejalan dengan Outlook Bappenas (Februari 2021)
berakhirnya risiko fenomena La
Nina dan cuaca diperkirakan normal setelah triwulan I-2021. Selain itu, low base effect
juga akan berpengaruh terhadap tingginya pertumbuhan sektor pertanian sepanjang
2021. Sementara itu, pemulihan sektor pertambangan akan diperkirakan berasal
utamanya dari produksi nikel, pulihnya permintaan global utamanya dari Tiongkok,
dan peningkatan harga komoditas.

Industri pengolahan diperkirakan berangsur pulih sepanjang 2021 karena sektor ini
menunjukkan tanda-tanda mulai dapat beradaptasi terhadap pandemi. Hal ini
tercermin dari akselerasi Indeks PMI Manufaktur di tengah di tengah tekanan
mobilitas. Optimisme pemulihan permintaan baik global dan domestik juga
memberikan sinyal positif terhadap pemulihan di sektor ini. Sektor informasi dan
komunikasi serta jasa kesehatan sebagai dua sektor esensial diperkirakan masih akan
tumbuh tinggi pada tahun 2021, didorong oleh tingginya permintaan masyarakat.

104
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

POLICY BRIEF

Transmisi Dampak Banjir Kalimantan Selatan terhadap Perekonomian Sektoral


Oleh: Rufita Sri Hasanah, Doddy Purwoharyono, Jefani Marrosa

Studi ini bertujuan untuk meneliti dampak bencana banjir yang terjadi di Provinsi
Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021 terhadap perekonomian sektoral.
Bencana dapat menyebabkan dampak langsung berupa kerusakan fisik maupun
dampak tidak langsung berupa terganggunya aktivitas ekonomi. Terganggunya
aktivitas ekonomi dapat terjadi di berbagai sektor dan wilayah dikarenakan adanya
interdependensi ekonomi antarsektor dan antarwilayah. Studi ini menggunakan
metode analisis Input-Output dengan memanfaatkan data tabel Inter-Regional Input-
Output (IRIO) dan data estimasi dampak sektoral banjir Kalimantan Selatan
berdasarkan penelitian oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Studi
ini menemukan bahwa sektor-sektor paling terdampak meliputi sektor utilitas,
konstruksi, pertanian, perkebunan, industri barang galian bukan logam, peternakan,
dan jasa kesehatan. Sektor-sektor ini perlu menjadi prioritas dalam pemulihan dan
pembangunan kembali perekonomian pasca bencana Kalimantan Selatan.

LATAR BELAKANG

Sebagai negara yang memiliki risiko bencana tinggi, Indonesia telah menjadikan
ketahanan bencana sebagai satu dari tujuh agenda pembangunan dalam RPJMN
2020-2024. Sepanjang triwulan pertama tahun 2021, sejumlah bencana alam
melanda berbagai daerah di Indonesia. Beberapa diantaranya ialah bencana longsor
di Kabupaten Sumedang, banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, gempa bumi di
Kabupaten Majene, banjir dan longsor di Kota Manado, banjir dan longsor di Kota
Semarang, longsor di Kabupaten Nganjuk, angin puting beliung di Kabupaten Demak,
hingga banjir bandang dan longsor di Provinsi NTT dan NTB.

Bencana dapat menyebabkan dampak langsung berupa kerusakan fisik, yang


kemudian memicu dampak tidak langsung berupa terganggunya aktivitas konsumsi
dan produksi masyarakat (Okuyama, 2007). Estimasi dampak tidak langsung menjadi
penting untuk melihat tingkat kerentanan yang terjadi karena bencana, juga dalam
rangka pengukuran bantuan yang perlu diberikan (Rose, 2004). Terganggunya
aktivitas ekonomi dapat terjadi tidak hanya di wilayah dan sektor yang terdampak
langsung, melainkan juga di sektor dan wilayah lain yang terkait, karena adanya
interdependensi antarsektor dan antarwilayah dalam perekonomian (Miller & Blair,
2009).

105
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan latar belakang tersebut, studi ini meneliti dampak bencana banjir yang
terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021, dikarenakan banjir
melanda hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan (10 dari 13 kabupaten/kota), dan
dikarenakan telah tersedianya data estimasi kerugian sektoral berdasarkan penelitian
oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sehingga mendukung
dilakukannya penelitian menggunakan metoda analisis Input-Output.

METODOLOGI

Metode yang digunakan pada studi ini adalah analisis Input-Output (IO)
menggunakan data tabel Inter-Regional Input-Output (IRIO). Metode IO
dikembangkan oleh Wassily Leontief untuk melihat saling ketergantungan
antarindustri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output mencatat relasi dimana
produk yang digunakan suatu industri sebagai input merupakan output dari industri
lain, atau dapat juga berasal dari industri itu sendiri (Miller & Blair, 2009). Sumbu
horizontal menggambarkan total output, yang dicatat sebagai total dari nilai tambah
antarsektor (permintaan antara) dengan total final demand (komponen dalam PDB:
konsumsi, investasi, konsumsi pemerintah, net ekspor). Sedangkan sumbu vertikal
menggambarkan total input, yang dicatat sebagai total nilai tambah antarsektor
(input antara) dengan total nilai tambah input (kompensasi untuk labor, kapital, dan
pajak tidak langsung dari sektor pemerintah). Ilustrasi tabel input-output dapat dilihat
pada Gambar 51.

Gambar 52. Tabel Input-Output

Sumber: Miller (2009)

Dampak dari kejadian bencana kemudian diasumsikan berpengaruh kepada final


demand sektor dan wilayah terdampak, sehingga turut berdampak pada sektor dan
wilayah lain yang memiliki interdependensi ekonomi terhadap sektor dan wilayah

106
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

tersebut. Selain untuk komponen output, cara yang sama juga dapat dilakukan untuk
komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) maupun untuk komponen upah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi ini menggunakan data tabel Inter-Regional Input-Output (IRIO) 2016 yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penurunan permintaan akhir akibat bencana banjir
Kalimantan Selatan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pusat Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT, dimana terdapat 6 sektor terdampak
yaitu sektor pendidikan, perikanan, kesehatan dan perlindungan sosial, produktivitas
masyarakat, infrastruktur, serta pertanian. Nilai dampak yang ditaksir oleh BPPT dari
keenam sektor tersebut mencapai Rp1,3 triliun.

Untuk mengestimasi transmisi dampak sektoral tersebut kepada sektor lain dari
perekonomian wilayah Kalimantan Selatan, dilakukan penyesuaian sektor terlebih
dahulu antara pemetaan sektor BPPT dengan 52 sektor pada tabel Input-Output,
yang kemudian diberi bobot berdasarkan share sektor tersebut di Kalimantan Selatan
pada triwulan I 2021. Rincian penyesuaian sektor dan dampak nominal yang
digunakan dalam studi ini dapat dilihat pada Tabel 55.

Tabel 54. Penyesuaian Sektoral dan Pemetaan Shock


Dampak Shock
Sektor BPPT Sektor IRIO Share
(juta Rp)* (juta Rp)
Pendidikan 24.425,02 Pendidikan 24.425,02
Perikanan 37.330,54 Perikanan 37.330,54
Kesehatan dan 22.145,91 Kesehatan 22.145,91
Perlindungan
Sosial
Produktivitas 484.993,51 Ketenagalistrikan 0,25 118.885,29
Masyarakat Pengadaan Gas dan 0,01 4.941,17
Produksi Es
Pengadaan Air, 0,74 361.167,05
Pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Daur
Ulang
Infrastruktur 340.245,12 Konstruksi 340.245,12
Pertanian 173.493,51 Tanaman pangan 0,27 46.146,52
Perkebunan semusim 0,54 93.545,85
Peternakan 0,19 33.801,14
* = dampak telah disesuaikan menggunakan deflator 2021 dengan asumsi harga konstan 2016
Sumber: kalkulasi tim Penulis

Dari hasil pengolahan data, ditemukan dampak total bencana banjir terhadap
perekonomian provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 0,6 persen (Rp1,7 triliun)
penurunan output, 0,7 persen (Rp269,5 milyar) penurunan upah, dan 0,5 persen

107
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

(Rp803,8 milyar) penurunan Nilai Tambah Bruto (NTB). Secara sektoral, seluruh sektor
dalam perekonomian Kalimantan Selatan turut mengalami penurunan output dengan
besaran yang variatif. Transmisi dampak bencana banjir terhadap 10 sektor paling
terdampak di Kalimantan Selatan ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 53. Estimasi Dampak Banjir terhadap Perekonomian Sektoral


Kalimantan Selatan

Perubahan NTB, output, dan NTB sebagai Dampak Banjir Kalsel (persen)
-60,69 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur…
-15,60 Pengadaan Gas dan Produksi Es
-3,98 Ketenagalistrikan
-1,49 Konstruksi
-1,22 Perkebunan Semusim dan Tahunan
-1,06 Industri Barang Galian bukan Logam
Upah
-0,76 Jasa Pertanian dan Perburuan
Output -0,73 Pertanian Tanaman Pangan
NTB -0,65 Peternakan
-0,60 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Swasta

Sumber: kalkulasi tim Penulis

Gambar 52 menunjukkan persentase perubahan yang sama antara dampak terhadap


upah, output, dan NTB sektoral akibat banjir di Kalsel. Selain itu, dapat dilihat bahwa
sektor paling terdampak oleh bencana banjir adalah sektor utilitas (penyediaan air,
pengadaan gas, dan ketenagalistrikan). Hal ini sejalan dengan sumber data yang
menyatakan kerugian tertinggi dialami oleh sektor produktivitas masyarakat, dan
pada studi ini sektor tersebut dipetakan sebagai sektor utilitas. Namun, kekurangan
dari studi ini ialah pemetaan sektor produktivitas yang belum tentu sesuai dengan
sektor produktivitas yang dimaksud pada sumber data.

Terlepas dari kelemahan tersebut, selain sektor terdampak yang telah dipetakan oleh
sumber data (pendidikan, perikanan, kesehatan, ketenagalistrikan, pengadaan gas,
pengadaan air, konstruksi, tanaman pangan, perkebunan semusim, peternakan),
terdapat juga sektor-sektor lain yang turut masuk kedalam 10 sektor paling
terdampak. Sektor tersebut adalah konstruksi, industri barang galian bukan logam,
serta jasa pertanian dan perburuan. Ketiga sektor ini mengalami penurunan total
output sebesar -0,6 persen hingga -1,5 persen, dan penurunan tertinggi dialami oleh
sektor konstruksi dengan nominal penurunan output sebesar Rp391,1 milyar,
penurunan NTB sebesar Rp153,3 milyar, dan penurunan upah sebesar Rp40,6 milyar.

108
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Adapun dampak terhadap komponen output, NTB, dan upah di tingkat nasional dan
terhadap provinsi lain relatif minimal. Dampak terhadap perekonomian nasional ialah
-0.009 persen penurunan output, -0,007 persen penurunan upah, dan -0,008 persen
penurunan NTB. Sementara, terhadap provinsi selain Kalimantan Selatan, perubahan
output, upah, dan NTB berkisar antara 0.0001 persen hingga 0,01 persen penurunan.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan share PDRB Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif
tidak terlalu besar di tingkat nasional (1,1 persen pada triwulan I tahun 2021).

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Berdasarkan analisis input-output yang dilakukan, kerugian pada beberapa sektor


(pendidikan, perikanan, kesehatan, ketenagalistrikan, pengadaan gas, pengadaan air,
konstruksi, tanaman pangan, perkebunan semusim, peternakan) akibat banjir di
Kalimantan Selatan turut mempengaruhi penurunan output, NTB, dan upah bagi
sektor-sektor lain di Kalimantan Selatan. Tiga sektor lainnya dengan persentase
terdampak terbesar adalah sektor konstruksi, industri barang galian bukan logam,
serta jasa pertanian dan perburuan. Ketiga sektor ini perlu menjadi prioritas untuk
pemulihan dan pemberian bantuan disamping sektor-sektor terdampak langsung,
dengan memperhatikan dampak berupa penurunan output, Nilai Tambah Bruto
(NTB), maupun penurunan upah yang terjadi.

Untuk studi lebih lanjut, perlu dipertimbangkan dampak-dampak lain seperti dampak
penutupan pabrik, penurunan mobilitas masyarakat, dan fenomena-fenomena lain
yang turut berpotensi menyebabkan penurunan output dan pendapatan masyarakat.
Dibutuhkan data yang lebih mendetail yang dapat diperoleh melalui survei langsung.

REFERENSI

Miller, R. E., & Blair, P. D. (2009). Input-Output Analysis: Foundations and Extensions
(2nd ed.). Cambridge University Press. https://doi.org/DOI:
10.1017/CBO9780511626982

Okuyama, Y. (2007). Economic Modeling for Disaster Impact Analysis: Past, Present,
and Future. Economic Systems Research, 19, 115–124.
https://doi.org/10.1080/09535310701328435

Rose, A. (2004). Economic Principles, Issues, and Research Priorities in Hazard Loss
Estimation BT - Modeling Spatial and Economic Impacts of Disasters (Y.
Okuyama & S. E. Chang (eds.); pp. 13–36). Springer Berlin Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/978-3-540-24787-6_2

109
SUSUNAN TIM REDAKSI

Penanggungjawab
Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si, M.Eng, Ph.D

Pemimpin Redaksi
Eka Chandra Buana, SE, MA

Dewan Redaksi
Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA
Dr. Onny Noyorono, MIA, MA
Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D
P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D
Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM
Dr. Haryanto, SE, MA
Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA
Ir. Imarita Trihanda, MS

Redaktur Pelaksana
Cut Sawalina, SE, MSi
Mochammad Firman Hidayat, SE, MA
Toni Priyanto J, S.Kom, ME
Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc
Tari Lestari, S.Si, SE, MS
Muhammad Fahlevy, SE, MA
Octal Pramudito, SE, MA
Dra. Dwi Martini, ME
Yunus Gastanto, SE, PG.Dip
Istasius Angger Anindito, SE, MA
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol
Rufita Sri Hasanah, SE, MEF

110
SUSUNAN TIM REDAKSI

Penulis
Achmad Rifa’i, S.Pd, M.Sc
Doddy Purwoharyono, SE
Haqiqi Masnatin, SE
Rahma Hanii Maulida, SE
Rinda Komalasari, SE
Filza Amalia, SE
Tri Mulyaningsih, S.Si
Agnes Kristi Damayanti, SE
Archie Flora Anisa, SE
Bayu Ardhiansyah, SE
Bekti Setyorani, SE
Cici Lisdiana, SE
Firdaussy Yustiningsih, STP, ME
Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI
Indra Muhammad, SE
Nabila Nursyadza, SE
Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE
Shania Adriella Kurniawan, SE
Sharmila Erizaputri, SE
Aldi Turindra Rachman, SE
Hilda Roseline, SE
Khairun Nisa, SE
Kustyanto Prabowo, SE
Widyastuti Hardaningtyas, SE
Widya Setya Sari, SE
Imroatul Amaliyah, SE
Muhammad Fikri Masteriarsa, S.Stat
Samuel Kharis Harianto, S.E., M.SE.
Thaliya Wikapuspita, SE., M.Sc.

111
SUSUNAN TIM REDAKSI

Distributor/Sirkulasi
Imam Musadad
Tulus Sujadi

Administrasi
Dina Fitriani, SPd
Riris Karisma Kholid, SE

Editor
Rahma Hanii Maulida, SE

Grafis dan Layout


Muhammad Ulinnuha Khoirul Umam, S.Pd

112
Untuk memberikan hasil laporan terbaik,

kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

ditpmas@bappenas.go.id

113
KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Gedung Wisma Bakrie 2 Lt. 5, Jl. HR Rasuna Said,
Kuningan, Jakarta Selatan, 12920
Telp. (021) 31934267
114

Anda mungkin juga menyukai