1 Mei 2021
ISSN 2580-2518
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Publikasi triwulan I tahun 2021 ini memberikan gambaran dan analisis mengenai
perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia pada triwulan I tahun 2021. Dari sisi
perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat
dan negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi
perekonomian nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia
pada triwulan I tahun 2021 dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, investasi,
industri dalam negeri, perekonomian daerah, serta proyeksi ekonomi.
Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan
banyak perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang
membangun dari Pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan
dan penerbitan publikasi ini dapat tercapai.
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pandemi Covid-19 telah mencapai babak baru dengan dimulainya program vaksinasi
di berbagai negara. Kemajuan tersebut mendorong pemulihan ekonomi dunia
meskipun kecepatannya bervariasi antar negara. Kondisi ini kemudian mendorong
peningkatan harga komoditas internasional serta pulihnya perdagangan dunia.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan I tahun 2021 rebound menjadi 18,3
persen (YoY). Amerika Serikat dan Singapura juga telah tumbuh positif masing-
masing sebesar 0,4 dan 0,2 persen (YoY). Sementara itu, perekonomian Jepang masih
belum stabil dengan kontraksi sebesar 1,9 persen (YoY).
Dari sisi moneter, BI7DRR diturunkan menjadi 3,50 persen sejak Februari sebagai
upaya percepatan pemulihan ekonomi di tengah inflasi yang rendah. Tingkat inflasi
pada triwulan I tahun 2021 sebesar 1,37 persen (YoY), lebih rendah dari sasaran inflasi
2021 yang sebesar 2,0 persen (YoY). Sepanjang triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia
menambah likuiditas di perbankan sekitar Rp50,3 trilliun (per 16 Maret 2021).
Ekspansi moneter juga diperkuat dengan pembelian SBN di pasar perdana.
Sementara itu, nilai tukar rupiah melemah seiring dengan meningkatnya yield US
Treasury sehingga menghambat aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Neraca pembayaran kembali surplus sebesar USD4,1 miliar didorong oleh surplus
transaksi modal dan finansial di tengah defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi
berjalan disebabkan oleh turunnya surplus neraca nonmigas, meningkatnya defisit
neraca migas, serta meningkatnya defisit neraca jasa. Investasi langsung dan investasi
i
Ringkasan Eksekutif
portfolio surplus didorong oleh aliran masuk investasi. Sementara itu, investasi
lainnya masih defisit USD3,6 miliar. Posisi cadangan devisa hingga akhir triwulan I
tahun 2021 sebesar USD137,1, setara dengan 9,7 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri pemerintah.
Perekonomian global diproyeksi tumbuh 6,0 persen yang didorong oleh program
vaksinasi dengan jangkauan masyarakat semakin banyak. Selain perkembangan
kondisi kesehatan dunia, efektivitas kebijakan berbagai negara dan kondisi keuangan
juga berpangaruh pada kesuksesan pemulihan ekonomi global. Sejalan dengan hal
tersebut, ekonomi Indonesia pada tahun 2021 diperkirakan tumbuh 4,8 persen, lebih
tinggi dari proyeksi lembaga internasional. Pemulihan diprediksi berasal dari
pemulihan investasi. Namun demikian, pemulihan konsumsi tetap dibutuhkan untuk
mendorong pemulihan lebih tinggi. Target pemulihan masih menghadapi downside
risk terutama potensi lonjakan kasus Covid-19, perlambatan program vaksinasi,
tertahannya belanja pemerintah, dan permanent scar yang terjadi pada perusahaan
dan tenaga kerja.
ii
Daftar Isi
DAFTAR ISI
iii
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Gambar
DAFTAR GAMBAR
vi
Daftar Gambar
vii
viii
Perkembangan Ekonomi Dunia
BAB I
PERKEMBANGAN
EKONOMI DUNIA
Negara-negara ekonomi utama telah kembali tumbuh positif. Perekonomian global
kembali menunjukkan pemulihan dengan pertumbuhan positif di beberapa negara.
Pemulihan tersebut didorong oleh program vaksinasi yang terus berjalan di berbagai
negara. Di tengah akselerasi vaksinasi Covid-19, dunia masih berhati-hati dengan risiko
terjadinya gelombang ketiga dan mutasi virus Covid-19. Mutasi virus yang baru-baru ini
muncul diindikasi dapat menyebar lebih cepat sehingga beberapa negara kembali
menutup perbatasan dan kembali memberlakukan restriksi perjalanan. Kondisi ini
kemudian menahan laju pemulihan ekonomi global pada akhir triwulan I tahun 2021.
Pengeluaran pemerintah dan investasi bruto tumbuh 0,7 persen (YoY), yang terutama
didorong oleh pengeluaran konsumsi nondefense. Investasi swasta tumbuh 4,8 persen
(YoY) setelah pada triwulan I tahun 2020 terkontraksi 4,2 persen (YoY). Investasi residen
tumbuh hingga 12,3 persen (YoY) sementara investasi nonresiden tumbuh 2,7 persen
(YoY). Pertumbuhan investasi nonresiden didorong oleh rebound pada investasi
peralatan sebesar 12,1 persen (YoY) sejalan dengan aktivitas industri yang kembali pulih.
9
Perkembangan Ekonomi Dunia
Di sisi lain, kontraksi sebesar 16,4 persen (YoY) yang terjadi pada investasi structures
menahan pertumbuhan investasi nonresiden.
Kinerja impor Amerika Serikat meningkat 5,0 persen (YoY) yang didorong oleh
pertumbuhan impor barang sebesar 10,0 persen (YoY). Namun, impor jasa masih
terkontraksi cukup dalam yakni sebesar 16,1 persen (YoY), lebih kecil dibandingkan
kontraksi yang terjadi sepanjang pandemi. Sementara itu, ekspor masih terkontraksi 8,9
persen (YoY) yang terjadi baik pada ekspor barang (-3,1 persen, YoY) maupun ekspor
jasa (-19,7 persen, YoY). Meskipun masih terkontraksi, kinerja ekspor Amerika Serikat
pada triwulan I tahun 2021 mengindikasikan adanya perbaikan.
Manufaktur Amerika Serikat berekspansi dengan indeks PMI Manufaktur naik ke level 59
pada Maret, yang merupakan ekspansi terkuat kedua sejak tahun 2007. Aktivitas pabrik
terus meningkat seiring dengan kuatnya pertumbuhan pesanan baru di tengah
gangguan rantai pasokan dan lonjakan biaya bahan baku. Relaksasi peraturan perjalanan
juga berdampak pada pemulihan permintaan pada sektor rekreasi dan perhotelan.
Sejalan dengan hal tersebut, lapangan pekerjaan kembali terbuka. Tingkat
pengangguran dan setengah pengangguran di Amerika Serikat turun masing-masing
menjadi 6,2 dan 10,7 persen per Maret 2021.
Korea Selatan tumbuh 1,8 persen (YoY), lebih tinggi dibandingkan triwulan I tahun 2020
(1,4 persen, YoY), ditopang oleh perbaikan pada seluruh kelompok pengeluaran.
Investasi tumbuh sebesar 3,7 persen (YoY), didorong oleh peningkatan investasi fasilitas
dan produk kekayaan intelektual masing-masing sebesar 12,4 dan 4,1 persen (YoY).
Sementara investasi sektor konstruksi masih terkontraksi 2,4 persen (YoY).
Kinerja ekspor Korea Selatan telah kembali tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY), didorong
oleh ekspor barang yang tumbuh 5,5 persen (YoY). Sementara itu, ekspor jasa masih
terkontraksi 2,1 persen (YoY), menunjukkan perbaikan yang signifikan dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 13,8 persen (YoY). Kinerja impor tumbuh
3,1 persen (YoY), terutama didorong oleh peningkatan impor barang sebesar 8,2 persen
(YoY). Di sisi lain, impor jasa masih terkontraksi 17,8 persen (YoY) seiring dengan
pembatasan perjalanan bagi wisatawan asing yang belum dibuka sepenuhnya.
10
Perkembangan Ekonomi Dunia
Dari sisi lapangan usaha, hanya sektor konstruksi yang masih mangalami kontraksi yakni
sebesar 3,0 persen (YoY). Sektor manufaktur tumbuh 3,9 persen (YoY) sejalan dengan
peningkatan permintaan dari luar maupun dalam negeri terutama produk elektronik dan
chip. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan serta listrik, gas dan air tumbuh masing-
masing 2,2 dan 4,7 persen (YoY). Sektor jasa juga meningkat 1,5 persen (YoY) yang
didorong oleh pemulihan permintaan subsektor akomodasi dan jasa makanan serta
keuangan dan asuransi.
Singapura telah kembali tumbuh positif pada triwulan I tahun 2021 sebesar 0,2 persen
(YoY). Pemulihan ekonomi Singapura didorong oleh pulihnya kinerja industri barang dan
mengecilnya kontraksi pada industri jasa. Pada industri barang, sektor manufaktur
menjadi penopang pertumbuhan denga peningkatan sebesar 7,5 persen (YoY).
Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspansi output produk elektronik, precision
engineering, serta manufaktur kimia dan biomedis. Namun, pemulihan tertahan oleh
sektor konstruksi yang terkontraksi 20,2 persen (YoY).
Kontraksi pada industri jasa mengecil dengan kontraksi sebesar 1,2 persen (YoY) yang
ditopang oleh pertumbuhan kelompok infokom, keuangan dan asuransi dan jasa
professional sebesar 3,7 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor
informasi dan komunikasi serta sektor keuangan dan asuransi di tengah kontraksi yang
terjadi pada sektor jasa profesional. Kontraksi yang terjadi sejalan dengan rendahnya
aktivitaas konstruksi domestik yang menekan permintaan segmen arsitektur dan
engineering.
Kontraksi pada kelompok perdagangan wholesale & ritel serta transportasi &
pergudangan sebesar 4,1 persen (YoY). Kontraksi yang disebabkan oleh masih lemahnya
permintaan pada sektor transportasi dan pergudangan terutama pada transportasi
udara akibat pandemi yang belum usai. Sebaliknya, sektor perdagangan besar dan ritel
berekspansi.
Kelompok akomodasi & jasa makanan, real estate, administrasi & pendukung, dan jasa
lainnya terkontraksi 3,9 persen (YoY), mengecil dibandingkan kontraksi pada triwulan
sebelumnya. Seluruh sektor pada kelompok tersebut, kecuali sektor akomodasi, masih
terkontraksi akibat penerapan safe management measures. Pertumbuhan sektor
akomodasi didorong oleh permintaan domestik di tengah pariwisata yang masih lemah.
Namun demikian, kinerja sektor akomodasi masih berada di bawah level pra pandemi.
Sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi, pasar tenaga kerja pada triwulan I tahun
2021 juga menunjukkan pemulihan. Tenaga kerja residen tumbuh lebih tinggi dari
penurunan tenaga kerja non residen. Secara umum, pasar tenaga kerja Singapura masih
belum kembali pada level pra pandemi akibat pembatasan perjalanan dan masuknya
WNA sehingga perekrutan tenaga kerja masih lemah terutama pada sektor konstruksi
11
Perkembangan Ekonomi Dunia
dan perhotelan. Tingkat pengangguran juga masih berada di atas level pra-pandemi
meskipun terus menurun.
Jepang masih mengalami kontraksi 1,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021, lebih
dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. Turunnya kinerja perekonomian Jepang
bersumber dari hampir seluruh kelompok pengeluaran kecuali pengeluaran pemerintah,
investasi swasta, dan ekspor. Pemulihan ekonomi Jepang yang masih belum stabil
disebabkan oleh penetapan keadaan darurat akibat kasus Covid-19 yang kembali
meningkat sehingga berdampak pada lesunya permintaan domestik. Selain itu, program
vaksinasi di Jepang dinilai berjalan lambat.
Meskipun stimulus fiskal dan moneter telah dikucurkan, konsumsi swasta masih
terkontraksi bahkan lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya maupun triwulan I
tahun 2020. Konsumsi rumah tangga terkontraksi 3,3 persen (YoY) akibat pembatasan
yang kembali diberlakukan. Investasi swasta oleh residen maupun nonresiden juga
terkontraksi masing-masing 4,1 dan 5,3 persen (YoY).
Pemulihan ekonomi global berdampak positif pada kinerja ekspor Jepang yang tumbuh
1,0 persen (YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh permintaan yang meningkat
terhadap produk mobil dan elektronik. Ekspor barang secara keseluruhan meningkat 5,3
persen (YoY) sementara ekspor jasa terkontraksi 11,4 persen (YoY). Di sisi lain, kontraksi
impor mengecil menjadi -0,8 persen (YoY). Impor barang tumbuh 0,3 persen (YoY)
sementara impor jasa mmasih terkontraksi 9,2 persen (YoY).
Perekonomian Tiongkok tumbuh 18,3 persen (YoY) setelah pada periode yang sama
tahun 2020 terkontraksi 6,8 persen (YoY). Pertumbuhan yang kuat didorong oleh
rebound yang terjadi di seluruh sektor. Pertumbuhan yang tinggi tersebut mencakup
baseline effect dan peningkatan hari kerja sejalan dengan pekerja yang menetap selama
Festival Musim Panas.
Triwulan I tahun 2021 merupakan periode yang penting bagi masyarakat di Tiongkok
dimana festival dan hari libur terbesar diselenggarakan dan berdampak besar pada
jalannya perekonomian nasional. Meskipun kasus Covid-19 di Tiongkok sudah sangat
rendah, namun pemerintah setempat masih memberi himbauan untuk tidak bepergian
ke kampung halaman selama perayaan Imlek. Sebagai gantinya, masyarakat
menghabiskan waktu di wilayah domisilinya.
Sektor akomodasi dan restoran tumbuh hingga 43,7 persen (YoY) sementara sektor
transportasi, pergudangan dan pos meningkat 32,1 persen (YoY). Peningkatan tersebut
12
Perkembangan Ekonomi Dunia
Sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan meningkat 8,0 persen (YoY)
yang didukung oleh kondisi cuaca. Setelah terjadi gangguan pada peternakan babi, pada
triwulan I tahun 2021 produksinya pulih secara signifikan. Hingga akhir triwulan I tahun
2021, stok babi yang meningkat 29,5 persen (YoY).
Sektor industri Tiongkok tumbuh 24,4 persen (YoY) dengan pertumbuhan sektor
manufaktur sebesar 26,8 persen (YoY). Tingkat utilisasi industri pada triwulan I tahun
2021 telah kembali pada tingkat pra pandemi dengan nilai 77,2 persen. Sementara itu,
sektor perdagangan besar dan ritel tumbuh 26,6 persen (YoY) dengan pertumbuhan
penjualan ritel online sebesar 29,9 persen (YoY).
The Fed mempertahankan target Fed Fund Rate (FFR) di level 0 – 0,25 persen dan
memberikan sinyal bahwa tidak akan menaikkan suku bunga setidaknya hingga tahun
2023. Selain itu, tingkat suku bunga saat ini telah berada di level terendah. Hal serupa
juga dilakukan oleh Korea Selatan dan Jepang yang menahan suku bunganya masing-
masing pada level 0,50 dan -0,1 persen. Keputusan tersebut memperhitungkan
ketidakpastian ekonomi yang berlangsung selama pandemi masih berlangsung.
13
Perkembangan Ekonomi Dunia
menjadi 3,50 persen, yang diluar prediksi pasar. Keputusan tersebut dilakukan sebagai
upaya lanjutan untuk mendorong momentum pemulihan ekonomi nasional sejalan
dengan inflasi yang rendah.
Di sisi lain, Brazil dan Rusia menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Maret masing-
masing sebesar 75 dan 25 bps. Bank sentral Brazil memutuskan untuk menaikkan suku
bunga dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi yang tetap tinggi meskipun
di tengah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, dinilai perlu untuk melakukan proses
normalisasi parsial kebijakan moneter. Sementara itu, bank sentral Rusia menaikkan suku
bunga setelah Rubel melemah dan mendorong inflasi serta adanya risiko geopolitik yang
memicu gejolak pasar. Selain itu pemulihan ekonomi Rusia juga terhambat oleh jatuhnya
harga minyak mentah yang merupakan komoditas ekspor utama. Central Bank of the
Republic of Turkey juga menaikkan suku bunga acuan menjadi 19 persen dari 17 persen.
Keputusan ini di luar ekspektasi pasar dan mendorong biaya pinjaman ke level tertinggi
sejak Agustus 2019.
Cuaca dingin ekstrem juga berimbas pada harga komoditas gas alam yang melonjak.
Harga gas alam Eropa dan Amerika Serikat meningkat masing-masing sebesar 110,9 dan
80,6 persen (YoY). Peningkatan harga gas alam Amerika Serikat tertinggi terjadi pada
bulan Februari, didorong oleh turunnya output dari sumur minyak serpih (oil shale)
secara signifikan. Cuaca dingin telah memaksa kilang minyak dan pabrik pemrosesan
gas berhenti beroperasi karena cairan minyak yang akan diproses membeku di dalam
pipa. Namun, pada bulan berikutnya harga kembali turun ke level normal. Penyebab
serupa juga mendorong lonjakan harga gas alam Eropa sejak bulan Januari. Namun, gas
14
Perkembangan Ekonomi Dunia
Pada triwulan I tahun 2021, harga karet meningkat 46,3 persen (YoY) menjadi USD2,3
per kilogram. Naiknya harga karet disebabkan oleh turunnya produksi di tengah
permintaan yang meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas industri di berbagai
negara. Selain itu, La Nina mengakibatkan terganggunya proses pembungaan sehingga
produksi biji sebagai batang bawah membuat kapasitas produksi berkurang. La Nina
juga mengakibatkan hari sadap berkurang sehingga produksi karet berkurang.
Harga komoditas kedelai naik 53,2 persen (YoY) menjadi USD579,9 per metrik ton,
didorong oleh turunnya pasokan dari negara penghasil utama dan kelambanan
distribusi. Di sisi lain, permintaan dari Tiongkok meningkat secara signifikan untuk pakan
babi ternak yang penambahan populasinya lebih cepat dari perkiraan.
Efek pembatasan selama pandemi masih berpengaruh pada harga udang, yang turun
14,4 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Faktor utama turunnya harga udang
internasional adalah permintaan yang masih rendah terutama dari restoran akibat
pembatasan yang masih berlaku di berbagai negara. Pelemahan harga tertahan oleh
peningkatan harga yang terjadi pada bulan Maret sejalan dengan meningkatnya harga
pakan dan penyebaran penyakit sepanjang musim hujan yang mengakibatkan turunnya
hasil panen.
15
Perkembangan Ekonomi Dunia
Harga emas pada triwulan I tahun 2021 masih lebih tinggi 13,6 persen dibandingkan
triwulan I tahun 2020. Meskipun menunjukkan peningkatan secara YoY, namun
pergerakan harga emas secara bulanan menunjukkan tren menurun. Tren yg menurun
disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang mulai menunjukkan pemulihan,
penguatan nilai tukar dolar, serta kenaikan yield US Treasury yang melemahkan daya
tarik emas sebagai safe haven.
16
Perkembangan Ekonomi Dunia
17
Perkembangan Ekonomi Indonesia
BAB II
PERKEMBANGAN
PEREKONOMIAN INDONESIA
2.1 Produk Domestik Bruto
Perekonomian Indonesia pada Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
triwulan I tahun 2021 terkontraksi
persen
0,74 persen (YoY), membaik
6,0
dibandingkan kontraksi yang terjadi
4,0
pada triwulan sebelumnya. Perbaikan
2,0
tersebut ditopang oleh peningkatan -0,74
0,0
kinerja sektor eksternal sejalan dengan
-2,0
pemulihan ekonomi di negara mitra -4,0
dagang utama, terutama Tiongkok dan -6,0
Amerika Serikat. Ditinjau dari lapangan -8,0
usaha, pemulihan ekonomi didorong Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
oleh pertumbuhan positif yang terjadi 2019 2020 2021
pada enam sektor yakni industri, Sumber: Badan Pusat Statistik
pengadaan air, jasa keuangan, pertanian,
perdagangan listrik dan gas, serta real estat. Sementara itu, sektor lainnya
menunjukkan kontraksi yang menipis.
Sektor pertanian tumbuh 2,95 persen (YoY), lebih tinggi baik dibandingkan triwulan
sebelumnya maupun triwulan I tahun 2020. Pertumbuhan tersebut terutama
didorong oleh peningkatan produksi tanaman pangan seiring dengan pergeseran
panen raya dan cuaca yang mendukung. Laju pertumbuhan sektor pertanian tertahan
oleh kontraksi yang terjadi pada subsektor perikanan dan kehutanan. Kontraksi
sebesar 1,3 persen (YoY) pada subsektor perikanan disebabkan oleh curah hujan
tinggi dan angin kencang yang menurunkan kualitas air dan menyebabkan gagal
panen ikan budidaya. Kontraksi 8,9 persen (YoY) pada subsektor kehutanan
disebabkan oleh turunnya permintaan bahan kayu bulat untuk industri kayu.
Industri pengolahan terkontraksi 1,38 persen (YoY) yang disebabkan oleh kontraksi
yang dalam pada industri batu bara dan pengilangan migas. Sementara itu, kontraksi
pada industri nonmigas menipis menjadi 0,7 persen (YoY). Perbaikan tersebut
didorong oleh pertumbuhan positif di industri makanan dan minuman, industri kimia,
farmasi dan obat tradisional, indusri karet, barang dari karet dan plastik, serta industri
18
Perkembangan Ekonomi Indonesia
19
Perkembangan Ekonomi Indonesia
berbagai moda transportasi. Karena sektor ini berkaitan erat dengan mobilitas
masyarakat, pemulihannya dinilai membutuhkan waktu yang lebih lama.
Akomodasi dan makan minum juga masih terkontraksi cukup dalam yakni sebesar 7,3
persen (YoY). Penyediaan akomodasi turun 17,6 persen (YoY) sejalan dengan masih
rendahnya mobilitas masyarakat dan wisatawan. Sementara penyediaan makan
minum juga terkontraksi 4,9 persen (YoY).
Sektor konstruksi terkontraksi 0,8 persen (YoY), mengalami perbaikan yang cukup
signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 5,7 persen
(YoY). Namun, sektor real estat masih mampu melanjutkan pertumbuhan positif
sebesar 0,9 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021. Real estat menjadi salah satu
sektor yang tetap tumbuh positif selama pandemi. Pemerintah telah memberi insentif
berupa pembebasan PPN rumah dengan beberapa skema yang berlaku sejak 1 Maret
2021. Kebijakan ini diharapkan mendorong kembali kinerja sektor terkait.
Sektor informasi dan komunikasi tumbuh 8,7 persen (YoY) pada triwulan I tahun 2021.
Meskipun tergolong tinggi, namun pertumbuhan tersebut melambat baik
dibandingkan triwulan sebelumnya (10,9 persen, YoY) maupun triwulan I tahun 2020
(9,8 persen, YoY).
20
Perkembangan Ekonomi Indonesia
21
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Ekspor barang dan jasa tumbuh impresif, mencapai 6,7 persen (YoY), didorong oleh
peningkatan ekspor barang yang mencapai 11,9 persen (YoY). Meningkatnya kinerja
ekspor barang sejalan dengan peningkatan permintaan dari luar negeri bersamaan
dengan meningkatnya harga komoditas. Namun, laju ekspor tertahan oleh kontraksi
yang cukup dalam pada ekspor jasa yang mencapai 46,8 persen (YoY). Penurunan
ekspor jasa dipengaruhi oleh anjloknya kunjungan wisatawan mancanegara. Kinerja
ekspor jasa dapat ditingkatkan kembali melalui optimalisasi penggunaan moda
transportasi milik Indonesia untuk perjalanan maupun pengiriman barang ke dalam
maupun ke luar negeri.
Impor barang dan jasa juga tumbuh positif sebesar 5,3 persen (YoY) sejalan dengan
peningkatan volume impor dan harga komoditas nonmigas. Impor barang nonmigas
meningkat hingga 11,7 persen (YoY) didorong oleh peningkatan pada bahan baku
dan barang modal industri. Sementara itu, impor barang migas dan jasa masing-
masing terkontraksi 4,5 dan 19,7 persen (YoY). Kontraksi pada impor jasa dipengaruhi
oleh restriksi perjalanan yang masih diberlakukan di berbagai negara.
22
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tahun 2021 menjadi momen penting dalam upaya menanggulangi pandemi Covid-
19 serta memulihkan kondisi ekonomi. Sejumlah negara di dunia seperti Amerika
Serikat, Inggris, Kanada, Israel, Rusia, Meksiko, Qatar, dan Uni Emirat Arab telah
memulai program vaksinasi sebagai upaya untuk menghentikan pandemi. Di
Indonesia, program vaksinasi telah dimulai sejak pertengahan Januari 2021.
Setidaknya 181,5 juta orang Indonesia akan mengikuti program vaksinasi Covid-19.
Presiden meminta program vaksinasi Covid-19 di Indonesia dapat diselesaikan dalam
waktu 12 bulan, sementara Menteri Kesehatan menargetkan lebih lebih lama, yakni
15 bulan. Rinciannya, vaksinasi tahap pertama berlangsung selama Januari-Februari
2021 yang menyasar tenaga kesehatan. Tahap kedua dilaksanakan pada Februari-
April 2021 yang menyasar petugas pelayanan publik dan lansia. Tahap ketiga
dilaksanakan pada April 2021-Maret 2022 yang menyasar masyarakat rentan dari
aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Pada periode yang sama, vaksinasi tahap
keempat juga dilaksanakan dengan target masyarakat dan pelaku perekonomian
lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin. Namun
demikian, hingga saat ini target-target yang dicanangkan masih belum terpenuhi.
Di tengah target yang meleset, Indonesia dihadang kendala keterbatasan stok vaksin
Covid-19, salah satunya disebabkan embargo vaksin oleh beberapa negara, termasuk
India sejalan dengan melonjaknya kasus infeksi Covid-19. Imbasnya, Indonesia
terancam tidak mendapatkan keseluruhan dari 11,7 juta dosis vaksin AstraZeneca
gratis yang dijanjikan dari kerja sama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan
Imunisasi (GAVI). Dalam rangka menjaga laju vaksinasi tetap normal, untuk sementara
pada bulan pada bulan April capaian vaksinasi diturunkan menjadi 250-300 ribu dosis
vaksin per hari. Lebih lanjut, masalah operasional pun menjadi faktor penghambat
lainnya, seperti keterbatasan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana
penunjang seperti puskesmas.
23
Perkembangan Ekonomi Indonesia
24
Perkembangan Ekonomi Indonesia
25
Investasi
Realisasi Penanaman Modal Asing Tabel 5. Realisasi Investasi
(PMA) mencapai Rp111,7 triliun Growth (%)
Share thd
dan realisasi Penanaman Modal Nilai
Realisasi
Uraian Q1 2021
Dalam Negeri (PMDN) mencapai (triliun Rp) QtQ YoY
Investasi
(%)
Rp108,0 triliun. Total nilai realisasi
investasi PMA dan PMDN pada Realisasi
219,7 2,3 4,3 100,0
triwulan I tahun 2021 mencapai Investasi
Rp219,7 triliun, atau naik sebesar 2,3 Penanaman
Modal Dalam
persen dari triwulan IV tahun 2020. 108,0 4,2 -4,2 49,2
Negeri
Nilai realisasi PMA mengalami (PMDN)
kenaikan sebesar 14,0 persen (YoY). Penanaman
Sedangkan nilai realisasi PMDN turun Modal Asing 111,7 0,6 14,0 50,8
(PMA)*
sebesar 4,2 persen (YoY).
Berdasarkan Sektor
Sektor yang berperan besar terhadap Primer 23,8 26,3 -17,4 11,1
Sekunder 71,1 -1,7 3,5 33,1
realisasi PMA dan PMDN pada
Tersier 119,9 1,7 8,2 55,8
triwulan I tahun 2021 adalah sektor
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
tersier, dengan nilai realisasi investasi kurs: Rp14.600/USD
sebesar Rp104,9 triliun, namun turun
sebesar 9,5 persen (YoY). Realisasi sektor primer turun cukup signifikan dibandingkan
periode yang sama pada tahun 2020, tetapi mengalami kenaikan dibandingkan
triwulan sebelumnya tahun yang sama.
Realisasi investasi terbesar pada sektor sekunder triwulan I tahun 2021 adalah
Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya. Realisasi
terbesar selanjutnya adalah Industri Makanan; Industri Kimia dan Farmasi; Industri
Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi Lain; dan Industri Mineral Non Logam.
Berdasarkan bidang usaha, lima sektor dengan kontribusi terbesar pada realisasi PMA
pada triwulan I tahun 2021 adalah: (1) Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan
Mesin dan Peralatannya; (2) Industri Makanan; (3) Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi; (4) Listrik, Gas dan Air; dan (5) Industri Kendaraan Bermotor dan Alat
Transportasi Lain. Pertumbuhan terbesar tercatat di Industri Makanan. Lima negara
asal PMA dengan realisasi terbesar pada triwulan I tahun 2021 adalah: Singapura
26
Perkembangan Ekonomi Indonesia
sebesar Rp38,0 triliun; Tiongkok sebesar Rp15,1 triliun; Korea Selatan sebesar Rp12,4
triliun; Hongkong sebesar Rp12,0 triliun; dan Swiss sebesar Rp6,8 triliun.
27
Tabel 9. Realisasi Investasi
berdasarkan Lokasi Tabel 10. Lokasi PMA Terbesar
Share thd Nilai Share thd
Nilai Growth (%) Growth (%)
Realisasi Uraian Q1 2021 Total PMA
Uraian Q1 2021
Investasi (triliun Rp) QtQ YoY (%)
(triliun Rp) QtQ YoY
(%) Jawa Barat 21,1 16,6 59,8 18,9
Jawa 105,3 3,8 -2,7 47,9 DKI Jakarta 14,6 10,6 10,6 13,1
Luar Jawa 114,4 0,9 11,7 52,1 Sulawesi 8,4 7,7 68 7,5
Sumatera 52,3 -7,6 -7.1 23,8 Tengah
Kalimantan 20,2 19,5 42.2 9,2 Riau 8,1 22,7 62 7,3
Bali dan Nusra 7,6 61,7 43,4 3,5 Sulawesi 8,0 135,3 45,4 7,2
Sulawesi 13,6 -26.5 4,6 6,2 Tenggara
Maluku 20,7 23,9 52.2 9,4 Sumber: BKPM
Papua 105,3 3,8 -2,7 47,9
Kawasan Barat 157,6 -0,2 -4,2 71.7
Indonesia
Kawasan Timur 62.1 9,3 34,7 28.3
Indonesia
Sumber: BKPM
Realisasi investasi di luar Jawa pada triwulan I tahun 2021 memberikan kontribusi
lebih besar yaitu 52,1 persen dari total realisasi investasi, dengan nilai sebesar Rp114,4
triliun. Sementara itu, proporsi realisasi investasi di pulau Jawa pada triwulan I tahun
2021 adalah sebesar 47,9 persen.
Pertumbuhan realisasi investasi terbesar secara YoY adalah pulau Maluku dan Papua
yaitu dengan nilai investasi sebesar Rp20,7 triliun, sedangkan realisasi investasi
terbesar secara QtQ adalah pulau Bali dan Nusa Tenggara dengan nilai investasi
28
Perkembangan Ekonomi Indonesia
sebesar Rp7,6 triliun. Kawasan Barat Indonesia (KBI) yang terdiri dari wilayah Jawa dan
Sumatera berkontribusi realisasi investasi sebesar 71,7 persen.
Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun
2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp21,1 triliun; DKI Jakarta sebesar Rp14,6 triliun;
Sulawesi Tengah sebesar Rp8,4 triliun; Riau sebesar Rp8,1 triliun; dan Sulawesi
Tenggara sebesar Rp8,0 triliun.
Berdasarkan lokasi, lima provinsi dengan realisasi PMDN terbesar pada triwulan I
tahun 2021 adalah Jawa Barat sebesar Rp16,0 triliun; Jawa Timur sebesar Rp10,0
triliun; DKI Jakarta sebesar Rp8,7 triliun; Jawa Tengah sebesar Rp8,4 triliun; dan Banten
sebesar Rp7,0 triliun.
29
pada triwulan I tahun 2021 adalah Kabupaten Bekasi sebesar Rp11,6 triliun; Kota
Administrasi Jakarta Selatan sebesar Rp7,8 triliun; Kabupaten Halmahera Tengah
sebesar Rp6,4 triliun; Kabupaten Morowali sebesar Rp6,1 triliun; dan Kabupaten
Karawang sebesar Rp5,5 triliun. Beberapa faktor yang menyebabkan Kabupaten
Bekasi menjadi kota/kabupaten dengan realisasi PMA terbesar pada triwulan I tahun
2021 yaitu merupakan lokasi kawasan industri, akses mobilitas yang dekat dengan
ibukota dan proses perizinan yang semakin dipermudah oleh pemerintah daerah
setempat.
30
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Industri
Gambar 8. Pertumbuhan Industri Kinerja sektor industri pengolahan pada
Pengolahan Nonmigas triwulan I tahun 2021 masih mengalami
kontraksi sebesar 1,4 persen (YoY).
Kontraksi ini didorong oleh kontraksi di
Industri Pengolahan Migas sebesar 7,7
persen (YoY) dan industri pengolahan
(persen)
31
Nilai tambah sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2021 mencapai
Rp787,4 triliun, atau sebesar 19,8 persen dari PDB nasional. Kontribusi PDB industri
pengolahan nonmigas mencapai 17,9 persen.
Beberapa industri masih mengalami tekanan pada triwulan I tahun 2021. Industri
tekstil dan pakaian jadi terkontraksi semakin dalam dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu sebesar 13,3 persen (YoY). Hal ini disebabkan karena Pembatasan
32
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Sosial Skala Besar (PSBB) yang berakibat pada pengurangan pegawai, pembatasan
jam operasional, dan tingginya kompetisi di pasar industri tekstil dan produk tekstil
domestik dan global. Penurunan utilisasi produksi juga terjadi karena tekanan
kenaikan harga bahan baku produksi akibat kenaikan harga listrik dan minyak bumi,
serta keterbatasan akses bahan baku impor selama pandemi.
Industri alat angkutan juga mengalami kontraksi sebesar 10,9 persen (YoY), membaik
dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Pengumuman stimulus relaksasi PPnBM
untuk kendaraan bermotor di bulan April 2021 diharapkan dapat menjadi pemicu
pertumbuhan industri alat angkutan di beberapa bulan mendatang.
Perkembangan dari sisi ekspor produk Gambar 10. Ekspor Produk Industri
industri pengolahan pada triwulan I tahun 18,1
45 20
2021 menunjukkan bahwa nilai ekspor 40 15
produk industri pengolahan meningkat 35 17,0
10
sebesar 18,1 persen, atau senilai USD39,0
(miliar USD)
30
5
25 (persen)
miliar (YoY). Perbaikan ekspor tersebut 0
20
didorong oleh peningkatan ekspor 15
-5
yaitu sebesar 79,7 persen terhadap total Sumber: Badan Pusat Statistik
ekspor.
33
komoditas utama Indonesia seperti nikel, CPO, dan batu bara turut berkontribusi
pada peningkatan ekspor Indonesia.
Gambar 11. PMDN Sektor Industri Sementara itu, realisasi PMDN di industri
25 40 pengolahan ada triwulan I tahun 2021
30
mencapai Rp23,0 triliun, atau tumbuh
20
16,1 sebesar 16,1 persen (YoY). Kinerja ini lebih
20
tinggi dibandingkan dengan triwulan IV
(miliar USD)
15
(persen)
10
tahun 2020 yang hanya tumbuh sebesar
10 0 3,3 persen (YoY). Kontribusi PMDN sektor
-10 industri pengolahan masih pada kisaran
5
-20 21,3 persen. Realisasi PMDN sektor
23,0 industri pengolahan terbesar adalah di
0 -30
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 subsektor industri makanan dan sebesar
2019 2020 2021 yaitu Rp7,6 triliun, diikuti oleh industri
PMDN Pertumbuhan PMDN mineral non logam sebesar Rp4,2 triliun,
dan industri kertas sebesar Rp3,1 triliun.
Sumber: BKPM Pertumbuhan PMDN tertinggi terdapat di
Gambar 12. PMA Sektor Industri industri tekstil (1.226,7 persen, YoY) dan
5,0 120 industri barang dari kulit dan alas kaki
4,5 100 (480,8 persen, YoY).
4,0 80
3,5 Perbaikan juga terjadi pada realisasi PMA
45,7 60
(miliar USD)
40
2,5
20 triwulan I tahun 2021, realisasi PMA di
2,0
1,5 0 sektor industri pengolahan mencapai
1,0 -20 USD4,5 miliar, atau meningkat sebesar
0,5 4,5
-40 45,7 persen (YoY) dengan kontribusi PMA
0,0 -60 sektor industri sebesar 58,5 persen. Nilai
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
PMA di sektor industri pengolahan
2019 2020 2021
terbesar terdapat di subsektor industri
PMA Pertumbuhan PMA
logam dasar dan barang dari logam yaitu
Sumber: BKPM USD1,7 miliar, industri makanan sebesar
USD968,3 juta, industri kendaraan
bermotor dan alat transportasi lain sebesar USD597,1 juta, serta industri kimia dan
farmasi sebesar USD493,8 juta.
Peningkatan realisasi PMA dan PMDN didukung oleh peningkatan optimisme atas
proyeksi pemulihan kondisi ekonomi Indonesia, berjalannya fasilitasi investasi,
penerapan program vaksin nasional, dan penyederhanaan regulasi sesuai amanat dari
Undang-undang Cipta Kerja. Selain itu, peningkatan investasi di sektor industri
34
Perkembangan Ekonomi Indonesia
pengolahan juga didukung oleh investasi kendaraan listrik, proyek kereta cepat, serta
proyek kawasan industri di Jawa Tengah.
Pemulihan bertahap juga terdapat pada sisi daya beli masyarakat. Hal ini ditunjukkan
oleh peningkatan permintaan terhadap barang tahan lama (durable goods). Antisipasi
terhadap penerapan relaksasi PPnBM untuk produk otomotif pada April 2021,
berpengaruh pada sentimen positif dan perbaikan kepercayaan konsumen membeli
kendaraan bermotor, serta mendorong tambahan produksi.
Pada triwulan I tahun 2021 inventori kendaraan bermotor meningkat sebanyak 68.291
unit. Peningkatan ini merupakan hasil dari peningkatan produksi mobil pada triwulan
I tahun 2021 sebanyak 255.312 unit, atau meningkat sebesar 48.375 unit
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020. Perbaikan produksi terbesar terjadi
pada segmen mobil Multi-Purpose Vehicles (MPV) dengan kapasitas 2.500-3.000 cc
(97,46 persen YoY), yang bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan produksi tahun
sebelumnya. Penurunan yang cukup besar masih terjadi pada segmen bus dengan
kapasitas 5-24 ton (-74,3 persen YoY), segmen mobil Sport Utility Vehicle (SUV)
dengan kapasitas 1500-3000 cc (-69,8 persen YoY), dan truk kapasitas lebih dari 24
ton (-62,6 persen YoY). Namun, tingkat produksi pada awal tahun 2021 masih lebih
rendah 22,2 persen (YoY) jika dibandingkan dengan tahun 2020.
(ribu unit)
(persen)
(persen)
200 -40 150 -50
150 -60
-60 100 -70
100
-80 50 -80
50
255,3 187,0 -90
0 -100 0 -100
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2019 2020 2021 2019 2020 2021
Produksi Mobil Penjualan Mobil
Pertumbuhan Produksi Mobil Pertumbuhan Penjualan Mobil
Sementara itu penjualan mobil pada triwulan I tahun 2021 mencapai 187.021 unit,
atau meningkat signifikan dibandingkan dengan penjualan pada triwulan IV tahun
2020 yang sebesar 27.040 unit. Secara tahunan, penjualan mobil memang masih lebih
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan penjualan mobil
terbesar terjadi pada segmen SUV dengan kapasitas lebih dari 3.000 cc (-73,4 persen,
YoY) dan bus dengan kapasitas 5-24 ton (-80,7 persen YoY). Kenaikan penjualan
35
terjadi pada segmen MPV berkapasitas lebih dari 3.000 cc yang naik sebesar 120,51
persen (YoY) dan SUV kapasitas 1.500-3.000 cc yang naik sebesar 22,5 persen (YoY).
Penjualan motor pada triwulan I tahun 2021 mencapai 1,29 juta unit, atau meningkat
dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2020 sebanyak 786.502 unit. Jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan motor
menurun sebesar 17,7 persen (YoY).
Penurunan aktivitas industri juga masih terjadi pada sektor industri yang terkait
dengan sektor konstruksi, seperti pada industri semen. Penjualan semen nasional
menunjukkan pertumbuhan dibandingkan triwulan IV tahun 2020, namun penjualan
semen masih lebih rendah secara YoY. Penurunan ini berkaitan belum pulihnya
pelaksanaan proyek konstruksi pemerintah dan swasta, serta permasalahan
oversupply pada industri semen.
1000
(persen)
(persen)
800 -40
600 10 -5,0
-60
400
-80 5 -10,0
200 1.294
0 -100 14,87
0 -15,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2019 2020 2021
2019 2020 2021
Penjualan Motor
Penjualan Semen
Pertumbuhan Penjualan Motor Pertumbuhan Penjualan
36
Perkembangan Ekonomi Indonesia
50,0
45,0
40,0
35,0
30,0
25,0
20,0
Mei-20
Jan-19
Mar-19
May-19
Jan-20
Mar-20
Jan-21
Mar-21
Feb-20
Feb-19
Sep-19
Sep-20
Feb-21
Jul-19
Dec-19
Jul-20
Okt-20
Dec-20
Agt-20
Apr-19
Jun-19
Aug-19
Oct-19
Nov-19
Apr-20
Jun-20
Nov-20
Apr-21
Sumber: CEIC
Pariwisata
Gambar 18. Kunjungan Wisman Tabel 16. Kunjungan Wisman berdasarkan Pintu
5.000 20 Masuk dan Negara Asal
Jumlah Griwth (%) Share
0 Uraian
4.000 Wisman QtQ YoY (%)
-20 Pintu Masuk
3.000
Pintu Udara 21.693 -58,6 -98,6 5,6
-40
- Ngurah Rai 117.702 37,8 -80,5 30,5
2.000
-60 - Soe. Hatta 246.197 -12,7 -39,2 63,8
1.000 Pintu Laut 21.693 -58,6 -98,6 5,6
-80 - Batam 117.702 37,8 -80,5 30,5
0 -100 Pintu Darat 246.197 -12,7 -39,2 63,8
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Negara Asal
Cross Border* 330.979 -11,5 -56,5 85,8
2019 2020 2021
Tiongkok 13.029 -36,4 -93,5 3,4
Wisman (ribu orang) Belanda 7.073 -24,8 -80,9 1,8
Pertumbuhan (persen, YoY) Singapura 6.840 14,3 -97,4 1,1
Amerika Serikat 4.378 -43,9 -94,3 1,1
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: Badan Pusat Statistik
*Malaysia, Timor Leste, Papua Nugini
37
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Selama pandemi, pintu udara masih menjadi titik masuk utama wisman. Hampir
seluruh pintu masuk terdapat penurunan jumlah kedatangan wisman, kecuali pintu
laut yang mengalampi peningkatan sebesar 37,7 persen (QtQ). Originasi wisman juga
masih didominasi oleh wisman asal negara perbatasan, seperti Malaysia, Timor Leste,
dan Papua Nugini dengan kontribusi sebesar 86 persen. Untuk originasi lainnya, pada
triwulan I 2021 tercaat penambahan jumlah wisman dari Singapura, Hongkong, dan
Israel sebanyak 1.270 orang.
Gambar 19. Nilai Ekspor Jasa Perjalanan Penurunan kunjungan wisman juga
dan Rerata Pengeluaran Wisman diikuti dengan penurunan devisa
5.000 1.400 pariwisata pada triwulan I tahun 2021,
4.500
4.000
1.200 menjadi sebesar USD88,6 juta, dengan
3.500 1.000 rata-rata pengeluaran wisman (ASPA)
3.000 800 sebesar USD229,7 per orang per
2.500
2.000 600 kunjungan. Nilai tersebut lebih rendah
1.500 229,7 400 dibandingkan triwulan sebelumnya yang
1.000
500
200 sebesar USD145,8 miliar, dengan ASPA
0
89,0
0 sebesar USD316.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2019 2020 2021 Penurunan jumlah wisman dan devisa
Ekspor Jasa Perjalanan (juta USD)
membutuhkan penanganan dalam
ASPA (USD/orang)
bentuk perluasan penerapan protokol
dan standar kebersihan dan kesehatan di
Sumber: Bank Indonesia
berbagai destinasi wisata, yang didukung
kolaborasi berbagai pihak, terutama masyarakat di destinasi. Pada saat yang sama,
reaktivasi pasar wisman secara bertahap perlu dilakukan baik melalui travel bubble,
travel corridor arrangement (TCA) maupun kerjasama dengan negara-negara lainnya.
38
Perkembangan Ekonomi Indonesia
- 0 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Jan Mar Mei Jul Sep Nov Jan Mar
2020 2021 2020 2021
Penurunan aktivitas perjalananan pasca libur natal dan tahun baru, dan masa low
season berdampak pada industri pariwisata khususnya pada industri perhotelan.
Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang pada triwulan I tahun 2021 sebesar
32,9 persen, atau menurun 6,5 poin dari triwulan sebelumnya (QtQ). Hotel Berbintang
5 mengalami penurunan TPK terbesar yakni turun 10,5 poin. Di sisi lain, length of stay
(LOS) atau lama tinggal wisatawan pada hotel berbintang mengalami peningkatan
dari 1,61 hari menjadi 1,72 hari triwulan I 2021 (QtQ). Namun, tingkat LOS masih
tergolong rendah, disebabkan oleh pola berwisata yang masih terbatas.
39
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Gambar 23. PDB Sektor Akomodasi Gambar 24. Investasi Sektor Hotel
dan Makan Minum dan Restoran
6.000
20
-10
3.000
-20
2.000
-30 PDB Nasional
Sektor Akmamin
1.000
-40 Akomodasi
Makan Minum
-50 -
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Proyek Nilai (Rp Proyek Nilai (Rp
(Unit) Triliun) (Unit) Triliun)
2019 2020
PMA PMDN
Sumber: Badan Pusat Statistik Sumber: BKPM
Sepanjang pandemi Covid-19 realisasi investasi di sektor pariwisata (sektor hotel dan
restoran) mengalami peningkatan, khususnya PMDN. Pada triwulan I tahun 2021,
40
Perkembangan Ekonomi Indonesia
sebanyak 2.767 proyek PMDN dan 1.440 proyek PMA telah terealisasi dengan nilai
sebesar Rp5.734 triliun untuk PMDN dan Rp1.093 triliun untuk PMA. Investasi sektor
pariwisata terbesar berada di provinsi DKI Jakarta, Bali, dan Nusa Tenggara Barat
(NTB), dengan kontribusi sebesar 55 persen dari seluruh investasi pariwisata di
Indonesia. Provinsi NTB mencatatkan pertumbuhan PMDN tertinggi.
Wilayah Maluku Papua tumbuh tinggi didorong oleh Provinsi Papua dan
Maluku Utara. Secara agregat, wilayah Maluku dan Papua tumbuh lebih cepat
dibandingkan triwulan IV tahun 2020. Pada triwulan I tahun 2021, pertumbuhan
Maluku dan Papua sebesar 9,0 persen (YoY), meningkat dari triwulan sebelumnya
yang tumbuh hanya sebesar 2,9 persen (YoY). Pertumbuhan ini didorong oleh provinsi
Papua dan Maluku Utara yang tumbuh positif masing-masing sebesar 14,3 persen
(YoY) dan 13,4 persen (YoY). Tingginya pertumbuhan di Papua dari sisi pengeluaran
didorong oleh tingginya pertumbuhan ekspor (352,0 persen, YoY), sementara dari sisi
lapangan usaha didorong oleh pertumbuhan sektor pertambangan (61,1 persen,
YoY). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ekspor golongan bijih tembaga
dan konsentrat. Untuk Provinsi Maluku Utara, pertumbuhan didorong oleh ekspor
(306,9 persen, YoY) dan pertambangan (93,8 persen, YoY) dan industri pengolahan
(86,0 persen, YoY). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan ekspor golongan besi
dan baja, ekspor golongan bijih, kerak dan abu logam,
Provinsi Papua Barat tumbuh positif (1,5 persen, YoY), sementara Maluku masih
terkontraksi (-1,9 persen, YoY). Kontraksi pertumbuhan Maluku dampak dari sektor
transportasi dan pergudangan, perdagangan serta pertanian yang masing-masing
terkontraksi sebesar 15,5; 3,1; dan 1,4 persen (YoY). Kondisi tersebut sejalan dengan
41
Perkembangan Ekonomi Indonesia
inflasi Maluku (gabungan Ambon dan Tual) yang rendah selama triwulan I tahun 2021
bahkan mengalami deflasi pada Januari dan Februari masing-masing sebesar 0,4 dan
1,0 persen (YoY). Sementara kontraksi di sektor pertanian didorong oleh turunnya
nilai ekspor komoditas ikan dan udang yang terkontraksi sebesar 69,9 persen (YoY)
sepanjang triwulan I tahun 2021. Sementara, ekonomi Papua Barat yang tumbuh
positif didorong industri pengolahan (10,1 persen, YoY), pertambangan (4,6 persen,
YoY), dan perdagangan (3,6 persen, YoY). Hal ini sejalan dengan kenaikan produksi
LNG (Liquefied Natural Gas/Gas Alam Cair) Tangguh Teluk Bintuni sebesar 10,28
persen (qtoq), kenaikan produksi industri manufaktur besar dan Sedang Papua Barat
sebesar 2,44 persen (QtQ), dan kenaikan produksi pada pertambangan minyak dan
gas sebesar 9,03 persen (QtQ).
Sulawesi tumbuh positif didorong oleh Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara
sementara kontraksi terjadi di Sulawesi Barat,Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
Secara agregat, pada triwulan I tahun 2021 wilayah Sulawesi tumbuh sebesar 1,2
persen (YoY) lebih baik dari triwulan IV tahun 2020 yang terkontraksi sebesar 0,6
persen (YoY). Provinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara tumbuh positif pada
triwulan I tahun 2021 masing-masing sebesar 6,3 persen (YoY) dan 1,9 persen (YoY).
Pertumbuhan Sulawesi Tengah didorong oleh industri pengolahan, pertambangan,
dan konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 13,0; 11,9; dan 16,2 persen
(YoY). Pertumbuhan tersebut sejalan dengan data realisasi ekspor luar negeri yang
meningkat sebesar 22,44 persen (YoY). Ekspor luar negeri didominasi oleh golongan
besi dan baja dari nikel dan kimia organik. Sementara, konstruksi didorong oleh
proyek seperti pembangunan hunian tetap pasca bencana.
Kontraksi yang relatif tinggi masih terjadi di Gorontalo (-2,0 persen, YoY) dan Sulawesi
Barat (1,2 persen, YoY). Kontraksi ekonomi yang terjadi di Gorontalo didorong oleh
sektor perdagangan (-10,9 persen, YoY) dan pertanian (-0,9 persen, YoY). Kontraksi
sektor pertanian akibat penurunan pada produksi perikanan. Sementara, penurunan
perdagangan terjadi pada perdagangan besar eceran sejalan dengan laju hasil
pertanian serta perdagangan mobil juga mengalami penurunan. Pertumbuhan
ekonomi negatif di Sulawesi Barat didorong oleh kontraksi pada sektor pertanian (1,7
42
Perkembangan Ekonomi Indonesia
persen, YoY) dan industri pengolahan (4,1 persen, YoY). Kontraksi pertanian utamanya
disebabkan oleh turunnya produksi sawit, produksi getah pinus, dan permintaan
komoditas kayu menurun akibat berkurangnya kegiatan konstruksi. Sementara
kontraksi industri pengolahan terjadi sejalan dengan turunnya produksi hasil olahan
kelapa sawit (CPO) dan produksi industri kayu, barang dari kayu dan anyaman rotan.
43
Perkembangan Ekonomi Indonesia
produk premium yang biasanya disuplai ke sektor pariwisata jauh berkurang. Seperti
paprika, selada bulat dan sebagainya hanya diproduksi sedikit untuk memenuhi
kebutuhan hotel/restoran yang masih beroperasi.
Provinsi Nusa Tenggara Barat terkontraksi 1,1 persen (YoY). Sektor utama pendukung
ekonomi NTB, yaitu pertanian dan pertambangan tumbuh masing-masing sebesar
6,0 persen (YoY) dan 2,7 persen (YoY). Tumbuhnya pertanian sejalan dengan
terjadinya pergeseran panen tanaman pangan pada tahun ini. Pada tahun 2020 panen
raya dimulai pada bulan April 2020, tahun ini panen raya telah dimulai sejak Maret
2021. Sementara peningkatan sektor pertambangan disebabkan oleh meningkatnya
produksi konsentrat khususnya konsentrat kering serta adanya proyek penimbunan
jalan untuk membuat jalur bypass dari Bandara Internasional Lombok ke Mandalika
yang meningkatkan produksi galian C. Di sisi lain, sektor transportasi serta akomodasi
dan makan-minum mengalami kontraksi masing-masing 25,1 dan 22,9 persen (YoY).
Kontraksi ini sejalan dengan pembatasan perjalanan dan penerapan protokol
kesehatan mengakibatkan jumlah aktivitas transportasi mengalami penurunan serta
belum pulihnya kunjungan wisatawan yang tercermin dari tingkat penghunian kamar
hotel yang mengalami penurunan dibandingkan triwulan I tahun 2020.
Provinsi DKI Jakarta terkontraksi sebesar 1,7 persen (YoY), membaik dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi hingga 2,1 persen (YoY). Pertumbuhan ekonomi DKI
44
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Jakarta masih terkontraksi akibat belum pulihnya kinerja sektor-sektor utama seperti
perdagangan (-0,6 persen, YoY), konstruksi (-5,0 persen, YoY), industri pengolahan (-
0,1 persen, YoY) dan jasa keuangan (-7,4 persen, YoY), hal ini disebabkan oleh
pandemi Covid-19 yang masih berlanjut walaupun sudah menunjukkan perbaikan.
Sementara itu, penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi sektor yang
terkontraksi paling dalam yakni terkontraksi sebesar 10,4 persen (YoY), namun lebih
baik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 15,4 persen (YoY). Beberapa
sektor yang menahan Provinsi DKI Jakarta untuk tidak terkontraksi lebih dalam
diantaranya: jasa kesehatan tumbuh hingga 15,0 persen (YoY) didorong oleh
peningkatan permintaan vaksinasi dan tes PCR/rapid antigen karena pandemi serta
belanja kesehatan pemerintah yang meningkat, informasi dan komunikasi tumbuh
hingga 7,9 persen (YoY) didorong oleh segala aktivitas yang dilakukan secara online
sehingga jumlah pengguna internet dan konsumsi data internet meningkat signifikan.
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan kontribusi kedua terbesar di Wilayah
Jawa setelah DKI Jakarata terkontraksi sebesar 0,4 persen (YoY), membaik dari
triwulan sebelumnya yang terkontraksi hinggal 2,6 persen. Pemulihan ekonomi Jawa
Timur didorong oleh sektor-sektor esensial yang mulai pulih. Sektor pertanian
tumbuh hingga 4,7 persen (YoY) didorong oleh peningkatan produksi padi seiring
dengan masuknya masa panen raya. Infromasi dan komunikasi tumbuh 8,5 persen
(YoY) seiring dengan peningkatan jumlah pengguna internet dan waktu
penggunaannya. Sektor perdagangan tumbuh 1,3 persen (YoY) didorong oleh
relaksasi pajak PPnBM sehingga mendorong peningkatan penjualan mobil, serta jasa
kesehatan tumbuh sebesar 4,6 persen seiring dengan proses vaksinasi yang terus
dilaksanakan. Sektor-sektor yang masih terkontraksi diantaranya konstruksi yang
terkontraksi sebesar 3,0 persen (YoY) akibat belum pulihnya kegiatan pembangunan
infrastruktur yang dibiayai oleh pemerintah menyebabkan kegiatan konstruksi masih
tertekan. Transportasi dan pergudangan masih terkontraksi cukup dalam yakni
terkontraksi 13,3 persen (YoY) akibat masih adanya pembatasan yang berlaku di
masyarakat sehingga menyebabkan penurunan trafik penumpang di berbagai
armada angkutan, serta penyediaan akomodasi terkontraksi 6,8 persen (YoY) seiring
dengan tingkat penghunian kamar hotel yang masih rendah.
45
Perkembangan Ekonomi Indonesia
11,4 persen (YoY), dan jasa Kesehatan tumbuh sebesar 10,9 persen (YoY). Sementara
itu, sektor transportasi dan pergudangan masih terkontraksi cukup dalam yaitu 12,0
persen (YoY) karena masih terdampak oleh kebijakan pemerintah dalam memutus
mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Lebih lanjut, Provinsi Lampung merupakan provinsi yang terkontraksi paling dalam di
wilayah Sumatera, yakni terkontraksi sebesar 2,1 persen (YoY) disebabkan oleh masih
terkontraksinya sektor-sektor utama di Provinsi Lampung seperti Pertanian yang
terkontaksi sebesar 1,7 persen (YoY) seiring dengan penurunan produksi komoditas
perkebunan dan perhutanan (jagung, pisang, dan kayu), perdagangan terkontraksi
sebesar 5,9 persen (YoY) seiring dengan adanya kebijakan pembatasan jam
operasional kegiatan usaha, serta kontraksi cukup dalam yang terjadi di beberapa
sektor seperti transportasi dan pergudangan (-14,5 persen, YoY), pengadaan listrik
dan gas (-13,2 persen, YoY), dan penyediaan akomodasi dan makan minum (-12,7
persen, YoY). Sementara itu, sektor-sektor yang masih tumbuh positif diantaranya:
sektor konstruksi tumbuh sebesar 5,5 persen (YoY) seiring dengan realisasi
pengadaan semen yang mengalami kenaikan sebesar 21,7 persen (YoY), jasa
kesehatan tumbuh sebesar 2,9 persen (YoY) seiring dengan mulai dilaksanakannya
kegiatan vaksinasi Covid-19, serta informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 8,1
persen (YoY) seiring dengan kebutuhan data dan pengguna internet yang terus
meningkat.
46
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung merupakan provinsi yang tumbuh
positif di Wilayah Sumatera yakni masing-masing tumbuh sebesar 0,4 persen (YoY)
dan 1,0 persen (YoY). Provinsi Riau dan Kepulauan Bangka Belitung mengalami
perbaikan dari triwulan sebelumnya yang masing-masing terkontraksi sebesar 1,5
persen (YoY) dan 1,0 persen (YoY). Perbaikan ekonomi Provinsi Riau didorong oleh
peningkatan kinerja sektor utama seperti industri pengolahan tumbuh sebesar 3,6
persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 28,2 persen dan pertanian tumbuh sebesar
4,5 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 27,4 persen. Perbaikan ekonomi provinsi
Kepulauan Babel juga didorong oleh peningkatan kinerja sektor utama yaitu industri
pengolahan tumbuh sebesar 5,2 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 21,0 persen
dan pertanian tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY) dengan kontribusi sebesar 19,8
persen seiring dengan peningkatan sektor budidaya tambak udang vaname yang
pertumbuhannya cukup pesat serta harga-harga komoditas utama provinsi
Kepulauan Babel yang terus membaik seperti kelapa sawit, karet dan lada.
47
Perkembangan Ekonomi Indonesia
48
Perkembangan Ekonomi Indonesia
2.3 Fiskal
Pendapatan negara tumbuh positif secara YoY, di sisi lain realisasi belanja
negara dan pembiayaan juga meningkat. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah
hingga akhir Maret 2021 mencapai Rp378,8 triliun atau sebesar 21,7 persen dari
target pada APBN 2021. Capaian Pendapatan Negara dan Hibah tersebut tumbuh 0,6
persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
49
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pemerintah (DTP). Di sisi lain, PPh Badan tumbuh negatif sebesar -40,4 persen (YoY),
terutama disebabkan dampak perlambatan ekonomi, insentif pengurangan Angsuran
PPh 25, penurunan tarif PPh Badan dari 25 persen menjadi 22 persen, serta
peningkatan restitusi
Hingga bulan Maret, komponen penerimaan perpajakan yang tumbuh positif yaitu
PPN tumbuh 5,4 persen (YoY), Pajak Lainnya tumbuh 58,6 persen (YoY), Cukai tumbuh
70,1 persen (YoY) dan Bea Keluar tumbuh 534,8 persen (YoY).
Dari sisi PPN/PPnBM, realisasinya secara nominal ditopang terutama oleh penerimaan
PPN, terutama PPN Dalam Negeri yang tumbuh sebesar 4,1 persen (YoY), dan PPN
Impor yang tumbuh sebesar 8,2 persen (YoY). Indikasi tersebut merupakan sinyal
ekonomi mulai bergerak, terutama terlihat dari peningkatan mobilitas masyarakat.
Dari sisi Cukai, kinerja penerimaan cukai yang tumbuh 70,1 persen (YoY), utamanya
dipengaruhi oleh pertumbuhan Cukai Hasil Tembakau (CHT) sebesar 73,9 persen
(YoY). Sementara itu, kinerja bea keluar meningkat 534,8 persen dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya, terutama disebabkan peningkatan aktivitas
ekspor terutama tembaga, CPO, dan biji kakao dari sisi volume dan harga.
Belum normalnya aktivitas ekonomi global dan domestik, baik dari sisi penawaran
maupun permintaan mengakibatkan perlambatan pada Penerimaan Sumber Daya
Alam (SDA), yang mencapai Rp24,1 triliun dan terkontraksi sebesar 31,2 persen (YoY).
Penerimaan SDA tersebut terdiri dari realisasi Penerimaan SDA Migas sebesar Rp15,3
triliun yang mengalami kontraksi sebesar 46,7 persen (YoY), dan realisasi Penerimaan
SDA Nonmigas sebesar Rp8,8 triliun yang tumbuh positif sebesar 38,1 persen (YoY)
Sementara itu, realisasi penerimaan dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) sampai
dengan tanggal 31 Maret 2021 mencapai Rp1,3 triliun, atau terkontraksi sebesar 100,0
persen (YoY). Penurunan tersebut dipengaruhi setoran dividen Tahun Buku 2019 dari
50
Perkembangan Ekonomi Indonesia
tiga bank yang sudah diakui pada bulan Maret 2020, sementara pada Maret 2021
belum terdapat setoran dividen bank Himbara. Laporan keuangan sebagian besar
masih dalam tahap audit yang dilaksanakan oleh Kantor Akuntan Publik. Selanjutnya,
realisasi PNBP lainnya mencapai Rp40,0 triliun, tumbuh sebesar 64,6 persen (YoY).
Kenaikan ini disebabkan kontribusi peningkatan pendapatan dari Penjualan Hasil
Tambang Batubara. Dari sisi PNBP Badan Layanan Umum (BLU), hingga 31 Maret 2021
terealisasi sebesar Rp24,0 triliun atau tumbuh 86,1 persen (YoY), terutama disumbang
pendapatan dana perkebunan kelapa sawit sebesar Rp14,8 triliun.
51
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Selain itu, pertumbuhan bantuan sosial juga dipengaruhi terutama oleh peningkatan
realisasi program-program bansos reguler seperti Program Indonesia Pintar yang
meningkat sebagai hasil perbaikan mekanisme penyaluran bantuan kepada anak
sekolah, serta peningkatan realisasi penyaluran bantuan Kartu Indonesia Pintar (KIP)
Kuliah kepada mahasiswa.
Peningkatan realisasi belanja K/L dari perspektif organisasi, sampai dengan 31 Maret
2021 disumbang oleh 15 K/L pagu terbesar yang mencapai 89,5 persen dari total
realisasi belanja K/L, dan terutama berfokus pada K/L di bidang perlindungan sosial
dan kesehatan yang ditujukan untuk pencairan PKH, Kartu Sembako, Bansos Tunai,
serta pelayanan kesehatan dan penyediaan obat dan vaksin. Selain itu, peningkatan
kinerja belanja K/L juga didorong oleh K/L bidang infrastruktur yang ditujukan untuk
pembangunan jalan, bendungan, jaringan irigasi, dan jalur kereta api. Realisasi belanja
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara RI juga mendongkrak kinerja belanja
K/L, antara lain melalui pengadaan alutsista dan almatsus, serta dukungan
pelaksanaan protokol kesehatan dan ketertiban/keamanan selama Pandemi.
Sementara itu, Belanja Pegawai K/L terealisasi sebesar Rp48,8 triliun, meningkat 0,3
persen dibanding tahun sebelumnya. Di sisi lain, realisasi belanja pegawai Non-K/L
hingga Maret 2021 mencapai Rp39,4 triliun, dimana menurun sebesar 6,0 persen
dibandingkan tahun sebelumnya.
Realisasi Belanja Barang sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp63,7 triliun,
meningkat 81,6 persen (YoY). Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh
pelaksanaan program penanganan Pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi
seperti pengadaan obat-obatan dan pengadaan/pelaksanaan vaksinasi, pembayaran
klaim biaya perawatan pasien Covid-19, pelaksanaan bantuan pelaku usaha mikro
(BPUM), serta pelaksanaan bantuan pendidikan dasar dan menengah.
Realisasi Belanja Modal sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp34,2 triliun atau
13,9 persen terhadap pagu APBN 2021, tumbuh signifikan 186,2 persen (YoY).
Pertumbuhan realisasi belanja modal ini utamanya dipengaruhi oleh pelaksanaan
proyek infrastruktur dasar lanjutan tahun 2020 dan infrastruktur konektivitas.
Realisasi Belanja Non-K/L hingga 31 Maret 2021 mencapai Rp148,5 triliun, naik 9,9
persen dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun 2020, yang digunakan
antara lain untuk pembayaran bunga utang, subsidi, dan belanja lain-lain. Realisasi
Pembayaran Bunga Utang sampai dengan 31 Maret 2021 mencapai Rp78,4 triliun,
naik 6,2 persen (YoY), sejalan dengan tambahan penerbitan utang yang dilakukan.
Sementara itu, realisasi subsidi sampai dengan 31 Maret 2021 tumbuh sebesar 14,3
persen (YoY), dengan realisasi mencapai Rp21,0 triliun. Peningkatan ini terutama
52
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Selanjutnya adalah TKDD. Realisasi TKDD sampai dengan Maret 2021 mencapai
sebesar Rp173,0 triliun atau 21,8 persen dari Pagu APBN 2021. Realisasi tersebut lebih
rendah 0,9 persen (YoY). Lebih rendahnya realisasi hingga Maret 2021 tersebut
dipengaruhi oleh beberapa daerah yang masih terkendala dalam hal pemenuhan
syarat pelaporan untuk penyaluran DAU.
Dana Alokasi Umum (DAU) hingga 31 Maret 2021 telah disalurkan sebesar Rp104,0
triliun atau mencapai 26,7 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut
memperlihatkan adanya penurunan sebesar 20,0 persen (YoY) yang disebabkan
beberapa daerah belum dapat memenuhi persyaratan penyaluran DAU bulan
Februari. Realisasi DAU di atas telah mencakup realisasi Penyaluran DAU bulan Januari
kepada 3 daerah, DAU bulan Februari kepada 55 daerah, DAU bulan Maret kepada 52
daerah, dan DAU bulan April kepada 166 daerah. Realisasi tersebut juga turut
dipengaruhi oleh pengenaan sanksi penundaan DAU bulan Februari bagi 2
pemerintah daerah dan DAU bulan April bagi 1 Pemerintah Daerah yang belum
menyampaikan Data/Informasi Keuangan Daerah serta penyaluran kembali DAU
bulan Februari kepada 5 Daerah yang terkena sanksi penundaan DAU.
Realisasi penyaluran Dana Bagi Hasil (DBH) sampai dengan akhir Maret 2021
mencapai sebesar Rp30,0 triliun atau 29,5 persen dari pagu APBN 2021, terutama
berasal dari penyaluran DBH reguler dan penyaluran Kurang Bayar DBH. Capaian yang
menunjukkan adanya kenaikan sebesar 143,7 persen (YoY) tersebut dipengaruhi oleh
adanya percepatan penyaluran Kurang Bayar DBH sebesar Rp13,4 triliun untuk
penyelesaian Kurang Bayar DBH Pajak dan SDA berdasarkan
Dana Transfer Khusus sampai dengan akhir Maret 2021, realisasi DAK mencapai
Rp28,0 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan DAK
Non Fisik. Realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik sebesar Rp73,8 miliar atau 0,1
persen dari pagu alokasi, naik secara persentase dibanding realisasi tahun 2020 yang
sebesar 69,9 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya percepatan proses pengadaan
53
Perkembangan Ekonomi Indonesia
barang/jasa oleh daerah berdasarkan Rencana Kegiatan (RK) yang telah disetujui
kementerian/lembaga.
Selanjutnya, penyaluran DAK Nonfisik hingga akhir Maret 2021 telah terealisasi
sebesar Rp28,0 triliun atau 21,3 persen dari pagu APBN 2021. Realisasi tersebut
mengalami kenaikan sebesar 12,9 persen (YoY). Kenaikan tersebut utamanya
disebabkan karena sebagian besar jenis DAK Nonfisik telah disalurkan sesuai jadwal
pelaksanaan penyaluran. Adapun beberapa jenis DAK Nonfisik lainnya yang belum
disalurkan, saat ini masih menunggu ditetapkannya petunjuk teknis dari
kementerian/lembaga terkait.
Penyaluran Dana Desa hingga akhir Maret 2021 terealisasi sebesar Rp10,6 triliun atau
14,7 persen dari pagu APBN 2021. Jumlah tersebut menunjukkan adanya peningkatan
sebesar 46,3 persen (YoY). Dana Desa untuk BLT Desa telah disalurkan sebesar
Rp405,30 miliar kepada 13.196 desa, yang diberikan kepada keluarga miskin di desa
yang tidak menerima program bantuan sosial dari Pemerintah seperti PKH, Kartu
Sembako, Kartu Pra Kerja dan Bantuan Sosial Tunai.
Selain itu, Dana Desa juga di-earmaked penggunaannya paling sedikit 8 persen dari
pagu Dana Desa setiap Desa untuk mendukung penanganan pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) di tingkat desa sebagaimana diamanatkan oleh PMK Nomor
17/PMK.07/2021. Dana Desa untuk penanganan pandemi Covid-19 telah disalurkan
sebesar Rp2,3 triliun kepada 29.041 desa.
Berdasarkan capaian Pendapatan dan Belanja Negara yang sudah disebutkan, hingga
akhir Maret 2021, defisit anggaran mencapai Rp144,2 triliun atau sekitar 0,8 persen
54
Perkembangan Ekonomi Indonesia
terhadap PDB. Besaran tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2020 yang mencapai 0,5 persen PDB. Sementara itu posisi keseimbangan
primer pada Maret 2021 berada pada posisi negatif Rp65,8 triliun dari yang
sebelumnya sebesar negatif Rp2,2 triliun pada Maret 2020. Selanjutnya dari sisi
pembiayaan anggaran, realisasi hingga Maret 2021 mencapai sebesar Rp323,0 triliun.
Dengan kondisi defisit anggaran tersebut, posisi utang Pemerintah per akhir Maret
2021 sebesar Rp6.445,1 triliun, dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar
41,6 persen. Secara nominal, posisi utang Pemerintah Pusat mengalami peningkatan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, hal ini disebabkan oleh
peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan
pemulihan ekonomi nasional.
41,6
38,7
6000
(persen PDB)
(triliun Rp)
5000
6.074,6
-144,2 4000
4.756,1
4.418,3
-0,5 3000 4.010,3
2000
2017 2018 2019 2020 Maret
-0,8 2021
Utang Pemerintah Pusat
Rp Triliun Persen PDB
Rasio Utang (%PDB)
55
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Sementara itu, dalam rangka penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN), pemerintah telah menganggarkan sebesar Rp699,4 triliun di tahun 2021 yang
terbagi dalam beberapa klaster, yaitu kesehatan sebesar Rp175,5 triliun, perlindungan
sosial sebesar Rp150,9 triliun, insentif usaha sebesar Rp56,7 triliun, dukungan UMKM
dan korporasi sebesar Rp191,1 triliun, dan program prioritas sebesar Rp125,2 triliun.
Alokasi tersebut meningkat sebesar 20,6 persen dari realisasi sementara tahun 2020
sebesar Rp579,8 triliun.
Sampai dengan 31 Maret 2021, realisasi program penanganan Covid-19 dan PEN
mencapai Rp134,1 triliun atau 19,2 persen dari pagu. Rincian realisasi tersebut
mencakup klaster kesehatan sebesar Rp18,6 triliun terutama untuk mendukung
pelaksanaan 3T dan 3M, bantuan Iuran JKN, serta pemberian insentif perpajakan
kesehatan. Klaster perlindungan sosial terealisasi sebesar Rp47,9 triliun, terutama
berasal dari penyaluran berbagai program bansos untuk keluarga miskin antara lain
56
Perkembangan Ekonomi Indonesia
untuk Program Keluarga Harapan (PKH); Kartu Sembako; dan Bansos Tunai, serta
program bansos lainnya yaitu BLT Desa, Kartu Pra Kerja, dan bantuan kuota internet
untuk peserta dan tenaga didik.
Selanjutnya, realisasi program prioritas ialah sebesar Rp14,9 triliun yang digunakan
untuk program padat karya, pariwisata, ketahanan pangan, ICT dan pengembangan
kawasan strategis. Sementara itu, realisasi anggaran dukungan UMKM dan korporasi
ialah sebesar Rp37,7 triliun terutama berasal dari Bantuan Pemerintah untuk Usaha
Mikro (BPUM), pemberian IJP UMKM dan korporasi untuk KMK dijamin, serta
penempatan dana pada perbankan. Terakhir, insentif kepada dunia usaha telah
diberikan berupa insentif atas PPh21 DTP, PPh final UMKM DTP, Pembebasan PPh 22
Impor, Pengurangan Angsuran PPh 25, Pengembalian Pendahuluan PPN, dan
Penurunan Tarif PPh Badan, dan pemberian insentif usaha, dengan realisasi
sementara sebesar Rp15,0 triliun.
57
Perkembangan Ekonomi Indonesia
58
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Moneter
Suku bunga acuan diturunkan menjadi 3,50 persen, turun sebanyak 150 bps
sejak tahun 2020 dan terendah sepanjang penetapan suku bunga acuan BI 7DRR
pada Agustus 2016. Respon kebijakan moneter dalam rangka mendukung
percepatan pemulihan ekonomi nasional ditempuh melalui kebijakan penurunan
suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebanyak 25 basis poin pada
triwulan I tahun 2021. Kebijakan ini didukung tingkat inflasi yang rendah serta
perlunya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah ditengah masih tingginya
ketidakpastian pasar keuangan global.
Pada triwulan I tahun 2021, Bank Indonesia menambah likuiditas (QE) di perbankan
sekitar Rp50,3 triliun (per 16 Maret 2021). Ekspansi moneter diperkuat dengan
berlanjutnya pembelian SBN oleh Bank Indonesia di pasar perdana untuk mendukung
pembiayaan APBN 2021, mencapai Rp65,0 triliun hingga 16 Maret 2021 termasuk
skema lelang utama sebesar Rp22,9 triliun dan Greenshoe Option (GSO) sebesar
Rp42,1 trilun.
59
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Dari sisi eksternal, pelemahan nilai tukar Rupiah dipengaruhi terhambatnya aliran
modal asing yang masuk ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia,
dipengaruhi respon pasar terhadap lanjutan stimulus kebijakan fiskal yang diberikan
oleh Pemerintah Amerika Serikat (American Rescue Plan) pada awal tahun 2021.
Stimulus tersebut berdampak pada meningkatnya optimisme investor akan prospek
pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat dari perkiraan awal, tercermin dari naiknya
yield US Treasury dan ketidakpastian di pasar keuangan global. Tertahannya aliran
modal asing yang masuk ke Indonesia ditunjukkan dari net outflow portofolio asing
pada periode Januari hingga 16 Maret 2021 sebesar 1,6 miliar dolar AS.
Gambar 29. Perkembangan Nilai Tukar Dari sisi internal, pelemahan nilai
Rupiah terhadap USD, 2019-2021 tukar Rupiah dapat diminimalkan
17.000 ditopang oleh perbaikan kondisi
perekonomian domestik yang terus
16.000 3/31/2021 berlanjut yang tercermin dari: (i)
Rp14.525
Berlanjutnya Implementasi program
15.000 vaksinasi Covid-19, (ii) Inflasi yang
rendah dan terjaga; (iii) Defisit
transaksi berjalan yang rendah; serta
14.000
Jan-20
Mar-20
Jan-21
Mar-21
Sep-19
Sep-20
Jul-19
Jul-20
Nov-19
Nov-20
Mar-16
Mar-17
Mar-18
Mar-19
Mar-20
Mar-21
60
Perkembangan Ekonomi Indonesia
berturut-turut mencapai sebesar 116,53 persen, 106,91 persen, 104,57 persen, dan
84,31 persen.
Jan
Feb
Mar
Mei
Sep
Feb
Mar
Okt
Des
Jun
Jul
Agt
Apr
Nov
Likuiditas yang longar mendorong tingginya rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak
Ketiga (AL/DPK) yakni 33,58 persen dan rendahnya rata-rata suku bunga PUAB
overnight, sekitar 2,79 persen pada Maret 2021. Kebijakan pelonggaran likuiditas dan
penurunan suku bunga kebijakan (BI7DRR) direspon perbankan melalui penurunan
suku bunga dasar kredit sebesar 171 bps (YoY) per Februari 2021.
61
Perkembangan Ekonomi Indonesia
sama pada tahun 2020, lebih rendah dari batas bawah sasaran inflasi 2021 yaitu 2,0
persen (YoY). Secara berturut-turut inflasi tahunan pada Januari – Maret 2021 sebesar
1,55; 1,38; dan 1,37 persen (YoY). Secara bulanan (MtM) pada periode yang sama,
masing-masing mencapai 0,26; 0,10; dan 0,08 persen. Capaian inflasi pada triwulan I
tahun 2021 menunjukkan tren menurun bila dibandingkan triwulan IV tahun 2020.
Inflasi inti yang tetap rendah pada triwulan I tahun 2021 dipengaruhi oleh deflasi
komoditas mobil seiring dengan pemberian insentif penurunan tarif Pajak Penjualan
atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor tertentu dan berlanjutnya
deflasi komoditas emas perhiasan seiring perlambatan inflasi emas global. Rendahnya
inflasi inti sejalan dengan permintaan global dan domestik yang belum pulih, serta
ditopang stabilitas nilai tukar yang terjaga.
Gambar 32. Perkembangan Indeks Harga Daya beli masyarakat diperkirakan masih
Konsumen (IKK) dan Inflasi Inti lemah, tercermin dari Indeks Keyakinan
3,5 140,0 Konsumen (IKK) yang masih dibawah
3,0 120,0 level optimis (<100). Meski demikian, IKK
2,5 100,0 bulan Maret meningkat menjadi 93,4,
didorong oleh optimisme terhadap
(persen)
(indeks)
2,0 80,0
1,5 60,0
kondisi ekonomi saat ini, baik dari aspek
ketersediaan lapangan kerja,
1,0 Inti 40,0
IKK penghasilan, maupun ketepatan waktu
0,5 20,0
pembelian barang tahan lama.
0,0 0,0
Juli
Jan
Jan
Okt
Jul
Okt
April
Januari
Apr
62
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 28. Tingkat Inflasi Domestik Tabel 29. Inflasi Kelompok Pengeluaran
Berdasarkan Komponen (YoY) (MtM)
Persentase (%) Kelompok Persentase (%)
Komponen
Jan Feb Mar Pengeluaran Jan Feb Mar
Inti 1,56 1,53 1,21 UMUM (headline) 0,26 0,10 0,08
Harga Bergejolak 2,82 1,52 2,49 Makanan,
Harga diatur Minuman, dan 0,81 0,07 0,40
0,34 0,66 0,88
pemerintah Tembakau
Sumber: Badan Pusat Statistik Pakaian dan Alas
0,11 0,06 0,02
Kaki
Gambar 33. Perkembangan Indeks Harga Perumahan, Air,
Pangan Strategis Nasional, (2018=100) Listrik, dan Bahan 0,03 0,04 0,04
bakar Lainnya
220 Perlengkapan,
Peralatan, dam
0,15 0,36 0,10
Pemeliharaan Rutin
180 Rumah Tangga
141,8 Kesehatan 0,19 0,19 0,08
140 Transportasi -0,30 0,30 -0,25
124,7
Informasi,
Komunikasi, dan 0,04 -0,03 -0,03
100 Jasa Keuangan
Rekreasi, Olahraga,
0,05 0,06 0,05
60 dan Budaya
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Pendidikan 0,04 0,00 0,01
Penyediaan
Minyak Goreng Daging Sapi
Daging Ayam Telur Ayam Makanan & 0,33 0,28 0,17
Beras Medium Gula Pasir Minuman/Restoran
Cabai Rawit Cabai Merah
Perawatan Pribadi
Bawang Merah Bawang Putih 0,23 -0,14 -0,39
dan Jasa Lainnya
Sumber: PIHPS
Sumber: Badan Pusat Statistik
63
Perkembangan Ekonomi Indonesia
terbatas akibat perubahan cuaca di beberapa daerah sentra tidak mampu memenuhi
permintaan.
Jasa Keuangan
Sektor jasa keuangan masih terkendali dan stabil di tengah tekanan yang
dihadapi.
Hingga awal tahun 2021, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan masih tumbuh
tinggi dan stabil pada level double digit, meskipun mulai melandai jika dibandingkan
dengan pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2020. DPK tumbuh sebesar 10,1 persen
(YoY) pada Februari tahun 2021, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,1 persen (YoY). Jika ditinjau dari komponennya,
pertumbuhan pada giro merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan total
DPK. Giro tumbuh hingga mencapai 17,2 persen (YoY), sementara tabungan dan
deposito masing-masing tumbuh sebesar 11,6 dan 6 persen (YoY). Deposito mulai
menunjukkan perlambatan pertumbuhan, didorong oleh terus turunnya suku bunga
deposito.
Selanjutnya, ditinjau dari lapangan usaha penerima kredit, kontraksi penyaluran kredit
masih terjadi di sebagian besar sektor ekonomi. Sektor perdagangan besar dan
eceran merupakan sektor yang paling terdampak, dimana sebesar 23,9 persen dari
total kredit kepada lapangan usaha disalurkan ke sektor tersebut dan sektor tersebut
justru mengalami kontraksi penyaluran kredit yang cukup besar, yaitu sebesar -5,1
persen (YoY) pada Februari tahun 2021. Selanjutnya, penyaluran kredit kepada
lapangan usaha terbesar kedua adalah industri pengolahan, yaitu sekitar 22,5 persen
dari total kredit perbankan disalurkan kepada industri pengolahan. Namun demikian,
penyaluran kredit pada sektor tersebut juga terkontraksi -3,6 persen (YoY). Meskipun
demikian, masih terdapat beberapa sektor utama yang mengalami pertumbuhan
65
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tahun 2021, pemerintah menargetkan penyaluran
Kredit Usaha Rakyat sebesar Rp253 triliun, meningkat sebesar Rp63 triliun dari target
penyaluran tahun 2019. Hingga triwulan I tahun 2021, KUR telah disalurkan kepada
1,7 juta debitur, dengan total penyaluran sebesar Rp64,6 triliun (mencapai 25,5 persen
dari target yang ditetapkan). Penyaluran tersebut sebagian besar disalurkan kepada
sektor perdagangan yang memiliki porsi sebesar 45 persen dari total KUR yang
disalurkan, dan diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa masing-masing sebesar
29,5 persen dan 14,1 persen.
Dalam penyalurannya, KUR terbagi menjadi 4 (empat) skema, yaitu KUR Super Mikro
(pinjaman ≤ 10 juta), KUR Mikro (pinjaman ≤Rp25 juta), KUR Kecil (pinjaman Rp25–
200 juta), dan KUR Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan skema tersebut, hingga
triwulan I tahun 2021, KUR Mikro mendominasi total penyaluran KUR yaitu sebesar
66
63,9 persen, diikuti oleh KUR Kecil yaitu sebesar 34,2 persen, sementara sisanya
adalah KUR Super Mikro sebesar 1,6 persen, dan KUR TKI sebesar 0,3 persen. Jika
dilihat penyaluran KUR berdasarkan wilayah, penyaluran masih terkonsentrasi di
wilayah Jawa dan Sumatera, dengan porsi masing-masing sebesar 57,1 persen dan
21,4 persen.
Pasar Modal. Secara umum, kondisi pasar modal domestik relatif masih terbilang
underperform akibat adanya kenaikan imbal hasil surat utang Pemerintah Amerika
Serikat (AS) dengan tenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan terakhir, yakni
di atas level 1,7 persen. Hal tersebut kemudian mempengaruhi appetite para investor
non-residen dan mendorong terjadinya aliran dana asing untuk keluar.
5.500 435
6.200
5.300
6.000 430
5.100 5.800
4.900 5.600 425
4.700 5.400
4.500 5.200 420
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
415
2020 2021
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Nilai Kapitalisasi Pasar (Rp) IHSG
2020 2021
67
Jika dibandingkan dengan triwulan I tahun 2020, IHSG mengalami peningkatan
sebesar 31,8 persen (YoY) ke level 5.985,5. Sementara itu, sejalan dengan pergerakan
IHSG, nilai kapitalisasi pasar saham juga tumbuh positif sebesar 34,7 persen (YoY) dan
ditutup di level Rp7.070,6 triliun pada awal tahun 2020.
Asuransi. Kinerja Industri Asuransi pada triwulan I tahun 2021 masih mengalami
peningkatan seperti pada triwulan sebelumnya, yang salah satunya tercermin dari
perkembangan total aset Industri Asuransi. Total aset Industri Asuransi meningkat
menjadi sebesar Rp1.450,8 triliun atau tumbuh sebesar 16,3 persen (YoY), lebih tinggi
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 6,3
persen (YoY) (Gambar 38). Hal tersebut didorong oleh jenis industri asuransi jiwa yang
memiliki total aset terbesar.
Dana Pensiun. Pada triwulan I tahun 2021, jumlah aset dan investasi industri dana
pensiun tetap tumbuh tinggi, dan mengalami perbaikan yang cukup besar jika
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jumlah investasi pada
triwulan I tahun 2021 sebesar Rp303,7 triliun, atau tumbuh sebesar 12,9 persen (YoY).
Sementara itu, jumlah aset neto sebesar Rp313,7 triliun, tumbuh 12,2 persen (YoY).
68
Gambar 39. Perkembangan Aset Gambar 40. Perkembangan Jumlah Aset
Industri Asuransi Bersih dan Jumlah Investasi Dana Pensiun
1.500 18,0 320 14
1.450 16,0 12
1.400 14,0 300 10
12,0
(persen)
1.350
(triliun Rp)
(triliun Rp)
8
(persen)
10,0 280
1.300 6
8,0
1.250 4
6,0 260
1.200 4,0 2
1.150 2,0 240 0
1.100 0,0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2020 2021
2020 2021 Aset
Aset Investasi
Pert. Aset (%, YoY)
Pertumbuhan (%, YoY) Pert. Investasi (%, YoY)
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
7,0
(triliun Rp)
140 40
120 6,0
100 30
(persen)
5,0
80
60 20 4,0
40 10 3,0
20
2,0
0 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 1,0
2020 2021 0,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Pinjaman Tersalurkan (triliun Rp)
Penerima Pinjaman (juta entitas) 2020 2021
69
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh tingga 134,6 persen
(YoY).
Perbankan Syariah. Perlambatan ekonomi yang terus berlanjut akibat dari pandemi
Covid-19 masih memberi tekanan pada kinerja perbankan. Namun demikian, berbeda
halnya dengan kinerja perbankan syariah yang mulai membaik pada Februari 2021.
Hal ini ditunjukan pada Rasio kecukupan Modal (CAR) Bank Umum Syariah (BUS),
pada triwulan IV sebelumnya tercatat di angka 21,6 persen, angka ini terus membaik
dari sebelumnya yang sempat stagnan pada angka 20,4 persen.
Gambar 43. Kinerja Bank Umum Syariah Gambar 44. Kinerja Unit Usaha Syariah
25 90,0 3,5 106
(persen)
(persen)
22 50,0 3,2
98
21 40,0 3,1
96
30,0
20 3
20,0 94
19 10,0 2,9 92
18 0,0 2,8 90
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2020 2021 2020 2021
70
Selanjutnya dari segi likuiditas, pada bulan Februari 2021, masih terjadi pelonggaran
likuiditas baik pada Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS).
Rasio pembiayaan terhadap penghimpunan dana (Financing to Deposit Ratio/FDR)
pada BUS yang sebesar 76,5 persen meningkat sedikit dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 76,4 persen. Hal yang sama terjadi pada FDR UUS sebesar 96,6 persen
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 96,0 persen.
400
Pembiayaan
87,2 87,2 86,9
300 Investasi
Pembiayaan
200 163,2 181,6 185,0
Konsumsi
100 Total
361,6 384,0 382.1
Pembiayaan
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
*data bulan Februari
2020 2021
Selanjutnya, apabila ditinjau secara lebih detail terkait berdasarkan jenis atau tujuan
penggunaannya, pembiayaan perbankan syariah per Februari 2021 masih didominasi
oleh pembiayaan konsumsi, yaitu sebesar Rp 185,0 triliun. Selain mendominasi,
pembiayaan konsumsi juga mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,4
persen (YoY). Disusul pembiayaan modal kerja dan investasi pada Februari 2021
masing-masing sebesar Rp110,2 triliun dan Rp86,9 triliun, atau tumbuh masing-
masing sebesar 0,3 dan 2,2 persen (YoY).
71
Apabila ditinjau secara sektoral, sektor perdagangan besar dan eceran; sektor
konstruksi dan sektor industri pengolahan mendominasi peyaluran pembiayaan
perbankan syariah hingga bulan Februari tahun 2021, dengan nilai penyaluran
pembiayaan masing-masing sebesar Rp 40,0 triliun, Rp 36,5 triliun dan Rp 25,9 triliun
atau berkontribusi masing-masing sebesar 10,5 persen, 9,56 persen dan 6,8 persen
terhadap total pembiayaan perbankan syariah. Dua dari ketiga sektor utama ini tetap
tumbuh positif yakni sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor kontruksi
masing-masing sebesar 8,6 persen dan 15,5 persen (YoY) pada Februari 2021.
Beberapa sektor lain yang juga mengalami pertumbuhan pembiayaan secara positif
pada Februari tahun 2021 adalah sektor pertanian, perburuan dan kehutanan; sektor
perikanan; sektor pertambangan dan penggalian; sektor penyediaan akomodasi dan
penyediaan makan minum; sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi; sektor
jasa pendidikan dan sektor kegiatan yang belum jelas batasannya. Sementara itu, jika
dilihat berdasarkan persentase pertumbuhan, sektor dengan pertumbuhan
pembiayaan tertinggi pada Februari tahun 2021 adalah pada sektor administrasi
pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, yaitu sebesar 242 persen (YoY);
sektor perikanan sebesar 35,2 persen (YoY) dan sektor kontruksi sebesar 15,5 persen
(YoY), yang masing-masing menerima penyaluran pembiayaan sebesar Rp60 miliar,
Rp1,8 triliun serta Rp36,5 triliun.
72
2020 2021
Penerima Pembiayaan Lapangan Usaha Q1 Q4 Q1*
miliar Rp
Perdagangan Besar dan Eceran 37.385 39,936 40.076
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan
4.724 4,902 4.883
minum
Transportasi, pergudangan dan komunikasi 10.401 11,659 11.430
Perantara Keuangan 18.865 14,608 14.044
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa
12.380 12,187 11.827
Perusahaan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
17 62 60
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 6.223 6,563 6.563
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 6.581 5,662 5.962
Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan dan
5.754 3,628 3.624
Perorangan lainnya
Jasa Perorangan yang Melayani Rumah Tangga 708 635 628
Badan Internasional dan Badan Ekstra
0 0 0
Internasional Lainnya
Kegiatan yang belum jelas batasannya 377 1,206 1.178
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan | *data bulan Februari
Pasar Modal Syariah. Tren penguatan pasar modal syariah sempat berlanjut di awal
Januari 2021, namun penguatan ini kemudian melemah ditandai dengan
terkoreksinya indeks JII maupun ISSI karena kehatian – hatian para investor diawal
tahun. Dilihat dari nilai kapitalisasi pasar, Jakarta Islamic Index (JII) yang berisikan 30
emiten Syariah paling likuid di bursa mengalami penurunan sebesar minus 3,8 persen
(QtQ). Namun demikian jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, nilai tersebut tumbuh sebesar 25,2 persen (YoY). Sementara itu, apabila
dilihat dari nilai penutupan akhir indeks di kuartal I ini, JII ditutup pada nilai 605,7
poin, turun dibandingkan dengan penutupan pada akhir triwulan IV tahun 2020
sebesar 630,4 poin. Namun demikian, nilai tersebut tumbuh 129,3 poin dibandingkan
triwulan I tahun 2020 (YoY).
Selain pasar saham, perkembangan positif juga terjadi di pasar sukuk. Apabila dilihat
berdasarkan perkembangan nilai outstanding, secara year on year baik sukuk
korporasi maupun SBSN pada triwulan I tahun 2021 tumbuh positif dimana sukuk
korporasi tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY) dan SBSN tumbuh sebesar 34,4 persen
(YoY). Begitu juga jika dilihat secara triwulanan, nilai outstanding sukuk korporasi pada
triwulan I tahun 2021 ini tumbuh 5,3 persen dan SBSN tumbuh sebesar 5,7 persen
dibandingkan dengan nilai pada triwulan IV tahun 2020.
73
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Gambar 46. Kapitalisasi Pasar dan Nilai Gambar 47. Outstanding Sukuk
Indeks Saham JII Korporasi dan SBSN
2.500 700 33 1200
600 32
2.000 1000
32
500
31 800
(triliun Rp)
(triliun Rp)
1.500
(triliun Rp)
400 31
600
1.000 300 30
200 30 400
500 29
100 200
29
0 0
28 0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2020 2021
2020 2021
Kapitalisasi Pasar JII Nilai Outstanding Sukuk Korporasi
Nilai Penutupan Akhir JII Nilai Outstanding SBSN
aset IKNBS, yaitu sebesar 8,8 Lembaga Jasa 34.491 41.438 42.903
Keuangan Khusus
persen (YoY). Namun, persentasi
Syariah
pertumbuhan total aset IKNBS Lembaga 467,90 499,70 499,70
tersebut tidak sebesar persentasi Keuangan Mikro
kenaikan pada triwulan IV tahun Syariah
2020 sebesar 9,3 persen (YoY) atau Financial 48,74 74,68 103,43
turun sebesar 50 basis poin. Teknologi Syariah
Total Aset 111.443 116.351 117.748
Apabila ditinjau lebih lanjut, Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
Fintech Syariah mengalami
pertumbuhan total aset tertinggi, yaitu sebesar 110,2 persen (YoY). Perkembangan
positif tersebut disebabkan adanya kemudahan pemanfaatan teknologi yang menjadi
pilihan utama di tengah masa pandemi Covid-19 sebagai konsekuensi dari adanya
penerapan kebijakan pembatasan mobilitas penduduk. Hal ini memberikan dampak
positif bagi industri Fintech pada umumnya khususnya Fintech Syariah.
74
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Sementara itu, Asuransi Syariah; Dana Pensiun Syariah; Lembaga Jasa Keuangan
Khusus Syariah; dan Lembaga Keuangan Mikro Syariah juga menunjukkan
pertumbuhan asset yang cukup baik, yaitu masing-masing sebesar 7,3; 52,1; 24,4 dan
6,8 persen (YoY). Namun demikian, Lembaga Pembiayaan Syariah mengalami
kontraksi dan tumbuh negatif sebesar 18 persen (YoY).
(miliar USD)
tersebut berasal dari suplus transaksi 5
modal dan finansial yang melampui
0
defisit transaksi berjalan yang lebih
-5
rendah.
-10
Neraca transaksi berjalan defisit sebesar Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
USD1,0 miliar atau setara minus 0,4 2019 2020 2021
persen dari PDB, berbalik arah dari Transaksi Berjalan
surplus pada triwulan sebelumnya. Transaksi Modal dan Finansial
Perkembangan tersebut disebabkan oleh Neraca Keseluruhan
penurunan pada surplus neraca
Sumber: Bank Indonesia
perdagangan nonmigas, peningkatan
defisit neraca perdagangan migas, serta peningkatan defisit neraca jasa yang sejalan
dengan perbaikan aktivitas ekonomi domestik. Sementara itu, penurunan defisit pada
komponen neraca pendapatan primer dan relatif stabilnya neraca pendapatan
sekunder menahan peningkatan defisit transaksi berjalan.
Selanjutnya, impor minyak naik signifikan, terutama dalam bentuk minyak mentah
sejalan dengan peningkatan harga minyak dunia dan peningkatan volume
permintaan. Adapun peningkatan defisit neraca jasa transportasi terutama karena
kenaikan pembayaran jasa (impor) freight, seiring dengan meningkatnya impor
barang selama triwulan I tahun 2021.
75
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Sementara itu, kinerja neraca jasa perjalanan surplus sebesar USD23,3 juta, menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD55,2 juta. Penurunan surplus
neraca jasa perjalanan tersebut
Gambar 50. Neraca Pendapatan
Primer dan Sekunder dipengaruhi oleh penurunan penerimaan
jasa perjalanan sebesar 39,3 persen (QtQ),
3,0
lebih dalam dibandingkan dengan
(miliar USD)
-2,0
penurunan pembayaran jasa perjalan
sebesar 28,0 persen (QtQ).
-7,0
Neraca pendapatan primer menurun,
-12,0 neraca pendapatan sekunder stabil.
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Neraca pendapatan primer deficit sebesar
2019 2020 2021
USD6,9 miliar, lebih rendah dibandigkan
Penerimaan Pendapatan Primer dengan defisit triwulan sebelumnya
Penerimaan Pendapatan Sekunder USD7,4 miliar maupun triwulan yang
Pembayaran Pendapatan Primer sama pada tahun sebelumnya sebesar
Pembayaran Pendapatan Sekunder USD7,9 miliar. Secara triwulanan,
penurunan defisit neraca pendapatan
Sumber: Bank Indonesia
76
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Neraca pendapatan sekunder surplurs sebesar USD1,4 miliar, relatif sama dengan
triwulan sebelumnya, meskipun lebih rendah dibandingkan dengam triwulan yang
sama pada pada tahun sebelumnya yang sebesar USD1,7 miliar. Secara triwulanan,
perkembangan tersebut disebabkan oleh kenaikan pembayaran transfer personal
yang terkompensasi oleh penurunan realisasi penerimaan hibah yang diterima
pemerintah. Sementara itu, transfer personal dalam bentuk remitansi yang berasal
dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) relatif stabil pada kisaran USD2,3 miliar, sejalan
dengan jumlah PMI yang bekerja di luar negeri relatif sama dibandingkan triwulan
sebelumnya.
investasi lainnya.
-5
Terjaganya kepercayaan investor asing
terhadap prospek perekonomian -10
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Indonesia dan berkurangnya pembatasan
2019 2020 2021
mobilisasi seiring dengan menurunnya
kasus positif pandemi Covid-19 Sumber: Bank Indonesia
mendorong investasi langsung masih surplus. Sementara itu, arus modal asing dalam
bentuk investasi portofolio kembali masuk pasar keuangan domestik dengan nilai
yang lebih besar dari triwulan sebelumnya didorong oleh aliran masuk neto pada
instrumen global bond korporasi dan pemerintah.
77
Perkembangan Ekonomi Indonesia
langsung terutama dipengaruhi oleh meningkatnya arus keluar neto di sisi aset,
sementara arus masuk neto di sisi kewajiban cenderung stabil.
Adapun posisi cadangan devisa mengalami kenaikan menjadi USD137,1 miliar, lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar USD135,9 miliar. Posisi
cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
internasional yaitu 3 bulan.
78
Perkembangan Ekonomi Indonesia
79
Perkembangan Ekonomi Indonesia
80
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Neraca Perdagangan
Tabel 35. Neraca Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia
2020 2021
mengalami surplus lebih kecil
Uraian Q1 Q4 Q1 daripada triwulan sebelumnya
juta USD
sebagai akibat dari kenaikan impor
Neraca Total 2.591,9 8.271,0 5.522,3
Ekspor Total 41.760,9 46.159,8 48.904,4 migas. Pada triwulan I tahun 2021,
Impor Total 39.169,0 37.888,8 43.382,1 ekspor total dan impor total mengalami
Neraca Nonmigas 5.658,6 9.522,8 8.007,2
kenaikan dibanding dengan triwulan
Ekspor Nonmigas 39.486,3 43.765,5 46.254,0
Impor Nonmigas 33.827,7 34.242,7 38.246,8 sebelumnya. Pertumbuhan ekspor
Neraca Migas -3.066,7 -1.251,2 -2.484,9 mengalami kenaikan sebesar 5,9 persen
Ekspor Migas 2.274,6 2.394,4 2.650,4
(QtQ) dan meningkat sebesar 17,1
Impor Migas 5.341,3 3.645,6 5.135,3
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah persen dibandingkan triwulan I tahun
2020 pada awal terjadi pandemi Covid-
19. Sementara itu, impor tumbuh sebesar 14,5 persen (QtQ) atau sebesar 10,8 persen
(YoY). Kenaikan pertumbuhan impor baik migas maupun nonmigas menyebabkan
surplus neraca perdagangan pada triwulan I tahun 2021 (USD5,5 miliar) lebih kecil
daripada triwulan sebelumnya (USD 8,2 miliar). Surplus yang terjadi utamanya
didorong oleh surplus neraca nonmigas sebesar 8,1 miliar US$ terutama dihasilkan
dari perdagangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Kawasan ASEAN.
Tabel 36. Nilai Ekspor dan Impor Migas Pada triwulan I tahun 2021, neraca
Nilai Growth (%) Share thd perdagangan migas defisit sebesar
Uraian Q1 2021 Total*
(juta USD) QtQ YoY (%) USD2,4 miliar, lebih besar daripada defisit
Ekspor pada triwulan IV tahun 2020 yang sebesar
2.394,4 10,7 16,5 5,4
Migas USD1,2 miliar. Hal tersebut disebabkan
Minyak 728,1 26,2 372,3 1,9
Mentah
oleh impor migas Indonesia pada
Hasil 296,8 32,7 -1,9 0,8 triwulan I tahun 2021 yang sebesar
Minyak USD5,1 miliar jauh lebih besar daripada
Gas 1.369,5 -2,3 -20,3 2,7
Impor
total ekspor migas (USD2,6 miliar). Ekspor
3.645,6 40,9 -3,9 11,8
Migas migas Indonesia tumbuh sebesar 16,5
Minyak 673,1 121,4 -9,7 3,4 persen (YoY). Sementara itu, impor migas
Mentah
Hasil 2.279,1 22,5 -2,7 6,4
terkontraksi 3,9 persen (YoY).
Minyak
Gas 693,4 23,0 3,8Ekspor dan impor migas secara QtQ
2,0
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah meningkat masing-masing 10,7 dan 40,9
*share terhadap total ekpor/impor persen. Kenaikan ekspor migas terutama
didorong oleh ekspor hasil minyak yang
tumbuh sebesar 32,7 persen (QtQ) dan minyak mentah yang mengalami kenaikan
hingga 26,2 persen (QtQ). Harga minyak mentah di pasar global mengalami kenaikan
81
Perkembangan Ekonomi Indonesia
5,20% (mtm). Kenaikan harga minyak mentah dunia ditopang oleh lonjakan impor di
Tiongkok sebesar 21,0% (mtm) seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi dan
beroperasinya kembali kilang-kilang minyak di negara tersebut. Sementara itu,
kenaikan impor migas lebih didorong oleh minyak mentah dan gas, masing-masing
tumbuh 121,4 dan 23,0 persen (QtQ).
Tabel 37. Nilai Ekspor Nonmigas Pada triwulan I tahun 2021, neraca
berdasarkan Sektor nonmigas surplus (USD8,0 miliar)
Nilai Growth (%) Share lebih kecil daripada triwulan IV tahun
thd
Uraian Q1 2021 2020 (USD9,5 miliar), namun
(juta USD) QtQ YoY Total*
(%) demikian porsentase nilai ekspor
Ekspor Nonmigas 46.254,0 5,7 17,1 94,6 nonmigas tetap menunjukkan porsi
Pertanian 1.043,0 -19,8 14,6 2,1
lebih besar daripada nilai impor
Industri
Pengolahan 38.955,5 5,9 18,1 79,7 nonmigas.
Pertambangan
dan lainnya 6.255,5 10,1 12,1 12,8
Ekspor nonmigas pada triwulan I
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah tahun 2021 tumbuh 5,7 persen (QtQ),
*share terhadap total ekpor didorong oleh didorong oleh
pertumbuhan pertambangan dan
Tabel 38. Nilai Ekspor Nonmigas 10
lainnya sebesar 10,1 (QtQ), walaupun
Golongan Barang HS 2 Digit Terbesar
Share thd sektor pertanian terkontraksi sebesar
Nilai Growth (%)
Kode HS: Uraian Q1 2021
Ekspor 19,8 persen (QtQ). Menurunnya
Nonmigas
(juta USD) QtQ YoY pertumbuhan sektor pertanian turut
(%)
Lemak dan minyak
6963,3 1,3 45,4 15,1 memberikan dorongan persentase
hewan/nabati (15)
surplus neraca perdagangan yang
Bahan bakar
5912,8 32,3 8,4 12,8 semakin mengecil daripada triwulan
mineral (27)
Besi dan baja (72) 3636,4 2,3 60,7 7,9 sebelumnya.
Mesin dan
perlengkapan 2670,5 -2,8 17,9 5,8 Berdasarkan sekspor nonmigas
elektrik (85)
Kendaraan dan
terbesar golongan barang HS 2 digit
2336,6 7,7 15,5 5,1
bagiannya (87) triwulan I tahun 2021, nilai ekspor
Bijih, terak, dan nonmigas terutama didukung oleh
910,8 -39,1 173,6 2,0
abu logam (26)
Olahan dari daging nilai ekspor pada golongan lemak
340,0 -1,0 4,2 0,7
dan ikan (16) dan minyak hewan/nabati sebesar
Buah-buahan (08) 276,5 -1,4 7,4 0,6 USD6,9 miliar dan memiliki share
Barang dari bulu
unggas, bunga 116,3 5.,0 12,2 0,3 terbesar (15,1 persen) dibanding
artifisial, wig (67) golongan barang lainnya. Kenaikan
Kain tekstik dilapisi
31,9 0,0 1,9 0,1 ekspor minyak nabati utamanya
atau dilaminasi (59)
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah didorong oleh kenaikan harga
minyak sawit mentah sebagai akibat
82
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Berdasarkan nilai impor penggunaan barang, pada triwulan IV tahun 2020 kenaikan
terbesar terjadi pada barang konsumsi sebesar 18,3 persen (QtQ). Sementara itu,
secara tahunan, terjadi penurunan impor pada semua jenis barang. Penurunan impor
1
Wartaekonomi (2021)
83
Perkembangan Ekonomi Indonesia
tertinggi terjadi pada impor bahan baku/penolong sebesar 16,7 persen (YoY). Impor
barang konsumsi turun 14,8 persen (YoY), impor barang modal turun 7,9 persen (YoY).
Penurunan yang tinggi pada impor ketiga jenis barang tersebut menunjukkan
tertekannya perekonomian domestik pada masa pandemi terutama pada dunia usaha
yang ditunjukkan oleh penurunan bahan baku/penolong.
Impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok, ASEAN, dan Jepang. Impor
nonmigas dari Tiongkok mengalami pertumbuhan sebesar 33,3 persen (YoY).
Tiongkok masih menjadi negara terbesar asal impor nonmigas utama Indonesia
dengan share sebesar 31,5 persen. Secara triwulanan, pertumbuhan tertinggi impor
Indonesia pada triwulan I tahun 2021 berasal dari Australia yakni sebesar 51,2 persen
(QtQ) dan tumbuh positif dibanding triwulan I tahun 2020 sebesar 72,2 persen (YoY).
84
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tabel 41. Nilai Impor Nonmigas 10 Golongan Tabel 42. Nilai Impor Nonmigas di
Barang HS 2 Digit Terbesar Beberapa Negara Mitra Dagang Utama
Nilai Growth (%)
Share thd Nilai Growth (%) Share thd
Impor Q1 2021 Impor
Kode HS: Uraian Q1 2021 Nonmigas Uraian
(juta USD) QtQ YoY (juta QtQ YoY Nonmigas
(%) USD) (%)
84 Mesin-
Tiongkok 12.038,3 8,2 33,3 31,5
mesin/Pesawat 5.558,8 -5,2 11,4 14,5
mekanik Jepang 3.134,1 22,8 5,1 8,2
72 Besi dan Baja 2.366,6 24,7 30,4 6,2 Amerika
1.910,7 0,2 8,0 5,0
23 Ampas/sisa Serikat
1.061,3 37,5 156,3 2,8
industri makanan India 1.463,9 40,8 111,5 3,8
27 Bahan bakar Australia 1.829,0 51,2 72,2 4,8
710,3 -82,5 152,1 1,9
mineral Korea
2.341,8 26,2 76,0 6,1
89 Kapal, perahu, Selatan
dan struktur 406,8 35,9 483,4 1,1 Taiwan 994,4 -0,9 2,6
4,5
terapung
ASEAN 7.156,7 17,9 11,8 18,7
54 Filamen buatan 351,4 6,2 -4,2 0,9
Singapura 2.156,0 3,2 10,1 5,6
83 Berbagai barang
197,2 5,3 13,5 0,5 Malaysia 1.437,8 8,5 17,0 3,8
logam tidak mulia
63 Barang tekstil Thailand 2.013,3 31,7 0,1 5,3
90,9 -8,3 120,5 0,2
jadi lainnya Uni Eropa 2.411,4 -11,2 7,9 6,3
95 Mainan, Jerman 697,2 -7,2 3,7 1,8
permainan, dan
90,5 -2,0 27,2 0,2 Belanda 195,4 -3,6 -42,2 0,5
keperluan olah
raga Italia 468,2 5,6 34,4 1,2
15 Lemak dan Sumber: Badan Pusat Statistik
minyak 83,9 29,8 17,2 0,2
hewan/nabati
Sumber: Badan Pusat Statistik
85
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Immigration, dan Quarantines (CIQs) masih dalam proses diskusi antar kedua negara.
Pada pilar 2, draft dari Joint Animal Health Surveillance Guidelines pada pilar 2 telah
diselesaikan oleh Tim dari ADB dan sedang dalam tahap review. Selanjutnya, draft
Joint Tourism Asset Mapping yang merupakan output dari Pilar 3 juga telah selesai
disusun dan sedang dalam tahap review.
Perjanjian IA-CEPA telah ditandatangani sej2019 lalu dan berlaku efektif mulai Juli
2020 denganprogram kerjasama ekonomi atau disebut sebagai Economic
Cooperation Program (ECP) IA-CEPA menjadi salah satu bagian dari kerjasama
tersebut.Kerjasama tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2021 dan berakhir pada
tahun 2025 dengan keluaran (outcomes) yang diharapkan yaitu 1) akses pasar
Indonesia dan Australia yang lebih luas (greater market access), 2) integrasi pasar yang
lebih baik antara Indonesia dan Australia (better integrated markets between Indonesia
and Australia ), dan 3) peningkatan keahlian pasar tenaga kerja (enhanced labour
market skills for Indonesian businesses and government, boosting productivity, gender
equality and social inclusion). Ketiga outcome tersebut diharapkan dapat dicapai
melalui 4 aktifitas yang menjadi fokus dalam ECP IA-CEPA yaitu: 1) IA-CEPA
Implementation, 2) Agrifood Innovation and Partnerships, 3) Powering Advanced
Manufacturing, dan 4) Co-investing in Skills and Training. Pada 19 Maret 2021, telah
dilaksanakan Economic Cooperation Committee (ECC) Meeting yang dihadiri oleh
DFAT sebagai perwakilan Australia, sedangkan Indonesia diwakili oleh Bappenas,
Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Luar Negeri, serta ECP Hub yang
berperan sebagai pelaksana teknis. Dalam pertemuan tersebut, terdapat beberapa
diskusi antara lain adanya penggunaan branding IACEPA ECP Katalis untuk program
kerjasama ekonomi. Selain itu, Annual Work Plan 2021 telah disepakati oleh seluruh
pihak dengan catatan agar dipastikan pada saat implementasi masih dapat dilakukan
penyesuaian dengan situasi, kondisi, dan regulasi yang ada.
2
Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan. Indonesia-
Korea CEPA: Tonggak Baru Hubungan Ekonomi Bilateral Kedua Negara. (Diakses pada 23 Mei 2021)
87
Perkembangan Ekonomi Indonesia
produk unggulan ekspor Indonesia ke Korea Selatan adalah 1) Bahan bakar mineral,
minyak mineral dan produk sulingannya; zat mengandung bitumen; malam mineral;
2) Besi dan baja; 3) Kayu dan barang dari kayu; arang kayu; 4) Mesin dan perlengkapan
elektris serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi,
dan bagian serta aksesori dari barang tersebut; dan 5) Bijih, terak dan abu. Produk
unggulan impor Indonesia dari Korea Selatan adalah 1) Mesin dan perlengkapan
elektris serta bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi,
dan bagian serta aksesori dari barang tersebut; 2) Reaktor nuklilr, ketel, mesin dan
peralatan mekanis; bagian daripadanya; 3) Mesin dan perlengkapan elektris serta
bagiannya; perekam dan pereproduksi suara/gambar dan suara televisi, dan bagian
serta aksesori dari barang tersebut; 4) Besi dan baja; dan 5) Bahan bakar mineral,
minyak mineral dan produk sulingannya; zat mengandung bitumen; malam mineral.
Tabel 43. Produk Unggulan Ekspor dan Impor Indonesia-Korea Selatan 2020
Ekspor Impor
Nilai Nilai
Produk Produk
(ribu USD) (ribu USD)
Bahan bakar mineral, 1.945.159 Mesin dan perlengkapan 900.779
minyak mineral dan produk elektris serta bagiannya;
sulingannya; zat perekam dan pereproduksi
mengandung bitumen; suara/gambar dan suara
malam mineral televisi, dan bagian serta
aksesori dari barang tersebut
Besi dan baja 555.670 Reaktor nuklilr, ketel, mesin dan 900.088
peralaan mekanis; bagian
daripadanya
Kayu dan barang dari kayu; 383.163 Besi dan baja 663.511
arang kayu
88
Perkembangan Ekonomi Indonesia
89
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Rusia merupakan salah satu mitra dagang dan sumber investasi terbesar Indonesia.
Pada tahun 2020 Indonesia mencatat surplus neraca perdagangan dengan Rusia
sebesar USD 16 juta, dengan total volume perdagangan sebesar USD 1,93 milyar.
90
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Sedangkan, nilai investasi langsung Rusia pada tahun 2020 tercatat sebesar USD 4,6
juta dengan 202 proyek dimana sebagian besar berada di sektor industri kimia dan
farmasi. Dalam rangka meningkatkan hubungan antara kedua negara, Indonesia dan
Rusia, dalam Forum Konsultasi Bilateral Indonesia-Rusia pada 3 Maret 2021, sepakat
menghilangkan hambatan perdagangan untuk memenuhi target volume
perdagangan sebesar USD 5 milyar. Kedua negara juga mengidentifikasi potensi
kerjasama di bidang pariwisata, kesehatan dan pendidikan. Rusia berencana investasi
pada sektor perminyakan, perkebunan dan teknologi tinggi. Dilain pihak, Rusia juga
akan mendukung percepatan pembentukan FTA Indonesia-Eurasian Economic Union
(EAEU) yang sudah digulirkan sejak tahun 2019.
Pada 4 Maret 2021, Dubes RI Dakar telah bertemu dengan Presiden Senegal, Makcy
Sall untuk menyerahkan letter of credentials. Pada kesempatan tersebut kedua belah
pihak membahas beberapa isu, antara lain peningkatan kerjasama ekonomi, rencana
kedatangan pesawat CN-235 pesanan Senegal yang ketiga pada akhir bulan Maret
2021, dan peningkatan kerjasama bilateral di bidang infrastruktur, edukasi, dan kerja
sama teknik. Perdagangan bilateral kedua negara juga menunjukkan kenaikan yang
signifikan, yaitu mencapai 40 persen pada tahun 2020.
91
Perkembangan Ekonomi Indonesia
92
Perkembangan Ekonomi Indonesia
93
Perkembangan Ekonomi Indonesia
94
Perkembangan Ekonomi Indonesia
(persen)
ASEAN FTA 12,63 11,18 14,41 12,09
ASEAN-Australia and New Zealand 13,42 13,11 15,66 15,06
FTA
ASEAN-Hong Kong, China FTA 13,51 12,10 14,89 12,90
ASEAN-India CECA 16,29 12,35 18,17 14,30
ASEAN-Japan CEP 17,23 15,54 19,80 16,20
ASEAN-People’s Republic of China 20,51 22,16 27,78 28,07
CECA
ASEAN-Republic of Korea CECA 14,80 13,56 16,73 15,20
Indonesia-Australia CEPA 1,23 3,60 1,64 4,74
Indonesia-Chile FTA 0,04 0,03 0,07 0,04
Indonesia-Japan EPA 4,60 4,37 5,38 4,11
Indonesia-Pakistan FTA 0,65 0,08 1,02 0,11
Preferential Tariff Arrangement- 4,78 3,28 6,54 3,48
Group of Eight Developing Countries
Sumber: Kementerian Perdagangan
95
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Tiongkok dan Australia memiliki hubungan bilateral yang erat. Dalam daftar mitra
dagang utama Australia, Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor utama yang
menduduki posisi pertama dengan total nilai perdagangan sebesar USD 90,5 miliar
(35,6 persen dari total ekspor Australia pada tahun 2020), dengan ekspor utama
adalah bijih, terak dan abu, bahan bakar mineral, dan daging. Sebaliknya, Australia
menempati posisi ke-13 tujuan ekspor Tiongkok, dengan total nilai perdagangan
sebesar USD 53,5 miliar (2,1 persen)3. Ini menunjukkan hubungan bilateral kedua
negara dalam sektor perdagangan merupakan hubungan yang sangat penting bagi
Australia dan juga Tiongkok. Hubungan erat Australia dengan Tiongkok juga
ditunjukkan melalui investasi asing di mana Tiongkok menempati urutan ke-9 sebagai
investor terbesar di Australia, dengan total 3 persen dari seluruh investasi asing di
Australia dengan investasi Tiongkok di Australia terutama pada sektor infrastruktur.
3
Trade Map. Share in China’s export 2020. (Diakses pada 21 Mei 2021)
4
IMF Website. Real GDP growth Annual percent change. (Diakses pada 21 Mei 2021)
96
Perkembangan Ekonomi Indonesia
Wales, untuk menjual produksi daging sapinya ke Tiongkok. Pada bulan November
2020, berton-ton lobster hidup dibiarkan terlantar di Shanghai, dikarenakan Bea
Cukai Tiongkok menuduh lobster tersebut mungkin terkontaminasi Covid-19. Di
bulan yang sama, Beijing juga mengumumkan akan memberlakukan tarif hingga 200
persen pada semua impor wine Australia.
97
Perkembangan Ekonomi Indonesia
98
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
BAB III
PROYEKSI
PERTUMBUHAN EKONOMI
3.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global
Perekonomian global diproyeksi pulih
Tabel 49. Proyeksi Pertumbuhan
Beberapa Negara pada tahun 2021 dan berlanjut pada
Kawasan 2021 2022 tahun berikutnya. International
Negara Maju Monetary Foundation (IMF) merilis
Amerika Serikat 6,4 3,5
Kawasan Eropa 4,4 3,8 proyeksi terbaru pada bulan April 2021.
Jerman 3,6 3,4 Perekonomian global pada tahun 2021
Inggris 5,3 5,1 secara keseluruhan diestimasi tumbuh 6,0
Jepang 3,3 2,5
Negara Berkembang persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi
Tiongkok 8,4 5,6 sebelumnya. Proyeksi yang lebih tinggi
India 12,5 6,9 didasarkan pada pemberian stimulus fiskal
ASEAN-5 4,9 6,1
Amerika Latin dan Karibia
di negara-negara besar dan pemulihan
Brazil 3,7 2,6 pada paruh kedua 2021 seiring dengan
Sub Sahara Afrika 3,4 4,0 berjalannya program vaksin. Pada tahun
Afrika Selatan 3,1 2,0
Global 6,0 4,4
2022, pertumbuhan diestimasi melambat
Sumber: IMF, World Economic Outlook, menjadi 4,4 persen.
April 2021
Kecepatan pemulihan ekonomi ke
depannya bergantung pada perkembangan kondisi kesehatan dunia, terutama
efektivitas vaksin terhadap mutasi virus Covid-19 baru. Selain itu juga dipengaruhi
oleh efektivitas kebijakan yang diterapkan di berbagai negara, kondisi keuangan serta
harga komoditas dunia, serta kapasitas penyesuaian ekonomi. Ketika vaksinasi telah
terbukti efektif membentuk herd immunity dan sistem kesehatan telah kembali ke
level pra pandemi, maka pembatasan dapat dibuka sepenuhnya.
Pemulihan ekonomi berjalan bervariasi antar negara. Pada triwulan I tahun 2021,
beberapa negara telah menunjukkan pertumbuhan positif sementara sebagian
lainnya masih terkontraksi. Perekonomian negara maju diproyeksi tumbuh 5,1 persen
pada 2021. Sementara ekonomi negara tumbuh lebih tinggi yakni 6,7 persen yang
ditopang oleh negara-negara dengan ekonomi besar seperti Tiongkok dan India.
Perekonomian Amerika Serikat diproyeksi tumbuh 6,4 persen pada tahun 2021.
Pemulihan ekonomi didorong oleh pemberian stimulus fiskal yang dilanjutkan pada
99
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
tahun 2021 dan program vaksinasi yang semakin meluas. Sementara, untuk
pertumbuhan tahun 2022 diproyeksi melambat menjadi 3,5 persen.
Jepang juga diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 3,3 persen pada tahun 2021
dan 2,5 persen pada tahun 2022. Perekonomian Jepang diestimasi pulih menyamai
level akhir 2019 pada paruh kedua tahun 2021. Selain itu, diharapkan pemulihan juga
didorong oleh penyelenggaraan Olimpiade Tokyo yang diselenggarakan pada
triwulan ketiga tahun 2021.
Sementara itu kawasan Eropa diproyeksi pulih meskipun masih berada di bawah level
pra pandemi hingga tahun 2022. Kawasan Eropa diproyeksi tumbuh sebesar 4,4
persen pada tahun 2021 dan 3,8 persen pada tahun 2022. Pertumbuhan ekonomi
Jerman, Prancis, dan Italia pada tahun 2021 diproyeksi masing-masing sebesar 3,6;
5,8; dan 4,2 persen.
Ekonomi Tiongkok pada tahun 2021 diproyeksi rebound menjadi 8,4 persen sejalan
dengan pulihnya aktivitas berbagai sektor. Selain itu, juga didorong oleh persebaran
virus Covid-19 setempat yang relatif terkendali dibandingkan negara lain. Hal serupa
terjadi pada India yang pertumbuhannya pada tahun 2021 diproyeksi mencapai 12,5
persen. Namun, proyeksi tersebut belum memperhitungkan peningkatan tinggi
pasien Covid-19 yang terjadi akhir-akhir ini.
Sementara itu, proyeksi pertumbuhan untuk ASEAN-5 direvisi turun 0,3 persen poin
menjadi 4,9 persen pada tahun 2021. Kondisi tersebut disebabkan tingginya kasus
Covid-19 pada negara besar seperti Indonesia dan Malaysia. Penanganan pandemi
yang masih belum stabil dinegara-negara ASEAN-5 menjadi penyebab utama
ketiidakpastian pemulihan ekonomi wilayah tersebut.
Permintaan minyak mentah diproyeksi menguat pada tahun 2021 sejalan dengan
pemulihan ekonomi dan penerima vaksinasi yang semakin meluas. Permintaan
100
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
minyak mentah akan kembali pada level pra pandemi pada tahun 2023. Harga rata-
rata minyak mentah diperkirakan sebesar USD56 per barel pada tahun 2021, lebih
tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya. Hal tersebut mencerminkan produksi
OPEC+ yang lebih rendah dari perkiraan pasar.
Harga kapas diproyeksi meningkat pada tahun 2021, didorong oleh peningkatan
permintaan global terutama dari Tiongkok dan India sejalan dengan rebound aktivitas
produksi tekstil di kedua negara. Peningkatan herga kapas juga didorong oleh
pasokan yang lebih rendah. Produksi global diproyeksikan turun 8 persen terutama
di Amerika Serikat, India, dan Pakistan disebabkan oleh turunnya penanaman. Harga
kapas diproyeksi naik 23 persen pada tahun 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan permintaan juga terjadi pada komoditas karet sejalan dengan aktivitas
manufaktur penghasil ban kembali berjalan. Di sisi lain, pertumbuhan pasokan masih
tertahan oleh ketersediaan pekerja di beberapa negara akibat pembatasan
perbatasan. Kondisi tersebut akan mendorong harga karet naik 30 persen lebih tinggi
pada tahun 2021.
101
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
nikel diproyeksi meningkat 20 persen menjadi USD16.500 per metrik ton pada tahun
2021. Pada tahun 2022 diproyeksi turun menjadi USD16.500 per metrik ton. Harga
nikel diproyeksi akan terus meningkat hingga ada produksi baru.
Selain nikel, harga timah juga diproyeksi naik 46 persen dibandingkan tahun 2020
menjadi USD25.000 per metrik ton. Namun, peningkatan harga akan mereda seiring
dengan peningkatan produksi. Prospek permintaan timah dinilai cukup baik dengan
kegunaan yang cukup luas pada semikonduktor, photovoltaics, otomotif, dan baterai
litium-ion.
Harga bijih besi yang diproyeksi meningkat 24 persen menjadi USD135 per dmt
sejalan dengan peningkatan permintaan terutama dari Tiongkok sebagai bahan baku
produksi baja. Peningkatan atau turunnya impor bijih besi oleh Tiongkok sangat
berpengaruh bagi eksportir.
Perkembangan harga komoditas emas diprediksi turun 4,0 persen pada 2021 menjadi
USD1.700 per troy ons. Melemahnya harga emas dipengaruhi oleh pemulihan
ekonomi global yang menyebabkan permintaan pada komoditas emas menurun.
Selain itu, produksi hasil pertambangan juga mengalami rebound dan berlanjut
hingga tahun 2022. Pada tahun 2022 harga emas diproyeksi melanjutkan penurunan.
akselerasi belanja pemerintah, serta permanent scar yang dirasakan oleh tenaga kerja
dan perusahaan.
Keberlanjutan stimulus fiskal dan moneter juga menjadi kunci dalam mendukung
proses pemulihan yang lebih stabil. Dari sisi fiskal, defisit fiskal akan dipertahankan di
atas tiga persen terhadap PDB hingga tahun 2022. Perluasan stimulus PEN dan
program vaksinasi diperkirakan akan mendorong tingginya konsumsi pemerintah
pada tahun 2021. Selain itu, akselerasi belanja pemerintah juga perlu dilakukan,
terutama di daerah, dengan fokus untuk membantu peningkatan konsumsi
masyarakat. Dari sisi moneter, Bank Indonesia akan mempertahankan kebijakan suku
bunga yang rendah hingga adanya sinyal peningkatan inflasi.
ASEAN+1) maupun bilateral (seperti Australia, Jepang, Pakistan dan Chile) diharapkan
mampu mendorong kinerja ekspor Indonesia. Selain itu, beberapa perjanjian
perdagangan lain yang masih dalam proses ratifikasi (seperti Indonesia-EFTA CEPA
dan Indonesia-Korea CEPA) diupayakan untuk segera diselesaikan, agar dapat
dimanfaatkan dan membuka peluang pasar ekspor yang lebih luas bagi Indonesia.
Dari sisi lapangan usaha, Tabel 53. PDB Berdasarkan Lapangan Usaha
pemulihan diperkirakan terjadi Komponen Q1 Q2 Q3 Q4
Full
Year
hampir di semua sektor. Sektor
Pertanian 2,9 1,8 4,5 4,2 3,4
paling terdampak negatif Pertambangan -2,0 1,8 2,3 2,0 1,0
pandemi Covid-19 pada tahun Industri -1,4 7,2 5,6 5,8 4,2
2020 seperti sektor Pengolahan
Pengadaan Listrik 1,7 6,1 5,8 6,4 5,0
perdagangan, transportasi dan Pengadaan Air 5,5 5,4 5,2 5,6 5,4
pergudangan, serta penyediaan Konstruksi -0,8 8,4 6,8 8,4 5,7
akomodasi dan makan minum Perdagangan -1,2 9,9 7,1 6,0 5,4
Transportasi -13,1 20,1 9,9 7,8 4,8
diperkirakan akan berangsur
Akomodasi dan -7,3 15,2 10,4 6,2 5,4
pulih. Hal ini sejalan dengan Mamin
berangsur pulihnya kondisi Infokom 8,7 9,3 9,1 9,4 9,1
perekonomian global dan Jasa Keuangan -3,0 7,6 7,8 6,8 4,6
Real Estate 0,9 4,1 4,9 6,2 4,1
domestik, terutama dari sisi
Jasa Perusahaan -6,1 11,6 7,5 7,4 4,8
peningkatan mobilitas Administrasi -2,9 3,9 4,9 5,7 2,9
masyarakat dan peningkatan Pemerintah
Jasa Pendidikan -1,6 3,5 5,2 7,8 3,9
keyakinan konsumen.
Jasa Kesehatan 3,6 6,2 5,0 4,7 4,9
Sektor pertanian diperkirakan Jasa Lainnya -5,2 14,1 5,6 5,1 4,6
PDB -0,7 7,2 6,7 6,0 4,8
akan kembali ke pertumbuhan
Sumber: BPS (2021),
normal sejalan dengan Outlook Bappenas (Februari 2021)
berakhirnya risiko fenomena La
Nina dan cuaca diperkirakan normal setelah triwulan I-2021. Selain itu, low base effect
juga akan berpengaruh terhadap tingginya pertumbuhan sektor pertanian sepanjang
2021. Sementara itu, pemulihan sektor pertambangan akan diperkirakan berasal
utamanya dari produksi nikel, pulihnya permintaan global utamanya dari Tiongkok,
dan peningkatan harga komoditas.
Industri pengolahan diperkirakan berangsur pulih sepanjang 2021 karena sektor ini
menunjukkan tanda-tanda mulai dapat beradaptasi terhadap pandemi. Hal ini
tercermin dari akselerasi Indeks PMI Manufaktur di tengah di tengah tekanan
mobilitas. Optimisme pemulihan permintaan baik global dan domestik juga
memberikan sinyal positif terhadap pemulihan di sektor ini. Sektor informasi dan
komunikasi serta jasa kesehatan sebagai dua sektor esensial diperkirakan masih akan
tumbuh tinggi pada tahun 2021, didorong oleh tingginya permintaan masyarakat.
104
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
POLICY BRIEF
Studi ini bertujuan untuk meneliti dampak bencana banjir yang terjadi di Provinsi
Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021 terhadap perekonomian sektoral.
Bencana dapat menyebabkan dampak langsung berupa kerusakan fisik maupun
dampak tidak langsung berupa terganggunya aktivitas ekonomi. Terganggunya
aktivitas ekonomi dapat terjadi di berbagai sektor dan wilayah dikarenakan adanya
interdependensi ekonomi antarsektor dan antarwilayah. Studi ini menggunakan
metode analisis Input-Output dengan memanfaatkan data tabel Inter-Regional Input-
Output (IRIO) dan data estimasi dampak sektoral banjir Kalimantan Selatan
berdasarkan penelitian oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Studi
ini menemukan bahwa sektor-sektor paling terdampak meliputi sektor utilitas,
konstruksi, pertanian, perkebunan, industri barang galian bukan logam, peternakan,
dan jasa kesehatan. Sektor-sektor ini perlu menjadi prioritas dalam pemulihan dan
pembangunan kembali perekonomian pasca bencana Kalimantan Selatan.
LATAR BELAKANG
Sebagai negara yang memiliki risiko bencana tinggi, Indonesia telah menjadikan
ketahanan bencana sebagai satu dari tujuh agenda pembangunan dalam RPJMN
2020-2024. Sepanjang triwulan pertama tahun 2021, sejumlah bencana alam
melanda berbagai daerah di Indonesia. Beberapa diantaranya ialah bencana longsor
di Kabupaten Sumedang, banjir di Provinsi Kalimantan Selatan, gempa bumi di
Kabupaten Majene, banjir dan longsor di Kota Manado, banjir dan longsor di Kota
Semarang, longsor di Kabupaten Nganjuk, angin puting beliung di Kabupaten Demak,
hingga banjir bandang dan longsor di Provinsi NTT dan NTB.
105
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Berdasarkan latar belakang tersebut, studi ini meneliti dampak bencana banjir yang
terjadi di Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Januari 2021, dikarenakan banjir
melanda hampir seluruh wilayah Kalimantan Selatan (10 dari 13 kabupaten/kota), dan
dikarenakan telah tersedianya data estimasi kerugian sektoral berdasarkan penelitian
oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sehingga mendukung
dilakukannya penelitian menggunakan metoda analisis Input-Output.
METODOLOGI
Metode yang digunakan pada studi ini adalah analisis Input-Output (IO)
menggunakan data tabel Inter-Regional Input-Output (IRIO). Metode IO
dikembangkan oleh Wassily Leontief untuk melihat saling ketergantungan
antarindustri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output mencatat relasi dimana
produk yang digunakan suatu industri sebagai input merupakan output dari industri
lain, atau dapat juga berasal dari industri itu sendiri (Miller & Blair, 2009). Sumbu
horizontal menggambarkan total output, yang dicatat sebagai total dari nilai tambah
antarsektor (permintaan antara) dengan total final demand (komponen dalam PDB:
konsumsi, investasi, konsumsi pemerintah, net ekspor). Sedangkan sumbu vertikal
menggambarkan total input, yang dicatat sebagai total nilai tambah antarsektor
(input antara) dengan total nilai tambah input (kompensasi untuk labor, kapital, dan
pajak tidak langsung dari sektor pemerintah). Ilustrasi tabel input-output dapat dilihat
pada Gambar 51.
106
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
tersebut. Selain untuk komponen output, cara yang sama juga dapat dilakukan untuk
komponen Nilai Tambah Bruto (NTB) maupun untuk komponen upah.
Studi ini menggunakan data tabel Inter-Regional Input-Output (IRIO) 2016 yang dirilis
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Penurunan permintaan akhir akibat bencana banjir
Kalimantan Selatan didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Pusat Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT, dimana terdapat 6 sektor terdampak
yaitu sektor pendidikan, perikanan, kesehatan dan perlindungan sosial, produktivitas
masyarakat, infrastruktur, serta pertanian. Nilai dampak yang ditaksir oleh BPPT dari
keenam sektor tersebut mencapai Rp1,3 triliun.
Untuk mengestimasi transmisi dampak sektoral tersebut kepada sektor lain dari
perekonomian wilayah Kalimantan Selatan, dilakukan penyesuaian sektor terlebih
dahulu antara pemetaan sektor BPPT dengan 52 sektor pada tabel Input-Output,
yang kemudian diberi bobot berdasarkan share sektor tersebut di Kalimantan Selatan
pada triwulan I 2021. Rincian penyesuaian sektor dan dampak nominal yang
digunakan dalam studi ini dapat dilihat pada Tabel 55.
Dari hasil pengolahan data, ditemukan dampak total bencana banjir terhadap
perekonomian provinsi Kalimantan Selatan adalah sebesar 0,6 persen (Rp1,7 triliun)
penurunan output, 0,7 persen (Rp269,5 milyar) penurunan upah, dan 0,5 persen
107
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
(Rp803,8 milyar) penurunan Nilai Tambah Bruto (NTB). Secara sektoral, seluruh sektor
dalam perekonomian Kalimantan Selatan turut mengalami penurunan output dengan
besaran yang variatif. Transmisi dampak bencana banjir terhadap 10 sektor paling
terdampak di Kalimantan Selatan ditampilkan pada gambar di bawah ini.
Perubahan NTB, output, dan NTB sebagai Dampak Banjir Kalsel (persen)
-60,69 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Daur…
-15,60 Pengadaan Gas dan Produksi Es
-3,98 Ketenagalistrikan
-1,49 Konstruksi
-1,22 Perkebunan Semusim dan Tahunan
-1,06 Industri Barang Galian bukan Logam
Upah
-0,76 Jasa Pertanian dan Perburuan
Output -0,73 Pertanian Tanaman Pangan
NTB -0,65 Peternakan
-0,60 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Swasta
Terlepas dari kelemahan tersebut, selain sektor terdampak yang telah dipetakan oleh
sumber data (pendidikan, perikanan, kesehatan, ketenagalistrikan, pengadaan gas,
pengadaan air, konstruksi, tanaman pangan, perkebunan semusim, peternakan),
terdapat juga sektor-sektor lain yang turut masuk kedalam 10 sektor paling
terdampak. Sektor tersebut adalah konstruksi, industri barang galian bukan logam,
serta jasa pertanian dan perburuan. Ketiga sektor ini mengalami penurunan total
output sebesar -0,6 persen hingga -1,5 persen, dan penurunan tertinggi dialami oleh
sektor konstruksi dengan nominal penurunan output sebesar Rp391,1 milyar,
penurunan NTB sebesar Rp153,3 milyar, dan penurunan upah sebesar Rp40,6 milyar.
108
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Adapun dampak terhadap komponen output, NTB, dan upah di tingkat nasional dan
terhadap provinsi lain relatif minimal. Dampak terhadap perekonomian nasional ialah
-0.009 persen penurunan output, -0,007 persen penurunan upah, dan -0,008 persen
penurunan NTB. Sementara, terhadap provinsi selain Kalimantan Selatan, perubahan
output, upah, dan NTB berkisar antara 0.0001 persen hingga 0,01 persen penurunan.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan share PDRB Provinsi Kalimantan Selatan yang relatif
tidak terlalu besar di tingkat nasional (1,1 persen pada triwulan I tahun 2021).
REKOMENDASI KEBIJAKAN
Untuk studi lebih lanjut, perlu dipertimbangkan dampak-dampak lain seperti dampak
penutupan pabrik, penurunan mobilitas masyarakat, dan fenomena-fenomena lain
yang turut berpotensi menyebabkan penurunan output dan pendapatan masyarakat.
Dibutuhkan data yang lebih mendetail yang dapat diperoleh melalui survei langsung.
REFERENSI
Miller, R. E., & Blair, P. D. (2009). Input-Output Analysis: Foundations and Extensions
(2nd ed.). Cambridge University Press. https://doi.org/DOI:
10.1017/CBO9780511626982
Okuyama, Y. (2007). Economic Modeling for Disaster Impact Analysis: Past, Present,
and Future. Economic Systems Research, 19, 115–124.
https://doi.org/10.1080/09535310701328435
Rose, A. (2004). Economic Principles, Issues, and Research Priorities in Hazard Loss
Estimation BT - Modeling Spatial and Economic Impacts of Disasters (Y.
Okuyama & S. E. Chang (eds.); pp. 13–36). Springer Berlin Heidelberg.
https://doi.org/10.1007/978-3-540-24787-6_2
109
SUSUNAN TIM REDAKSI
Penanggungjawab
Amalia Adininggar Widyasanti, ST, M.Si, M.Eng, Ph.D
Pemimpin Redaksi
Eka Chandra Buana, SE, MA
Dewan Redaksi
Dr. Ir. Boediastoeti Ontowirjo, MBA
Dr. Onny Noyorono, MIA, MA
Leonardo Adypurnama Alias Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D
P.N. Laksmi Kusumawati, SE, MSE, MSc, Ph.D
Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM
Dr. Haryanto, SE, MA
Ir. Sidqy Lego Pangesthi Suyitno, MA
Ir. Imarita Trihanda, MS
Redaktur Pelaksana
Cut Sawalina, SE, MSi
Mochammad Firman Hidayat, SE, MA
Toni Priyanto J, S.Kom, ME
Rosy Wediawaty, SE, MSE, MSc
Tari Lestari, S.Si, SE, MS
Muhammad Fahlevy, SE, MA
Octal Pramudito, SE, MA
Dra. Dwi Martini, ME
Yunus Gastanto, SE, PG.Dip
Istasius Angger Anindito, SE, MA
Yogi Harsudiono, SE, MPA
Ibnu Yahya, SE, M.Ec. Pol
Rufita Sri Hasanah, SE, MEF
110
SUSUNAN TIM REDAKSI
Penulis
Achmad Rifa’i, S.Pd, M.Sc
Doddy Purwoharyono, SE
Haqiqi Masnatin, SE
Rahma Hanii Maulida, SE
Rinda Komalasari, SE
Filza Amalia, SE
Tri Mulyaningsih, S.Si
Agnes Kristi Damayanti, SE
Archie Flora Anisa, SE
Bayu Ardhiansyah, SE
Bekti Setyorani, SE
Cici Lisdiana, SE
Firdaussy Yustiningsih, STP, ME
Hillary Tanida Stephany Sitompul, S.HI
Indra Muhammad, SE
Nabila Nursyadza, SE
Richard Lorenz Hasiholan Silitonga, SE
Shania Adriella Kurniawan, SE
Sharmila Erizaputri, SE
Aldi Turindra Rachman, SE
Hilda Roseline, SE
Khairun Nisa, SE
Kustyanto Prabowo, SE
Widyastuti Hardaningtyas, SE
Widya Setya Sari, SE
Imroatul Amaliyah, SE
Muhammad Fikri Masteriarsa, S.Stat
Samuel Kharis Harianto, S.E., M.SE.
Thaliya Wikapuspita, SE., M.Sc.
111
SUSUNAN TIM REDAKSI
Distributor/Sirkulasi
Imam Musadad
Tulus Sujadi
Administrasi
Dina Fitriani, SPd
Riris Karisma Kholid, SE
Editor
Rahma Hanii Maulida, SE
112
Untuk memberikan hasil laporan terbaik,
ditpmas@bappenas.go.id
113
KEDEPUTIAN BIDANG EKONOMI
KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
Gedung Wisma Bakrie 2 Lt. 5, Jl. HR Rasuna Said,
Kuningan, Jakarta Selatan, 12920
Telp. (021) 31934267
114