Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERMASALAHAN YANG DI HADAPI OLEH PERUSAHAAN


DI MASA PANDEMIK COVID 19
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kepemimpinan dan
Perilaku Organisasi yang diampu oleh :
Dr. Muhamad Kodir, M.Si

Oleh :
Renaldi Mahmud 1910053

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI LATIFAH MUBAROKIYAH
SURYALAYA
TASIKMALAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
nikmat iman maupun islam. Shalawat serta salam kita curahkan kepada
NabiMuhammad SAW, pada keluarga, sahabat dan pengikut-Nya yang setia
sampai akhir zaman. Semoga kita semua dalam lindungan dan ridho-Nya. Amin .
Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan
sistematika pembahasannya. Sebab kata pepatah “tak ada gading yang tak retak
atau dengan pepatah lain tak ada ranting yang tak akan patah”. Oleh sebab itu
saya sangat mengharapkan masukan atau kritikan serta saran yang bersifat
membangun untuk mendorong  kami menjadi lebih baik ke depanya.

Tasikmalaya, 25 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Implikasi pandemi covid 19 yang memicu inflasi yang berdampak

pada perusahaan 3

2.2 Situasi pandemi covid 19 menyebabkan pengurangan aktivitas

produksi di sektor industri yang berdampak pada PHK 3


BAB III PENUTUP 8

3.1 Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Inflasi yang terjadi di Negara-negara ditentukan oleh berbagai faktor yang
mempengaruhinya, jika ditinjau menurut pengertiannya inflasi adalah
penurunan nilai mata uang yang berlaku di suatu Negara dibandingkan
dengan komoditi seperti emas atau kurs mata uang asing. Inflasi ini harus
selalu dijaga kestabilannya minimal mencapai sekecil mungkin tingkat
inflasinya (Rusmadi, 2017).

Saat ini dunia termasuk indonesia sedang mengalami pandemi virus covid
19 atau lebih dikenal dengan virus corona. Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona
adalah jenis baru dari coronavirus yang menular ke manusia. Virus tersebut
dapat menyerang siapapun, baik bayi, anak-anak, dewasa, lansia, ibu hamil,
maupun ibu menyusui. Infeksi virus ini telah diberi nama oleh WHO untuk
penyakit tersebut yaitu COVID19 serta pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019 (Santi Puspa Ariyani dan Santosa,
2020).

Dengan adanya pandemic covid-19 ini, pemerintah republik Indonesia


membuat peraturan yakni menyuruh masyarakat Indonesia untuk terus
berdiam diri dirumah dan tidak keluar rumah serta melakukan PSBB untuk
menjaga jarak. Hal ini mengakibatkan masyarakat tidak bisa keluar rumah
untuk melakukan aktifitas seperti biasanya, seperti berdagang, bertani,
berternak, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia merupakan bagian
penting dalam aktivitas kerja. Karena hal tersebut berhubungan dengan
masalah kualitas kerja dan pencapaian kerja. Cara yang paling mudah untuk
investasi bagi perusahaan adalah dengan proses pengembangan sumber daya

1
manusia (Saridawati, 2020). Sumber daya manusia dipandang sebagai aset
perusahaan yang penting, karena manusia merupakan sumber daya yang
dinamis dan selalu dibutuhkan dalam setiap proses produksi barang maupun
jasa.

Sumber daya alampun terbengkalai dan tidak terurus, export importpun


terhambat, nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang dolar Amerika
Serikat pun turun, banyaknya berusahan menurunkan gaji karyawannya dan
banyak perusahaan yang PHK karyawannya, sehingga masyarakatpun
menganggur, sedangkan tingkat pengangguran adalah salah satu simbol dari
rendahnya produksi nasional yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara
lain :
1. Bagaimana implikasi pandemi covid 19 yang memicu inflasi sehingga
berdampak bagi perusahaan?
2. Apakah situasi pandemi covid 19 menyebabkan pengurangan aktivitas
produksi di sektor industri yang berdampak pada PHK ?

1.3 Tujuan
Beberapa tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut
1. Untuk mengetahui implikasi pandemi covid 19 yang memicu inflasi
sehingga berdampak bagi perusahaan.
2. Untuk mengetahui situasi pandemi covid 19 yang menyebabkan
pengurangan aktivitas produksi di sektor industri yang berdampak
pada PHK.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Implikasi pandemi covid 19 yang memicu inflasi yang berdampak


pada perusahaan
Penyebab inflasi terjadi pada masa pandemic ini adalah, pertama
natural inflation, yakni inflasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah
dimana manusia tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal mencegah),
inflasi ini adalah inflasi yang di akibatkan oleh turunnya Penawaran
Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD). Diakibatkan
turunnya tingkat produksi (Agregate Supply [AS]) karena terjadinya
paceklik, perang, embargo atau boikot.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksikan sebesar 5,04 persen


pada tahun 2020, keterlambatan ini diakibatkan wabah virus corona yang
menyebabkan pelemahan perekonomian ditiongkok mengalami kontraksi
yang kemudian disusul dengan kebijakan pemerintahan Indonesia tentang
upaya pembatasan ekspor-impor ketiongkok. Pertumbuhan ekonomi di
Indonesia terkoreksi sebesar 0,19 persen hingga 0,29 persen.
Pertumbuhan akan berada diangka 4,84 persen untuk kasus moderat dan
hanya mencapat 4,74 persen jika kepanikan terus meluas, namun angkat
tersebut baru dampak pada putaran pertama saja

Setelah rilis inflasi bulan November 2020 yang menunjukkan


perbaikan pada sisi permintaan, indikator Purchasing Manager Index
(PMI) Manufaktur menurut laporan IHS Markit juga menunjukkan
kondisi yang semakin baik dari sisi produksi. PMI manufaktur Indonesia
menurut laporan IHS Markit periode November 2020 berada di level 50,6
atau naik hampir 3 poin dari periode sebelumnya pada Oktober 2020, di
level 47,8. Indikator PMI yang telah melampaui batas 50 ini menunjukkan
bahwa korporasi dan industri Indonesia beranjak pada tren ekspansif,
meskipun kenaikannya masih terbatas. Operasional perusahaan rata-rata

3
telah menunjukkan sinyal positif dikarenakan pemulihan dari sisi
permintaan.Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Airlangga Hartarto, kontribusi industri manufaktur pada pertumbuhan
ekonomi mencapai 19,86% (PDB Q3-2020), sehingga perbaikan yang
terjadi pada sektor industri signifikan untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi. Pemulihan ekonomi sudah terjadi pada dua sisi, yaitu sisi
permintaan (perbaikan inflasi) dan sisi produksi (kenaikan indeks PMI),
di mana program dan kebijakan PC-PEN sejak awal diarahkan untuk
pemulihan ekonomi dari kedua sisi.
Mengutip catatan utilitas industri dari Kementerian Perindustrian,
hingga periode terakhir (April-Oktober 2020) rata-rata utilisasi total
sebesar 56.5%, mengalami kenaikan dari periode April – September 2020
yang sebesar 55.3%. Menurut Menko Airlangga Peningkatan utilisasi
terjadi pada beberapa sektor industri antara lain: Industri percetakan
(40%), Industri bahan kimia (68%), industri logam dasar (38%), industri
komputer dan barang elektronik (55%), industri alat angkutan lainnya
(45.2%) dan industri furnitur (47). Laporan IHS Markit juga memberikan
catatan bahwa ekspansi pabrikan masih terbatas, dimana investasi yang
terjadi masih melanjutkan kapasitas produksi dan pesanan periode
sebelumnya. Oleh karena itu, upaya untuk mendorong permintaan
domestik sangat penting dalam mendukung ekspansi kapasitas produksi
dan pesanan baru. Menurut Menko Airlangga untuk menjaga momentum
perbaikan indeks PMI melalui ekspansi kapasitas produksi, kita
memerlukan dorongan untuk meningkatkan permintaan domestik, dengan
memberikan dukungan kepada sektor IKM dan industri padat karya, serta
dukungan pembiayaan usaha, insentif fiskal, dan penyederhanaan
peraturan. Catatan lain dari laporan tersebut yang perlu mendapat
perhatian, adalah:Pertumbuhan penjualan masih terbatas, dengan adanya
surplus kapasitas operasi dan penumpukan pekerjaan. Hal yang perlu
mendapat perhatian untuk perbaikan pada sisi produksi adalah kemudahan
untuk kegiatan perekrutan pekerja yang selama sembilan bulan terakhir

4
menghadapi peningkatan PHK akibat pandemi.Rantai pasok untuk
ketersediaan bahan baku selama masa pandemi mengalami hambatan,
terutama kurangnya tenaga distributor yang menyebabkan penundaan
pengiriman. Kenaikan biaya input pada bulan November 2020
menyebabkan harga bahan baku meningkat, dan depresiasi rupiah yang
mendorong inflasi menjadi lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan beban
biaya kepada konsumen menjadi lebih tinggi, meskipun kenaikan harga
output masih relatif rendah. Mayoritas korporasi mengharapkan output
produksi semakin meningkat sejalan dengan membaiknya sisi permintaan.
Demikian pula dengan catatan dari tren impor bahan baku dan bahan
penolong, yang hingga Oktober terus mengalami penurunan, pada bulan
November 2020 mulai sedikit menunjukkan adanya kenaikan, yang
menandai ekspansi kegiatan produksi domestik.Pada bulan Desember,
selama ini digelar event Hari Belanja Online (harbolnas) yang dilakukan
oleh platform marketplace digital yang diharapkan akan menaikkan
sentimen permintaan, sehingga korporasi dan industri dapat mengambil
kesempatan untuk meningkatkan kapasitas produksinya.Kondisi yang
semakin baik ini, dan upaya untuk menjaga momentum tren ekspansif,
baik dari sisi permintaan maupun sisi produksi, diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020 semakin baik,
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Menurut Menko Airlangga
Untuk melanjutkan tren positif pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-
2020, kita perlu menjaga momentum perbaikan kegiatan ekonomi, baik
dari sisi permintaan maupun produksi.

2.2 Situasi pandemi covid 19 menyebabkan pengurangan aktivitas


produksi di sektor industri yang berdampak pada PHK
Wabah virus corona yang pertama kali muncul di Wuhan pada
akhir Desember 2019 lalu dengan cepat menyebar ke seluruh belahan
dunia. Virus Corona ini termasuk virus yang menyebabkan penyakit pada

5
manusia dan hewan. Pada manusia, biasanya menyebabkan infeksi
saluran pernafasan, dari flu biasa hingga penyakit serius. Dalam kasus
yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan pneumonia, SARS, gagal
ginjal, dan kematian. Terkait Covid-19, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) telah menyatakan penyakit tersebut sebagai pandemi, karena
semua warga dunia mungkin terinfeksi Covid-19. Menurut data yang
dilansir bps.go.id pada 30 Januari 2020, WHO menyatakan wabah
Covid-19 sebagai Public Health Emergency of International Convern
atau Darurat Kesehatan Global dengan pertimbangan bahwa virus ini
telah menyebar ke lima wilayah WHO hanya dalam satu bulan saja.
Sampai dengan 31 Maret 2020, jumlah kasus terdeteksi sebanyak
754.948 yang tersebar di 202 negara dengan jumlah penderita yang
meninggal mencapai 36.571 jiwa.

Pada saat ini masyarakat sedang dihadapkan oleh masalah


perekonomian akibat dari adanya pandemi covid-19. Di Indonesia
mengonfirmasi kasus pertama infeksi virus corona penyebab covid-19
pada awal maret 2020. Pada saat covid-19 melanda Indonesia pemerintah
melakukan berbagai tindakan penanggulangan untuk mengurangi
dampak pandemi covid-19 di berbagai bidang. Akibat pandemi covid-19
sektor ekonomi terpukul parah. Pembatasan kegiatan masyarakat dapat
memengaruhi kegiatan usaha, yang selanjutnya berdampak pada
perekonomian. Situasi ini telah menurunkan perdagangan Indonesia,
khususnya perdagangan internasional. Selama pandemi covid-19, hampir
semua aktivitas perdagangan terhenti karena keadaan yang tidak
memungkinkan. Akibat pembatasan eksplorasi luar negeri oleh
pemerintah dan kawasan tertutup tertentu, aktivitas logistik dan
perdagangan menjadi kawasan yang berdampak siginifikan terhadap
merebaknya pandemi covid-19.

Di bidang perdagangan internasional khususnya impor dan


kegiatan ekspor mengalami penurunan. Berkurangnya aktivitas produksi

6
membuat banyak komoditas sulit ditemukan atau langka, dan harga
komoditas terus naik yang dapat mengakibatkan terjadinya inflasi. Akibat
isolasi di beberapa daerah, bahan baku industri juga dibatasi. Misalnya
pada awal pandemi Covid-19, peredaran masker di pasar menjadi langka
akibat keresahan sosial, kemudian konsumen membeli masker sebagai
persediaan, dan harga masker pun naik. Produksi masker di Indonesia
juga mengalami penurunan karena pabrik kekurangan bahan baku yang
diimpor dari China. Indonesia mengandalkan bahan baku impor karena
Indonesia tidak memiliki cukup pasokan untuk memproduksi masker
sesuai permintaan. Tidak hanya impor, beberapa ekspor Indonesia ke
China juga mengalami penurunan. Akibat pandemi Covid-19, otomatis
China akan mengurangi jumlah permintaan. Selain itu, banyak pabrik di
China yang mengurangi produksinya karena kebanyakan orang tidak bisa
bekerja akibat virus Covid-19.

Berkurangnya aktivitas produksi ketika suatu negara menutup


perbatasannya, banyak sektor industri (seperti pabrik) yang memutuskan
hubungan kerja dengan karyawan. Ketika pendapatan industri dan
perdagangan menurun, hal ini juga akan berdampak pada tingkat
pengangguran yang juga akan berdampak pada sisi permintaan dan
penawaran perekonomian. Berdasarkan data Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemnaker) per 7 April 2020, akibat pandemi covid-19,
tercatat sebanyak 39.977 perusahaan di sektor formal yang memilih
merumahkan, dan melakukan PHK terhadap pekerjanya. Total ada
1.010.579 orang pekerja yang terkena dampak iini. Rinciannya, 873.090
pekerja dari 17.224 perusahaan dirumahkan, sedangkan 137.489 pekerja
di PHK dari 22.753 perusahaan. Sementara itu, jumlah perusahaan dan
tenaga kerja terdampak di sektor informal adalah sebanyak 34.453
perusahaan dan 189.452 orang pekerja.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyebab inflasi terjadi pada masa pandemic ini adalah, pertama
natural inflation, yakni inflasi yang diakibatkan oleh sebab-sebab alamiah
dimana manusia tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal
mencegah), inflasi ini adalah inflasi yang di akibatkan oleh turunnya
Penawaran Agregatif (AS) atau naiknya Permintaan Agregatif (AD).

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksikan sebesar 5,04 persen


pada tahun 2020, keterlambatan ini diakibatkan wabah virus corona yang
menyebabkan pelemahan perekonomian ditiongkok mengalami kontraksi
yang kemudian disusul dengan kebijakan pemerintahan Indonesia tentang
upaya pembatasan ekspor-impor ketiongkok.

Pertumbuhan akan berada diangka 4,84 persen untuk kasus moderat


dan hanya mencapat 4,74 persen jika kepanikan terus meluas, namun
angkat tersebut baru dampak pada putaran pertama saja Setelah rilis
inflasi bulan November 2020 yang menunjukkan perbaikan pada sisi
permintaan, indikator Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur
menurut laporan IHS Markit juga menunjukkan kondisi yang semakin
baik dari sisi produksi.

Operasional perusahaan rata-rata telah menunjukkan sinyal positif


dikarenakan pemulihan dari sisi permintaan. Menurut Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, kontribusi
industri manufaktur pada pertumbuhan ekonomi mencapai 19,86% (PDB
Q3-2020), sehingga perbaikan yang terjadi pada sektor industri signifikan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

8
Pemulihan ekonomi sudah terjadi pada dua sisi, yaitu sisi permintaan
(perbaikan inflasi) dan sisi produksi (kenaikan indeks PMI), di mana
program dan kebijakan PC-PEN sejak awal diarahkan untuk pemulihan
ekonomi dari kedua sisi.

Menurut Menko Airlangga Peningkatan utilisasi terjadi pada


beberapa sektor industri antara lain: Industri percetakan (40%), Industri
bahan kimia (68%), industri logam dasar (38%), industri komputer dan
barang elektronik (55%), industri alat angkutan lainnya (45.2%) dan
industri furnitur (47).

Menurut Menko Airlangga untuk menjaga momentum perbaikan


indeks PMI melalui ekspansi kapasitas produksi, kita memerlukan
dorongan untuk meningkatkan permintaan domestik, dengan memberikan
dukungan kepada sektor IKM dan industri padat karya, serta dukungan
pembiayaan usaha, insentif fiskal, dan penyederhanaan peraturan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://portal.kominfo.go.id/berita/kini/4919

https://m.kumparan.com/amp/ayu-winarni/dampak-pandemi-covid-19-aktivitas-
produksi-menurun-1urqmt7yGGC

10

Anda mungkin juga menyukai