Anda di halaman 1dari 13

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

“ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL PADA ERA PANDEMI PRO RAKYAT”

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter
Dosen Pengampun : Eko Prasetyo, SE.,MM.

Disusun oleh
Kelompok 4 :
1. Sabrina Putri Sujatmiko (1901010017)
2. Muhammad Ainul Yaqin (1901010019)
3. Sherin Sitiyasih (1901010030)
4. Alifia Nur Ramadhani (1901010034)
5. Ariyanto (1901010045)
6. Octavia Nur Rahmawati (1901010097)
7. Dilla Fadillah (1901010114)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era
Pandemi Pro Rakyat” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang berbagai persolan di pemerintahanbagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Eko Prasetyo, SE.,MM. selaku dosen
Kebijakan Fiskal dan Moneter yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
terima demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 21 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Masalah…………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………… 2
2.1 Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Penanganan Pandemi…………… 2
2.2 Kebijakan Fiskal dan Moneter Akibat Covid – 19……………………… 2
2.2.1 Dampak Ekonomi Akibat Wabah Covid – 19………………… 2
2.2.2 Dampak Fiskal dan Moneter………………………………….. 3
2.2.3 Kebijakan Fiskal dan Moneter………………………………... 3
2.3 Kebijakan Fiskal dalam Jasa Keuangan………………………………… 4
2.4 Kebijakan Fiskal dalam Relokasi Anggaran……………………………. 5
2.5 Kebijakan Fiskal dalam Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran………. 6
2.5.1 Kebijakan Fiskal Untuk Penemerimaan Negara………………. 6
2.5.2 Kebijakan Fiskal Untuk Pengeluaran Pemerintah…………….. 7
BAB III PENUTUP………………………………………………………………… 9
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wabah COVID-19 yang terjadi lebih dari empat bulan ini, berdampak buruk pada
perekonomian Indonesia. Tak hanya sektor informal yang mengalami dampak, Pemerintah pun
mengalami kesulitan karena pendapatan negara turun sementara belanja untuk penanganan
wabah meningkat. Wabah Covid-19 mempengaruhi seluruh dunia karena telah menyebar ke 199
negara. Setiap negara yang terjangkit Covid-19 mengambil tindakan yang cepat untuk
menangani Covid-19 dan mengurangi dampak sosial ekonomi.Ekonomi menjadi salah satu tolok
ukur kesuksesan sebuah negara. Untuk menjaga agar kondisi ekonomi tetap stabil, pemerintah
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan kebijakan berupa fiskal atau moneter. Kebijakan
fiskal sendiri adalah kebijakan yang mengatur pemasukan dan pengeluaran negara untuk
menyeimbangkan pertumbuhan ekonominya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kebijkan fiskal dan moneter dalam penangan pandemi ?
2. Bagaimana kebijakan fiskal dan moneter akibat wabah covid – 19 ?
3. Bagaimana kebijakan fiskal dalam jasa keuangan ?
4. Apa itu kebijakan fiskal dalam relokasi anggaran ?
5. Bagaimana kebijakan fiskal dalam penerimaan dan pengeluaran anggaran dana ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan fiskal dan moneter dalam penanganan pandemi.
2. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan fiskal dan moneter akibat wabah covid – 19.
3. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan fiskal dalam jasa keuangan.
4. Untuk mengetahui apa itu kebijakan fiskal dalam relokasi anggaran.
5. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan fiskal dalam peerimaan dan pengeluaran
anggaran dana.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Penanganan Pandemi


Pengeluaran pemerintah dalam rangka membantu memperkecil fluktuasi dari siklus ekonomi
dan membantu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja yang tinggi,
dan membebaskan perekonomian dari inflasi yang tinggi atau bergejolak.
Sementara menurut Parkin (2012), kebijakan fiskal adalah penggunaan anggaran negara
untuk mencapai beberapa tujuan ekonomi makro, seperti kesempatan kerja penuh, pertumbuhan
ekonomi jangka panjang yang berkelanjutan, dan stabilitas tingkat harga. Dari beberapa definisi
mengenai kebijakan fiskal dari para ahli, dapat diketahui beberapa aspek penting yang lazimnya
harus ada dalam sebuah kebijakan fiskal, yaitu:
1. Mobilisasi sumber daya.
2. Akselerasi pertumbuhan ekonomi.
3. Peningkatan kesempatan kerja.
4. Minimalisasi ketimpangan.
5. Stabilitas harga.
Jika diperhatikan, dalam definisi kebijakan fiskal tersebut terkandung tugas-tugas dan fungsi
yang sudah semestinya dilakukan oleh sebuah negara (pemerintahan) dengan rakyat sebagai
target utama kebijakan tersebut. Dengan demikian kebijakan fiskal merupakan instrumen penting
bagi sebagian besar negara di dunia untuk melindungi dan menyejahterakan rakyatnya.
Mayoritas negara, baik itu negara maju maupun sedang berkembang, lima aspek kebijakan fiskal
tersebut di atas telah menjadi tugas rutin dengan fokus perhatian yang berbeda-beda sesuai
kondisi negara tersebut.
2.2 Kebijakan Fiskal dan Moneter Akibat Wabah Covid – 19
2.2.1 Dampak Ekonomi Akibat Wabah Covid - 19.
Sektor informal seperti UMKM, pariwisata dan manufaktur yang pada tahun 1998 mampu
bertahan menghadapi krisis moneter, saat wabah COVID-19 ini mengalami pukulan keras.
Sebagaimana kita ketahui bersama, larangan traveling dan adanya konsekuensi dari PSBB
berdampak langsung pada industri pariwisata Indonesia. Imbasnya juga merembet pada industri
perhotelan, restoran, ritel, transportasi dan lainnya.
Sektor manufaktur pun mengalami dampak karena terhambatnya supply chain bahan baku
serta sulitnya distribusi produk. Belum lagi daya beli masyarakat yang juga menurun akibat
pemutusan hubungan kerja serta pemotongan gaji di banyak sektor (bahkan pemerintahan).

2.2.2 Dampak Fiskal dan Moneter.


2
 Sementara di bidang fiskal, pendapatan negara mengalami penurunan akibat
berkurangnya penerimaan perpajakan. Sebaliknya terdapat kenaikan belanja
negara guna penanggulangan wabah serta kemungkinan peningkatan pembiayaan.
 Dalam bidang moneter, pertumbuhan kredit mengalami perlambatan. Perlambatan
kredit disertai dengan kredit yang bermasalah dikhawatirkan dapat mengganggu
kinerja perbankan dan nonperbankan.
2.2.3 Kebijakan Fiskal dan Moneter.
a. Kebijakan Fiskal.
Berikut adalah rangkaian kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah Indonesia:
1. Pemerintah mengeluarkan tiga stimulus terkait dengan COVID-19. Kebijakan
stimulus pertama adalah insentif pariwisata. Stimulus kedua adalah insentif
perpajakan sektor manufaktur yaitu sebesar Rp 22,9 triliun. Sementara itu,
stimulus ketiga terdiri dari social safety net sebesar Rp 110 triliun, insentif tenaga
dan pelayanan kesehatan sebesar Rp 75 triliun dan dukungan industri sebesar Rp
70,1 triliun.
2. Terkait dengan stimulus kedua, Kemenkeu menerbitkan PMK 23/2020 tentang
stimulus pajak untuk karyawan dan dunia usaha. Stimulus tersebut antara lain
pajak penghasilan karyawan ditanggung Pemerintah (PPh 21 DTP), pembebasan
pajak penghasilan impor serta pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Kementerian
Keuangan juga memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang
terdampak Covid-19.
3. Terkait dengan stimulus ketiga, Presiden menginstruksikan kepada seluruh
Menteri/ Pimpinan/ Gubernur/ Bupati/ Walikota untuk melakukan percepatan
refocusing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang jasa guna
penanganan Covid-19. Hal ini dituangkan dalam Instruksi Presiden No.4/2020.
4. Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/ Lembaga mengutamakan
pembelian produk UMKM dalam negeri serta mendorong BUMN
memberdayakan UMKM.
Beberapa stimulus memang menjadi sorotan dan pro kontra di masyarakat. Namun, secara
umum pemerintah pun menjaga anggaran defisit tidak melebihi 3%, demi kesehatan
perekonomian jangka panjang.

b. Kebijakan Moneter.

3
Di samping kebijakan fiskal, pemerintah melalui Bank Indonesia pun melakukan kebijakan
moneter untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan tingkat suku bunga. Selain itu, ada kebijakan
untuk melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN), pelonggaran terkait kartu kredit serta
restrukturisasi kredit.
Tantangan terbesar dari wabah COVID-19 adalah jangka waktu wabah yang belum dapat
diprediksikan. Oleh karena itu, sebagai masyarakat selain turut serta dalam menjaga kesehatan
dan disiplin mengikuti ketentuan social distancing guna penanggulangan wabah COVID-19,
Anda dapat turut serta membantu pemerintah dengan menjalankan kewajiban perpajakan Anda.
2.3 Kebijakan Fiskal dalam Jasa Keuangan
Kebijakan Fiskal, Moneter, dan Jasa Keuangan Menghadapi Dampak Covid-19. Menghadapi
dampak Covid-19, pemerintah, Bank Indonesia, dan OJK menerbitkan beragam kebijakan fiskal,
moneter, dan pengaturan jasa keuangan. Kebijakan strategis itu diambil untuk mendukung upaya
penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.
Pemerintah merespons dampak Covid-19 dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemik Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu tersebut kemudian diundangkan menjadi
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020.
Secara garis besar, Perppu tersebut mengatur kebijakan keuangan negara dan kebijakan
stabilitas sistem keuangan negara. Kebijakan keuangan negara tersebut meliputi kebijakan
pendapatan negara termasuk kebijakan di bidang perpajakan, kebijakan belanja negara termasuk
kebijakan di bidang keuangan daerah, dan kebijakan pembiayaan.
Sedangkan kebijakan stabilitas sistem keuangan meliputi kebijakan untuk penanganan
permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas
sistem keuangan. Di bidang fiskal, perppu ini memperbolehkan kebijakan fiskal menjadi
fleksibel, yakni defisit dapat melebihi aturan fiskal, di atas 3 persen PDB paling lama hingga
akhir tahun anggaran 2022. Perppu di atas juga memberikan kewenangan tambahan kepada Bank
Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Otoritas Jasa Keuangan.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan diberi kewenangan menangani stabilitas sistem
keuangan, di antaranya memberikan pinjaman likuiditas jangka pendek pada bank sistemik dan
bukan sistemik. Selain itu, BI diberi kewenangan membeli surat utang negara atau surat berharga
syariah negara berjangka panjang di pasar perdana. Korporasi juga diberi kesempatan
memperoleh pendanaan melalui penjualan kembali surat utang (repo).
Awalnya, pemerintah mengalokasikan total Rp 405,1 triliun untuk penanganan Covid-19 di
bidang kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional. Selanjutnya, pemerintah merangkum

4
berbagai kebijakan dalam menanggulangi dampak Covid-19 dalam program bernama Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN). Pemerintah mengalokasikan dana APBN untuk pemulihan ekonomi
sebesar Rp 695,2 triliun.
Kebijakan ini termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 yang diteken
Presiden Joko Widodo pada 9 Mei lalu. Tujuannya untuk melindungi, mempertahankan, dan
meningkatkan kemampuan ekonomi. Jumlah tersebut diturunkan dalam enam pos anggaran,
yakni bidang kesehatan Rp 87,55 triliun, perlindungan sosial Rp 203,9 triliun, insentif usaha Rp
120,61 triliun, UMKM Rp 123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp 53,57 triliun, serta sektoral
kementerian/lembaga dan pemda Rp 106,11 triliun.
Pendekatan dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) adalah memberikan
stimulus secara komprehensif, baik dari sisi demand maupun supply. Dari sisi demand, stimulus
bertujuan untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Bentuknya berupa program
perlindungan sosial, baik yang bersifat perluasan dari program existing maupun program-
program baru. Program existing meliputi Program Keluarga Harapan, kartu sembako, dan kartu
prakerja. Sementara itu, program-program baru terdiri atas bantuan sembako Jabodetabek,
bansos tunai non-Jabodetak, BLT dana desa, dan diskon listrik. Dari sisi supply, pemberian
insentif perpajakan dan dukungan untuk dunia usaha ditujukan untuk mempertahankan aktivitas
usaha sekaligus meningkatkan produksi nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat tiga kebijakan yang dilakukan, yaitu peningkatan
konsumsi dalam negeri, peningkatan aktivitas dunia usaha, serta menjaga stabilitasi ekonomi dan
ekspansi moneter. Kebijakan tersebut dilaksanakan secara bersamaan dengan sinergi antara
pemegang kebijakan fiskal, pemegang kebijakan moneter dan institusi terkait.
2.4 Kebijakan Fiskal dalam Relokasi Anggaran
Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan yang komprehensif di bidang fiskal dan moneter
untuk menghadapi Covid-19. Di bidang fiskal, Pemerintah melakukan kebijakan refocusing
kegiatan dan realokasi anggaran. Untuk itu, Presiden RI, Joko Widodo, menerbitkan Inpres
No.4/2020, yang menginstruksikan, seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota
mempercepat refocusing kegiatan, realokasi anggaran dan pengadaan barang jasa penanganan
Covid-19.
Selanjutnya, Kementerian Keuangan akan merealokasi dana APBN sebesar Rp62,3 triliun.
Dana tersebut diambil dari anggaran perjalanan dinas, belanja non operasional, honor-honor,
untuk penanganan/pengendalian Covid-19, perlindungan sosial (social safety net) dan insentif
dunia usaha. APBD juga diharapkan di-refocusing dan realokasi untuk 3 hal tersebut.

Penguatan penanganan Covid-19, dilakukan dengan menyediakan fasilitas dan alat


kesehatan, obat-obatan, insentif tim medis yang menangani pasien Covid-19 dan kebutuhan

5
lainnya. Social safety net diberikan untuk meningkatkan daya beli masyarakat melalui program
keluarga harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Sembako dan beras sejahtera.
Kementerian/Lembaga/Pemda diharapkan memperbanyak program padat karya termasuk Dana
Desa. Sedangkan insentif dunia usaha dilakukan untuk membantu pelaku usaha khususnya
UMKM dan sektor informal.
Kemenkeu juga menerbitkan PMK 23/2020 yang memberikan stimulus pajak untuk
karyawan dan dunia usaha yaitu pajak penghasilan karyawan ditangung Pemerintah, pembebasan
pajak penghasilan impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Disamping itu, pemberian
insentif/fasilitas Pajak Pertambahan Nilai yang terdampak Covid-19.
Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga memprioritaskan
pembelian produk UMKM, mendorong BUMN memberdayakan UMKM dan produk UMKM
masuk e-catalog.
2.5 Kebijakan Fiskal dalam Penerimaan dan Pengeluaran Anggaran
2.5.1 Kebijakan Fiskal Untuk Penerimaan Negara.
Pertumbuhan komponen penerimaan Pajak hingga akhir bulan Maret 2020 masih bersumber
dari pajak atas konsumsi rumah tangga, meskipun penerimaan pajak juga masih dipengaruhi
tekanan akibat tren pelemahan industri manufaktur dan aktivitas perdagangan internasional,
serta pelemahan aktivitas ekonomi akibat penyebaran Covid- 19. Seiring adanya aturan terkait
Work From Home (WFH) baik untuk sektor pemerintah maupun sektor swasta, maka mulai
terjadi perlambatan kegiatan usaha di akhir bulan Maret 2020 yang berpotensi menurunkan
penyerahan dalam negeri yang kemudian akan menekan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
Dalam Negeri (PPN DN) di bulan April 2020. Kondisi tersebut kemungkinan berlanjut dan
semakin terkontraksi di bulan Mei, mengingat di bulan April sebagian daerah sudah
melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah terdampak.
Mengatasi kebijakan pemerintah terhadap dampak tersebut, pemerintah memberikan fasilitas
perpajakan berupa relaksasi pembayaran PPh Pasal 29 OP dan pelaporan SPT PPh OP.
Kebijakan makro-mikro penanggulangan wabah Covid-19 diharapkan akan dapat
mempertahankan ekspektasi positif semua entitas ekonomi, baik di dalam negeri maupun luar
negeri.
Keputusan lockdown ini tidak diterapkan karena berbagai alasan termasuk kesiapan negara
dalam menanggung resiko apabila lockdown terjadi. Sebagaimana yang terjadi di Indonesia,
penerimaan pajak pada kuartal I-2020 tercatat mengalami kontraksi atau minus hingga 2,5%.
Adapun beberapa instrumen pajak yang minus setelah digunakan untuk penanganan Covid-19
adalah PPh Badan dan Pajak dalam rangka Impor (PDRI) terdiri beberapa jenis, yaitu Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 22 impor, PPh pasal 22 ekspor, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) impor,
dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM).

6
Peranan pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi serta memacu pertumbuhan
ekonomi terutama di negara yang sedang berkembang dilakukan melalui kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal. Melalui kebijakan fiskal, pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional, kesempatan kerja, investasi nasional, dan distribusi penghasilan nasional. Mengacu
pada dampak buruk dari Covid-19 ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi turunnya
pendapatan negara sebesar 10 persen di tahun ini (tirto.id, 2020).
Penurunan pendapatan akibat wabah Covid-19 itu terutama akan terjadi di sisi penerimaan
perpajakan. Penerimaan Perpajakan turun akibat kondisi ekonomi melemah, dukungan insentif
pajak dan penurunan tarif PPh. PNBP turun dampak jatuhnya harga komoditas pandemi Covid-
19 telah mengancam sistem keuangan yang ditunjukkan dengan penurunan berbagai aktivitas
ekonomi domestik. Dari sisi pengeluaran, dampak yang diakibatkan Covid-19 ini sangat besar.
Mengatasi permasalahan yang timbul akibat Covid-19 ini diharapkan tidak terlalu menekan
defisit APBN. Oleh sebab itu, dibutuhkan strategi yang dapat membantu mengatur perekonomian
saat ini. Kebijakan fiskal dari sisi penerimaan dan pengeluaran pemerintah ternyata sangat besar
perananannya dalam menanggulangi dampak Covid-19.
2.5.2 Kebijakan Fiskal Untuk Pengeluaran Pemerintah.
Dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19 ini, Pemerintah mengambil beberapa
kebijakan (Dhyaksa, 2020) yaitu : dukungan terhadap bidang kesehatan, insentif bulanan tenaga
medis, perlindungan sosial, tarif listrik, menaikkan anggaran kartu pra kerja, pemulihan
ekonomi, antisipasi defisit APBN, nasabah KUR dapat keringanan angsuran, bidang non fiskal,
refokusing dan relokasi belanja, menyiapkan Perpu. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.1/2020, pemerintah memiliki
kewenangan untuk melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas APBN dimana anggaran
untuk pengeluaran tersebut masih belum atau tidak cukup tersedia. Pemerintah juga memiliki
kewenangan untuk menentukan proses dan metode pengadaan barang dan jasa serta melakukan
penyederhanaan mekanisme dan simplifikasi dokumen pada bidang keuangan negara.
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 43/2020, diatur bahwa alokasi dana untuk
penaganan pandemi Covid-19 dialokasikan dalam daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA)
kementerian dan lembaga (K/L). Kegiatan dalam penanganan pandemi Covid-19 ini dilakukan
berdasarkan alokasi dalam DIPA dan bila dalam kondisi mendesak, pejabat perbendaharaan
dapat melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas APBN yang dananya tidak tersedia
ataupun tidak cukup tersedia. Adapun, pengeluaran dengan kondisi mendesak ini hanya dapat
dilakukan untuk kegiatan penanangan Covid-19 berupa obat-obatan, alat kesehatan, sarana dan
prasarana kesehatan, sumber daya manusia, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan
penanganan Covid-19 . Keputusan pemerintah mengalokasikan anggaran besar untuk wabah
Covid-19 relatif tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju yang mencatat kasus positif dan
kematian akibat korona tertinggi di dunia. Anggaran penanggulangan pandemi Covid-19 dan
sektor terdampak yang dialokasikan Pemerintah Indonesia termasuk besar.

7
PDB nasional yang berkisar Rp 15.000 triliun, Indonesia berani menganggarkan sekitar Rp
400 triliun. Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang atau Perppu untuk menambah alokasi belanja dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara (APBN) 2020. Aturan ini terbit pada tanggal 31 Maret 2020. Pemerintah
memproyeksikan peningkatan pembiayaan anggaran menjadi Rp. 852,9 Triliun karena dampak
pandemi Covid-19 Angka tersebut naik Rp. 547 Trilun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
(APBN) 2020. Defisit APBN melebar 5,07% dari PDB. Pembiayaan invetasi juga bertambah.
Dari minus 74,2 triliun menjadi minus 229,3 triliun.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal yang diterapkan di Indonesia, terutama selama masa pandemi Covid-19 ini.
Karena virus ini menyebar dengan cepat dari manusia ke manusia, maka sudah tentu keselamatan
jiwa manusia adalah hal yang terpenting. Oleh karena itu, pemerintah merespons keadaan ini
dengan menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB); aktivitas pertemuan
antara warga menjadi dibatasi.
Akibatnya, intensitas transaksi dan interaksi anta warga pun menjadi sangat berkurang.
Imbasnya sudah barang tentu ke sisi perekonomian warga. Awalnya efek anjloknya kehidupan
ekonomi warga dirasakan secara lokal setempat. Namun, lambat laun dampak negatif pandemi
mulai menjalar ke perekonomian nasional. Jika tidak cepat diambil langkah-langkah pemulihan
yang sangat drastis oleh pemerintah, boleh jadi negeri kita dapat mengulang kembali kejadian
krisis ekonomi yang pernah mendera lebih dari dua dekade lalu. Bahkan potensi krisis saat ini
justru bisa lebih parah ketimbang tahun 1997 karena sudah menyangkut keselamatan jiwa
manusia (kesehatan).
Pemerintah memandang bahwa penyebaran pandemi Covid-19 dapat memberikan dampak
dan mengancam pertumbuhan ekonomi antara lain karena menurunnya penerimaan negara serta
ketidakpastian ekonomi global. Untuk itu diperlukan kebijakan dan langkah-langkah luar biasa
(extraordinary) di bidang keuangan negara, termasuk di bidang perpajakan dan keuangan daerah,
serta sektor keuangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-kebijakan-fiskal-pemerintah-
yang-pruden-dalam-menghadapi-pandemi/
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/kebijakan-fiskal-moneter-dan-jasa-keuangan-
untuk-mengatasi-dampak-covid-19-di-indonesia
https://amp.kompas.com/money/read/2020/03/16/050700626/stimulus-fiskal-untuk-dampak-
virus-corona
https://news.detik.com/kolom/d-5229116/sinergi-kebijakan-fiskal-dan-moneter-dalam-
penanganan-pandemi
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13017/Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-
Mengadapi-Dampak-Covid-19.html
https://klikpajak.id/blog/berita-regulasi/kebijakan-fiskal-dan-moneter-covid-19/

10

Anda mungkin juga menyukai