Anda di halaman 1dari 16

PEREKONOMIAN INDONESIA

“PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KRISIS DI INDONESIA”

DOSEN : dr. Wahyu Hidayat, R.M.M.

Disusun Oleh :
Cindy Tharisma Putri 202110170311001
Athaya Safa Nabila 202110170311008
Rohaniyun Rohmatun Uzlifah 202110170311033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingaa
kami bisa menyelesaikan penyusunan makalah Perekonomian Indonesia ini, dengan judul
“Pertumbuhan Ekonomi dan Krisis Indonesia”. Makalah ini membahas mengenai kronologi,
penyebap, dampak sosial yang ditimbulkan dan, cara mengatasi krisis ekonomi di Indonesia.
Serta faktor pertumbuhan ekonomi dan cara agar pertumbuhan ekonomi tetap stabil. Hal tersebut
kami bahas untuk megetahui serta menambah wawasan mengenaik pertumbahan dan krisis
ekonomi di Indonesia.

Selain itu makalah ini juga kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Perekonomian Indonesia pada semester 2 Prodi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiya Malang. Kami menyadari
jika masih terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan makalah kami ini, oleh karena itu kami
mohon agar pembaca berkenan memberi kritik dan saran agar kami dapat memperbaiki dan
menyusun makalah yang lebih baik lagi selanjutnya. Kami juga mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini. Semoga
makalah Perekonomian Indonesia ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 9 April 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................I

DAFTAR ISI.............................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Terjadinya Krisis Ekonomi ..........................................................................3


2.2 Penyebab Krisis Ekonomi..............................................................................................4
2.3 Dampak Sosial yang Ditimbulkan oleh Krisis Ekonomi................................................6
2.4 Cara Mengatasi Krisis Ekonomi.....................................................................................7
2.5 Faktor Terjadinya Pertumbuhan Ekonomi.....................................................................8
2.6 Cara agar Pertumbuhan Ekonomi tetap Stabil................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian yang akan terjadi dalam


jangka waktu yang cukup lama. Pertumbuhan ekonomi adalah proses naiknya kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatau negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
rill di negara tersebut.

Selama hampir 3 dasawarsa dari tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1997
perekonomian Indonesia mendapat prestasi yang sangat baik. Bahkan pada tahun 1993,
Bank Dunia mengkategorikan Indonesia kedalam klasifikasi “New Industrialized
Economies” (NIEs) yang artinya klasifikasi negara yang memiliki perekonomian sangat baik
namun belum mencapai tahap di negara maju, bersama dengan Malaysia dan Thailand.

Namun pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar rupiah yang membengkak
sehingga menjadikan krisis ekonomi di Indonesia. Sepanjang tahun 1998, rupiah terjadi
kemerosotan dengan lebih 70 persen dan mencapai puncaknya pada bulan juli 1998 dimana
nilai tukar mencapai Rp. 14.700 per US$. Krisis ekonomi Indonesia mencapai puncak pada
tahun 1998, yang ditandai adanya penyusutan pertumbuhan ekonomi sebesar 13,1 persen.
Selepas itu pertumbuhan ekonomi sudah bergerak ke arah yang cukup baik.

Akan tetapi dampak krisis ekonomi ini belum hilang dari kehidupan masyarakat. Salah
satu dampak pokok dari krisis ekonomi ini ialah mengakibatkan begitu banyak perubahan
mendasar dalam tatanan ekonomi, sosial, politik dan budaya dimana disatu sisi merupakan
perubahan yang terbesar dalam sejarah Indonesia modern, namun disisi lain juga
memberikan peran kerumitan dalam pemulihan ekonomi di Indonesia.

Penyusutan perekonomian diikuti oleh pertumbuhan negatif hampir semua lapangan


usaha. Sektor konstruksi mengalami penyusutan sebesar 36,44 persen disusul oleh sektor
keuangan, persewaan serta jasa-jasa perusahaan. Krisis ekonomi tersebut kemudian
menyebabkan pemerintah memusatkan kebijakan program dan pendanaanya kepada Jaring
Pengaman Sosial (JPS), restrukturisasi sektor moneter, dan rekapitulasi perbankan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam makalah kali ini
yaitu :

1
1. Bagaimana kronologi terjadinya krisis ekonomi di Indonesia?
2. Apakah yang menjadi penyebab krisis ekonomi di Indonesia?
3. Apa dampak sosial yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi ini?
4. Cara apa yang mesti dilakukan untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia?
5. Bagaimana kronologi/faktor terjadina pertumbuhan ekonomi ?
6. Bagaimana cara agar pertumnuhan ekonomi tetap stabil ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan dalam membuat makalah
ini yaitu :

1. Dapat mengetahui bagaimana kronologi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia.


2. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi di
indoneisa.
3. Untuk mengetahui dampak sosial yang ditimbulkan akibat adanya krisis ekonomi
yang terjadi di Indonesia.
4. Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi krisis ekonomi yang
terjadi.
5. Untuk mengetahui bagaimana sikap yang harus dilakukan untuk menghindari
ternjadinya krisis ekonomi lagi.
6. Untuk mengetahui bagaimana cara agar pertumbuhan ekonomi tetap stabil.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kronologi Terjadinya Krisis Ekonomi

Krisis itu sendiri di dalam laporan IMF, World Economic Outlook yang baru
digolongkan menjadi berbagai jenis, yaitu (1). Currency crisis, (2). Banking crisis, (3).
Systemic financial crisis dan (4). Foreign debt crisis. Kerawanan perekonomian bisa terjadi
karena unsur-unsur yang pada dasarnya bersifat internal, seperti kebijaksanaan makro yang
tidak sustainable, lemahnya atau hilangnya kepercayaan terhadap mata uang dan lembaga
keuangan dan ketidakstabilan politik, atau yang berasal dari faktor eksternal, seperti kondisi
keuangan global yang berubah, misal dari nilai tukar mata uang dunia (dollar dengan yen),
atau perubahan cepat dari sentimen pasar yang meluas karena herd instinct dari pelaku dunia
usaha. Yang terjadi di Indonesia dimulai dengan dampak dari proses penularan, dimana
rupiah tertekan di pasar mata uang setelah dan bersamaan dengan apa yang terjadi di negara-
negara tetangga, dimulai dengan depresiasi yang drastis dari baht Thailand.

Secara kronologis dapat disebutkan secara singkat, apa yang terjadi sejak bulan Juli
1997, sebagai berikut :

1. 2 Juli 1997 dan peso Pilipina 11 Juli 1997


Tertekannya nilai tukar rupiah setelah terjadi hal yang serupa terhadap baht Thailand
yang diikuti dengan pengambangan baht.
2. 11 Juli 1997
Dilakukan pelebaran kurs intervensi rupiah dari 8% menjadi 12%, setelah dilakukan
pelebaran sebanyak enam kali sejak 1994.
3. 14 Agustus 1997
Dilakukan intervensi dalam pasar valas menghadapi tekanan yang timbul baik setelah
pelebaran kurs intervensi.
4. 3 September 1997
Langkah -langkah kebijakan makro dan sektoral, suatu “self imposed IMF program “
5. Awal Oktober 1997
Keputusan untuk meminta bantuan IMF.
6. 31 Oktober 1997
Perundingan dengan IMF yang menghasilkan ‘letter of intent’ pertama, dari
precautionary menjadi standby arrangement. Program yang akan diimplementasikan
meliputi kebijakan pengendalian moneter dan nilai tukar, langkah-langkah fiskal,
restrukturisasi sektor keuangan dan restrukturisasi sektor riil.
7. Kebijakan pencabutan ijin usaha 16 bank dan implikasinya.
3
8. Pencairan pinjaman tahap pertama $3 milyar dari pinjaman IMF $10 milyar sebagai
bagian dari paket $43 milyar. Intervensi pasar valas bersama Jepang dan Singapore
yang berhasil, kemudian implementasi program dengan dukungan IMF yang kurang
lancar (masalah tuntutan terhadap Gubernur BI dan Menkeu di PTUN, ketidakjelasan
pelaksanaan penghapusan monopoli dan penundaan proyek-proyek serta pelaksanaan
kebijakan moneter yang seret) dan reaksi pasar yang negatif.
9. 15 Januari 1998
Proses terjadinya ‘letter of intent’ kedua, didahului dengan desakan G7.
10. Reaksi pasar terhadap kemungkinan pencalonan Habibie sebagai Wapres.
11. Pelaksanaan restrukturisasi perbankan dengan pemberian garansi terhadap semua
deposito, giro, tabungan dan pinjaman perbankan serta pendirian BPPN.
12. Heboh CBS, usulan Steve Henke, dan implikasi yang ditimbulkan.
13. Keputusan BPPN membekukan 7 bank serta melaksanakan pengawasan intensif
terhadap 7 bank lain.
14. 9 April 1998
Perundingan Pemerintah dengan IMF yang menghasilkan “Memorandum Tambahan
tentang Kebijaksanaan Ekonomi dan Keuangan”, yang ditanda tangani Menko Ekuin.
15. 14 Agustus 1998
Dilakukan penghapusan rentang kurs intervensi atau pengambangbebasan rupiah.
16. Penyelesaian pinjaman swasta dengan berbagai perundingan di Tokyo, New York dan
Frankfurt.
17. Pengumuman Kabinet Reformasi dan pemberian status independen ke pada Bank
Indonesia setelah pergantian Presiden dari Soeharto ke Habibie.

2.2 Penyebab Krisis Ekonomi

Aliran teori ekonomi dimana para penganut Ekonomi Klasik dengan berbagai versinya
menilai bahwa krisis ekonomi disebabkan oleh pada bekerjanya mekanisme pasar, karena itu
untuk memperoleh hasil terbaik pasar sebaiknya tidak dicampur tangani Pemerintah
(pengaturan pasar yang minimal). Sebaliknya aliran Keynesian dengan berbagai versinya,
mengatakan bahwa krisis ekonomi disebabkan karena pasar tidak stabil, mempunyai gerak
konjungtur naik-turun, karena itu untuk hasil yang lebih baik Pemerintah sebaiknya
melakukan intervensi di pasar memalui kebijakan-kebijakannya.

Pandangan-pandangan mengenai sebab timbulnya krisis yang beraneka ragam tersebut,


mungkin dapat digolongkan menjadi dua kelompok; pertama yang mengatakan bahwa sebab
utamanya adalah :

1. Masalah internal ekonomi nasional, terutama lemahnya lembaga keuangan (perbankan).


(Paul Krugman, ahli ekonomi dari Stanford University)

4
2. Bahwa krisis ini timbul dari perubahan sentimen pasar, masalah eksternal, yang
diperkuat dengan contagion effects. (Jeffrey Sachs, ahli ekonomi dari Harvard
University)

Soedradjad Djiwandono (Gurubesar tetap Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia)


menemukakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya krisis di Indonesia,
yaitu :

1. Krisis disebabkan oleh unsur eksternal.

Perubahan sentimen pasar uang secara cepat yang menimbulkan panik finansial.
Panik finansial ini dengan proses penularan (contagion) menjadi krisis. Krisis di
Indonesia merupakan kombinasi dari adanya gejolak eksternal melalui dampak
penularan (contagion) pada pasar finansial dengan ekonomi nasional yang mengandung
berbagai kelemahan struktural, yaitu sistim perbankan dan sektor riilnya. Dalam
perkembangannya krisis ekonomi menjalar ke krisis sosial-politik karena kelemahan
pada sistim sosial-politik Indonesia.

2. Krisis timbul karena adanya kelemahan struktural di dalam perekonomian nasional.

Dalam sistim keuangan atau perbankan dan praktek kapitalisme kroni atau
kapitalisme ‘ersatz’. Proses terjadinya dimulai dengan adanya gejolak yang berdampak
penularan pada pasar uang yang dihadapi Pemerintah dengan mengandalkan kebijaksan
moneter yang berlaku saat itu (suatu pengambangan mata uang terkendali dengan
penetapan batas ambang jual-beli valuta BI serta depresiasi merayap setiap tahunnya ).
Pelaksanaan kebijakan ini melalui pelebaran rentang jualbeli BI dan intervensi pasar
pada waktu kurs di pasar uang ‘spot’ melampaui yang ditentukan. Akan tetapi sebagai
dampak sampingan dari kebijakan moneter yang menyertai langkah intervensi pasar
ternyata suku bunga yang meningkat telah memberatkan bank-bank yang kurang sehat,
bahkan pada putaran selanjutnya bank yang sehatpun menderita dari penciutan likuiditas
dalam perekonomian.

Gejolak yang melanda pasar uang dengan dampak penularan ini pada akhirnya
mengungkap kelemahan perbankan nasional. Sektor perbankan Indonesia yang memang
lemah tersebut kemudian mengalami ‘distress’, yang secara cepat berubah menjadi
krisis, karena turunnya kepercayaan masyarakat (deposan) yang kemudian melakukan
penarikan dana secara bersama dan besar-besaran pada banyak bank. Masalahnya
menjadi sistemik, menyangkut banyak bank dan sistim perbankan. Pemilik dana
melakukan tindakan penyelamatan dana mereka dengan memindahkannya pada bank
yang dalam persepsi mereka aman. Ini dikenal dengan istilah ‘flight to safety’ dan
‘flight to quality’. Setelah perbankan mengalami krisis, secara cepat kemudian
5
masalahnya menjalar ke sektor riil dalam perekonomian (karena kredit kepada nasabah,
termasuk untuk perusahaan-perusahaan banyak yang dihentikan atau suku bunganya
ditingkatkan sangat tinggi) dan akhirnya terjadi krisis ekonomi (produksi dan
perdagangan terganggu, kemudian lumpuh).

3. Lemahnya sektor riil dari perekonomian nasional.

Lemahnya sektor riil dari perekonomian nasional, antara lain karena praktek
kapitalisme ‘ersatz’ yang penuh dengan KKN dengan masalah yang melekat padanya.
Setelah itu, dengan cepat krisis menjalar menjadi krisis sosial dan politik, mungkin
budaya, juga karena kelemahan struktural pada kehidupan sosial-politik serta lemahnya
berbagai nilai budaya di masyarakat. Dengan demikian ternyata dampak penularan
krisis itu tidak hanya bekerja secara geografis, menjalar dari Thailand ke Indonesia dan
negara-negara lain di Asia. Akan tetapi juga dari kehidupan ekonomi ke kehidupan
sosial dan politik di dalam suatu negara, karena kelemahan struktural yang terkandung
di dalamnya. Lemahnya struktur sosial-politik ini merupakan akibat dari penekanan
pendekatan keamanan dengan penciptaan kestabilan sosial-politik secara dipaksakan
dalam era kepemimpinan Orde Baru. Kestabilan ini dicapai melalui cara-cara represi,
menghilangkan semua unsur yang berpotensi menjadi pesaing dari penguasa dengan
cara apapun, bahkan yang melanggar hak azasi. Kita melihat bahwa selama ini semua
organisasi, sosial, profesi, fungsional, apalagi politik, selalu mengalami ‘pembinaan’
atau ‘digarap’ dengan berbagai cara untuk tidak vokal, tidak menyuarakan sesuatu yang
berbeda dari penguasa. Di dalam kehidupan politik tidak dikenal oposisis. Semua ini
dikatakan tidak sesuai dengan kepribadian Indonesia. Kestabilan yang tercapai dengan
rekayasa ini merupakan kestabilan semu, dan tidak tahan lama.

4. Sikap hidup yang ‘lebih besar pasak dari tiang’ serta sikap hidup yang tertutup dan
mendasarkan diri atas ‘tribalism’ (Prof. Arif Budiman).

Gejolak pasar uang yang dahsyat mengungkap borok lemahnya sistim perbankan
dan menimbulkan krisis perbankan nasional. Krisis perbankan mengungkap borok
kapitalisme ersatz dan menimbulkan krisis ekonomi. Akhirnya, krisis ekonomi
mengungkap borok lemahnya sistim sosial-politik dan menimbulkan krisis sosial-politik
serta kepemimpinan nasional

2.3 Dampak Sosial yang Ditimbulkan oleh Krisis Ekonomi

Dengan perkembangan yang membalik dari laju pertumbuhan produksi yang tinggi
dalam jangka waktu yang lama menjadi penurunan tajam, maka akan berdampak pada :

1. Inflasi yang relatif terkendali menjadi hiperinflasi.

6
2. Masuknya modal asing dalam jumlah besar manjadi keluar dan larinya modal dalam
jumlah besar.
3. Tingkat pengangguran menjadi sangat tinggi,
4. Jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan meningkat drastis.
5. Jumlah anak yang putus sekolah meningkat drastis.
6. Kejahatan meningkat tinggi dan banyak lagi dislokasi sosial dalam intensitas yang
tinggi.

2.4 Cara Mengatasi Krisis Ekonomi

Perkembangan dari suatu gejolak menjadi krisis, dan dari krisis yang satu ke yang lain
telah melalui proses dari timbulnya masalah, langkah-langkah mengatasi masalah (policy
responses) dan reaksi dari pasar serta masyarakat, baik di dalam negeri maupun di luar,
semuanya telah tercampur. Berbagai pelajaran telah dapat dipetik, baik dari mengidentifikasi
sebab-musabab maupun sifat dari krisis dan efektif tidaknya langkah mengatasi masalah
yang diambil.

Salah satu faktor utama yang perlu diatasi pemerintah untuk mengatasi krisis adalah
kebijakan fiskal. Konsep kebijakan fiskal cukup mudah untuk didefinisikan. Ini menyatakan
bahwa pemerintah merencanakan berapa banyak uang yang akan dibelanjakan, kapan
menghabiskan uang itu dan berapa tingkat bunganya. Keseimbangan antara permintaan dan
penawaran ini merupakan bagian utama dari setiap sistem moneter yang sukses karena
menentukan bagaimana perekonomian akan berfungsi.

Sayangnya, pertanyaan bagaimana pemerintah mengatasi krisis keuangan? dijawab


bukan oleh bagaimana pemerintah mengatasi krisis keuangan, tetapi bagaimana
mengatasinya. Faktor kunci yang menentukan hal ini adalah perilaku kebijakan fiskal. Jika
tujuan pemerintah adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan lapangan kerja, maka
perlu meningkatkan pengeluaran. Namun, jika tujuannya hanya untuk mengurangi
pengeluaran dan menciptakan lebih banyak kelonggaran ekonomi, maka perlu menciptakan
lebih banyak stimulus ekonomi.

Dalam hal ini, kebijakan fiskal merupakan alat yang sangat sulit digunakan oleh
pemerintah. Pemerintah dapat meningkatkan pengeluaran dalam jangka pendek tetapi cara
melakukannya adalah dengan menciptakan lebih banyak utang pemerintah. Selama
pemerintah terus menambah kebijakan fiskalnya, pada akhirnya biaya akan membanjiri
manfaatnya. Oleh karena itu, kebijakan fiskal merupakan bidang penting yang perlu
dicermati secara cermat pada tahap awal setiap program pemulihan

2.5 Faktor terjadinya Pertumbuhan Ekonomi

7
Pertumbuhan ekonomi dampat di timbulkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Produk Domestik Bruto

Menurut Arifin & Gina (2009:11) indikator yang digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB).
Beberapa alasan digunakannya PDB (bukan PNB) sebagai indikator pengukuran
pertumbuhan ekonomi, yaitu:

a. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan
seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini menyebabkan
peningkatan PDB mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi
yang digunakan dalam proses produksi.

b. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circulair flow concept) yaitu
perhitungan PDB mencakup nilai produk yang dihasilkan pada suatu periode
tertentu. Perhitungan ini tidak mencangkup perhitungan pada periode sebelumnya.
Pemanfaatan konsep aliran dalam menghitung PDB memungkinkan seseorang
untuk membandingkan jumlah output pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

c. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik). Hal ini
memungkinkan untuk mengukur sampai sejauh mana kebijakan ekonomi yang
diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas perekonomian domestik.
Menurut Rudriger (2006:112), produk domestik bruto / GDP artinya mengukur
nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang
berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun.
GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu
atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Jadi, PDB
adalah pendapatan total dan pengeluaran total nasional atas output barang dan jasa
dalam periode tertentu. PDB ini dapat mencerminkan kinerja ekonomi, sehingga
semakin tinggi PDB sebuah negara dapat dikatakan semakin bagus pula kinerja
ekonomi di negara tersebut. Karena begitu pentingnya peran PDB di dalam suatu
perekonomian.

2. Ekspor

Kegiatan ekspor impor didasari atas kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang
benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi.
Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda baik sumber daya alam, iklim,
geografis, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan

8
perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan
kuantitas produk. Adanya interdependensi kebutuhan itulah yang menyebabkan adanya
perdagangan internasional. Masing-masing negara memiliki keunggulan dan
kekurangan. Komoditas yang dihasilkan suatu negara mungkin juga belum dapat
dipakai langsung karena berupa bahan mentah yang memerlukan pengolahan lebih
lanjut. Bahan mentah tersebutselanjutnya mungkin dibutuhkan negara lain sebagai
bahan baku pabriknya (Asfia, 2006:47).

Transaksi perdagangan luar negeri yang biasa dikenal dengan istilah ekspor dan
impor pada hakikatnya adalah transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari kegiatan
membeli dan menjual barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal
dinegara yang berbeda. Namun dalam pertukaran barang dan jasa yang melewati laut
dan darat ini tidak jarang menimbulkan berbagai masalah yang kompleks antara
pengusahapengusaha yang mempunyai perbedaan bahasa, budaya, adat istiadat dan cara
yang berbeda beda. Sukirno (2006:173) menyimpulkan ciri-ciri khusus dari kegiatan
ekspor, yaitu:

a. Antara penjual (eksportir) dan pembeli (importir) komoditas yang diperdagangkan


dipisahkan oleh batas teritorial kenegaraan

b. Terdapat perbedaan mata uang antara negara pembeli dan penjual. Seringkali
pembayaran transakasi perdagangan dilakukan dengan mempergunakan mata
uang asing misalnya dolar Amerika, pounsterling Inggris ataupun yenJepang.

c. Adakalanya antara pembeli dan penjual belum terjalin hubungan lama dan akrab.
Pengetahuan masing-masing pihak yang bertransaksi tentang kualifikasi mitra
dagang mereka termasuk kemampuan membayar atau kemampuan untuk
memasok komoditas sesuai dengan kontrak penjualan sangat minim.

d. Seringkali terdapat perbedaan kebijaksanan pemerintah negara pembeli dan


penjual dibidang perdagangan internasional, moneter lalu lintas devisa, labeling,
embargo atau perpajakan.

e. Antara pembeli dan penjual kadang-kadang terdapat perbedaan tingkat


penguasaan teknik dan terminologi transaksi perdagangan internasional serta
bahasa asing yang secara populer dipergunakan dalam transaksi itu misalnya
bahasa inggris.

3. Pajak

Menurut Waluyo (2009:2), pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan
9
umum (undangundang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat
ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UndangUndang Nomor 6
Tahun 1983, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang
Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pajak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke pemerintah.


b. Pajak dipungut oleh negara baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah.
c. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang
sifatnya dapat dipaksakan.
d. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi langsung
secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
e. Pajak diperuntukan bagi pengeluaranpengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan umum

2.6 Cara Agar Pertumbuhan Ekonomi Tetap Stabil

Perekonomian Indonesia bisa tetap tumbuh stabil maka pemerintah harus membereskan
defisit neraca transaksi berjalan yang masih menjadi permasalahan bagi perekonomian.
Kebijakan moneter saja tidak cukup dalam memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan,
perlu upaya serius dari pemerintah untuk mengurangi defisit neraca transaksi berjalan. untuk
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan neraca transaksi berjalan yang lebih sehat
maka BI meminta pemerintah untuk menerapkan 5 kebijakan, kelima kebijakan itu adalah;

1. Memperbaiki kualitas infrastruktur guna mendorong minat investasi asing serta


mengurangi biaya ekonomi yang cukup tinggi.
2. Mendorong sektor agriculture dan Usaha Kecil Menengah agar tetap tumbuh karena
sektor ini tahan terhadap gejolak dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
3. Mendorong kebijakan energi yang lebih realistis, tidak hanya bisa melakukan konversi
minyak ke energi alternatif tetapi alokasi dana untuk energi yang selama ini cukup besar
mulai dialokasikan kepada belanja modal.
4. Mendorong sektor industri yang bisa subtitusi impor sehingga mempunyai nilai tambah.

Hal ini di dukung yg di sampaikan Murni (2006:202) meningkatnya pengangguran


dapat membuat pertumbuhan ekonomi menurun karena daya beli masyarakat turun,
10
sehingga mengakibatkan kelesuan bagi pengusaha untuk berinvestasi. Berdasarkan pendapat
tersebut bahwa terdapat pengaruh antara pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Agar
pertumbuhan ekonomi tetap terjaga maka dibutuhkan kebijakan yang tidak hanya
berorientasi terhadap pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga pengurangan pengangguran
dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan baru.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian yang akan terjadi dalam


jangka waktu yang cukup lama. Pertumbuhan ekonomi adalah proses naiknya kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatau negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP
rill di negara tersebut.

Sepanjang tahun 1998, rupiah terjadi kemerosotan dengan lebih 70 persen dan mencapai
puncaknya pada bulan juli 1998 dimana nilai tukar mencapai Rp. 14.700 per US$. Krisis
ekonomi Indonesia mencapai puncak pada tahun 1998, yang ditandai adanya penyusutan
pertumbuhan ekonomi sebesar 13,1 persen. Salah satu dampak dari krisis ekonomi ialah
mengakibatkan begitu banyak perubahan mendasar dalam tatanan ekonomi, sosial, politik
dan budaya dimana disatu sisi merupakan perubahan yang terbesar dalam sejarah Indonesia
modern, namun disisi memberikan peran kerumitan dalam pemulihan ekonomi di Indonesia.

Untuk keluar dari krisis ekonomi harus ada suatu titik balik, suatu ‘turning point’, dari
pesimisme menjadi optimisme, dari ketidak percayaan menjadi percaya, dari tanpa harapan
menjadi penuh harapan. Kemudian, disesuaikan dengan masalah yang dihadapi. Beberapa
aspek seperti kebijakan makro, moneter dan fiskal untuk mengatasi masalah nilai tukar,
inflasi dan memburuknya perekonomian, kebijaksanaan restrukturisasi keuangan dan
perbankan, termasuk restrukturisasi pinjaman perusahaan dan restrukturisasi perusahaan,
kebijaksanaan restrukturisasi sektor riil, kebijakan restrukturisasi kelembagaan, dan
penaggulangan dampak sosial krisis.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar pemerintah dan masyarakat indonesia lebih memperhatikan


dampak dari pertumbuhan ekonomi dan krisis global yang terjadi. Untuk meningkatkan
pertmbuhan ekonomi Indonesia maka pemerintah perlu memperhatikan aspek-aspek
pemerataan distribusi pendapatan terhadap masyarakat, menekankan laju pertumbuhan
penduduk, mengurangi tingkat kemiskinan, dan meminimalisir pengeluaran negara.
Selanjutnya implikasi yang dapat dilakukan pemerintah dengan adanya krisis global yaitu
dengan melakukan kebijakan-kebijakan untuk mengantisipasi dampak krisis global dan
perlu adanya peningkatan serta pengoptimalisasi potensi ekonomi, agar ketika krisis terjadi
lagi Indonesia tidak mengalami dampak krisis atau setidaknya memperkecil kemungkinan
Indonesia mengalami dampak krisis yang akan terjadi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Journal of Indonesian Applied Economics Vol. 2 No. 2 Oktober 2008, 164-173

Karmeli, Elli. "Krisis Ekonomi Indonesia." Journal of Indonesian Applied Economics 2.2 (2008).

Febryani, T. (2017). Determinan Pertumbuhan Ekonomi di 4 Negara ASEAN. JIET (Jurnal Ilmu
Ekonomi Terapan), 2(1).

Agustini, S. L. A. S., & Budiasih, I. G. A. N. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi


Profitabilitas Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Badung. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 8(3), 609-619

Anda mungkin juga menyukai