Anda di halaman 1dari 30

THE CENTRAL

BANK
Independence, Time Consistency and

Credibility
1. Choosing among
multiple goals

Choosing between inflation and


unemployment

U = U(π,u)

U = U(π −π∗, y−yf)


Cont…

Choices under the economy’s supply constraint

u = f (π)

constraint, under the assumption of rational expectations, is of the form:

(u−un) = f (π −Eπ)

di mana du / dEπ = 0, sehingga (π − Eπ) tidak akan berubah.

stabilitas harga atau tingkat inflasi yang rendah menjadi satu-satunya variabel tujuan bank sentral.
2. Conflicts
(1) For policy maker A:
among policy
Maximize UA = UA(x1, . . ., xn)

makers: subject to A’s perceived constraint:

(2) For policy maker B:


theoretical Maximize UB = UB(x1, . . ., xn)

analysis
3. Independence of the central bank

• Pilihan antara stabilitas harga atau tingkat pengangguran

• Intermediate target seperti tingkat suku bunga atau nilai tukar

• Biaya hutang dan pembiayaan defisit fiskal


Cont…

• The FED menjadi salah satu bank sentral paling independen di dunia

• Bank of Canada masih ada konsultasi yang erat antara Gubernur dan Menteri Keuangan
tentang target inflasi dan perubahan kebijakan.

• Bank of England kebijakan masih disahkan oleh kanselir


Central bank independence in practice

• Suatu negara dapat memiliki undang-undang yang secara resmi mengatur independensi bank
sentralnya daripemerintah
• Namun independensi juga bergantung pada:

• penunjukan gubernur/direktur bank

• durasi

• Persyaratan pengangkatan

• hubungan dengan orang-orang di badan legislatif dan pemerintah

• Kekuasaan politik

• bagaimana hukum dihormati di negara yang bersangkutan


Time consistency of policies

Goodhart (1994) finds that central bank independence, if effective, is a way of making its
commitment to price stability more credible and makes the achievement of low inflation more
likely. But he finds no evidence that it lowers unemployment or the “loss ratio”.

Bank sentral diharuskan untuk memiliki fungsi tujuan antarwaktu seperti menentukan
peringkat kebijakan alternatif dan kendala ekonomi, serta memiliki pengetahuan tentang
respons ekonomi saat ini dan masa depan.
Time-consistent policy path

U = U(x1, x2,π1,π2)

x1 = x1(π1,π2)

x2 = x2(x1,π1,π2)

U(.) = U(x1(π1,π2), x2(x1(π1,π2),π1,π2),π1,π2)

Kondisi yang optimal (p*1 ,p*2 ) dengan rule


Studi Kasus

• Time inconsistency merujuk kepada adanya perbedaan respon kebijakan yang sebenarnya ditempuh
dari respon kebijakan optimal yang telah diumumkan oleh bank sentral setelah masyarakatdalam
mengambil suatu keputusan berdasarkan ekspektasinya.

• Perbedaan respon kebijakan tersebut pada umumnya dimotivasi oleh keinginan bank sentral untuk
mendorong tingkat output yang lebih tinggi
Semenjak tahun 2000, inflasi aktual yang tepat berada dalam kisaran target inflasi hanya terjadi dua kali
yaitu pada tahun 2004 dan 2007 sebesar 6.4% dan 6.6% dengan sasaran inflasi 4.5%-6.5% di tahun 2004
dan 6%±1% pada tahun 2007

tingginya persistensi inflasi

Harmanta (2009) melaporkan bahwa tingginya persistensi inflasi di Indonesia disebabkan oleh kebijakan
moneter yang belum sepenuhnya kredibel (imperfect credibility)
Goeltom (2005) menyatakan bahwa antara periode 1990-2003 kebijakan moneter Indonesia masih
menghadapi masalah time inconsistency yang tercermin dari kebijakan moneter yang belum optimal,
kadang terlalu longgar dan kadang terlalu ketat

Suatu kebijakan dikatakan time inconsistent apabila kebijakan tersebut optimal pada suatu periode, t0 ,
tetapi tidak optimal pada periode yang lain, t1 (Bofinger, 2001)
• Time inconsistency mengacu kepada adanya perbedaan langkah kebijakan yang optimal yang telah
diumumkan oleh bank sentral setelah masyarakat mengambil suatu keputusan berdasarkan
ekspektasinya Mengukur Time Inconsistency Kebijakan Moneter di Indonesia 339 (Kydland Prescott,
1977)

• Kydland dan Prescott (1977) menganalisis time inconsistency untuk menunjukkan bahwa secara
umum rule lebih baik daripada discretion dalam perumusan kebijakan.
• Model Barro-Gordon: bank sentral mampu mengelola proses ekonomi dan mengarahkan kebijakan
moneternya untuk kesejahteraan sosial

• Masyarakat hanya mempunyai parameter tindakan berupa ekspektasi inflasi.

• Time inconsistency akan muncul karena:

(a) masyarakat harus membentuk ekspektasi inflasinya pada awal periode dan memegangnya sampai akhir
periode

(b) bank sentral mempunyai diskresi penuh dalam menentukan strategi sepanjang waktu.
Inflation Surprise: bank sentral tidak berupaya menghilangkan deviasi inflasi dari targetnya dikarenakan
bank sentral pro growth

Rogoff (1985) menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah time inconsistency, maka kebijakan moneter
sebaiknya didelegasikan kepada bank sentral yang independen dan konservatif. Bank sentral yang
independen dan bersifat inflation averse akan mampu mengurangi rata-rata inflasi, tetapi akan
meningkatkan variabilitas output.
Hasil Estimasi

• Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada periode sebelum independensi, Bank Indonesia menghadapi
masalah time inconsistency kebijakan moneter

• Terdeteksinya keberadaan parameter asymmetric preference mengindikasikan bahwa otoritas moneter


memiliki preferensi kebijakan yang bersifat asimetri dalam merespon kondisi perekonomian yang
mengalami resesi dan boom. Artinya Bank Indonesia memberikan bobot kebijakan dan perlakuan yang
berbeda dalam merespon kondisi perekonomian yang sedang kontraksi (output gap negatif) dan
ekspansi (output gap positif)
• Bank Indonesia lebih fokus pada output gap pada masa resesi.

• Pada saat perekonomian mengalami kontraksi dalam arti terjadinya output gap negatif, maka dengan
mengacu kepada fungsi kerugian bank sentral kerugian bank sentral akan meningkat secara
eksponensial.

• Pada saat boom dimana terjadi output gap positif, kerugian bank sentral dalam konteks fungsi linex
hanya meningkat secara linear
Perekonomian Terbuka dan
Kebijakan Moneter

1
Graphing the Effects of an
Expansionary Monetary Policy
■ Assume the economy is operating at less than
full employment
◻ Expansionary monetary policy can close the
recessionary gap.
◻ Direct and indirect effects cause the aggregate
demand curve to shift outward.

17-2
Figure 17-3 Expansionary Monetary
Policy with Underutilized Resources
• The recessionary gap is
due to insufficient AD
• To increase AD,
use expansionary
monetary policy
• AD increases and
real GDP increases
to full employment

17-3
Graphing the Effects of
Contractionary Monetary Policy
■ Assume there is an inflationary gap
◻ Contractionary monetary policy can eliminate this
inflationary gap.
◻ Direct and indirect effects cause the aggregate
demand curve to shift inward.

17-4
Figure 17-4 Contractionary Monetary Policy
with Overutilized Resources

• The inflationary gap is shown


• To decrease AD, use
contractionary monetary policy
• AD decreases and real
GDP decreases

17-5
Open Economy Transmission
of Monetary Policy (cont'd)
■ The net export effect
◻ Impact of expansionary (contractionary) monetary
■ Lower (higher) interest rates
■ Financial capital flows out of (into) the country
■ Demand for domestic currency will decrease (increase)
■ International price of domestic currency goes down
(up)
■ Foreign goods look more (less) expensive in the country
■ Net exports increase (decrease) and imports fall (go up)

17-6
Monetary Policy in Action:
The Transmission Mechanism
■ Recall we talked about the direct and indirect
effects of monetary policy.
◻ Direct effect: implies increase in money supply
causes people to have excess money balances.
◻ Indirect effect: occurs as people purchase
interest-bearing assets, causing the price of such
assets to go up.

17-7
Figure 17-7 Adding Monetary Policy
to the Aggregate Demand–Aggregate Supply
Model, Panel (a)

At lower rates, a larger


quantity of money will
be demanded

17-8
Figure 17-7 Adding Monetary Policy
to the Aggregate Demand–Aggregate Supply
Model, Panel (b)

The decrease in the interest


rate stimulates investment

17-9
Figure 17-7 Adding Monetary Policy
to the Aggregate Demand–Aggregate Supply
Model, Panel (c)

The increase in investment


shifts the AD curve to the right

17-10
Monetary policy under fixed exchange rates

An increase
Under in M would
floating rates,
shift LM* right
monetary and reduce
policy is e.
e
very
To effective
prevent at changing
the fall in e,
output.
the central bank must
buy
Underdomestic currency,
fixed rates,
which reduces
monetary M and
policy cannot e1
shifts
be usedLM*toback left.output.
affect
Results:
Y
Δe = 0, ΔY = 0 Y1
Monetary policy under floating exchange rates

e
An increase in M
shifts LM* right
because Y must rise
to restore eq’m in e1
the money market. e2
Results:
Y
Δe < 0, ΔY > 0 Y1 Y2

Anda mungkin juga menyukai