Maria Bernadetha
1
ABSTRAK
Kata Kunci: Efektivitas, Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Hotel, dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2
ABSTRACT
3
DAFTAR ISI
4
2.4.1 Pengertian Pajak Restoran................................................... 17
2.4.2 Dasar Hukum Pajak Restoran.............................................. 18
2.4.3 Objek Pajak Restoran........................................................... 18
2.4.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran.............................. 19
2.4.5 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan................... 19
2.5 Pajak Hotel..................................................................................... 20
2.5.1 Pengertian Pajak Hotel......................................................... 20
2.5.2 Dasar Hukum Pajak Hotel................................................... 20
2.5.3 Subjek Pajak, Wajib Pajak, dan Objek Pajak...................... 21
2.5.4 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Perhitungan............................ 22
2.6 Konsep Efektivitas......................................................................... 22
2.6.1 Pengertian Efektivitas........................................................... 22
2.6.2 Ukuran Efektivitas................................................................ 24
2.6.3 Pendekatan Efektivitas.......................................................... 25
2.7 Kerangka Berpikir.......................................................................... 26
2.8 Penelitian Terdahulu...................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN..................................................... 29
3.1 Jenis Penelitian.............................................................................. 29
3.2 Lokasi dan Objek Penelitian.......................................................... 29
3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................. 29
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 30
3.5 Teknik Analisis Data..................................................................... 31
BAB lV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 33
4.1 Hasil .............................................................................................. 33
4.1.1 Sejarah Kantor Dinas Pendapatan Daerah .......................... 33
4.1.2 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah ............................ 35
4.1.3 Bidang Instansi ................................................................... 36
4.1.4 Kegiatan Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang ............. 36
4.1.5 Struktur Organisasi ............................................................. 36
4.1.6 Uraian Tugas dan Fungsi .................................................... 38
4.2 Hasil Pembahasan ......................................................................... 57
5
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 67
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 67
5.2 Saran .............................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 70
LAMPIRAN....................................................................................................
6
DAFTAR TABEL
7
BAB l
PENDAHULUAN
8
keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan mendorong timbulnya inovasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
9
4. Pendapatan daerah lain yang sah
Pada sumber pendanaan yang telah disebutkan diatas, pajak daerah dan
retribusi daerah merupakan salah satu komponen penyumbang terbesar dalam
struktur Pendapatan Asli Daerah. Hasil dari pembayaran pajak itu sendiri akan
dikembalikan dan dinikmati oleh masyarakat dalam bentuk pembangunan di
daerah yang dilaksanakan demi kesejahteraan masyarakat. Untuk menghimpun
pendapatan asli daerah tersebut dinas terkait sebagai pengelolanya adalah dinas
pendapatan daerah (Dispenda) Kota Kupang. Adapun sumber-sumber
pendapatan asli daerah Kota Kupang (biro hukum setda kota kupang; 2016)
adalah sebagai berikut:
1. Pajak-pajak daerah terdiri dari : pajak hotel, pajak hiburan, pajak
reklame, pajak penerangan jalan, pajak bahan galian golongan c,
pajak restoran.
2. Retribusi daerah terdiri dari: retribusi pelayanan pasar, retribusi
parkir di tepi jalan umum, retribusi pengujian kendaraan bermotor,
retribusi pasar hewan, retribusi terminal, retribusi rumah potong
hewan, retribusi penjualan produksi usaha daerah, retribusi ijin
mendirikan bangunan, retribusi tempat penjualan minumam
beralkohol, retribusi ijin gangguan, retribusi pelayanan pelabuhan
kapal, retribusi ijin pengambilan dan pengelolaan hasil pertanian
dan perkebunan, retribusi ijin pengumpulan dan pengelolaan hasil
lelautan dan perikanan.
3. Lain-lain PAD yang sah terdiri dari sumbangan pihak ketiga,
penerimaan lain-lain.
Pajak hiburan berdasarkan undang-undang Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2004 adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua
jenis pertunjukan, permainan, permainan ketangkasan, dan/atau keramaian
dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap
orang dengan di pungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk
berolahraga.
10
Pajak restoran menurut Artha (2018:67) merupakan pungutan daerah atas
pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi penjualan makanan dan
minuman yang dikonsumsi oleh pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun ditempat lain.
Pajak hotel berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2009,
pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan hotel. Sedangkan yang
dimaksud dengan hotel ialah fasilitas penginapan atau peristirahatan termasuk
jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel,
losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan
dan serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Efektivitas pada umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian suatu
organisasi baik secara operatif maupun operasional. Efektivitas merupakan
seberapa baiknya suatu pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana seseorang
mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau diharapkan. Dengan kata lain,
apabila suatu pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan,
maka dapat dikatakan efektif tanpa memperhatikan waktu, tenaga, dan yang
lainnya. Sedangkan efektivitas pelaksanaan kebijakan otonomi daerah ialah
sejauh mana kegiatan pemerintah daerah dapat melaksanakan, mewujudkan,
dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, pengambilan keputusan
partisipasi masyarakat, serta pelaksanaan pembangunan, dan penyelesaian
berbagai permasalahan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pencapaian tujuan
organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang secara efisien, dilihat dari
sisi masukan (input), proses, maupun keluaran (output). Jadi, suatu kegiatan
organisasi dikatakan efektif apabila suatu kegiatan organisasi tersebut berjalan
sesuai dengan aturan atau berjalan sesuai target yang ditentukan oleh organisasi
tersebut.
Adapun laporan target dan realisasi penerimaan Pajak Hiburan, Pajak
Restoran, dan Pajak Hotel Tahun 2017 sampai Tahun 2021 yaitu:
11
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Hiburan, Pajak Restoran, Pajak Hotel
Tahun Anggaran 2017 sampai Tahun 2021 (Dinyatakan dalam miliaran
Rupiah )
Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa pada Tahun 2017 untuk pajak
hiburan realisasinya tidak mencapai target yang telah ditentukan, sedangkan
untuk pajak restoran dan pajak hotel realisasinya melebihi target yang telah
ditentukan. Tahun 2018 sama seperti Tahun 2017 untuk pajak hiburan realisasi
tidak mencapai target yang telah ditentukan, dan untuk pajak restoran serta
pajak hotel realisasi melebihi target yang telah ditentukan. Realisasi pajak
hiburan pada Tahun 2019 sampai Tahun 2021 belum mencapai target yang
telah ditentukan. Sedangkan pajak restoran dan pajak hotel realisasinya
mengalami tingkat fluktuasi dengan angka tertinggi pada pajak restoran di
Tahun 2019.
Tabel 1.2 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang Tahun
Anggaran 2017 sampai Tahun 2021 (Dinyatakan dalam Miliaran Rupiah)
Tahun PAD
Target Realisasi
2017 (Rp) 122.864.217 105.870.034
2018 (Rp) 134.584.997 107.468.961
2019 (Rp) 153.150.997 115.638.717
2020 (Rp) 130.540.837 110.548.653
2021 (Rp) 155.516.000 42.437.551
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang
12
dengan target yang ditentukan. Dari penjelasan berdasarkan tabel, maka dapat
dikatakan bahwa realisasi yang dicapai mengalami tingkat fluktuasi dan belum
memenuhi target yang telah ditetapkan, sehingga dapat dikatakan belum
efektif. Tingkat keberhasilan yang belum efektif dari penerimaan pajak
hiburan, pajak restoran, dan pajak hotel membuat Pendapatan Asli Daerah juga
belum efektif, karena setiap tahun mengalami tingkat fluktuasi dan realisasi
yang dicapai belum memenuhi target yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik
untuk membahas masalah tersebut dan melakukan penelitian yang berjudul: “
Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Hiburan, Pajak Restoran, dan
Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
masalah pokok dalam penelitian ini yaitu “ Bagaimana efektifitas penerimaan
pajak hiburan, pajak restoran, dan pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah
Kota Kupang ?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “ Efektifitas
penerimaan pajak hiburan, pajak restoran, dan pajak hotel terhadap
pendapatan asli daerah Kota Kupang”.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diterapkan untuk memberikan manfaat baik bagi penulis,
maupun instansi yang bersangkutan dan juga bagi pembaca. Adapun
kegunaan penelitian ini yaitu:
1. Bagi Penulis
1) Untuk memperluas ilmu pengetahuan di bidang manajemen
keuangan yang telah diperoleh dari perkuliahan dengan yang
ditemukan dalam praktek.
2) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Manajemen pada Jurusan Administrasi Bisnis, Konsentrasi
Manajemen Keuangan Politeknik Negeri Kupang.
2. Bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang
13
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau bahan masukan
bagi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang untuk mengetahui
efektivitas penerimaan Pajak Hiburan, Pajak Restoran, dan Pajak Hotel
terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang.
3. Bagi Peneliti Lanjutan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan dan sumber
informasi tambahan bagi peneliti lanjutan yang akan melakukan
penelitian dengan mengangkat tema yang sama, atau hanya sebagai
bahan bacaan untuk memperluas wawasan pembaca.
1.5 Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya
penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian lebih terarah
dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian tercapai.
Dalam penelitian ini, penulis membatasi hanya pada pembahasan tentang “
Analisis Efektivitas Penerimaan Pajak Hiburan, Pajak Restoran, dan Pajak
Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang.
14
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
15
2. Pajak hiburan
3. Pajak reklame
4. Pajak penerangan jalan
5. Pajak pengambilan bahan galian golongan c
6. Pajak parkir
7. Pajak hotel
2.2 Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sebagai perwujudan pengabdian dan peran serta rakyat untuk membiayai
negara dan pembangunan nasional. Sementara itu, pengertian pajak menurut
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (perubahan keempat dengan
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1) merupakan
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo, (2018:3) pajak adalah iuran rakyat
kepada negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Djajadiningrat dalam Resmi, (2012:1) pajak sebagai suatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan
kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang di
tetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa timbal-balik
dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Menurut Mardiasmo (2016:3) pajak merupakan iuran yang dibayarkan
oleh rakyat kepada negara yang masuk dalam kas negara yang melaksanakan
pada undang-undang serta pelaksanaanya dapat dipaksakan tanpa adanya balas
jasa.
16
Menurut Feldman dalam Resmi, (2019) mengemukakan bahwa pajak
adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa
(menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya
kontrapertasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-
pengeluaran umum.
17
Pajak mempunyai fungsi budgetair artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik
rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara,
pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-banyaknya untuk kas
negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun
intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan
berbagai jenis pajak seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan
Bangunan, dan lain-lain.
2. Fungsi mengatur (Regulerend)
Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang
keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi mengatur
adalah :
1) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah. Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM) dikenakan pada saat
terjadi transaksi jual beli barang mewah. Semakin mewah suatu
barang maka tarif pajaknya semakin tinggi sehingga barang
tersebut semakin mahal harganya.
2) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan, dimaksudkan
agar pihak yang memiliki penghasilan tinggi memberikan
kontribusi (membayar pajak) yang tinggi pula sehingga terjadi
pemerataan pendapatan.
3) Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh dari hasil transaksi dengan anggota untuk membantu
perkembangan koperasi di Indonesia.
4) Pemberlakuan tax holiday untuk menarik investor asing agar
menanamkan modalnya di Indonesia.
2.2.2 Jenis dan Pembagian Pajak
18
Jenis-jenis pajak di Indonesia dikelompokan menjadi tiga, yaitu
berdasarkan cara pemungutan, berdasarkan sifat, dan berdasarkan lembaga
pemungutnya Mardiasmo, (2018:7). Berikut jenis-jenis pajak di Indonesia
sebagai berikut:
1. Berdasarkan cara pemungutan
Pajak berdasarkan cara pemungutannya dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pajak langsung, adalah pajak yang bebannya ditanggung dan
dibayar sendiri oleh wajib pajak serta tidak dapat dialihkan atau
diberikan kepada orang lain. Proses pembayaran pajak harus
dibayarkan sendiri oleh wajib pajak. Pajak seorang anak tidak
dapat dialihkan kepada orang tuanya.
Contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang bebannya dapat
dialihkan kepada pihak lain karena jenis pajak ini memiliki
surat ketetapan pajak. Pemungutan pajak tidak dilakukan secara
berkala, tetapi berdasarkan kejadian sehingga pembayarannya
dapat diwakilkan.
2. Berdasarkan sifat
Jenis pajak menurut sifatnya dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pajak objektif, adalah pajak yang pengenaannya berdasarkan
pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar
pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak
(wajib pajak) maupun tempat tinggal.
2) Pajak subjektif, adalah pajak yang pengenaannya
memperhatikan pada keadaan pribadi wajib pajak atau
pengenaan pajak yang memperhatikan subjek pajaknya.
3. Berdasarkan lembaga pemungutnya
Pajak berdasarkan lembaga yang memungutnya di bagi menjadi dua
yaitu:
1) Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh
pemerintah pusat, serta hasil dari pajak ini digunakan untuk
19
membiayai belanja negara seperti pembangunan jalan,
pembangunan sekolah, bantuan kesehatan, dan lain-lain.
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Bumi dan Bangunan, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh
pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun kabupaten
atau kota. Dan hasil dari pajak ini digunakan untuk membiayai
belanja pemerintah daerah.
Contoh:
1) Pajak daerah tingkat 1 (provinsi): Pajak kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea
Balik Nama Tanah, Pajak Izin Penangkapan Ikan di
Wilayahnya.
2) Pajak daerah tingkat ll (kabupaten): Pajak Hotel, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, dan Pajak Parkir.
2.2.3 Syarat Pemungutan Pajak
Menurut Susyanti (2016:6) mengatakan bahwa ada 5 macam syarat
dalam pembuatan peraturan pajak yaitu:
1. Syarat keadilan
Pemungutan pajak dilaksanakan secara adil baik dalam peraturan
maupun realisasi pelaksanaannya.
2. Syarat yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang 1945 pasal 23
ayat 2. Hal ini untuk menjamin adanya hukum yang menyatakan
keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun untuk warganya.
3. Syarat ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh menghambat perekonomian rakyat,
artinya pajak tidak boleh dipungut apabila menimbulkan kelumpuhan
perekonomian rakyat.
4. Syarat finansial
20
Pemungutan pajak dilaksanakan dengan pedoman bahwa biaya
pemungutan tidak boleh melebihi hasil pemungutannya.
5. Harus sederhana
Sistem pemungutan pajak harus dirancang sesederhana mungkin untuk
memudahkan pelaksanaan hak dan kewajiban wajib pajak.
2.2.4 Asas Pemungutan Pajak
Menurut Susyanti (2016:5) mengungkapkan bahwa ada 3 macam asas
pemungutan pajak yaitu sebagai berikut:
1. Asas domisili (asas tempat tinggal) adalah pajak dibebankan pada
pihak yang ditinggal dan berada di wilayah suatu negara tanpa
memperhatikan sumber atau asal objek pajak yang diperoleh atau
diterima wajib pajak.
2. Asas sumber, adalah pembebanan pajak oleh negara hanya terhadap
objek pajak yang bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya
tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas kebangsaan, adalah status kewarganegaraan seseorang
menentukan pembebanan pajak. Perlakuan perpajakan antara warga
Negara Indonesia berbeda dengan warga asing.
2.2.5 Tarif Pajak
Menurut Mardiasmo (2018:11-12) mengungkapkan bahwa tariff pajak
terdiri dari 4 yaitu sebagai berikut:
1. Tarif sebanding (proporsional)
Tarif berupa persentase tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap
besarnya nilai yang dikenai pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dikenakan tarif pajak sebesar 10%.
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun besarnya dasar
pengenaan pajak.
Contoh: Besarnya tarif Bea Materai untuk cek dan bilyet giro dengan
nilai nominal berapapun adalah 3.000.000.
3. Tarif progresif
21
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
Contoh: pasal 17 undang-undang pajak penghasilan untuk wajib pajak
orang pribadi dalam negeri.
4. Tarif degresif
Persentase yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
22
5) Diskotik, karaoke, klub malam
6) Sirkus, acrobat, dan sulap
7) Permainan bilyar, golf, dan bowling
8) Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan
9) Panti pijat, pusat kebugaran, dan pertandingan olahraga
23
2) Khusus untuk hiburan berupa pagelaran busana, kontes
kecantikan, diskotik, karaoke, klub malam, permainan
ketangkasan, panti pijat, dan mandi uap/spa tarif pajak hiburan
dapat ditetapkan paling tinggi sebesar 75% (tujuh puluh lima
persen).
3) Khusus hiburan kesenian rakyat/tradisional dikenakan tarif
pajak hiburan paling tinggi 10% (sepuluh persen).
24
berupa makanan dan atau minuman dengan dipungut bayaran yang juga
mencakup rumah makan, warung, dan sejenisnya.
Sistem pemungutan pajak restoran di Indonesia telah ditetapkan pada
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Selain itu, keberadaan pajak restoran sebagai salah satu jenis pajak
kabupaten/kota diatur juga dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
yang mulai tanggal 1 Januari 2010 menjadi dasar hukum pajak daerah di
Indonesia.
2.4.2. Dasar Hukum Pajak Restoran
Pemungutan pajak restoran di Indonesia diterapkan atas dasar hukum yang
kuat dan jelas sehingga harus ditaati oleh seluruh masyarakat dan pihak
yang terkait. Dasar hukum pemungutan pajak restoran pada suatu
kabupaten atau kota adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan
dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang pajak
restoran.
5. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang pajak restoran
sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang pajak restoran
pada kabupaten/kota yang dimaksud.
2.4.3. Objek Pajak Restoran
Objek pajak restoran terdiri dari dua yaitu:
1. Objek pajak restoran, ialah pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Pelayanan yang disediakan restoran meliputi pelayanan penjualan
makanan dan atau minuman yang dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun di tempat lain. Yang termasuk dalam objek pajak restoran
yaitu rumah makan, kafe, bar, dan sejenisnya.
25
2. Bukan objek pajak restoran
Pada pajak restoran tidak semua pelayanan yang diberikan oleh
restoran/rumah makan dikenakan pajak. Dalam Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 37 ayat 3 diungkapkan bahwa yang tidak
termasuk dalam objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan
oleh restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi batas tertentu
yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
26
yang berkaitan dengan restoran sesuai dengan yang di minta oleh
wajib pajak.
2. Tarif pajak restoran
Menurut Pahala (2010:332) tarif pajak restoran ditetapkan paling
tinggi sebesar 10% dan telah ditetapkan dengan peraturan daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar
pemerintah kabupaten/kota diberikan wewenang untuk menentukan
tarif dengan kondisi masing-masing daerah asalkan tidak melebihi
10% (sepuluh persen).
3. Perhitungan pajak restoran
Besaran pokok pajak restoran dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum, perhitungan pajak
restoran adalah dengan rumus berikut menurut Pahala (2010:333):
Pajak Terhitung: = Tarif Pajak × Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak× Jumlah Pembayaran yang Diterima
27
terkait. Pajak hotel di pungut oleh masing-masing pemerintah daerah, baik
Kabupaten/Kota.
2.5.2 Dasar Hukum Pajak Hotel
Dasar hukum pemungutan pajak hotel pada suatu kabupaten atau kota
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan
dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak hotel.
5. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang pajak hotel sebagai
aturan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang pajak hotel pada
kabupaten atau kota yang di maksud.
2.5.3 Subjek Pajak, Wajib Pajak, dan Objek Pajak
Menurut Pahala (2010:303) pada pajak hotel yang menjadi subjek pajak
adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan
yang diberikan hotel. Sederhananya, yang menjadi subjek pajak yaitu
konsumen yang menikmati dan melakukan pembayaran atas segala fasilitas
yang telah digunakan dan disediakan oleh pengusaha hotel. Sedangkan yang
menjadi wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel, yang dalam berbagai bentuk apapun baik di lingkungan perusahaan
maupun pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan.
Menurut Siahaan ( 2010:301) yang termasuk dalam objek pajak hotel
yaitu sebagai berikut:
1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek. Dalam
pengertian rumah penginapan termasuk juga rumah kos dengan jumlah
kamar 10 (sepuluh) atau lebih yang menyediakan fasilitas sama seperti
rumah penginapan. Fasilitas penginapan jangka pendek antara lain;
gubuk pariwisata (cottage), motel, wisma pariwisata, pesanggrahan
(hostel), losmen dan rumah penginapan.
28
2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau
tempat tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan
dan kenyamanan. Pelayanan penunjang antara lain telepon, facsimile,
teleks, fotocopy, pelayanan cuci, setrika, taksi, dan pengangkutan
lainnya yang disediakan dan dikelola oleh hotel.
3. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu
hotel, dan bukan untuk umum. Fasilitas hotel dan hiburan antara lain
pusat kebugaran (fitness center), kolam renang, tenis, golf, pub,
diskotik, yang disediakan atau dikelola oleh hotel.
4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan atau acara pertemuan di hotel.
2.5.4 Dasar Pengenaan, Tarif, dan Perhitungan Pajak Hotel
1. Dasar Pengenaan Pajak Hotel
Menurut Pahala (2010:304) dasar pengenaan pajak hotel adalah
jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel. Jika
pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau
penggantian dihitung atas dasar harga pasar yang wajar pada saat
pemakaian jasa hotel.
2. Tarif Pajak Hotel
Pahala (2010:305) mengatakan bahwa tarif pajak hotel ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini bertujuan
agar pemerintah kabupaten/kota mempunyai wewenang yang luas
untuk menentukan tarif dengan kondisi daerah masing-masing dengan
tidak melebihi dari tarif 10% (sepuluh persen).
3. Perhitungan Pajak Hotel
Besaran pokok pajak hotel dihitung dengan cara mengalikan tarif
pajak dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak
hotel adalah sesuai dengan rumus berikut menurut Pahala (2010:305):
Pajak terutang = Tarif Pajak ×Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak × Jumlah Pembayaran yang di terima
29
2.6.1. Pengertian Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2017:134) efektivitas adalah ukuran berhasil
tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila
suatu organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan
efektif. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak
(outcome) dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program.
Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan
atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit
organisasi.
Beni (2016:69) mengungkapkan bahwa efektivitas adalah hubungan
antara output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran
seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi.
Efektivitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada
sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut
mempunyai pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan
masyarakat yang merupakan sasaran yang telah ditentukan. Menurut
Mahmudi (2010) efektivitas ialah hubungan antara keluaran menggunakan
tujuan atau target yang harus dicapai.
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh kedua ahli tersebut
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas adalah pengukuran
berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam mencapai target dan tujuan
yang telah ditentukan. Atau dengan kata lain efektivitas merupakan tingkat
kemampuan dan pencapaian dalam melaksanakan tugas suatu organisasi yang
diukur dengan rumus bagi hasil terhadap pencapaian yang dihasilkan.
Efektivitas dapat didefinisikan dengan empat hal yang menggambarkan
tentang efektivitas, yaitu:
1. Mengerjakan hal-hal yang benar, dimana sesuai dengan yang
seharusnya diselesaikan sesuai dengan rencana dan aturannya.
2. Mencapai tingkat diatas pesaing, dimana mampu menjadi yang
terbaik dengan lawan lain sebagai yang terbaik.
3. Membawa hasil, dimana apa yang telah dikerjakan mampu
memberi hasil yang bermanfaat.
30
4. Menangani tantangan masa depan efektivitas pada dasarnya
mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan.
Indikator efektivitas mendeskripsikan jangkauan yang akan terjadi
(target/outcome) dari keluaran (realisasi/output) dalam mencapai tujuan.
Semakin besar target dan realisasi yang dihasilkan terhadap pencapaian
tujuan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi. Indikator
efektivitas di hitung sesuai persentase dari perbandingan realisasi
menggunakan target kinerja dengan nilai ≥ 90% (Beni P., 2016).
31
Menurut Halim (2011:17,64) tingkat efektivitas dapat diukur
menggunakan rumus:
Realisasi Penerimaan Pajak
Efektivitas= × 100 % (2.1)
Target Penerimaan Pajak
32
sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat
menjadi efektif.
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi
kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif,
proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian yang
berjalan secara terkoordinasi.
Pendapatan Asli
Daerah
Target Realisasi
33
Efektivitas
34
2009-2013. (Elfayang Daerah selama Hotel terhadap
Rizky Ayu Puspita Sari, Tahun 2009- Pendapatan Asli
2014). 2013 masuk Daerah (PAD).
dalam kategori Perbedaan:
efektif. Waktu dan tempat
b. Tingkat penelitian berbeda.
efisiensi untuk Pada penelitian
Pajak Daerah Elfayang Rizky Ayu
dan Retribusi Puspitasari
Daerah dari dilakukan di
Tahun 2009- Kabupaten Blora
2013 secara pada Tahun
keseluruhan Anggaran 2009-
berada pada 2013. Sedangkan
tingkat efisien. Penulis melakukan
penelitian di Dinas
Pendapatan Daerah
Kota Kupang pada
Tahun Anggaran
2017-2020.
3. Analisis Kontribusi Kontribusi Pajak Persamaan:
Pajak Hotel dan Hotel dan Restoran Menganalisis
Restoran terhadap PAD terhadap PAD pada penerimaan Pajak
pada Pemerintah Kota Pemerintah Kota Restoran dan Pajak
Yogyakarta. (Christina Yogyakarta Hotel terhadap
Ratih P, Tahun 2010). mengalami Pendapatan Asli
pertumbuhan dan Daerah (PAD) Kota
perkembangan. Kupang.
Perbedaan:
Waktu dan tempat
penelitian berbeda.
Peneliti Christina
Ratih P, melakukan
penelitian pada
Pemerintah Kota
Yogyakarta pada
Tahun 2010.
Sementara penulis
melakukan
penelitian di Dinas
Pendapatan Daerah
Kota Kupang pada
Tahun 2022.
Simber: Data Olahan Penulis, 2022
35
BAB lll
METODOLOGI PENELITIAN
36
3.3. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1) Data Kualitatif
Menurut Sugiyono (2018), data kualitatif ialah data yang
berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data kualitatif juga
berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud
pertanyaan atau kata-kata, Data ini biasanya didapat dari
wawancara dan bersifat subyektif sebab data tersebut dapat
ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda. Dalam penelitian ini
data yang diperoleh berupa sejarah, struktur organisasi, visi dan
misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang.
2) Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2018), data kuantitatif ialah data yang
dinyatakan dalam bentuk angka. Atau dengan kata lain data
kuantitatif adalah data yang dapat diukur dalam skala numerik.
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berupa data target dan
realisasi penerimaan pajak daerah Kota Kupang. Data biaya
pemungutan pajak daerah Kota Kupang, dan data perkembangan
PAD Kota Kupang.
2. Sumber Data
Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1) Data Primer
Menurut Sugiyono (2018:456) data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data
primer dalam penelitian diperoleh langsung dari dinas terkait
melalui observasi dan wawancara berupa sejarah, struktur
organisasi, visi dan misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang.
2) Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2018:456) data sekunder ialah sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian
37
ini data yang diperoleh berupa data laporan pajak hiburan, pajak
restoran, dan pajak hotel selama 4 (empat) tahun, yaitu Tahun
2017 sampai dengan Tahun 2020.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2019:137) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari
penelitian adalah mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam penelitan ini, penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Esterbeg (Sugiyono, 2019) mengatakan bahwa wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk saling bertukar suatu
informasi atau ide melalui kegiatan tanya jawab, sehingga dapat
disusun menjadi sebuah makna dalam topik tertentu. Dalam
penelitian ini, penulis memperoleh informasi dari pegawai atau
instansi terkait.
2. Studi Pustaka dan Dokumentasi
1) Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan mencari sumber-sumber data yang relevan,
yang menjadi dasar dalam mendukung variabel penelitian. Studi
pustaka berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang
terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada
situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2017:291)
2) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
berupa tulisan, gambar, atau karya dari seseorang. Dalam
penelitian ini, penulis memperoleh informasi berupa data
langsung dari tempat penelitian, meliputi buku yang relevan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data yang relevan
dalam penelitian yaitu laporan realisasi pajak hiburan, pajak
restoran, pajak hotel terhadap pendapatan asli daerah Kota
Kupang (Sugiyono, 2019:314).
3.5. Teknik Analisis Data
38
Teknik analisis data adalah cara pemetaan, penguraian, perhitungan,
hingga pengkajian data yang telah terkumpul agar dapat menjawab
rumusan masalah dan memperoleh kesimpulan dalam penelitian.
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif, karena data penelitian berupa angka-angka.
Sehingga cara yang digunakan yaitu berkenaan dengan perhitungan
untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang
diajukan dalam penelitian (Sugiyono, 2018:285).
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode perhitungan sebagai
berikut:
39
BAB 1V
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
Dinas diganti nama lagi menjadi Dinas Pendapatan Daerah Kota Madya
Kupang pada Tahun 1996 s/d 1998, kemudian diganti menjadi Dispenda
Kota Kupang Tahun 1998 s/d 2008, dan diganti lagi menjadi Dispenkeu
Kota Kupang pada Tahun 2008 s/d Maret 2014, yang sekarang menjadi
Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang yang tetap dalam menangani dana
kepengurusan APBD dan Pendapatan Asli Daerah lainnya.
4.2 Pembahasan
Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang atau Dispenda Kota Kupang,
merupakan entitas koordinator dan pengelola Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Kupang yang didalamnya termasuk pajak daerah. Hasil
penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana kinerja keuangan
Pemerintah Kota Kupang dengan menggunakan rasio efektivitas untuk
menganalisis efektivitas pajak hiburan , pajak restoran, dan pajak hotel di
Kota Kupang Tahun 2017 sampai 2021.
1. Perhitungan efektivitas pajak hiburan
Efektivitas merupakan berhasil tidaknya suatu perusahaan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada hasil penelitian ini akan
menggambarkan kemampuan pemerintah dalam merealisasikan
penerimaan pajak hiburan yang direncanakan dengan target atau anggaran
yang ditetapkan.
Rumus Efektivitas :
41
Sumber: Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang, 2022
Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa persentase efektivitas selama
lima tahun terakhir cenderung berfluktuasi. Karena dapat dilihat dari Tahun
2017 sampai Tahun 2021 persentase realisasinya belum mencapai target
yang ditentukan, dengan persentase terendahnya di Tahun 2021 yaitu hanya
11,15%. Setelah menghitung pajak hiburan, sekarang menganalisis
efektivitas pajak hiburan seperti pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Analisis Tingkat Efektivitas Pajak Hiburan
Tahun Hasil Analisis (%) Standar Prediksi
2017 66,66 60% - 80% Kurang Efektif
2018 91,06 90% - 100% Efektif
2019 78,78 60% - 80% Kurang Efektif
2020 89,79 80% - 90% Cukup Efektif
2021 11,15 Kurang dari 60 % Tidak Efektif
Rata-rata 67,48 60% - 80% Kurang Efektif
Sumber: Kepmendagri No. 690. 900-327 Tahun 1996
Tabel 4.4 menunjukan hasil analisis tingkat efektivitas pajak hiburan Kota
Kupang Tahun 2017 sampai 2021 dengan rata-rata sebesar 67,48% dan
dapat dikatakan Kurang Efektif karena persentasenya dibawah 100%.
Pada Tahun 2017, tingkat efektivitas pajak hiburan sebesar 66,66%
berada di dalam kriteria kurang efektif. Dikatakan kurang efektif karena
tingkat efektivitasnya berada diantara 60%-80% dan realisasinya kurang
atau tidak mencapai target yang telah ditentukan. Pada Tahun 2018 tingkat
efektivitasnya mengalami kenaikan sebesar 24,39% menjadi 91,06% dan
dikatakan efektif karena berada dantara 90%-100%. Walaupun dikatakan
efektif, namun realisasi yang dicapai belum memenuhi target yang telah
ditetapkan. Di Tahun 2019 efektivitas pajak hiburan mengalami penurunan
sebesar 12,28% dari 91,06% menjadi 78,78% dan berada di kategori kurang
efektif, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat atau wajib
pajak dalam membayar pajak dan juga semakin banyak tempat hiburan yang
ada di Kota Kupang. Pada Tahun 2020 efektivitas mengalami peningkatan
yaitu 89,79% dan berada dalam kategori cukup efektif. Sedangkan di Tahun
42
2021 efektivitas pajak hiburan mengalami penurunan yang sangat besar
yaitu 11,15% dan berada dalam kategori tidak efektif karena standar
efektifitasnya kurang dari 60%. Peningkatan dan penurunan yang besar ini
dapat dikatakan bahwa masyarakat atau wajib pajak belum menyadari untuk
membayar pajak dan juga bertambahnya tempat hiburan sehingga belum
meningkatkan pendapatan pajak hiburan. Sedangkan Tahun 2021 berada
dalam kategori tidak efektif hal ini dikarenakan realisasi yang dicapai belum
mencapai target yang ditentukan.
2. Perhitungan Efektivitas Pajak Restoran
Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan penerimaan pajak restoran yang direncanakan
dibandingkan dengan target atau anggaran yang telah ditetapkan.
Rumus Efektivitas :
Realisasi Penerimaan Pajak Restoran
Efektivitas = ×100 %
Target Penrimaan Pajak Restoran
43
2017 100,37 Diatas 100% Sangat Efektif
2018 114,53 Diatas 100% Sangat Efektif
2019 122,01 Diatas 100% Sangat Efektif
2020 110,38 Diatas 100% Sangat Efektif
2021 89,51 80% -90% Cukup Efektif
Rata-rata 107,34 Diatas 100% Sangat Efektif
Sumber: Kepmendagri No. 690. 900-327 Tahun 1996
Tabel 4.6 menunjukan bahwa pada Tahun 2017 tingkat efektivitas pajak
restoran sebesar 100,37% dan berada dalam kategori Sangat Efektif karena
melebihi standar ¿100%. Realisasi pajak restoran di tahun ini melebihi atau
mencapai target yang telah ditentukan. Di Tahun 2018 sampai Tahun 2019
mengalami kenaikan yaitu sebesar 114,53% dan 122,01% serta melampaui
standar atau persentase efektivitas. Berada di dalam kategori sangat efektif
menunjukan masyarakat atau wajib pajak semakin sadar dan
bertanggungjawab dengan kewajibannya dakam membayar pajak. Pada
Tahun 2020 dan Tahun 2021 mengalami penurunan yang tidak terlalu besar
yaitu hanya 110,38% dan 89,91%. Hal ini menunjukan tingkat kesadaran
masyarakat semakin tinggi dalam membayar pajak dan juga semakin
banyaknya persaingan restoran yang ada di Kota Kupang sehingga
menambah penerimaan pajak restoran. Rata-rata efektivitas pajak restoran
selama lima tahun terakhir berada dalam kategori sangat efektif, karena
melebihi standar 100%.
44
Tabel 4.7 Perhitungan Pajak Hotel
Tahun Realisasi (Rp) Target (Rp) Persentase (%)
2017 11.669.438.666 11.550.000.000 101,35
2018 12.147.098.367 11.800.000.000 102,95
2019 12.299.686.539 13.450.000.000 91,45
2020 6.534.243.389 6.500.300.000 100,52
2021 7.074.610.636 8.370.000.000 84,52
Sumber: Dinas Pendapatan Asli Daerah, 2022
Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa persentase pajak hotel selama
lima tahun terakhir mengalami kenaikan yang signifikan kecuali di Tahun
2021 menurun menjadi 84,52%. Karena realisasi yang diperoleh tidak
mencapai target yang telah ditentukan.
Setelah menghitung pajak hotel, sekarang masuk dalam menganalisis
efektivitas pajak hotel seperti pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Analisis Efektivitas Pajak Hotel
Tahun Hasil Analisis (%) Standar (%) Prediksi
2017 101,35 Diatas 100% Sangat Efektif
2018 102,95 Diatas 100% Sangat Efektif
2019 91,45 90% - 100% Efektif
2020 100,52 Diatas 100% Sangat Efektif
2021 84,52 80% - 90% Cukup Efektif
Rata-rata 96,15 90% - 100% Efektif
Sumber: Kepmendagri No. 690. 900-327 Tahun 1996
Tabel 4.8 menunjukan dari Tahun 2017 sampai 2021 analisis efektivitas
pajak hotel berada dalam kategori sangat efektif, tetapi Tahun 2021 hanya
berada dalam kategori cukup efektif. Hal ini menunjukan semakin tingginya
kesadaran masyarakat atau wajib pajak dalam membayar pajak dan semakin
bertambahnya hotel di Kota Kupang sehingga meningkatkan pendapatan
pajak hotel. Realisasinya selalu mencapai target yang telah ditetapkan
kecuali di Tahun 2021 yang hasil analisis efektivitasnya sebesar 84,52%.
Rata-rata efektivitas pajak hotel selama lima tahun terakhir yaitu sebesar
96,15% dan berada pada kriteria efektif.
45
4. Perhitungan Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Yang Diperoleh dari
Pajak Hiburan, Pajak Restoran, dan Pajak Hotel
Efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam
merealisasikan penerimaan pendapatan asli daerah yang direncanakan
dibandingkan dengan target atau anggaran yang telah ditetapkan.
Rumus Efektivitas :
Realisasi Penerimaan PAD
Efektivitas = ×100 %
Target Penerimaan PAD
46
Rata-rata 70,79 60% - 80% Kurang Efektif
Sumber: Kepmendagri No. 690. 900-327 Tahun 1996
Berdasarkan Tabel 4,10 dapat dilihat hasil analisis efektivitas PAD
berfluktuasi dengan hasil analisis terendah di Tahun 2021 yaitu hanya
sebesar 27,28 %. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran dari wajib
pajak atau masyarakat tentang membayar pajak sehingga berdampak pada
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang belum signifikan. Di
Tahun 2017 hasil analisis efektivitas sebesar 86,68% dan berada dalam
kategori cukup efektif, karena realisasi yang diperoleh belum mencapai
target yang telah ditentukan. Di Tahun 2018 sampai dengan 2021
mengalami turun naik, dan berada dalam kategori kurang dan cukup efektif.
Dikatakan demikian karena standar efektivitasnya belum melebihi 100%.
Rata-rata efektivitas PAD selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 70,79%
berada dalam kategori kurang efektif. Hal ini disebabkan semakin turunnya
kesadaran masyarakat atau wajib pajak dalam membayar pajak sehingga
berdampak pada jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
5. Kontribusi Pajak Hiburan, Pajak Restoran, dan Pajak Hotel Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak hiburan,
pajak restoran, dan pajak hotel memberikan sumbangan terhadap
Pendapatan Asli Daerah dengan membandingkan penerimaan pajak
hiburan, pajak restoran, dan pajak hotel pada periode tertentu dengan
pendapatan asli daerah pada periode tertentu pula. Jika semakin besar
peranan pajak hiburan terhadap pendapatan asli daerah maka semakin
baik, begitupun sebaliknya.
Setelah menghitung dan menganalisis pajak hiburan, pajak restoran,
pajak hotel, dan Pendapatan Asli Daerah sekarang masuk dalam
menghitung berapa persen kontribusi ketiga pajak tersebut terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Kupang.
Realisasi Pajak
Rumus: Kontribusi = × 100 %
Realisasi PAD
47
Tabel 4.11 Kontribusi Pajak Hiburan Terhadap PAD Tahun 2017
sampai Tahun 2021
Tahun Pajak Hiburan (Rp) PAD (Rp) Kontribusi (%)
2017 2.305.258.687 105.870.034.868 21,77
2018 3.148.878.266 107.468.961.500 29,30
2019 2.763.555.404 115.638.717.656 23,89
2020 1.181.513.792 110.548.653.177 10,68
2021 334.610.859 42.437.551.607 7,88
Rata-rata kontribusi pajak hiburan 18,70
Sumber: Data Olahan Penulis, 2022
Berdasarkan tabel 4.11 perhitungan kontribusi pajak hiburan terhadap PAD
Kota Kupang selama lima tahun terakhir, kontribusi tertinggi di Tahun 2018
sebesar 29,30% dan terendah di Tahun 2021 sebesar 7,88% dengan rata-rata
kontribusi pajak hiburan yaitu 18,70%.
Setelah menghitung kontribusi pajak hiburan, berikutnya disajikan tabel
perhitungan kontribusi pajak restoran terhadap PAD seperti pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Kontribusi Pajak Restoran Terhadap PAD Tahun 2017 sampai
Tahun 2021
Tahun Pajak Restoran (Rp) PAD (Rp) Kontribusi (%)
2017 14.052.331.424 105.870.034.868 13,27
2018 16.436.102.232 107.468.961.500 15,29
2019 20.131.067.879 115.638.717.656 17,40
2020 15.540.891.646 110.548.653.177 14,05
2021 15.441.652.448 42.437.551.607 36,38
Rata-rata kontribusi pajak restoran 19,27
Sumber: Data Olahan Penulis, 2022
Berdasarkan tabel 4.12 perhitungan kontribusi pajak restoran terhadap PAD
dari Tahun 2017 sampai Tahun 2021 mengalami fluktuasi dengan kontribusi
tertinggi di Tahun 2021 yaitu sebesar 36,38%. Dan kontribusi terendah yaitu
di Tahun 2017 sebesar 13,27%. Sedangkan rata-rata penerimaan kontribusi
pajak restoran yaitu sebesar 19,27%. Setelah menghitung kontribusi pajak
restoran, berikutnya disajikan tabel perhitungan kontribusi pajak hotel
terhadap PAD seperti pada tabel 4.13.
48
Tabel 4.13 Kontribusi Pajak Hotel Terhadap PAD Tahun 2017 sampai
Tahun 2021
49
Sumber: Data Olahan Penulis, 2022
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa rekapitulasi efektivitas dan
kontribusi pajak hiburan, pajak restoran, dan pajak hotel berfluktuasi. Pajak
Restoran memiliki jumlah rata-rata efektivitas dan rata-rata kontribusi
paling tinggi diantara dua pajak lainnya yaitu sebesar 63,30%. Sedangkan
yang terendah pada pajak hiburan yang hanya memiliki jumlah sebesar
43,09%. Hal ini menandakan bahwa masyarakat atau wajib pajak belum
memiliki kesadaran tinggi dalam membayar pajak .
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Dinas Pendapatan
Daerah Kota Kupang, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Tingkat efektivitas pajak hiburan pada Tahun 2017-2021 berfluktuasi.
Dengan tingkat efektivitas tertinggi di Tahun 2018 yaitu sebesar
91,06% sehingga berada dalam kategori efektif.Tingkat efektivitas
terendah terdapat di Tahun 2021 dengan hasil analisisnya hanya
sebesar 11,15% dan berada dalam kategori tidak efektif. Peningkatan
dan penurunan yang terjadi pada tingkat efektivitas pajak hiburan
terjadi juga karena realisasi yang diperoleh belum mencapai target
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Kupang. Rata-rata tingkat
efektivitas pajak hiburan selama lima tahun terakhir sebesar 67,48%
dan berada dalam kategori kurang efektif. Hal ini menandakan bahwa
masyarakat atau wajib pajak belum memiliki kesadaran yang tinggi
untuk membayar pajak dan juga keadaan ekonomi masyarakat yang
belum cukup di masa pandemi Covid-19.
2. Tingkat efektivitas pajak restoran dari Tahun 2017- 2021 dengan rata-
rata tingkat efektivitasnya sebesar 107,34% dan melampaui standar
100%, sehingga berada dalam kategori sangat efektif. Walaupun
berada dalam kategori sangat efektif, tingkat efektivitas pajak restoran
50
juga mengalami fluktuasi yaitu dimana Tahun 2017 sampai 2019
mengalami kenaikan. Namun, di Tahun 2020 terjadi penurunan sebesar
11,63% dari 122,01% menjadi 110,38% dan berada dalam kategori
sangat efektif. Di Tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 89,51%
sehingga berada dalam kategori cukup efektif. Realisasi yang diperoleh
dari Tahun 2017 sampai Tahun 2021 ada yang mencapai target ada
juga yang belum mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini
dikarenakan masyarakat atau wajib pajak ada yang belum membayar
pajak, namun ada juga yang memiliki tingkat kesadaran tinggi dalam
menjalankan kewajibannya membayar pajak. Selain itu juga sudah ada
banyak restoran yang terdapat di Kota Kupang, sehingga bisa
menambah pendapatan daerah di sektor pajak restoran.
3. Tingkat efektivitas pajak hotel dari Tahun 2017 sampai Tahun 2021
terus berfluktuasi, dengan penurunan di Tahun 2019 serta Tahun 2021
yaitu sebesar 91,45% dan 84,52% sehingga berada dalam kategori
efektif dan cukup efektif. Terjadinya penurunan di sebabkan karena
realisasi yang diterima tidak mencapai target yang telah ditentukan.
Selama lima tahun terakhir rata-rata tingkat efektivitas sebesar 96,15%
dan berada dalam kategori efektif. Hal ini menandakan bahwa
masyarakat sudah menyadari tentang membayar pajak, dan juga sudah
ada banyak hotel di Kota Kupang, sehingga bisa menambah
pendapatan daerah di sektor pajak hotel.
4. Secara keseluruhan pajak hiburan, pajak restoran, dan pajak hotel dari
Tahun 2017 sampai Tahun 2021 belum memberikan kontribusi yang
baik terhadap pendapatan asli daerah dengan jumlah rata-rata
rekapitulasi sebesar 53,36% dan berada dalam kategori Tidak Efektif.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil analisis, maka penulis
menyarankan :
51
1. Pemerintah Kota Kupang diharapkan terus meningkatkan dan
mempertahankan efektivitas pajak hiburan, pajak restoran, dan pajak
hotel. Juga harus terus membuka tempat-tempat hiburan, lebih
memperhatikan tempat makan dan restoran yang ada di Kota Kupang,
serta terus meningkatkan efektivitas pajak hotel yang ada agar lebih
maksimal dalam menerima pajak hotel untuk lebih meningkatkan
pendapatan asli daerah.
2. Pemerintah Kota Kupang diharapkan dapat menertibkan tempat hiburan,
restoran yang ada di Kota Kupang yang belum memiliki surat ijin agar
membuat surat ijin sehingga pemerintah dapat memungut biaya pajaknya
untuk meningkatkan pajak daerah.
3. Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Kupang diharapkan harus lebih
meningkatkan lagi kegiatan seperti sosialisasi dan pendekatan dengan
wajib pajak melalui iklan dikoran, brosur atau media sosial.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabet
54
55