Anda di halaman 1dari 21

Analisis Penerapan Pajak Hotel Terhadap APBD

Studi Kasus Pada Daerah “X”

Disusun Oleh:

Hani Dwi Lestari : 191011201315

Leni Melania Lestari : 191011201325

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas
Pajak dan Retribusi Daerah dengan judul “Analisis Penerapan Pajak Hotel
Terhadap APBD Studi Kasus Pada Daerah X”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bimbingan


dan nasehat serta arahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk itu dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Sri Agustini S.E., M.Si selaku dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Tangerang, 27 Mei 2022

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................................................2
1.3.1 Tujuan Penelitian...............................................................................................2
1.3.2 Manfaat Penelitian.............................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................4
2.1 Pajak Secara Umum...........................................................................................4
2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)...........................................................................4
2.2.1 Pajak Daerah......................................................................................................5
2.2.1.1 Pajak Hotel.........................................................................................................5
2.2.1.1.1 Subjek Pajak Hotel..........................................................................................5
2.2.1.1.2 Objek Pajak Hotel...........................................................................................5
2.2.1.1.3 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hotel..........................................................6
2.2.1.1.4 Tata Cara Penagihan Pajak Hotel....................................................................6
2.3 APBD..................................................................................................................7
2.4 Efektifitas Kinerja keuangan...............................................................................7
BAB III.................................................................................................................................8
PEMBAHASAN....................................................................................................................8
3.1 Gambaran Umum Daerah “X”.............................................................................8
3.2 Analisis...............................................................................................................9
BAB IV..............................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
4.2 Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13
LAMPIRAN........................................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari Pendapatan Pajak
Daerah, Pendapatan Retribusi Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain
Pendapatan Daerah. Salah satu pajak yang merupakan sumber penerimaan ialah
berasal dari Pajak Hotel.
Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring
dengan semakin di perhatikannya sektor jasa dalam kebijakan pembangunan yang
menyebabkan bisnis perdagangan, jasa dan pariwisata berkembang adalah pajak
hotel. Semula pajak atas hotel disamakan dengan pajak restoran dengan nama
pajak hotel dan restoran. Adanya perubahan Undang-Undang tentang pajak daerah
dan retribusi, maka dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000.
Pajak hotel dan pajak restoran dipisahkan menjadi jenis pajak yang berdiri sendiri.
Hal ini mengindikasikan besarnya potensi, keberadaan pajak hotel dan
kontribusinya dalam pembangunan suatu daerah.(Zulhuda, 2015)
Sebagai kota yang popular di Indonesia yang sering diberi julukan kota
kembang, paris van java, kota kuliner, dan kota pariwisata, ternyata dengan
kepopuleran yang dimiliki kota ini juga menjadi salah satu kota yang harus
dipertimbangkan eksistensinya. Mengingat dapat mendorong tumbuhnya industri
yang menjadi salah satu penunjang pertumbuhan perekonomian daerah.
Dalam peningkatan kemampuannya dalam bidang pendanaan untuk
pembangunan, Daerah “X” berusaha meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) melalui pajak sektor wisata. Salah satu Pemasukan pendapatan daerah dari
sektor pariwisata berasal dari Pajak Hotel. Pajak Hotel merupakan salah satu
pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan adanya
komponen pendukung seperti pariwisata dan sector perdagangan.
Pemerintah Daerah “X” memberikan perhatian bagi perkembangan
kepariwisataan di Daerah “X” dengan tujuan memperoleh dampak positif dari
industri pariwisata seperti jalan untuk menuju objek wisata yang tentunya akan

1
berdampak bagi peningkatan ekonomi masyarakat, dan menjadikan industri
pariwisata sumber potensial bagi pemasukan pendapatan daerah.
Salah satu ukuran keberhasilan pemungutan pajak hotel adalah dengan cara
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam realisasi penerimaan pajak hotel, dan
biaya pemungutan pajak hotel mencapai target. Hasil dari pembayaran pajak itu
sendiri akan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembangunan fasilitas
demi kesejahteraan masyarakat.
Alasan kami mengambil judul ini karena Penerimaan pajak hotel setiap
tahunnya kan selalu meningkat namun semenjak masuknya Covid-19 ke indonesia
penerimaan pajak hotel di kota x ini mengalami penurunan. Penurunan ini terjadi
karena adanya kebijakan kebijakan pemerintah dalam menangani Covid-19 seperti
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan sebagainya. Oleh karena itu kami
Ingin mengetahui persentase realisasi penerimaan pajak terhadap target
penerimaan pajaknya dan juga upaya upaya dalam meningkatkan kembali
penerimaan pajaknya Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis
tertarik melakukan penelitian mengenai pendapatan asli daerah sektor hotel
terhadap penerimaan Pajak Hotel di Kota Bandung yang akan dituangkan dalam
makalah ini yang berjudul:
“Analisis Peneapan Pajak Hotel Terhadap APBD Studi Kasus Kota Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Analisis Penerapan Pajak Hotel Terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Studi Kasus Pada Daerah “X”?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel terhadap
Pendapatan Asli Daera (PAD) studi kasus pada Daerah “X”

1.3.2 Manfaat Penelitian


Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
beberapa kegunaan dan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:

2
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan dan pemahaman secara mendalam
mengenai Analisis Penerapan Pajak Hotel Terhadap APBD Studi Kasus Daerah X
sekaligus untuk memenuhi tugas makalah pada mata kuliah Pajak Dan Retribusi
Daerah.
b. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
oleh beberapa pihak pembaca. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai literatur dan memunculkan ide atau gagasan baru dalam penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan Pajak Hotel.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak Secara Umum


Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, pajak adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang
terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat dapat di paksakan dan di
pungut oleh Undang-Undang, serta tidak mendapat imbalan secara langsung dan
di gunakan untuk keperluan Negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam bukunya Mardiasmo
(2011: 1): “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra
Prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.”
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan- peraturan dan tidak mendapatkan prestasi-prestasi kembali yang secara
langsung dapat ditunjuk.

2.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Menurut UU No. 23 Tahun 2014, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang diterima daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan diperoleh dari sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

4
2.2.1 Pajak Daerah
Menurut Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Nomor 28
Tahun 2009 Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.2.1.1 Pajak Hotel


Berdasarkan pada Undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang PDRD, Pajak
Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Yang dimaksudkan
dengan hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk
jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen,
gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan
sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

2.2.1.1.1 Subjek Pajak Hotel


Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
Sedangkan Wajib Pajak Hotel orang pribadi atau Badan yang mengusahakan
Hotel.

2.2.1.1.2 Objek Pajak Hotel


Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang menjadi
obyek pajak, yaitu pembayaran atas tersedianya pelayanan yang disediakan oleh
hotel sebagai berikut:
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tempat
tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan
c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan
untuk umum.
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

5
Tetapi terdapat jasa yang tidak/dikecualikan sebagai objek hotel:
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan pemerintah atau pemerintah
daerah
b. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejeninya
c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan
d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan,
dan panti sosial lainnya yang sejenis
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel
yang dapat dimanfaatkan oleh umum.

2.2.1.1.3 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hotel


Menurut UU No.28 Tahun 2009 Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah
jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel, sedangkan tarif
pajak hotel ditetapkan dengan peraturan daerah setempat paling tinggi sebesar
10%.

2.2.1.1.4 Tata Cara Penagihan Pajak Hotel


Berikut tata cara pembayaran dan penagihan pajak hotel:
1. Walikota dapat menerbitkan SPTD jika:
a. Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
b. Dari hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai
akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c. Wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk, dan tata cara penyampaian SPTD
sebagaimana dimaksud diatur oleh Walikota.
3. Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak
yang terutang paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah saat terutangnya
pajak.
4. SKPDKB, SKPDKTB, SPTD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan harus dilunasi dalam
jangka waktu paling lama satu bulan sejak tanggaan.

6
5. Walikota atas permohonan Wajib Pajak setelah memenuhi persyaratan yang
diperlukan dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan sanksi
administratif sebesar 2%(dua persen) sebulan.
6. Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana diatur oleh Walikota.
7. Pajak daerah yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, SPTD, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding
yang tidak atau kurang dibayar oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih
dengan surat paksa.
8. Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan berdasarkan peraturan
perundang undangan.

2.3 APBD
Menurut UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 1 ayat 14 mengemukakan bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD
adalah sebagai prosedur utama dalam menentukan jumlah pengeluaran serta
pendapatan.

2.4 Efektifitas Kinerja keuangan


Berikut merupakan kriteria penilaian efektifitas yang dapat diukur dengan
kriteria penilaian kinerja anggaran dalam Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Kriteria Efektifitas Kinerja Keuangan

Tingkat Kinerja Efektifitas (%) Kriteria efektifitas


Diatas 100% Sangat efektif
80%-100% Efektif
70%-80% Cukup efektif
60%-70% Kurang efektif
Dibawah 60% Tidak efektif

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Daerah “X”


Daerah X merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan memiliki
banyak spot keindahan yg akhirnya menjadi pusat pariwisata. Semua kantor
pemerintahan, pelayanan public, dan pusat pemerintahan berpusat di daerah
tersebut sehingga daerah X hingga kini masih menjadi tujuan wisata bagi banyak
wisatawan. daerah X ini juga memiliki banyak bangunan - bangunan bersejarah
yang memicu besarnya minat wisatawan berkunjung dan juga memicu
meningkatkan peluang dalam jenis berbisnis baik objek wisatanya itu sendiri
maupun usaha-usaha lain yang berhubungan dengan aktivitas wisata seperti
akomodasi hotel, transfortasi, kuliner dan lain sebagainya.
Jumlah wisatawan yang datang ke Daerah X pada tahun 2021 yaitu ada
1.836.675 orang, terdiri dari 1.528.112 wisatawan domestic dan 308.563
wisatawan manca negara. Jumlah hotel dan jumlah wisatawan yang datang ke
daerah X setiap tahunnya rata – rata bertambah.
Industri jasa perhotelan di daerah X cenderung fluktuatif, karena tinggi
rendahnya Tingkat Penghunian Kamar (TPK) sangat dipengaruhi oleh eksternal
maupun internal. Faktor eksternal mencangkup faktor sosial, ekonomi dan
kebijakan pemerintah. Sedangkan faktor internal seperti fasilitas, sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh hotel serta kualitas pelayanan yang diberikan oleh
pihak hotel. Bisnis perhotelan di daerah X cukup ketat. Hal itu ditunjukkan
dengan pertumbuhan bisnis hotel dari tahun ke tahun yang bertambah jumlahnya
baik hotel berbintang maupun non berbintang.
Melihat pentingnya pajak bagi suatu daerah, terutama dalam menyokong
pembangunan daerah itu sendiri merupakan pemasukan dana yang sangat
potensial karena besarnya penerimaan pajak akan meningkat seiring laju
pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik. Maka dalam hal
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah Daerah X mengoptimalkan realisasi
penerimaan Pajak Daerahnya. Salah satu sumber PAD nya adalah Pajak Hotel.
Berdasarakan data

8
dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP)
pada tahun 2021 tercatat di daerah X ada 680 hotel, apartemen atau penginapan
sejenisnya. Kontribusi Pajak Hotel terhadap APBD di Daerah X sebesar 11%.
Gambaran umum di Daerah X terkait dengan Jumlah hotel di tahun 2021, dapat
dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1
Rekapitulasi Potensi Hotel Bintang di Daerah “X” Tahun 2021

NO Klasifikasi Jumlah
1. Hotel Non Bintang 218
2. Hotel Bintang 1 40
3. Hotel Bintang 2 161
4. Hotel Bintang 3 132
5. Hotel Bintang 4 112
6. Hotel Bintang 5 17
TOTAL 680

Apabila dilihat dari jumlah potensi hotel di daerah X yang lumayan cukup
besar, hal inilah yang dapat berpengaruh terhadap minat wisatawan untuk
berwisata ke daerah X. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan
daerah dari sektor hotel.

3.2 Analisis
PAD pada daerah X tahun 2021 sebesar Rp. 2.195.970.000 yang didalamnya
termasuk pajak hotel. Pada penelitian ini kami mengambil sampel penerimaan
pajak hotel dari salah satu hotel bintang 5 pada daerah X yaitu Padma Hotel
Bandung yang mana kisaran harga sewanya di mulai dari Rp. 2.350.000 / malam
dengan fasilitas kolam renang, wifi, parkir area, karaoke, ruang olahraga, tempat
main anak, layanan laundry dan restoran.

9
Berikut daftar Realisasi Pajak Hotel di Daerah X dari bulan July - Desember
tahun 2021:
Tabel 3.3 Realisasi Pajak Hotel Tahun 2021
NO BULAN TARGET REALISASI % KETERANGAN
PENERIMAAN PENERIMAAN PENCAPAIAN
1 July Rp. 185.245.000 Rp. 110.311.000 59% Tidak Efektif
2 Agustus Rp. 190.234.000 Rp. 115.210.000 60% Kurang Efektif
3 September Rp. 200.245.000 Rp. 150.445.000 75% Cukup Efektif
4 Oktober Rp. 205.245.000 Rp. 157.556.000 77% Cukup Efektif
5 November Rp. 270.225.000 Rp. 266.556.000 98% Efektif
6 Desember Rp. 275.150.000 Rp. 286.445.000 104% Sangat Efektif

Berdasarkan data tabel di atas bahawasannya penerimaan pajak hotel dari


bulan Juli – Desember 2021 cenderung selalu meningkat. Target penerimaan
pajak hotel pada bulan Juli yaitu sebesar Rp. 185.245.000 dan realisasi
penerimaan pajaknya sebesar Rp. 110.311.000 dengan persentase 54%, maka
dikatakan tidak efektif. Hal ini disebabkan karena pada awal bulan July 2021
masih masa pandemic dan pemerintah pertama kali menerapakan sistem PPKM
darurat yang membatasi kegiatan dan aktivitas masyarakat dengan lebih ketat,
seperti penutupan pusat pembelajaan, pusat wisata, kegiatan seni/budaya, dan
fasilitas umum.

Target penerimaan pajak hotel pada bulan Agustus yaitu sebesar Rp.
190.234.000 dan realisasi penerimaan pajaknya sebesar Rp. 115.210.000 dengan
persentase 60%, maka dikatakan masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan adanya
perubahan sistem PPKM darurat menjadi PPKM level 4, yang mana adanya
kelonggaran peraturan terkait kapasitas pengunjung maksimal 25% dan
diharuskan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi sekaligus menerapkan
protokol kesehatan.

Pada bulan September dan Oktober realisasi penerimannya sudah berjalan


cukup efektif dengan presentase pencapaian rata-rata sebesar 76% dari target
penerimaan. Peningkatan reaisasi pencapaian ini disebakan adanya kelonggaran
10
aturan peraturan PPKM yaitu kapasitas maksimal pengunjung berubah menjadi

11
75% dan juga adanya penawaran potongan harga dari pihak hotel yang memicu
peningkatan jumlah wisatawan atau tamu yang menginap.

Pada bulan November target penerimaannya sebesar Rp. 270.225.000 dan


realisasi penerimaan pajaknya sebesar Rp. 266.556.000 dengan persentase 98%,
maka dikatakan sudah berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan karena di bulan
November ini pemerintah sudah membolehkan 100% kapasitas pengunjung ke
tempat wisata dan hotel dengan syarat sudah vaksin dan harus scan aplikasi Peduli
Lindungi. Meningkatnya jumlah tamu juga dipicu dengan fasilitas hotel yang
sangat memadai juga pelayanan hotel yang sangat baik.

Kemudian pada bulan Desember kembali mengalami peningkatan yang


mana target penerimaannya sebesar Rp. 275.150.000 dengan realisasi
penerimaaannya sebesar Rp. 286.445.000 melebihi dari target peneriman sehingga
realisasi penerimaan pajak bulan desember berjalan sangat efektif dengan
presentasenya mencapai 104%. Peningkatan yg sangat pesat ini didukung oleh
adanya factor high season seperti libur sekolah, libur natal dan libur tahun baru
yang memicu meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah X,
sehingga pihak hotel juga memperbaiki fasilitas hotelnya dan juga meningkatkan
kulitas pelayananya agar pengujung atau tamu yang menginap merasa nyaman
dan puas.

12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan dan analisis tersebut, dapat diambil


beberapa kesimpulan:
1. Penerimaan Pajak Hotel dari bulan Juli – Desember tahun 2021 terus
mengalami kenaikan setiap bulannya walaupun masih ada covid-19 realisasi
dari pajak hotel bisa mencapai Rp. 1.083.524.611.
2. Pada bulan July-Oktober realisasi penerimaannya tidak mencapai target
penerimaan yang ditetapkan dikarenakan pemerintah menerapkan sistem
PPKM sehingga adanya pembatasan pengunjung dan hanya pengunjung yang
sudah divaksin dan mempunyai aplikasi Peduli Lindungi yang diperbolehkan
masuk hotel.
3. Pada bulan November – Desember realisasi penerimaan cenderung meningkat
dan mencapai target penerimaan yang ditetapkan, hal ini dikarenakan pihak
hotel menawarkan potongan harga yang menarik daya minat pengunjung.

4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya maka penyusun
memiliki beberapan saran yang bisa dilakukan oleh Badan Pendapatan Daerah
Kota X dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak hotelnya, diantaranya
adalah:
1. Upaya ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi pajak yang dilaksanakan
oleh Badan Pendapatan Daerah Kota X sebaiknya terus menerus
dikembangkan terutama dalam melakukan kerjasama dengan instansi terkait.
2. Mengadakan studi banding ke daerah lain guna mendapat informasi terhadap
strategi peningkatan penerimaan pajak dan retribusi lain yang memungkinkan
untuk diaplikasikan dan kembangkan di kota X.
3. Bapenda harus lebih memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam meningkatkan pendapatan pajaknya karena kecanggihan teknologi juga
memiliki peran penting dalam meningkatkan penerimaan pajak.

13
DAFTAR PUSTAKA

MARCELLIN, F. F. (2019). PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK HOTEL


DAN RESTORAN SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 21, No. 1a-2, Nov 2019, 163-172.

Nooraini, A. (2018). ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH SEBAGAI


SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BATU (STUDI PADA DINAS
PENDAPATAN DAERAH KOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR ). Jurnal Ekonomi
dan
Keuangan Publik Vol. 5, No. 2,Desember 2018, 89-104.

Rahmah, S. A. (2022). Pengaruh Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap
Pajak Daerah Kota Bandung Tahun 2016-2020. Indonesian Accounting Research
Journal Vol. 2, No. 2, February 2022, 123-130.

Safitri, I. I. (2021). Analisis Terhadap Kontribusi Pajak Reklame, Pajak Hotel dan Pajak
Restoran Dalam MeningkatkanPendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Badan
Pendapatan Daerah DKI Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 18 No.
01, April 2021, 76-83.

14
LAMPIRAN
Berikut Tabel APBD daerah “X” pada tahun 2021

15
Pendapatan dan Kontribusi dari Pajak Daerah

NO Jenis Pendapatan Jumlah Pendapatan Presentase


Kontribusi
1 Pajak Bea Perolehan Hak Tanah dan Rp. 376.420.111.000 22%
Bangunan (BPHTB)
2 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Rp. 350.665.120.000 21%
3 Pajak Restoran Rp. 276.672.708.000 16%
4 Pajak Penerangan Jalan Rp. 240.150.122.000 14%
5 Pajak Hotel Rp. 193.675.000.000 11%
6 Pajak Hiburan Rp. 115.890.555.000 7%
7 Pajak Reklame Rp. 75.169.934.000 4%
8 Pajak Air Bawah Tanah Rp. 33.786.450.000 3%
9 Pajak Parkir Rp. 32.690.000.000 2%

PPT

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai