Anda di halaman 1dari 23

i

MAKALAH

CREATIVE ACCOUNTING AND TAX PLANNING


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang
dibimbing Oleh

Dr. Achmad Fadjar, S.E.,M.Si., Ak., C.A.

Oleh
Muhamad Bulan Rubiansah (0117101072)
Dede Santi Nurhayati (0117101073)
Shofiy Hapsari (0117101078)

Kelas : A

AKUNTANSI (S1)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2020
ii

DAFTAR ISI

Daftar Isi.......................................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................... 3
1.4 Target Yang Diharapkan............................................................................. 3
BAB 2 ISI MATERI ..................................................................................... 4
2.1 Definisi Creative Accounting.................................................................... 4
2.2 Motivasi melakukan Creative Accounting ............................................... 4
2.3 Teknik Melakukan Creative Accounting................................................... 6
2.4 Fenomena Praktik Manajemen Laba......................................................... 8
2.5 Sikap mengawasi dan mengamati Creative Accounting........................... 11
2.6 Contoh Kasus Creative Accounting........................................................... 13
2.7 Definisi Tax Planning ............................................................................... 14
2.8 Tujuan Tax Planning.................................................................................. 15
2.9 Manfaat Tax Planning................................................................................ 15
2.10 Jenis Tax Planning ................................................................................. 16
2.11 Strategi Tax Planning ............................................................................. 16
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 19
3.2 Saran.......................................................................................................... 19

Daftar Pustaka............................................................................................... 20

~i~
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT serta shalawat dan salam kami
sampaikan hanya bagi tokoh dan teladan kita Nabi Muhammad SAW. Diantara sekian banyak
nikmat Allah SWT yang membawa kita dari kegelapan ke dimensi terang yang memberi
hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh umat manusia, sehingga oleh karenanya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan.

Dalam proses penyusunan tugas ini kami menjumpai hambatan, namun berkat dukungan
materil dari berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik,
oleh karena itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas
ini.

Segala sesuatu yang salah datangnya hanya dari manusia dan seluruh hal yang benar
datangnya hanya dari agama berkat adanya nikmat iman dari Allah SWT, meski begitu tentu
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya.
Harapan kami semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi pembaca lain pada
umumnya.

Bandung, November 2020

Penulis

~ ii ~
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam membentuk sebuah perusahaan yang sehat, para pelaku perusahaan harus
mengerti dan memahami dasar-dasar manajemen yang dalam hal ini adalah paham
dalam hal pengaturan keuangan perusahaan. Pelaku perusahaan, khususnya seorang
akuntan harus memahami tentang perpajakan supaya lebih mudah dalam
menghitung dan menganalisa pajak. Ketika akuntan sudah memahami perlakuan
pajak dengan baik, tax planning (perencanaan pajak) akan bisa diterapkan secara
optimal. Tax planning merupakan langkah awal dalam manajemen pajak (sarana
untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang
dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas
yang diharapkan). Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan
(tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan
pajak ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan.
Tujuannya agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan, Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah
untuk meminimumkan kewajiban pajak. Semakin baik pemahaman pajak, semakin
baik pula penerapan tax planning dalam praktek.

Tax Planning akan lebih optimal jika dikaitkan dengan pemahaman yang baik
terhadap standar akuntansi. Pemahaman yang baik ini akan berefek positif
pada creative accounting, namun dari sisi negatifnya hal tersebut dapat berakibat
pada aggresive accounting. Seorang akuntan sering memanfaatkan suatu peristiwa
yang belum diatur atau belum memiliki ketetapan dalam standar akuntansi, dan
aktifitas inilah yang disebut sebagai Creative Accounting. Ketika sudah memahami
perlakuan akuntansi sesuai bidang usaha wajib pajak tersebut, creative
accounting bisa diterapkan secara optimal, karena creative accounting lahir dari
kejelian dalam menerapkan metode akuntansi yang diperkenankan oleh standar
akuntansi. Semakin baik pemahaman akuntansi, semakin baik pula
penerapan creative accounting-nya. Namun dalam perkembangannya,
aktivitas creative accounting sering diartikan sebagai upaya untuk memanipulasi
laporan keuangan dengan tujuan tertentu. Oleh karena itu, setiap pihak perlu

~1~
mengetahui bahwa sebenarnya creative accounting dibenarkan dan dilegalkan
sepanjang tidak menyalahi standar akuntansi yang berlaku umum dan perusahaan
dapat menerapkannya.

Ada kalanya tax planning akan sejalan dengan creative accounting ketika tujuannya


adalah menghemat pajak dengan cara mengurangi laba. Di sisi lain, tax
planning berbanding terbalik dengan creative accounting ketika creative
accounting diterapkan untuk meningkatkan laba entitas yang juga menjadi wajib
pajak. Umumnya tax planning merujuk kepada proses merekayasa usaha dan
transaksi Wajib pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi
masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, tax planning juga
dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan
secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan
sumber daya secara optimal.

Laporan keuangan seharusnya menjadi alat informasi yang efektif bagi investor dan
kreditor dalam membuat keputusan penggunaan dana dalam bentuk investasi pada
saham atau surat utang. Akan tetapi, sangat naif apabila pembaca berfikir bahwa
manajemen tidak berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Manajemen
yang jujur tidak akan menutupi jejak perbuatan mereka dengan melakukan rekayasa
pelaporan keuangan. Dalam kasus-kasus besar di Amerika, misalnya kasus Enron,
selain direktur, akuntan juga turut berkontribusi dalam manipulasi laporan
keuangan. Manipulasi laporan dapat terjadi dengan kerja sama antara pelapor dan
auditor. Sebenarnya beberapa kasus penyelewengan dapat kita temui Indonesia.
Akan tetapi, dengan rendahnya kasus yang terungkap di Indonesia, sulit untuk
memperoleh contoh yang sangat jelas. Pada bab ini akan dibahas mengenai creative
accounting serta tax planning.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Apa yang dimaksud dengan Creative Accounting dan Tax Planning ?
b. Apa motivasi melakukan creative accounting?
c. Bagaimana teknik melakukan creative accounting ?
d. Fenomena apa saja yang terjadi terkait dengan creative accounting?

~2~
e. Bagaimana Sikap yang tepat dalam mengamati dan mengawasi praktik creative
accounting?
f. Bagaimana contoh kasus yang mempraktikan creative accounting?
g. Apa tujuan, manfaat, jenis, dan strategi Tax Planning?

1.3. TUJUAN PEMBAHASAN


Tujuan pembahasan dari pembuatan makalah ini antara lain:
a. Mengetahui arti dari Creative Accounting dan Tax Planning;
b. Mengetahui apa motivasi melakukan creative accounting;
c. Memahami teknik melakukan creative accounting;
d. Memahami fenomena apa saja yang terjadi terkait dengan creative accounting;
e. Memahami Sikap yang tepat dalam mengamati dan mengawasi praktik creative
accounting;
f. Memahami contoh kasus yang mempraktikan creative accounting;
g. Memahami tujuan, manfaat, jenis, dan strategi Tax Planning.

1.4. TARGET YANG DIHARAPKAN


Target yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa menguasai materi dari Creative Accounting dan Tax Planning;
b. Mahasiswa menguasai motivasi yang mendasari creative accounting;
c. Mahasiswa menguasai teknik melakukan creative accounting;
d. Mahasiswa menguasai fenomena apa saja yang terjadi terkait dengan creative
accounting;
e. Mahasiswa menguasai perputaran persediaan dalam perusahaan;
f. Mahasiswa menguasai contoh kasus yang mempraktikan creative accounting;
g. Mahasiswa menguasai tujuan, manfaat, jenis, dan strategi Tax Planning

~3~
BAB II

ISI MATERI

2.1 DEFINISI CREATIVE ACCOUNTING


Istilah creative accounting diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia,
artinya adalah "akuntansi kreatif". Kreatif dapat dikatakan scbagai ide atau
pemikiran yang berbeda atau tidak terpikirkan oleh orang lain. Dcngan kata lain,
kreatif adalah "berpikir di luar kotak", yang dimana dengan kata lain, creative
accounting adalah aktivitas badan usaha (perusahaan) untuk memanfaatkan teknik
dan kebijakan akuntansi (technics and accounting policies) guna memperoleh hasil
yang diinginkan, seperti penyajian nilai asset atau nilai laba yang lebih tinggi (over
valued) atau lebih rendah (under valued) tergantung dari motivasi manajemen
perusahaan untuk melakukannya (Sulistiawan dkk, 2011:17-18).

Creative accounting diterapkan oleh perusahaan karena beberapa kondisi, seperti


bervariasinya prinsip akuntansi, dalam rangka penerapan prinsip akuntansi yang
agresif, serta dalam rangka earnings management.

2.2 MOTIVASI MELAKUKAN CREATIVE ACCOUNTING


Passer dan Smith (2008) dalam buku (Sulistiawan dkk, 2011), mcndcfinisikan
motivasi scbagai sebuah proses yang memengaruhi arab, ketekunan, dan kckuatan
perilaku individu arau organisasi dalam mencapai tujuan. Dalam konteks creative
accounting, suatu badan usaha akan makin termotivasi untuk berperilaku kreatif
dalam memanfaatkan teknik dan kebijakan akuntansi ketika badan usaha itu
memiliki keyakinan (ekspektasi) akan menerima imbalan atas tindakan kreatifnya
tersebut. Dengan kata lain, makin tinggi imbalan yang akan didapatkan, makin
tinggi juga ekspektasi yang ditetapkan sehingga motivasi untuk mencapai nilai terse
but pun makin besar. Teori kognitif juga membedakan motivasi ke dalam dua
bentuk, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik timbul
ketika aktivitas individu dilakukan untuk memperoleh imbalan atau mengabaikan
hukuman (punishment). Sementara, motivasi intrinsik timbul ketika individu sangat
menikmati dan merasa tertantang menjalani suatu aktivitas. Demi mendapatkan

~4~
laba yang optimal, pengelola perusahaan cenderung menggunakan kebijakan
akuntansi yang lebih agresif atau setidaknya mereka memiliki kebijakan akuntansi
yang paling menguntungkan bagi mereka. Bahkan, jika perlu, mereka menunda
aktivitas riil atau rencana perusahaan yang lebih penting demi mengurangi biaya
sekaligus meningkatkan laba. Selanjutnya, dengan bonus berupa saham, bukan kas,
pengelola perusahaan akan memiliki kepentingan untuk meningkatkan harga saham
setinggitingginya. Dengan potensi kenaikan harga saham yang dapat sangat tinggi,
motivasi ini akan menjadi makin besar.

Perilaku manajemen laba sebagai salah satu bentuk tindakan creative accounting
dari manajer tentunya tidak muncul dengan sendirinya, melainkan ada motivasi
ekstrinsik dibalik perilaku terse but. Sampai hari ini, telah banyak penelitian dengan
menggunakan data empiris yang dilakukan untuk menguak motivasi di balik
perilaku manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Secara umum terdapat
beberapa hal yang memotivasi individu atau badan usaha melakukan tindakan
manajemen laba, di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Motivasi Bonus
Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah
insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja manajer dalam
menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif
tetap dan rutin. Sementara, bonus yang relatif lebih besar nilainya hanya akan
diberikan ketika kinerja manajer berada di area pencapaian bonus yang telah
ditetapkan oleh pemegang saham. Kinerja manajemen salah satunya diukur dari
pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus
terse but memotivasi para manajer untuk memberikan performa terbaiknya
sehingga tidak menurup peluang mereka melakukan tindakan creative
accounting agar dapat menampilkan kinerja (performance) yang baik dcmi
mendapatkan bonus yang maksimat.

2. Motivasi Utang
Selain melakukan kontrak bisnis dcngan pemegang saham, untuk kepenringan
ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa konrrak bisnis

~5~
dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau
menginvcstasikan dananya di perusahaannya, tentunya manajer harus
menunjukkan performa yang baik dari perusahaannya. Dan uncuk memeroleh
hasil maksimal, yaitu pinjaman dalam jumlah besar, perilaku krearif dari
manajer untuk menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun
seringka li muncul. Fenomena ini juga sebenarnya tidak hanya dilakukan
perusahaan bcsar, tetapi juga oleh perusahaan kecil, bahkan individu. Kerika
seseorang individu mencari pinjaman ke bank, orang rersebut berupaya keras
menyajikan jumlah penghasilan yang cenderung lebih bcsar (overstatement) dari
penghasilan yang sebenarnya. Dalam kasus ini pun, perilaku perusahaan juga
sama dengan perilaku individual. Selain untuk mendapatkan pinjaman, kasus
seperti itu juga berlaku untuk menjaga perjanjian utang. Jika suatu perusahaan
mendapatkan dana dari krediror, perusahaan berkewajiban menjaga rasio
keuangannya agar berada pada batas bawah tcrtentu. Jika hal ini dilanggar,
perjanjian utang dibatalkan.

3. Motivasi Pajak
Tindakan creative accounting tidak hanya terjadi pada perusahaan go public dan
selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan
perpajakan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan yang belum go public.
Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan
untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari nilai yang
sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif
melakukan tindakan manajemen laba agar seolah-olah laba fiskal yang
dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan dan kebijakan
akuntansi perpajakan. Perilaku seperti ini bukanlah perilaku unik yang
didominasi oleh korporasi, melainkan perilaku yang umum terjadi, di mana
manusia yang bersifat oportunis cenderung ingin mendapatkan basil
sebanyakbanyaknya dengan mengeluarkan sumber daya serendah-rendahnya.

2.3 TEKNIK MELAKUKAN CREATIVE ACCOUNTING


Menurut (Sulistiawan dkk, 2011:44) teknik dalam melakukan akuntansi kreatif
adalah sebagai berikut:

~6~
1. Mengubah metode akuntansi
Pemilihan atas metode akuntansi tertentu akan memberikan penghasilan yang
berbeda.
2. Membuat estimasi akuntansi
Teknik ini dilakukan dengan tujuan mempengaruhi laba akuntansi melalui
kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi.
3. Mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya
Teknik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan
dan biaya dengan cara menggeser pendapatan dan biaya ke periode berikutnya.
4. Mereklasifikasi akun
Teknik ini dilakukan dengan memindahkan posisi akun dari satu tempat ke
tempat lainnya

Sedangkan, pola dalam akuntansi kreatif sebagaimana dirangkum oleh (Scott,


2000) ialah: sebagai berikut :
1. Taking a Bath (big bath)
Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan
menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan laba periode tahun
sebelumnya atau tahun berikutnya.
2. Income Minimization
Pola ini dilakukan dengan mengatur laba periode tahun berjalan lebih rendah
dari laba sebenarnya.
3. Income Maximization
Pola ini dilakukan dengan mengatur laba periode tahun berjalan lebih tinggi
dari laba sebenarnya.
4. Income Smoothing
Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang
dilaporkan relatif stabil.
5. Timing Revenue and Expense Recognition
Pola ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan
saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus
atas penjualan.

~7~
2.4 FENOMENA PRAKTIK MANAJEMEN LABA
Fenomena praktik manajemen laba merupakan suatu hal yang penting harus
diketahui oleh para penguna laporan keuangan, terutama dalam analisis keuangan,
investor, dan kreditor. Para pengambil keputusan yang menggunakan data laporan
keuangan harus lebih hati-hati dan bersikap kritis dalam menilai kualitas sebuah
laporan keuangan. Karena bisa saja laporan keuangan yang sedang dinilai terdapat
angka-angka yang nilainya telah dimanipulasi atau disajikan jauh dari substansi
ekonominya. Manipulasi tersebut bisa dilakukan dengan cara legal ataupun illegal,
baik mengikuti maupun melanggar standar akuntansi keuangan yang berlaku secara
umum.

Pengguna laporan keuangan harus menganalisis laporan keuangan, sehingga dapat


mengetahui apakah perusahaan telah melakukan praktik manajemen laba atau tidak.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan melakukan praktik
manajemen laba atau tidak yaitu dapat dilakukan dengan cara:
a. Deteksi Manajemen Laba Secara Kualitatif
Menurut Mohanram (2003) dalam (Sulistiawan dkk, 2011) menyatakan bahwa
untuk mendeteksi praktik manajemen laba, tahapan analisis akuntansi yaitu :
1. Mengidentifikasi kebijakan akuntansi utama yang digunakan oleh sebuah
perusahaan atau industry. Contohnya, apa kebijakan akuntansi untuk aset
tetapnya atau metode apa yang digunakan untuk persediaanya.
2. Menilai penggunaan fleksibilitas akuntansi perusahaan, yaitu seberapa fleksibel
perusahaan menerapkan kebijakan akuntansinya. Contohnya, seringkah
perusahaan melakukan perubahan estimasi dan kebijakan akuntansinya, Jika
iya itu merupakan salah satu indikator bahwa perusahaan sedang melakukan
"atraksi" akuntansi. Perubahan metode estimasi dan kebijakan akuntansi yang
sering berganti menunjukkan perusahaan memiliki motivasi tertentu untuk
mengelola nilai labanya.
3. Menilai strategi yang dijalankan perusahaan, yaitu sejauh manakah perbedaan
kebijakan akuntansi perusahaan yang sedang dijalankan dengan kebijakan
akuntansi perusahaan lain. Pada prinsipnya, pengguna laporan keuangan bisa
membandingkan metode akuntansi untuk perusahaan yang sejenis. Metode

~8~
akuntansi yang lebih konservatif dalam menentukan pendapatan bisa
digunakan sebagai acuan pembanding kualitas laba.
4. Menilai kualitas pengungkapan perusahaan, yaitu dengan menilai apakah
perusahaan telah menyediakan informasi yang memadai untuk menilai strategi
dan memahami kondisi ekonomi dari kegiatan operasinya. Sudahkah
perusahaan membuat pengungkapan yang memadai atas kebijakan dan estimasi
akuntansinya. Bagaimana pengungkapan terhadap perubahan atau kesalahan
akuntansinya.
5. Mengidentifikasi adanya potensi permasalahn akuntansi (potencial red flag).
Potensi permasalahan akuntansi dapat diidentifikasi dari hal-hal sebagai
berikut:
 Adanya perubahan akuntansi yang tidak dapat dijelaskan, khususnya ketika
kinerja perusahaan sedang dalam keadaan buruk. Contohnya, jika
perusahaan mengubah metode akuntansi pada saat laba operasionalnya
rendah dan keadaan bisnisnya memburuk, kemungkinan besar aktivitas
tersebut adalah praktik manajemen laba.
 Adanya transaksi-transaksi pelambungan laba yang tidak dapat dijelaskan.
Contohnya, perusahaan menjual aset produktifnya pada saat harga pasarnya
berada di titik tertingginya untuk mendapatkan keuntungan penjualan aset
tetap. Padahal, perusahaan harus menjaga kapasitas produksinya.
Peningkatan piutang usaha yang tidak biasa dalam kaitannya dengan
peningkatan penjualan yang dilakukan dengan melonggarkan kredit atau
memberikan toleransi retur penjualan bertujuan melambungkan penjualan
tahun ini. Namun, bisa jadi, hal ini akan mengorbankan penjualan pada
tahun depan.
 Adanya peningkatan gap antara laba bersih dan aliran kas operasi.
 Adanya peningkatkan gap antara laba bersih yang dilaporkan dan laba untuk
tujuan pajak.
 Adanya penghapusan (writedowns) aset dalam jumlah besar secara tibatiba
atau tak terduga.
 Adanya opini audit yang qualified atau adanya perubahan auditor
6. Membatalkan distorsi akuntansi dan membalik dampak kebijakan akuntansi
yang meragukan. Sebagai contoh, jika perusahaan meningkatkan umur

~9~
depresiasi aset tetap dari 10 tahun menjadi 15 tahun dengan cara yang
manipulatif, perusahaan harus menyajikan kembali angka-angka depresiasi
dengan menggunakan dasar umur ekonomis 15 tahun (bukan 10 tahun).

b. Deteksi Manajemen Laba Secara Kuantitatif


Manajemen laba secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu manajemen laba
melalui kebijakan akuntansi dan manajemen laba melalui aktivitas riil.
Manajemen laba melalui kebijakan akuntansi merujuk pada permainan angka laba
yang dilakukan menggunakan teknik dan kebijakan akuntansi. Sementara,
manajemen laba melalui aktivitas riil merujuk pada permainan angka laba yang
dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal dari kegiacan bisnis normal atau
yang berhubungan dengan kegiatan operasional, misalnya menunda kegiatan
promosi produk atau mempercepat penjualan dengan pemberian diskon bcsar-
besaran.
1. Deteksi manajemen laba dari kebijakan akuntansi
Jones Model (1991). Model ini berfokus pada total akrual sebagai sumber
informasi manipulasi akuntansi atau manajemen laba. Secara spesifik, model
ini membagi total akrual menjadi akrual diskresioner dan akrual
nondiskresioner. Akrual diskresionerlah yang digunakan sebagai estimasi
manipulasi akuntansi. Jones Model (JM) mengasumsikan bahwa akrual
nondiskresioner bersifat tetap dari satu periode ke periode lainnya sehingga
perubahan akrual (perbedaan antara akrual tahun ini dengan tahun lalu) yang
terjadi disebabkan karena adanya perubahan akrual diskresioner. Perubahan
akrual dapat disebabkan karena adanya pertimbangan (diskresi) dari pihak
manajemen, dalam hal ini permainan kebijakan akuntansi.
2. Deteksi manajemen laba dari aktivitas riil
Menurut Roychowdhury (2006) dalam (Sulistiawan dkk, 2011) menyatakan
bahwa praktik manajemen laba riil dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
metode yaitu:
 Memanipulasi penjualan atau meningkarkan penjualan secara tidak wajar
(sales manipulation). Cara ini dilakukan dengan menawarkan diskon harga
atau syarat kredit yang ringan. Akibatnya, manajemen perusahaan dapat
meningkatkan penjualan selama tahun berjalan sehingga akan meningkatkan

~ 10 ~
nilai laba korornya. Namun, peningkatan volume penjualan ini akan hilang
kerika harga jual kembali ke harga awal.
 Mengurangi pengeluaran diskresioner. Pengeluaran diskresioner seperti
biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan dan biaya pemeliharaan
dibebankan pada periode terjadinya. Dengan begitu, perusahaan dapat
mengurangi biaya yang dilaporkan dan meningkatkan laba dengan
mengurangi pengeluaran diskresioner. Pada proses pergantian direksi atau
pimpinan perusahaan, pengelola lama cenderung menunda atau mengurangi
pengeluaran diskresioner untuk mendapatkan bonus dari penyajian laba
yang besar pada tahunnya.
 Produksi yang berlebihan (overproduction). Agar laba naik, manajer
memproduksi lebih banyak persediaan dari yang sewajarnya untuk
memenuhi permintaan. Dengan tingkat produksi yang lebih tinggi, biaya
overhead tetap per unit makin kecil sehingga biaya per unitnya akan turun.
Hal ini membuat biaya barang terjual lebih rendah sehingga perusahaan
mendapat keuntungan operasi yang lebih baik. Namun akibacnya,
persediaan barang perusahaan di pasar menjadi besar dan akan berimbas
pada permintaan barang pada masa mendaratang.

2.5 SIKAP MENGAWASI DAN MENGAMATI CREATIVE ACCOUNTING


Agar dapat mengawasi dan mengamati Creative Accounting maka pengguna laporan
keuangan harus memiliki sikap sebagai berikut :
a. Sikap Skeptis
Sikap Skeptis merupakan suatu paham yang memandang sesuatu hal selalu tidak
pasti (meragukan, mencurigakan). Dengan sikap skeptis seseorang akan selalu
curiga, tidak mudah percaya, dan selalu bersikap hati-hati atas tindakan yang
dilakukan orang lain. Sikap skeptis sangat penting agar seseorang tidak gegabah
dalam mengambil keputusan. Sikap skeptis juga diperlukan bagi pengguna
laporan keuangan agar pengguna laporan keuangan tidak dirugikan oleh pihak
yang tidak bertanggungjawab yang melakukan manajemen laba secara illegal
untuk memperoleh keuntungan namun dengan cara yang tidak sesuai dengan
peraturan.

~ 11 ~
Akuntansi adalah alat komunikasi dalam suatu bisnis. Sebagai alat komunikasi,
akuntansi menerima informasi, memproses, lalu mengeluarkannya dalam bentuk
laporan keuangan. Jika informasi yang diproses adalah informasi yang tidak
benar, maka informasi yang dihasilkan juga akan sama. Maka, sebagai pengguna
laporan keuangan perlu memperhatikan bahwa kejujuran manajemen adalah acuan
utama untuk mendapatkan reliabilitas laporan keuangan. Namun, apakah kita
kenal secara pribadi dengan manajemen? Dengan alasan inilah seorang pengguna
laporan keuangan perlu tetap selalu skeptis terhadap semua informasi dalam
laporan keuangan agar tidak terjebak dalam permainan angka akuntansi dan
menjadi korban permainan itu.

b. Meningkatkan Pengetahuan
Selain skeptis, upaya meningkatkan pengetahuan dan skill untuk memahami
laporan keuangan juga diperlukan. Aspek pengetahuan adalah pelengkap dalam
suatu pengambilan keputusan . Walaupun informasi itu reliabel dan relevan, tetapi
jika tidak memiliki pengetahuan, informasi dalam laporan keuangan menjadi tidak
bermakna. Laporan keuangan yang disusun menurut SAK dipublikasikan dan bisa
digunakan oleh pembacanya dengan asumsi pembacanya memahami informasi
keuangan. Jadi, jika pembaca laporan keuangan tidak memahami informasi yang
terkandung di dalamnya. Risikonya, informasi tersebut cenderung tidak
diinterpretasikan dengan benar.

c. Pengamatan Detail
Analisis fundamental adalah analisis perusahaan untuk menentukan nilai wajar
suatu perusahaan. Untuk melakukan analisis fundamental ini, informasi yang
dibutuhkan memang tidak hanya berasal dari analisis laporan keuangan, tetapi
juga dari analisis industri dan analisis ekonomi. Dalam analisis industri, analis
melihat prospek dan tantangan suatu industri. Contohnyanya, melihat sejauh mana
perang tarif dalam bisnis telekomunikasi berdampak pada kinerja penjualan
perusahaan-perusahaan telekomunikasi, atau sejauh mana penurunan harga
minyak akan berdampak pada industri pertambangan dan energi, atau sejauh mana
penurunan tingkat bunga berpengaruh terhadap bisnis keuangan dan properti.

~ 12 ~
2.6 CONTOH KASUS CREATIVE ACCOUNTING

a. Contoh kasus PT Pasher Carding


Perusahaan Kosmetik PT. Pasher Carding memiliki produk kosmetik yang belum
selesai penelitiannya. Tetapi permintaan akan produk kosmetik tersebut memiliki
banyak permintaan dipasar. Karena banyaknya permintaan Bapak Afton selaku
marketing manager mengatakan kepada Presiden direktur Bapak. Daeng Marowa
untuk segera melakukan penjualan dipasar karena tidak ingin melepaskan momen
permintaan yang banyak. Padahal penelitian atas produk tersebut yang dilakukan
oelh departemen R&D belum selesai. Departemen R&D Pun belum bisa menjawab
apakah akan ada efek samping apabila menggunakan produk kosmetik tersebut.
Tetapi marketing manager tetap memprovokasi bapak Presiden direktur untuk
melakukan peluncuran produk tanpa mempedulikan hasil Riset. Bapak Daeng
Marowa , selaku presiden direktur meminta nasihat kepada Departemen GA
mengenai Proses hukumnya, ternyata bapak Handi Priono selaku Manager GA
menganjurkan untuk membuat PT. baru, dan mengatas namakan produk tersebut
adalah buatan PT. Baru. Dan jika nanti ternyata memang ada pengaduan mengenai
efek samping dan konsumen merasa dirugikan maka, PT. Baru tersebut yang akan
disalahkan, jika terjadi sengketa dan tidak bisa mengganti rugi, maka akan
dikatakan pailit, jadi resikonya kecil dan tidak akan memakan ganti rugi yang besar.
sebaliknya jika ternyata tidak terjadi efek samping ataupun tidak terjadi permasalah
malahan berhasil, maka kita akan membeli merek produk tersebut dengan harga
sangat murah dan meneruskan penjualan.
Creative accounting pada kasus ini terjadi  ketika perusahaan memanfaatkan
kemampuan akuntannya dalam melakukan berbagai metode yang sebenarnya
diperbolehkan juga didalam peraturan demi melindungi kepentingan para
stakeholders.

b. Contoh kasus kreativitas profitabilitas


Perusahaan PT. ABC lebih menggunakan metode FIFO dalam metode arus    
persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar
dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karena Asumsi Inflasi Besar.
FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap

~ 13 ~
arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus tidak memungkinkan atau
tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel
dengan arus fisik yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat
pada barang Jika perusahaan dengan tingkat persediaan yang tinggi sedang
mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan kemungkinan tidak
akan mengalamipenurunan persediaan di masa depen, maka LIFO memberikan
keuntungan arus kas yang substansial dalam hal penundaan pajak. Ini adalah alasan
utama dari penerapan LIFO oleh kebanyakan perusahaan. Bagi banyak perusahaan
dengan tingkat persediaanya kecil atau dengan biaya persediaan yang datar atau
menurun, maka LIFO hanyamemberikan keuntungan kecil dari pajak. Perusahaan
seperti ini memilih untuk tidak menggunakan LIFO.

c. Contoh kasus kreativitas dalam hal mengecilkan Pajak dan Kepentingan


Pemegang Saham tetap Aman
Perusahaan PT. ABC membutuhkan suntikan dana segar, PT. ABC mendapat dua
alternatif, yaitu dengan menerbitkan surat hutang atau dengan menerbitkan saham
baru. ternyata PT. ABC lebih memilih untuk menerbitkan surat hutang karena
dengan menerbitkan surat hutang makan secara otomatis akan ada beban bunga
yang harus dibayarkan kepada kreditor. Karena beban perusahaan akan meningkat
dalam beban bunga secara otomatis akan menekan Net Income, dengan Net Income
yang kecil maka akan dikenakan pajak yang kecil. Selain itu dengan menerbitkan
surat hutang dibandingkan dengan menerbitkan saham baru sudah barang tentu
akan melindungi kepentingan Pemegang saham,  karena jika menerbitkan saham
baru sudah barang tentu akan menyebabkan munculnya pemegang saham baru yang
memiliki kepentingan dan pola pikir yang berbeda dalam tujuan perusahaan
kedepan.

2.7 DEFINISI TAX PLANNING


Menurut Resmi (2014) Perencanaan Pajak adalah langkah awal dalam manajemen
pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan
perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan
dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah
untuk meminimalkan kewajiban pajak.

~ 14 ~
Menurut Harmanto (2013) Perencanaan Pajak adalah minimalisasi penghasilan kena
pajak dalam tahun berjalan dapat diinterprestasi sebagai maksimalisasi penghasilan
kena pajak dikemudian hari. Menurut Opusunggu Perencanaan Pajak adalah suatu
kapasitas Wajib Pajak untuk mengatur aktivitas keuangan yang dapat
meminimalkan pembayaran pajak.

2.8 TUJUAN TAX PLANNING


Menurut Suandy (2011:7) tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban
pajak (tax burder) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan
peraturan yang ada, tetapi berbeda dengan tujuan pembuat Undang-Undang, maka
Perencanaan Pajak disini dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis
keduanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax
return) karena pajak merupakan unsur pengurang bagi laba yang tersedia, baik
untuk dibagikan kepada pemegang saham atau untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Pohan (2013: 21), secara umum tujun pokok dari Perencanaan Pajak
adalah:
1. Meminimalisasikan beban pajak yang terutang, tindakan yang harus diambil
dalam rangka Perencanaan Pajak tersebut berupa usaha-usaha
mengefisiensikan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup perpajakan
dan tidak melanggar peraturan pajak.
2. Memaksimalkan laba setelah pajak, artinya dengan membayar pajak yang
rendah maka akan berpengaruh terhadap laba yang tinggi.
3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise), artinya keperluan
pajak telah dipersiapkan jika terjadi pemeriksaan oleh fiskus.
4. Memenuhi kewajiban perpajakannya secara benar, efisien, dan efektif, sesuai
dengan ketentuan perpajakan.

2.9 MANFAAT TAX PLANNING


Menurut Pohan (2013:20) manfaat Perencanaan Pajak terdiri dari:
1. Penghematan kas keluar, karena beban pajak yang merupakan unsur biaya
dapat dikurangi.
2. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow) karena dengan
Perencanaan Pajak yang matang dapat diperkirakan kebutuhan kas untuk

~ 15 ~
pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat
menganggarkan kas secara lebih akurat.

2.10 JENIS TAX PLANNING


Menurut Suandy (2011:27), jenis Perencanaan Pajak dibagi dua yaitu:
1. Perencanaan Pajak Nasional (national tax planning)
Perencanaan Pajak Nasional artinya perencanaan yang mengacu pada Undang-
Undang nasional dengan ketentuan Wajib Pajak hanya memliki usaha atau
melakukan transaksi di Indonesia saja.
2. Perencanaan Pajak Internasional (intenational tax planning)
Perencanaan Pajak Internasional dilakukan oleh Wajib Pajak yang memliki
usaha di dalam dan di luar negeri sehingga mengacu pada peraturan pajak
nasional dan memperhatikan peraturan pajak di negara yang bersangkutan.

Dari kedua jenis tersebut memiliki perbedaan yang terletak pada peraturan pajak
yang digunakan. Dalam Perencanaan Pajak Nasional hanya memperhatikan
Undang-Undang domestik, sedangkan Perencanaan Pajak Internasional disamping
Undang-Undang domestik juga harus memperhatikan perjanjian pajak dan
Undang-Undang dari negara yang bersangkutan.

2.11 STRATEGI TAX PLANNING


Secara umum menurut Sumarsan (2012:126), strategi Perencanaan Pajak terdiri
atas lima cara atau biasa disebut dengan model Perencanaan Pajak SAVANT,
yaitu:

1. Strategy (Strategy)

Merupakan suatu usaha dengan tidak mengubah bentuk transaksi atau kegiatan
usaha dengan alasan untuk melakukan manajemen pajak. Strategi yang dapat
digunakan untuk mengefisiensi beban PPh badan adalah sebagai berikut:

a. Pemilihan alternatif dasar pembukuan yakni basis kas atau basis akrual. Basis
kas adalah metode pencatatan akuntansi yang hanya mencatat transaksi
penerimaan atau pengeluaran kas sedangkan basis akrual adalah metode

~ 16 ~
pencatatan akuntansi yang dilakukan saat terjadi transaksi walaupun belum
adanya penerimaan atau pengeluaran kas.
b. Pengolahan transaksi yang berkaitan dengan pemberian kesejahteraan pada
karyawan. Menurut Pasal 9 ayat (1d) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008
disebutkan bahwa biaya yang boleh dikurangi adalah premi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa jika
dibayarkan oleh pemberi kerja. Sedangkan menurut Pasal 9 ayat (1e)
diperbolehkan jika penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pergawai
serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dari
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan seperti
tempat tinggal bagi pegawai dan keluarganya, pelayanan kesehatan, olahraga
selain golf, power beating, pacuan kuda, dan terabang layang.
c. Pemilihan metode penilaian persediaan. Menurut Pasal 10 ayat (6) Undang-
Undang PPh No. 36 Tahun 2008 bahwa metode penilaian persediaan barang
hanya boleh menggunakan harga perolehan dan metode pencatatan persediaan
menggunakan metode FIFO (first in first out) dan metode rata-rata (Moving
Average)
d. Pemilihan sumber dana dalam pengedaran aset. Ada beberapa pilihan dalam
menggunakan sumber dana yaitu sumber dana jangka pendek yang bisa
dilakukan dengan pinjaman ke Bank dan sumber dana jangka panjang yaitu
dengan melakukan leasing.
e. Pemilihan metode penyusutan aset tetap dan amortisasi aset tidak berwujud.
Menurut Pasal 10 ayat (6) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 bahwa
metode penyusutan yang diperbolehkan adalah metode Garis Lurus dan metode
Saldo Menurun.
f. Transaksi dengan pemungut pajak (witholding tax), menurut Pasal 9 PP No. 32
Tahun 2018 Wajib Pajak harus mengajukan permohonan surat keterangan
bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan dikenai pajak penghasilan berdasarkan
peraturan pemerintah ini, sehingga mendapat fasilitas surat keterangan bebas
pajak atas PPh 21, 22, 23 seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 99/PMK/.03/18
g. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.
h. Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh Pasal 25 bulanan)

~ 17 ~
i. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri.

2. Antisipasi (Anticipation)

Merupakan suatu respon Wajib Pajak yang mengantisipasi terjadinya penurunan


tarif pajak penghasilan yang akan dibayar menjadi lebih rendah. Apabila
perusahaan mengalami kerugian bersih operasional, maka rugi tersebut akan
dikompensasikan selama 5 tahun berdasarkan Undang-Undang Perpajakan.

3. Bernilai Tambah (Value Added)

Dalam strategi ini UMKM akan mengukur apakah Perencanaan Pajak yang
dilakukan dapat meningkatkan arus kas bersih setelah pajak dapat meningkatkan
nilai pemegang saham. Dengan menggunakan metode arus kas bersih yang di
diskontokan akan mengukur apakah metode manajemen pajak akan meningkatkan
nilai perusahaan atau tidak.

4. Negosiasi (Negotiation)

Dalam strategi ini UMKM bisa menggeser penghasilan atau biaya melalui
negosiasi harga beli produk atau harga jual produk. Penggeseran pajak dikenal
sebagai kemampuan perusahaan untuk membagikan beban pajak kepada pihak
lain. Pemerintah dapat meringankan beban pajak perusahaan dengan tujuan untuk
menciptakan lapangan kerja.

5. Transformasi (Tranformation)

Dalam strategi ini Perencanaan Pajak melalui transformasi biaya yang tidak dapat
dikurangkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan.

~ 18 ~
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Creative accounting merupakan sebuah tindakan yang memanfaatkan penggunaan
kebijakan akuntansi tertentu dalam mencapai suatu tujuan – tujuan tertentu yang
diinginkan oleh perusahaan, begitu juga dengan tax planning yang bertujuan untuk
meminimalkan beban pajak yang serendah mungkin harus dibayarkan kepada
pemerintah dengan memanfaatkan peraturan dan regulasi yang ditetapkan. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwasanya kedua konsep tersebut justru banyak
disalahgunakan oleh entitas yang ingin meraup keuntungan yang tinggi dengan
menghalalkan segala cara. Oleh karena itu pemahaman atas kedua konsep ini perlu
dipahami agar dapat dipergunakan secara positif pada implementasinya dalam
operasional perusahaan supaya secara selektif dan bijaksana dalam mengambil
keputusan.

3.2 Saran
Makalah yang berjudul Creative Accounting dan Tax Planning ini merupakan karya
tulis berdasarkan himpunan material yang diambil dari berbagai sumber. Oleh
karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan dan dalam penyajian bahan penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya
kebenaran yang kita kehendaki semua dan demi kesempurnaan penyelesaian
makalah Seminar Akuntansi Keuangan. Penulis masih menyadari jika makalah di
atas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta
kritik yang membangun dari para pembaca.

~ 19 ~
DAFTAR PUSTAKA

Dedhy, Yeni, Liza. (2011). Creative Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan
Skandal Akuntansi (jilid 1,). Jakarta: Salemba Empat.

Harnanto. (2013). Perencanaan Pajak (edisi pertama cetakan kedua,BPFE).


Yogyakarta: Gramedia Pustaka

Pohan, Chairil Anwar. (2013). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak


dan Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Resmi, Siti. (2014). Perpajakan: teori dan kasus (jilid1, edisi 8). Jakarta: Salemba
Empat.

Scott, W. R. (2000). Financial Accounting Theory (kedua). Kanada Prentice Hall.

Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Sumarsan, Thomas. (2013). Tax Riview dan Strategi Pajak (edisi 2). Jakarta: Indeks

Sulistiawan, D., Januarsi, Y., & Alvia, L. (2011). Creative Accounting : Mengungkap
Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

~ 20 ~

Anda mungkin juga menyukai