Anda di halaman 1dari 21

“PROSES AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS”

Tugas ini diajukan untuk memenuhi syarat Mata Kuliah Auditing II

Dosen Pembina:
R. Wedi Rusmawan K, DR., S.E., M.Si., Ak, C.A.

Disusun oleh :
(12) Moch Dion Nurpratama (0116101284)
(13) Iqbal deandre ramadhan (0116101285)
(15) Fauza Intan Rubia (0116101288)
(16) Tri apriyanty (0116101289)
(19) Silvia Gyna (0116101293)
(32) Tsamara Lindhasilvira H (0115101310)

Kelas : G

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penjualan merupakan salah satu aspek yang penting dalam sebuah
perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang kurang baik akan merugikan
perusahaan karena dapat berimbas pada perolehan laba, dan pada akhirnya dapat
mengurangi pendapatan. Setiap perusahaan memiliki sistem berbeda dalam
melakukan usahanya. Secara umum perusahaan harus memiliki sistem yang tepat
dalam semua aspek yang dijalankannya. Sistem yang baik ini merupakan salah
satu kunci dalam pengendalian (Herdianti, 2012).

Konsumsi masyarakat yang tinggi mendorong perusahaan untuk selalu


melakukan perbaikan pada biaya produksi dan penjualan. Kualitas produksi dan
strategi penjualan yang baik dapat mendorong peningkatan penjualan yang
berguna untuk menguasai pangsa pasar dan meraih keuntungan yang optimal.
Keuntungan yang optimal merupakan salah satu tujuan utama perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya. Tujuan ini akan digunakan sebagai ukuran penilaian
keberhasilan atau kegagalan yang telah dilaksanakan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perusahaan mengandalkan kegiatannya dalam bentuk penjualan.
Penjualan dapat dilakukan baik secara tunai maupun kredit. Perusahaan yang
kurang dapat mengembangkan usahanya lambat laun akan tergeser oleh
perusahaan pesaing (Fajar, 2012).

Di dalam dunia usaha, terdapat beberapa strategi yang digunakan oleh


penjual untuk meningkatkan volume penjualan maupun kesetiaan pelanggan. 2
Diantara sekian banyak strategi, pemberian piutang dagang (penjualan secara
kredit) merupakan salah satu strategi penjualan yang banyak diminati oleh para
pengusaha. Selain karena cukup praktis, tingkat pertambahan ekonomi yang
kurang merata di negara ini juga menjadi salah satu mengapa sistem penjualan

1
secara kredit cepat berkembang dan mendapatkan respon yang baik dari
kalangan masyarakat. Penjualan dari suatu produk yang dihasilkan oleh
perusahaan merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan perusahaan.
Kondisi ini memotivasi perusahaan dalam pelaksanaan sistem penjualan kredit
yang baik dalam usaha meningkatkan pendapatan. Penjualan kredit atas suatu
produk merupakan salah satu sumber penerimaan kas bagi perusahaan,
khususnya pelunasan piutang (Fajar, 2012).

Pada saat ini perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba,


penjualan merupakan salah satu kegiatan utama untuk mencapai tujuan tersebut.
Penjualan adalah tulang punggung perusahaan dagang dalam mengembangkan
usaha dalam rangka memperoleh lebih banyak keuntungan. Penjualan dianggap
sebagai ujung tombak dalam memasarkan produk kepada konsumen. Penerapan
sistem informasi akuntansi bermanfaat untuk mempercepat proses pengolahan
data transaksi, teknologi sistem informasi akuntansi pun lebih menjamin
keamanan data dan data yang dihasilkan pun dapat lebih akurat. Sistem
informasi akuntansi dapat menunjang kemajuan usaha bisnis apabila dikelola
dengan baik dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (Azis, 2011)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan dari siklus penjualan dan penagihan?

2. Apa saja akun akun dalam siklus penjualan dan penagihan?

3. Apa Fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan?

4. Bagaimana fraud dalam siklus penjualan dan penagihan?

5. Bagaimana pengendalian internal dalam siklus penjualan dan


penagihan?

6. Apa saja prosedur audit untuk siklus penjualan dan penagihan?

2
7. Apa yang dimaksud dengan direction of tests dan external
confirmation?

8. Bagaimana prosedur konfirmasi eksternal?

9. Apa saja hasii-hasil prosedur konfirmasi eksternal?

10. Apa yang dimaksud negative confirmations ?

1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui tujuan dari siklus penjualan dan penagihan

2. Untuk memahami akun akun dalam siklus penjualan dan penagihan

3. Untuk mengetahui Fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan

4. Untuk mengetahui fraud dalam siklus penjualan dan penagihan

5. Untuk memahami pengendalian internal dalam siklus penjualan dan


penagihan

6. Untuk mengetahui prosedur audit untuk siklus penjualan dan penagihan

7. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan direction of tests dan


external confirmation

8. Untuk memahamiBagaimana prosedur konfirmasi eksternal

9. Untuk mengetahui hasil-hasil prosedur konfirmasi eksternal

10. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud negative confirmations

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN

Tujuan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi saldo
akun yang dipengaruhi oleh siklus yang disajikan secara wajar sesuai SAK.
Terdapat perbedaan sifat dan arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan
perusahaan asuransi namun dari konsep kunci / aturan dasarnya tetap sama.

Lima kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan :

1. Penjualan, baik penjualan tunai (cash sales) maupun kredit (sales on


account)
2. Penerimaan Kas (cash recipts)
3. Retur Penjualan (sales returns) dan potongan (allowances)
4. Penghapusan piutang tak tertagih (write-off of uncollectible accounts)
5. Taksiran biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expense)

Akun-akun dalam siklus ini yaitu:

1) Penjualan
2) Piutang dagang
3) Penyisihan piutang tak tertagih (allowance for uncollectible accounts)
4) Potongan tunai (cash discount)
5) Retur penjualan dan potongan (sales returns and allowances)
6) Biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expense)

Seperti dijelaskan berikutnya, pengendalian internal dalam siklus ini


memainkan peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, auditor harus
4
memahami fungsi-fungsi bisnis (business functions) dalam siklus ini. Tabel
dibawah ini menyandingkan jenis transaksi, akun, dan fungsi bisnis. Pembaca
dapat memikirkan dokumen dan catatan untuk setiap fungsi bisnis.

Kelompok Transaksi Akun Fungsi Bisnis serta Dokumen dan


Catatan terkait Siklus Penjulan dan Penagihan
Jenis Transaksi Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Penjualan Penjualan  Pemrosesan pesanan  Permintaan pelanggan
Piutang Dagang pelanggan  Pesanan penjualan
 Pemberian kredit  Pesanan pelanggan atau pesanan
 Pengiriman barang penjualan
 Pembebanan ke  Dokumen pengiriman
pelanggan dan  Faktur penjualan
mencatat penjualan  Arsip transaksi penjualan
 Jurnal dan daftar penjualan
 Jurnal atau daftar penjulaan
 Arsip utama piutang dagang
 Neraca saldo piutang dagang
 Laporan penagihan bulanan
Penerimaan Kas Kas dibank ( debit dari Pemrosesan dan  Slip pembayaran
penerimaan kas ) Pencatatan penerimaan  Daftar awal penerimaan kas
Piutang dagang kas  Arsip Transaksi penerimaan kas
 Jurnal atau daftar penerimaan
kas
Return penjualan Return penjualan Pemrosesan dan  Memo kredit
dan pengurangan Piutang dagang pencatatan return penjulan  Jurnal return penjualan dan
harga dan pengurangan harga pengurangan harga
Penghapusan Piutang dagang Penghapusan piutang tak  Formulir otorisasi piutang
piutang tak tertagih Penyisihan piutang tak tertagih tak tertagih
tertagih
Biaya piutang ragu- Biaya piutang ragu-ragu Penyisihan piutang tak  Jurnal Umum
ragu Penyisihan piutang tak tertagih

5
tertagih

Siklus Penjualan dan penagihan terjadi ketika dimulai dengan sebuah permintaan
pelanggan dan berakhir dengan konversi bahan baku atau jasa kedalam akun piutang
dagang dan selanjutnya kedalam kas.

Terdapat delapan fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan :

1. Pemrosesan pesanan pelanggan


Menurut hukum permintaan pesanan pelanggan merupakan
penawaran untuk membeli barang dalam kondisi tertentu yang disepakati.
Penerimaan pesanan pelanggan sering kali mengakibatkan terciptanya
pesanan penjualan dengan segera. Permintaan pelanggan terhadap barang
mengawali seluruh siklus. Umumnya, merupakan sebuah penawaran
untuk membeli barang dengan aturan tertentu. Diterimanya pesanan
pelanggan seringkali langsung menimbulkan pesanan penjualan.
Dokumen dan catatan yang dibuat adalah pesanan pelanggan dan pesanan
penjualan.

2. Pemberian Kredit
Praktek yang lemah dalam persetujuan kredit seringkali
menimbulkan piutang ragu-ragu berlebih dan piutang yang mungkin tidak
tertagih. Dalam beberapa perusahaan secara otomatis, komputer
mengijinkan proses penjualan berlanjut hanya ketika total pesanan
penjualan yang diterima ditambah saldo pelanggan adalah kurang dari
batas kredit dalam master file.

3. Pengiriman Barang.
Fungsi ini merupakan titik pertama dalam siklus penyerahan aset.
Dokumen pengiriman barang disiapkan pada saat pengiriman yang

6
dilakukan secara otomatis oleh komputer didasarkan pada informasi
pesanan penjualan. Dokumen ini merupakan beberapa salinan dari
dokumen pengiriman barang serta dapat digunakan untuk melakukan
penagihan yang tepat kepada para pelanggan.

4. Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan


Penagihan harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu dengan
aspek berikut yang merupakan hal terpenting dalam penagihan
o Semua pengiriman yang dilakukan telah ditagih (kelengkapan)
o Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari sekali (keterjadian)
o Masing-masing ditagih dalam jumlah yang tepat (akurat)
Didalam sistem penagihan pelanggan merupakan salinan beberpa faktur
penjualan secara simultan memutakhiran arsip transaksi, arsip utama akun
piutang dagang, dan arsip utama jurnal umum dalam akun penjualan dan
piutang dagang. Dokumen-dokumen dalam penagihan pelanggan dan
pencatatan penjualan:
 Faktur penjualan merupakan dokumen yang mendeskripsikan
kuantitas baranng yang dijual, harga, biaya pengiriaman,
asuransi dan data terkait.
 Arsip transaksi penjualan merupakan arsip yang dihasilakan
oleh komputer yang memasukan semua transaksi yang
diproses dalam sistem akuntasi Jurnal atau daftar penjualan
merupakan sebuah daftar atau laporan yang dihasilkan dari
arsip transaksi penjualan yang mencakup nama pelanggan,
tanggal, dan klasifikasi akun atau transaksi.
 Arsip utama akun piutang dagang merupakan arsip komputer
yang digunakan untuk mencatat penjualan, penerimaan kas
serta return penjualan dan pengurangan harga dan mencatat
saldo akun piutang dagang.
7
 Neraca saldo akun piutang merupakan daftar atau laporan
yang menunjukan jumlah terutang dari pelanggan setuap
waktu.
 Laporan penagihan bulanan merupakan dokumen yang
dikirimkan kepada pelanggan yang berisi informasi saldo
piutang.

5. Memproses dan mencatat penerimaan Kas


Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas termasuk penerimaan,
penyetoran, dan pencatatan kas. Dokumen-dokumen pendukung dalam
kegiatan ini antara lain :
o Slip pembayaran merupakan dokumen yang dikirimakan ke
pelanggan kemudian dikembalikan beserta pembayaranya.
o Daftar awal penerimaan kas merupakan daftar yang disusun ketika
kas diterima / dibayarkan dan dicatat dalam aku penjualan, piutang
dagang atau kas yang tidak terkait pada catatan akuntansi.
o Arsip transaksi penerimaan kas merupakan arsip dari komputer yang
mencakup semua transaksi penerimaan kas yang diproses oleh sistem
akuntansi pada periode tertentu.
o Jurnal atau daftar penerimaan kas merupakan daftar laporan yang
dihasilkan dari arsip transaksi penerimaan kas yang mencakup
transaksi pada waktu tertentu.

6. Pemrosesan dan pencatatan return penjualan dan pengurangan Harga


Perusahaan menyusun laporan penerimaan untuk barang-barang
yang dikembalikan dan mengemmbalikannya kegudang penyimpanan.
Return penjulan dan pengurangan harga dicatat dalam arsip transaksi
return penjulan dan pengurangan harga serta yang ada dalam arsip utama
piutang dagang. Dokumen yang digunakan dalam proses ini :
8
 memo kredit
 Jurnal retur penjualan dan pengurangan harga

7. Menghapus piutang tak tertagih


Setelah menyimpulkan bahwa suatu jumlah tidak dapat ditagih
maka perusahaan harus menghapuskannya dan penghapusan itu dapat
ditandai dalam formulir otorisasi piutang tak tertagih.

8. Beban piutang tak tertagih


Prinsip akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat beban piutang tak
tertagih sejumlah nilai tagihan yang diperkirakan tidak dapat ditagih.

2.2 FRAUD DALAM SIKLUS INI

Siklus penjualan dan penagihan sarat dengan fraud, khususnya untuk


perusahaan yang menjual saham, obligasi, dan surat berharga lainnya di pasar
modal. Howard M. Schllit dah Jeremy Perler mendokumentasikan fraud (mereka
menyebutnya shenanigans) di pasar modal Amerika Serikat dalam buku
Financial Shenanigans. Dua jenis fraud di pasar modal mereka namakan
Earnings Manipulation (manipulasi laba) dan Cash Flow Shenanigans
(manipulasi berkenaan dengan arus kas). Siklus ini juga sarat dengan manipulasi,
ketika laporan keuangan digunakan untuk memenuhi syarat perkreditan bank
atau lembaga keuangan lain. Terutama, jika bank mensyaratkan perusahaan
penerima kredit untuk memelihara rasio-rasio tertentu (seperti gross margin atau
persentase laba kotor terhadap pendapatan).

9
2.3 Pengendalian Internal

Siklus yang rentan terhadap fraud membuat pengendalian internal sebagai


penangkal utama. Bahkan, penangkal fraud satu-satunya. Pilihannya sederhana
Rely on Internal Control or Resign from the Audit, itulah judul sketsa audit
(audit vignette) mengenai City Finance (disingkat CF). Pengendalian internal
menjadi penentu karena CF adalah emiten di pasar modal Amerika Serikat. CF
adalah klien terbesar salah satu Big Four yang dilayani oleh kantor di Pittsburgh.

Cf adalah Konglomerat di bidang keuangan dengan hampir 1.000 kantor


di Amerika Serikat dan Kanada. Accounting CF terdiri atas lebih dari satu juta
piutang dagang dan memproses jutaan transaksi penjualan dan transaksi lainnya
per tahun. Pusat komputer CF terletak dalam suatu ruangan besar yang dengan
lingkungan tekendali (environmentally controlled room) berisi bebenapa
mainframe computer besar dan banyak peralatan pendukung (ancillary
equipment). Ada dua online systems lengkap, Satu sebagai pendukung (back-up)
untuk yang lainnya, Karena kegagalan sistem akan menghalangi beroperasinya
seluruh sistem di cabang-cabang. CF mempunyai sistem checks and balance
yang canggih dimana catatan accounting di semua cabang direkonsiliasi ke data
processsing controls secara harian, yang kemudian direkonsiliasi dengan
rekening bank eksternal secara bulanan. Segera proses rekonsiliasi menemukan
indikasi kondisi out-ofbalance (ketidakseimbangan) yang signifikan, prosedur
untuk mencari pemecahan masalah berfungsi secara otomatis.

Pertanyaan baku dalam berencanaan audit: "Berapa banyak kita


bergantung pada pengendalian internal?" Dalam kasus CF jawabannya hanya ada
satu: "sebanyak mungkin". Tentu saja ini kasus istimewa, CF adalah emiten di
pasar modal dengan aturan ketat tentang pengendalian internal (Sarbanes-Oxley

10
Act section 404) dan konglomerat di bidang keuangan. Ini tidak berarti
perusahaan dalam industri biasa, emiten atau bukan emiten di pasar modal
Indonesia, dapat mengabaikan pengendalian internal.

2.4 Prosedur Audit untuk Siklus Ini


Sketsa audit CF menunjukkan pentingnya memahami risiko pengendalian
(control risk) dalam siklus penjualan dan penagihan piutang. Dalam ISA, ini
adalah prosedur audit tahap pertama, yakni prosedur penilaian risiko.
Dalam tahap pertama, Auditor perlu mengetahui:
 Siapa yang bertanggung jawab untuk masing-masing fungsi bisnis dalam
setiap jenis transaksi dalam siklus ini?
 Pada masing-masing fungsi bisnis untuk setiap jenis transaksi, hal apa
yang rentan terhadap error dan fraud?
 Apa penangkalnya dalam sistem pengendalian internal?
 Apakah ada potensi dan indikasi fraud maupun kasus nyata tentang fraud
dalam periode berjalan? Untuk periode yang lalu, terutama jika ini audit
pertama untuk KAP tersebut.
 Apakah fraud (baik potensi, indikasi, maupun kasus nyata) berkaitan
dengan industri ini? Dengan tren perekonomian? Dengan teknologi
informasi dan pengolahan data?
 Jika perusahaan ini adalah emiten pasar modal, auditor dapat
menggunakan Financial Shenanigans sepagai rujukan atau rangkuman
Financial Shenanigans sebagai daftar uji (check lists).
Pemahaman auditor itu dapat diperoleh dengan wawancara/inquiry, uji
pengendalian (tests of controls) dan uji substantif atas transaksi
(substantive tests nf transactions).
o Wawancara dapat digunakan untuk mendapatkan Jawaban sementara atas
pertanyaan diatas.

11
o Uji pengendalian dapat mengungkapkan kelemahan pengendalian
internal. Contoh pemberian kredit yang tidak melalui proses persetujuan
kredit, atau penjualan kredit tanpa persetujuan pejabar perusahaan yang
bertanggung jawab untuk itu.
o Uji substantif atas transaksi dapat mengungkapkan salah saji, misalnya
karena perbedaan dalam kuantitas barang atau harga per unit, yang tertera
dalam nota penjualan dibandingkan bukti pengiriman.
Pada akhir audit tahap pertama, auditor mempunyai sejumlah temuan
berupa error dan fraud (baik yang masih potensi, indikasi maupun kasus nyata).
Auditor membahas temuan-temuan ini dengan pejabat perusahaan yang
bertanggung jawab untuk memastikan temuan tersebut benar adanya, sebelum
didokumentasikan dalam surat untuk manajemen dan TCWG.
Audit atas siklus penjualan dan penagihan memasuki tahap kedua, yakni
tahap menanggapi risiko salah saji yang material. Jika tomuan-temuan dalam
tahap pertama tidak serius, misalnya berupa error yang tidak material, auditor
dapat menerapkan prosedur-prosedur analitikal.

Sebaliknya, jika temuan-temuan dalam tahap pertama merupakan indikasi


fraud (apalagi, fraud yang sebenarnya), auditor harus secara serius
mempertimbangkan Audit Plus atau mengundurkan diri dari penugasan. Prosedur
audit dalam audit tahap pertama dan prosedur audit selanjutnya dalam audit
tahap kedua, dilaksanakan pada tingkat asersi (assertion level).
Temuan-temuan dan bukti-bukti audit dari tahap pertama dan kedua,
disimpulkan oleh auditor, dengan fokus pada dampaknya terhadap laporan
keuangan. Kesimpulan ini menjadi dasar bagi auditor untuk merumuskan opini
auditnya.

12
2.5 Direction of Tests
Contoh, apakah auditor harus memeriksa dari dokumen dasar ke buku
harian (tracing), atau sebaliknya, dari buku harian ke dokumen dasar (vouching)?
Pertanyaan ini berkenaan dengan arah pengujian atau direction of tests.
Jawabannya tergantung pada apa yang ingin dicapai, atau asersi apa yang akan
diuji.
Misalnya dalam menguji sales journal [buku harian penjualan) dan
dokumen pendukungnya (seperti bukti pesanan penjualan, invoice penjualan,
bukti pengiriman, dan seterusnya). Jika auditor menelusuri jalannya dokumen
pendukung ke buku penjualan, ia melakukan tracing, yang ingin dipastikannya
ialah semua transaksi dicatat secara lengkap; ia memeriksa asersi completeness.
Jika ada keganjilan, maka keganjilan ini berupa dokumen pendukung yang tidak
atau belum dicatat ke buku penjualan. Oleh karena itu, selain asersi
completeness, penelucuran atau tracing ini juga menguji asersi accuracy.
Jika auditor memeriksa mundur, dari buku penjualan ke dokumen
pendukung, ia melakukan vouching. Ia ingin memastikan bahwa semua yang
dicatat sebagai penjualan, memang terjadi, ada buktinya. Dengan vouching ia
memeriksa asersi existence/occurence (bahwa penjualan tidak fiktif) dan juga
menguji asersi accuracy.

2.6 External Connrmation


Permintaan konfirmasi dari pihak ketiga merupakan prosedur
pengumpulan bukti audit yang diatur dalam ISA, secara umum dalam lSA 500
(Audit Evidence) dan khususnya dalam ISA 505 (External Confirmation). ISA
500 dibahas dalam bab khusus mengenai Bukti Audit.

ISA 505 alinea 3 mengutip ISA 240 sebagai berikut (garis bawah dari Penulis).

13
ISA 240 indicates that the auditor may design confirmation requests to
obtain additional corroborative information as a response to address the
assessed risks of material misstatement due to fraud at the assertion level.

Terjemahan:
ISA 240 menyatakan bahwa auditor boleh (tidak wajib) merancang
permintaan konfirmasi untuk memperoleh tambahan informasi yang
memperkuat informasi lain (yang sudah diperoleh] sebagai tanggapan
terhadap risiko salah saji material yang dinilai, yang disebabkan oleh fraud
pada tingkat asersi.

Dalam standar lama yang diadopsi dari GAAS (generally accepted


auditing standards). Permintaan konfirmasi adalah sesuatu yang wajib dilakukan
auditor pasca kasus McKesson & Robbins yang disusul dengan standar yang
ditetapkan U.S. SEC.3 ISA mengaitkan prosedur permintaan konfirmasi dengan
risiko salah saji material yang dinilai, yang disebabkan oleh fraud.

ISA 505 memberikan beberapa definisi sebagai berikut.


1) Positive confirmation request (permohonan konfirmasi positif)
Suatu permohonan yang akan dijawab secara langsung oleh pihak yang
dimintakan konfirmasinya (confirming party) kepada auditor dengan
menyatakan apakah ia setuju atau tidak setuju dengan informasi dalam
permohonan tersebut, atau dengan memberikan informasi yang diminta.

2) Negative confirmation request (permohonan konfirmasi negatif)


Suatu permohonan yang akan dijawab secara langsung oleh confirming
party kepada auditor hanya jika confirming party tidak setuju dengan
informasi dalam permohonan tersebut.

14
3) Non-response (tidak ada jawaban konfirmasi)
Kegagalan confirming party untuk menjawab atau menjawab secara
penuh, terhadap permohonan konfirmasi positif, atau permohonan
konfirmasi positif itu dikembalikan karena alamat tidak dikenal.

4) Exception (pengecualian)
Jawaban konfirmasi yang diberikan confirming party berbeda dari
informasi yang dimintakan konfirmasinya, atau informasi menurut catetan
intetas.

ISA 505 mengatur kewajiban auditor berkenaan dengan hal-hal berikut ini:

1. Prosedur konfirmasi eksternal


2. Penolakan oleh manajemen terhadap permintaan auditor untuk
mengirimkan permohonan konfirmasi.
3. Hasil-hasil prosedur konfirmasi eksternal:
a) keandalan jawaban konfirmasi;
b) auditor tidak mendapat jawaban konfirmasi;
c) jika jawaban atas permohonan konfirmasi positif diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat;
4. Jawaban konfirmasi yang berbeda (exceptions).
Kewajiban-kewajiban auditor ini dibahas di bawah.

2.7 Prosedur Konfirmasi Eksternal


Ketika menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib
mengendalikan seluruh proses konfirmasi, termasuk:
a) Penentuan informasi yang dimintakan konfirmasinya;

15
b) Pemilihan pihak yang tepat (appropriate confirming party) untuk
dimintakan konfirmasinya;
c) Merancang surat permintaan konfirmasi, termasuk alamat yang benar
dan berisi infomasi kepada siapa (nama auditor/KAP) dan di mana
(alamat KAP) jawaban konfirmasi secara langsung harus diberikan; dan
d) pengiriman permintaan konfirmasi, termasuk tindak-lanjutnya, apabila
perlu, kepada confirming party.
Penolakan manajemen terhadap permintaan auditor mengirimkan permohonan
konfirmasi.
1) Jika manajemen menolak auditor mengirimkan permintaan konfirmasi.
auditor wajib:
a. Menanyakan alasan penolakan manajemen, dan mencari bukti
audit mengenai validitas dan kelayakan alasan penolakan tersebut;
b. evaluasi implikasi atau dampak penolakan manajemen terhadap
penilaian auditor atas risiko salah saji material, termasuk risiko
fraud, dan dampak terhadap sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya
prosedur audit lain; dan
c. laksanakan prosedur audit alternatif yang dirancang untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal
2) Jika auditor menyimpulkan penolakan manajemen tidak beralasan, atau
auditor tidak dapat memperoleh buku audit yang relevan dan andal dari
prosedur audit alternatif, auditor wajib mengomunikasikannya dengan
TCWG (Those Charged With Governance) sesuai ISA 260.12. Auditor
juga wajib menentukan dampaknya terhadap audit dan opini auditor sesuai
dengan ISA 705.13.

16
2.8 HasiI-Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal
1) Jika auditor menemukan hai-hal yang menimbulkan keraguan mengenai
keandalan jawaban konfirmasi, auditor wajib memperoleh bukti audit lain
untuk menyelesaikan keraguan ini.
2) Jika auditor menentukan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal, auditor wajib
mengevaluasi dampaknya dampak penolakan manajemen terhadap penilaian
auditor atas risiko salah saji material; termasuk risiko fraud, dan dampak
terhadap sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit lain.
3) Dalam hal non-response, untuk setiap non-response, auditor wajib
melaksanakan prosedur audit alternatif yang dirancang untuk memperoleh
bukti audit yang relevan dan andal.
4) Jika auditor menentukan bahwa jawaban konfirmasi diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, prosedur audit alternatif tidak
dapat memberikan bukti audit yang diharuskan auditor. Jika auditor tidak
memperoleh jawaban konfirmasi, auditor wajib menentukan dampaknya
terhadap audit dan opini auditor sesuai lSA 705.
5) Auditor wajib menginvestigasi exceptions untuk menentukan apakah
exceptions itu merupakan indikasi dari salah saji.

2.9 Negative Confirmations


Negative confirmations memberikan bukti audit yang kurang meyakinkan
(less persuasive) dibandingkan dengan bukti audit dari positive confirmations.
Karena itu, auditor diwajibkan tidak menggunakan (shall not use) negative
confirmation requests sebagai satu-satunya prosedur audit substantif untuk
menanggapi risiko salah saji material yang dinilai, pada tingkat asersi, kecuali
semua butir berikut ada:

17
a) Auditor menilai risiko salah saji material, rendah dan telah memperoleh
bukti audityang cukup dan tepat mengenai efektifnya pengendalian yang
relevan dengan asersi yang diuji;
b) Populasi berisi items banyak, dengan jumlah yang kecil dan saldo akun,
transaksi, atau kondisi yang homogen:
c) Diperkirakan akan terjadi exception rate yang sangat rendah; dan
d) Auditor tidak mempunyai alasan adanya situasi atau kondisi yang
menyebabkan penerima negative confirmation requests untuk
mengabaikan permohonan konfirmasi tersebut.

18
BAB III

KESIMPULAN

Tujuan dalam siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi saldo akun
yang dipengaruhi oleh siklus yang disajikan secara wajar sesuai SAK. Terdapat
perbedaan sifat dan arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan perusahaan
asuransi namun dari konsep kunci / aturan dasarnya tetap sama.

Ada lima kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan: yaitu
Penjualan, baik penjualan tunai (cash sales) maupun kredit (sales on account),
Penerimaan Kas (cash recipts), Retur Penjualan (sales returns) dan potongan
(allowances), Penghapusan piutang tak tertagih (write-off of uncollectible accounts),
dan Taksiran biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expense)

Sedangkan akun-akun dalam siklus ini yaitu: Penjualan, Piutang dagang,


Penyisihan piutang tak tertagih (allowance for uncollectible accounts), Potongan
tunai (cash discount), Retur penjualan dan potongan (sales returns and allowances),
dan Biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expense).

Pengendalian internal dalam siklus ini memainkan peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, auditor harus memahami fungsi-fungsi bisnis (business functions)
dalam siklus ini

19
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, T. M. (2015). Audit Temporer. Jakarta: Salemba empat.

20

Anda mungkin juga menyukai