Dosen Pembina:
R. Wedi Rusmawan K, DR., S.E., M.Si., Ak, C.A.
Disusun oleh :
(12) Moch Dion Nurpratama (0116101284)
(13) Iqbal deandre ramadhan (0116101285)
(15) Fauza Intan Rubia (0116101288)
(16) Tri apriyanty (0116101289)
(19) Silvia Gyna (0116101293)
(32) Tsamara Lindhasilvira H (0115101310)
Kelas : G
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penjualan merupakan salah satu aspek yang penting dalam sebuah
perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang kurang baik akan merugikan
perusahaan karena dapat berimbas pada perolehan laba, dan pada akhirnya dapat
mengurangi pendapatan. Setiap perusahaan memiliki sistem berbeda dalam
melakukan usahanya. Secara umum perusahaan harus memiliki sistem yang tepat
dalam semua aspek yang dijalankannya. Sistem yang baik ini merupakan salah
satu kunci dalam pengendalian (Herdianti, 2012).
1
secara kredit cepat berkembang dan mendapatkan respon yang baik dari
kalangan masyarakat. Penjualan dari suatu produk yang dihasilkan oleh
perusahaan merupakan salah satu faktor penentu dalam kegiatan perusahaan.
Kondisi ini memotivasi perusahaan dalam pelaksanaan sistem penjualan kredit
yang baik dalam usaha meningkatkan pendapatan. Penjualan kredit atas suatu
produk merupakan salah satu sumber penerimaan kas bagi perusahaan,
khususnya pelunasan piutang (Fajar, 2012).
2
7. Apa yang dimaksud dengan direction of tests dan external
confirmation?
1.3 Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dalam audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi saldo
akun yang dipengaruhi oleh siklus yang disajikan secara wajar sesuai SAK.
Terdapat perbedaan sifat dan arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan
perusahaan asuransi namun dari konsep kunci / aturan dasarnya tetap sama.
1) Penjualan
2) Piutang dagang
3) Penyisihan piutang tak tertagih (allowance for uncollectible accounts)
4) Potongan tunai (cash discount)
5) Retur penjualan dan potongan (sales returns and allowances)
6) Biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expense)
5
tertagih
Siklus Penjualan dan penagihan terjadi ketika dimulai dengan sebuah permintaan
pelanggan dan berakhir dengan konversi bahan baku atau jasa kedalam akun piutang
dagang dan selanjutnya kedalam kas.
2. Pemberian Kredit
Praktek yang lemah dalam persetujuan kredit seringkali
menimbulkan piutang ragu-ragu berlebih dan piutang yang mungkin tidak
tertagih. Dalam beberapa perusahaan secara otomatis, komputer
mengijinkan proses penjualan berlanjut hanya ketika total pesanan
penjualan yang diterima ditambah saldo pelanggan adalah kurang dari
batas kredit dalam master file.
3. Pengiriman Barang.
Fungsi ini merupakan titik pertama dalam siklus penyerahan aset.
Dokumen pengiriman barang disiapkan pada saat pengiriman yang
6
dilakukan secara otomatis oleh komputer didasarkan pada informasi
pesanan penjualan. Dokumen ini merupakan beberapa salinan dari
dokumen pengiriman barang serta dapat digunakan untuk melakukan
penagihan yang tepat kepada para pelanggan.
9
2.3 Pengendalian Internal
10
Act section 404) dan konglomerat di bidang keuangan. Ini tidak berarti
perusahaan dalam industri biasa, emiten atau bukan emiten di pasar modal
Indonesia, dapat mengabaikan pengendalian internal.
11
o Uji pengendalian dapat mengungkapkan kelemahan pengendalian
internal. Contoh pemberian kredit yang tidak melalui proses persetujuan
kredit, atau penjualan kredit tanpa persetujuan pejabar perusahaan yang
bertanggung jawab untuk itu.
o Uji substantif atas transaksi dapat mengungkapkan salah saji, misalnya
karena perbedaan dalam kuantitas barang atau harga per unit, yang tertera
dalam nota penjualan dibandingkan bukti pengiriman.
Pada akhir audit tahap pertama, auditor mempunyai sejumlah temuan
berupa error dan fraud (baik yang masih potensi, indikasi maupun kasus nyata).
Auditor membahas temuan-temuan ini dengan pejabat perusahaan yang
bertanggung jawab untuk memastikan temuan tersebut benar adanya, sebelum
didokumentasikan dalam surat untuk manajemen dan TCWG.
Audit atas siklus penjualan dan penagihan memasuki tahap kedua, yakni
tahap menanggapi risiko salah saji yang material. Jika tomuan-temuan dalam
tahap pertama tidak serius, misalnya berupa error yang tidak material, auditor
dapat menerapkan prosedur-prosedur analitikal.
12
2.5 Direction of Tests
Contoh, apakah auditor harus memeriksa dari dokumen dasar ke buku
harian (tracing), atau sebaliknya, dari buku harian ke dokumen dasar (vouching)?
Pertanyaan ini berkenaan dengan arah pengujian atau direction of tests.
Jawabannya tergantung pada apa yang ingin dicapai, atau asersi apa yang akan
diuji.
Misalnya dalam menguji sales journal [buku harian penjualan) dan
dokumen pendukungnya (seperti bukti pesanan penjualan, invoice penjualan,
bukti pengiriman, dan seterusnya). Jika auditor menelusuri jalannya dokumen
pendukung ke buku penjualan, ia melakukan tracing, yang ingin dipastikannya
ialah semua transaksi dicatat secara lengkap; ia memeriksa asersi completeness.
Jika ada keganjilan, maka keganjilan ini berupa dokumen pendukung yang tidak
atau belum dicatat ke buku penjualan. Oleh karena itu, selain asersi
completeness, penelucuran atau tracing ini juga menguji asersi accuracy.
Jika auditor memeriksa mundur, dari buku penjualan ke dokumen
pendukung, ia melakukan vouching. Ia ingin memastikan bahwa semua yang
dicatat sebagai penjualan, memang terjadi, ada buktinya. Dengan vouching ia
memeriksa asersi existence/occurence (bahwa penjualan tidak fiktif) dan juga
menguji asersi accuracy.
ISA 505 alinea 3 mengutip ISA 240 sebagai berikut (garis bawah dari Penulis).
13
ISA 240 indicates that the auditor may design confirmation requests to
obtain additional corroborative information as a response to address the
assessed risks of material misstatement due to fraud at the assertion level.
Terjemahan:
ISA 240 menyatakan bahwa auditor boleh (tidak wajib) merancang
permintaan konfirmasi untuk memperoleh tambahan informasi yang
memperkuat informasi lain (yang sudah diperoleh] sebagai tanggapan
terhadap risiko salah saji material yang dinilai, yang disebabkan oleh fraud
pada tingkat asersi.
14
3) Non-response (tidak ada jawaban konfirmasi)
Kegagalan confirming party untuk menjawab atau menjawab secara
penuh, terhadap permohonan konfirmasi positif, atau permohonan
konfirmasi positif itu dikembalikan karena alamat tidak dikenal.
4) Exception (pengecualian)
Jawaban konfirmasi yang diberikan confirming party berbeda dari
informasi yang dimintakan konfirmasinya, atau informasi menurut catetan
intetas.
ISA 505 mengatur kewajiban auditor berkenaan dengan hal-hal berikut ini:
15
b) Pemilihan pihak yang tepat (appropriate confirming party) untuk
dimintakan konfirmasinya;
c) Merancang surat permintaan konfirmasi, termasuk alamat yang benar
dan berisi infomasi kepada siapa (nama auditor/KAP) dan di mana
(alamat KAP) jawaban konfirmasi secara langsung harus diberikan; dan
d) pengiriman permintaan konfirmasi, termasuk tindak-lanjutnya, apabila
perlu, kepada confirming party.
Penolakan manajemen terhadap permintaan auditor mengirimkan permohonan
konfirmasi.
1) Jika manajemen menolak auditor mengirimkan permintaan konfirmasi.
auditor wajib:
a. Menanyakan alasan penolakan manajemen, dan mencari bukti
audit mengenai validitas dan kelayakan alasan penolakan tersebut;
b. evaluasi implikasi atau dampak penolakan manajemen terhadap
penilaian auditor atas risiko salah saji material, termasuk risiko
fraud, dan dampak terhadap sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya
prosedur audit lain; dan
c. laksanakan prosedur audit alternatif yang dirancang untuk
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal
2) Jika auditor menyimpulkan penolakan manajemen tidak beralasan, atau
auditor tidak dapat memperoleh buku audit yang relevan dan andal dari
prosedur audit alternatif, auditor wajib mengomunikasikannya dengan
TCWG (Those Charged With Governance) sesuai ISA 260.12. Auditor
juga wajib menentukan dampaknya terhadap audit dan opini auditor sesuai
dengan ISA 705.13.
16
2.8 HasiI-Hasil Prosedur Konfirmasi Eksternal
1) Jika auditor menemukan hai-hal yang menimbulkan keraguan mengenai
keandalan jawaban konfirmasi, auditor wajib memperoleh bukti audit lain
untuk menyelesaikan keraguan ini.
2) Jika auditor menentukan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal, auditor wajib
mengevaluasi dampaknya dampak penolakan manajemen terhadap penilaian
auditor atas risiko salah saji material; termasuk risiko fraud, dan dampak
terhadap sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit lain.
3) Dalam hal non-response, untuk setiap non-response, auditor wajib
melaksanakan prosedur audit alternatif yang dirancang untuk memperoleh
bukti audit yang relevan dan andal.
4) Jika auditor menentukan bahwa jawaban konfirmasi diperlukan untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, prosedur audit alternatif tidak
dapat memberikan bukti audit yang diharuskan auditor. Jika auditor tidak
memperoleh jawaban konfirmasi, auditor wajib menentukan dampaknya
terhadap audit dan opini auditor sesuai lSA 705.
5) Auditor wajib menginvestigasi exceptions untuk menentukan apakah
exceptions itu merupakan indikasi dari salah saji.
17
a) Auditor menilai risiko salah saji material, rendah dan telah memperoleh
bukti audityang cukup dan tepat mengenai efektifnya pengendalian yang
relevan dengan asersi yang diuji;
b) Populasi berisi items banyak, dengan jumlah yang kecil dan saldo akun,
transaksi, atau kondisi yang homogen:
c) Diperkirakan akan terjadi exception rate yang sangat rendah; dan
d) Auditor tidak mempunyai alasan adanya situasi atau kondisi yang
menyebabkan penerima negative confirmation requests untuk
mengabaikan permohonan konfirmasi tersebut.
18
BAB III
KESIMPULAN
Tujuan dalam siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi saldo akun
yang dipengaruhi oleh siklus yang disajikan secara wajar sesuai SAK. Terdapat
perbedaan sifat dan arsip akun untuk industri jasa, perusahaan ritel dan perusahaan
asuransi namun dari konsep kunci / aturan dasarnya tetap sama.
Ada lima kelompok transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan: yaitu
Penjualan, baik penjualan tunai (cash sales) maupun kredit (sales on account),
Penerimaan Kas (cash recipts), Retur Penjualan (sales returns) dan potongan
(allowances), Penghapusan piutang tak tertagih (write-off of uncollectible accounts),
dan Taksiran biaya piutang ragu-ragu (estimate of bad debt expense)
Pengendalian internal dalam siklus ini memainkan peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, auditor harus memahami fungsi-fungsi bisnis (business functions)
dalam siklus ini
19
DAFTAR PUSTAKA
20