Costing Accuracy
Karena tingkat biaya overhead unit tidak akurat, produk harus mengkonsumsi aktivitas
non-unit-level dalam proporsi yang sangat berbeda dari unit level.
Dalam lingkungan produk yang beragam, penetapan biaya berdasarkan aktivitas
menjanjikan akurasi yang lebih besar.
Customer Costing
Tidak semua konsumen menerima cost yang sama atas servise charge yang dikeluarkan
perusahaan. Activity Based Costing memungkinkan manager mengidentifikasikan
karakteristik setiap konsumen, mana konsumen yang perlu biaya lebih besar dan mana yang
lebih rendah untuk biaya jasa/ pelayanan.
Memanage cost yang tinggi dan rendah untuk jasa/ pelayanan kepada customer.
Karakteristik tinggi rendah biaya jasa pada konsumen:
Pelayanan dengan Cost Tinggi Pelayanan dengan Cost Rendah
Order sesuai pesanan Order produk yang sudah ada
Jumlah order kecil Jumlah order yang tinggi
Order yang tidak dapat diprediksikan Order bisa diprediksikan
Pengiriman sesuai permintaan Pengiriman secara standart
Perubahan syarat pengiriman Tak ada perubahan syarat pengiriman
Proses manual Proses elektronis
Support pra penjualan yang besar
Sedikit bahkan tanpa support pra jual
(marketing, teknis, dan sumber-
(standart harga dan order)
sumber penjualan)
Support paska jual yang besar (instalasi,
Tanpa biaya paska jual
training, garansi, layanan di lapangan)
Ketergantungan atas perusahaan yang Pengiriman kembali sesuai barang yang
menghandle persediaan ada
Pembayaran yang tidak lancar Pembayaran tepat waktu
2. Activity analysis Analisa aktivitas merupakan inti dari process value analysis. Analisa
aktivitas merupakan suatu proses identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas
yang dilakukan oleh suatu organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4
pertanyaan berikut ini:
a. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?
b. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?
c. Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan oleh
setiap aktivitas?
d. Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan organisasi ?
Dalam analisa aktivitas, aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:
A. Aktivitas Bernilai Tambah (Value-Added Activities)
Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan kegiatan
operasional perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas bernilai tambah adalah
aktivitas yang diperlukan dan sudah dilaksanakan dengan efisien. Biaya untuk
melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut dengan biaya aktivitas bernilai tambah.
Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas bernilai tambah meliputi:
- Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk memuhi
peraturan atau perundangan yang berlaku
- Discretionary activities, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi 3
kriteria berikut yaitu
(1) aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau bentuk
(2) perubahan sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan oleh aktivitas sebelumnya
(3) aktivitas yang memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.
Update Model
Dengan pendekatan Time-Driven ABC, manajer perusahaan dapat dengan mudah
men-update model Time-Driven ABC perusahaannya untuk mencerminkan perubahan
kondisi operasionalnya. Selain itu, manajer juga dapat dengan mudah meng-update tarif cost
driver untuk aktifitasnya. Ada dua hal yang menyebabkan tarif cost driver untuk aktifitas
berubah, yaitu:
1. Perubahanpada harga dari kapasitas yang tersedia mempengaruhi tarif biaya per jam
2. Perubahan pada tarif cost driver merupakan perubahan pada efisiensi aktivitas.
Adapun kunci utama dari Time-Driven ABC adalah:
1. Estimasi kapasitas pada prakteknya dari sumber daya yang terlibat dan biayanya
2. Estimasi unit waktu untuk melaksanakan aktivitas transaksi.
Menurut Kaplan & Anderson (2007), terdapat keuntungan dari aplikasi model TD-ABC:
1. Permodelan lebih mudah dan cepat.
2. Mudah diintegrasikan dengan aplikasi ERP dan CRM.
3. Menggerakkan biaya ke transaksi dengan karakteristik (order, proses, konsumen,
supplier) yang spesifik.
4. Proses capture data ekonomi operasi dapat dilakukan bulanan.
5. Proses efisiensi dan capacity utilization lebih visible.
6. Forecast resources demand, memungkinkan perusahaan menganggarkan resource
capacity dengan dasar prediksi jumla order dan kompleksitas.
7. Mudah untuk diaplikasikan dalam enterprise wide model melalui aplikasi dan program
database.
8. Perbaikan model cepat dan murah.
9. Menyediakan informasi yang jelas untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi akar
masalah.
10. Dapat digunakan pada industri atau perusahaan apapun dengan kompleksitas yang
tinggi.
TARGET COSTING
Menurut Robert S.Kaplan dan A.A. Atkonsin (1998:224), target costing adalah alat
manajemen biaya yang digunakan perencana selama produk dan desain proses untuk
mendorong upaya peningkatan yang bertujuan mengurangi produksi di masa depan produk.
Sedangkan, pengertian target costing menurut Revee (2000:385) adalah target costing
didefinisikan sebagai alat manajemen biaya untuk mengurangi biaya keseluruhan produk
selama seluruh siklus hidupnya dengan bantuan produksi, teknik, R&D, pemasaran dan
departemen akuntansi.
Dapat disimpulkan bahwa
Target Costing adalah metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang difokuskan
pada produk dengan mempertimbangkan proses manufaktur
Metode target costing ini dapat digunakan oleh perancang sebelum produk dan proses
desain dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan usaha pada pengurangan biaya
operasional produk di masa depan
Target costing lebih ke arah customer oriented, semuanya ditentukan oleh konsumen
dari harga, kualitas dan fungsi yang dibutuhkan oleh konsumen
Target costing merupakan perbedaan antara harga jual produk atau jasa yang diperlukan
untuk mencapai pangsa pasar tertentu dengan laba per satuan yang diinginkan
perusahaan. (Hansen dan Mowen, 2009:361).
A. Biaya Hulu
a. Desain
Biaya desain mempengaruhi sebagian besar lainnya yang dikeluarkan selama siklus
produk tersebut. Faktor – faktor penentu keberhasilan pada tahap desain antara lain:
Mempercepat waktu peluncuran ke pasar
Menurunkan biaya layanan/perbaikan yang diharapkan
Mempermudah produksi
Merencanakan dan mendesain proses
Ada empat metode desain yang umum sebagai berikut :
Rekayasa Teknik dimana desainer produk bekerja secara terpisah dari fungsi
Teknik pemasaran dan produksi untuk mengembangkandesain dengan
Dasar rencana dan spesifikasi khusus.
Pembuatan Mode dimana model – model fungsional dikembangkan dan di uji
Prototipe coba oleh para teknisi dan pemakaian yang dipilih untuk percobaan.
Templating Merupakan mtode desain produk yang ada pada saat ini ditambahkan
atau dikurangi agar sesuai dengan spesifikasi produk baru yang
diharapkan.
Rekayasa Merupakan perkembangan penting baru yang merupakan pengganti
Simultan pendekatan rekayasa dasar, sebaliknya rekayasa simultan merupakan
pendekatan yang terintegrasi, dimana proses desain/teknis dilakukan
selama siklus hidup biaya oleh tim –tim lintas fungsi
b. Pengujian
Proses dan materi pengujian yang dipilih biasanya dilakukan dengan menerapkan
dengan teknik-tenik ekperimental secara formal dan sekaligus dijadikan landasan untuk
tahap perencanaan berikutnya yang lebih mendetail, yang nantinya akan diuji. Pada
tahap pelaksanaan masih akan dilakukan pengujian lebih lanjut, sampai dihasilkan
produk yang benar-benar optimal hingga dapat dianggap selesai.
c. Pengembangan Kualitas
Dalam zaman quality assurance, konsep kualitas mengalami perluasan, dari konsep
yang sempit, hanya terbatas pada tahap produksi, ke tahap desain dan koordinasi
dengan departemen jasa
B. Biaya Produksi
Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu
semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk
dijual. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu :
a. Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk selesai dan
pemakaiannya dapat diidentifikasikan secara langsung, atau diikuti jejaknya , atau
merupakan bagian dari produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan
berbagai macam bahan baku yang dipakai di dalam kegiatan pengolahan produk.
b. Biaya Tenaga kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diidentifikasikan atau
diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah
balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja langsung dan jejaknya
manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu.
c. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, contohnya seprti biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik.
Biaya Produksi Langsung
Biaya langsung, berkaitan dengan obyek biaya tertentu dan dapat ditelusuri ke
obyek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya).
Contoh; biaya kaleng atau botol untuk produk teh botol.
Biaya Produksi Tak Langsung
Berkaitan dengan obyek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke obyek
biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya).
Contoh; biaya gaji supervisor
C. Biaya Hilir
a. Biaya Pemasaran
Biaya Pemasaran adalah meliputi semua dalam melaksanakan kegiatan pemasaran atau
kegiatan untuk menjual barang dan jasa perusahaan kepada para pembeli sampai
dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Sesuai dengan fungsi pemasaran, biaya
pemasaran digolongkan menjadi :
1 Biaya untuk menimbulkan pesanan, contohnya seperti biaya promosi dll.
2 Biaya untuk melayani pesanan, diantaranya :
Biaya fungsi penggudangan dan penyimpanan produk selesai
Biaya fungsi pengepakan dan pengiriman
Biaya fungsi pemberian kredit dan penagihan piutang
Biaya fungsi administrasi penjualan.
b. Biaya Promosi
Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan perusahaan ke dalam
promosi untuk meningkatkan penjualan. Biaya Promosi dapat dikategorikan sebagai
biaya langsung apabila terkait langsung dengan suatu produk atau proyek. Tetapi
apabila Biaya Promosi ini bersifat umum untuk seluruh kegiatan perusahaan, ia dapat
dikategorikan sebagai biaya operasi.
c. Biaya Layanan Konsumen
Biaya Layanan konsumen adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan untuk
mengevaluasi, mendapatkan, dan menggunakan produk atau jasa tersebut.
A. Environmental Accounting
Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana organisasi
beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya alam, flora, fauna, manusia dan
interaksinya. Lingkungan di Indonesia sering disebut lingkungan hidup. Menurut
Undang-undang no 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Dampak lingkungan adalah perubahan apa pun pada lingkungan, baik yang merugikan
maupun yang bermanfaat, yang keseluruhannya atau sebagian disebabkan oleh
lingkungan dan organisasiOrganisasi dapat mengurangi dampak lingkungan dengan :
Pencegahan pencemaran menggunakan proses, praktek, teknik, bahan,
produk, jasa atau energi untuk menghindari, mengurangi atau mengendalikan
pembentukan emisi atau buangan pencemar atau limbah apapun
E. Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas
lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi.
Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan
pencegahan degradasi lingkungan (Hansen, 2007).
Biaya lingkungan berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas
penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik
Tujuan perolehan biaya adalah :
• Mengurangi biaya-biaya lingkungan
• Meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kinerja lingkungan dengan
memberi perhatian pada situasi sekarang, masa yang akan datang dan biaya-
biaya manajemen yang potensial
Biaya-biaya lingkungan adalah pemakaian sumber daya disebabkan atau usaha-usaha
untuk:
1. Mencegah atau mengurangi bahan sisa dan polusi
2. Mematuhi regulasi lingkungan dan kebijakan perusahaan,
3. Kegagalan memenuhi regulasi dan kebijakan lingkungan
F. Kategori Biaya Lingkungan
1. Biaya Pencegahan : Biaya pencegahan merupakan investasi yang dibuat dalam
usaha untuk menjamin konfirmasi yang dibutuhkan.
Ex : kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam orientasi anggota tim, pelatihan dan
pengembangan standard perencanaan serta prosedur.
2. Biaya Penilaian : Biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk
mengidentifikasi kesalahan setelah kejadian.
Ex: kegiatan-kegatan seperti pengujian.
3. Biaya Kesalahan Internal : Biaya kesalahan internal merupakan biaya
memperkerjakan kembali dan biaya perbaikan sebelum diserahkan kepada
pelanggan.
Ex : memperbaiki kesalahan yang dideteksi sepanjang pengujian internal.
4. Biaya Kesalahan Eksternal : Biaya kesalahan eksternal merupakan biaya yang
memperkerjakan kembali dan biaya perbaikan setelah diserahkan kepada
pelanggan. Satu contoh akan memperkerjakan dan memperaiki hasil dari pengujian
yang diterima.
Pada saat ini anggaran tradisional masih banyak digunakan oleh sebagian
perusahaan swasta di seluruh dunia, tetapi kelemahan-kelemahan anggaran tradisional
yang banyak menghambat perkembangan inovasi perusahaan mendorong
dikembangkannya sistem anggaran yang lebih baik (better budgeting). Dengan konsep
baru yang dikembangkan saat ini yaitu Beyond Budgeting (disebut juga better
budgeting atau advanced budgeting) telah memberikan bukti dan analisa yang cukup
menjamin perusahaan untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat.
Konsep beyond budgeting akan membebaskan orang-orang yang capable dari kontrak
kinerja yang bersifat top down yang tentunya akan membatasi mereka untuk melakukan
sumber dayanya Secara efektif untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan secara
konsisten. Dengan jumlah intellectual asset yang mencapai 8% 90% tentunya sumber daya
manusia merupakan asset yang paling besar dalam suatu perusahaan sehingga jika waktu
mereka sebagian besar digunakan untuk menyusun anggaran akan sangat tidak efisien dan
efektif. Dan setelah itu mereka akan bertindak untuk perusahaan dengan dibatasi oleh anggaran
yang sangat mengekang mereka untuk berinovasi dalam rangka memuaskan konsumen
yang tentunya akan berdampak pada peningkatan profitabilitas perusahaan secara
konsisten.
Penganggaran tradisional sebagai suatu instrumen manajemen dalam mengelola
perusahaan semakin terlihat sebagai suatu hambatan untuk mendorong manajer-manajer
perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan secara maksimal, karena jumlah rupiah
budget sifatnya terus naik (incremental), menghabiskan banyak waktu sampai ratusan jam
pegawai, terfokus pada nilai rupiah, dan mengabaikan kinerja, dan mengarahkan
pegawai untuk memfokuskan pada sasaran-sasaran yang salah dengan mengorbankan
layanan konsumen dan keseluruhan tujuan perusahaan. Di samping itu juga penganggaran
disebut bersifat otokratik karena manajemen pusat menguasai dan membatasi
fleksibilitas manajer-manajer dibawahnya sehingga dapat membatasi kapasitas mereka untuk
berinovasi. Penganggaran juga dapat dilihat sebagai konsep yang usang dan kuno, dan sebagai
salah satu dari beberapa fungsi administrative yang teknologinya tidak banyak mengalami
kemajuan. Bahkan kegagalan perusahaan seperti Enron dan WorldCom sebagian disalahkan
karena insentif penganggaran yang menaikkan suatu “permainan” dan “pesan” angka.
Pada saat sekarang, untuk meraih sukses perusahaan harus melepaskan produk baru ke
pasar dengan interval waktu yang pendek, membentuk hubungan sistematik yang
menguntungkan dalam jangka panjang dengan konsumen dan partner kerja, secara
konstan mengembangkan sumber daya manusia perusahaan, dan memelihara karyawan yang
baik, dan paling tidak memuaskan permintaan investor dengan kinerja keuangan yang
baik. Oleh karena itu, sekarang perusahaan-perusahaan harus melakukan sesuatu yang
sangat berbeda pada waktu yang sama.
Manager lebih dituntut untuk mampu membaca situasi yang akan datang. Hal ini dapat
dicapai melalui kesempurnaan manajemen baik dari sistem yang digunakan sampai sumber
daya yang terlibat dalam pengelolaan manajemen tersebut. Menurut Hope dan Fraser (2001),
meninggalkan proses penganggaran tahunan membuka dua peluang. Pertama adalah
memungkinkan suatu keadaan proses manajemen yang lebih adaptif, dan yang kedua adalah
memungkinkan suatu organisasi yang terdesentralisasi secara radikal. Para penulis buku
tersebut menyajikan studi-studi kasus perusahaan yang berlokasi di Denmark, Perancis,
dan Swedia yang membuang penganggaran demi kepentingan proses-proses baru yang dikenal
dengan nama model beyond budgeting.
Dari beberapa pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa pada umumnya konsep
dari beyond budgeting berbicara mengenai prinsip kinerja manajemen dan kepemimpinan.
Penggunaan konsep yang ditujukan kepada dua bagian terbesar tersebut akan menciptakan
kelonggaran yang tidak pernah diberikan oleh budget di masa lalu.
Keleluasaan yang ditawarkan oleh beyond budgeting lebih bersifat adaptif, dalam
beyond budgeting cukup mempertimbangkan kemampuan (capability) terutama sumber daya
yang menjalankan perusahaan (seperti yang terdapat dalam performance management
principle). Sehingga dapat kita lihat bahwa beyond budgeting selalu mensupport setiap tim
yang sukses melakukan kerjanya dalam hal apapun dengan memberikan reward
(penghargaan). Dan hal ini jelas sekali telah merupakan prinsip atau sebuah komitmen
yang harus dilaksanakan pada setiap kondisi perusahaan, tidak seperti yang diterapkan budget
di masa lalu yang hanya merupakan sebuah catatan lepas dalam buku manajemen jika
memungkinkan untuk dilaksanakan. Selanjutnya yang dapat dikaji lagi sebagai nilai lebih
konsep ini bahwa konsumen adalah orientasi perusahaan yang cukup diprioritaskan dalam
kelangsungan hidup perusahaan (dalam learedship principle).
Sebagaimana diketahui bahwa syarat suatu perusahaan akan terus mampu berjalan
apabila going concernnya terus berlanjut. Jaminan dari hal ini adalah bagaimana
perusahaan dapat survive dengan profit yang dihasilkan. Tentunya jawaban yang tepat adalah
bagaimana perusahaan harus mampu menciptakan produk yang dijadikan sebagai
sumber utama pendapatannya. Oleh karena itu kepekaan akan kebutuhan dan perubahan selera
konsumen terus diperhatikan. Tidak hanya cukup disitu, bagaimana prilaku konsumen
yang sedang in harus dapat dibuktikan dengan pasti oleh pihak perusahaan. Sehingga
dalam hal ini perusahaan tidak akan kalah atau ketinggalan dalam persaingan. Dengan
begitu perusahaan akan memperoleh jaminan bahwa keberadaannya akan dibutuhkan dalam
jangka waktu yang cukup lama.
Keandalan yang lain dari penerapan konsep ini dapat pula dilihat pada berbagai strategi
yang perlu dikembangkan baik dari sisi leadership maupun performanace manajemen.
Strategi yang diciptakan sangatlah fleksibel bagi para manager untuk mengambil keputusan
dengan cepat. Manager dituntut untuk terus berkolaborasi dengan bawahan dalam memberikan
input atau informasi atas setiap tindakan yang hendak dijalankan. Dalam hal ini manager sangat
sadar apabila kemampuan maupun ruang gerak yang dimilikinya adalah terbatas. Sehingga
disamping menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara bawahan maupun atasan, dapat
pula menciptakan suatu bentuk kepemimpinan yang timbal balik. Dengan demikian garis
organisasi tidak hanya top down tetapi sekaligus berupa bottom up. Dan hal ini merupakan
gebrakan baru dalam pemikiran manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya,
disamping memberikan “kebebasan” kepada setiap anggota organisasi dalam mengawasi dan
menjalankan aktivitas.
Week 7
QUALITY COST AND QUALITY MANAGEMENT
A. Pengertian Kualitas
Pengertian Kualitas Berikut merupakan rincian pengertian mengenai kualitas
menurut beberapa tokoh yaitu:
1. Kualitas menurut Assauri Sofjan merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu
barang atau hasil yang menyebabkan barang atau hasil tersebut sesuai dengan tujuan
untuk apa barang atau hasil dimaksudkan atau dibutuhkan (Assauri, 1993:121).
2. Menurut Vincent Gaspersz kualitas adalah sejumlah keistimewaan produk baik
keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan
pelanggan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu,
selain itu kualitas juga terdiri dari sesuatu yang bebas dari kekurangan atau
kerusakan (Gaspersz, 2002b:5).
3. Menurut A.V. Feigenbaum kualitas adalah keseluruhan gabungan karakteristik
produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, pemeliharaan yang membuat
produk dan jasa yang digunakan memenuhi harapan-harapan pelanggan
(Feigenbaum, 1992:7).
B. Biaya Kualitas
Biaya Kualitas atau Quality Cost adalah Biaya-biaya yang timbul dalam
penanganan masalah Kualitas (Mutu), baik dalam rangka meningkatkan Kualitas
maupun biaya yang timbul akibat Kualitas yang buruk (Cost of Poor Quality)
Dengan kata lain, Biaya Kualitas (Quality Cost) adalah semua biaya yang
timbul dalam Manajemen Kualitas (Quality Management)