Anda di halaman 1dari 16

PAJAK HOTEL

DISUSUN OLEH : SISI MARY YURNITA

NIM : 221517034

KELAS : 3 RSB AKUNTANSI

MATA KULIAH : PENGANTAR PERPAJAKAN

DOSEN PENGASUH : FARIDA ARYANI, S.E.,M.Si

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
INSTITUT RAHMANIYAH SEKAYU
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan saya semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas

makalah ini. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah

SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran

yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,

atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami

mohon maaf.

Sekayu, November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.Latar Belakang .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
1 Konsep Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Pajak Daerah dan Dasar Hukum .... 2
2 Pengertian Pajak Hotel .................................................................................... 3
3 Objek, Subjek dan Wajib Pajak Hotel ...............................................................
4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak .................................................................... 5
5 Sistem Pemungutan dan PmebayaraNn Pajak Hotel ........................................ 6
6 Kelengkapan yang harus dipersiapkan ............................................................. 7
7 Masa Pajak dan wilayah Pemungutan Pajak Hotel .......................................... 8
8 Pengukuhan, Pendaftaran dan Pendataan ......................................................... 8
9 Keberatan Banding .......................................................................................... 8
10 Pembukuan dan Pemeriksaan Pajak Hotel ..................................................... 9
11 Bagi hasil Pajak dan Biaya Pemungutan Pajak Hotel .................................. 10
12 Kedaluwarsa Penagihan Pajak dan Penghapusan Piutang Pajak Hotel ........ 10
13 Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana dan Penyidikan Pajak Hotel ............ 11
BAB III PENUTUP ..............................................................................................12
1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat
diandalkan. Pembangunan daerah didasarkan atas otonomi daerah dengan
mengacu pada kondisi dimana suatu daerah mampu menggali sumber
keuangannya sendiri dan seminimal mungkin tergantung pada bantuan
pemerintah, sehingga pendapatan asli daerah harus menjadi bagian keuangan
terbesar yang didukung untuk kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah
(UU Nomor 32, 2004).
Salah satu komponen pendapatan asli daerah yang mempunyai kontribusi
adalah pajak daerah. Pajak daerah terdiri dari berbagai jenis pajak yang terkait
dengan sendi kehidupan masyarakat. Salah satu jenis pajak daerah yang
mempengaruhi PAD adalah Pajak Hotel. Saat ini banyak sekali pengusaha-
pengusaha yang berbisnis dibidang jasa penginapan, walaupun dengan modal
yang tidak sedikit, karena memang bisnis dibidang ini memerlukan dana yang
cukup besar.
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengenaan pajak hotel tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Hal
ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten atau
kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak
kabupaten/kota.Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah atau
kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah
tentang Pajak Hotel (PP Nomor 65, 2001).
Pajak hotel dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000; Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun
2001 tentang Pajak Daerah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Konsep Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Pajak Daerah dan Dasar
Hukum
a. Konsep pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang -
undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).
b. Syarat pemungutan pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka menurut Mardiasmo (2011) pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang undang (Syarat Yuridis).
3) Tidak menganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).
4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial).
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
c. Pajak Daerah
Secara umum pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat
oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat
dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak
mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang
hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan (siahaan, 2005).
Menurut peraturan Peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2001, salah
satu jenis pajak daerah yang dapat meningkatkan pendapatan asli daerah
adalah pajak hotel (PP Nomor 65, 2001).
d. Dasar Hukum
1) Undang undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.

3
2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
4) Peraturan pemerintah nomer 91 tahun 2010 tentang jenis pajak daerah
yang dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri
oleh wajib pajak.
5) Peraturan Daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Hotel..
2. Pengertian Pajak Hotel
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1
angka 20 dan 21 (PDRD), pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh hotel. Sedangkan yang dimaksud dengan hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan/ peristirahatan termasuk jasa terkait
lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk
pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan
sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari sepuluh.
Sementara menurut Mugodim (1999), Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan
hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang-orang untuk
menginap / istirahat memperoleh pelayanan, dan fasilitas lainnya dengan
dipungut bayaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001, pasal 1
angka 8, tentang Pajak Daerah menyatakan bahwa hotel adalah bangunan
yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat,
memperoleh pelayanan, dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran,
termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak
yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.
Pengusaha hotel adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan
usaha di bidang fasilitas jasa penginapan. Bon penjualan (Bill) adalah bukti
pembayaran yang sekaligus sebagai bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh
wajib pajak pada saat mengajukan pembayaran atau jasa pemakaian kamar
atau tempat penginapan beserta fasilitas penunjang lainnya kepada subjek

4
pajak/tamu hotel. Setiap pengusaha hotel harus menggunakan bon penjualan
atau nota pesan (Bill), termasuk penggunaan mesin cash register sebagai
bukti pembayaran. Bon penjualan baru dapat digunakan setelah dilegalisasi
(berupa perporasi atau stempel pemerintah) oleh Kepala Dinas Pendapatan
Daerah. Dalam bon penjualan sekurang-kurangnya harus mencantumkan
nama dan alamat usaha, dicetak dengan nomor sen, dan digunakan sesuai
dengan nomor urut (Nugraha, 2014).

3. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Hotel


Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah secara tegas disebutkan tentang Objek, Subjek dan
Wajib Pajak Hotel Ketentuan mengenai Obyek, Subjek dan Wajib Pajak
hotel tersebut diatur dalam Pasal 32 dan Pasal 33 yang berbunyi sebagai
berikut:

Pada pasal 32 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, dijelaskan


bahwa:
1) Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang sediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas
olahraga dan hiburan.
2) Jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fasilitas
telepon, Faxsimile, teleks, internet, fotocopy, pelayanan cuci, setrika,
transportasi, dan fasilitas sejenis lainnya yang disediakan atau dikelola
hotel.
3) Tidak termasuk objek hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a) Jasa tempat tinggal asrama yang diseleneggarakan oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah;
b) Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis;dan

5
e) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
hotel yang dimanfaatkan oleh umum.
Sementara pada pasal 33 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009,
dijelaskan bahwa:
1) Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.
2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel.
Pada Pajak Hotel yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Secara
sederhana yang menjadi subjek adalah konsumen yang menikmati dan
membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara yang
menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel yaitu orang pribadi atau badan
dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya
melakukan usaha dibidang penginapan. Menurut Mugodim (1999), bahwa
pengunjung merupakan subjek pajak yang melakukan pembayaran atas
pelayanan hotel. Keterkaitan yang erat antara sektor hotel dengan
pengunjung/ wisatawan baik mancanegara maupun domestik membuat
perkembangan produksi perhotelan sangat dipengaruhi oleh
pengunjung/wisatawan. Dengan demikian subjek pajak dan wajib pajak pada
Pajak Hotel tidak sama. Konsumen yang menikmati pelayanan hotel
merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak sedangkan
pengusaha hotel bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk
memungut pajak dari konsumen (subjek pajak) dan melaksanakan kewajiban
perpajakan lainnya.

4. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Hotel


Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada hotel. Sedangkan tarif pajak hotel ditetapkan
paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Perhitungan besaran pokok pajak

6
hotel yang terutang adalah dengan cara mengalikan tarif pajak hotel dengan
dasar pengenaan pajak.

Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran atau yang


seharusnya
Dibayar Kepada Hotel

Sebagai contoh pembayaran, misalnya seseorang menginap di hotel


“ABC” dan melakukan pembayaran atas:
jasa sewa kamar Rp 2.500.000,00
jasa binatu Rp 200.000,00
jasa telepon Rp 100.000,00
+
Jumlah Rp 2.800.000,00
Service Charge 10% Rp 280.000,00
+

Jumlah Pembayaran Rp 3.080.000,00

Pembayaran yang dimuksud adalah pembayaran sebelum dikenakan


Pajak Hotel, yaitu sebesar Rp 3.080.000,00. Jumlah ini yang diigunakan
sebagai dasar pengenaan pajak.

5. Sistem Pemungutan Dan Pembayaran Pajak Hotel


Menurut Suandy (2011), Pemungutan pajak hotel menggunakan
system self assesment yaitu sistem pengenaan pajak yang memberi
kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan jumlah besaran disesuaikan
dengan omzet bulanan yang terjual. Jadi, setiap pengusaha hotel (yang
menjadi wajib pajak) wajib menghitung, mempertimbangkan, membayar, dan
melaporkan sendiri Pajak Hotel yang terutang dengan menggunakan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). Pajak Hotel terutang dilunasi dalam
jangka waktu yang ditentukan dalam peraturan daerah, misalnya selambat-
lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya dari masa pajak yang terutang
setelah berakhirnya masa pajak. Apabila Pajak Hotel yang terutang tidak

7
dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, bupati/walikota atau pejabat yang
ditunjuk akan melakkukan tindakan penagihan pajak yaitu dengan
mengeluarkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri No.170 Tahun 1997
dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 43 Tahun 1999, Tentang Sistem
Dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah. Bupati/walikota dapat menerbitkan
Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD), jika Pajak Hotel dalam tahun berjalan
tidak atau kurang dibayar, hasil penelitian SPTPD terdapat kekurangan
pembayaran sebagai akibat salah tulis atau salah hitung, dan wajib pajak
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
Wajib pajak diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), dengan
melampirkan bon nota/tanda pembayaran yang telah dilegalisasi. Apabila
wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya setelah dilakukan
pemeriksaan, kepadanya dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan (SKPDKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).
Atas permohonan wajib pajak atau karena jabatannya,
bupati/walikota dapat membetulkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, atau
STPD, SKPDN atau SKPDLB yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan
tulis atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan
perundang-undangan perpajakan daerah (Suandy, 2011)

6. Kelengkapan Yang Harus Dipersiapkan.


Adapun kelengkapan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak menurut
Nugraha (2014), antara lain:
1. Wajib pajak harus mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ( SPTPD )
dan menandatangani oleh WP atau yang diberi kuasa;
2. Menyiapkan Bon nota/tanda pembayaran untuk di perporasi/legalisasi oleh
Dinas
3. Bilamana tidak, maka Dinas menyiapkan bon nota dengan permohonan
WP;

8
4. Menyiapkan laporan keuangan untuk pemeriksaan rutin maupun berkala
dari Dinas dengan melaporkan jumlah bon nota/tanda pembayaran yang
sah yang telah terjual untuk ditetapkan besaran pajaknya
5. Bilamana pihak pengelola tidak memenuhi kewajiban perpajakannya,
maka terhadap WP dikenakan sanksi administratif berupa SKPDKB sesuai
hasil pemeriksaan

7. Masa Pajak Dan Wilayah Pemungutan Pajak Hotel


Pada Pajak Hotel, masa pajak merupakan jangka waktu yang
lamanya sama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang
ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota. Pajak yang terutang merupakan
Pajak Hotel yang harus dibayar oleh wajib pajak pada suatu saat, dalam masa
pajak, atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah tentang
pajak hotel yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat.
Pajak hotel yang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota tempat hotel
berlokasi (Nugraha, 2014)

8. Pengukuhan, Pendaftaran, Dan Pendataan


Wajib Pajak Hotel wajib mendaftarkan usahanya kepadda
bupati/walikota, dalam praktik umumnya kepada Dinas Pendapatan Daerah
kabupaten/kota, dalam jangka waktu tertentu, misalnya selambat-lambatnya
30 hari sebelum dimulainya kegiatan usaha, untuk dikukuhkan dan diberikan
Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD). Untuk mendapatkan data
wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap wajib pajak.
Kegiatan pendaftaran dan pendataan ddiawali dengan mempersiapkan
dokumen yang diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan,
kemudian diberikan kepada wajib pajak (Nugraha, 2014)

9. Keberatan Dan Banding


Proses pengenaan dan pemungutan pajak daerah memungkinkan
terjadi kelebihan pembayaran Pajak Hotel, apabila ternyata wajib pajak
membayar pajak tetapi sebenarnya tidak ada pajak yang terutang,

9
dikabulkannya permohonan keberatan atau banding wajib pajak sementara
wajib pajak telah melunasi utang pajak tersebut, ataupun sebab lainnya.
1. Keberatan
Wajib Pajak Hotel yang tidak puas atas penetapan pajak yang
dilakukan oleh bupati/walikota dapat mengajukan keberatan hanya kepada
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Apabila wajib pajak berpendapat
bahwa jumlah pajak dala surat ketetapan pajak (SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, SKPDLB, atau SKPDN) tidak sebagaimana mestinya, wajib
pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada bupati/walikota yang
menerbitkan surat ketetapan pajak tersebut. keberatan diajukan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang jelas.
2. Banding
Keputusan keberatan yang diterbitkan oleh bupati/walikota
disampaikan kepada wajib pajak untuk dilaksanakan. Walaupun demikian,
tidak menutup kemungkinan keputusan keberatan tersebut tidak memuaskan
wajib pajak. Dalam hal demikian wajib Pajak Hotel diberikan hak untuk
melakukan perlawanan secara hokum, untuk memperoleh penetapan pajak
yang sesuai dengan harapannya. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan
banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai
keberatan yang ditetapkan oleh bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk.

10. Pembukuan Dan Pemeriksaan Pajak Hotel


1. Pembukuan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan meliputi keadaan
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun pajak
berakhir. Wajib Pajak Hotel dengan peredaran usaha tertentu, umumnya Rp
300.000.000,00 per tahun ke atas, wajib menyelenggarakan pembukuan, yang
menyajikan keterangan yang cukup untuk menghitung harga perolehan, harga
jual, dan harga penggantian dari penjualan makanan dan atau minuman.
2. Pemeriksaan pajak hotel

10
Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk
oleh bupati/walikota atau pejabat yang berwenang. Untuk keperluan
pemeriksaan, petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan tanda pengenal
pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan serta harus memperlihatkannya
kepada wajib pajak yang diperiksa.

11. Bagi Hasil Pajak dan Biaya Pemungutan Pajak Hotel


1. Bagi hasil pajak hotel
Khusus Pajak Hotel yang dipungut oleh pemerintah kabupaten
sebagian diperuntukkan bagi desa di wilayah daerah kabupaten tempat
pemungutan Pajak Hotel. Hasil penerimaan Pajak Hotel tersebut
diperuntukkan paling sedikit 10% bagi desa diwilayah daerah kabupaten yang
bersangkutan.
2. Biaya pemungutan pajak hotel
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemungutan dan pengelolaan
Pajak Hotel, diberikan biaya pemungutan sebesar 5% dari hasil penerimaan
pajak yang telah disetorkan ke kas daerah kabupaten/kota.

12. Kedaluwarsa Penagihan Pajak Dan Penghapusan Piutang Pajak Hotel


1. Kedaluwarsa Penagihan Pajak Hotel
Hak bupati/walikota untuk melakukan penagihan Pajak Hotel
kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 tahun terhitung sejak saat
terutangnya pajak, kecuali wajib pajak melakukan tindakan pidana di bidang
perpajakan daerah.
2. Penghapusan Piutang Pajak Hotel
Piurtang Pajak Hotel yang penagihannya sudah kedaluarsa dapat
dihapuskan. Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan oleh bupati/walikota
berdasarkan permohonan penghapusan piutang pajak dari Kepala Dinass
Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota.

11
13. Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, Dan Penyidikan Pajak Hotel
1. Kewajiban Pejabat
Setiap pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota untuk mengelolah
Pajak Hotel dilarang memberitahu pihak lain tentang segala sesuatu yang
diketahui/ diberitahukan oleh wajib pajak kepadanya dalam rangka jabatan
atau pekerjaan untuk menjalankan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.
2. Ketentuan Pidana
Wajib Pajak Hotel, yang karena sengaja atau karena kealpaannya
tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau lengkap
atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan
daerah, dapat dipidana dengan pidana penjara/kurungan dan atau denda sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
3. Penyidikan Pajak Hotel
Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Hotel, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengenaan Pajak
Hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di
Indonesia. Dasar hukum pemungutan Pajak Hotel pada suatu kebupaten atau
kota adalah UU No.34 Tahun 2000, PP No. 65 Tahun 2001, Perda kab/kota
yang mengatur tentang Pajak Hotel, Keputusan bupati/walikota yang
mengatur tentang Pajak Hotel.
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termasuk pelayanan, seperti fasilitas penginapan atau
fasilitas tinggal jangka pendek, pelayanan penunjang sebagai kelengkapan
fasilitas penginapan, fasilitas olahraga dan hiburan untuk tamu hotel, dan jasa
persewaan ruangan untuk kegiatan atau acara pertemuan.
Subjek pajak pada pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang
menikmati dan membayar pelayanan yang diberikan oleh pengusaha hotel
sedangkan wajib pajaknya adalah pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau
badan dalam bentuk apa pun yang dalam lingkungan perushaan atau
pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa penginapan.

13
Daftar Pustaka

Mugodim. 1999. Perpajakan. U-I Press, Yogyakarta


Republik Indonesia. 2000. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


dan Retribusi Daerah.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


dan Retribusi Daerah.

14

Anda mungkin juga menyukai