Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelima

MAKALAH
PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

TUGAS
Mata Kuliah Pengelolaan Pajak Pemerintah
Dosen Penanggung Jawab : Said Saleh Salihi, SE, MSA., Ak., CA

Disusun Oleh
RISDAYANTI (19320044)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAU-BAU
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

BAB I PEMBAHSAN ........................................................................................ 1


1.1. Pajak Hotel ....................................................................................... 1
1.2. Pajak Restoran ................................................................................ 5

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 8

i
BAB I
PEMBAHASAN

1.1. Pajak Hotel


a. Pengertian Pajak Hotel
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan retribusi Daerah, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang
disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa
penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut
bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah
kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Tarif Pajak Hotel
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 35 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).

b. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hotel


Dasar hukum pemungutan Pajak Hotel pada suatu kabupaten atau kota
adalah sebagaimana dibawah ini
 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
 Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak
Hotel.
 Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Hotel
sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel
pada kabupaten/kota dimaksud.

c. Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Hotel


Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk
fasilitasnolaraga dan hiburan.
Yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusaha
hotel.

1
d. Dasar Pengenaan Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Hotel

1) Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang


seharusnya dibayar kepada hotel
2) Tariff Pajak Hotel ditetapkan paling tinggi sebesar 10% dan
ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
3) Perhiyungan Pajak Hotel
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran atau yang
seharusnya dibayar Kepada Hotel
e. Masa Pajak, Tahun Pajak, Saat Terutang Pajak, dan Wilayah
Pemungutan Pajak Hotel
Pada Pajak Hotel, masa pajak merupakan jangka waktu yang lamanya
ssama dengan satu bulan takwim atau jangka waktu lain yang ditetapkan
dengan keputusan bupati/walikota.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Hotel yang harus dibayar oleh
wajib pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, atau dalam tahun pajak
menurut ketentuan peraturan daerah tentang Pajak Hotel yang ditetapkan
oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat
Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah kabupaten/kota tempat
hotel berlokasi.
f. Pengukuhan, Pendaftaran, dan Pendataan
1. Pengukuhan Wajib Pajak
Wajib Pajak Hotel wajib mendaftarkan usahanya kepadda
bupati/walikota, dalam praktik umumnya kepada Dinas Pendapatan
Daerah kabupaten/kota, dalam jangka waktu tertentu, misalnya
selambat-lambatnya 30 hari sebelum dimulainya kegiatan usaha,
untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah
(NPWPD).
2. Pendaftaran dan Pendataan
Untuk mendapatkan data wajib pajak dilaksanakan pendaftaran dan
pendataan terhadap wajib pajak. Kegiatan pendaftaran dan
pendataan ddiawali dengan mempersiapkan dokumen yang
diperlukan, berupa formulir pendaftaran dan pendataan, kemudian
diberikan kepada wajib pajak.

g. Penetapan Pajak Hotel


1) Cara Pemungutan Oajak Hotel
Pemungutan Pajak Hotel tidak dapat diborongkan. Artinya, seluruh
proses kegiatan pemungutan Pajak Hotel tidak dapat diserahkan

2
kepada pihak ketiga. Walaupun demikian, dimungkinkan adanya
kerja sama dengan pihak ketiga dalam proses pemungutan pajak,
antara lain: pencetakan formulir perpajakan, pengiriman surat
kepada wajib pajak, atau penghimpunan data objek pajak dan
subjek pajak.
2) Penetapan Pajak Hotel
Setiap pengusaha hotel (yang menjadi wajib pajak) wajib
menghitung, mempertimbangkan, membayar, dan melaporkan
sendiri Pajak Hotel yang terutang dengan menggunakan SPTPD.
3) Ketetapan Pajak
Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya pajak,
bupati/walikota dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar Tambahan (SKPDKBT), dan Surat Ketetapan Pajak Daerah
Nihil (SKPDN).
4) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Bupati/walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD) jika Pajak Hotel dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar; hassil penelitian SPTPD terdapat kekurangan pembayaran
sebagai akiibat salah tulis atau salah hitung; dan wajib pajak
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

h. Pembayaran dan Penagihan Pajak Hotel


1. Pembayaran Pajak Hotel
Pajak Hotel terutang dilunasi dalam jangka waktu yang ditentukan
dalam peraturan daerah, misalnya selambat-lambatnya pada tanggal
15 bulan berikutnya dari masa pajak yang terutang setelah
berakhirnya masa pajak.
2. Penagihan Pajak Hotel
Apabila Pajak Hotel yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh
tempo pembayaran, bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk
akan melakkukan tindakan penagihan pajak.

i. Keberatan dan Banding


Keberatan: Wajib Pajak Hotel yang tidak puas atas penetapan pajak yang
dilakukan oleh bupati/walikota dapat mengajukan keberatan hanya kepada
bupati/walikota atau pejabat yang ditunjuk. Apabila wajib pajak
berpendapat bahwa jumlah pajak dala surat ketetapan pajak (SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB, atau SKPDN) tidak sebagaimana
mestinya, wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada
bupati/walikota yang menerbitkan surat ketetapan pajak tersebut. keberatan
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas.
Banding: Keputusan keberatan yang diterbitkan oleh bupati/walikota
disampaikan kepada wajib pajak untuk dilaksanakan. Walaupun demikian,

3
tidak menutup kemungkinan keputusan keberatan tersebut tidak memuaskan
wajib pajak. Dalam hal demikian wajib Pajak Hotel diberikan hak untuk
melakukan perlawanan secara hokum, untuk memperoleh penetapan pajak
yang sesuai dengan harapannya. Wajib pajak dapat mengajukan
permohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak terhadap keputusan
mengenai keberatan yang ditetapkan oleh bupati/walikota atau pejabat yang
ditunjuk.

j. Pembukuan dan Pemeriksaan Pajak Hotel


Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk/ mengumpulkan data dan informasi keuangan meliputi
keadaan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca dan perhitungan rugi laba pada setiap tahun
pajak berakhir. Wajib Pajak Hotel dengan peredaran usaha tertentu,
umumnya Rp 300.000.000,00 per tahun ke atas, wajib menyelenggarakan
pembukuan, yang menyajikan keterangan yang cukup untuk menghitung
harga perolehan, harga jual, dan harga penggantian dari penjualan makanan
dan atau minuman.
Pelaksanaan pemeriksaan dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk oleh
bupati/walikota atau pejabat yang berwenang. Untuk keperluan
pemeriksaan, petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan tanda pengenal
pemeriksa dan surat perintah pemeriksaan serta harus memperlihatkannya
kepada wajib pajak yang diperiksa.
k. Keringanan dan Pembebasan Pajak Hotel serta Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Hotel
Berdasarkan permohonan wajib pajak, bupati/walikota dapat
memberikan pengurangan, keringanan, dan pembebasan Pajak Hotel.
Proses pengenaan dan pemungutan pajak daerah memungkinkan terjadi
kelebihan pembayaran Pajak Hotel, apabila ternyata wajib pajak membayar
pajak tetapi sebenarnya tidak ada pajak yang terutang, dikabulkannya
permohonan keberatan atau banding wajib pajak sementara wajib pajak
telah melunasi utang pajak tersebut, ataupun sebab lainnya.

l. Bagi Hasil Pajak dan Biaya Pemungutan Pajak Hotel


Khusus Pajak Hotel yang dipungut oleh pemerintah kabupaten sebagian
diperuntukkan bagi desa di wilayah daerah kabupaten tempat pemungutan
Pajak Hotel. Hasil penerimaan Pajak Hotel tersebut diperuntukkan paling
sedikit 10% bagi desa diwilayah daerah kabupaten yang bersangkutan.

4
Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemungutan dan pengelolaan Pajak
Hotel, diberikan biaya pemungutan sebesar 5% dari hasil penerimaan pajak
yang telah disetorkan ke kas daerah kabupaten/kota.
m. Kedaluwarsa Penagihan Pajak dan Penghapusan Piutang Pajak
Hotel
Hak bupati/walikota untuk melakukan penagihan Pajak Hotel
kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5 tahun terhitung sejak saat
terutangnya pajak, kecuali wajib pajak melakukan tindakan pidana di bidang
perpajakan daerah.
Piutang Pajak Hotel yang penagihannya sudah kedaluarsa dapat
dihapuskan. Penghapusan piutang pajak dapat dilakukan oleh
bupati/walikota berdasarkan permohonan penghapusan piutang pajak dari
Kepala Dinass Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota.
n. Kewajiban Pejabat, Ketentuan Pidana, dan Penyidikan Pajak
Hotel
Setiap pejabat yang ditunjuk oleh bupati/walikota untuk mengelolah
Pajak Hotel dilarang memberitahu pihak lain tentang segala sesuatu yang
diketahui/diberitahukan oleh wajib pajak kepadanya dalam rangka jabatan
atau pekerjan untuk menjalankan peraturan perundang-undangan perpajakan
daerah.
Wajib Pajak Hotel, yang karena sengaja atau karena kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan
daerah, dapat dipidana dengan pidana penjara/kurungan dan atau denda
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan pemerintah daerah
kabupaten/kota diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang Pajak Hotel, sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

1.2. Pajak Restoran


Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan
oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan/atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin,
warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/katering. Tarif Pajak Restoran
ditetapkan paling tinggi sebesar 10% (Pasal 40 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
Pajak restoran dipungut pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran,
rumah makan, kafetaria, kantin, warung, dan semacamnya termasuk jasa
boga/katering. Biasanya ketika makan di restoran, Anda tidak hanya dikenakan

5
pajak restoran saja, melainkan ada biaya lain yakni biaya pelayanan (service
charge). Umumnya, tarif service di restoran sebesar 5%. Namun, sebenarnya tarif
biaya pelayanan atau service setiap restoran berbeda-beda. Maksimum pengenaan
tarif service adalah 10%. Pengenaan tarif service ini dipungut sebelum pungutan
pajak restoran. Maka, jangan heran jika Anda makan di restoran, tercantum
biaya service dan Pajak Restoran pada struk.
Tarif pajak restoran ditetapkan sebesar 10%. Nah, persentase tarif pajak
restoran inilah yang membuat banyak orang mengira pajak yang dikenakan ketika
membeli makanan/minuman di sebuah restoran dikategorikan sebagai PPN.
Padahal, pajak restoran berbeda dengan PPN. Jika PPN dipungut oleh Pemerintah
Pusat, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP), pajak restoran justru
dipungut oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Dahulu, pajak restoran disebut dengan
Pajak Bangunan 1 (PB1).

a. Objek dan Subjek Pajak Restoran

Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh rumah


makan, kafetaria, dan semacamnya. Biasanya, pelayanan yang disediakan
meliputi pelayanan penjualan makanan/minuman yang dibeli atau
dikonsumsi oleh pembeli. Baik dikonsumsi di tempat maupun dibawa
pulang atau dimakan di tempat lain.

Selain itu, ada juga yang tidak termasuk dalam objek pajak, yakni
pelayanan yang disediakan restoran yang pengelolaannya tergabung atau
menjadi satu manajemennya dengan sebuah hotel. Selain itu, pelayanan
yang disediakan oleh suatu restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi
Rp 200.000.000/tahun.

Sedangkan subjek pajak restoran adalah orang pribadi maupun badan


yang membeli makanan atau minuman dari suatu restoran atau tempat
makan yang dikunjungi.

b. Biaya/Tarif Pelayanan (Service Charge)

Tarif service charge biasanya tidak melebihi Pajak Restoran. Jadi, rata-
rata pengenaan service charge sebesar 5%. Hal yang sama juga diterapkan
pada pajak perhotelan. Akan tetapi, biasanya service charge hotel lebih
tinggi dari restoran, yakni 10%. Hal ini tergantung kebijakan dari tempat
makan atau restoran yang terkait.

Pada dasarnya, biaya pelayanan atau service charge merupakan salah


satu dasar dari pengenaan Pajak Daerah. Hal tersebut tercantum dalam
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2011 tentang
pelaksanaan Online System Atas Pelaporan Data Transaksi Usaha Wajib
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, dan Pajak Parkir.

6
Pengenaan service charge disesuaikan dengan kebijakan pihak restoran,
apakah ingin dikenakan atau tidak. Oleh karena itu, Anda mungkin sering
kali melihat ada beberapa restoran yang memungut service charge dan ada
juga yang tidak. Bila pelayanan di suatu restoran dikenakan service charge,
maka tagihan service charge biasanya akan ditambahkan terlebih dahulu
pada tagihan belanjaan Anda, sebelum dikenakan pajak restoran.

c. Cara Menghitung Pajak Restoran

Cara menghitung pajak restoran berdasarkan pada pokok pajak restoran


yang terutang, yakni dengan mengalikan tarif pajak 10% dengan dasar
pengenaan pajak. Dasar pengenaan pajak merupakan sejumlah bayaran yang
diterima atau yang seharusnya dipungut oleh restoran.

Contohnya:

Pajak Restoran: Dasar pengenaan paja x Tarif pajak

Dasar pengenaan pajak (nominal pembayaran yang diterima/dipungut sesuai


dengan struk atau dokumen lainnya yang sejenis) = Rp60.000.000

Tarif pajak = 10%

Maka, pajak restorannya = Rp60.000.000 x 10% = Rp6.000.000

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-restoran

http://anditjodi.blogspot.co.id/2014/06/pajak-hotel-restoran-hiburan-dan-
reklame.html
Posted By : Lutfi Rifayanti

Anda mungkin juga menyukai