Kinaara menunggak pembayaran Pajak sebesar 509 juta rupiah. Tunggakan tersebut terdiri dari tunggakan pokok hotel, pajak restoran, pajak tanah air beserta dendanya. Penunggakan pembayaran pajak tersebut bukan didasarkan karena tidak membayar pajak, akan tetapi pajak yang dibayarkan Hotel Kinaara tidak sesuai dengan dasar pengenaan pajak hotel tersebut. • Dasar pengenaan pajak hotel dalam kasus ini diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No. 8 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel. Dalam Bab III dijelaskan bahwa tarif pajak hotel ditetapkan sebesar 10% dari dasar pengenaan pajak hotel (jumlah pembayara yang seharusanya dibayar kepada hotel). Dalam kasus disebutkan bahwa , pada Agustus 2018 lalu, seharusnya Hotel Kinaara seharusnya membayar pajak Rp 95 juta, berarti dasar pengenaan pajak hotel tersebut ialah Rp 950 juta pada bulan tersebut, akan tetapi pajak hotel yang dibayarkan ke Pemda Kabupan Buleleng hanya sebesar Rp 26 juta. Itulah yang menyebabkan mendapat surat tagihan dari BKD Buleleng. • Selanjutnya pada Bab VII Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel dijelaskan mengenai tata cara pembayaran dan penagihan, STPD (surat tagihan pajak daerah) dapat diterbitkan oleh Bupati jika dalam pelaksaan pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang bayar, atau jika dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis dan/atau salah hitung maka wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Dalam kasus disebutkan bahwa setelah dilakukan pemerikasaan, Hotel Kinaara tidak membayarkan pajak hotel sesuai dengan jumlah pelanggan yang datang. Akibat dari kurangnya pembayaran pajak tersebut Hotel Kinaara dikenai denda pokok pajak hotel sebesar Rp.43.147.379. Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa (SP) • Undang-Undang ini menjadi dasar untuk menagih utang pajak dari para wajib pajak yang tidak mau melunasi utang pajaknya. Surat teguran lebih cenderung bersifat persuasif atau dengan kata lain kekuatan hukumnya lemah, oleh karenanya perlu dilakukan teguran dengan maksud apabila orang/pihak yang ditegur tidak mengindahkan surat teguran dimaksud, maka akan dilakukan tindakan represif dengan menerbitkan surat lain yang mempunyai kekuatan hukum lebih keras atau yang lebih memaksa seperti misalnya surat paksa. • Terhadap wajib pajak yang sudah diberikan surat peringatan/surat paksa tetapi tidak diindahkan maka akan dikenakan sanksi, baik sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi terhadap penunggakan pajak dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan. Terhadap kasus ini sanksi administrasi yang dikenakan berdasar pada UU Pajak: – Pasal 13 ayat (2) ketentuan ini pengenaan sanksi bunga 2% perbulan dalam hal terdapat kekurangan pemayaran pajak terutang dalam ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB). Bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak/berakhirnya masa pajak dan paling lama 24 bulan. – Pasal 19 ayat (2) ketentuan ini mengatur pengenaan sanksi bunga 2% perbulan terhadap wajib pajak yang mengangsur atau menunda pembayaran pajak bunga dihitung dari jumlah pajak yang masih harus dibayar. • Selain itu ketentuan sanksi administratif diatur lebih lanjut dala dalam Pasal 20 Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No. 8 Tahun 2011 tentang Pajak Hotel yang menerangkan besarnya bunga yang dikenakan terhadap wajib pajak yang kurang atau terlambat membayar pajak yaitu 2% sebulan dengan jangka waktu paling lama 15 bulan dihitung sejak saat terutang pajak. Jadi apabila dalam hal ini Hotel Kinaara tetap tidak membayarkan tunggakan pajak hotel, maka pajak hotel yang harus dibayar akan bertambah 2% setiap bulannya. • Ketentuan sanksi pidana dalam Pasal 23 ayat (1) Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2011 setiap orang/badan yang melanggar ketentuan pasal 11 ayat (1) yaitu mengenai pelaporan penghitungan/pembayaran pajak wajib dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp.50 juta. Terhadap pelanggaran tersebut dendan yang dimaksudkan nantinya diperuntukkan sebagai penerimaan negara.