Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATAKULIAH

TUGAS 2

NamaMahasiswa : MELIN NURLIA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042520652

Kode/NamaMataKuliah : IPEM4440/KEUANGAN PUBLIK

Kode/NamaUPBJJ : 20/ BANDAR LAMPUNG

MasaUjian : 2022/23.1(2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Pajak hotel termasuk kedalam pajak daerah kabupaten/kota. Pajak hotel yaitu pajak
atas pelayanan hotel.
Subjek pelayanan hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada hotel. Wajib pajaknya adalah pengusaha hotel.
Objek pajaknya adalah pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran.
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada
hotel. Tarifnya ditetapkan paling tinggi 10%.

Penelitian ini membahas mengenai masalah tunggakan pajak hotel yang cukup
tinggi di Kabupaten Badung. Pajak Hotel merupakan sumber PAD terbesar di
Kabupaten Badung. Oleh karena itu, menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya jumlah tunggakan Pajak Hotel di Kabupaten Badung.
Selanjutnya mengenai strategi yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Badung untuk mengurangi tunggakan Pajak Hotel di Kabupaten
Badung. penelitian ini menyatakan bahwa faktor- faktor yang menyebabkan
tingginya tunggakan pajak hotel di Kabupaten Badung dipengaruhi oleh faktor
kepatuhan wajib pajak dan faktor administrasi pajak. Di samping itu strategi yang
dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Badung dalam upaya
mengurangi tunggakan pajak hotel tersebut meliputi strategi secara preventif dan
represif. Strategi secara preventif yaitu sosialisasi, pembinaan dan pengawasan,
serta penggunaan tapping box. Sedangkan strategi secara represif yaitu upaya
penegakan hukum dan pelaksanaan penagihan sesuai dengan aturan.

Contoh table pajak hotel

Total harga sewa hotel = (Rp500.000 x 3 kamar) + (10% x Rp500.000 x 3 kamar)


= Rp1.500.000 + Rp150.000
= Rp1.650.000
Pajak Hotel = 10% x Rp1.650.000
= Rp165.000
Total biaya yang perlu dibayar = Rp1.650.000 + Rp165.000
= Rp1.815.000

2. Ciri dan corak tersendiri dari system pemungutan pajak di Indonesia berdasarkan
UU No.6 tahun 1983 adalah sebagai berikut:

1) Pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban,


dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
Negara dan pembangunan sosial.
2) Tanggung jawab atas pelaksanaan pajak, sebagai penerimaan kewajiban
dibidang perpajakan pada anggota masyarakat wajib pajak sendiri,
pemerintah dalam hal ini aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya
berkewajiban melakukan pembinaan, penelitian dan pengawasan terhadap
pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan
yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
3) Anggota masyarakat wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui system menghitung,
memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang [self
assessment] sehingga melalui system ini pelaksanaan dengan lebih rapi,
terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota
masyarakat wajib pajak.

Ciri-ciri dan corak system pemungutan pajak tersebut sangat berbeda


dengan system perpajakan lama warisan zaman kolonial, antara lain
bercirikan sebagai berikut:
1) Tanggung jawab pemungutan pajak terletak sepenuhnya pada penguasa
pemerintahan, seperti tercermin dalam system penerapan pajak yang
keseluruhannya menjadi wewenang administrasi perpajakan.
2) Pelaksanaan kewajiban perpajakan, dalam banyak hal sangat tergantung
daripelaksanaan adminstrasi perpajakan yang dilakukan oleh aparat
perpajakan, hal mana mengakibatkan anggota masyarakat wajib pajak
kurang mendapat pembinaan dan bimbingan terhadap kewajiban
perpajakannya dan kurang ikut berperan serta dalam memikul beban
Negara dalam mempertahankan kelangsungan pembangunan nasional.

3. Kebijakan perpajakan yang dapat dipakai untuk mendorong terciptanya


kesempatan kerja serta menjaga kestabilan harga barang yang dapat diterapkan
dinegara berkembang ialah sebagai berikut ini:
1) System perpajakan yang dapat mengakibatkan alokasi sumber daya alam
secara maksimal. Misalnya, pemerintah ingin membatasi produksi barang
yang dapat membahayakan kehidupan sebagian besar penduduknya maka
hendaknya pemerintah menerapkan pajak yang tinggi pada usaha tersebut
sehingga akan membatasi produksi barang tersebut dan sebaliknya.
Kebijakan perpajakan yang memberikan perangsang-perangsang fiscal
[fisical incentives] kepada perusahaan-perusahaan yang akan berusaha
dalam berbagai kegiatan tertentu atau didaerah-daerah tertentu.
2) System perpajakan yang dapat menekan laju inflasi, tetapi tidak
menyebabkan menurunnya perluasan kesempatan kerja, misalnya
pengenaan pajak pendapatan yang progresif, yang dilaksanakan dengan
hati-hati dan pengawasan yang ketat. Disamping itu, harus juga diimbangi
dengan menjaga pengeluaran Negara agar tetap dalam keadaan seimbang
dan menghindari pengeluaran-pengeluaran yang berlebihan.
3) System perpajakan yang dapat digunakan untuk mempertinggi tingkat
penanaman modal, yaitu dengan cara meningkatkan pajak-pajak di sektor-
sektor tertentu, asal tidak mengurangi perangsang untuk meningkatkan
produksi.

Dengan dijalankannya system-sistem perpajakan, seperti tersebut diatas


diharapkan stabilisasi dalam pereknomian dapat dicapai dalam arti bahwa
tujuan untuk tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang
layak tanpa adanya pengangguran yang berarti disatu pihak dan adanya
kestabilan harga barang-barang dan harga umum dilain pihak.

Anda mungkin juga menyukai