Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak berkontribusi cukup tinggi terhadap pemasukan kas negara indonesia.

Dalam jangka tahun terakhir, pemasukan sektor fiskal telah menyumbang lebih

dari 80% dari total penerimaan APBN. Segala upaya kebijakan telah dilakukan

pemerintahan untuk meningkatkan pemasukan negara dari segi fiskal. Kebijakan

itulah berpengaruh terhadap orang banyak, sektor usaha, serta pihak luar yang

sebagai pembayar pajak cukai. Sistem self assessment yang mewajibkan wajib

pajak menjadi lebih aktif dalam menghitung, menyetor, serta melaporkan

pajaknya, menuntut agar pihak-pihak tersebut agar dapat memahami setiap ada

peraturan terbaru mengenai perpajakan.

Kemajuan sistem perpajakan di suatu negara diikuti dengan pertumbuhan

ekonomi yang semakin tinggi. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa pemasukan

pajak adalah penyumbang paling banyak dalam pembiayaan belanja negara.

Perpajakan sangat penting, sehingga penyebaran informasi perpajakan melalui

instansi formal maupun informal dan sosialisasi yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Pajak semakin banyak dilaksanakan. Wajib Pajak yang melakukan suatu

kesalahan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya sering dikarenakan oleh

ketidaktahuan akan peraturan perpajakan yang terbaru.

Pengertian pajak sesuai dengan ketentuan umum Undang-Undang

Republik Indonesia No.28 tahun 2007 pasal 1 ayat (1). Pajak merupakan

kontribusi Wajib Pajak terhadap Negara yang terutang atas Orang Pribadi (OP)

1
2

atau badan sifatnya menuntut menurut peraturan. Salah satu pajak yang tergolong

dalam penerimaan Negara yaitu Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah

pajak yang dikenakan atas tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau

didapatkan Wajib Pajak atas orang pribadi (OP) dan badan sesuai dengan

penghasilan yang didapatkan dalam satu tahun pajak.

Penghasilan (PPh) pasal 23 yang dikenakan pihak lain adalah penerimaan

yang didapat Wajib Pajak sebagai hasil pemberian modal, jasa, atau pelaksanaan

kegiatan yang telah dibayarkan atas terutangnya terhadap badan atau subjek dalam

negeri. Pada pemotongan Pajak Pasal 23 adalah pemerintah yang wajib

memotong, menyetor, dan pelaporan pajak bulanan. Kesalahan dalam pemajakan

PPh Pasal 23 dapat mempengaruhi pemajakan PPh Pasal 23 yang bersangkutan.

Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan, perlu dipahami

sepenuhnya tata cara pemajakan PPh Pasal 23.

Alasan penulis memilih PT. ADIS JAYA DNZ sebagai objek dalam

penulisan laporan magang karena penulis menyadari akan pentingnya mengetahui

mekanisme apa saja yang digunakan dalam membuat tata cara penghitungan,

pembayaran, serta pelaporan PPh Pasal 23 terhadap penghasilan yang didapat

lawan transaksi tersebut. PT. ADIS JAYA DNZ merupakan perusahan yang

memiliki ruang lingkup kegiatan seperti menjalankan usaha dibidang kontruksi,

Real Estate, Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis, serta Jasa persewaan,

ketenagakerjaan, dan lain- lain.

Laporan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS PEMAJAKAN PPH

PASAL 23 ATAS JASA SEWA PADA PT. ADIS JAYA DNZ” ini diajukan
3

agar melengkapi syarat utama lulus Pendidikan Diploma Tiga Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

1.2 Permasalahan

1.2.1 Pokok Permasalahan

Menurut latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian

tersebut dirumuskan yaitu:

1. Bagaimana pemotongan pajak penghasilan pasal 23 Atas Jasa Sewa pada PT.

ADIS JAYA DNZ?

2. Bagaimana cara pemotongan, penyetoran, serta pelaporan PPh Pasal 23

berdasarkan Undang-Undang perpajakan?

1.2.2 Pembatasan Masalah

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini, penulis perlu membatasi masalah agar

pembahasannya lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan yang

dibahas. Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada Analisis Pemajakan

PPh Pasal 23 atas Jasa dan Sewa pada PT. ADIS JAYA DNZ.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

1.3.1 Tujuan Penulisan

1. Dapat memahami pemotongan pajak penghasilan pasal 23 Atas Jasa dan Sewa

pada PT. ADIS JAYA DNZ.

2. Dapat memahami cara pemotongan, penyetoran, serta pelaporan di pajak

penghasilan Pasal 23 berdasarkan Undang-Undang perpajakan.


4

1.3.2 Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai syarat utama agar lulus program studi D3 Perpajakan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

2. Bagi Pihak Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan informasi dalam hal melakukan

sistem pemajakan PPh Pasal 23 atas jasa dan sewa berdasarkan peraturan

perpajakan.

1.4 Metode Penulisan

1.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yakni :

1. Studi Lapangan

Berdasarkan studi lapangan ini dilaksanakan dengan cara melaksanakan

program magang selama kurang lebih 3 bulan di KKP Yanto, SE, Ak., M.Ak

untuk mendapatkan data, informasi serta terjun langsung ke dunia kerja terkait

sesuai penelitian.

2. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan relevan sesuai laporan tugas akhir serta mendukung

pembahaan masalah. Dalam hal ini digunakan agar mendapatkan dasar teori

untuk pembahasan menganalisis permasalahan yang selanjutnya akan dibahas.

1.4.2 Metode Penulisan Data

Metode analisis data yang digunakan penulis yakni metode deskriptif yang

didapatkan dari olah data sekunder.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pokok

2.1.1 Pengertian Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Pajak No. 16 Tahun 2009 “Pajak adalah

kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Djajadiningrat (2010) Pajak adalah


“Kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan kepada kas negara karena
suatu keadaan, peristiwa, serta perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu,
tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah dan dapat dipaksakan, tetapi tidak ada layanan timbal balik langsung
dari negara, untuk mempertahankan negara pada umumnya”.
Menurut Andriani (1993) Pajak adalah
“Iuran kepada masyarakat kepada Negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peratutan umum, dengan tidak
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan tugas
Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.
Menurut Feldmen (1993) Pajak adalah

“Pencapaian kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan

yang dapat ditegakkan tanpa adanya kontra kinerja yang dapat dibuktikan secara

individual yang dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah”.

6
7

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan pajak ialah kontribusi

wajib terhadap kas negara bersifat memaksa dan terutang oleh wajib pajak dan

tidak secara langsung mendapatkan timbal balik.

2.1.2 Fungsi Pajak

1. Fungsi anggaran (Budgetair)

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber anggaran terhadap pemerintahan agar

membiayai pengeluarannya.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak memiliki fungsi melakukan kebijakan pemerintahan di sektor sosial

maupun perekonomian.

Contoh :

a. Pajak yang dikenakan tinggi pada minuman keras agar mengurangi

konsumsi minuman keras.

b. Pajak yang dikenakan tinggi pada barang-barang mewah agar mengurangi

gaya hidup yang konsumtif.

3. Fungsi Stabilitas dengan adanya peraturan perpajakan, pemerintahan memiliki

dana agar menjalankan kebijakan yang berkaitan sesuai stabilitas harga agar

inflasi dapat dikontrol.

4. Fungsi Redtribusi penerimaan pajak yang telah dipungut oleh negara akan

digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk

membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang

pada akhirnnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.


8

2.1.3 Tata Cara Pemungutan Pajak

1. Stelsel Pajak

Cara Pemungutan pajak berdasarkan 3 stelsel:

a. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak berdasarkan pada objeknya (penghasilan yang nyata)

dengan begitu pemungutan dapat dilakukan pada masa akhir Tahun Pajak,

yakni setelah penerimaan yang sebenarnya. Stelsel nyata memiliki

keuntungan serta kekurangan. Keuntungan dari sistem ini ialah pajak

yang telah dikenakan sangat baik. Sedangkan kerugiannya ialah pajak

baru dapat dikenakan pada masa akhir tahun (pendapatan sebenarnya).

b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak menurut asumsi dalam undang-undang. Contohnya

penghasilan suatu tahun dianggap sama. Sehingga masa awal Tahun Pajak

agar dapat ditentukan berapa pajak yang terutang untuk Tahun Pajak yang

akan berlangsung. Keuntungan dari sistem ini ialah pajak dapat

dibayarkan selama tahun berjalan tidak perlu menunggu akhir tahun.

Kekurangannya ialah pajak yang dibayarkan tidak sesuai dengan asli

sebenarnya.

c. Stelsel Campuran

Stelsel campuran ialah gabungan stelsel nyata dengan stelsel anggapan.

Periode awal tahun besarnya pajak yang telah dihitung suatu asumsi,

akhirnya pada periode akhir tahun besarnya pajak yang telah disesuaikan

dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan


9

lebih besar daripada menurut anggapan maka Wajib Pajak harus

menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta

kembali.

2. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assesment Sistem

Merupakan sistem pemungutan yang memberikan kewenangan terhadap

pemerintah agar menentukan berapa besarnya pajak yang terutang oleh

Wajib Pajak.

Ciri-cirinya:

a) Kewenangan agar menentukan jumlah pajak yang terutang kepada

fiskus.

b) Wajib Pajak sifatnya pasif.

c) Hutang pajak timbul setelah surat ketetapan pajak diterbitkan oleh

fiskus..

b. Self Assesment Sistem

Merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan

terhadap Wajib Pajak agar menentukan sendiri berapa besarnya pajak

yang terutang.

Ciri-cirinya:

a) Kewenangan agar menentukan berapa besarnya pajak yang terutang

ada pada wajib pajak itu sendiri.

b) Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, serta

melaporkan pajak yang terutangnya sendiri.


10

c) Fiskus dalam hal ini tidak ikut campur melainkan hanya mengawasi.

c. Witholding System

Merupakan sistem pemugutan pajak telah memberikan wewenang

terhadap pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

bersangkutan).

2.1.4 Jenis-Jenis Pajak

Jenis pajak terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Pajak Pusat, yakni pajak yang telah dipungut oleh pemerintahan pusat dan

dipergunakan untuk membiayai berlangsungnya kenegaraan.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPh) dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), dan Bea Materai.

2. Pajak Daerah, yakni pajak yang telah dipungut oleh Pemerintahan Daerah dan

dipergunakan untuk membiayai berlangsungnya kenegaraan.

PajakDaerah terdiri dari:

a. Pajak Provinsi, contoh: Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan

Bakar Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Kabupaten/Kota, Contoh: Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak

Hiburan.

2.2 Pajak Penghasilan

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 (Direktorat

Jendral Pajak,2008) mengenai pajak penghasilan, pajak penghasilan ialah pajak

yang telah dikenakan atas subjek pajak terhadap penghasilan yang didapat atau
11

diterimanya dalam tahun pajak. Ketentuan PPh pertama kali diatur didalam

Undang-Undang No. 7 Tahun 1983. Yakni mewujudkan sistem perpajakan yang

adil, sederhana dan konsisten yang mengutamakan keadilan serta menciptakan

kepastian hukum dan transparansi yang lebih baik dalam rangka mengamankan

pendapatan perbendaharaan negara yang terus berkembang. Perlu Melakukan

perubahan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 mengenai PPh yang

beberapa kali telah diubah perlu diubah sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2000 mengenai perubahan ketiga terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Penghasilan.

Menurut Resmi (2017) Pajak Penghasilan ialah pajak yang telah dikenakan

atas subjek pajak atau penerimaan yang didapat atau diperoleh dalam periode

suatu tahun pajak.

Menurut Damayanti (2015) Pajak Penghasilan ialah pungutan resmi yang

ditunjukkan terhadap orang yang memperoleh atas penghasilan yang didapat atau

diperoleh dalam masa tahun pajak untuk membiayai pengeluaran belanja negara.

Menurut Purwono (2010) Pajak Penghasilan ialah salah satu sumber dari

penerimaan negara dari pendapatan rakyat, adalah bentuk kewajiban negara dan

peran masyarakat dalam mendukung pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan Pajak Penghasilan

(PPh) adalah pungutan yang berasal dari pendapatan resmi rakyat sebagai bentuk

partisipasi rakyat dalam menunjang pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan..


12

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 23

2.3.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23)

Menurut Peraturan Menteri PMK No. 141/PMK.03/2015 PPh Pasal 23

adalah “Pajak Yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa,

hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong di Pajak Penghasilan Pasal

21”.

Menurut Resmi (2017) Pajak Penghasilan pasal 23 adalah

“Pajak yang dipotong terhadap penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib
Pajak dalam negeri (orang pribadi atau badan), dan bentuk usaha tetap yang
berasal dari modal untuk memberikan jasa, atau menyelenggarakan kegiatan
selain yang dipotong dalam Pajak Penghasilan Pasal 21. Pajak Penghasilan Pasal
23 dibayar atau terutang oleh instansi pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan asing
lainnya”.
Berdasarkan pengertian diatas, maka pajak penghasilan pasal 23 ialah

pajak yang telah dipotong terhadap penghasilan yang bersumber dari modal,

pemberian jasa, atau hadiah selain yang telah dipotong dari PPh Pasal 21.

2.3.2 Pemotong PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 yaitu:

1. Badan pemerintah.

2. Subjek Pajak badan dalam negeri.

3. Penyelenggara kegiatan.

4. Bentuk usaha tetap (BUT).

5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.


13

6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak (WP) dalam negeri tertentu yang ditunjuk

oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai pemotong Pajak Penghasilan

Pasal 23, yaitu:

a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),

kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan

bebas.

b. Orang Pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan

pembukuan atas pembayaran sewa.

2.3.3 Yang Dikenakan Pemotong PPh Pasal 23

Yang di kenakan atas pemotongan pajak penghasilan dari pasal 23

dikenakan kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap (BUT) yang

menerima penghasilan dari permodalan, pemberian jasa, atau kegiatan selain yang

telah dipotong Pajak Penghasilan 21.

2.3.4 Subjek Pajak PPh Pasal 23

Berikut adalah penerima penghasilan yang telah dipotong pajak

penghasilan dari pasal 23:

1. Wajib Pajak dalam negeri (Orang Pribadi atau Badan).

2. Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Mendapatkan penerimaan yang bersumber dari modal, penyerahan jasa

maupun penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 21.


14

2.3.5 Objek Pajak PPh Pasal 23

Objek pajak penghasilan pasal 23 ialah sebagai berikut :

1. Dividen, atas nama serta dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari sisa

hasil usaha koperasi dan dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis.

2. Bungan termasuk diskonto, premium, serta imbalan berkaitan dengan jaminan

pelunasan hutang.

3. Royalti.

4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong pajak

penghasilan ialah penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang

pribadi dalam negeri yang bersumber dari penyelenggara kegiatan sehubungan

dengan pelaksanaan suatu kegiatan..

5. Sewa dan penghasilan lain berkaitan penggunaan harta, terkecuali sewa dan

bangunan dan/atau tanah sehubunga harta yang sudah dikenakan Pajak

Penghasilan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-

Undang Pajak Penghasilan.

6. Imbalan berkaitan terhadap jasa teknis, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa

konsultansi, serta jasa selain jasa yang yelah dipotong dari Pajak Penghasilan

Pasal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak

Penghasilan.

2.3.6 Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 23

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat 4, penerimaan

yang tidak dikenakan pajak penghasilan pasal 23 ialah:

1. Penerimaan dibayarkan kepada pihak Bank.


15

2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa opsi..

3. Dividen atau bagian keuntungan yang didapat PT selaku wajib pajak dalam

negeri, koperasi, badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik

daerah (BUMD), atas penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan atau

berkedudukan di Indonesia dengan ketentuan bahwa:

a. Dividen bersumber dari cadangan laba ditahan.

b. Bagi Perseroan Terbatas (PT), BUMN, BUMD yang memperoleh

dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling

rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.

4. Dividen yang didapatkan oleh orang pribadi.

5. Bagian keuntungan yang diterima atau diperoleh anggota perseroan terbatas

yang modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, firma, dan usaha

patungan, termasuk pemegang unit penyertaan dalam kontrak investasi

kolektif.

6. Sisa hasil usaha koperasi telah dibayar oleh koperasi kepada anggotanya.

7. Penerimaan yang dibayarkan atau terutang terhadap badan usaha terhadap jasa

keuangan, berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan sesuai

peraturan.

2.3.7 Tarif Pajak PPh Pasal 23

Besarnya PPh Pasal 23 yang dipotong yaitu:

1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:

1) Dividen.
16

2) Bunga tergolong diskonto, premi, serta imbalan atas pelunasan utang yang

dijamin.

3) Royalti.

4) Hadiah, bonus, penghargaan, serta sejenisnya dipotong dari Pajak

Penghasilan.

2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :

1) Sewa dan pendapatan lain berkaitan penggunaan properti, terkecuali sewa

tanah atau bangunan.

2) Imbalan berkaitan terhadap jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,

jasa konsultansi, serta jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak

Penghasilan 21. Jasa lainnya terdiri dari:

(1) Jasa Penilai (appraisal).

(2) Jasa Perancang.

(3) Jasa akuntansi, atestasi laporan keuangan, dan pembukuan.

(4) Jasa hukum.

(5) Jasa Arsitek.

(6) Jasa arsitektur landscape dan perencanaan kota.

(7) Jasa Aktuaris.

(8) Jasa pemboran di sektor pertambangan minyak dan gas bumi

(migas), terkecuali yang dilaksanakan oleh Bentuk Usaha Tetap

(BUT).

(9) Jasa penunjang di sektor penambangan migas dan panas bumi.


17

(10) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan

kecuali migas.

(11) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara.

(12) Jasa penebangan hutan.

(13) Jasa pengolahan limbah.

(14) Jasa penyedia tenaga kerja.

(15) Jasa perantara dan keagenan.

(16) Jasa di bidang perdangan surat-surat berharga, terkecuali yang

dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI, dan KPEI.

(17) Jasa kustodian penyimpanan, penitipan kecuali yang dilakukan

oleh KSEI.

(18) asa sulih suara dan/atau pengisian suara (dubbing).

(19) Jasa mixing film.

(20) Jasa iklan, poster, photo, slide, klise, banner, pamphlet, baliho,

pembuatan sarana promosi film, dan folder.

(21) Jasa sehubungan dengan software komputer, meliputi perawatan,

perbaikan, serta pemeliharaan.

(22) Jasa pengelolaan website dan/atau pembuatan.

(23) Jasa informasi, dan/atau program, penyimpanan, pengelolaan

dan/atau penyaluran data.

(24) Jasa pemasangan instalasi/pemasangan mesin, air, gas, telepon,

listrik, peralatan, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan


18

pada Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan

mempunyai izin dan/atau sertifikasi pengusaha konstruksi.

(25) Jasa pemeliharaan/perbaikan/pemeliharaan unit, gas, air, telepon,

peralatan, penyejuk udara, TV, pengangkutan/kendaraan dan/atau

bangunan, selain yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang ruang

lingkupnya di bidang konstruksi dan memiliki izin dan/atau

sertifikasi pengusaha konstruksi.

2.3.8 Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23

Menurut Resmi (2019) Saat terutang, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal

23, yaitu:

1. Pada pajak penghasilan pasal 23 terutang pada masa akhir bulan

dilakukukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya

penghasilan yang bersangkutan. Hal yang dimaksud dengan saat

terutangnya penghasilan yang bersangkutan adalah saat pembebanan

sebagai biaya oleh pemotong pajak sesuai dengan metode pembukuan

yang dianutnya.

2. Pajak penghasilan pasal 23 wajib disetorkan oleh pemotong pajak

setelatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya, setelah bulan terutangnya

pajak kepada bank persepsi atau Kantor Pos Indonesia..

3. Pemotongan pajak penghasilan pasal 23 wajib menyampaikan surat

pemberitahuan masa paling lambat 20 hari setelah berakhirnya Masa

Pajak.
19

4. Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 wajib memberikan bukti

pemotongan kepada orang pribadi atau badan yang telah dibebani

pemotongan Pajak Penghasilan;.

5. Pelaksanaan pemajakan PPh Pasal 23 dapat dilaksanakan secara

desentralisasi, yang dimaksudkan untuk dilaksanakan di tempat

terutangnya pembayaran atau penerimaan yang menjadi objek Pajak

Penghasilan Pasal 23. Bermaksud agar memudahkan pengawasan atas

pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 23. Transaksi yang

menjadi objek pemotongan pajak penghasilan pasal 23 dibayar oleh kantor

pusat, pajak penghasilan pasal 23 dipotong, disetor, serta dilaporkan oleh

kantor pusat. Sedangkan objek pajak penghasilan pasal 23 yang

dibayarkan oleh kantor cabang, contohnya sewa kantor cabang, pajak

penghasilan pasal 23 dipotong, disetor, serta dilaporkan oleh kantor

cabang yang bersangkutan..


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

3.1.1 Sejarah Umum Perusahaan.

KKP Yanto adalah Perusahaan Konsultan Pajak dan Bisnis di Depok Jawa

Barat, Indonesia dengan layanan komprehensif dari Pajak, Bisnis dan Pelatihan.

Perusahaan kami memiliki pengalaman dalam semua aspek pajak, bisnis dan

hukum. Kantor Konsultan Pajak Yanto,SE,Ak.,M.Ak adalah praktek layanan Jasa

Perpajakan, Akuntansi serta Keuangan yang langsung dijalankan oleh Yanto,

SE.,Ak.,M.Ak.,BKP.,CA. Akuntan beregister Negara No: D-45.926 serta RNA

3.091. Konsultan Pajak ini memiliki Izin Praktek atas Kementerian Keuangan

Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak No: SI-4051/PJ/2014 dan KKP

Yanto berdiri pada 8 Desember tahun 2014 hingga sekarang.

KKP Yanto juga aktif sebagai Trainer (Narasumber) pada lembaga

Training, seminar, workshop, lokakarya Nasional di Indonesia di lembaga Pusat

Pengembangan Profesi Indonesia (P3I), Bina Manajemen Centre (BMC),

Pusdiknas, PSPIN, Pusmakopin, LPKSI dan LIP Diklat. Dengan berdirinya KKP

Yanto, SE., AK., M.Ak sejak 2014 hinnga sekarang perusahaan ini sudah

menjalin hubungan kerja dan memiliki klien lebih dari 10 perusahaan di Indonesia

seperti PT. Taman Wisata Candi (TWC) Klaten, PT. Baitus Syifa Kendal Jawa

Tengah, Universitas Muhammadiyah Gresik, Poliklinik Baitul Hikmah, Koperasi

Lion Grup, Rumah Sakit Permata Bunda, Yayasan Pondok Pesantren Al-Ghozali,

dan lain sebagainya.

20
21

3.2 Struktur Perusahaan KKP Yanto, SE., Ak., M.Ak

Kepala Kantor

SDM &

Administrasi

Marketing Diklat &


Tax Accounting
Pelatihan
& Finance

Sumber : KKP Yanto SE., Ak., M. Ak.

Gambar 1

Struktur Organisasi KKP Yanto SE., Ak., M. Ak.

Deskripsi pekerjaan dari bagian-bagian struktur organisasi diatas adalah

sebagai berikut:

1. Kepala Kantor mempunyai tugas penting dalam melaksanakan tugas

dalam memimpin, mengkordinasikan dan mengendalikan seluruh instansi

pada Kantor.

2. SDM & Administrasi Mempunyai tugas melakukan perencanaan,

mengarahkan, menyelenggarakan, mengorganisir, serta mengawasi

pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan kegiatan kantor.


22

3. Marketing mempunyai tugas menjangkau prospek, investor, komunitas,

dan/atau pelanggan, sambil menciptakan citra menyeluruh yang mewakili

perusahaan Anda secara positif.

4. Tax Accounting and Finance, Tax Accounting mempunyai tugas membuat

faktur pajak serta mempersiapkan atau menyusun kewajiban pajak bulanan

dan tahunan perusahaan. Sedangkan Finance bertanggung jawab mengurus

uang masuk dan uang keluar kantor.

5. Diklat dan pelatihan memiliki tugas utama melakukan tugas Kepala Badan

dalam merangai serta menyusun bahan pelaksanaan kebijakan daerah,

menyusun bahan perumusan kebijakan teknis serta melaksanakan program

pendidikan diklat serta teknis dan fungsional.

3.1.2 Layanan Perusahaan

Produk yang disediakan atas KKP Yanto,SE,Ak.,M.Ak berupa jasa

pendampingan, konsultasi, dan penyiapan berkas perpajakan daripada Wajib

Pajak. Adapun jasa yang diberikan antara lain:

1. Jasa Akuntansi

- Jasa Akuntansi dan Keuangan

- Jasa Audit

2. Jasa Perpajakan

- Konsultasi Pajak

- Membuat dan mereview SPT Masa dan SPT Tahunan

- Pengacara Pajak

- Perencanaan Pajak
23

- Administrasi Pajak

3.1.3 Sejarah Umum PT. ADIS JAYA DNZ

PT. ADIS JAYA DNZ didirikan di Gresik Jawa Timur pada tanggal 29

Oktober 1988. Sejarah didirikan PT. ADIS JAYA DNZ bergerak pada jasa

cleaning service yang berfokus pada kebutuhan perusahaan PT. PLI sebagai

holding company, yang terus berkembang berjalan hingga tahun 1995 dengan

melakukan terobosan ekspansi keluar PT. KML serta melayani kebutuhan

pengelolaan jasa ketenagakerjaan dan borongan. Menyikapi berkembangnya pasar

internasional dalam hal kebutuhan utama masyarakat. Pada tahun 2000 PT. ADIS

JAYA DNZ membuat suatu ide gagasan baru mendirikan sektor usaha berupa

"AIR MINUM DALAM KEMASAN" dengan nama "QYA", barang terbaik serta

sudah terakreditasi Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu melalui ISO 9002. Dengan

berjalannya PT. ADIS JAYA DNZ sudah menjadi perusahaan yang berjalan

disektor usaha yang kompleks, profesional dan terus berkeinginan untuk maju

didalam memberikan pelayanan terbaik.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Penerapan Pemajakan PPh Pasal 23 Atas Jasa Pada PT. ADIS JAYA

DNZ

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemajakan PPh

pasal 23 bagi PT. ADIS JAYA DNZ, terlebih dahulu penulis memaparkan

mengenai hasil pengumpulan data tentang pembayaran dan pelaporan PPh Pasal

23 bagi PT. ADIS JAYA DNZ.


24

Tabel 1

Daftar PPh Pasal 23 yang telah dipotong PT. ADIS JAYA DNZ tahun 2021

Jumlah PPh yang

Penghasilan dipotong
No Jenis Penghasilan Bruto (Rupiah/Rp)

(Rupiah/Rp)

1 Dividen. - -

2 Bunga. - -

3 Royalti. - -

4 Jasa penyedia tenaga kerja atau 1.485.198.545 29.703.970

tenaga ahli.

5 Jasa berkaitan perangkat lunak 8.887.711.902 177.754.238

atau perangkat keras atau sistem

komputer, termasuk perawatan,

pemeliharaan dan perbaikan.

6 Jasa penyediaan tempat atau 2.760.000 55.200

waktu dalam media masa, media

luar dan media lain untuk

menyampaikan informasi,
25

(Lanjutan)

Tabel 1

dan/atau jasa periklanan.

7 Sewa dan penghasilan lain 222.649.385 4.452.987

sehubungan dengan pengunaan

harta (PPh Pasal 26).

Sumber : PT. ADIS JAYA DNZ.

Berdasarkan pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2021

PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh PT. ADIS JAYA DNZ paling besar yaitu

terhadap Jasa yang berhubungan dengan perangkat lunak dan perangkat keras atau

sistem komputer, tergolong perawatan, pemeliharaan serta perbaikan. Pajak

penghasilan yang dipotong terhadap jasa tersebut yaitu Rp 177.754.238.

Adapun yang menjadi syarat agar dapat menjadi rekanan yang ditetapkan

oleh PT. ADIS JAYA DNZ adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai Data Perusahaan (Nama, Status, Alamat, dll).

2. Mempunyai ijin Usaha dan NPWP.

3. Mempunyai Landasan Hukum Pendirian Usaha.

4. Mempunyai Pengurus Perusahaan.

5. Mempunyai Data Keuangan.

3.2.2 Pelaksanaan Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23

pada PT. ADIS JAYA DNZ

Berikut data perhitungan dan pemotongan untuk analisis ini hanya

memakai daftar bukti pemotongan PPh Pasal 23 sebagai bahan untuk deskripsi
26

dan analisis teori. Berikut ini data yang dirangkum penulis berdasarkan informasi

yang telah diperoleh terkait perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 23 bagi PT.

ADIS JAYA DNZ pada tahun 2021:

Tarif yang dikenakan dalam PPh Pasal 23 adalah tarif umum berdasarkan

Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yaitu sebesar 2% untuk

penghasilan yang diperoleh dari jasa sewa (kecuali sewa tanah dan/atau

bangunan), dan tarif 15% atas deviden, bunga, royalti, dan hadiah/penghargaan.

Dalam pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 di PT. ADIS JAYA

DNZ, penulis melakukan perhitungan atas jasa sewa yang digunakan oleh PT.

ADIS JAYA DNZ dari beberapa vendor/klien PT. ADIS JAYA DNZ. Ini berarti

bahwa PT. ADIS JAYA DNZ sudah termasuk dalam PKP (Pengusaha Kena

Pajak) yang berkewajiban memotong sendiri atas penggunaan jasa atau sewa dari

luar vendor.

Tabel 2

Daftar Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 pada PT. ADIS JAYA DNZ

No Nama Tanggal Nilai Tarif PPh yang

Pemotongan Obyek Dipotong

Pajak (Rp) (Rp)

1 PT. ANKEDIN 13/07/2021 11.181.240 2% 223.624

2 PT. AULASE 27/07/2021 4.000.000 2% 80.000

3 PT. BIGUSI 05/07/2021 51.000.000 2% 1.020.000

4 PT. DANAHA 28/07/2021 12.833.330 2% 256.666


27

(Lanjutan)

Tabel 2

5 PT. DANOBAL 09/07/2021 450.000 2% 9.000.000

6 PT. DATECH 28/07/2021 2.535.000 2% 50.700

7 PT. FINETSI 06/07/2021 4.000.000 2% 80.000

8 PT.GADIRE 16/07/2021 118.800.000 2% 2.376.000

9 PT. JAVASI 05/07/2021 6.104.000 2% 122.080

10 PT. LINET 12/07/2021 10.000.000 2% 200.000

11 PT. MASATRANS 26/07/2021 7.600.000 2% 152.000

12 PT. SWAGI 25/08/2021 112.500 2% 2.250

13 PT. SWAGI 24/08/2021 278.252 2% 5.565

14 PT.SWAGI 24/08/2021 309.375 2% 6.187

15 PT. SWAGI 25/08/2021 407.095 2% 8.141

16 PT. SWAGI 24/08/2021 1.316.069 2% 26.321

17 PT. SWAGI 24/08/2021 4.117.147 2% 82.342

18 PT. BINMAS 06/09/2021 295.196 2% 5.903

19 PT. MINERJI 17/09/2021 59.950.000 2% 1.199.000

20 PT. AGITAL 16/09/2021 146.341.327 2% 2.926.826

21 PT. SWAGI 11/10/2021 78.750 2% 1.575

22 PT. SRYU 12/10/2021 50.000.000 2% 1.000.000

23 PT. GOTINET 25/11/2021 68.234 2% 1.364

24 PT. TELNESI 18/11/2021 310.000 2% 6.200

25 PT. TECOLANG 29/11/2021 13.500.000 2% 270.000


28

(Lanjutan)

Tabel 2

26 PT. GLS 18/12/2021 118.800.000 2% 2.376.000

27 PT. GLS 18/12/2021 118.800.000 2% 2.376.000

28 PT. SWAGI 05/12/2021 58.553.267 2% 1.171.065

29 PT. SWAGI 05/12/2021 15.326.769 2% 306.535

30 PT. TRILESTI 11/12/2021 2.491.314 2% 49.826

3.2.3 Pelaksanaan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT. ADIS

JAYA DNZ

Setelah menunjukkan pemotongan pajak perusahaan dan pemotongan PPh

Pasal 23, kewajiban selanjutnya yang harus dipenuhi PT. ADIS JAYA DNZ

adalah mengajukan atau membayar PPh Pasal 23 yang terutang kepada

Kementerian Keuangan. Penyetoran ini dapat dilakukan di KPP tempat PT. ADIS

JAYA DNZ terdaftar sebagai wajib pajak, yaitu KPP tempat PT. ADIS JAYA

DNZ terdaftar sebagai wajib pajak.

PT. ADIS JAYA DNZ menyampaikan PPh Pasal 23 ini melalui bank yang

diakui yang ditunjuk. Penyetoran dilakukan setiap tanggal 1 bulan kalender pasca-

pemotongan dengan menggunakan perangkat manajemen yang diperlukan, yaitu

Surat Pemberitahuan (SPT) dan dokumen sebagai bukti pemotongan.

Di bawah ini, penulis memberikan data perbulan pada tanggal penerimaan

pajak penghasilan berdasarkan Pasal 23 untuk masa Juli sampai Desember 2021.
29

Tabel 3

Daftar Penyetoran PPh Pasal 23 pada PT. ADIS JAYA DNZ Periode

Juli Sampai Desember 2021

No Bulan Tanggal Tanggal Keterangan

Pemotongan Penyetoran

1 Jui 13 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

2 Juli 13 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

3 Juli 13 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

4 Juli 13 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

5 Juli 13 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

6 Juli 07 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

7 Juli 07 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

8 Juli 07 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

9 Juli 08 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

10 Juli 08 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

11 Juli 08 Juli 10 Agustus Tepat Waktu

12 Agustus 24 Agustus 10 September Tepat Waktu

13 Agustus 24 Agustus 10 September Tepat Waktu

14 Agustus 24 Agustus 10 September Tepat Waktu

15 Agustus 24 Agustus 10 September Tepat Waktu

16 Agustus 24 Agustus 10 September Tepat Waktu

17 Agustus 25 Agustus 10 September Tepat Waktu


30

(Lanjutan)

Tabel 3

18 September 06 September 10 Oktober Tepat Waktu

19 September 17 September 10 Oktober Tepat Waktu

20 September 16 September 10 Oktober Tepat Waktu

21 Oktober 11 Oktober 10 November Tepat Waktu

22 Oktober 12 Oktober 10 November Tepat Waktu

23 November 25 November 10 Desember Tepat Waktu

24 November 18 November 10 Desember Tepat Waktu

25 November 29 November 10 Desember Tepat Waktu

26 Desember 18 Desember 10 Januari Tepat Waktu

27 Desember 18 Desember 10 Januari Tepat Waktu

28 Desember 05 Desember 10 Januari Tepat Waktu

29 Desember 05 Desember 10 Januari Tepat Waktu

30 Desember 11 Desember 10 Januari Tepat Waktu

Sumber : PT. ADIS JAYA DNZ.

Berdasarkan Tabel 3 secara keseluruhan, PT. ADIS JAYA DNZ telah

menyampaikan PPh Pasal 23 secara tepat waktu selama periode Juli dampai

dengan Desember 2021.

3.2.4 Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT. ADIS

JAYA DNZ

Setelah kewajiban menyetor dan membayar PPh Pasal 23 kepada PT.

ADIS JAYA DNZ telah dilakukan, maka kewajiban PT. ADIS JAYA DNZ
31

adalah melaporkan PPh Pasal 23 atau 26. Dalam membuat laporan SPT Masa PT.

ADIS JAYA DNZ sudah menggunakan e-SPT untuk mempermudah tugas.

Berikut adalah contoh yang disampaikan penulis sehubungan dengan laporan

Pasal 23 PPh yang dilakukan oleh PT. ADIS JAYA DNZ.

Tabel 4

Daftar Pelaksanaan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT.

DNZ Periode Juli Sampai Dengan Desember 2021

No Bulan Tanggal Tanggal Tanggal Keterangan

Pemotongan Penyetoran Pelaporan

1 Juli 13 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

2 Juli 13 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

3 Juli 13 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

4 Juli 13 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

5 Juli 13 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

6 Juli 07 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

7 Juli 07 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

8 Juli 07 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

9 Juli 08 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

10 Juli 08 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

11 Juli 08 Juli 10 Agustus 20 Agustus Tepat Waktu

12 Agustus 24 Agustus 10 September 20 September Tepat Waktu

13 Agustus 24 Agustus 10 September 20 September Tepat Waktu

14 Agustus 24 Agustus 10 September 20 September Tepat Waktu


32

(Lanjutan)

Tabel 4

15 Agustus 24 Agustus 10 September 20 September Tepat Waktu

16 Agustus 24 Agustus 10 September 20 September Tepat Waktu

17 Agustus 24 Agustus 10 September 20 September Tepat Waktu

18 September 16 September 10 Oktober 20 Oktober Tepat Waktu

19 September 17 September 10 Oktober 20 Oktober Tepat Waktu

20 September 16 September 10 Oktober 20 Oktober Tepat Waktu

21 Oktober 11 Oktober 10 November 20 November Tepat Waktu

22 Oktober 12 Oktober 10 November 20 November Tepat Waktu

23 November 25 November 10 Desember 20 Desember Tepat Waktu

24 November 18 November 10 Desember 20 Desember Tepat Waktu

25 November 29 November 10 Desember 20 Desember Tepat Waktu

26 Desember 18 Desember 10 Januari 20 Januari Tepat Waktu

27 Desember 18 Desember 10 Januari 20 Januari Tepat Waktu

28 Desember 05 Desember 10 Januari 20 Januari Tepat Waktu

29 Desember 05 Desember 10 Januari 20 Januari Tepat Waktu

30 Desember 11 Desember 10 Januari 20 Januari Tepat Waktu

Sumber : PT. ADIS JAYA DNZ


33

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bedasarkan analisis dan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis pemajakan

PPh Pasal 23. Maka kesimpulan yang didapat adalah:

1. Pemajakan PPh pasal 23 pada PT. ADIS JAYA DNZ sudah sesuai dengan Undang-

Undang No. 36 Tahun 2008. Sehingga PT. ADIS JAYA DNZ dalam pelaksanaan

kewajiban pembayaran PPh Pasal 23 sudah benar seperti objek-objek yang dipotong serta

dalam melakukan pemotongan pajak penghasilan pasal 23 sesuai tarif yang sudah

ditetapkan oleh peraturan.

2. Pemungutan PPh Pasal 23 yang ada pada PT. ADIS JAYA DNZ sudah sesuai Undang-

Undang Perpajakan yang berlaku dengan menyertakan dokumen-dokumen seperti SPT,

Bukti Pemotongan, Bukti Pembayaran, dan lain-lain.

3. Tarif terhadap PPh pasal 23 15% dari jumlah bruto atas deviden terkecuali pembagian

deviden kepada orang pribadi dikenakan final, bunga dan royalty, hadiah serta

penghargaan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Dan 2% dari jumlah bruto atas

sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah

dan/atau bangunan, imbalan jasa teknik, jasa kontruksi dan jasa konsultan dan imbalan

jasa lainnya sesuai dengan Undang-undang yang telah ditetapkan.

4. Pajak Penghsilan Pasal 23 yang terutang pada masa akhir bulan dilaksanakan

pembayaran, disediakan agar dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya. Penyetoran

PPh Pasal 23 yang dilakukan paling telat tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah

bulan saat terutang pajak dan SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak

setempat paling lambat 20 hari setelah masa berakhir pajak.


34

5. PT. ADIS JAYA DNZ selama ini melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik dan

tepat waktu.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu:

1. Penghitungan, Pembayaran, dan Pelaporan PPh Pasal 23 pada PT. ADIS JAYA DNZ

sudah dilakukan dengan benar dan tepat waktu sesuai dengan Undang-Undang No. 36

Tahun 2008.

2. Diharapkan PT. ADIS JAYA DNZ dapat mempertahankannya agar menjadi perusahaan

yang taat akan pajak.

Anda mungkin juga menyukai