Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pajak bukanlah sesuatu yang asing lagi ditelinga kalangan umum, hampir
semua golongan masyarakat mengetahui pajak. Dimana pajak bersifat paksaan,
sehingga tidak heran jika gambaran yang mengerikan di benak masyarakat akan
muncul ketika menyebut kata “Pajak”. Sehingga bisa dikatakan masyarakat yang
sudah terdaftar menjadi wajib pajak akan terbayang – bayangi oleh tanggungan
karena kita harus membagi hasil yang kita dapat untuk membayar pajak, apalagi
manfaatnya tidak bisa langsung dirasakan.
Menurut ahli Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan – peraturan umum (undang – undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.

B. Rumusan Masalah
1.Apa pengertian Pajak Kontemporer ?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Pajak Penghasilan Umum?
3. Bagaimana PPh atas Penghasilan Tertentu ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pajak Kontemporer


Pajak kontemporer adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
sistem pajak yang sesuai dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi
terkini. Pajak ini dirancang untuk menjawab tuntutan dan perubahan dalam
masyarakat serta lingkungan bisnis. Pajak kontemporer bertujuan untuk
memastikan bahwa sistem perpajakan tetap relevan dan efektif dalam
mengumpulkan pendapatan negara, mengatur perekonomian, dan memenuhi
kebutuhan publik.
Beberapa karakteristik pajak kontemporer mungkin termasuk:
a. Fleksibilitas: Sistem pajak kontemporer harus mampu beradaptasi dengan
perubahan dalam struktur ekonomi dan sosial. Ini bisa berarti penyesuaian
tarif, pembuatan pajak baru, atau perubahan dalam cara perpajakan
diterapkan.
b. Keadilan: Pajak kontemporer harus mengutamakan prinsip keadilan dalam
perpajakan, seperti prinsip kemampuan bayar (ability to pay) atau prinsip
kesetaraan (equality). Hal ini dapat mencakup pengenalan pajak progresif
yang membebankan tarif yang lebih tinggi kepada mereka dengan
penghasilan lebih tinggi.
c. Efisiensi: Pajak harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
menghambat pertumbuhan ekonomi atau menyebabkan distorsi dalam
perilaku ekonomi. Ini dapat mencakup pengurangan birokrasi perpajakan
dan penyederhanaan sistem perpajakan.
d. Penggunaan Teknologi: Pajak kontemporer sering menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dalam
pengumpulan dan pelaporan pajak. Hal ini dapat mencakup penggunaan e-
filing, pembayaran online, dan analisis data untuk mendeteksi potensi
pelanggaran perpajakan.

2
e. Berkelanjutan: Pajak kontemporer juga harus mempertimbangkan dampak
lingkungan dan berkelanjutan. Beberapa negara mungkin
mempertimbangkan pajak lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah
kaca atau mendorong penggunaan sumber daya alam yang lebih
berkelanjutan.
Pajak kontemporer adalah upaya untuk menjaga sistem perpajakan tetap
relevan dan efektif dalam menghadapi perubahan zaman. Sistem perpajakan yang
baik harus selalu diperbarui dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan
perekonomian saat ini.
Menurut ahli Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang
dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan – peraturan umum (undang – undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran – pengeluaran umum berhubungan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.1
Berbeda dengan pengertian pajak menurut Soemitro, dimana dari
pengertian pajak yang diungkapkan, kemudian dikoreksi muncullah pengertian
pajak. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.2

B. Pajak Penghasilan Umum


Pajak Penghasilan Umum adalah pajak yang dikenakan pada pendapatan
individu atau badan usaha dari berbagai jenis sumber pendapatan yang mereka
peroleh. Pajak ini adalah salah satu sumber utama pendapatan pemerintah di
banyak negara di seluruh dunia. Tujuan utama dari pajak penghasilan umum
adalah untuk mengumpulkan dana bagi pemerintah guna mendukung berbagai
program dan layanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
pertahanan, dan banyak lagi.

1 Adriani Sutedi, Hukum Pajak, (Jakarta : Sinar Grafika,2011), hal.2


2 Ibid, hal.2

3
Pajak penghasilan umum dapat diterapkan pada individu (pajak
penghasilan individu) atau badan usaha (pajak penghasilan badan). Pajak ini
dikenakan pada berbagai jenis pendapatan, termasuk:
a. Pendapatan Pekerjaan: Pajak penghasilan umum sering kali dikenakan
pada pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan atau gaji.
b. Pendapatan Usaha: Pendapatan yang diperoleh dari operasi bisnis, baik itu
perusahaan besar, usaha kecil, atau wiraswasta, dapat dikenai pajak
penghasilan umum.
c. Pendapatan Investasi: Ini mencakup pendapatan dari investasi seperti
bunga dari tabungan, dividen dari saham, atau keuntungan modal dari
penjualan aset investasi.
d. Pendapatan Properti: Pajak penghasilan umum juga dapat dikenakan pada
pendapatan yang diperoleh dari properti, seperti sewa atau hasil penjualan
properti.
e. Pendapatan Tambahan: Pendapatan tambahan seperti royalti, komisi, atau
hadiah juga dapat dikenakan pajak.
f. Pendapatan Lainnya: Ada juga pendapatan lainnya yang dapat dikenai
pajak, seperti pendapatan dari pekerjaan lepas, hak cipta, dan banyak lagi.
Tarif pajak penghasilan umum dapat bervariasi berdasarkan negara dan
tingkat pendapatan. Beberapa negara mungkin menerapkan sistem pajak progresif,
di mana tarif pajak meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan,
sementara yang lain mungkin menerapkan tarif pajak tetap. Deduksi dan kredit
pajak juga dapat mempengaruhi berapa banyak yang harus dibayarkan oleh
individu atau badan usaha.
Pajak penghasilan umum adalah salah satu instrumen utama yang
digunakan oleh pemerintah untuk mendapatkan dana yang diperlukan untuk
menjalankan pelayanan dan program-program publik yang vital bagi masyarakat.

C. Pph Atas Penghasilan Tertentu


Pajak Penghasilan Tertentu (PPh atas Penghasilan Tertentu) adalah bagian
dari sistem perpajakan yang diterapkan di Indonesia. PPh atas Penghasilan

4
Tertentu adalah pajak yang dikenakan pada pendapatan khusus yang diperoleh
oleh individu atau badan usaha. Pajak ini mengacu pada Pasal 21 sampai dengan
Pasal 26 UU Pajak Penghasilan (UU PPh) di Indonesia. Jenis pendapatan yang
termasuk dalam kategori PPh atas Penghasilan Tertentu antara lain:
1. PPh Pasal 21: Ini adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan dari
pekerjaan, baik yang diperoleh oleh karyawan maupun pekerja lepas
(freelancer). Biasanya, PPh Pasal 21 dipotong langsung oleh pemberi kerja
dari gaji karyawan dan disetor kepada otoritas pajak.
2. PPh Pasal 22: Pajak ini dikenakan pada berbagai jenis transaksi tertentu,
seperti pembelian barang dan jasa. Pemungut pajak, yang bisa menjadi
pihak swasta atau instansi pemerintah, wajib memotong dan menyetorkan
PPh Pasal 22 kepada otoritas pajak.
3. PPh Pasal 23: Pajak ini dikenakan pada pendapatan dari bunga, royalti,
atau dividen yang diperoleh oleh individu atau badan usaha. Pemungut
pajak wajib memotong PPh Pasal 23 dari pendapatan tersebut.
4. PPh Pasal 24: Ini adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan tertentu,
seperti sewa properti, hadiah, atau pendapatan lainnya yang tidak masuk
dalam Pasal 21, 22, atau 23. Pemungut pajak juga wajib memotong PPh
Pasal 24.
5. PPh Pasal 25: Pajak ini dikenakan pada penghasilan usaha, termasuk
penghasilan dari usaha perseorangan, perseroan, atau bentuk usaha
lainnya. Pemungut pajak wajib menghitung dan menyetor PPh Pasal 25
kepada otoritas pajak.
6. PPh Pasal 26: Ini adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan non-
residen yang diperoleh dari Indonesia. Pajak ini biasanya dikenakan pada
penghasilan yang diperoleh oleh warga negara asing atau badan usaha
asing yang tidak memiliki kantor tetap di Indonesia.
PPh atas Penghasilan Tertentu merupakan bagian penting dari sistem
perpajakan Indonesia dan digunakan untuk mengumpulkan pendapatan
pemerintah untuk mendukung program-program dan layanan publik. Tarif PPh
atas Penghasilan Tertentu, ketentuan pengenaan pajak, dan tata cara pelaporan

5
dapat bervariasi tergantung pada jenis pendapatan dan status pemungut pajak.
Oleh karena itu, penting bagi individu dan badan usaha untuk memahami aturan
dan kewajiban perpajakan yang berlaku.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pajak kontemporer adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


sistem pajak yang sesuai dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan teknologi
terkini. Pajak ini dirancang untuk menjawab tuntutan dan perubahan dalam
masyarakat serta lingkungan bisnis. Pajak kontemporer bertujuan untuk
memastikan bahwa sistem perpajakan tetap relevan dan efektif dalam
mengumpulkan pendapatan negara, mengatur perekonomian, dan memenuhi
kebutuhan publik.
Pajak Penghasilan Umum adalah pajak yang dikenakan pada pendapatan
individu atau badan usaha dari berbagai jenis sumber pendapatan yang mereka
peroleh. Pajak ini adalah salah satu sumber utama pendapatan pemerintah di
banyak negara di seluruh dunia. Tujuan utama dari pajak penghasilan umum
adalah untuk mengumpulkan dana bagi pemerintah guna mendukung berbagai
program dan layanan publik, seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur,
pertahanan, dan banyak lagi.
PPh atas Penghasilan Tertentu merupakan bagian penting dari sistem
perpajakan Indonesia dan digunakan untuk mengumpulkan pendapatan
pemerintah untuk mendukung program-program dan layanan publik.

7
DAFTAR PUSTAKA
.
Watung, D. N. (2013). Analisis perhitungan dan penerapan pajak
penghasilan Pasal 21 serta pelaporannya. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).
Barata, A. A. (2011). Panduan Lengkap Pajak Penghasilan. Visimedia.
Sabil, S., Lestiningsih, A. S., & Pujiwidodo, D. (2018). Pengaruh E-Spt
Pajak Penghasilan Dan Pemahaman Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
Jurnal Sikap, 2(2), 122-135.
Kondoy, V. C. (2016). Analisis penerapan pajak penghasilan jasa
konstruksi pada CV. Cakrawala. Jurnal Berkala ilmiah efisiensi, 16(4).
Shofira, A. Z., & Rodhiyawan, W. W. (2021). Aspek Pajak Penghasilan
Otoritas Jasa Keuangan. Jurnalku, 1(1), 30-39.

Anda mungkin juga menyukai