Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak
a. Definisi Akuntansi Pajak
Peristiwa yang dapat mengakibatkan berubahnya posisi
keuangan perusahaan merupakan sebuah proses akuntansi yang
dimulai dengan adanya transaksi. Transaksi inilah yang dapat menjadi
atensi pemerintah dalam mengeluarkan peraturan-peraturan
perpajakan agar dapat memungut pajak atas transaksi untuk
pembangunan di Indonesia. Dalam pertemuan antara akuntansi
dengan pajak, perusahaan condong menerapkan akuntansi yang
sudah sesuai dengan peraturan pajak. Dengan demikian akuntansi
pajak merupakan proses menyiapkan dan melaporkan perhitungan
pajak terutang serta melakukan perencanaan pajak.
b. Prinsip Dasar Akuntansi Pajak
Akuntansi pajak tercipta karena adanya suatu prinsip dasar yang
diatur dalam Undang-Undang Perpajakan dan pembentukannya
dipengaruhi oleh fungsi perpajakan dalam mengimplementasikan
sebagai kebijakan pemerintah. Prinsip-prinsip dasar yang digunakan
dalam akuntansi komersial bersifat tidak memihak terhadap produk-
produk yang dihasilkan oleh akuntansi sehingga terdapat karakteristik
dan tujuan pelaporan keuangan fiskal yang berbeda. Kewajiban
pembukuan, seperti telah dijelaskan merujuk pada penjelasan Pasal
13 Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan prinsip dasar
pembukuan, haruslah diselenggarakan dengan cara atau sistem lazim
dipakai di Indonesia, yaitu Standar Akuntansi Keuangan kecuali
perundang-undangan perpajakan menentukan lain.

6
7

c. Hubungan Akuntansi Komersial dengan Akuntansi Pajak


Tujuan akuntansi komersial yaitu menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Namun demikian, tidak semua informasi dapat tersedia untuk
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara
umum laporan keuangan tersebut menggambarkan pengaruh
keuangan dari peristiwa di masa lalu dan tidak diwajibkan menyiapkan
informasi non keuangan.
Kondisi era reformasi persyaratan di atas telah sejalan dengan
tuntutan keerbukaan. Self assessment system di Indonesia harus
didukung oleh unsur kejujuran dan keterbukaan wajib pajak yang
tercermin dalam itikad baik wajib pajak untuk menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan sebagaimana persyaratan yang
diperlukan dalam penyelenggaraan pembukuan atau pencatatan yang
dikemukakan sebelumnya.
2. Prinsip Dasar Perpajakan
a. Definisi Pajak
Kontribusi wajib kepada negara yang dimiliki utang oleh orang
pribadi atau badan yang dipaksa oleh undang-undang yang digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dengan tidak mendapatkan imbalan merupakan definisi dari pajak.
Selain itu juga pajak adalah sumbangan oleh rakyat kepada kas
negara yang didasarkan undang-undang dapat dipaksakan dengan
tidak mendapatkan jasa timbal secara langsung digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
b. Unsur Pajak
Adapun unsur-unsur pajak yang didasarkan pada definisi pajak
sebagai berikut:
1) Sumbangan dari rakyat kepada negara yang hanya dipungut oleh
negara berupa uang bukan barang.
2) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-
undang serta aturan pelaksanaannya.
8

3) Tidak mendapatkan imbalan dari negara secara langsung dapat


ditunjukkan adanya tidak mendapatkan imbalan individual oleh
pemerintah.
4) Dapat digunakan untuk membiayai negara, yaitu pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
c. Jenis Pajak
Pajak memiliki perbedaan atau penggolongan pajak serta jenis-
jenis pajak, dan didasarkan pada suatu kriteria, seperti siapa yang
membayar pajak, apakah beban pajak dapat dilimpahkan kepada
pihak lain, siapa pemungut, serta sifat-sifat yang melekat pada pajak
yang bersangkutan. Adapun jenis-jenis pajak sebagai berikut:
1) Menurut Golongan
a) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya langsung
kepada wajib pajak yang memiliki kewajiban membayar
pajaknya, artinya wajib pajak yang bersangkutan yang harus
memikul beban pajak dan beban pajak ini tidak dapat dialihkan
kepada pihak lain. Contohnya Pajak Penghasilan.
b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut oleh wajib
pajak (Pengusaha Kena Pajak) terlebih dahulu dalam
penggunaan jasa atau barang yang dihasilkan oleh wajib pajak
tersebut. Pajak ini dapat dialihkan pembebanannya kepada
pihak lain. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM).
2) Menurut Sifat
a) Pajak subjektif adalah pajak yang waktu pengenaannya yang
pertama diperhatikan adalah subjek pajaknya. Setelah
subjeknya diketahui barulah menentukan objeknya. Contohnya
Pajak Penghasilan.
b) Pajak objektif adalah pajak yang setelah objeknya diketahui
barulah menentukan subjeknya. Contohnya PPN dan Pajak
Bumi Bangunan (PBB).
9

3) Menurut Lembaga Institusi Pemungutan


a) Pajak pusat adalah pajak yang diadministrasikan oleh
pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Keuangan yaitu
DJP. Contohnya PPh dan PPN.
b) Pajak daerah adalah pajak yang diadministrasikan oleh
pemerintah daerah. Pajak daerah dibedakan antara pajak
provinsi dan pajak kabupaten atau kota. Contoh pajak provinsi
yaitu pajak kendaraan bermotor, pajak bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar, dan pajak
pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah dan air
permukaan. Contoh pajak kabupaten atau kota yaitu pajak
hiburan, pajak hotel, pajk reklame, pajak penerangan jalan,
pajak pengambilan dan pengolahan bahan golongan C
(mineral bukan logam dan batuan).
Ada pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah pusat akan
tetapi dapat diperuntukkan bagi pemerintah daerah baik daerah
tingkat I maupun daerah tingkat II. Contohnya PBB dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan “BPHTB” (di luar PBB
sektor pedasaan dan perkotaan). Selain itu juga ada pajak yang
diadministrasikan oleh pemerintah pusat tapi hasilnya dapat dibagi
dengan pemerintah daerah. Contohnya PPh Orang Pribadi (PPh
Pasal 21).
d. Fungsi Pajak
Fungsi pajak berkaitan dengan masyarakat dalam
pengimplementasiannya memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai
berikut:
1) Anggaran (Budgetair)
Fungsi anggaran (budgetair) berkaitan dengan pembiayaan
dalam rangka penyelenggaraan negara, baik bersifat pembiayaan
rutin seperti gaji maupun pembiayaan tidak rutin yang dapat dilihat
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
10

2) Mengatur (Regulator)
Fungsi mengatur (regulator) dibuat oleh pemerintah untuk
kepentingan masyarakat yang menitikberatkan kepada
pengeluaran yang diperuntukkan pada kebijakan-kebijakan baik di
bidang ekonomi maupun sosial.
3) Pendistribusian Pendapatan (Retribusi)
Fungsi pendistribusian pendapatan (retribusi) secara
ekonomi dapat membuat inflasi maupun deflasi menjadi rendah
maupun tinggi dalam penekanannya agar masyarakat sejahtera
dengan membuat berbagai kegiatan yang mendatangkan
penghasilan atas pekerjaannya.
4) Stabilitas
Fungsi stabilitas lebih menitikberatkan pada upaya
membuat kestabilan suatu negara yang berkaitan dengan
mengurangi keresahan yang dialami oleh masyarakat dapat
dilakukannnya pengalokasian pembiayaan kepada daerah malalui
alokasi khusus daerah.
e. Objek Pajak
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, yang menjadi objek
pajak adalah penghasilan. Penghasilan dapat diartikan sebagai
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima, baik yang berasal dari
Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau menambah kekayaan wajib pajak bersangkutan dengan nama
atau bentuk apapun. Adapun yang termasuk penghasilan sebagai
berikut:
1) Imbalan yang berkaitan dengan pekerjaan atau jasa seperti upah,
gaji, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau dalam bentuk lainnya.
2) Hadiah yang berasal dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan
penghargaan.
3) Laba usaha.
11

4) Keuntungan yang didapatkan karena adanya penjualan atau


pengalihan harta seperti keuntungan karena pengalihan harta
kepada perseroan, persekutuan dan badan lainnya dapat sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal.
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan
sebagai biaya.
6) Bunga yang termasuk di dalamnya premium, diskonto, dan
imbalan karena jaminan pengembalian utang.
7) Dividen, baik yang dari perusahaan asuransi kepada pemegang
polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi dengan nama dan
dalam bentuk apapun.
8) Royalti.
9) Sewa dan penghasilan lain yang berhubungan dengan
penggunaan harta.
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
11) Keuntungan yang diperoleh karena pembebasan utang ditetapkan
oleh pemerintah sampai dengan jumlah tertentu.
12) Keuntungan yang terjadi karena adanya selisih kurs mata uang
asing.
13) Selisih lebih karena adanya penilaian kembali aktiva.
14) Premi asuransi.
15) Iuran yang diperoleh dari wajib pajak dalam perkumpulannya
menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16) Tambahan kekayaan bersih yang berasal dari penghasilan yang
belum dikenakan pajak.
Adapun yang tidak termasuk atau tidak menjadi objek pajak antara
lain sebagai berikut:
1) Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk dan
disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
12

2) Harta hibahan yang diperoleh keluarga sedarah dalam garis


keturunan lurus satu derajat, dan diperoleh badan keagamaan
atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil
termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sepanjang tidak memiliki hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
3) Warisan.
4) Harta yang di dalamnya termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau pengganti penyertaan
modal.
5) Penggantian atau imbalan yang berhubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diperoleh dalam bentuk natura dan kenikmatan dari
wajib pajak atau pemerintah.
6) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi yang
berhubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.
7) Dividen atau bagian laba yang diperoleh perseroan terbatas
sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik
Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah yang berasal dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari
cadangan laba yang ditahan dan bagi perseroan terbatas,
BUMN/BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah
modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut.
8) Iuran yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
diperoleh dana pensiun baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
9) Penghasilan yang ditetapkan dengan keputusan Menteri
Keuangan berasal dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
dalam bidang-bidang tertentu.
13

10) Bagian laba yang diperoleh anggota berasal dari perseroan


komanditer dengan modalnya tidak terbagi atas saham-saham,
persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi.
11) Bunga obligasi selama lima tahun pertama sejak tanggal pendirian
atau tanggal kontrak yang diperoleh reksadana.
12) Penghasilan yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan
di Indonesia yang diperoleh perusahaan modal ventura dengan
syarat pasangan usaha tersebut merupakan perusahaan kecil,
menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor
usaha yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan dan
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Terkait dengan penghasilan sebagaimana yang telah diuraikan,
terdapat beberapa biaya yang dapat dikurangkan dengan
penghasilan. Adapun biaya yang dapat dikurangkan sebagai berikut:
1) Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
termasuk biaya pembelian bahan, biaya yang berhubungan
dengan pekerjaan atau jasa termasuk gaji, upah, honorarium,
gratifikasi, bonus, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk
uang, bunga, sewa, biaya perjalanan, royalti, biaya pengolahan
limbah, biaya administrasi, premi asuransi, dan pajak kecuali pajak
penghasilan.
2) Penyusutan yang hak dan biaya lain mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun dan atas harta berwujud dan amortisasi.
3) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
4) Kerugian yang diperoleh karena adanya penjualan atau
pengalihan harta perusahaan yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.
5) Kerugian yang diakibatkan dari adanya selisih kurs mata uang
asing.
6) Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia.
7) Biaya magang, beasiswa, dan pelatihan.
14

8) Piutang yang nyatanya tidak dapat ditagih telah diserahkan


perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Direktorat
Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) atau terdapat
perjanjian tertulis tentang penghapusan piutang atau pembebasan
utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan, telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus dan wajib
pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada DJP dalam pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
keputusan Direktur Jenderal Pajak.
9) Biaya administrasi kantor pusat dalam menentukan besarnya laba
suatu BUT adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau
kegiatan BUT, besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
10) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) diberikan pengurangan
bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
Untuk dapat dikurangkan atau dibebankan dalam perhitungan
Penghasilan Kena Pajak, biaya atau pengeluaran tersebut harus
mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau kegiatan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
merupakan objek pajak. Dengan demikian, biaya atau pengeluaran
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
bukan objek pajak, tidak boleh dikurangkan atau dibebankan. Apabila
dividen yang diterimanya bukan merupakan objek pajak biaya bunga
atas pinjaman yang digunakan untuk membeli saham tidak boleh
dikurangkan atau dibebankan tetapi dapat dikapitalisasi sebagai
penambah harga perolehan saham.
f. Tarif Pajak
PPh yang terutang dapat dihitung dengan mengalikan tarif tertentu
dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP yang digunakan sebagai
dasar perhitungan PPh dihitung dengan cara yang berbeda-beda
tergantung pada jenis wajib pajak dan tedapat perhitungan PKP
dengan menggunakan norma perhitungan khusus. Norma perhitungan
khusus dapat digunakan bagi wajib pajak tertentu seperti:
1) Perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional
2) Perusahaan asuransi luar negeri
15

3) Perusahaan pengeboran minyak, gas, dan panas bumi


4) Perusahaan dagang asing
5) Perusahaan dalam bentuk bangun guna serah (build, operate, and
transfer) yang melakukan investasi
PPh yang terutang secara umum dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut:
PPh Terutang = Tarif Pajak x Penghasilan Kena Pajak
PPh Wajib Pajak Badan dan Badan Usaha Tetap memiliki tarif tunggal
sebagai berikut:
1) Tarif tunggal 28% untuk tahun pajak 2009
2) Tarif tunggal 25% untuk tahun pajak 2010 daan seterusnya
3) Pengurangan tarif 50% bagi wajib pajak badan
Bagi sebagian wajib pajak mungkin belum mengetahui bahwa UU PPh
No. 36 Tahun 2008 yang berlaku mulai sejak 1 Januari 2009
memberikan fasilitas berupa pengurangan tarif PPh bagi wajib pajak
badan sebesar 50%, yang diberikan untuk penghasilan sampai
dengan sebesar Rp4.800.000.000,-
g. Syarat Pemungutan Pajak
Syarat pemungutan pajak di Indonesia dibagi menjadi 5 syarat
pemungutan agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan
atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
1) Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan).
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis).
3) Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis).
4) Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial).
5) Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
h. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak terdiri dari tiga sistem antara lain:
1) Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak dalam menentukan besarnya
pajak yang terutang diberikan wewenang kepada pemerintah
(fiskus).
16

2) Self Assessment System


Sistem pemungutan pajak dalam menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayar diberikan wewenang, kepercayaan dan
tanggung jawab kepada wajib pajak.
3) Withholding System
Sistem pemungutan pajak dalam memotong atau
memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak
diberikan wewenang kepada pihak ketiga.
i. Jenis dan Peraturan Pajak
Jenis dan peraturan pajak terdiri dari sembilan antara lain:
1) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
PPh Pasal 21 terdiri atas transaksi pembayaran gaji, upah,
honorarium, THR, bonus, komisi, dan jasa yang dilakukan oleh
orang pribadi dalam peraturan perpajakannya yaitu UU 36/2008
Pasal 21, PER-31/2009 Jo PER-59/2009, PER-14/2013.
2) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22
PPh Pasal 22 terdiri atas transaksi penjualan barang
kepada instansi pemerintah yang menggunakan APBN/APBD, dan
transaksi pembelian impor barang atau jasa dari luar daerah
pabean dalam peraturan perpajakannya yaitu UU 36/2008 Pasal
22, PMK-154/2010, PER-57/2010.
3) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23
PPh Pasal 23 terdiri atas transaksi pembayaran dividen,
bunga, royalti, hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21, sewa dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali penghasilan yang
telah dikenakan PPh Final, dan imbalan sehubungan dengan jasa
teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa
lain selain jasa yang dipotong PPh Pasal 21 dalam peraturan
perpajakannya yaitu UU 38/2008 Pasal 23, PMK-80/2010, PMK-
244/2008.
17

4) Pajak Penghasilan (PPh) Final


PPh Pasal 4 ayat 2 (Final) terdiri atas transaksi pembayaran
bunga bank, sewa tanah, dan atau bangunan, hadiah undian,
bunga simpanan koperasi, jasa konstruksi, dan divden dibayar
kepada wajib pajak orang pribadi dalam peraturan perpajakannya
yaitu UU 36/2008 Pasal 4 ayat 2, PMK-187/2008 dan PMK-
244/2008.
5) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN yang terdiri atas penyerahan barang atau jasa kena
pajak di daerah pabean dalam peraturan perpajakannya yaitu UU
42/2009, PP 1/2012, PP 24/2012, PMK-03/2010, PER-11/2013.
6) Pajak Penjualan Barang Mewah
PPnBM terdiri atas penyerahan kendaraan bermotor dan
selain kendaraan bermotor yang tergolong barang mewah yang
dilakukan oleh pabrikan atau pada saat melakukan impor. Tarif
PPnBM paling rendah 10% dan paling tinggi 75% tergantung jenis
barang kena pajak dalam peraturan perpajakannya yaitu UU
42/2009, PP 24/2012.
7) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25
PPh Pasal 25 terdiri atas angsuran pajak badan usaha
setiap bulan yang dihitung dari jumlah PPh badan terutang tahun
lalu. PPh Pasal 25 dibayar setiap bulan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dengan menggunakan Surat Setoran Paja (SSP)
dalam peraturan perpajakannya yaitu UU 36/2008, PER-22/2008.
8) Pajak Penghasilan (PPh) Badan
PPh Badan yang terdiri atas Penghasilan Kena Pajak (PKP)
yaitu laba bersih yang diperoleh dala satu tahun pajak setelah
diperhitungkan penyesuaian fiskal jika peredaran brutonya Rp4.8
M sampai dengan dalam peraturan perpajakannya yaitu UU
36/2008 Pasal 17, PP 46/2013.
18

9) Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi


PPh Orang Pribadi yang terdiri atas Penghasilan Kena
Pajak (PKP) yaitu laba bersih yang diperoleh oleh orang pribadi
yang memiliki kegiatan usaha atau hasil pekerjaan bebas dalam
satu tahun pajak setelah diperhitungkan penyesuaian fiskal dalam
peraturan perpajakannya yaitu UU 36/2008 Pasal 21, PP 46/2013.
3. Penghasilan dan Pajak Penghasilan
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
digunakan untuk mengkonsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib
pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun dapat
diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia. Penghasilan dapat meliputi pendapatan
(revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan timbul diakibatkan adaya
pelaksanaan aktivitas perusahaan, sedangkan keuntungan
mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian pada
hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan.
Pajak penghasilan adalah pajak yang dalam pengenaannya
dikenakan terhadap subjek pajak atau penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam 1 tahun pajak yaitu tahun kalender atau tahun buku yang
memiliki jangka waktu 12 bulan atau bagian pajak yang kewajiban
subjektifnya dimulai pertengahan tahun. Fiskal dalam membedakan
penghasilan dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:
1) Penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan.
2) Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final.
3) Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak penghasilan.
Pengelompokkan penghasilan tersebut dapat mengakibatkan
adanya perbedaan mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal.
Penghasilan yang bukan objek berarti atas penghasilan tersebut tidak
dikenakan pajak (tidak menambah laba fiskal).
19

4. Perbedaan Konsep Biaya dan Bukan Biaya


Setiap pengeluaran atau pengorbanan ekonomis yang dilakukan
dalam rangka memperoleh pendapatan dapat dibebankan sebagai biaya
menurut akuntansi. Tujuan perpajakan konsep biaya hanya terbatas pada
biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
sehingga dapat terjadi bahwa suatu biaya yang menurut akuntansi telah
diakui tetapi tidak diperkenankan untuk diakui bagi tujuan perpajakan.
Contohnya sumbangan bagi perusahaan merupakan biaya tetapi untuk
tujuan pajak sumbangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Tujuan
pajak dan akuntansi dalam pengukuran biaya adalah sebesar harga
pertukarannya. Apabila diantara pihak yang melakukan transaksi terdapat
hubungan istimewa maka pihak pajak dapat menetapkan kembali harga
pertukaran yang terjadi karena adanya transaksi yang dilakukan antara
dua pihak yang memiliki hubungan istimewa dapat diatur dan dapat
merugikan pihak pajak.
Untuk tujuan perpajakan apabila dibandingkan dengan komponen
biaya menurut akuntansi komersial dapat dikoreksi yang mempengaruhi
penghasilan atas dasar penerimaan dan pengaruh sosial ekonomi, tidak
seluruh biaya dapat dikurangkan terhadap penghasilan. Adapun biaya-
biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi menjadi 2 golongan antara
lain:
1) Biaya yang memiliki masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun yaitu
biaya pada tahun yang bersangkutan. Contohnya gaji, biaya
administrasi dan bunga.
2) Biaya yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yaitu biaya
yang dalam pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau
melalui amortisasi.
20

5. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal


Salah satu alasan yang mendasari adanya perbedaan akuntansi
paajak dengan akuntansi keuangan yaitu tujuan akuntansi keuangan
dalam pemberian informasi penting kepada paraa manajer, pemegang
saham, pemberi kredit, serta pihak-pihak yang memiliki kepentingan
lainnya dan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak
tersebut dari berbagai informasi yang menyesatkan. Tujuan utama
akuntansi pajak yaitu pemungutan pajak yang adil dan tanggung jawab
Direktorat Jenderal pajak untuk melindungi para pembayar pajak dari
tindakan semena-mena. Adapun rincian perbedaan akuntansi komersial
dan akuntansi fiskal sebagai berikut:
Tabel II-1.
Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal

AKUNTANSI KOMERSIAL AKUNTANSI FISIKAL


Masa manfaat : Masa manfaat :
a. Masa manfaat ditentukan a. Ditetapkan berdasarkan
asset berdasarkan taksiran keputusan Menteri Keuangan.
umur ekonomis maupun b. Nilai residu tidak
umur teknis. diperhitungkan
b. Ditelaah ulang secara Harga perolehan :
periode. a. Untuk pembelian
c. Nilai residu bias menggunakan harga
diperhitungkan. sesungguhnya.
Harga perolehan : b. Pertukaran asset tidak sejenis
a. Jika direvaluasi adalah menggunakan harga wajar.
sebesar nilai revaluasi. c. Pertukaran sejenis
b. Pertukaran asset tidak berdasarkan nilai buku asset
sejenis menggunakan harga yang dilepas.
wajar. d. Asset sumbangan
c. Untuk pertukaran sejenis berdasarkan harga pasar.
berdasarkan nilai buku asset
yang dilepas.
21

d. Asset sumbangan berdasarkan e. Jika direvaluasi adalah


harga pasar. sebesar nilai revaluasi.
Metode penyusutan : Metode penyusutan :
a. Garis lurus a. Untuk asset tetap bangunan
b. Jumlah angka tahun adalah garis lurus.
c. Saldo menurun/menurun ganda b. Untuk asset tetap bukan
d. Metode jam jasa bangunan Wajib Pajak dapat
e. Unit produksi memilih garis lurus atau
f. Anuitas saldo menurun ganda asal
g. Sistem persediaan. diterapkan secara taat asas.
Perusahaan dapat memilih salah Sistem penyusutan :
satu metode yang dianggap a. Penyusutan secara individual
sesuai, namun harus diterapkan kecuali untuk peralatan kecil,
secara konsisten dan harus boleh secara golongan.
ditelaah secara periodik. Saat dimulainya penyusutan :
Sistem penyusutan : b. Saat Perolehan.
a. Penyusutan individual. Dengan izin Menteri
b. Penyusutan Keuangan dapat dilakukan
gabungan/kelompok. pada tahun penyelesaian
Saat dimulainya penyusutan : atau tahun mulai
a. Saat perolehan. menghasilkan.
Saat penyelesaian.
22

6. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal


Dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal terdapat persamaan
sebagai berikut:
1) Aset atau harta tetap yang dapat memberikan manfaat lebih dari satu
periode tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya
tetapi harus dikapitalisir dan harus disusutkan sesuai dengan masa
manfaatnya.
2) Aset atau harta yang dapat disusutkan yaitu aset tetap berupa
bangunan maupun bukan bangunan.
3) Tanah yang pada prinsipnya tidak disusutkan kecuali jika tanah
tersebut memiliki masa manfaat yang terbatas.
7. Rekonsiliasi Fiskal
a. Laporan Keuangan Komersial
Laporan keuangan komersial merupakan suatu alat informasi
yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan kondisi keuangan
dan kinerja perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data keuangan perusahaan. Tujuan laporan keuangan yaitu
untuk menyediakan informasi tentang kinerja keuangan yang nantinya
akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta dapat
digunakan sebagai alat pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya. Jenis laporan keuangan yang
biasa dikenal adalah laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba
rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.
b. Laporan Keuangan Fiskal
Laporan keuangan fiskal merupakan laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan peraturan perpajakan dan dapat digunakan
untuk keperluan perhitungan perpajakan. Rekonsiliasi fiskal yang
dilakukan oleh wajib pajak karena adanya perbedaan perhitungan
khususnya pada bagian laba menurut akuntansi komersial yang
disusun berdasarkan SAK dengan laba menurut perpajakan (fiskal)
yang disusun berdasarkan peraturan perpajakan UU PPh.
Adapun beberapa pendekatan dalam menyusun laporan
keuangan fiskal sebagai berikut:
23

1) Laporan keuangan fiskal yang disusun secara beriringan dengan


laporan keuangan komersial.
2) Laporan keuangan fiskal ektrakomputabel dengan laporan
keuangan komersial.
3) Laporan keuangan fiskal yang disusun dengan menyisipkan
ketentuan-ketentuan dalam laporan keuangan komersial.
c. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan
Fiskal
Adapun penyebab terjadinya perbedaan antara laporan keuangan
komersial dan laporan keuangan fiskal antara lain:
1) Perbedaan prinsip akuntansi seperti prinsip konservatisme, prinsip
harga perolehan, atau prinsip matching biaya penyusutan.
2) Adanya perbedaan metode dan prosedur akuntansi seperti metode
penilaian persediaan, metode penyusutan dan amortisasi, dan
metode penghapusan piutang.
3) Adanya perbedaan perlakuan dan pengakuan dalam penghasilan
dan biaya.
d. Beda Tetap dan Beda Waktu
Masalah pokok yang dihadapi dalam akuntansi sama dengan
pajak penghasilan yaitu menentukan pendapatan (penghasilan) dan
beban (biaya) untuk tahun buku yang bersangkutan terdapat
persamaan dan perbedaan mengenai prinsip dan metode. Adapun
perbedaan terdiri dari beda tetap (permanent different) dan beda waktu
(temporary different).
1) Beda tetap, yang terdiri dari:
a) Menurut akuntansi merupakan beban, menurut PPh tidak
dapat dibiayakan atau tidak dapat dikurangkan dalam
menghitung PKP yang diatur pada Pasal 9 Ayat 1 UU No. 17
Tahun 2000.
b) Menurut akuntansi merupakan pendapatan, menurut PPh
bukan merupakan objek PPh atau dikenakan PPh final yang
diatur pada Pasal 4 Ayat 2 dan Ayat 3 UU No. 17 Tahun 2000.
24

c) Menurut akuntansi bukan beban, menurut PPh dapat


dikurangkan untuk menghitung penghasilan neto fiskal seperti
PTKP untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menyelenggarakan pembukuan.
2) Beda waktu, yang terdiri dari:
a) Selisih penyusutan komersial diatas penyusutan fiskal.
b) Selisih penyusutan komersial dibawah penyusutan fiskal.
c) Penyisihan kerugian piutang.
d) Penyisihan kerugian persediaan.
e) Penyisihan pesangon.
f) Penyisihan penurunan nilai surat-surat berharga.
g) Penyisihan potongan penjualan dan sebagainya.
e. Koreksi Positif dan Negatif dalam Rekonsiliasi Fiskal
Koreksi fiskal merupakan koreksi atau penyesuaian yang harus
dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan
(PPh) bagi wajib pajak badan dan bagi wajib pajak orang pribadi yang
menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena
pajak. Adapun jenis koreksi fiskal antara lain:
1) Koreksi Fiskal Positif
Penyesuaian fiskal positif merupakan penyesuaian terhadap
penghasilan neto komersial dalam rangka menghitung
penghasilan kena pajak berdasarkan UU PPh yang memiliki sifat
menambah penghasilan yang timbul karena adanya:
a) Biaya, pengeluaran, dan kerugian dalam menghitung
penghasilan kena pajak tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto yang berdasarkan ketentuan UU PPh
beserta peraturan pelaksanaannya.
b) Perbedaan pada saat pengakuan biaya dan penghasilan atau
karena adanya perhitungan biaya menurut metode fiskal lebih
rendah dari perhitungan menurut metode akuntansi komersial.
c) Penghasilan yang merupakan objek pajak yang tidak termasuk
dalam penghasilan komersial.
25

2) Koreksi Fiskal Negatif


Penyesuaian fiskal negatif merupakan penyesuaian yang
dilakukan terhadap penghasilan neto komersial dalam rangka
menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan UU PPh yang
memiliki sifat mengurangi penghasilan yang timbul karena adanya:
a) Penyusutan dan amortisasi fiskal.
b) Penyesuaian yang didasarkan atas ketentuan umum Pasal 6
UU PPh beserta peraturan pelaksanaannya dalam hal ini
terdapat biaya-biaya perusahaan lainnya atau kerugian yang
tidak diakui secara komersial tetapi dapat diakui secara fiskal.
8. Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen
pajak yang dapat dilakukan dengan pengumpulan dan penelitian terhadap
peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan
pajak yang akan dilakukan sehingga mencapai sasaran perusahaan
dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dengan cara menggunakan tax
planning secara lengkap, benar dan tepat waktu sesuai Undang-Undang
Perpajakan. Agar perencanaan pajak dapat berhasil sesuai dengan yang
diharapkan, maka dapat dilakukan rencana melalui berbagai urutan tahap-
tahap sebagai berikut:
1) Melakukan analisis berdasarkan informasi yang ada.
2) Membuat satu model atau lebih rencana besarnya pajak.
3) Melakukan evaluasi atas perencanaan pajak.
4) Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak.
5) Mutakhirkan rencana pajak.
Adapun bentuk-bentuk dari perencanaan pajak sebagai berikut:
1) Mengambil keuntungan sesuai dengan kebutuhan dan jenis usaha dari
berbagai pilihan bentuk badan hukum.
2) Memilih lokasi perusahaan yang akan didirikan.
3) Mengambil keuntungan atas penghasilan kena pajak yang
diperbolehkan oleh undang-undang sebesar-besarnya atau
semaksimal mungkin dari berbagai pengecualian, potongan atau
pengurangan.
26

4) Mendirikan perusahaan satu jalur usaha agar dikenakan penggunaan


tarif pajak yang paling menguntungkan antara masing-masing badan
usaha.
5) Mendirikan perusahaan yang terdapat sebagai profit center dan ada
yang hanya berfungsi sebagai cost center.
6) Memberikan tunjangan sebagai salah satu pilihan untuk menghindari
lapisan tarif maksimum kepada karyawan dalam bentuk uang atau
natura dan kenikmatan.
7) Pemilihan metode penilaian persediaan yang diizinkan oleh peraturan
perpajakan yaitu metode rata-rata dan metode masuk pertama keluar
pertama (FIFO).
8) Untuk pendanaan aktiva tetap dapat mempertimbangkan sewa guna
usaha dengan hak opsi di samping pembelian langsung karena
adanya jangka waktu leasing umumnya lebih pendek dari umur aktiva
dan pembayaran leasing dapat dibiayakan.
9) Melalui pemilihan metode penyusutan yang diperbolehkan peraturan
perpajakan yang berlaku.
10) Menghindari pengenaan pajak dengan cara mengarahkan pada
transaksi yang bukan objek pajak.
11) Mengoptimalkan kredit pajak yang di perkenankan untuk memperoleh
informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan.
12) Penundaan pembayaran kewajiban pajak yang dapat dilakukan
dengan cara pembayaran pada saat mendekati tanggal jatuh tempo.
13) Menghindari pemeriksaan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak
dilakukan terhadap wajib pajak yang SPT lebih bayar, SPT rugi, tidak
memasukkan SPT atau terlambat memasukkan SPT, terdapat
informasi pelanggaran, dan memenuhi kriteria tertentu yang ditetapkan
oleh dirjen pajak.
27

B. Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa referensi penelitian terdahulu yang menjadi acuan
penulis dalam melaksanakan penelitian yakni sebagai berikut:
Tabel II-2.
Penelitian Terdahulu
Nama Judul
No. Hasil Penelitian Perbedaan
Peneliti Penelitian
Lambidju Koreksi Hasil Penelitian Penelitian
dan Elim Fiskal menunjukkan bahwa terdahulu
(2021) Laporan jumlah laba dalam dilakukan pada
Keuangan laporan keuangan perusahaan
Komersial komersial dengan manufaktur,
Dalam jumlah laba dalam sedangkan
Perhitungan laporan keuangan Penelitian ini
Pajak fiskal berbeda, hal ini dilakukan pada
Penghasilan disebabkan karena lembaga
Terutang terdapat biaya/ keuangan yaitu
Pada Pt. pendapatan yang BPR. Penelitian
Xyz tidak sesuai dengan terdahulu
1
peraturan perpajakan menggunakan
yaitu biaya metode deskriptif
perjalanan dinas, kualitatif,
biaya telepon/internet sedangkan
dan biaya penelitian ini
pemeliharaan menggunakan
kendaraan serta metode deductif
pendapatan jasa giro data analysis,
dan pajak jasa giro. unitizing, dan
categorizing dan
deskriptif
komparatif.
28

Zovira dan Analisis Hasil penelitian Penelitian


Purnamawati Rekonsiliasi menunjukkan terdahulu
(2019) Fiskal Dalam bahwa perhitungan dilakukan pada
Perhitungan PPh yang persahaan
PPh Badan dilakukan transport tour
PT. Bali Citra perusahaan belum dan travel,
Kinawa sesuai dengan UU sedangkan
Sentosa Perpajakan No. 36 Penelitian ini
Tahun 2008 karena dilakukan pada
perusahaan tidak bidang
memiliki bukti perbankan yaitu
daftar nominatif, BPR. Penelitian
2 biaya tersebut tidak terdahulu
dapat dikurangkan menggunakan
dari penghasilan metode
bruto. deskriptif,
sedangkan
penelitian ini
menggunakan
metode deductif
data analysis,
unitizing, dan
categorizing dan
deskriptif
komparatif.
29

Amanda dan Penerapan Hasil penelitian Penelitian


Helen (2019) Rekonsiliasi menunjukkan terdahulu
Fiskal Pada bahwa Laporan dilakukan pada
Laporan keuangan fiskal perusahaan
Keuangan yang disusun oleh perhotelan,
PT XYZ perusahaan belum sedangkan
Dalam sesuai dengan Penelitian ini
Menghitung peraturan dilakukan pada
Pajak perpajakan yang bidang
Penghasilan berlaku. perbankan yaitu
Terutang Perusahaan telah BPR. Penelitian
melakukan terdahulu
rekonsiliasi fiskal menggunakan
3
pada Laporan Laba metode
Rugi komersial, deskriptif,
tetapi masih sedangkan
terdapat beberapa penelitian ini
kesalahan pada menggunakan
rekonsiliasi fiskal metode deductif
yang dilakukan data analysis,
sehingga unitizing, dan
berdampak pada categorizing dan
kesalahan deskriptif
perhitungan Pajak komparatif.
Penghasilan badan
terutang.
30

Indarti Penerapan Hasil penelitian Penelitian


(2017) Rekonsiliasi menunjukkan terdahulu
Fiskal bahwa perhitungan dilakukan pada
Terhadap PPh Badan yang perusahaan air
Perhitungan dilakukan oleh minum,
PPh Badan PDAM Tirta Bumi sedangkan
Pada PDAM Wibawa Kota Penelitian ini
Tirta Bumi Sukabumi bahwa dilakukan pada
Wibawa Kota pada tahun 2015 bidang
Sukabumi jumlah PPh Badan perbankan yaitu
yang dibayarkan BPR. Penelitian
cukup besar terdahulu
dibandingkan menggunakan
dengan tahun metode deskriptif
4 sebelumnya tahun kualitatif,
2012 dan 2013 sedangkan
mengalami penelitian ini
kenaikan dengan menggunakan
selisih sebesar Rp metode deductif
80.298.070,35 dan data analysis,
antara tahun 2013 unitizing, dan
dan 2014 categorizing dan
mengalami deskriptif
kenaikan dengan komparatif.
selisih sebesar Rp
72.375.362,7 dan
antara 2014 dan
2015 mengalami
kenaikan
31

dengan selisih Rp
103.199.472,9,
dari selisih jumlah
PPh Badan pada
tahun sebelumnya
sehingga
perusahaan
melakukan
rekonsiliasi akan
menghasilkan
pajak penghasilan
final atas selisih
lebih penilaian
kembali
(Revaluasi).
Dariansyah Analisa Hasil penelitian Penelitian
(2020) Penerapan menunjukkan terdahulu
Perhitungan bahwa perhitungan dilakukan pada
Rekonsiliasi Rekonsiliasi Fiskal wilayah kerja
Fiskal dalam perhitungan kantor pelayanan
Terhadap Pajak belum sesuai pajak,
Laporan Undang Undang sedangkan
5 Keuangan Pajak yang belaku Penelitian ini
Komersial Pt saat ini. Karena dilakukan pada
Xyz Pada sesuai tarif pajak bidang
Wilayah yangberlaku perbankan yaitu
Kerja Kantor berdasarkan BPR. Penelitian
Pelayanan peredaran bruto terdahulu
Pajak Pulo perusahaan dan menggunakan
Gadung dengan pendekatan
32

menggunakan laba deskriptif


bersih sebelum kualitatif,
pajak menurut sedangkan
fiskal penelitian ini
menggunakan
metode deductif
data analysis,
unitizing, dan
categorizing dan
deskriptif
komparatif.

C. Kerangka Pemikiran
PT Bank Perkreditan Rakyat Bali Dewata merupakan perusahaan yang
kegiatan operasionalnya bergerak di bidang perbankan. Sebagai perusahaan
yang terus mengalami perkembangan, PT Bank Perkreditan Rakyat Bali
Dewata tentu harus menyajikan laporan keuangan yang diberikan kepada
pihak-pihak berkepentingan. Dalam menjalankan aktivitasnya maka PT Bank
Perkreditan Rakyat Bali Dewata perlu melakukan perhitungan PPh Badan
untuk mengetahui PKP.
33

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan analisis untuk


menentukan PKP terutang dengan terlebih dahulu mengumpulkan laporan
keuangan dan referensi lainnya. Sering terjadi ketidaksesuaian antara laporan
keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal maka perlu dilakukan
rekonsiliasi fiskal membandingkan antara laporan keuangan komersial
dengan laporan keuangan fiskal, untu mengetahui PKP terutang perusahaan
sehingga dapat digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut:

Gambar II-1.
Kerangka Pemikiran Analisis Penerapan Laporan Rekonsiliasi Fiskal
Terhadap Laporan Keuangan Komersial
di PT Bank Perkreditan Rakyat Bali Dewata
34

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban yang sementara terhadap permasalahan
mengenai apa saja yang sedang diamati dalam usaha untuk memahaminya.
Dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan yang telah diuraikan di
atas maka hipotesis yang dapat diambil sebagai berikut:
1. Adanya pemicu terhadap perbedaan antara laporan keuangan yang
dihasilkan oleh akuntansi komersial dan akuntansi perpajakan serta apa
saja pos-pos yang perlu di koreksi.
2. Adanya dampak atau pengaruh rekonsiliasi atau koreksi terhadap
besarnya Pajak Penghasilan (PPh) terutang.
E. Definisi Operasional
1. Rekonsiliasi Fiskal dan PPh Badan
Koreksi atau rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian PT Bank
Perkreditan Rakyat Bali Dewata atas laba komersial yang berbeda dengan
ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan neto atau laba yang
sesuai dengan ketentuan pajak. PPh Badan adalah pajak atas
penghasilan PT Bank Perkreditan Rakyat Bali Dewata yang diperoleh
terutang bergantung pada jumlah besarnya laba sebelum pajak diketahui
secara akurat jika pembukuan yang dilakukan telah sesuai dengan
ketentuan prinsip akuntansi berlaku umum. Adapun variabel perhitungan
PPh Badan PT Bank Perkreditan Rakyat Bali Dewata dapat diukur
berdasarkan perhitungan dan Pasal 29.
2. Laporan Keuangan Komersial
Laporan keuangan komersial adalah suatu alat informasi yang dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan kondisi keuangan dan kinerja PT
Bank Perkreditan Rakyat Bali Dewata kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data keuangan PT Bank Perkreditan Rakyat Bali
Dewata.

Anda mungkin juga menyukai