OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS PERTANIAN
2024
1. KONSEP PAJAK
A. Pengertian Pajak
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara
untuk membi ayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk preblic
saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Menurut, Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M., & Brack Horace R Pajak
adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk
menjalankan pemerintahan. Maka dari pengertian pajak diatas bahwa ada dua
hal penting yang terdapat pada pengertian pajak yaitu :
1) luran yang dapat dipaksakan, artinya luran yang mau tidak mau harus
dibayar oleh rakyat yang dikenakan kewajiban membayar iuran tersebut.
Kalau rakyat atau badan hukum yang oleh pemerintah dikenakan kewajiban
membayar iuran tersebut (lazim disebut wajib pajak) tidak melaksanakan
pembayaran tersebut, maka wajib pajak yang bersangkutan dapat dikenakan
tindakan hukum oleh Pemerintah berdasarkan undang-undang atau dengan
perkataan lain wajib pajak tersebut dapat dipaksa oleh pemerintah untuk
memenuhi kewajiban perpajakan- nya dengan menggunakan surat paksa
dan sita.
2) Tanpa jasa timbal/kontra prestasi/imbalan langsung, yang dapat ditunjukkan
mengandung arti bahwa wajib pajak yang membayar luran kepada negara
tidak ditunjukkan secara langsung imbalan apa yang diperolehnya dari
pemerintah atas pembayaran iuran tersebut. Berbeda dengan pembayaran
iuran kebersihan, kita akan langsung ditunjukkan atau diberikan imbalan
berupa diangkutnya pada waktu-waktu tertentu sampah yang kita tempatkan
pada tempat sampah di depan rumah kita atau di tempat pembuangan
sampah umum pada suatu kompleks. perumahan. Contoh lain, misalnya kita
bersekolah, maka kita harus bayar uang sekolah, sedang mereka yang tidak
bersekolah tidak harus bayar uang sekolah. Imbalan yang secara tidak
langsung diperoleh wajib pajak adalah berupa pelay anan pemerintah
kepada seluruh anggota masyarakat, baik yang membayar pajak maupun
yang dibebaskan dari pengenaan pajak, yaitu antara lain penyelenggaraan
bidang keamanan, kesejahteraan, pembuatan jalan, saluran irigasi,
pencegahan penyakit menular.
B. Ciri-ciri Dalam Pengertian Pajak
Dari berbagai definisi tersebut, baik pengertian secara ekonomis (pajak
sebagai pen galihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau
pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat
ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri yang terdapat pada pengertian pajak
antara lain sebagai berikut:
1) Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan
pelaksanaannya.
2) Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari
sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut
pajak/admin- istrator pajak).
3) Pemungutan pajak dialokasikan untuk kebutuhan pembiayaan
pemerintah secara umum dalam rangka pelaksanaan fungsi
pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan.
4) Tidak dapat ditunjukkan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh
pemer intah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib
pajak.
5) Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi Kas
Negara/Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerin tahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebi- jakan negara dalam lapangan
ekonomi dan sosial (fungsi mengatur/regulati
C. Tujuan Pajak
Begitu banyak manfaat yang dirasakan oleh negara dari pajak yang
dipungutnya tersebut. Manfaat pajak tak hanya dirasakan oleh negara namun
juga dirasakan oleh rakyatnya. Adapun manfaat pajak adalah sebagai berikut:
1) Membiayai Pengeluaran Negara. Pajak memiliki manfaat dengan
membiayai pengeluaran negara yang bersifat self liquiditing, contohnya
pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor.
2) Membiayai Pengeluaran Produktif. Pajak dapat membiayai pengeluaran
produktif dimana pengeluaran produktif adalah pengeluaran yang
memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran
untuk pengairan dan pertanian.
3) Pembiayaan produksi yang bersifat self-likuidasi dan non-reproduksi,
seperti produksi untuk pendirian monumen dan objek rekreasi.
4) Membiayai pengeluaran yang tidak produktif dimana contohnya adalah
pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan
pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu
pengeluaran bagi yatim piatu.
D. Jenis-jenis Pajak
Menurut Resmi (2011) jenis pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1) Menurut Golongan
a) Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul sendiri atau
ditanggung oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi
beban Wajib Pajak bersangkutan.
b) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa
atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak.
2) Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan.
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memerhatikan keadaan subjeknya.
b) Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan
objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang
mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun
tempat tinggal.
3) Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungut pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Negara (Pajak Pusat)
Pajak negara (pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya. Contoh dari pajak negara adalah pajak penghasilan (PPh),
pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah
(PPnBM), pajak bumi dan bangunan (PBB), bea materai, dan pajak
bumi dan bangunan (PBB) tertentu, dikutip dari laman Ditjen Pajak
Kemenkeu
b) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak
kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga
daerah masing-masing. Jenis Pajak Daerah Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD) antara lain:
• Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).
• Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).
• Pajak Alat Berat (PAB).
• Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB).
• Pajak Air Permukaan (PAP).
E. Sistem Pajak
Menurut Resmi (2011) mengemukakan dalam pemungutan pajak
dikenal beberapa sistem pemungutan, antara lain:
1. Official Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan
memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan.
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan dominan ada pada
aparatur).
2. Self Assesment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini,
inisisatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya
berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung
pajak, mampu memahami undang-undang yang sedang berlaku dan
mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya
membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk:
(a) Menghitung sendiri pajak terutang.
(b) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
(c) Membayar sendiri jumlah pajak terutang
(d) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang
(e) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.
F. Peraturan Pajak
1. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku sejak 1 Januari
1984 adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983
ini dilandasi falsafah Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, yang di
dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga negara
dan menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan
dan merupakan sarana peran serta rakyat dalam pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Undang-undang ini sebagian besar memuat
ketentuan umum dan tata cara yang berlaku untuk Pajak Penghasilan,
sedangkan ketentuan umum dan tata cara untuk Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, banyak diatur
dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
2. Dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983, disadari bahwa
banyak masalah dihadapi yang ternyata belum diatur dalam Undang-
undang ini sehingga menuntut perlunya penyempurnaan. Penyempurnaan
tersebut sejalan dengan arah dan tujuan pembangunan nasional serta
kebijaksanaan Pemerintah dalam Pembangunan. Jangka Panjang Tahap II
yang antara lain berbunyi "Sistem perpajakan terus disempurnakan,
pemungutan pajak diintensifkan dan aparat perpajakan harus makin
mampu dan bersih". Harapan masyarakat terhadap adanya aparatur
perpajakan yang makin mampu dan bersih, dituangkan dalam berbagai
ketentuan yang bersifat pengawasan dalam Undang-undang ini.
3. Falsafah dan landasan yang menjadi latar belakang dan dasar Undang-
undang ini tercermin dalam ketentuan-ketentuan yang mengatur sistem dan
mekanisme pemungutan pajak. Sistem dan mekanisme tersebut menjadi
ciri dan corak tersendiri dalam sistem perpajakan Indonesia, karena
kedudukan Undang-undang ini yang akan menjadi "ketentuan umum" bagi
perundang-undangan perpajakan yang lain. Ciri dan corak tersendiri dari
sistem pemungutan pajak tersebut adalah :
a) Bahwa pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian
dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-
sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk
pembiayaan negara dan pembangunan nasional ;
b) Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pemungutan pajak,
sebagai pencerminan kewajiban di bidang perpajakan berada pada
anggota masyarakat Wajib Pajak sendiri. Pemerintah, dalam hal ini
aparat perpajakan sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan, pelayanan dan pengawasan terhadap pemenuhan
kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang digariskan dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan;
c) Anggota masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat
melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri
pajak yang terutang (self assessment), sehingga melalui sistem ini
administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih
rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota
masyarakat Wajib Pajak.