Anda di halaman 1dari 15

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN
Jl. LengkongBesar No.68 Bandung 40261

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2020/2021


NAMA : GINA HANIFAH
NPM : 191000230
MATA KULIAH : HUKUM PAJAK
HARI / TANGGAL : Senin, 22 Maret 2021
KELAS / SEMESTER : E / IV
WAKTU : 60 MENIT
DOSEN : Dr. Berna Sudjana Ermaya, S.H., M.H.
SIFAT UJIAN : LMS

Soal :

1. Sebutkan Pengertian Pajak dan Hukum Pajak menurut 2 (dua) ahli?

Pengertian Pajak

 Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH,

Pajak adalah peralihan kekayaan rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan
“surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investement.

 Dr. Soeparman Soemahamidjadja

Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-
norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektip dalam mencapai
kesejahteraan umum”.

Pengertian Hukum Pajak

 Menurut Santoso Brotodihardjo

Hukum pajak atau dikenal juag sebagai hukum fiskal merupakan aturan yang meliputi wewenang atau
hak pemerintah untuk mengambil kekayaan dari seseorang dan kemudian memberikannya lagi ke
masyarakat dengan cara melalui kas negara. Hukum pajak ialah bagian dari hukum publik yang
dimana mengatur hubungan-hubungan orang atau badan hukum dengan negara yang memiliki
kewajiban untuk membayar pajak atau dikenal dengan wajib pajak.

 Dr. Soeparman Soehamidjaja

Hukum pajak merupakan hukum yang mengatur masalah perpajakan, dimana pajak tersebut yang
akan meringankan biaya produksi barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.
2. Sebutkan dan jelaskan dan berikan contoh-contohnya sumber-sumber penerimaan
negara?!
Pendapatan negara adalah pemasukan negara yang digunakan sebagai sumber pendanaan
kegiatan dan kebutuhan negara dalam rangka pembangunan negara. Yang dimaksud dengan
pendapatan negara atau penerimaan uang negara atau penerimaan pemerintah yakni meliputi
pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, sumbangan masyarakat, dll. Dalam hal
ini pendapatan negara yaitu berasal dari pajak maupun non pajak. Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang lansung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.

Sumber-sumber pendapatan negara secara umum dibagi menjadi dua sumber yaitu pendapatan
pajak dan pendapatan non pajak.
a. Pendapatan pajak
Pendapatan pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah yang diatur
dalam undang-undang tanpa balas jasa secara langsung.Pendapatan negara berasal dari
pajak. Secara garis besar berbagai jenis pajak yang dipungut pemerintah dapat dibedakan
kepada dua golongan yaitu pajak langsung dan pajak tak langsung.Pajak langsung berarti
jenis pungutan pemerintah yang secara langsung dikumpulkan dari pihak yang wajib
membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan perusahaan yang menjalankan kegiatan
dan memperoleh keuntungan wajib membayar pajak. Sedangkan, Pajak tak langsung adalah
pajak yang bebannya dapat dipindah- pindahkan kepada pihak lain. Diantara jenis pajak tak
langsung yang penting adalah pajak impor dan pajak penjualan. Pendapatan pajak berasal
dari pajak pusat dan pajak daerah:
1) Pajak Pusat (wewenang pemajakan berada di tangan pemerintah pusat)
a. Pajak penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
e. Bea Materai
f. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
g. Bea Masuk
h. Cukai Tembakau dan Ethil Alkohol beserta Hasil Olahannya
2) Pajak Daerah (wewenang pemajakannya berada di tangan pemerintah daerah)
a. Pajak daerah propinsi (1)
(1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Kendaraan di Atas Air;
(2) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB);
(3) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air
(4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b. Pajak Daerah Kabupaten/Kota
(1) Pajak Hotel dan Restaurant (PHR)
(2) Pajak Restoran
(3) Pajak Hiburan
(4) Pajak Reklame
(5) Pajak Penerangan Jalan
(6) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
(7) Pajak Parkir

b. Pendapatan non pajak


Pendapatan non pajak adalah pendapatan negara selain dari pajak. Pendapatan non pajak
berasal dari:
1. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah, (antara lain penerimaan
jasa giro, sisa anggaran pembangunan, sisa anggaran rutin)
2. Penerimaan dari pemanfaatansumber daya alam (segala kekayaan alam yang terdapat
diatas, permukaandan di dalam bumi yang dikuasai negara, antara lain royalti di bidang
pertambangan)
3. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan (antara lain
dividen atau bagian laba pemerintah dari BUMN, dana pembangunan semesta, dan hasil
penjualan saham pemerintah dalam BUMN)
4. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah (antara lain
pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan pelatihan, pemberian hak paten,
merek, hak cipta, pemberian visa dan paspor, serta pengelolaan kekayaan negara yang
tidak dipisahkan)
5. Penerimaan berdasarakan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi (antara lain lelang barang rampasan negara dan denda)
6. Penerimaan yang berupa hibah yang merupakan hak pemerintah (adalah penerimaan
negara berupa bantuanhibah dan atau sumbangan dari dalam dan luar negri baik swasta
maupun pemerintah yang menjadi hak pemerintah, kecuali hibah dalam bentuk natura
yang secara langsung untuk mengatasi keadaan darurat seperti bencana alam atau wabah
penyakit yang tidak dicatat dalam APBN)
7. Penerimaan lainnya yang
3. Bagaimanakah ciri-ciri yang melekat pada pajak dan apa yang membedakan dengan
Retribusi ? Uraikan!

Ciri-ciri yang melekat pada pajak:

a. Pajak peralihan kekayaan dari orangbadan ke pemerintah.

b. Pajak dipungut berdasarkandengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya,


sehingga dapat dipaksakan.

c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara
individual yang diberikan oleh pemerintah.

d. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari


pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment .

f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah

g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

Yang membedakan Pajak dengan Retribusi

1) Perbedaan dilihat dari dasar hukum

Untuk pajak, dasar hukumnya adalah undang-undang seperti tercantum pada UU No. 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, atau UU No. 7 Tahun 1983 tentang
Begini Caranya Menghitung Pajak Penghasilan untuk Karyawan.

Sementara dasar hukum retribusi adalah Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri, atau
pejabat negara yang lebih rendah. Misalnya, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Khusus
Ibu Kota (DKI) Jakarta No. 1 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah No. 3
Tahun 2012 tentang Retribusi Daerah.

2) Ditinjau dari tujuan

Tujuan diberlakukannya pajak yaitu untuk meningkatkan kondisi ekonomi suatu negara dan
menyejahterakan masyarakat.

Tujuan retribusi yaitu memberikan jasa atau izin kepada masyarakat sehingga mereka bisa
melaksanakan kegiatan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan.
Pemerintah mengenakan retribusi atas beberapa pelayanan tertentu yang diberikan secara
langsung. Beberapa alasan atas justifikasi retribusi suatu pelayanan adalah adanya barang privat
dan barang dan barang publik.

Apabila manfaat bersifat privat (misalnya: listrik, telepon), maka retribusi dapat
dipertimbangkan atas penyediaan pelayanan tersebut.

3) Ditinjau dari objek

Objek pajak bersifat mengikat seperti kendaraan bermotor, barang mewah, penghasilan, dan
sebagainya.

Sedangkan objek retribusi adalah siapa yang mendapatkan pelayanan yang disedikan atau
diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan seperti pelayanan kesehatan, terminal, dan pelayanan
pasar.

4) Ditinjau dari lembaga yang memungut

Jika pajak, Pemerintah Pusat ataupun Daerah yang langsung mengelola pembayaran pajak.

Sedangkan untuk retribusi hanya dikelola Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah Dinas
Pendapatan Daerah (Dispenda).

5) Ditinjau dari manfaat

Setelah melaksanakan pembayaran pajak, masyarakat tidak dapat langsung menikmati


manfaatnya. Pajak yang terkumpul digunakan untuk kepentingan umum dan secara luas.

Masyarakat dapat merasakan manfaat dari pajak berupa perbaikan jalan raya, pembangunan
sarana umum, hingga pendidikan gratis.

Sedangkan, masyarakat yang membayar retribusi dapat langsung menikmati manfaatnya.


Misalnya, apabila membayar uang parkir, orang tersebut dapat menitipkan kendaraannya.

Berdasarkan pemaparan saya diatas mengenai perbedaan pajak dengan Retribusi maka dapat
disimpulkan bahwa pajak dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan merupakan kewajiban yang
harus dibayarkan kepada setiap orang yang sudah masuk dalam kategori wajib pajak.

Sedangkan Retribusi dikeluarkan oleh pemerintah daerah dan merupakan biaya yang dibayar
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi tertentu.
4. Sebutkan dan bagaimana bunyinya dasar hukum pemungutan pajak yang terdapat di
dalam UUD 1945? Dan apa alasannya bahwa pemungutan pajak harus berdasarkan
Undang-Undang ?

Perlu diketahui, pajak merupakan sumber utama penerimaan suatu negara. Oleh karenanya tanpa
pajak, sebagian besar kegiatan negara, yang diantaranya adalah membayar gaji pegawai, sampai
membiayai pembangunan infrastruktur Negara akan sulit untuk dapat dilaksanakan.

Perpajakan Indonesia telah diatur Pasal 23 A UUD 1945 yang menyatakan bahwa "Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang."

Alasan bahwa pemungutan Pajak Harus Berdasarkan Undang-undang

Pasal 23 A Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia mengatur bahwa pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang, hal
ini dimaksudkan bahwa negara tidak akan bertindak sewenang-wenang ketika memungut
sebagian kekayaan rakyat, sekalipun itu dipergunakan untuk kepentingan rakyat. Hal ini juga
dimaksudkan supaya rakyat tidak menganggap bahwa negara sebagai pencuru, atau perampok
karena mengambil kekeyaan rakyat tanpa persetujuan pemilik, bahkan dalam beberapa literatur
dapat dijumpai pendapat: “No taxation without representation”; Taxation without representation
is robbery”. Untuk itu maka persetujuan rakyat sebagai pemilik kekayaan menjadi mutlak
adanya.

Maka secara garis besar hadirnya Undang-Undang dalam hal Perpajakan dilakukan untuk
memberikan keadilan disertai dengan kepastian hukum dan mengantisipasi perkembangan di
bidang teknologi. Namun, untuk mencapai kepastian hukum yang diharapkan sesuai dengan
poin diatas, maka diaturlah secara jelas segala mekanisme yang berlaku dalam hukum pajak,
sehingga dapat sehingga dapat memberikan kepastian hukum, diantaranya dalam hal;

1. Pelayanan dan Pengawasan.

2. Pencegahan dan Penegakkan hukum.

3. Penyelesaian masalah dan mengadili sengketa.

Dengan diaturnya pajak dalam suatu perundang-undangan maka diharapkan dapat memberikan
pelayanan, bimbingan, pembinaan, dan pengawasan kepada wajib pajak maupun calon wajib
pajak, sebagai tindakan pencegahan dan menjadi tindakan penegakkan hukum apabila terdapat
kelalaian baik dari masyarakat atau petugas yang berwenang. Penegakkan hukum ini dapat
berupa sanksi administratif, sanksi pidana dan tindakan hukum lain (berupa: Penyitaan,
Pelelangan, Pencekalan dan Penyaderaan).
Dalam Undang-Undang tersebut juga tercermin bagaimana hak dan kewajiban administrasi
perpajakan, memberikan kebijakan (diskresi) dalam masalah perpajakan dan menyelesaikan
sengketa administrasi perpajakan yang dihadapi para Wajib Pajak serta menjalankan putusan
lembaga peradilan pajak, berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.

Dengan demikian, dapat disimpulkan dari penjabaran, bahwa Pajak harus dipungut berdasarkan
Undang-Undang, dikarenakan beberapa alasan, diantaranya :

1. Dengan adanya UU yang mengatur Pajak maka dapat menjadi mekanisme penjelasan,
bimbingan, pembinaan, dan sosialisasi kepada Wajib Pajak dan Calon Wajib Pajak.

2. Menjadikan setiap kegiatan pemerintahan dalam bidang perpajakan adalah legal atau
diperbolehkan oleh hukum untuk memaksa para wajib pajak untuk membayar pajaknya dan
menjadi bentuk perlindungan berupa keadilan dan kepastian hukum kepada seluruh warga
negara (wajib pajak)

3. Adanya kejelasan mengenai iuran wajib yang harus dilakukan oleh para wajib pajak.

4. Adanya mekanisme penyelesaian masalah dan sengketa perpajakan dengan cara yang
sederhana, cepat dan murah.

5. Sebut dan jelaskan oleh saudara berkenaan dengan Asas-asas Pemungutan Pajak ?

 Asas Pemungutan Pajak menurut Adam Smith.

Dalam Buku “An Inquiry Into The Nature And Causes Of The Wealth Of Nations.”, The Four
Maxims:

1. Asas Equality (Asas Keseimbangan Dengan Kemampuan Atau Asas Keadilan): pemungutan
pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib
pajak. Negara tidak boleh bertindak diskriminatif terhadap wajib pajak.

2. Asas Certainty (Asas Kepastian Hukum): semua pungutan pajak harus berdasarkan UU,
sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.

3. Asas Convinience Of Payment (Asas Pemungutan Pajak Yang Tepat Waktu Atau Asas
Kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi wajib pajak (saat yang paling
baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak
menerima hadiah.

4. Asas Efficiency (Asas Efisien Atau Asas Ekonomis): biaya pemungutan pajak diusahakan
sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil
pemungutan pajak.

 Asas Pemungutan Pajak menurut Falsafah Hukum

1. Asas Keadilan

2. Asas Yuridis

3. Asas Ekonomis

4. Asas Finansial

 Asas Pemungutan Pajak menurut W.J.Langen

1. Teori Asuransi: mengibaratkan pembayaran pajak seperti pembayarn premi dalam perjanjian
asuransi. Hal tersebut ditujukan untuk mengganti biaya yang dikeluarkan Negara dalam
melaksanakan kewajibannya yaitu melindungi keselamatan dan harta benda warga negaranya.
Teori ini banyak ditentang karena Negara tidak boleh disamkan dengan perusahaan asuransi.

2. Asas Daya Pikul: Besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya
penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi pajak yang
dibebankan.

3. Asas Kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain
harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).

4. Asas Beban yang Sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya


(serendahrendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak memberatkan
para wajib pajak.

5. Asas Manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan
yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

6. Asas Kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.

 Asas Pemungutan Pajak menurut Adolf Wagner

1. Asas Politik Finansial: pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat
membiayai atau mendorong semua kegiatan negara.
2. Asas Ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk
barang-barang mewah

3. Asas Keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi yang
sama diperlakukan sama pula.

4. Asas Administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana harus


membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya
pajak.

5. Asas Yuridis: segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

6. Apakah yang dimaksud dengan hukum pajak materil dan formal? Uraikan disertai
dengan contoh-contoh dan sebutkan pula dasar hukumnya !

Hukum Pajak Mteril


Hukum Pajak Materil adalah Hukum pajak yang mengatur norma-norma yang menerangkan
keadaan-keadaaan, perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hukum yang harus dikenakan
pajak, siapa-siapa yang harus dikenakan pajak, berapa besar pajaknya”.

Contoh :
1. Pajak penghasilan
Dasar hukum untuk pajak penghasilan disingkat PPh adalah UU Nomor 7 Tahun 1983
tentang pajak penghasilan telah diubah pertama dengan UU nomor 7 tahun 1991, kedua
dengan UU nomor 10 tahun 1994, ketiga UU Nomor 17 tahun 2000, keempat dengan UU
nomor 36 tahun 2008 yang mengatur tentang subjek dan bukan subjek,objek dan bukan
objek serta tarif pajak penghasilan. Subjek pajak penghasilan adalah orang pribadi termasuk
warisan yang belum dibagi atau badan atau bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana
diatur dalam Pasal 2 UU Nomor 36 Tahun 2008 yaitu:
1) orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak;
2) Badan; dan
3) Bentuk usaha tetap, yang diperlakukan perpajakannya disamakan dengan subjek hukum
pajak badan. Menurut Pasal 3 UU Nomor 36 Tahun 2008 yang bukan termasuk subjek
pajak adalah:
1) Kantor perwakilan negara asing;
2) Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain daro negara
asing dan orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat
tinggal bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di
Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
3) Organisasi internasional dengan syarat: Indonesia menjadi anggota organisasi
tersebut, dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang
dananya berasal dari iuran anggota;
4) pejabat perwakilan organisasi internasional dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia.

Objek pajak penghasilan adalah “penghasilan”. Menurut Pasal 4 ayat (1) dan (2) UU
Nomor 36 Tahun 2008, penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan. Penghasilan yang dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat
utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha
jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah. Yang bukan menjadi obyek pajak diatur dalam pasal 4 ayat (3) UU nomor
36 Tahun 2008.

2. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)


Dasar Hukum PBB adalah UU Nomor 12tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU
nomor 12 tahun 1994. Subyek pajak PBB adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan Obyek pajak PBB adalah
bumi dan bangunan. Pengertian bumi adalah permukaan bumi dan tubuhh bumi yang ada di
bawahnya dan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan secara tetap
pada tanah dan/atau perairan. Obyek PBB dibedakan atas lima sektor yaitu :
1. Sektor perkebunan;
2. Sektor perhutanan;
3. Sektor pertambangan;
4. Sektor pedesaan;dan
5. Perkotaan.

Dengan UU Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, PBB sektor
pedesaan dan perkotaan (PBB-P2) menjadi pajak daerah kabupaten/kota. Dan sektor lainnya
tetap merupakan pajak pusat (direktorat jenderal pajak).

3. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


UU Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM):
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Hukum Pajak Formil


Hukum Pajak yang mengatur mengenai bentuk dan tata cara untuk menjalankan ketentuan pada
Hukum Pajak Materil. Hukum Pajak Formil mengatur antara lain persayaratan permohonan
NPWP, persyaratan permohonan PKP, tata cara pemeriksaan pajak, persyaratan keberatan,
banding, gugatan.

Hukum pajak formil berisi ketentuan yang memuat antara lain:


1. Sistem dan prosedur pemungutan pajak;
2. Ketentuan tentang pendaftaran/registrasi;
3. Ketentuan tentang pemberitahuan pelaksanaan kewajiban perpajakan;
4. Tata cara pembayaran perpajakan;
5. Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
6. Penetapan dan surat ketetapan pajak;
7. Kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan/atau pencatatan;
8. Kewenangan instansi perpajakan untuk melakukan pemeriksaan;
9. Penagihan pajak dengan surat paksa;
10. Sanksi administratif di bidang perpajakan;
11. Ketentuan tentang penyelesaian sengketa pajak;
12. Tindak pidana di bidang perpajakan;dan
13. Penyidikan tindak pidana perpajakan.

Ketentuan hukum pajak formil terdapat dalam:


1. Sistem dan prosedur pemungutan pajak secara umum diatur dalam UU no 6 tahun 1983 stdd
UU no 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan juga secara
khusus diatur dalam UU perpajakan terkait;
2. UU Nomor 19 tahun 1997 stdd UU Nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dan surat
paksa;dan 3. UU Nomor 14 tahun 2002 tentang pengadilan pajak.
3. Tata cara perpajakan (Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan), persyaratan permohonan NPWP, persyaratan permohonan PKP, tata
cara pemeriksaan pajak, persyaratan keberatan, banding, gugatan.

7. Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Pajak, bahwa pembagian pajak dibagi menurut golongan,
sifat dan pemungutannya (kewenangannya), uraikan! Dan sebutkan contoh- contohnya !

a. Jenis pajak menurut golongannya

Pengelompokan jenis pajak menurut golongan dibagi menjadi dua yaitu pajak langsung dan
pajak tidak langsung, berikut penjelasannya :

1. Pajak Langsung

Jenis pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Dengan kata lain, pajak
langsung harus dibayar sendiri oleh wajib pajak bersangkutan. Pajak langsung biasanya
melekat pada orang pribadi si wajib pajak, sehingga hak dan kewajibannya tidak dapat
dialihkan ke pihak lain. Pajak yang termasuk dalam pajak langsung di antaranya adalah
pajak:

 Pajak penghasilan (PPh).

 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

 Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Pajak tidak langsung

Jenis ajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan atau digeser kepada
pihak lain. Dengan kata lain, pembayarannya dapat diwakilkan kepada pihak lain. Pajak
tidak langsung tidak memiliki surat ketetapan pajak, sehingga pengenaannya tidak dilakukan
secara berkala melainkan dikaitkan dengan tindakan perbuatan atas kejadian.

Ada tiga unsur untuk mengenali pajak tidak langsung:

1. Penanggung jawab pajak yaitu orang yang secara formal yuridis diharuskan melunasi
pajak, bila padanya terdapat faktor atau kejadian yang menimbulkan sebab untuk
dikenakan pajak.

2. Penanggung pajak yaitu orang yang dalam faktanya memikul beban pajak.

3. Pemikul beban pajak, yakni orang yang menurut maksud pembuat undang-undang harus
memikul beban pajak.

Pajak yang termasuk pajak tidak langsung di antaranya:

 Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

 Pajak bea masuk.

 Pajak ekspor.

b. Jenis pajak menurut sifatnya

Untuk pajak menurut siftanya juga menjadi terbagi 2 jenis pajak, yaitu pajak subyektif dan
pajak objektif, untuk perbedaannya adalah:

1. Pajak Subyektif

Pajak Subyektif ( Pajak yang Bersifat Perorangan ) yaitu jenis pajak yang dalam
pengenaannya memperhatikan keadaan atau kondisi pribadi wajib pajak ( status kawin
atau tidak kawin, mempunyai tanggungan keluarga atau tidak ). Jadi pada dasarnya setiap
orang yang menghuni wilayah di Indonesia memiliki kewajiban untuk membayar pajak
tersebut. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Sementara bagi warga negara asing
yang tinggal di Indonesia dikenakan wajib pajak jika memiliki keterikatan ekonomis
dengan Indonesia, Contohnya jika WNA tersebut memiliki usaha di Indonesia maka akan
dikenakan wajib pajak. Contoh pajak subyektif adalah Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak objektif

Pajak Obyektif ( Pajak yang Bersifat Kebendaan ) yaitu jenis pajak yang dalam
pengenaannya hanya memperhatikan sifat obyek pajaknya saja, tanpa memperhatikan
keadaan atau kondisi diri wajib pajak. Lebih tepatnya pajak objektif dikenakan pada
seorang warga negara Indonesia jika penghasilan yang dimiliki sudah memenuhi syarat
sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Ada beberapa golongan warga negara Indonesia yang terkena wajib pajak jenis ini.
Pertama, adalah mereka yang menggunakan benda atau alat yang menurut ketentuan
dikenai pajak. Kedua, pajak yang diambil terkait kekayaan yang dimiliki, kepemilikan
barang-barang mewah dan pemakaiannya. dan yang terakhir adalah jika seseorang
melakukan pemindahan harta dari Indonesia ke suatu negara lain, maka aktivitas tersebut
akan dikenai wajib pajak. Untuk contoh pajak objektif sendiri adalah : Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).

c. Jenis pajak menurut lembaga pemungutan

Pajak menurut lembaga pemungutan terbagi menjadi 2 jenis pajak yaitu adalah Pajak pusat
yang biasanya dikelola oleh pemerintah pusat dalam hal ini adalah Direktorat jendral pajak
yang dibawah naungan Kementrian keuangan. Yang kedua adalah pajak daerah. Pajak
daerah adalah jenis pajak yang dipungut dan dikelola oleh dinas pendapatan daerah.

Contoh dari Pajak pusat adalah sebagai berikut:

1. Pajak Penghasilan (PPh)

2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

5. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

6. Bea Materai.

Sedangkan unttuk Pajak daerah adalah sebagai berikut:

1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

2. Pajak Hotel dan Restoran

3. Pajak Hiburan dan tontonan

4. Pajak Reklame

5. Pajak Penerangan Jalan

6. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)


------ Selamat Bekerja -----

Anda mungkin juga menyukai