DAERAH
Pertemuan - 4
PDRD
Pajak Hotel – Pajak Restoran
Definisi : Pajak yang dikenakan atas Pelayanan Hotel;
Pajak Hotel 1. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen, dan atau fasilitas tempat
tinggal lainnya yang menyatu dengan hotel, dimana sewa dilakukan
tersendiri.
Pajak Hotel Pada pajak hotel, yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Sementara
itu, yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha hotel, yaitu orang
pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang jasa
penginapan.
Wajib Pajak :
Tarif
Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen (10%) dan ditetapkan
dengan peraturan daerah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan
• Rumah makan
• Kafetaria
• Kantin
• Warung
• Bar
• Sejenisnya termasuk jasa boga/katering
Objek, Subjek dan Wajib Pajak
Pajak Restoran
Objek
Sesuai dengan Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU PDRD, yang menjadi objek Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan
oleh restoran dari pelayanan penjualan makanan/minuman yang dikonsumsi pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan
maupun di tempat lain (dibawa pulang).
Artinya, pembelian makanan dan minuman di restoran, baik dalam layanan antar (delivery service) maupun makan di tempat
dan pemesanan di bawa pulang (take away) akan dikenakan pajak makan di restoran.
Subjek
Subjek Pajak Restoran artinya subjek yang dikenakan atau dipungut PB1, yaitu pembeli dari layanan yang disediakan oleh
restoran tersebut.
Pembeli di sini bisa orang pribadi maupun badan atau perusahaan yang menggunakan jasa restoran.
Jadi, PB1 ini sebetulnya tidak dibebankan kepada pemilik resto, akan tetapi dikenakan pada pembeli atau konsumennya.
Pembeli makanan/minuman membayarkan PB1 bersamaan pada saat melakukan pembayaran karena Perpajakan Restoran
tersebut sudah tertera dalam struk pembelian.
Objek, Subjek dan Wajib Pajak
Pajak Restoran
Wajib Pajak
WP Pajak Restoran artinya wajib pajak yang harus memungut dari pembeli dan menyetorkan Pajak PB1 Restoran tersebut
ke kas negara.
Wajib pajak restoran ini bisa orang pribadi maupun badan pemilik atau pengusaha restoran yang bersangkutan.
Maka, WP PB1 merupakan pemilik atau yang menjalankan kegiatan dari usaha restoran tersebut.
PERHITUNGAN
UU PDRD memberikan kewenangan setiap pemerintah daerah untuk menentukan besar tarif
PB1 di wilayahnya
Pembayaran PB1 dan pajak hotel maupun hiburan harus dilakukan setiap bulan paling lambat 30 hari setelah berakhirnya
masa pajak.
Keterlambatan pembayaran pajak hotel, restoran dan hiburan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga keterlambatan
sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.
Penyetoran PB1 ini dapat dilakukan secara langsung mendatangi Kantor Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) atau
Dispenda Kodya/Kabupaten/Provinsi tempat domisili usaha. Dengan alur sebagai berikut :
Wajib pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) ke pemerintah daerah setempat.
Pelaporan Pajak PB1 Restoran dan hotel maupun hiburan ini juga dilakukan di Kantor Dispenda/Bapenda
Kodya/Kabupaten/Provinsi tempat domisili usaha, sama seperti pada waktu pembayaran/penyetoran PB1, hotel dan
hiburan.
SPTPD ini berisi data omzet penerimaan bruto dan lampiran rekapitulasi omzet penerimaan.
Pelaporan pajak restoran, hiburan dan pajak hotel paling lambat 15 hari setelah berakhirnya masa pajak.
Wajib pajak yang tidak menyampaikan atau terlambat melaporkan SPTPD akan ditetapkan pajak terutangnya secara
jabatan.