Anda di halaman 1dari 17

1.

1 Pendapatan Hotel
Bagi organisasi usaha yang berorientasi keuntungan, penjualan merupakan satu aspek
yang sangat penting dan menjadi urat nadi kehidupan usaha tersebut. Eksistensi dan
kesinambungan hidup organisasi usaha sangat tergantung dari kemampuannya menghasilkan
arus kas dari penjualan produk yang dihasilkan. Jadi, aktivitas penjualan sangat bagi
kontinuitas perusahaan maka manajemen harus mampu merencanakan dan mengendalikan
aktivitasnya sehingga semua pendapatan akan menjadi kas perusahaan.
Penjualan adalah proses yang menyangkut transfer kepemilikan barang atau jasa
kepada konsumen. Siklus ini dimulai dari permintaan barang atau jasa dari konsumen dan
diakhiri menjadi kas. Barang dan jasa yang dijual perusahaan akan bervariasi terhantung dari
jenis usaha perusahaan.

Usaha utama hotel adalah menjual jasa dan menjual barang. Sumber utama
pendapatan hotel berasal dari penjualan kamar (rooms revenue),penjualan makanan dan
penjualan minuman (food and beverage revenue). Sifat penjualan barang dan jasa usaha
hotel mempunyai keunikan tersendiri, yaitu:

- Produk yang dijual merupakan kombinasi antara barang dan jasa.


- Penjualan pada usaha hotel biasanya mempunyai volume yang tinggi dengan
harga individual yang relatif rendah, hampir sama dengan usaha retail.
- Produk barang yang dijual, dihasilkan melalui proses produksi seperti dilakukan
oleh perusahaan manufaktur.
- Perusahaan harus mempunyai persedian kapasitas (capacity stocks) untuk dapat
menjual produk dan jasa.
- Penjualan produk dan jasa dibebani pajak dan service (Tax and service).

Siklus penjualan pada usaha melibatkan akun piutang usaha (city ledger,guest ledger dan
credit card), akun kas dan setara kas,akun penjualan, akun hutang (PHR) Pajak Hotel dan
Restauran (Government Tax), dan akun hutang service (service charge).

Hutang servis atau jasa pelayanan (service charge) timbul karena hotel memungut
hutang jasa pelayanan kepada para konsumen atas nama karyawan. Uang service (service
charge) pada usah hotel, restoran dan usaha pariwisata lainnya digunakan untuk
kesejahteraan para pekerja. Pembagian utang servise (service charge) perlu ada keseragaman
diantara hotel sehingga dalam pelaksanaan tidak menimbulkan permasalahan dalam bentuk
berbagai tuntutan dan perselisihaan daalm hubungan Bipartit pada usaha hotel. Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik
Indonesia No.Per.20/MEN/1999 mengeluarkan aturan tenaga pembagian uang service pada
usaha hotel,restoran,dan usaha pariwisata lainnya.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Per.20/MEN/1999 harus


dipahami secara utuh sehingga tidak terjadi salah tafsir dan mudah untuk di aplikasikan di
lapangan. Adapun definisi yang harus dipahami diantaranya:
1. Uang service adalah tambahan tariff yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam
rangka jasa pelayanan pada usaha hotel, restoran dan usaha pariwisata lainnya.
2. Resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage) adalah bagian uang
service yang disisihkan sebelum uang service dibagikan kepada para pekerja dan
diperuntukkan bagi pengusahan untuk menanggung kerugian atau kerusakan alat
perlengkapan hotel, restoran dan usaha pariwisata lainnya yang berhubungan
dengan tamu.

Pengumpulan dan pengelolaan administrasi uang service sebelum dibagikan


dilakukan oleh perusahaan yang terpisah dari operasional perusahaan. Setiap bulan
menjelang uang service dibagikan, perusahaan sebagai pengelola uang service
mengumumkan secara tertulis hasil perolehan uang sercive. Hasil perolehan uang service
selama 1 (satu) bulan kalender setelah dikurangi untuk resiko kehilangan atau kerusakan
(loss and breakage) dan pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia wajib
dibagi habis kepada pekerja yang berhak, paling lambat selama 30 hari bulan berikutnya.

Berdasarkan pasal 8 peraturan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia


No.Per.20/MEN/1999, uang service yang dikumpulkan dapat dipotong oleh pengusaha yang
besarnya sebagi berikut:

a)       Hotel berbintang 3 ke atas:

(1) 5% untuk resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage).

(2) 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

(3) 93% dibagi habis untuk para pekerja

b). Untuk hotel berbintang 2 kebawah, restoran dan usaha pariwisata lainnya:

(1) 8% untuk resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage).

(2) 2% untuk pendayagunaan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

(3) 90% dibagi habis untuk para pekerja

Cara pembagian uang service yang tersedia untuk dibagikan kepada pekerja deserahkan
kepada pengusaha dengan mempertimbangkan azas pemerataan dan azas senioritas, yaitu
setengah (½ ) dibagi sama besar dansisanya berdasarkan senioritas atau poin kerajinan
dan absensi karyawan. Sedangkan, pemanfaatna uang service 2% untuk pendayagunaan
peningkatan kualitas sumber daya manusia diserahkan kepada Lembaga Kerjasama Bipartit
usaha hotel yang bersangkutan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Per.20/MEN/1999, juga


menjelaskan pada pekerja yang berhak mendapat pembagian uang service (service charge)
adalah:
(1) Pekerja yang telah melewati masa percobaan
(2) Pekerja yang terikat pada kerja kesepakatan waktu tertentu
(3) Pekerja yang sedang menjalani cuti tahunan,cuti melahirkan , atau gugur
kandungan
(4) Pekerja yang sedang ijin pengusaha sedang menjalankan tugas Negara, seperti
kepramukaan ,organisasi pekerja dan atau ibadah keagamaan
(5) Pekerja yang putus hubungan kerjanya sebelum saat pembagian uang service
berhak mendapat uang sercive terakhir secara prorate
(6) Pekerja lainnya sesuai kesepakatan antara pengusaha dan pekerja.

Pajak penghasilan atas uang service yang diterima masing-masing pekerja


ditanggung sepenuhnya oleh pekerja yang bersangkutan. Peotongan pajak penghasilan atau
uang service (service charge) dilakukan bersamaan pada saat pembagian uang service oleh
pengusaha dan bukti setoran pembayaran pajak ke Kas Negara disampaikan kepada pekerja
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

Hutang PHR (Government Tax) timbul karena usaha hotel diberikan kewajiban oleh
pemerintah daerah untuk memungut pajak Hotel dan Restauran (PHR) kepada konsumen
hotel sebagai pembeli dan penikmat barang dan jasa yang dijual oleh hotel. Dalam hal ini,
manajemen hotel berfungsi sebagai withholder ,yaitu pemungut pajak yang mempunyai
kewajiban untuk menyetorkan pemungutan kepada kas daerah. Penyetoran ini dilakukan
secara berkala mengikuti ketentuan yang diatur oleh pemerintah daerah.

Pemungutan PHR ini diperkuat oleh peraturan menteri keuangan nomor


43/PMK.01/2015 tentang kriteria dan/atau rincian jasa perhotelan yang tidak dikenai pajak
pertambahan nilai. Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi:

1). Jasa penyewa kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hotel (room service, air conditioning,laundry and dry
cleaning,extrabed,furniture & fixture, telepon, safety box internal,TV kabel/satelit,
and minibar) serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap (fasilitas olah raga dan hiburan, fotocopy, teleks,facsimile dan transportasi
hotel /antar jemput.

2). Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hote, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Jasa perhotelan yang tidak termasuk kelompok tidak dikenai PPN (Kena PPN antara lain:

1). Penyewaan ruangan untuk anjungan tunai mandiri (ATM), Kantor,Restoran,tempat


hiburan,karaoke,apotek,took retail,dan klinik.

2)     Jasa penyewan dan/ atau ruangan, temasuk tambahannya, di apartemen,


Kondominium, dan sejenisnya serta fasilitas penunjang terkait lainnya.
3)     Jasa biro perjalanan atau perjalanna wisata yang diselenggarakan oleh pengelola jasa
perhotelan.

            Pengecualian jasa penyewaan unit dan atau ruangan termasuk tambahannya, di


apartemen, Kondominium, dan sejenisnya, serta fasilitas penunjang terkait lainnya dari
kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN didasarkan atas izin usahanya.

Secara sederhana, kaitan antara akun-kaun dalam siklus penjualan hotel digambarakan dalam
bagan T-account

Jurnal penjualan

Piutang Usaha (City ledger/ Guest ledger)                             xxxxx

            Penjualan Kamar (Rooms revenue)                                        xxxxx

            Hutang Jasa Pelayanan (Service charge)                                xxxxx

            Hutang PHR (Governance tax)                                               xxxxx

Contoh:
The Legend Hotel adalah sebuah hotel yang terletak di Denpasar. Hotel ini menjual kamar
jenis deluxe dengan harga Rp 1.000.000,- per malam. Aetiaptamu yang menginap sudah
mendapatkan breakfast dengan harg Rp 100.000,- Harga tersebut  sudah termasuk service
charge dan government tax (PHR) sebesar 21%.

Jurnal atas transaksi tersebut dengan menggunakan kode rekenng yang ada di bab
sebelumnya (Bab 5-USALI) adalah:

Penyelesaian:

10401 AR Guest Ledger         Rp 1.000.000

            40101 Room revenue                                      Rp 743.801

            41105 Food revenue meal coupon                  Rp 82.645

            20304 Service Charge                                     Rp 82.645

            20301 Government tax                                   Rp 90.909

            Dalam industry hotel akun piutang usaha dibedakan antara tamu yang masih aktif
(masih menginap) dan tamu yang sudah keluar (check out). Untuk tamu yang masih aktif
akan dicatat dalam akun Guest Ledger, dan setelah tamu keluar dari hotel dan tagihannya
menjadi tanggungan pihak travel agen, maka tagihan tersebut akan dipindahkan kea kun City
Ledger.

                Dalam industry perhotelan, khususnya pada penjualan makanan dan minuman
dikenal adanya suatu sistem penjualan yang menggunakan teknologi komputer, yang disebut
dengan  point of sales sysem (POSS). POSS adalah sebuah sistem, yang memungkinkan
diadakannya transaksi yang didalamnya termasuk juga penggunaan mesin kasir. Dalam
lingkup POSS, sebuah mesin kasir tidak berdiri sendiri, namun sudah termasuk di
dalamnya software penunjang dan piranti lain.

            POSS menggunakan kombinasi terminal computer client atau server dan printer yang
berfungsi sebagai input dan output. Secara khusus, POSS pada usaha perhotelan dan
restaurant berfokus pada 3 tujuan, yaitu:

a)      Ketepatan atas order


b)      Pencatatan penjualan

c)      Pemberian kepuasan kepelangganan

Laporan yang dihasilkan POSS memberikan informasi tentang:

a)   Analisa pendapatan, memberikan rincian per jenis penjualan dan per outlet, yang bisa
digunakan sebagai sumber data untuk daily of sales.

b)   Produktivitas karyawan, memberikan informasi jumlah covers, rata-rata penjualan dan


total penjualan, yang bisa digunakan untuk mengevaluasi produktivitas karyawan secara
individual.

c)    Kontrol persediaan, dengan membandingkan antara jumlah porsi tercatat dengan jumlah
porsi yang dikonsumsi  (portion control).

POSS juga membantu Cos Control dalam pengukuran kas yang dikeluarkan dengan tingkat
penjualan yang diperoleh (diharapkan akan diperoleh).

1.2 Bagian yang Terlibat pada Prosedur Penjualan Hotel

Fungsi-fungsi yang terkait pada prosedur penjualan pada sebuah hotel adalah sebagai
berikut:

1)      Penjualan Kamar Hotel

a)      Reservation, bertugas menerima reservasi dari tamu dan memberikan informasi pada
front office, roomboy dan housekeeping serta bagian kredit

b)      Front Office, bertugas menerima tamu dan menyiapkan guest bill

c)      Bellboy, bertugas membantu mengantar tamu ke kamar

d)      Roomboy, bertugas membersihkan dan menyiapkan kamar

e)      Housekeeping, bertugas menyiapkan perlengkapan kamar


f)   Night Audit, bertugas membuat laporan penjualan harian pada malam hari dan
mencocokkan penjualan pada hari tersebu

g)      Income Auditor, bertugas melakukan pengecekan ulang dan pencatatan atas penjualan
yang terjadi

h)      Bagian Kredit, bertugas memberikan persetujuan kredit baik secara langsung ataupun
tidak langsung

i)       Account Receivable, bertugas mencatat penjualan kredit dan menyiapkan faktur


tagihan

2)      Penjualan Makanan dan Minuman di Hotel

a)      Waiter/waitress, bertugas memberikan pelayanan kepada tamu, dan menerima order,


meneruskan order ke dapur dan menyajikan order serta memberikan informasi pada
kasir

b)      Kasir, bertugas menyiapkan bill dan menerima pembayaran dari tamu

c)      Kitchen, bertugas menyiapkan order

d)      Income auditor, bertugas mengecek penjualan dan mencatat penjualan

e)      Bagian kredit, bertugas memberikan persetujuan kredit

f)       Account receivable, bertugas mencatat penjualan kredit dan menyiapkan faktur tagihan

1.3 Dokumen yang Digunakan Pada Prosedur Penjualan Hotel

            Setiap ada transaksi yang terjadi, tentunya harus didokumentasikan ke formulir


transaksi. Penggunaan dokumen ini adalah salah satu cara untuk membuat suatu bukti
transaksi yang kemudian bisa digunakan sebagai bukti audit (audit trail) dari pihak yang
independen. Adapun dokumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1.      Penjualan Kamar Hotel


1)      Guest bill, digunakan untuk mencatat transaksi penjualan yang dilakukan oleh tamu
selama menginap di hotel dan sebagai bukti tagihan kepada tamu, yang terdiri dari:

a)  Master bill untuk mencatat transaksi penjualan kamar.

b)  Extra bill untuk mencatat transaksi penjualan yang lain selain kamar, seperti
penjualan makanan dan minuman, penjualan extra bed  dan lain-lain.

2)      Form A, digunakan untuk mencatat data pribadi tamu yang menginap dan sebagai
laporan pada pihak kepolisian, formulir ini biasanya juga digunakan
sebagai registration form.

3)      Reservation form, digunakan untuk mencatat reservasi tamu sebelum kedatangan


tamu.

4)     Voucher agent, sebagai bukti reservasi dari agent dan digunakan untuk melakukan


tagihan pada pihak agent.

5)      Contract rate, merupakan perjanjian yang menunjukkan kesepakatan kerja sama antara


pihak hotel dan agent, yang mencakup harga kamar, jumlah kamar yang tersedia
untuk agent pada saat tertentu (allotmen), jangka waktu kesepakatan, dan hal-hal
lainnya.

6)      Room count sheet, digunakan untuk mengecek jumlah kamar yang terisi pada hari itu.

7)      Room sales recapitulation, digunakan untuk mencatat penjualan kamar pada hari itu.

8)      Remittance of fund, merupakan sebuah amplop yang digunakan untuk melaporkan dan


menyetorkan hasil penjualan pada hari itu.

2.      Penjualan Makanan dan Minuman

1)      Restaurant and Bar Order, yang digunakan untuk mencatat pesanan tamu.

2)      Restaurant and Bar Check/Bill, digunakan sebagai faktur penjualan.

3)      Restaurant and Bar Summary of Sales, digunakan untuk mencatat penjualan baik tunai
maupun kredit, pada masing-masing shift.
4)  Remittance of Fund, merupakan amplop yang digunakan untuk melaporkan dan
menyetorkan hasil penjualan pada masing-masing shift.

1.4 Prosedur Penjualan pada Hotel

Sifat penjualan kamar, makannan dan minuman atau jasa lainnya pada sebuah hotel adalah
rutin dan berulang – ulang dalam satu hari. Untuk menjaga bahwa setiap transaksi mendapat
perlakuan sama dan dicatat secara wajar maka disusunlah prosedur penjualan hotel.

a)      Prosedur Penjualan Kamar

Adapun prosedur yang digunakan pada sebuah hotel tersaji bagan alur pada gambar 6.2.
Adapun penjelasan bagan alur tesebut adalah:

1)      Sebelum kedatangan, tamu akan melakukan reservasi baik secara individu ataupun
melalui agen perjalanannya ke bagian reservation yang selanjutnya akan
membuat reservation form (RSF) dan mencatatnya dalam daftar kedatangan tamu, kemudian
mendistribusikan form tersebut ke pihak Front Office, Roomboy, Housekeeping dan kredit
sebagai informasi.

2)      Tamu yang melakukan reservasi melalui agent akan membawa Voucher Agent (VA).


Agent membuatkan VA setelah melakukan konfirmasi ke pihak hotel dan mendapatkan RSF,
serta mencantumkan harga kamar sesuai contract rate (CR) dengan pihak hotel.

3)      Saat tamu datang menunjukkan bukti reservasi, Front Office akan mencocokkannya


dengan salinan RF, kemudian meminta tamu untuk mengisi dan menandatangani Form A,
lalu memanggil bellboy dan memberikan kunci kamar kepada bellboy untuk mengantar
tamu.

4)      Setelah tamu ke kamar, Front Office akan membuatkan guestbill untuk tamu tersebut,


kemudian memasukkannya pada rak untuk masing – masing kamar yang ada di Front Office.

5)      Front Office mengisi room count sheet (RCS), melakukan posting untuk setiap


pemakaian kamar pada bill, dan membuat room sales recapitulation (RSR),
6)      Pada akhir hari, FO memasukkan hasil penjualan dan RSR ke dalam remittance of
fund  (ROF).

7)      Front Office mengirim Form A asli sebagai laporan ke pihak kepolisian, dan


mengarsip salinannya.

8)      Pada tengah malam, night audit akan mengecek kembali hasil kerja Front Office pada


hari tersebut.

9)      Keesokan harinya ROF akan dikirim ke Back Office dan diterima oleh income audit,
yang selanjutnya akan mencocokkan kembali dan memilahnya, untuk hasil penjualan tunai
akan diserahkan ke general cashier, dan untuk sisanya diserahkan ke account receivable.

10)  Income audit berdasarkan informasi yang diberikan oleh night auditakan membuat daily


of sales sebagai informasi kepada pihak manajemen tentang tingkat penjualan kamar,
makanan dan minuman, dan pendapatan lain, serta informasi tingkat hunian dan informasi
lain dalam hari kemarin.

11)  Account receivableakan melakukan penyesuaian atas piutang usaha dan mereklasifikasi


piutang guest ledger ke city ledger, kemudian melakukan pencatatan dan menyiapkan
invoice ke pihak agen perjalanann.

12)  General Cashier akan mencatat penerimaan kas dari hasil penjualan dan pembayaran
piutang guest ledger

b)      Prosedur Penjualan Makanan dan Minuman

Prosedur ini tersaji pada Bagan Alur Gambar 6.3. Adapun penjelasan bagan alur tersebut
adalah:

1)      Tamu datang ke restoran disambut dan dipersilahkan duduk oleh waiter, yang


selanjutnya menyodorkan menu dan menyiapkan restoran and bar order (RBO), serta
mencatat setiap order tamu pada RBO.

2)      RBO diserahkan ke kitchen untuk menyiapkan menu yang diminta, dan ke kasir outlet
untuk menyiapkan restoran and bar bill (RBB).
3)      Setelah selesai, tamu akan menyelesaikan pembayaran di kasir, jika tamu tidak
membayar tunai maka tamu akan diminta untuk menandatangani RBB untuk nantinya
dikirim Front Office agar diposting ke bill tamu.

4)      Pada akhir shift, kasir membuat restoran and bar summary of sales (RBSS) dan
memasukkan hasil penjualan ke dalam ROF, kemudian menitipkannya pada safe deposit
box  yang ada di Front Office, untuk dikirim ke Back Office pada keesokan harinya.

2.5 Laporan yang Dihasilkan dari  Prosedur Penjualan Hotel

            Hasil akhir dari suatu prosedur adalah informasi. Adapun informasi yang dihasilkan
dari prosedur penjualan kamar, maknan dan minuman adalah:

1.      Penjualan kamar, laporan yang dihasilkan adalah rooms sales recapitulation

2.      Penjualan makannan dan minuman, laporan yang dihasilkan berupa Restaurant and


Bar Summary of Sales

3.      Daily of sales,disiapkan oleh income auditor, yaitu berisi laporan penjualan hotel
secara keseluruhan.

4.      Data pelanggan

Bagan Alur Prosedur Penjualan pada Hotel

Anda mungkin juga menyukai