Disusun Oleh :
Kelompok 9
Dosen Pengampu :
Dr. Anak Agung Gde Putu Widanaputra, S.E., M.Si., Ak.
Pada siklus penjualan akan melibatkan akun piutang usaha (city ledger, guest ledger,
credit card), akun kas dan setara kas, akun penjualan, akun hutang pajak PHR (Goverment
Tax), dan akun hutang servis (service charge). Hutang jasa pelayanan (service charge) timbul
karena hotel memungut uang jasa pelayanan kepada para konsumen atas nama karyawan.
Uang servis (service charge) pada usaha hotel, restoran dan usaha pariwisata lainnya
diperuntukkan bagi para pekerja. Pembagian uang servis belum ada keseragaman di dalam
pelaksanaan sehingga menimbulkan permasalahan dalam bentuk berbagai tuntutan dan
perselisihan dalam hubungan industrial. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melalui
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Per.02/MEN/1999 mengeluarkan
aturan tentang pembagian uang service pada usaha hotel, restoran, dan usaha pariwisata
lainnya.
Sebelum pembagian uang servis ada beberapa definisi dari Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Republik Indonesia No.Per02/MEN/1999 yang harus dipahami sehinga mudah untuk
pengaplikasian peraturan tersebut.
1. Uang service adalah tambahan dari tarif yang sudah ditetapkan sebelumnya dalam
rangka jasa pelayanan pada usaha hotel, restoran dan usaha pariwisata lainya
2. Resiko kehilangan dan kerusakan (loss and breakage) adalah bagian uang servis yang
disisihkan sebelum uang service dibagikan kepada para pekerja dan diperuntukkan bagi
pengusaha untuk menanggung kerugian atau kerusakan alat perlengkapan hotel,
restoran, dan usaha pariwisata lainnya yang berhubungan dengan tamu.
Cara pembagian uang servis yang tersedia untuk dibagikan kepada pekerja diserahkan
kepada pengusaha dengan mempertimbangkan azas pemerataaan dan azas senioritas, yaitu
separoh dibagi sama besar dan sisanya berdasarkan senioritas atau point kerajinan dan absensi
karyawan. Sedangkan, pemanfaatan uang servis 2% untuk pendayagunaan peningkatan
kualitas sumber daya manusia diserahkan kepada Lembaga Kerjasama Bipartit usaha hotel
yang bersangkutan.
Pekerja yang berhak mendapat pembagian uang servis adalah (a) pekerja yang telah
melewati masa percobaan (b) Pekerja yang terikat pada kerja kesepakatan waktu terntentu (c)
pekerja yang sedang menjalani cuti tahunan, cuti melahirkan, atau gugur kandungan (d) pekerja
yang sedang ijin pengusaha sedang menjalankan tugas negara, seperti kepramukaan, organisasi
pekerja dan atau ibadah keagamaan (e) pekerja yang putus hubungan kerjanya sebelum saat
pembagian uang servis berhak mendapat uang servis terakhir secara prorata (f) pekerja lainnya
sesuai kesepakatan antara pengusaha dan pekerja.
Pajak penghasilan atas uang servis yang diterima masingmasing pekerja ditanggung
sepenuhnya oleh pekerja yang bersangkutan. Pemotongan pajak penghasilan atas uang servis
dilakukan bersamaan pada saat pembagian uang service oleh pengusaha dan bukti setoran
pembayaran pajak ke Kas Negara disampaikan kepada pekerja sesuai dengan peraturan
perpajakan yang berlaku.
Hutang PHR (Goverment Tax) timbul karena usaha hotel diberikan kewajiban oleh
pemerintah daerah untuk memungut PHR kepada konsumen hotel sebagai pembeli dan
penikmati barang dan jasa dijual oleh perusahaan. Dalam hal ini, manajemen hotel berfungsi
sebagai withholder, yaitu pemungut pajak yang mempunyai kewajiban untuk menyetorkan
pungutannya kepada kas daerah. Penyetoran ini dilakukan secara berkala mengikuti ketentuan
yang diatur oleh pemerintah daerah.
Pungutan PHR ini diperkuat oleh peraturan menteri keuangan nomor
43/PMK.010/2015 tentang kriteria dan / atau rincian jasa perhotelan yang tidak dikenai pajak
pertambahan nilai. Kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN meliputi:
Jasa perhotelan yang tidak termasuk kelompok tidak dikenai PPN (kena PPN) antara
lain:
1. Penyewaan ruangan untuk anjungan tunai mandiri (ATM), Kantor, restoran, tempat
hiburan, karaoke, apotek, toko retail, dan klinik.
2. Jasa penyewaan unit dan/atau ruangan, termasuk tambahanya, di apartemen,
kondominium, dan sejenisnya serta fasilitas penunjang terkait lainnya.
3. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh pengelola jasa
perhotelan. Pengecualian jasa penyewaan unit dan/atau ruangan termasuk
tambahannya, di apartemen, kondominium, dan sejenisnya, serta fasilitas penunjang
terkait lainnya dari kelompok jasa perhotelan yang tidak dikenai PPN didasarkan atas
izin usahanya.
Jurnal Penjualan:
Piutang Usaha (City ledger/Guest ledger) xxxxx
Contoh:
The Legend Hotel adalah sebuah hotel yang terletak di Denpasar . Hotel ini menjual
kamar jenis super deluxe dengan harga Rp1.000.000,- per malam. Setiap tamu yang menginap
sudah mendapatkan breakfast dengan harga Rp100.000,-. Harga tersebut (include) sudah
termasuk service charge dan government tax (PHR) sebesar 21%.
Jurnal atas transaksi tersebut :
Penyelesaian:
10401 AR Guest Ledger Rp 1.000.000,-
40101 Room revenue Rp 743.801,-
41105 Food revenue meal coupon Rp 82.645,-
20304 Service Charge Rp 82.645,-
20301 Government tax Rp 90.909,-
Dalam industri hotel akun piutang usaha dibedakan antara tamu yang masih aktif
(masih menginap) dan tamu yang sudah keluar (check out). Untuk tamu yang masih aktif akan
dicatat dalam akun Guest Ledger, dan setelah tamu keluar dari hotel dan tagihannya menjadi
tanggungan pihak travel agen, maka tagihan tersebut akan dipindahkan ke akun City Ledger.
Dalam industri perhotelan, khususnya pada penjualan makanan dan minuman dikenal
adanya suatu sistem penjualan yang menggunakan teknologi komputer, yang disebut dengan
point of sale systems (POSS). POSS adalah sebuah sistem yang memungkinkan diadakannya
transaksi yang di dalamnya termasuk juga penggunaan mesin kasir. Dalam lingkup POSS,
sebuah mesin kasir tidak berdiri sendiri, namun sudah termasuk di dalamnya software
penunjang dan piranti lain.
Dalam era modern, sistem POSS tidak sekedar melakukan pencatatan transaksi jual
beli, tetapi di dalamnya bisa terintegrasi dengan perhitungan akuntansi, manajemen barang,
stock, modul penggajian karyawan, perhitungan hutang piutang dan berbagai macam fungsi
lainnya. Dalam perkembangannya, mesin kasir mengalami evolusi sampai sekarang yang kita
lihat sekarang ini di berbagai supermarket ataupun hipermarket. Mesin kasir yang sudah
computerized dan dilengkapi dengan barcode scanner dan cash drawer.
POSS menggunakan kombinasi terminal computer client atau server dan printer yang
berfungsi sebagai input dan output. Secara khusus, POSS pada usaha perhotelan dan restaurant
berfokus pada 3 tujuan, yaitu:
1. Ketepatan atas order
2. Pencatatan penjualan
3. Pemberian kepuasan kepelanggan
POSS juga membantu Cost Control dalam pengukuran kos yang dikeluarkan dengan
tingkat penjualan yang diperoleh (diharapkan akan diperoleh).
1. Penjualan Kamar
a) Reservation, bertugas menerima reservasi dari tamu dan memberikan informasi pada
front office, Roomboy dan Housekeeping serta bagian kredit.
b) Front Office, bertugas menerima tamu dan menyiapkan guest bill.
c) Bellboy, bertugas membantu mengantar tamu ke kamar.
d) Roomboy, bertugas membersihkan dan menyiapkan kamar.
e) Housekeeping, bertugas menyiapkan perlengkapan kamar.
f) Night Audit, bertugas membuat laporan penjualan harian pada malam hari dan
mencocokkan penjualan pada hari tersebut.
g) Income Auditor, bertugas melakukan pengecekan ulang dan pencatatan atas penjualan
yang terjadi.
h) Bagian kredit, bertugas memberikan persetujuan kredit baik secara langsung ataupun
tidak langsung.
i) Account Receivable, bertugas mencatat penjualan kredit dan menyiapkan faktur
tagihan.
1. Penjualan Kamar
a) Guest bill, digunakan untuk mencatat transaksi penjualan yang dilakukan oleh tamu
selama menginap di hotel dan sebagai bukti tagihan kepada tamu, yang terdiri dari:
1) Master bill untuk mencatat transaksi penjualan kamar.
2) Extra bill untuk mencatat transaksi penjualan yang lain selain kamar, seperti
penjualan makanan dan minuman, penjualan extra bed dan lain-lain.
b) Form A, digunakan untuk mencatat data pribadi tamu yang menginap dan sebagai
laporan pada pihak kepolisian, formulir ini biasanya juga digunakan sebagai
registration form.
c) Reservation Form, digunakan untuk mencatat reservasi tamu sebelum kedatangan
tamu.
d) Voucher agent, sebagai bukti reservasi dari agent dan digunakan untuk melakukan
tagihan pada pihak agent.
e) Contract Rate, merupakan perjanjian yang menunjukkan kesepakatan kerja sama antara
pihak hotel dan agent, yang mencakup harga kamar, jumlah kamar yang tersedia untuk
agent pada saat tertentu (allotment), jangka waktu kesepakatan, dan hal-hal lainnya.
f) Room count sheet, digunakan untuk mengecek jumlah kamar yang terisi pada hari itu.
g) Room sales recapitulation, digunakan untuk mencatat penjualan kamar pada hari itu.
h) Remittance of fund, merupakan sebuah amplop yang digunakan untuk melaporkan dan
menyetorkan hasil penjualan pada hari itu.
i) Keesokan harinya ROF akan dikirim ke back office dan diterima oleh income audit,
yang selanjutnya akan mencocokkan kembali dan memilahnya, untuk hasil penjualan
tunai akan diserahkan ke general cashier, dan untuk sisanya diserahkan ke account
receivable.
j) Income audit berdasarkan informasi yang diberikan oleh night audit akan membuat
daily of sales sebagai informasi kepada pihak manajemen tentang tingkat penjualan
kamar, makanan dan minuman, dan pendapatan lain, serta informasi tingkat hunian dan
informasi lain dalam hari kemarin. Income audit juga melakukan pencatatan penjualan
harian.
k) Account receivable akan melakukan penyesuaian atas piutang usaha dan
mereklasifikasi piutang guest ledger ke city ledger, kemudian melakukan pencatatan
dan menyiapkan invoice ke pihak agen perjalanan.
l) General Cashier akan mencatat penerimaan kas dari hasil penjualan dan pembayaran
piutang guest ledger.