Anda di halaman 1dari 16

A.

 PENGERTIAN AUDITING

Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pedapat mengenai laporan kewajaran laporan keuangan tersebut menurut
Sukrisno Agoes (1996:1).

Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan menurut Arens Loebbecke (1996:!).

Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara
sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.

B. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

            Standar Profesional Akuntan Publik  (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan


standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di
Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut
Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI).Didalam SPAP terdapat beberapa tipe standar
profesional yang terbagi menjadi enam tipe standar profesional yang dikodifikasikan dalam
standar auditing, standar atestasi, standar jasa akuntansi dan review, standar jasa konsultasi,
standar pengendalian mutu, dan aturan etika kompartemen akuntan publik.\

Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan


NormaPemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia.
Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik, unsur-
unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian
pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan
mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dari berkas pemeriksaan. Pada Kongres IV
Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan
mengusulkan agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan
yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran
lebih lanjut norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite
Norma Pemeriksaan Akuntan yang baru untuk periode kepengurusan 1982-1986, yang
anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan akuntan
pemerintah. Komite ini telah menyelesaikan konsep Norma Pemeriksaan Akuntan yang
disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada tanggal 19 April 1986, Norma
Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan, disahkan
oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai norma pemeriksaan yang berlaku
efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan atas laporan keuangan yang
diterima setelah tanggal 31 Desember 1986. Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia
menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1
sampai dengan No.12 dan interpretasi No.1  sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke VII
Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang
secara garis besar berisi:

1.      Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.

2.      Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.

3.      Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.

4.      Pernyataan jasa akuntansi dan review.

5.      Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma

Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Januari 2001”.        

            Standar profesional akuntan publik per 1 januari 2001 terdiri atas limastandar, yaitu :

1.      Pernyataan Standar Auditing ( PSA ) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan


Standar Auditing ( IPSA )

2.      Pernyataan Standar Atestasi ( PSAT ) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan


Standar Atestasi ( IPSAT )

3.      Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( PSAR ) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( IPSAR )

4.      Pernyataan Standar Jasa Konsultasi ( PSJK ) yang dilengkapi dengan Interpretasi


Pernyataan Standar Jasa Konsultasi ( IPSJK )

5.      Pernyataan Standar Pengendalian Mutu ( PSPM ) yang dilengkapi dengan Interpretasi


Pernyataan Standar Pengendalian Mutu ( IPSM )

C. SEPULUH STANDAR AUDITING

            Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
public Indonesia terdiri atas Sepuluh Standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :

a. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.

Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensidalam sikap mental


harus dipertahankan oleh auditor.

Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan


kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.

Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit


dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keungan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai


dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan


penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali


dinyatakan lain dalam laporan auditor.

Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor

PSA No. 01 ( SA Seksi 161 ) Mengatur hubungan standar auditing dengan standar
pengendalian mutu sebagai berikut :

01.     Auditor independen Bertanggung jawab untuk memenuhi standar auditing yang


ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit
02.     Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar memenuhi standar auditing yang
ditetapkan institute akuntan publik Indonesia dalam penugasan audit

03.     Standar auditing yang ditetapkan institute akuntan publik Indonesiaberkaitan dengan


pelaksanaan penugasan audit secara individual, standar pengendalian mutu berkaitan dengan
pelaksanaan praktik audit kantor akuntan public secara keseluruhan

D. PENJELASAN MASING MASING STANDAR AUDITING

Standar Umum

a. Standar Umum Pertama

            Berbunyi “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.

            Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan
seseorang dalam bidang – bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak
dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

b. Standar umum kedua

1.      Berbunyi “ Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”

Hal – hal berikut ini dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 220 ):

2.      Standar ini harus mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karna ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum, dengan demikian ia
tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.

3.      Kepercayaan masyarakat umum atas independensi sikap auditor independen sangat


penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan menurun
jika terdapat bukti bahwa independensi sikap auditor ternayata berkurang.

4.      Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik profesi akuntan publik. Agar
anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.

5.      Bapepam-LK juga menetapkan persyaratan independensi bagi auditor yang melaporkan


informasi keuangan yang diserahkan kepada badan tersebut yang mungkin berbeda dengan
yang ditentukan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

6.      Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan aturan
yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.
7.      Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, Rapat Umum Pemegang Saham
( RUPS) atau Komite Audit.

c. Standar Umum Ketiga

1.      Berbunyi “ dalam pelaksanaan Audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib


menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.”

Hal – hal berikut dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 230 )

2.      Standar ini menuntut auditor independen untuk merencanakan dan melaksanakan


pekerjaanya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama.

3.      Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang
dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaanya tersebut.

4.      Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh
auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan kecermatan
dan kesaksamaan yang wajar.

5.      Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan,


keterampilan, dan kemampuan sedimikian rupa sehingga mereka dapar mengevaluasi bukti
audit yang mereka periksa.

6.      Auditor di tuntun untuk melaksanakan skeptisme professional. Sekptisme professional


adalah sikap yang mencangkup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis bukti audit.

7.      Pengumpulan dan penilaian bukti audit secara objektif menuntut auditor


mempertimbangkan kompetensi dan kecukupan bukti tersebut.

8.      Auditor tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur, namun juga tidak
menganggap bahwa kejujuran menajemen tidak dipertanyakan lagi.

9.      Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama memungkinkan


auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

10.  Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk
memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat.

11.  Oleh karna karakteristik kecurangan terutama yang melibatkan penyembunyian dan


pemalsuan dokumentasi, audit yang direncanakan dan dilaksanakan semestinya mungkin
tidak dapat mendeteksi salah saji material.

12.  Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan.
Standar Pekerjaan Lapangan

            Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di


lapangan ( audit field work ), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan
evaluasi pengendalian intern, pengumpulan bukti – bukti audit melalui compliance test,
substantive test, analytical review, sampai selesainya audit field work.

a. Standar Pekerjaan Lapangan Pertama

            Berbunyi “pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik baiknya dan jika digunakan
asisten harus di supervisi dengan semestinya,”

b. Standar Pekerjaan Lapangan Kedua

            Berbunyi “ pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk


merancanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang dilakukan”.

c. Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga

            Berbunyi “ Bukti Audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi ,
pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.”

            Berikut ini dikutip beberapa hal mengenai asersi dari PSA No. 07 (SA Seksi 326):

v     Asersi (Assertions ) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen


laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan dasar sebagai berikut ini :

·        Keberadaan atau keterjadian ( existence or occurance )

·        Kelengkapan ( completense )

·        Hak dan Kewajiban  ( right and obligation )

·        Penilian ( evaluation ) atau alokasi

·        Penyajian dan pengungkapan  ( prensentation and disclosure )

v     Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah asset atau utang
satuan usaha ada pada tanggal tertentu apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.

v     Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.

v     Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aset merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
v     Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen –
komponen aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah semestinya.

v     Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan,
auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut

v     Auditor independen tidak perlu secara satu persatu menghubungkan tujuan audit dengan
prosedur audit.

Standar Pelaporan

            Terdiri atas empat standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam
menyusun laporan auditnya.

a. Standar Pelaporan Pertama

1.      Menyatakan “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

Menurut PSA No. 08 ( SA Seksi 410 ):

2.      Istilah standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam


standar pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi,
tetapi juga metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor
untuk menyatakan tentang fakta, namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk
menyatakan suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan
standar akuntansi tersebut.

3.      Istilah “Standar akuntansi yang berlaku umum” adalah suatu istilah teknis akuntansi
yang mencangkup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik
yang berlaku secara umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Oleh karna itu, untuk
laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada umum di Indonesia, harus disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.

b. Standar pelaporan kedua

1.      Standar pelaporan kedua ( Disebut sebagai standar konsistensi ) Berbunyi “Laporan


auditor harus menunjukan, jika ada, ketidakonsistenan penerapan standar akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan standar
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya”.

Menurut standar PSA No. 09 ( SA Seksi 420 )

2.      Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding
laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh perusahaan standar
akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
3.      Penerapan semestinya standar konsistensi menurut auditor independen untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan.

4.      Perbandingan laporan keuangan suatu satuan usaha diantara beberapa periode dapat
dipengaruhi oleh:

v     Perubahan akuntansi

v     Kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan dalam periode sebelumnya

v     Perubahan penggolongan

v     Peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang dipertanggung jawabkan
dalam laporan keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya.

5.      Perubahan dalam standar akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas laporan
keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen dengan cara
menambahkan paragraf penjelasan ( yang disajikan setelah paragraf pendapat ).

c. Standar Laporan Ketiga

1.      Berbunyi “ penunggkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang, kecuali


dinyatakan lain dalam laporan auditor “

Menurut PSA No. 01 ( SA Seksi 431 )

2.      Penyajian laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi mencangkup dimuatnya


pengungkapan informatif yang memadai atas hal – hal material. Hal – hal tersebut
mencangkup bentuk, susunan da nisi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan.

3.      Apabila manajemen menghilangkan dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya


diungkapkan sesuai dengan standar akuntansi, termasuk catatan atas laporan keuangan, maka
auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena alas an tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam laporannya.

4.      Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengunkapan dan dalam segala
aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar
kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan informasi
tersebut.

d. Standar pelaporan Keempat

            Berbunyi “ laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberiakan, jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya
harus dinyatakan.

            Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
1.      Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya
dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan
tersebut.

2.      Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan yang diaudit  atau yang tidak diaudit.

E. KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Pernyataan kode etik profesi yang berlaku saat itu dapat dipakai sebagai interpretasi dan atau
aturan etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.

Prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional, terdiri atas 8
prinsip yaitu:

1.      Tanggung Jawab Profesi

2.      Kepentingan Umum

3.      Integritas

4.      Objektifitas

5.      Kompetensi Dan Kehati hatian Profesional

6.      Kerahasiaan

7.      Perilaku Profesional

8.      Standar Teknis

Aturan Etika Profesi Akuntan Publik

·              Keterterapan ( Aplicability )

Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota ikatan akuntan indonesia kompartemen
akuntan publik ( IAI – KAP ) dan staf profesioanl ( Baik Yang Anggota IAI – KAP Maupun
Yang Bukan Anggota IAI – KAP ( yang bekerja pada satu kantor akuntan publik (KAP))

·              Definisi/Pengertian

o       Klien adalah pemberi kerja ( orang atau Badan ), yang memperkerjakan atau


menugaskan seseorang atau lebih anggota IAI – KAP atau anggota KAP tmepat anggota
berkerja untuk melaksanakan jasa profesional
o       Laporan Keuangan adalah Suatu Penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi
( aset ) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan atas aset dan atau
kewajiban selama satu periode tertentu sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum
atau basis akuntansi komprehensif selain standar akuntasi yang berlaku secara umum.

o       Kantor Akuntan Publik ( KAP ) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik

o       Ikatan Akuntan Publik adalah wadah organisasi profesi akuntan indonesia yang diakuai
pemerintah

o       Ikatan Akuntan Publik – Kompartemen Akuntan Publik ( IAI – KAP ) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau
bekerja di kantor akuntan publik.

o       Anggota Kantor Akuntan Publik ( anggota KAP ) adalah anggota IAI – KAP dan staf
profesional  ( Baik yang anggota IAI – KAP maupun yang bukan anggota) yang berkerja
pada suatu KAP.

o       Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat
yang berwenang lainya untuk menjalankan praktik akuntan publik.

o       Praktik Akuntan Publik adalah pemeberian jasa profesional kepada klien yang


dilakukan oleh anggota IAI – KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi
dan review, perpajakan, perencanaan keuangan perorangan, jasa pendukung litigasi, dan jasa
lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

·              Independensi, Integritas Dan Objektivitas

o       Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar akuntan
publik yang ditetapkan oleh IAPI.

o       Integritas dan Objektivitas

Anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan
kepentingan ( conflict of interest ) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material
( material misstatement ) yang diketahuinya untuk mengalihkan ( mensubordinasikan )
pertimbanganya kepada pihak lain.

·              Standar Umum dan Standar Akuntansi

o       Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAPI :

Kompetensi Profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional


yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.

Kecermatan dan Keseksamaan Profesional. Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa


profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional.

Perencanaan dan Supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara


memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional.

Data Relevan Yang Memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data yang relevan  yang
memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan
dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

o       Kepatuhan terhadap Standar

Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompliasi,
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainya wajib mematuhi standar yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAPI.

o       Standar Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan :

a.       Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

b.      Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus


dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku

·              Tanggung Jawab Kepada Klien

o       Informasi klien yang rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk :

a.       Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip – prinsip akuntansi.

b.      Mempengaruhi kewahiban anggota KAP dengan cara apa pun untuk mematuhi
peraturan perundang – undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat
pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku
c.       Melarang review praktik profesional ( Review mutu ) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAPI.

d.      Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAPI – KAP dalam rangka penegakan
disiplin anggota.

o       Fee Profesional

a.      Besaran FEE

Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko, penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainya.

b.      Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan hasil tertentu tersebut.

·              Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi

o       Tanggung jawab kepada Rekan seprofesi

Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi

o       Komunikasi antar akuntan publik

Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila akan
mengadakan perikatan ( engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau
untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta
tujuan yang berlainan

o       Perikatan atestasi

Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan
periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang  lebih dahulu ditnjuk
klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang
– undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.

·              Tanggung Jawab Dan Praktek Lain

o       Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan  perkataan yang
mencemarkan profesi

o       Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya


Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan ilkan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran sepanjang tidak
merendahkan citra profesi.

o       Komisi dan Fee Referal

a.      Komisi

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainya yang diberikan
atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien/pihak lain

b.      Rujukan ( Fee Referal )

Rujukan ( Fee Referal ) Adalah Imbalan yang dibayarkan / diterima kepada /dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik.

o       Bentuk Organisasi dan KAP

Anggota hanya dapat  berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh
peraturan perundang – undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesional Akuntan
Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption” terhadap International
Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010, berlaku efektif 2011.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:

1.      Prinsip Integritas

Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya.

Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat :

a)      Kesalahan material atau pernyataan yang menyesatkan;

b)      Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati; atau

c)      Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi yang


seharusnya diungkapkan.
2.      Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas mengharuskan praktisi untuk tidak membiarkan subjektivitas, benturan


kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya. Praktisi mungkin dihadapkan pada
situasi yang dapat mengurangi objektivitasnya. Karena beragam situasi tersebut, tidak
mungkin untuk mendefinisikan setiap situasi tersebut. setiap praktisi harus menghindari
setiap hubungan yang bersifat subjektif atau yang dapat mengakibatkan pengaruh yang tidak
layak terhadap pertimbangan profesionalnya.

3.      Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional

Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap
praktisi untuk :

a)      Memelihara pengetahuan dan keahlian profesional yang dibutuhkan untuk menjamin


pemberian jasa profesional yang kompeten kepada klien atau pemberi kerja; dan

b)      Menggunakan kemahiran profesionalnya dengan saksama sesuai dengan standar profesi


dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.

Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi
menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :

a)      Pencapaian kompetensi profesional; dan

b)      Pemeliharaan kompetensi profesional

Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran pemahaman yang


berkelanjutan terhdap perkembangan teknis profesi dan perkembangan bisnis yang relevan.
Pengembangan dan pendidikan profesional yang berkelanjutan sangat diperlukan untuk
meningkatkan dan memelihara kemampuan Praktisi agar dapat melaksanakan pekerjaannya
secara kompeten dalam lingkungan profesional.

Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap
dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan
penugasan.

Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.

Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang diberikan kepada klien,
pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya
kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.

4.      Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :

a.       Mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh dari hubungan


profesional dan hubungan bisnis kepada pihak di luar KAP atau jaringan KAP tempatnya
bekerja tanpat adanya wewenang khusus, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkannya sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku; dan

b.      Menggunakan informasi yang bersifat rahasian yang diperoleh dari hubungan


profesional dan hubungan bisnis untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.

Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.

Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.

Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta
pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.

Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah kerja atau
memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang diperolehnya
sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh  menggunakan atau mengungkapkan
setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional
atau hubungan bisnis.

Situasi-situasi yang mungkin mengharuskan praktisi untuk mengungkapkan informasi yang


bersifat rahasia atau ketika pengungkapan tersebut dianggap tepat :

a.       Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja;

b.      Pengungkapan yang diharuskan oleh hukum, sebagai contoh :

(i)      Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam sidang pengadilan; atau

(ii)     Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran hukum;
dan

c.       Pengungkapan yang terkait dengan kewajiban profesional untuk mengungkapan,


selama tidak dilarang oleh ketentuan hukum :
(i)        Dalam mematuhi pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi
profesi atau regulator;

(ii)      Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi
atau regulator;

(iii)    Dalam melindungi kepentingan profesional praktisi dalam sidang pengadilan; atau

(iv)    Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.

Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a)      Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi;

b)      Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika fakta
atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan
profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus dilakukan;
dan

c)      Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.

5. Prinsip Perilaku Profesional

Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.

Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap
atau melakukan tindakan :

a)      Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh

b)      Membuat pernyataan yang merendahkan atau melakukan perbandingan yang tidak


didukung bukti terhadap hasil perkerjaan praktisi lain

Anda mungkin juga menyukai