PENGERTIAN AUDITING
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak
yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen
beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pedapat mengenai laporan kewajaran laporan keuangan tersebut menurut
Sukrisno Agoes (1996:1).
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan
independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi termasuk dengan
kriteria-kriteria yang telah ditetapkan menurut Arens Loebbecke (1996:!).
Secara umum pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit adalah proses secara
sistematis yang dilakukan oleh orang berkompeten dan independen dengan mengumpulkan
dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
5. Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Selama tahun
1999 Dewan melakukan perubahan atas Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus
1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul “Standar Profesional Akuntan Publik
per 1 Januari 2001”.
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( PSAR ) yang dilengkapi dengan
Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review ( IPSAR )
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan
public Indonesia terdiri atas Sepuluh Standar yang dikelompokan menjadi tiga kelompok
besar, yaitu :
a. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor.
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi
dengan semestinya.
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keungan yang diaudit.
c. Standar Pelaporan
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika
pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam
hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
PSA No. 01 ( SA Seksi 161 ) Mengatur hubungan standar auditing dengan standar
pengendalian mutu sebagai berikut :
Standar Umum
Berbunyi “audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya kemampuan
seseorang dalam bidang – bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak
dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika tidak
memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.
1. Berbunyi “ Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”
Hal – hal berikut ini dimuat dalam PSA No. 04 ( SA Seksi 220 ):
2. Standar ini harus mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karna ia melaksanakan pekerjaan untuk kepentingan umum, dengan demikian ia
tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun.
4. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik profesi akuntan publik. Agar
anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat.
6. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat persepsi independensi dan aturan
yang ditetapkan untuk mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya.
7. Untuk menekankan independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di
banyak perusahaan dilaksanakan oleh dewan komisaris, Rapat Umum Pemegang Saham
( RUPS) atau Komite Audit.
3. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang
dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaanya tersebut.
4. Seorang auditor harus memiliki tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki oleh
auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut dengan kecermatan
dan kesaksamaan yang wajar.
8. Auditor tidak menganggap bahwa manajemen tidak jujur, namun juga tidak
menganggap bahwa kejujuran menajemen tidak dipertanyakan lagi.
10. Tujuan auditor independen adalah untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup untuk
memberikan basis yang memadai baginya dalam merumuskan suatu pendapat.
12. Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan.
Standar Pekerjaan Lapangan
Berbunyi “pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik baiknya dan jika digunakan
asisten harus di supervisi dengan semestinya,”
Berbunyi “ Bukti Audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi ,
pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.”
Berikut ini dikutip beberapa hal mengenai asersi dari PSA No. 07 (SA Seksi 326):
· Kelengkapan ( completense )
v Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah asset atau utang
satuan usaha ada pada tanggal tertentu apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.
v Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.
v Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aset merupakan hak
perusahaan dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
v Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen –
komponen aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah semestinya.
v Di dalam memperoleh bukti audit yang mendukung asersi dalam laporan keuangan,
auditor independen merumuskan tujuan audit spesifik ditinjau dari sudut asersi tersebut
v Auditor independen tidak perlu secara satu persatu menghubungkan tujuan audit dengan
prosedur audit.
Standar Pelaporan
Terdiri atas empat standar merupakan pedoman bagi auditor independen dalam
menyusun laporan auditnya.
1. Menyatakan “Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.
3. Istilah “Standar akuntansi yang berlaku umum” adalah suatu istilah teknis akuntansi
yang mencangkup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik
yang berlaku secara umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Oleh karna itu, untuk
laporan keuangan yang akan didistribusikan kepada umum di Indonesia, harus disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.
2. Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding
laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh perusahaan standar
akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya.
3. Penerapan semestinya standar konsistensi menurut auditor independen untuk
memahami hubungan antara konsistensi dengan daya banding laporan keuangan.
4. Perbandingan laporan keuangan suatu satuan usaha diantara beberapa periode dapat
dipengaruhi oleh:
v Perubahan akuntansi
v Perubahan penggolongan
v Peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang dipertanggung jawabkan
dalam laporan keuangan yang disajikan dalam periode sebelumnya.
5. Perubahan dalam standar akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas laporan
keuangan memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen dengan cara
menambahkan paragraf penjelasan ( yang disajikan setelah paragraf pendapat ).
4. Di dalam mempertimbangkan cukup atau tidaknya pengunkapan dan dalam segala
aspek lain auditnya, auditor menggunakan informasi yang diterima dari kliennya atas dasar
kepercayaan yang diberikan oleh kliennya, bahwa auditor akan merahasiakan informasi
tersebut.
Tujuan standar pelaporan keempat adalah untuk mencegah salah tafsir tentang tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh akuntan bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan.
1. Seorang akuntan dikaitkan dengan laporan keuangan jika ia mengizinkan namanya
dicantumkan dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi laporan
tersebut.
2. Akuntan dapat dikaitkan dengan laporan yang diaudit atau yang tidak diaudit.
Pernyataan kode etik profesi yang berlaku saat itu dapat dipakai sebagai interpretasi dan atau
aturan etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya.
Prinsip etika profesi, yang merupakan landasan perilaku etika profesional, terdiri atas 8
prinsip yaitu:
2. Kepentingan Umum
3. Integritas
4. Objektifitas
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
8. Standar Teknis
· Keterterapan ( Aplicability )
Aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota ikatan akuntan indonesia kompartemen
akuntan publik ( IAI – KAP ) dan staf profesioanl ( Baik Yang Anggota IAI – KAP Maupun
Yang Bukan Anggota IAI – KAP ( yang bekerja pada satu kantor akuntan publik (KAP))
· Definisi/Pengertian
o Kantor Akuntan Publik ( KAP ) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang
memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik
o Ikatan Akuntan Publik adalah wadah organisasi profesi akuntan indonesia yang diakuai
pemerintah
o Ikatan Akuntan Publik – Kompartemen Akuntan Publik ( IAI – KAP ) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akuntan publik atau
bekerja di kantor akuntan publik.
o Anggota Kantor Akuntan Publik ( anggota KAP ) adalah anggota IAI – KAP dan staf
profesional ( Baik yang anggota IAI – KAP maupun yang bukan anggota) yang berkerja
pada suatu KAP.
o Akuntan Publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat
yang berwenang lainya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
o Independensi
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar akuntan
publik yang ditetapkan oleh IAPI.
Anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan
kepentingan ( conflict of interest ) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material
( material misstatement ) yang diketahuinya untuk mengalihkan ( mensubordinasikan )
pertimbanganya kepada pihak lain.
o Standar Umum
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAPI :
Data Relevan Yang Memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data yang relevan yang
memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan
dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompliasi,
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainya wajib mematuhi standar yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAPI.
o Standar Akuntansi
a. Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data
keuangan lain suatu entitas disajikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien.
a. Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika
kepatuhan terhadap standar dan prinsip – prinsip akuntansi.
b. Mempengaruhi kewahiban anggota KAP dengan cara apa pun untuk mematuhi
peraturan perundang – undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat
pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku
c. Melarang review praktik profesional ( Review mutu ) seorang anggota sesuai dengan
kewenangan IAPI.
d. Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas
penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAPI – KAP dalam rangka penegakan
disiplin anggota.
o Fee Profesional
a. Besaran FEE
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko, penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa
tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional lainya.
b. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan hasil tertentu dimana jumlah fee
tergantung pada temuan hasil tertentu tersebut.
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik terdahulu bila akan
mengadakan perikatan ( engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau
untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta
tujuan yang berlainan
o Perikatan atestasi
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestasi yang jenis atestasi dan
periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditnjuk
klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang
– undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang.
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi
a. Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainya yang diberikan
atau diterima dari klien/pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien/pihak lain
Rujukan ( Fee Referal ) Adalah Imbalan yang dibayarkan / diterima kepada /dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik.
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh
peraturan perundang – undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi dalam tatanan global dan tuntutan
transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar atas penyajian Laporan Keuangan, IAPI
merasa adanya suatu kebutuhan untuk melakukan percepatan atas proses pengembangan dan
pemutakhiran standar profesi yang ada melalui penyerapan Standar Profesi International.
Sebagai langkah awal IAPI telah menetapkan dan menerbitkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik, yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Untuk Standar Profesional Akuntan
Publik, Dewan Standar Profesi sedang dalam proses “adoption” terhadap International
Standar on Auditing yang direncanakan akan selesai di tahun 2010, berlaku efektif 2011.
Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5
prinsip-prinsip dasar etika profesi, yaitu:
1. Prinsip Integritas
Prinsip integritas mewajibkan setiap praktisi untuk tegas, jujur, dan adil dalam hubungan
profesional dan hubungan bisnisnya.
Praktisi tidak boleh terkait dengan laporan, komunikais atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat :
Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mewajibkan setiap
praktisi untuk :
Pemberian jasa profesional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat dalam
menerapkan pengetahuan dan keahlian profesional. Kompetensi profesional dapat dibagi
menjadi dua tahap yang terpisah sebagai berikut :
Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi untuk bersikap
dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan
penugasan.
Setiap praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang tepat bagi
mereka yang bekerja di bawah wewenangnya dalam kapasitas profesional.
Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang diberikan kepada klien,
pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya
kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan.
4. Prinsip Kerahasiaanan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap praktisi untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut :
Setiap praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya. Setiap praktisi harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan
bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya.
Setiap praktisi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diungkapkan oleh calon klien
atau pemberi kerja harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi terjaga dalam
KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
Setiap praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk memastikan
terlaksananya prinsip kerahasiaan oleh mereka yang bekerja di bawah wewenangnya, serta
pihak lain yang memberkan saran dan bantuan profesionalnya.
Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan setelah berakhirnya
hubungan antara praktisi dengan klien atau pemberi kerja. Ketika berpindah kerja atau
memperoleh klien baru, praktisi berhak untuk menggunakan pengalaman yang diperolehnya
sebelumnya. Namun demikian, praktisi tetap tidak boleh menggunakan atau mengungkapkan
setiap informasi yang bersifat rahasia yang diperoleh sebelumnya dari hubungan profesional
atau hubungan bisnis.
a. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hukum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja;
(ii) Pengungkapan kepada otoritas publik yang tepat mengenai suatu pelanggaran hukum;
dan
(ii) Dalam menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi
atau regulator;
(iv) Dalam mematuhi standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku.
Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, setiap praktisi
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a) Dirugikan tidaknya kepentingan semua pihak, termasuk pihak ketiga, jika klien atau
pemberi kerja mengizinkan pengungkapan informasi oleh praktisi;
b) Diketahui tidaknya dan didukung tidaknya semua informasi yang relevan. Ketika fakta
atau kesimpulan tidak didukung bukti, atau ketika informasi tidak lengkap, pertimbangan
profesional harus digunakan untuk menentukan jenis pengungkapan yang harus dilakukan;
dan
c) Jenis komunikasi yang diharapkan dan pihak yang dituju. Setiap praktisi harus
memastikan tepat tidaknya pihak yang dituju dalam komunikasi tersebut.
Prinsip perilaku profesional mewajibkan setiap praktisi untuk mematuhi setiap ketentuan
hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Hal ini mencakup setiap tindakan yang dapat mengakibatkan
terciptanya kesimpulan yang negatif oleh pihak ketiga yang rasional dan memiliki
pengetahuan mengenai semua informasi yang relevan, yang dapat menurunkan reputasi
profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaannya, setiap praktisi tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Setiap praktisi harus bersikap jujur dan tidak boleh bersikap
atau melakukan tindakan :
a) Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa profesional yang dapat diberikan,
kualifikasi yang dimiliki atau pengalaman yang telah diperoleh