Anda di halaman 1dari 4

NAMA : FITRI APRILLIA SANDY WAHYUDI

NPP : 28.1371
KELAS : S1 MANAJEMEN KEUANGAN

1. Siapa subjek dan wp pajak restoran?


2. Apakah wp pajak restoran dapat diwakilkan/dikuasakan kepada pihak lain? Berikan
argumentasi Saudara!
3. Sering nota penjualan (bill) tidak dibuat oleh restoran atau dibuat tapi tidak diserahkan
kepada konsumen (penikmat makanan/minuman restoran). Bagaimana cara dispenda
menetapkan pajak restoran?
4. Bagaimana WP restoran dikenakan sanksi administrasi berupa denda administrasi dan
bunga?
5. Soal:
Pak Edy sebagai konsumen di restoran “Santai” telah menikmati makanan dengan harga
Rp. 2.000.000,-, minuman dengan harga Rp. 100.000,- dan memesan makanan untuk
dibungkus (dibawa pulang) dengan harga Rp. 300.000,- serta service charge 10%
Pertanyaan:
1. Bagaimana Pak Edy yakin bahwa restoran “Santai” sebagai WP pajak restoran?
2. Bagaimana caranya restoran “santai” sebagai WP pajak restoran?
3. Bagaimana kalau restoran “Santai” tidak membuat bill atau membuat bill yang tidak
terporporasi, apakah Pak Edy akan membayar pajak restoran? Berikan argumentasi
Saudara!
4. Apa yang dimaksud dengan bill yang terporporasi?
5. Bagaimana caranya WP melunasi pajak terutangnya?
6. Berapa jumlah yang harus dibayar Pak Edy dengan asumsi restoran “santai” telah
terdaftar dan memiliki NPWPD, perda pajak restoran 10%
Jawab:

1. Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli makanan dan atau
minuman dari restoran atau dengan kata lain objek pajak restoran adalah konsumen yang
membeli makanan dan atau minuman dari restoran. Sedangkan yang menjadi WP adalah
orang pribadi atau badan yang mengusahakan restoran. Dengan demikian dalam pajak
restoran subjek pajak dan WP tidak sama.
Menurut ayat 1 dan 2 Pasal 38 Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 :

Pasal 38

(1) Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan


yang membeli makanan dan/atau minuman dari Restoran.
(2) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau Badan
yang mengusahakan Restoran.

2. Dalam menjalankan kewajiban perpajakannya WP dapat diwakili oleh pihak tertentu yang
diperkenankan oleh UU atau Perda tentang Pajak Restoran. Wakil WP bertanggung jawab
secara pribadi dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu,
WP dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya. Menurut saya seorang Wajib Pajak Restoran dapat
digantikan atau diwakilkan hal ini sesuai dengan “Bab II Ketentuan Umum Pajak Daerah”
dimana Wajib Pajak Restoran dapat diwakilkan oleh pihak tertentu yang harus sesuai dengan
Undang Undang atau Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran, dimana wakil Wajib Pajak
tersebut bertanggungjawab secara pribadi dalam pembayaran pajak restoran tersebut. Selain
itu, Wajib Pajak juga dapat menunjuk pihak lain dengan menggunakan surat kuasa khusus
untuk dapat menggantikannya dalam hal menajalankan hak dan kewajiban perpajakannya

3. Setiap pengusaha restoran yang menjadi Wajib Pajak dalam memungut pembayaran pajak
restoran dari konsumen yang menggunakan jasa restoran harus menggunakan bon penjualan
atau nota pesanan (bill), kecuali ditetapkan lain oleh kepala daerah.
Apabila nota penjualan tidak dibuat oleh restoran atau wajib pajak restoran yang wajib
menggunakan bill tetapi tidak menggunakan bill maka Dispenda mengenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 2% dari Dasar Pengenaan Pajak tersebut.

4. Kepala Daerah menerbitkab Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) dimana hasil penelitian
STPD terdapat kekurangan pembayaran sebagai akibat salah tulis atau salah hitung dan
Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga dan denda.
STPD tersebut diterbitkan baik terhadap Wajib Pajak yang melakukan kewajiban pajak yang
dibayar sendiri maupun terhadap Wajib Pajak yang melaksanakan kewajiban pajak yang
dipungut.
Sanksi administrasi berupa bunga dikenakan kepada Wajib Pajak yang tidak/kurang
membayar pajak yang terutang.
Sementara sanksi administrasi berupa denda dikenakan karena tidak dipenuhinya ketentuan
formal, misal tidak/terlambat menyampaikan SPTPD.
Selain itu Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD apabila kewajiban pajak terutang dalam
SKPDKB/SKPDKBT tidak dilakukan/tidak sepenuhnya dilakukan oleh Wajib Pajak.

5. 1. Tarif service charge biasanya tidak melebihi Pajak Restoran. Jadi, rata-rata pengenaan
service charge sebesar 5%. Hal yang sama juga diterapkan pada pajak perhotelan. Akan
tetapi, biasanya service charge hotel lebih tinggi dari restoran, yakni 10%. Hal ini tergantung
kebijakan dari tempat makan atau restoran yang terkait.
Pada dasarnya, biaya pelayanan atau service charge merupakan salah satu dasar dari
pengenaan Pajak Daerah.
Pengenaan service charge disesuaikan dengan kebijakan pihak restoran, apakah ingin
dikenakan atau tidak. Oleh karena itu, mungkin sering kali dilihat ada beberapa restoran yang
memungut service charge dan ada juga yang tidak.
Bila pelayanan di suatu restoran dikenakan service charge, maka tagihan service charge
biasanya akan ditambahkan terlebih dahulu pada tagihan belanjaan, sebelum dikenakan pajak
restoran.

2. Cara Restoran “Santai” sebagai WP Pajak Restoran adalah dengan menetapkan service
charge sebesar 10% sesuai dengan UU No. 28 Tahun 2009

3. Menurut saya Pak Edy tidak harus membayar pajak restoran karena penggunaan bill
adalah sebagai bukti pemungutan pajak pada saat Wajib Pajak mengajukan jumlah yang
harus dibayar oleh subjek pajak sehingga jika bill tidak ada maka belum ada bukti
pembayaran pajak restoran sehingga dapat disebutkan bahwa pembayaran pajak tersebut
tidak sah.

4. Bill yang terporporasi adalah bill yang sudah dilegalisasi kepada Dispenda dan sudah
memiliki tanda atau stempel dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

5. Pajak restoran terutang dilunasi dlm jangka waktu yang ditentukan dalam Peraturan
Daerah.
Pembayaran pajak restoran yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank/tempat lain yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SKPD,
SKPDKB,SKPDKBT, STPD.
Apabila pembayaran pajak dilakukan di tempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke kas daerah paling lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh
Kepala Daerah.
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran pada hari libur, pembayaran dilakukan pada hari
kerja berikutnya dan pembayaran dilakukan dengan menggunakan SSPD harus dibayar
sekaligus/lunas
Apabila pajak restoran yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, maka
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk akan melakukan tidakan penagihan pajak berupa
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, surat keputusan pembetulan, surat keputusan
keberatan, dan putusan banding.

6. Makanan : Rp. 2.000.000,-


Minuman : Rp. 100.000,-
Jumlah : Rp. 2.100.000,-
Service charge 10% : 10% x Rp. 2.100.000,- = Rp. 210.000,-
Jumlah pembayaran : Rp. 2.100.000,- + Rp. 210.000,- = Rp. 2.310.000,-
Pajak Restoran : 10% x Rp. 2.310.000,- = Rp. 231.000,-
Jadi yang harus dibayar oleh penikmat hidangan restoran “Santai” adalah Rp. 2.541.000,-
(Rp. 2.310.000,- + Rp. 231.000,-)

Anda mungkin juga menyukai