Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pajak dan Retribusi Daerah
Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt.yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul Makalah Pajak Restoran
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Pajak dan Restribusi Daerah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu dosen dan kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuan nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1. Latar Belakang......................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
3. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
1. Pengertian Pajak Restoran....................................................................................................2
2. Pajak Restoran Bukan PPN..................................................................................................2
3. Objek, Subjek, dan WP Pajak Restoran................................................................................2
4. Tarif Pajak Restoran.............................................................................................................3
5. Cara Menghitung Pajak Restoran.........................................................................................4
6. Pembayaran dan Pelaporan Pajak Restoran..........................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................7
PENUTUP......................................................................................................................................7
1. Kesimpulan...........................................................................................................................7
2. Saran.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pajak Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah, yang diharapkan dapat
membantu pembiyaan daerah untuk melaksanakan otonominya, yaitu mampu mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri disamping penerimaan yang berasal dari pemerintah berupa
subsidi / bantuan. Sumber pajak daerah tersebut diharapkan menjadi sumber pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan daerah untuk meningkatakan pemerataan
kesejahteraan rakyat. Kemampuan pajak daerah yang dimilki setiap daerah merupakan salah
satu indikator kesiapan pemerintah daerah dalam berotonomi daerah. Oleh karena itu perolehan
pajak daerah diarahkan untuk meningkatakan PAD yang digunakan untuk menyelenggarakan
otonomi dareah yang secara konseptual diharapkan memiliki kemampuan nyata dan
bertanggung jawab. Tuntunan kemampuan nyata ini diharapkan bersumber dari kemampuan
menyiasati penerimaan pajak daerah melalui upaya-upaya yang dapat dilakukan sehingga
terjadi peningkatan dari waktu kewaktu. Industri makanana atau restoran adalah sebuah industri
yang luar biasa. Industri restoran penuh potensi, prospek, dan dapat berkembang dengan sangat
cepat. Seiring dengan perkembangan usaha restoran, akan diikuti pula dengan kebijakan-
kebijakan dibidang pajak.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
iii
Dari penulisan tentang rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah :
Kita dapat mengetahui apa itu pengertian pajak restoran, pajak restoran bukan PPN,
objek, subjek, dan wp pajak restoran, tarif pajak restoran, cara menghitung pajak restoran, cara
membayar dan melaporkan pajak restoran
BAB II
PEMBAHASAN
Tidak sedikit yang beranggapan bahwa pajak yang tertera dalam struk saat membeli
makan atau minum di restoran maupun kafe merupakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Wajar saja, tarif pajak yang ada di struk pembelian biasanya tertulis 10%. Sementara
kebanyakan orang menganggap itu sebagai tarif PPN yang umumnya dikenakan pada
transaksi pembelanjaan. Namun yang pasti, pajak yang muncul pada setiap struk pembelian
makanan dan minuman itu bukanlah PPN, melainkan Pajak Restoran atau Pajak Bangunan 1
(PB1). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Menyebutkan bahwa pajak restoran masuk dalam
kategori pajak daerah, tepatnya pajak kabupaten/kota, yang mendefinisikan Pajak Restoran
sebagai pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Ketahui siapa sebenarnya yang menanggung pajak restoran (PB1) ini dan apa saja yang
menjadi objek atau dikenakan pajak restoran ini, maupun pihak yang hanya dititipi untuk
menyetorkan Pajak Restoran dari pembeli ke negara/kas daerah.
Sesuai dengan Pasal 37 ayat (1) dan (2) UU PDRD, yang menjadi objek Pajak Restoran
adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran dari pelayanan penjualan makanan/minuman
yang dikonsumsi pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain
(dibawa pulang).”
Sedangkan yang tidak termasuk dalam objek pajak, yaitu pelayanan yang disediakan
iv
restoran yang pengelolaannya tergabung atau menjadi satu manajemennya dengan sebuah
hotel. Selain itu, pelayanan yang disediakan oleh suatu restoran yang nilai penjualannya tidak
melebihi Rp 200.000.000 per tahun, maka tidak termasuk ke dalam objek pajak.
Subjek Pajak Restoran artinya subjek yang dikenakan atau dipungut PB1, yaitu pembeli
dari layanan yang disediakan oleh restoran tersebut. Jadi, PB1 ini sebetulnya tidak dibebankan
kepada pemilik restoran, akan tetapi dikenakan pada pembeli atau konsumennya. Pembeli
makanan/minuman membayarkan PB1 bersamaan pada saat melakukan pembayaran karena
Pajak Restoran tersebut sudah tertera dalam struk pembelian.
Apa yang dimaksud Wajib Pajak (WP) PB1 atau WP Pajak PB1 Restoran?
WP Pajak Restoran artinya wajib pajak yang harus memungut dari pembeli dan menyetorkan
pajak PB1 Restoran tersebut ke kas negara. Artinya, WP PB1 ini merupakan pemilik atau
yang menjalankan kegiatan dari usaha restoran tersebut.
Jadi dalam hal ini sebenarnya pemilik restoran tidak menanggung beban PB1 ini, akan tetapi
hanya sebagai perantara yang menyetorkan pajak PB1 yang telah dibayar oleh konsumennya.
Tidak semua restoran memiliki kewajiban menyetorkan PB1. Ada kriteria tertentu bagi
restoran yang tidak wajib membayar Pajak Restoran. Masing-masing daerah menetapkan
sendiri besar pendapatan yang tidak memiliki kewajiban membayar pajak restoran.
Contohnya, untuk DKI Jakarta menetapkan bagi restoran yang memiliki pendapatan tidak
lebih dari Rp.200.000.000 per tahun tidak termasuk objek PB1.
PB1 dikenakan kepada restoran akan diterapkan setelah biaya pelayanan yang juga
dibebankan kepada konsumen. Dalam Pasal 40 ayat (1) UU PDRD ditegaskan bahwa batas
maksimum tarif Pajak Restoran sebesar 10%. UU PDRD memberikan kewenangan setiap
pemerintah daerah untuk menentukan besar tarif PB1 di wilayahnya. Tak heran jika di setiap
kabupaten/kota bisa saja besar tarif PB1 berbeda-beda. Namun besar tarif Pajak Restoran itu
tidak boleh melebihi batas tarif PB1 yang ditetapkan dalam UU PDRD. Tapi, kebanyakan
kabupaten/kota menetapkan tarif maksimal untuk PB1 sesuai dengan yang tertera dalam UU
PDRD tersebut, meski ada juga daerah yang menerapkan tarif lebih rendah. Beda ‘Service
Tax’ dan ‘Service Charge’ antara Pajak Restoran (service tax) dengan Service Charge atau
biaya layanan itu berbeda, meski terkesan keduanya hampir serupa. Memang tidak semua
restoran mengenakan biaya layanan. Perlu diingat, bahwa antara Pajak Restoran (PB1) itu
berbeda dengan biaya layanan. Jika service tax (pajak restoran) itu pajak yang sudah
ditetapkan pemerintah, sedangkan service charge adalah biaya yang ditetapkan oleh restoran.
Biaya layanan ini murni hanya dilakukan oleh masing-masing restoran yang membebankan
v
biaya atas layanan yang diberikan, tapi di luar dari PB1. Karena biaya layanan ini tidak masuk
dalam pungutan pajak tapi masuk dalam kas restoran yang bersangkutan. Tarif service charge
ini juga” “ditentukan oleh masing-masing restoran, namun biasanya tidak sama atau lebih
rendah dibanding PB1, yakni sekira 5% atau 7% bahkan ada juga yang mencapai 10%.
Sebelum menghitung berapa besar Pajak PB1 ini, ketahui Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
dari PB1 ini.
vi
1. Pak Kelik membeli Nasi Goreng satu porsi seharga Rp50.000 dengan segelas es teh manis
seharga Rp15.000 serta tahu goreng dan telur dadar masing-masing Rp5.000 dan
Rp10.000 di Restoran AAA. Restoran AAA memberlakukan biaya layanan (service
charge) sebesar 5%. Restoran ini berada di Jakarta dengan tarif PB1 yang ditetapkan
Pemda adalah 10%. Maka, PB1 yang harus dibayarkan oleh Pak Kelik dan total uang yang
harus dikeluarkan untuk membeli makan dan minuman tersebut adalah ?
2. Dasar pengenaan pajak (nominal pembayaran yang diterima/dipungut sesuai dengan struk
atau dokumen lainnya yang sejenis) = Rp60.000.000
Bagi WP PB1 yaitu pemilik restoran, wajib membayarkan dan menyetorkan PB1 yang
telah dipungut dari pembeli ke kas negara.
PB1 yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat usaha tersebut berada atau berlokasi.
masa pajak dalam menghitung, menyetor, dan melaporkan PB1 yang terutang dilakukan
vii
dalam jangka waktu satu bulan kalender.
1. Masa Pajak
Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan 1 bulan takwim
Bagian dari bulan dihitung satu bulan penuh
2. Saat Terutang
Pajak Restoran yang terutang terjadi pada saat pembayaran kepada pengusaha atas
pelayanan di restoran
Dalam hal pembayaran dilakukan sebelum pelayanan restoran diberikan, pajak terutang
pada saat terjadi pembayaran
Pembayaran PB1 ini harus dilakukan setiap bulan. Penyetoran PB1 ini dapat dilakukan
secara langsung mendatangi Kantor Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) atau Dispenda
Kodya/Kabupaten/Provinsi tempat domisili usaha.alur pembayaran PB1 adalah:
viii
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Menurut Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD), Pajak Restoran
adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Pajak yang muncul pada setiap
struk pembelian makanan dan minuman itu bukanlah PPN, melainkan Pajak Restoran atau
Pajak Bangunan 1 (PB1). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Objek pajak restoran sesuai dengan
pasal 37 ayat (1) dan (2) UU PDRD, yang menjadi objek pajak restoran adalah pelayanan
yang disediakan oleh restoran dari pelayanan penjualan makanan/minuman yang dikonsumsi
pembeli, baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain (dibawa pulang).
Sedangkan Subjek pajak restoran artinya subjek yang dikenakan atau dipungut PB1, yaitu
pembeli dari layanan yang disediakan oleh Restoran tersebut
2. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan
makalah diatas.
ix
DAFTAR PUSTAKA
https://klikpajak.id/blog/pajak-restoran-pengertian-tarif-hitung-bayar-dan-lapor-pb1/
https://www.online-pajak.com/tentang-pajak/pajak-restoran