Anda di halaman 1dari 51

PELAKSANAAN REFOCUSING ANGGARAN

BELANJA OPERASIONAL DALAM


RANGKA PENANGANAN PANDEMI COVID-
19 PADA BADAN PENGELOLAAN
KEUANGAN DAN ASET DAERAH DI
KABUPATEN MERAUKE PROVINSI PAPUA

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana Sains
Terapan Pemerintahan pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh

AYU MILLENIA PUTRI


NPP. 29.1724

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ i

DAFTAR TABEL ...................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 10

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11

1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 13

2.1. Penelitian sebelumnya ............................................................... 13

2.2. Landasan Teoristis dan Legasistik ............................................. 15

2.2.1 Landasan Teoritis.................................................................15

2.2.1.1 Keuangan Daerah....................................................15

2.2.1.2 Pelaksanaan ............................................................17

2.2.1.3 Refocusing...............................................................18

2.2.1.4 Anggaran.................................................................19

2.2.1.5 Belanja Operasional................................................20

2.2.2 Landasan Legalistik ............................................................21

i
2.2.2.1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2020...............................................21

2.2.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019.........22

2.2.2.3 Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020..................24

2.2.2.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun

2021.........................................................................25

2.2.2.5 Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2020...............................................27

2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................... 30

2.3. Hipotesis Kerja .......................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 33

3.1. Pendekatan penelitian ................................................................ 33

3.2. Operasionalisasi konsep atau Variabel ...................................... 35

3.3. Sumber Data dan Informan atau Populasi dan Sampel .............. 36

3.3.1 Sumber Data .......................................................................36

3.3.2 Informan...............................................................................38

3.4. Instrumen penelitian ................................................................... 39

3.5. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 40

3.6. Teknik Analisis Data ................................................................... 42

3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian ..................................................... 45

3.7.1 Lokasi Penelitian.................................................................45

3.7.2 jadwal Penelitian.................................................................46

ii
DAFTAR TABEL

Tabel
Tabel 1.1 Laporan Realisasi Anggaran ..................................................... 6

Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya .......................................................... 13

Tabel 3.2 Operasional Konsep .............................................................. 35

Tabel 3.3 Informan ................................................................................ 39

Tabel 3.7 Jadwal Penelitian .................................................................. 46

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar
Gambar 1.1 Alokasi Belanja Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota Di

Provinsi Papua ..................................................................... 4

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................ 31

Gambar 3.6 Analisis Data ...................................................................... 45

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Munculnya pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)

terjadi pada tahun 2019 di bulan Desember dan terus berkembang ke

seluruh dunia termasuk wilayah Indonesia. Banyak sekali aspek yang

mengalami perubahan, sehingga negara membutuhkan penyesuaian

secara mendadak mulai dari aspek politik, ekonomi maupun sosial

budaya. Hal ini dimaksudkan agar Pemerintah segera melakukan

penyesuaian guna penanganan pandemi Covid-19 sebagai tuntutan

dalam mencegah semakin berkembangnya penyebaran virus Covid-19.

Berbagai alternatif yang di lakukan pemerintah menangani

maupun mencegah penyebaran Covid-19 mulai dari di keluarkannya

regulasi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun

2020 tentang pembatasan sosial berskala besar dalam rangka

percepatan penanganan Covid-19, Keputusan Presiden RI Nomor 9

tahun 2020 tentang perubahan keputusan Presiden nomor 7 tahun

2020 tentang gugus tugas percepatan penanganan Covid-19,

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang

penetapan kedaruratan kesehatan masyarakat Covid- 19 serta masih

banyak regulasi lain yang terus diperbaharui seiring berjalannya waktu

menyesuaikan keadaan negara pada masa pandemi Covid-19.

1
Alternatif yang Pemerintah Indonesia lakukan yakni

menetapkan pembatasan sosial dengan memperhatikan protokol

kesehatan yang kemudian membuat berbagai pegawai bekerja dari

rumah , beribadah di rumah serta siswa maupun mahasiswa juga

belajar dari rumah dengan sistem online. Hal ini dianggap efektif

dikarenakan penyebaran covid-19 sendiri dapat melalui sentuhan fisik

maupun cairan tubuh yang dikeluarkan seperti air mata, keringat

maupun gejala penyakit yang dapat membawa virus tersebut untuk

kemudian tertular, sehingga diharapkan masyarakat dapat menghindari

resiko tertularnya Covid-19.

Mengingat laju pertumbuhan penyebaran Covid-19 yang

begitu cepat maka Pemerintah mengambil langkah dalam penyesuaian

pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dengan

mengutamakan anggaran kegiatan atau yang dikenal dengan istilah

Refocusing anggaran guna menangani Covid-19, penyesuaian ini

terdapat pada Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun 2020 tentang

Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, serta Pengadaan barang

dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19).

Refocucing anggaran penyelenggaraan pemerintahan baik

pusat maupun daerah yaitu pengalihan anggaran yang berhubungan

dengan anggaran belanja kegiatan yang dibatalkan.Kegiatan yang

dimaksudkan adalah kegiatan yang tidak bersifat mendesak dan harus

2
di adakan maupun di anggarkan segera atau tidak menimbulkan

permasalahan jika dibatalkan.. Sebab inilah refocusing juga menjadi

alternatif kebijakan yang diambil.

Provinsi Papua merupakan provinsi yang paling bergerak

cepat menanggapi penanganan pandemi Covid-19 ini, Pemerintah

dengan tegas melaksanakan sosialisasi kepada masyakarat serta

menghimbau masyarakat untuk melakukan segala kegiatan dirumah

baik bekerja, belajar, maupun beribadah dan tidak berkumpul serta

memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Pemerintah Provinsi

Papua juga menutup jalur akses keluar masuk baik ke dalam maupun

keluar daerah untuk meminimalisir dan mencegah semakin maraknya

penyebaran Covid-19, mengingat fasilitas kesehatan di Papua dibilang

masih belum lengkap. Cepatnya langkah dan kebijakan yang diambil,

maka Provinsi Papua menjadi provinsi dengan jumlah kasus positifnya

sangat kecil dibandingkan provinsi lain.

Yohanis Walilo selaku Kepala Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Provinsi Papua mengungkapkan bahwa

refocusing terus berjalan dan bertujuan untuk menangani Covid-19,

serta meyerahkan anggaran kepada kabupaten sebab menjadi wilayah

yang terpapar Covid-19, terkait penanganannya Pemerintah Provinsi

Papua menganggarkan biaya 77 miliar dari APBD Papua tahun 2020

untuk diberikan ke masing-masing kabupaten senilai 2 miliar.

3
Gambar 1.1
Alokasi Belanja Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Papua
untuk Penanggulangan COVID-19

Sumber : Pengalaman Indonesia Dalam Menangani Wabah Covid-19

Alokasi belanja untuk penanggulangan Covid-19

berdasarkan refocusing APBD Provinsi & Kabupaten/kota di Papua

tahun anggaran 2020 pada belanja pemerintah Provinsi melalui

optimalisasi pos belanja tidak terduga yakni jarring pengamanan sosial

senilai 140 miliar dengan nilai 45% , pada anggaran kesehatan

mencapai 97 miliar dengan nilai 31% , pada dampak ekonomi mencapai

75 miliar dengan 24% sehingga total belanja pemerintah Provinsi yaitu

312 Miliar. Sumber data dapat berasal dari Belanja Bantuan sosial,

serta belanja program dan kegiatan yang kurang penting dan diarahkan

dananya untuk penanganan pandemi covid-19.

Alokasi belaja pemerintah Kabupaten/Kota melalui

optimalisasi pos belanja tidak terduga yakni jarring pengamanan sosial

senilai 185 miliar dengan nilai 15%, pada anggaran kesehatan

mencapai 945 miliar dengan nilai 73%, serta berdampak pada ekonomi

4
mencapai 75 miliar dengan nilai 12% sehingga total belanja pemerintah

kabupaten/kota 1,29 triliun. Gubernur menghimbau pemerintah

kabupaten/ kota agar segera merealokasikan 50% dari APBD

kabupaten/kota untuk menangani Covid-19. Sumber dana lain dapat

berasal dari 80% pembagian dana otsus untuk Kabupaten/kota, namun

kegiatannya terbatas pada OAP. Jadi total belanja pemerintah provinsi

& kabupaten/kota mencapai 1,60 Triliun.

Terhambatnya segala aktivitas seperti aspek ekonomi

menyebabkan adanya perubahan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara baik sisi pendapatan , belanja maupun pembiayaan.

Maka dalam pelaksanaan tugas desentralisasi, Pemerintah Daerah

diberikan kewenangan untuk mengelola dan mengalokasikan anggaran

refocusing guna menalangi segala kegiatan yang dilakukan untuk

menangani Covid-19. Pendanaan yang menjadi prioritas menangani

Covid-19 dalam menyesuaikan target pendapatan dan belanja daerah

untuk mendanai :

1. Belanja yang digunakan dalam segala bidang kesehatan dalam


menangani Covid-19, seperti tenaga kesehatan medis, APD,
sarana serta pelayanan pada masyarakat untuk menangani
pasien Covid-19
2. Menyediakan jarring pengaman sosiall, seperti memberikan
bantuan sosial kepada masyarakat kurang mampu yang
mengalami penurunan daya beli akibat adanya pandemi Covid-
19
3. Memberdayakan UMKM serta koperasi dalam memulihkan dan
mendorong kegiatan perekonomian daerah.

5
Pemerintah Kabupaten Merauke melakukan perbaikan

ulang APBD Tahun 2020 yang sudah ditetapkan sebesar 2,2 triliun

rupiah yang kemudian dipangkas banyak oleh pemerintah pusat. Daniel

Pauta selaku sekretaris daerah Merauke menjelaskan bahwa

pemangkasan tersebut lebih dari 300 miliar rupiah untuk menangani

Covid-19, yakni antara lain DAU , DAK , dan DBH . Awal mulanya DAU

dikirakan akan dipangkas 120 miliar ternyata menjadi 137 miliar. DAK

yang awal mulanya 101 miliar menjadi 121 miliar dan DBH dikirakan 23

persen.

Tabel 1.1
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Untuk Periode Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2020 Dan 2019

Uraian 31 Desember 2020 31 Desember 2019


Anggaran Realisasi Realisasi
Pendapatan 907.810.318 207.708.558

Belanja
Belanja Operasi
Belanja Pegawai 37.782.154.000 36.392.819.023 36.964.703.750
Belanja Barang 29.656.034.000 21.746.628.962 53.728.095.532
Jumlah Belanja 67.438.188.000 58.139.447.985 90.692.799.282
Operasi
Belanja Modal
Belanja Peralatan dan 11.807.203.000 11.657.099.989 2.830.611.335
Mesin
Belanja Gedung dan 1.576.270.179
Bangunan
Belanja Modal Lainnya 2.097.215.000 1.816.552.093 2.226.646.300
Jumlah Belanja 13.904.418.000 13.473.652.082 6.633.527.814
Modal
JUMLAH BELANJA 81.342.606.000 71.613.100.067 97.326.327.096

Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia

6
Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2020 tentang

Perubahan Atas Perpres Nomor 54 Tahun 2020 tentang Perubahan

Postur dan Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun

Anggaran 2020 guna menerapkan langkah-langkah serta kebijakan

yang diperlukan dalam menangani pandemi Covid-19 untuk

mengatasi ancaman sehingga memungkinkan terjadi bahaya pada

perekonomian nasional atau stabilitas sistem keuangan, dilaksanakan

perubahan terhadap Postur dan RAPBN tahun 2020 dan penghematan

anggaran.

Pada tahun 2020 beberapa belanja di refocusing guna

menangani pandemi Covid-19 untuk mendukung pola kerja baru.

Langkah pencegahan atas pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dalam pelaksanaan

anggaran tahun 2020 antara lain:

a. Meniadakan kegiatan konsinyering di hotel;


b. Perjalanan dinas untuk monev, bimtek, workshop, FGD,
piloting, dan sejenisnya hanya dilaksanakan di lokasi Pulau
Jawa dengan menggunakan transportasi darat;
c. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi dengan bentuk
sosialisasi dilakukan tanpa seremoni yang berlebihan dan
langsung ke substansi serta dilaksanakan melalui media
virtual/daring;
d. Anggaran untuk dukungan selama Work From Home (WFH)
dirumuskan dengan hati-hati agar tidak berlebihan dalam
pemberiannya;

7
e. Optimalisasi belanja barang untuk penanganan pandemi
Covid-19, seperti swab test, kelengkapan barang non belanja
modal, dan sejenisnya.

Mengingat pelaksanaan Work From Home, maka belanja

operasional seperti perawatan gedung dan bangunan, biaya langganan

telepon, perawatan peralatan kerja, dan keperluan perkantoran dikurangi

volumenya. Pengurangan volume kegiatan kehumasan yang bukan

menginfokan kebijakan secara langsung, capacity building yang

diselenggarakan internal dan internalisasi/rapat kerja.

Belanja Pegawai tidak dilakukan penghematan tetapi

pengalihan kegiatan lebih banyak diarahkan untuk dilakukan di kantor,

sehingga perlu mencadangkan Belanja Uang Makan dan Lembur. Hal ini

didasarkan dengan adanya pembatasan Perjalanan Dinas, Kegiatan

Informasi dan Edukasi seperti sosialisasi/bimtek/workshop dan

sejenisnya, dan pemanfaatan teknologi serta membentuk budaya baru

kerja yang efektif dan efisien.

Dengan mengutamakan pengadaan peralatan dan mesin

yang terkait langsung mendukung tusi organisasi, peralatan terkait TI

dan kesiapan pelaksanaan pengadaan baik dari sisi internal dan

eksternal, maka dilakukan penghematan belanja modal berupa

penundaan pengadaan kendaraan jemputan yang masih terkendala

SBM, nilai sisa lelang dari pengadaan belanja modal, dan penggunaan

spesifikasi yang lebih efisien dan efektif.

8
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah merupakan

bagian dari urusan pemerintahan yang bergerak di bidang keuangan

mempunyai tugas membuat kebijakan dalam bidang keuangan dan

aset daerah serta merumuskan kegiatan pengelolaan keuangan pada

anggaran belanja daerah bidang kesehatan dengan baik agar dapat

dilakukan dengan efektif dan efisien sebagai perwujudan dari Instruksi

Presiden (Inpres) Nomor 4 Tahun 2020 oleh BPKAD sebagai Pembina

teknis pelaksanaan refocusing kegiatan dan realokasi anggaran belanja

daerah kabupaten Merauke.

Anggaran yang dapat dialokasikan guna percepatan

penanganan Covid-19 di Kabupaten Merauke dilakukan di empat OPD

yaitu: (1) Dinas Kesehatan, (2) RSUD, (3) Bagian Umum SETDA, dan

(4) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana.

Pengalokasian dana maupun pengadaan barang dan jasa dibidang

kesehatan tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit dan

kemungkinan yang terjadi yaitu dana yang sudah ditetapkan dalam

APBD bidang kesehatan tidaklah cukup meskipun telah ditambah

dengan Belanja Tidak Terduga.

Realokasi dana yang tinggi pada bidang kesehatan

membuat Pemerintah Daerah Kabupaten Merauke semaksimal

mungkin melakukan refocusing anggaran dari kegiatan serta belanja

yang dinilai tidak wajib dan tidak mendesak dilakukan sehingga

anggaran belanja dapat dialokasikan pada bidang kesehatan dalam

9
percepatan penanganan Covid-19 di Kabupaten Merauke.

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan, maka

peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan Judul

“Pelaksanaan Refocusing Anggaran Belanja Operasional Dalam

Rangka Penanganan Pandemi Covid-19 Pada Badan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Daerah Di Kabupaten Merauke Provinsi

Papua”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas,

maka penulis merumuskan permasalahan yang akan diteliti untuk

mempermudah peneliti mencari data dalam penelitian yang diperlukan

sebagai berikut :

1. Bagaimana Strategi yang dimiliki oleh Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah dalam pelaksanaan Refocusing

Anggaran Belanja Operasional dalam rangka penanganan

pandemi Covid-19 di Kabupaten Merauke?

2. Apa saja kendala yang dialami Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah terkait dengan pelaksanaan Refocusing

Anggaran Belanja Operasional dalam rangka penanganan

pandemi Covid-19 di Kabupaten Merauke?

10
3. Apa upaya yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah dalam menghadapi kendala

terkait pelaksanaan Refocusing Anggaran Belanja

Operasional dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 di

Kabupaten Merauke?

1.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi yang dimiliki oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam pelaksanaan

Refocusing Anggaran Belanja Operasional dalam rangka

penanganan pandemi Covid-19 di Kabupaten Merauke

2. Untuk mengetahui kendala yang dialami Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah terkait dengan pelaksanaan

Refocusing Anggaran Belanja Operasional dalam rangka

penanganan pandemi Covid-19 di Kabupaten Merauke

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah dalam menghadapi

kendala terkait pelaksanaan Refocusing Anggaran Belanja

Operasional Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19

di Kabupaten Merauke

11
1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Pelaksanaan penelitian yang di lakukan peneliti

diharapkan dapat berguna bagi penulis dalam menambah wawasan

pendalaman ilmiah di bidang pemerintahan dalam pengelolaan

keuangan daerah dan dapat menjadi tolak ukur teori-teori yang terjadi

di lapangan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ilmiah yang disajikan dapat dijadikan sebagai

kerangka pemikiran oleh Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah Kabupaten Merauke untuk bahan evaluasi dalam pelaksanaan

Refocusing Anggaran Belanja Operasional yang ditetapkan demi

meningkatkan kualitas strategi kebijakan nantinya.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian sebelumnya

Hasil penelitian sebelumnya dijadikan sebagai pedoman

acuan untuk memperkaya bahan kajian dalam melakukan suatu

penelitian. Dengan melihat dan membandingkan dengan penelitian

terdahulu peneliti dapat mengetahui persamaan dan perbedaan serta

hubungan penelitian yang dikai dengan kajian meneliti. Penelitian

sebelumnya yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No Judul Penelitian , Metode Hasil
Nama Peneliti Penelitian Penelitian
1. Strategi Dalam Metode Hasil penelitian
Pelaksanaan penelitian Kabupaten Jayawijaya
Refocusing Kegiatan deskriptif dapat melaksanakan
Dan Realokasi kualitatif Refocusing Kegiatan dan
Anggaran Belanja dengan Realokasi Anggaran
Tahun Anggaran pendekatan Belanja TA 2020 dengan
2020 Pada Badan induktif baik sesuai dengan
Pengelolaan regulasi dari pemerintah
Keuangan Dan Aset pusat dan terdapat
Daerah Di kendala seperti besaran
Kabupaten potongan anggaran
Jayawijaya pada awal pelaksanaan
(Gritje Widya regulasi tetapi setelah
Paulina Monim, penyesuaian diketahui
2020) bahwa tidak ada
permasalahan yang
berarti yang dihadapi
oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Jayawijaya.

13
2. Implementasi Metode Hasil penelitian menilai
Kebijakan tentang penelitian bahwa Kota Kupang
Refocusing dan deskriptif dapat melaksanakan
Realokasi Anggaran kualitatif Refocusing dan
Pendapatan dan dengan Realokasi Anggaran
Belanja Daerah pendekatan Pendapatan dan Belanja
pada masa Pandemi Induktif Daerah sesuai dengan
Covid-19 di Kota kebijakan Pemerintah
Kupang Provinsi Kota Kupang dengan
Nusa Tenggara melakukan pengalihan
Timur anggaran serta
(Gregorius Putra mengurangi kegiatan
Taruna Pratama untuk menangani Covid-
Atasoge JR, 2020) 19.

3. Implementasi Metode Hasil Penelitian yang


Refocusing dan penelitian diamati bahwa
Realokasi Anggaran deskriptif Kabupaten Lombok
Bantuan kualitatif Timur dapat
Operasional dengan mengalokasikan
Kesehatan (BOK) pendekatan anggaran Bantuan
dalam penanganan induktif Operasional Kesehatan
Covid-19 di Dinas (BOK) dengan baik ke
Kesehatan Dinas Kesehatan
Kabupaten Lombok Kabupaten Lombok
Timur Provinsi Nusa Timur sehingga
Tenggara Barat permasalahan pandemi
(Andri Hermawan, Covid-19 dapat ditangani.
2020)

Sumber : diolah oleh peneliti

Berdasarkan tabel diatas, terlihat ada beberapa kesamaan

dengan yang penulis akan teliti yaitu metode yang digunakan yakni

metode penelitian kualitatif dengan pendekatan induktif, serta fokus

menangani pelaksanan anggaran belanja. Perbedaannya terletak pada

lokus penelitian yakni Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan,

sedangkan lokus peneliti terletak pada Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah di Kabupaten Merauke.

14
2.2. Landasan Teoritis dan Legalistik

2.2.1 Landasan Teoritis

2.2.1.1 Keuangan Daerah

Pengertian Keuangan daerah menurut Sinurat dalam

bukunya (2017: 87) menjelaskan bahwa:

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban


daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana
secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintah
diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang
cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan(money follow function).

Terkait prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah menurut

Halim dan Iqbal (2019: 29), meliputi:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas masyarakat bahwa pengambil keputusan
berperilaku sesuai dengan mandat atau amanah yang
diterimanya. Untuk itu, baik dlam proses perumusan kebijakan,
cara untuk mencapai keberhasilan atas kebijakan yang telah
dirumuskan berikut hasil kebijakan tersebut harus dapat diakses
dan dikomunikasikan berikut hasil kebijakan harus dapat diakses
dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal kepada
masyarakat.
2. Value For Money
Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisai adalah terjadinya peningkatan pelayanan dan
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan
demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta
adanya hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta
antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila
penyelenggaraan pemerintah daerah dikelola dengan
memperhatikan konsep value for money, yang mencakup:

15
a. Ketidakhematan
Temuan mengenai ketidakhematan mengungkap adanya
penggunaan input dengan harga atau kuantitas/kualitas yang
lebih tinggi dari standar, kuantitas/kualitas yang melebihi
kebutuhan, dan harga yang lebih mahal dibandingkan dengan
pengadaan serupa waktu yang sama.
b. Ketidakefektifan
Temuan mengenai ketidakefektifan berorientasi pada
pencapaian hasil (outcome) yaitu temuan yang
mengungkapkan adanya kegiatan yang tidak memberikan
manfaat atau hasil yang direncanakan serta fungsi instansi
yang tidak optimal sehingga organisasi tidak tercapai.
3. Kejujuran dalam Mengelola Keuangan Publik
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakn kepada staf
yang memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi, sehingga
kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan.
4. Transparansi
Transparansi adalah keterbukaan pemerintah daerah dalam
membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat
diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat. Transparansi
pengelolaan keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan
horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan
masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang efektif,
efisien, akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan
kepentingan masyarakat.
5. Pengendalian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus sering
dievaluasi yaitu dibandingkan antara yang dianggarkan dengan
yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan analisis varian (selisih)
terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat sesegera
mungkin dicari penyebab timbulnya varians untuk kemudian
dilakukan tindakan antisipasi ke depan.

Berdasarkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 pasal

66 ayat 1, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisiensi ekonomis, efektif,

transparan, bertanggungjawaban dengan memperhatikan asas

keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat.

16
2.2.1.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan secara umum dapat dipahami sebagai

langkah awal dalam penerapan memulai suatu kegiatan tahap

perencanaan didalam organisasi, pelaksanaan rencana baru dapat

dilaksanakan jika rencana telah telah dianggap siap untuk diterapkan

Pelaksanaan memiliki cakupan kegiatan yang dilakukan

seseorang pimpinan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang

dilakukan ditetapkan terhadap unsur perencanaan dan

pengorganisasian agar tujuan bias tercapai. Pelaksanaan meliputi

penetapan dan pemuasan kebutuhan manusiawi dari pegawai-

pegawainya, memberi penghargaan, memimpin, mengembangkan dan

memberi kompensasi pada mereka.

Pelaksanaan memiliki keterkaitan dengan perencanaan

yaitu suatu proses, cara, dan usaha untuk melaksanakan suatu

rancangan agar tercapai suatu tujuan dalam rangka melaksanakan

tugas. Pelaksanaan merupakan tindakan dalam fungsi manajemen

dimana organisasi menggerakan pihak-pihak tertentu dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi.

Dalam pelaksanaan, setiap pihak di organisasi memiliki peran

dan tugasnya masing-masing untuk pencapaian tujuan organisasi

sesuai dengan kewenangan yang diberikan,pengarahan dan bimbingan

perlu dilakukan secara berkelanjutan dalam fungsi manajemen

pelaksanaan agar semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan

17
rencana dapat bekerja dengan lebih baik

2.2.1.3 Refocusing

Berdasarkan etimologi, arti refocusing anggaran ialah

memusatkan atau memfokuskan kembali anggaran, dari segi

terminologinya, refocusing anggaran adalah memusatkan atau

memfokuskan kembali anggaran untuk kegiatan yang sebelumnya tidak

dianggarkan melalui perubahan anggaran.

Menurut Weston dalam Junaidi, dkk., (2020: 145-156)

Menjelaskan bahwa refocussing akan memudahkan manajer untuk

memantau dan membuat keputusan yang lebih baik ketika bisnis

perusahaan diposisikan lebih sempit. Konsep refocussing dapat

diterapkan untuk menjamin stabilitas keuangan sebuah negara

utamanya ketika menghadapi suatu krisis.

Semenjak adanya Covid-19 kata refocusing sering sekali

digunakan sebagai regulasi pemerintah dalam mengambil keputusan

dengan membuat kebijakan menangani pandemi covid-19, terkait

terjadinya kebijakan refocussing anggaran yang dibuat oleh

pemerintah, maka pemerintah telah menyusun regulasi yang tentunya

berbasis anggaran. Tidak lepas dari substansi tersebut yakni terdapat

pengaturan khusus mengenai refocussing anggaran yang dibuat oleh

pemerintah yaitu Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang

refocussing kegiatan dan realokasi anggaran, serta Pengadaan Barang

dan Jasa dalam Rangka Percepatan Penanganan COVID-19.

18
2.2.1.4 Anggaran

Anggaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) yaitu berasal dari kata anggar. Kata Anggar memiliki makna

yaitu perkiraan, perhitungan, dan aturan. Anggaran adalah takaran

tentang penerimaan dan pengeluaran kas diharapkan pada periode

yang akan datang. Berarti arti kata tersebut dapat maknai bahwa

anggaran merupakan suatu proses menaksirkan penerimaan dan

pengeluaran entitas atau organisasi untuk periode yang akan datang

atau tahun anggaran selanjutnya. Menurut Sinurat dalam bukunya

(2017: 116) mengemukakan pengertian anggaran bahwa:

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara


sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter
yang meliputi seluruh kegiatan organisasi untuk jangka waktu
(periode) tertentu (satu tahun anggaran) dimasa yang akan datang.
Oleh karena rencana yang disusun dinyatakan dalam unit moneter,
maka anggaran seringkali disebut juga dengan rencana keuangan.
Dalam anggaran, satuan kegiatan dan satuan uang menempati
posisi penting dalam arti segala kegiatan akan dikuantifikasikan
dalam satuan uang, sehingga dapat diukur pencapaian efisiensi
dan efektivitas dari kegiatan yang dilakukan.
Menurut Ratnasari dan Munawaroh (2019) anggaran

dalam pemerintahan merupakan rencana yang dibuat dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Sinurat

dalam bukunya (2017: 123) mengemukakan bahwa tujuan penyusunan

anggaran sebagai berikut:

1. Untuk menyatakan harapan/sasaran pemerintah daerah secara


jelas dan formal, sehingga dapat menghindari kerancuan dan
memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai kepala
daerah,

19
2. Untuk mengkomunikasikan harapan pemerintah daerah kepada
pihak-pihak terkait sehingga anggaran dimengerti, didukung, dan
dilaksanakan.
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dengan
maksud mengurangi ketidakpastian dan memberikan
pengarahan yang jelas bagi individu dan kelompok dalam upaya
mencapai tujuan pemerintah daerah.
4. Untuk mengkordinasikan cara/metode yang akan ditempuh
dalam rangka memaksimalkan sumber daya.
5. Untuk menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja
individu dan kelompok, serta menyedia kan informasi yang
mendasari perlu-tidaknya tindakan koreksi.

2.2.1.5 Belanja Operasional

Belanja operasional adalah belanja dengan bersifat

penyelenggaraan operasional pemerintahan. Belanja operasi jika dilihat

hampir tidak berbeda dengan belanja langsung seperti tertera dalam

PP No.58 Tahun 2005 yaitu belanja yang berhubungan dengan

jalannya penyelenggaraan fungsi pemerintahan di dalam organisasi

seperti belanja ATK, belanja gaji, belanja sewa dan lainnya.

Menurut pendapat Burhanuddin Dalil (2019:91)

“Pengeluaran belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak

mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan’. Belanja daerah sebagai batas maksimal

penggunaan angaran membuat belanja daerah tidak dapat digunakan

untuk kepentingan lainnya selain yang telah disutujui pada APBD.

20
2.2.2 Landasan Legalistik

2.2.2.1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara Dan

Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi

Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam

Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan

Perekonomian Nasional dan/atau Stabinitas Sistem

Keuangan.

Perpu Nomor 1 Tahun 2020 menyatakan bahwa

menghadapi Pandemi Covid-19 dan ketidakstabilan perekonomian

maka perlu dilakukan penetapan kebijakan keuangan negara dan

kebijakan strabilitas sistem keuangan. Kebijakan keuangan daerah

meliputi kebijakan pendapatan,kebijakan belanja dan kebijakan

pembiayaan. Kebijakan Strabilitas Sistem meliputi Kebijakan

penanganan permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan

perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan.

Pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa pelaksanaan

kebijakan keuangan negara pemerintah harus melakukan penyesuaian

belanja wajib sesuai dengan peeraturan terkait. Pemerintah juga

diharapkan dapat melakukan pergeseran alokasi anggaran antar unit

serta penggunaan anggaran yang bersumber dari ; Sisa Anggaran

Lebih(SAL), Dana Abadi, Dana yang dikuasa Pemerintah dengan

kriteria tertentu, dana yang dikelola oleh Badan Layanan Umum dan

21
dari pengurangan penyertaan modal BUMN.

Pasal 3 ayat (1) menjelaskan “Dalam rangka pelaksanaan

kebijakan di bidang keuangan daerah sebagaimana dimaksudkan

dalam Pasal 1 ayat (4), Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk

melakukan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk

kegiatan tententu (refocusing), perubahan alokasi, dan penggunaan

Anggaran Penddapatan dan Belanja Daerah”

Pasal 12 ayat (2) mengatur mengenai perubahan postur

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang tentunya akan

berpengaruh pada APBD karena APBN merupakan salssh satu

sumber anggaran APBD.

2.2.2.2 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang

pengelolaan keuangan daerah terdapat penjelasan mengenai APBD

bahwa APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam

masa 1 (satu) tahun anggaran sesuai dengan undang-undang

mengenai keuangan negara. Dalam pasal 27 APBD merupakan satu

kesatuan yang terdiri atas:

a. Pendapatan Daerah;

b. Belanja Daerah; dan

c. Pembiayaan daerah.

22
Pada pasal 28 dijelaskan bahwa :

1. Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat


(1) huruf a meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas
umum daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah dan
penerimaan lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan diakui sebagai penambah ekuitas yang
merupakan hak daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.
2. Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1)
huruf b meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum
daerah yang tidak perlu diterima kembali oleh daerah dan
pengeluaran lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perunda-undangan diakui sebagai pengurang ekuitas yang
merupakan kewajiban daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran.
3. Pembiyaan Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat
(1) huruf c meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggran berkenaan maupun pada tahun anggaran berikutnya.

Belanja Daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12

Tahun 2019 tentang pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan

bahwa Belanja Daerah menurut program dan kegiatan sebagaimna

dimaksud dalam pasa 51 ayat (7) disesuaikan dengan urusan

pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Belanja daerah terdiri atas :

a. Belanja Operasi, merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan


sehari-hari Pemerintah Daerah yang memberi manfaat jangka
pendek.
b. Belanja Modal, merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1
(satu) periode akuntansi.
c. Belanja Tidak Terduga, merupakan pengeluaran anggaran atas
beban APBD untuk keperluan darurat termasuk keperluan
mendesak yang tidak dapat diprediksi.
d. Belanja Transfer, merupakan pengeluaran uang dari pemerintah
daerah kepada pemerintah daerah dan/atau dari pemerintah
daearah kepada pemerintah desa.

23
2.2.2.3 Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 Tentang

Refocusing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta

Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)

Kenaikan jumlah penyebaran pandemi Covid- 19 di

Indonesia maka dikeluarkan Inpres nomor 4 tahun 2020 yang ditujukan

kepada Menteri Kabinet Indonesia Maju, Sekertaris Kabinet, Kepala

Staf Kepresidenan, Panglima TNI, KAPOLRI, Jaksa Agung, Kepala

Lembaga Non Kementerian, Pimpinan Kesekretariatan Lembaga

Negara, Kepala Daerah (Gubernur,Bupati,Walikota) dalam rangka

percepatan penanganan Covid-19 melalui Refocusing Kegiatan,

Realokasi Anggaran dan Pengadaan Barang dan Jasa. Pokok dari

Inpres Nomor 4 Tahun 2020 adalah :

1. Memprioritaskan anggaran digunakan pada kegiatan-

kegiatan serta penyediaan barang dan jasa dalam

percepatan penangana Covid-19 dan tetap patuh terhadap

protokol kesehatan..

2. Mengusulkan mekanisme revisi anggaran dengan segera

untuk melaksanakan Refocusing Kegiatan dan Realokasi

Anggaran kepada Menteri Keuangan

3. Percepatan Pengadaan Barang dan Jasa untuk mempercepat

Penanganan Covid-19 sesuai dengan regulasi yang mengatur

24
tentang penanganan bencana yaitu Undang-Undang Nomor

24 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Penanggulanga

Bencana, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008

tentang Penyelenggaran Penaggulangan Bencana,

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang

Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, Peraturan

Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang

dan Jasa Pemerintahan, dan Peraturan Presiden Nomor 17

Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan

Bencana Dalam Keadaan Tertentu.

4. Dalam Pengadaan Barang dan Jasa untuk percepatan

penanganan Covid-19 diharapkan untuk melibatkan

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

5. Pengadaan Barang dan Jasa dibidang kesehatan termasuk

alat kedokteran dalam rangka percepatan penanganan

Covid-19 sesuai standar yang ditenntukan oleh Kementerian

Kesehatan.

2.2.2.4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2021

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 39 Tahun 2020

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2021

25
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39

Tahun 2020 tentang Pengutamaan Penggunaan Alokasi Anggaran

Untk Kegiatan Tertentu, Perubahan Alokasi, Penggunaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

Adapun perubahan dalam Permendagri tersebut adalah

adanya penyesuaian alokasi anggaran pendapatan transfer termasuk

penyesuaian perubahan alokasi terkait pengelolaan transfer ke daerah

dan dana desa untuk mendukung penanganan pandemi Covid-19.

Penyesuaian alokasi anggaran tersebut meliputi:

a. Dana Alokasi Umum


b. Dana Alokasi Khusus
c. Dana Transfer Khusus

Pengunaan pengelolaan transfer ke daerah dan dana desa

termasuk penyesuaian dukungan pendanaan yang bersumber dari

dana alokasi umum dan dana bagi hasil yang digunakan untuk :

a. Dana dukungan opersional dalam pelaksanaan vaksinasi


Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat dalam bentuk pengamanan oleh TNI/Kepolisisan
Negara Republik Indonesia
b. Pendanaan untuk pembayaran insentif atau honor kepada
tenaga kesehatan dan BKKBN dan vaksinator lain yang
ditunjuk oleh pemerintah pusat
Dukungan operasional dan insentif atau honor terlebih

dahulu dilaksanakan dengan menggunakan dana bersumber dari

APBN. Pemerintah Daerah wajib menyampaikan laporan pengutamaan

penggunaan alokasi anggaran kegiatan tertentu (refocusing),

26
perubahan alokasi dan penggunaan APBD kepada Menteri melalui

Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah. Laporan tersebut meliputi :

a. Penyesuaian APBD
b. Alokasi penggunaan APBD penanganan pandemi Covid-19
c. Realisasi insentif tenaga kesehatan
d. Realisasi bantuan sosial/jarring pengaman sosial

Laporan penyesuaian APBD pada lampiran I Peraturan

Kepala Daerah tentang penjabaran APBD yang berisi ringkasan

pendapatan, belanja, dan pembiayaan kemudian diuraikan sampai

bagian sub rincian obyek. Aparat pengawasan internal pemerintah

bekerja sama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan melakukan pembinaan dan pengawasan atas

memperioritaskan penggunaan alokasi anggaran untuk kegiatan

tertentu, perubahan alokasi, penggunaan APBD sesuai dengan

kewenangannya.

2.2.2.5 Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 2020 tentang Pencagahan Penyebaran dan

Pecepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di

Lingkungan Pemerintah Daerah

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2020

menekankan terhadap penyelengggaraan Pemerintah Daerah di

tengah pandemi Covid-19. Pemerintah Daerah dihimbau

melaksanakan Refocusing Kegiatan dan Realokasi Anggaran dalam

27
mempercepat menangani Covid-19 dan pemberian sangsi rasionalisasi

dana transfer bagi Pemerintah Daerah yang tidak

mengimplementasikan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun

2020.

Refocusing Kegiatan dan Realokasi Anggaran dilakukan

dengan mengoptimalisasikan penggunaan Belanja Tidak Terduga

(BTT) yang tersedia dalam APBD tahun berjalan (2020). Prioritas

penggunaan Belanja Tidak Terduga (BTT) TA 2020 adalah:

a. Penanganan kesehatan, meliputi :

1. menyediakan sarana prasarana kesehatan seperti APD, sarung

tagan karet, masker, hand sanitizer, vitamin C, dan sarana

prasarana kesehatan lainnya;

2. Penyediaan sarana faskes berupa kamar isolasi pasien positif

ataupun PDP di RSUD, venyilator, rapid test kit, , alat uji detector

Covid-19 dan sarana fasilitas kesehatan lainnya;

3. Merekrut nakes yang memiliki potensi seperti dokter dan perawat

serta pemberian pelatihan singkat terkait Standar Operasi

Prosedur penanganan pasien Covid-19;

4. Memberikan tambahan penghasilan pada tenaga medis, tim

penyidik, relawan dan tenaga lainnya terlibat untuk percepatan

penanganan Covid-19 sesuai Standar Harga Satuan yang

ditetapkan Kepala Daerah;

28
5. Penyemprotan desinfektan;

6. Penyewaan rumah singgah sebagai tempat isolasi pasien dalam

pengawasan (PDP);

7. Pemeriksaan laboratorium bagi masyarakat yang berpotensi

terjangkit Covid-19

8. Pengadaan alat dan bahan evakuasi pasien positif Covid-19

ataupun korban jiwa terjangkit Covid-19 seperti tandu, sepatu bot,

sarung tangan dan peralatan penunjang lainnya;

9. Penanganan kesehatan lainnya.

b. penanganan dampak ekonomi,meliputi:

1. Pengadaan bahan pangan dan kebutuhan pokok dalam rangka

menjaga ketahanan pangan ditengan pandemi Covid-19.

2. Pemberian tambahan penghasilan berupa pengurangan atau

pembebasan pajak daerah, perpanjangan waktu pelaksanaan hak

dan pemenuhan kewajiban perpajakan serta perpanjangan

kewajiban pembayaran dana bergulir.

3. Pemberian dana stimulus kepada UMKM yang terkena dampak

pandemi Covid-19.

c. Penyediaan Sosial Safety Net/jaringan pengamanan sosial melalui:

1. Pemberian Hibah atau Bantuan Sosial kapada masyarakat

terdampak pandemi Covid-19

29
2. Pemberian Hibah atau Bantuan Sosial untuk penyediaan fsilitas

kesehatan dalam penanganan Covid-19

3. Pemberian Hibah atau Bantuan Sosial kapada instansi vertical

yang bersangkutan dengan penanganan Covid-19

2.3. Kerangka Pemikiran

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1

Tahun 2020, Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019, Instruksi

Presiden Nomor 4 Tahun 2020, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26

Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 39 Tahun 2020 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 merupakan landasan hukum yang dapat di

pedomani oleh Pemerintah Daerah mengelola anggaran dengan standar

operasional prosedur dalam pelaksanaan refocusing Anggaran Belanja

Operasional dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 Pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kabupaten Merauke.

Berdasarkan landasan teoritis serta landasan Legalistik yang

peneliti uraikan dan dikaitkan dengan berbagai perkembangan mengenai

refocusing anggaran belanja daerah, maka peneliti mendeskripsikan

kerangka penelitian melalui bagan sebagai berikut :

30
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020

2. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019

3. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2021 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2020

5. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2020

PELAKSANAAN
REFOCUSING
Strategi Yang Kendala Yang
ANGGARAN BELANJA
Di Miliki OPERASIONAL DALAM Dialami
BPKAD RANGKA PENANGANAN BPKAD
PANDEMI COVID-19

Teori Pelaksanaan refocusing anggaran


1. Komunikasi
2. Sumber Daya
3. Diposisi
4. Struktur Birokrasi
Sumber :Edward III

Upaya BPKAD dalam pelaksanaan refocusing anggaran


belanja operasional dalam rangka penanganan pandemi
Covid-19

Terlaksananya Refocusing Anggaran Belanja Operasional


dengan Baik Dalam Rangka Penanganan Pandemi Covid-19

31
2.4 Hipotesis Kerja

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono:2012)

Penelitian ini menggunakan hipotesis deskriptif. Penelitian

ini dilaksanakan dengan menggunakan konsep pelaksanaan refocusing

anggaran belanja operasional dalam penanganan pandemi covid-19

berdasarkan teori George C Edward III

Dari uraian teori tersebut, maka peneliti menarik sebuah

hipotesis bahwa “pelaksanaan refocusing anggaran belanja operasional

berpengaruh terhadap penanganan pandemi Covid-19, sehingga

tercapai outcome yang diharapkan dan terlaksana akan lebih membantu

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah dalam melaksanakan

refocusing di Kabupaten Merauke Provinsi Papua.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan penelitian


Penelitian secara etimologis research bersumber dari dua

suku kata yakni re yang berarti pengulangan atau bermakna

mengulang balik sedang search adalah satu kata mempunyai arti

mendeskripsikan secara terbuka serta berhati-hati, mencoba, menguji

dan memeriksa. Secara umum, research mendiskripsikan suatu studi

serta investigasi secara sistematis maupun kehati-hatian pada

beberapa bidang pengetahuan dan terus mengakaji informasi

menggali fakta.

Menindaklanjuti berbagai masalah untuk diteliti, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan refocusing anggaran belanja

operasional dalam rangka penanganan pandemi Covid-19 pada Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Merauke. Data

yang dibutuhkan sangat penting mengenai pengalokasian dana

belanja operasional untuk menangani Covid-19. Metode penelitian

kualitatif deskriptif diggunakan oleh peneliti mengolah informasi dengan

analisa data menggunakan pendekatan induktif, sehingga obyek

penelitian lebih tampak menggambarkan keadaan atau fenomena yang

ada dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Sugiyono (2017: 9) mengatakan bahwa metode

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada

33
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek

yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada

generalisasi.

Menurut Sugiyono (2017:29) Metode penelitian deskriptif

dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya

pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variabel

bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari

hubungan dengan variabel lain. Tujuan Penelitian deskriptif adalah

menguraikan gambaran secara runtun, akurat terkait fakta, sifat serta

kesinambungan fenomena yang akan diteliti.

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan

pendekatan induktif karena dalam penelitian ini peneliti berusaha

mendeskripsi secara runtut , factual, akurat terkait fakta bagaimana

pelaksanaan refocusing anggaran belanja operasional menggali

informasi dianalisis sesuai dengan situasi sebenar-benarnya di

lapangan, kemudian di tarik sebuah kesimpulan bahwa pemecahanan

permasalahan yang bersifat umum. Selain itu peneliti dapat meneliti

kendala yang dialami dan upaya yang dilakukan Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah dalam pelaksanaan refocusing anggaran

belanja operasional di Kabupaten Merauke.

34
3.2. Operasionalisasi konsep atau Variabel
Tabel 3.2
Operasional Konsep
Variabel Dimensi Indikator

1. Komunikasi a. Sosialisasi Kebijakan


Refocusing Anggaran
Belanja Operasional
kepada Masyarakat
b. Kejelasan Penerapan
Kebijakan Refocusing
Anggaran Belanja
Operasional
c. Konsistensi terhadap
penerapan kebijakan
Pelaksanaan
(George C. Edward 2. Sumber Daya a. Staf/pelaksana
III, 2020) Kebijakan di BPKAD
Kabupaten Merauke
b. Informasi tentang cara
melaksanakan dan
kepatuhan pelaksana
kebijakan Refocusing
Anggaran Belanja
Operasional
c. Fasilitas yang
mendukung penerapan
kebijakan

3. Disposisi a. Pegawai BPKAD


Kabupaten Merauke
dalam melaksanakan
kebijakan
b. Insentif dalam
penerapan kebijakan

4. Struktur Birokrasi a. SOP BPKAD dalam


Implementasi Kebijakan
Refocusing Anggaran
Belanja Operasional

Sumber : George C. Edward III (Dominikus Rato, 2020 :329)

35
3.3. Sumber Data dan Informan
3.3.1 Sumber Data

Dalam mendapatkan sumber penelitian diperlukan

keseragaman baik kebutuhan informasi berkaitan mengenai sumber

data penelitian. Sumber data penelitian merupakan subjek terkait data

yang diperoleh. Penelitian ini juga menggunakan data kualitatif. Data

kualitatif adalah data yang berwujud kalimat, ekpresi., Bahasa tubuh

bagan, foto maupun skema gambar.

Menurut Sugiyono (2017: 7). Sumber data dalam penelitian

ini yaitu mengambil sumber data primer dan data sekunder. Data primer

yang pertama kali di peroleh sumbernya atau didapat langsung terkait

penelitian. Data primer adalah data yang dijelaskan secara lisan baik

dalam bentuk ucapan atau ungkapan bahasa tubuh yang diperagakan

oleh subyek yang dapat dipercayai, subyek dalam penelitian ini yakni

informan yang terkait langsung berdasar variabel yang diteliti melalui

wawancara secara langsung terhadap informan.

Data Sekunder yakni sumber data yang dapat dikatakan

sebagai sumber data kedua. Sumber data sekunder berasal dari

sumber tertulis seperti buku, website di internet maupun data-data yang

dapat di akses melalui tulisan, dokumen maupun arsip. Data Sekunder

penelitian ini didapat dari teknik pengumpulan data dokumentasi.

Terdapat 3 golongan Sumber data yaitu :

36
1. Person , yakni sumber data biasanya membeikan data dengan

jawaban lisan melalui wawancara maupun jawaban tertulis

melali angket.

2. Place, yakni sumber data penyajian ditampilan berupa situasi

yang diam dan bergerak

3. Paper, yaitu sumber data penyajjian tanda-tanda berwujud

angka, huruf, gambar data, atau karakteristik lain. Paper tidak

terbatas pada kertas sesuai dengan terjemahannya tapi dapat

juga berupa batu, kayu, tulang, daun lontar dan sebagainya hal

ini berhubungan dengan penggunaan metode pengumpulan

data dokumentasi.

Sesuai dengan 3 sumber data diatas maka dalam

penelitian ini person, place dan papernya adalah:

1. Person : sumber data yang berhubungan dengan metode

pengumpulan data wawancara dalam penelitian ini adalah

aparatur Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Merauke.

2. Place : sumber data yang berhubungan terkait metode

pengumpulan data observasi penelitian ini tertuju pada Kantor

Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Merauke.

3. Paper, sumber data yang berhubungan dengan metode

pengumpulan data dokumentasi dalam penelitian ini adalah

37
regulasi baik Undang-undang, Keputusan Presden, Peraturan

Pemerintah, Instruksi Presiden, Peraturan Daerah serta data

yang diperoleh dari website resmi daerah yang berhubungan

pelaksanaan refocusing Anggaran Belanja Operasional dalam

penanganan pandemic Covid-19 pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah Di Kabupaten Merauke.

3.3.2 Informan

Informan merupakan seseorang yang dapat memberikan

keterangan dari informasi terkait situasi dan kondisi mengenai latar

belakang penelitian sebagai dasar peneliti dalam memecahkan

permasalahan. Informan adalah seseorang yang di ketahui memiliki

pengetahuan atau informasi mengenai suatu hal maupun peristiwa

tertentu. Kualifikasi yang dimiliki tersebut biasanya terdapat pada

seseorang yang memiliki kewenangan maupun kedudukan pada

jabatan tertentu mauapu kegiatan dalam bidang tertentu.

Dalam menentukan informan peneliti harus memperhatikan

fokus dari penelitian yang dilakukan, dengan begitu peneliti dapat

dengan mudah membatasi penelitian yang dilakukan dan dapat

memperkirakan data-data yang butuhkan dalam penelitian. Informan

yang baik yaitu terlibat secara langsung atau melihat secara detail

masalah atau peristiwa yang terjadi , sehingga dapat memberikan

informasi yang jelas mengenai peristiwa yang terjadi dilapangan.

38
Berdasarkan uraian diatas mengenai informan, maka

peneliti menentukan informan terkait sumber data pada penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Informan
No Jabatan Jumlah
1. Kepala BPKAD 1 orang
2. Kepala Sub Bagian Keuangan 1 orang
3. Kepala Sub Bagian Perencanaan Anggaran 1 orang
4. Kepala Sub Pengendalian Anggaran 1 orang
5. Kepala Bidang Anggaran 2 orang
6. Staf BPKAD 2 orang
7. Masyarakat 5 orang
Jumlah 13 Orang
Sumber : Diolah Oleh Peneliti, 2021

3.4. Instrumen penelitian


Instrumen penelitian merupakan alat untuk melaksanakn

penelitian pada prinsipnya yakni mennafsirkan fenomena alam dan

sosial untuk diamati. Instrumen umum dalam penelitian kualitatif adalah

peneliti itu sendiri, maka peneliti membuat penelitian terhadap obyek

untuk diteliti dengan menggunakan suatu pedoman wawancara,

observasi serta dokumentasi sebagai sumber dalam menjawab

permasalahan.

Peneliti sebagai human instrument memiliki fungsi sebagai

pembuat fokus penelitian, memilah informan untuk menjadi sumber

data, pengumpulan data, menilai serta menganalisis data , menafsirkan

data lalu membentuk kesimpulan terkait informasi yang ditemui.

39
Fungsi peneliti sebagai instrumen penelitian bertujuan

untuk memperoleh data yang realistis serta valid sesuai dengan

keadaan di lapangan. Peneliti langsung ke lokasi penelitian dan

melakukan proses pencatatan data ataupun pengkajian informasi

dibantu dengan alat pendukung seperti buku, alat-alat dokumentasi,

perekam audio dan visual seperti kamera, handphone , serta pedoman

wawancara berupa rincian pertanyaan yang menggambarkan

permasalahan yang di teliti.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam pelaksanaannya

merupakan langkah awal terpenting sebab akan sangat berpengaruh

terhadap hasil penelitian , jika terdapat kekurangan yang terjadi dalam

proses pengumpulan data maka hal tersebut dapat membuat peneliti

kesulitan dalam melakukan penelitian serta memperoleh informasi yang

dibutuhkan terkait dengan penelitian.

Menurut Sugiyono (2017: 104) teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan

utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui

teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data

sesuai standar data yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun teknik

pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian adalah :

40
1. Observasi/Pengamatan

Observasi merupakan proses penulisan secara runtun,

obyektif, logis dan rasional tentang bermacam fenomena, baik

keadaan sesungguhnya atau situasi yang dibuat guna mencapai

tujuan tertentu. Observasi didefinisikan sebagai pengamatan dan

penulisan yang sistematik terkait masalah pada obyek penelitian.

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2017:310) menyatakan bahwa

observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan, para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Peneliti melakukan

observasi lalu menyajikan gambaran realistis kejadian, menjawab

pernyataan, serta evaluasi yang terdapat aspek tertentu sebagai

feedback terhadap pengukuran tersebut.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pembicaraan dua pihak ataun

lebih dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua

pihak, yaitu yang mewawancarai yang mengajukan pertanyaan dan

informan yang memberi jawaban terkait pertanyaan. Menurut

Esterberg dalam Sugiyono (2017:317) mendefinisikan wawancara

adalah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikanmakna

dalamsuatu topik tertentu. Wawancara terkait penelitian ini

dilakukan terhadap informan guna mendapatkinformasi terkait

41
dengan penelitian. Dalam pemilihan informan peneliti

memfokuskan mengambil perbandingan antar masyarakat,

diamana dari informan masyarakat peneliti mengambil data

mengenai hasil dari bantuan pengelolaan belanja operasional.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai

variabel maupun hal berupa transkrip, catatan, buku, atau catatan

yang dipublikasikan, artikel, maupun data-data terkait lainnya.

Dokumentasi dipakai guna melengkapi data hasil observasi dan

wawancara. Adapun sumber data dokumen didapatkan dari

lapangan baik dokumen terkait dengan fokus penelitian. Dalam

penelitian ini, dokumentasi yang dipakai sendiri merupakan data

belanja operasional , buku, serta dokumen terkait dengan

penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono (2017:335), analisa data adalah suatu

proses yang mencari dan menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, dijabarkan ke unit-

unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilihmana yang

terpenting dan dipelajari, serta menyusun kesimpulan. Adapun

tahapan-tahapan analisis data menurut Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2017:338) adalah sebagai berikut:

42
1. Reduksi data

Data yang diperoleh oleh peniliti akan dipilih mana yang

pokok, kemudian difokuskan pada hal yang penting dan dicari

pola dan temanya. Tahap reduksi data merupakan tahap saat

peneliti memilah data ynag didapat dari pengumpulan data yang

dilakukan, semua data yang didapatkan baik dari wawancara,

observasi maupun dokumentasi.

2. Penyajian Data (data Display)

Penyajian data memudahkan dalam merencanakan

kerja selanjutnya dan memahami yang terjadi di lapangan.

Tahap penyajian data dilakukan dengan menunjukan hasil

telaah data yang didapat dari wawancara, observasi maupun

dokumentasi Metode ini dapat dilakukan dengan cara

mendeskripsikan informasi kemudian membuat kesimpulan dan

mengambil tindakan selanjutnya. Penyajian data dapat berupa

hubungan antar kategori, uraian singkat maupun dalam bentuk

bagan.

Display data adalah sekumpulan data yang diorganisir

sehingga dapat memberi deskripsi menuju proses penarikan

kesimpulan. Penyajian data harus mempunyai relevansi yang

kuat dengan perumusan masalah secara keseluruhan dan

disajikan secara sistematis. Dalam penelitian data kualitatif,

43
penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya

Dalam penelitian kualitatif untuk menyajikan sebuah

data dilakukan dengan cara menguraikan dan menggambarkan

dalam bentuk naratif tentang pelaksanaan refocusing anggaran

belanja operasional dalam rangka penanganan pandemic Covid-

19 pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di

Kabupaten Merauke

3. Penarikan Kesimpulan

Data yang diperoleh dikelompokkan terlebih dahulu,

dicari tema dan polanya kemudian membuat kesimpulan. Melalui

penarikan kesimpulan inilah akan diketahui hasil dari penelitian

melalui semua data yang telah diperoleh.

Analisis data dalam penelitian ini digunakan analisis data

menurut model Miles and Huberman. Model Miles dan Huberman

meliputi tiga kegiatan atau jalur analisis yaitu: reduksi data, penyajian

data (data display), dan penarikan kesimpulan Sani, dkk (2018: 281).

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut.

44
Gambar 3.6
Analisis Data

Sumber : Model Miles dan Huberman, Sani, dkk (2018: 281)

3.7. Jadwal dan Lokasi Penelitian


3.7.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini ditetapkan berdasarkan fokus

penelitian yaitu mengenai pelaksanaan refocusing anggaran belanja

operasional. Adapun lokasi peneliti dalam pengambilan data yakni pada

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah Kabupaten Merauke.

45
3.7.2 Jadwal Penelitian

Gambar 3.7
Jadwal Penelitian
Tahun 2021 Tahun 2022
No Jenis
. Kegiatan AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN

3 4 1 2 3 41 23 4 1 2 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pengajuan Judul,
Bimbingan dan
1. Penyusunan
Proposal Skripsi

Pengumpulan
2.
Proposal Skripsi

Ujian Proposal
3.
Skripsi

Perbaikan
4.
Proposal Skripsi

Persiapan dan
5. Pembekalan
Penelitian

Penelitian dan
6. Pengumpulan
Data Skripsi

Bimbingan dan
7. Penyusunan
Skripsi

8. Ujian Skripsi

Perbaikan dan
9. Pengumpulan
Skripsi
Sumber : Kalender Akademik IPDN 2021/2022
Keterangan : = Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

46

Anda mungkin juga menyukai