Anda di halaman 1dari 60

PENGARUH ECONOMIC PRESSURE, PERINGKAT

PROPER, TIPE INDUSTRI, DAN MEDIA EXPOSURE


TERHADAP CARBON EMISSION DISCLOSURE

OLEH:
PUTU SRI WAHYUNI AYU
1717051069

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
PENGARUH ECONOMIC PRESSURE, PERINGKAT
PROPER, TIPE INDUSTRI, DAN MEDIA EXPOSURE
TERHADAP CARBON EMISSION DISCLOSURE
(Studi Empiris pada Perusahaan Indeks KOMPAS100
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2019)

PROPOSAL

Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Akuntansi

Oleh
Putu Sri Wahyuni Ayu
1717051069

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021

i
PROPOSAL

PROPOSAL DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI


TUGAS DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA AKUNTANSI

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

I Made Pradana Adiputra, S.E., S.H., M.Si. Putu Riesty Masdiantini, S.E., M.Si.
NIP 197311092010121001 NIP 199103302019032015

3
DAFTAR ISI
Halaman
COVER.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
A. Latar Belakang....................................................................................................7
B. Identifikasi Masalah..........................................................................................19
C. Pembatasan Masalah.........................................................................................19
D. Rumusan Masalah.............................................................................................20
E. Tujuan Penelitian...............................................................................................20
F. Manfaat Hasil Penelitian....................................................................................21
G. Kajian Teori......................................................................................................22
1. Deskripsi Teoritis.......................................................................................23
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan........................................................32
3. Kerangka Berpikir......................................................................................35
4. Hipotesis Penelitian....................................................................................36

H. Metode Penelitian.............................................................................................34
1. Rancangan Penelitian.................................................................................40
2. Subjek Penelitian.......................................................................................40
3. Variabel dan Definisi Operasional.............................................................42
4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data................................................44
5. Metode dan Teknik Analisis Data..............................................................45

I. Jadwal Waktu Penelitian....................................................................................47

DAFTAR RUJUKAN............................................................................................48

iii
DAFTAR TABEL
Tabel .................................................................................................................Halaman
Tabel 1 Penelitian Terdahulu ......................................................................................31
Tabel 2 Penentuan Sampel .........................................................................................42
Tabel 3 Daftar Perusahaan ..........................................................................................43
Tabel 4 Indeks Pengungkapan Emisi Karbon .............................................................44
Tabel 5 Waktu Penelitian............................................................................................47

7
DAFTAR GAMBAR

Gambar .............................................................................................................Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran..................................................................................34

7
DAFTAR LAMPIRAN

7
A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Di tahun 2020, emisi gas rumah kaca menurun drastis sebesar 7% dari

tahun 2019 yang mana merupakan rekor penurunan terbesar dalam sejarah. Hal ini

terjadi dikarenakan adanya aturan dan larangan aktivitas selama pandemi COVID-

19 di seluruh dunia (CNBC, 2020). Hal ini menujukkan bahwasannya peningkatan

emisi gas rumah kaca timbul karena meningkatnya aktivitas operasi terkait,

terbukti saat diberlakukannya larangan aktivitas atau lockdown, tingkat emisi gas

rumah kaca mengalami penurunan signifikan. Peningkatan emisi yang kian

signifikan ini menimbulkan isu terbaru yakni climate change atau perubahan

iklim. Isu ini semakin ramai diperbincangkan karena tingkat penurunan emisi

yang drastis pasca pandemi ini.

Climate change atau perubahan iklim adalah perubahan signifikan pada

suhu, tingkat curah hujan, pula angin dalam kurun waktu yang cukup lama yang

disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca. Isu climate change sendiri

bukan isu yang baru, bahkan dampak-dampaknya sudah sangat terasa. Mulai dari

mencairnya es di kutub, kenaikan level air laut, sampai cuaca ekstrim ialah

dampak yang paling sering diperbincangkan karena pengaruhnya ke kehidupan

kini (WMO, 2019). Mencairnya es di kutub membuktikan bahwasannya suhu

bumi kian meningkat. Penyebab peningkatan ini pun tak lain dan tak bukan ialah

peningkatan emisi yang kemudian meningkatkan efek rumah kaca. Dengan

munculnya Perjanjian Paris tahun 2015, diharapkan memperkuat respon global

untuk mengusahakan suhu bumi berada di bawah 2oC dengan pembatasan suhu

1,5o Celcius.

7
Perjanjian Paris adalah sebuah perjanjian dalam kerangka United Nations

Framework Convention on Climate Change (UNFCC) yang mengawal reduksi

emisi karbon dioksida, mulai berlaku pada tahun 2020. Pemantik lainnya terkait

pertanggungjawaban dan kepedulian lingkungan ialah disahkannya Protokol

Kyoto oleh hampir keseluruhan negara di dunia. Protokol ini merupakan

amandemen dari United Nations Framework Convention on Climate Change

(UNFCCC). Dengan persetujuan hampir keseluruhan negara di dunia, maka

protokol in pun wajib diterapkan di negara-negara dalam perserikatan, termasuk

Indonesia. Indonesia merespon dengan menetapkan Undang-undang No. 17 tahun

2004 dalam rangka pengimplementasian pertumbuhan berkelanjuan dan

berpartisipasi dalam usaha mengurangi emisi gas rumah kaca global. Selain itu

adanya Perpres No.61 Tahun 2011 mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan

Emisi Gas Rumah Kaca dan Perpres No. 71 Tahun 2011 mengenai

penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca juga merupakan bentuk

komitmen Indonesia terkait fenomena climate change.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, yang bisa dilihat jelas upaya

keikutsertaannya ialah perusahaan, tak hanya karena sifatnya yang terikat dengan

aturan pemerintah namun juga karena dampak yang ditimbulkannya lebih besar

dari aktivitas operasi yang tinggi dibandingkan dengan aktivitas individu. Upaya

atau tindakan yang dilakukan perusahaan dapat dilihat dari Carbon Emission

Disclosure atau pengungkapan emisi karbon. Informasi mengenai emisi karbon

biasanya disajikan dalam laporan tahunan (annual report) atau laporan

berkelanjutan (sustainability report). Pengungkapan emisi karbon di Indonesia

pelaporannya masih bersifat sukarela (voluntary disclosure), belum adanya

8
peraturan yang mewajibkan. Sehingga pengungkapan ini sepenuhnya diserahkan

kepada perusahaan.

Menurut Schiemann, dkk (2015), terdapat dua alasan mengapa

pengungkapan emisi karbon ini penting dilakukan oleh perusahaan. Pertama,

climate change atau perubahan iklim semakin menarik perhatian politisi dan

publik. Munculnya emission trading schemes pertanda bahwa perusahaan

menghadapi peraturan-peraturan yang kian konkret untuk mengatasi permasalahan

perubahan iklim. Hal tersebut menyebabkan peningkatan minat pasar dan investor

terkait informasi karbon untuk mengetahui tanggapan perusahaan terkait isu

tersebut (Weinhofer & Busch, 2013). Kedua, pengungkapan emisi karbon juga

menjadi perhatian para akademisi dilihat dari banyaknya penelitian terkait dampak

perusahaan terhadap climate change (Boons, 2013). Menurut Pratima Divgi,

Direktur Regional CDP Hongkong dalam laporan tahunan Bumi Global Karbon

(BGK) 2020, pengungkapan dan pengukuran lingkungan tak hanya membantu

binis untuk bersiap akan risiko iklim dan mengembangkan tindakan proaktif,

namun juga membantu perusahaan dan pemangku kepentingan untuk mengenali

dan menangkap peluang bisnis yang muncul dari pasar finansial yang

berkelanjutan.

Dua alasan di atas erat kaitannya dengan teori stakeholder. Dalam teori ini,

perusahaan tidak lagi berfokus hanya pada profit perusahaannya melainkan

memperhatikan kepentingan para pemangku kepentingan. Laporan pengungkapan

dapat menjadi bukti tanggung jawab perusahaan atau jawaban atas dukungan yang

telah diberikan oleh para stakeholder (Hanifah & Wahyono, 2018). Sedangkan

menurut teori legitimasi, perusahaan mendapatkan keuntungan berupa penilaian

9
positif, pengakuan, kepercayaan, serta dukungan dari masyarakat apabila

melakukan pengungkapan emisi karbon (Abdullah, dkk, 2020). Dalam teori

legitimasi, untuk bisa bertahan di suatu lingkungan maka perusahaan diharuskan

untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat dan norma di lingkungannya. Yadav

(2016) dalam Albirizio (2017) menyatakan bahwa perusahaan yang

memperhatikan nilai lingkungan kian menarik minat investor. Penelitian ini

sejalan dengan McLaughlin (2011), pengungkapan emisi karbon membantu

investor mengestimasi aturan perusahaan dan risiko yang berkaitan dengan

climate change (kekeringan, banjir, dsb).

Berdasarkan dua teori tersebut baik teori stakeholder maupun legitimasi

menunjukkan bahwasannya suatu entitas tidak dapat berdiri sendiri dan

mengabaikan kepentingan para pemangku kepentingan dan masyarakat di mana

usaha tersebut berdiri. Oleh karena itu, pengungkapan emisi karbon menjadi

penting untuk menunjukkan kontribusi perusahaan terhadap isu climate change

atau perubahan iklim. Namun fakta di lapangan, dikarenakan sifat pelaporannya

yang sukarela, tak banyak perusahaan yang melakukan pengungkapan emisi

karbon. Berdasarkan laporan tahunan Bumi Global Karbon tahun 2020, dari total

696 emiten di bursa efek hanya 39 emiten yang menerbitkan laporan

keberlanjutan 2019. Namun kesadaran akan isu perubahan iklim kian meningkat

dilihat dari peningkatan tertinggi (2018-2019) terdapat pada aspek environmental

dibandingkan social dan governance. Tingkat ketepatan waktu pelaporan pun

turut meningkat dibandingkan dengan tahun 2018. Tren ini menunjukkan bahwa

emiten mulai memperhatikan dan mengungkapkan isu terkait environmental,

dengan pengungkapan tertinggi 2019 pada E10 Climate Risk Mitigation.

10
Sedangkan pengungkapan tertinggi dari periode 2018 ke periode 2019 adalah

pada E8 Climate Oversight/Board dan E9 Climate Oversight/Management.

Minimnya pelaporan tersebut pula dikarenakan oleh faktor-faktor lainnya.

Diantaranya ialah faktor ukuran perusahaan dan manajemen lingkungan yang

diteliti oleh Dewi (2020), menyatakan bahwasannya kedua faktor tersebut

berpengaruh positif terhadap pengungkapan emisi karbon. Selain itu Prasetya dan

Yulianto (2018) menyatakan bahwasannya perusahaan dalam kategori berdampak

besar terhadap lingkungan akan melakukan pengungkapan secara lebih luas.

Perusahaan intensif karbon akan secara proaktif bereaksi terhadap tekanan sosial

dan politik. Sedangkan perusahaan yang tidak berpengaruh langsung terhadap

lingkungan cenderung memilih untuk tidak melaporkan untuk meminimalisir

biaya tambahan. Faktor-faktor lainnya yakni economic pressure, social pressure,

media exposure, tipe industri, profitabilitas, leverage, kinerja lingkungan, dan

sebagainya.

Guna mengetahui kualitas informasi pengungkapan emisi karbon

diperlukan pengujian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian lainnya

yang juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan emisi

karbon perusahaan di Indonesia juga dilakukan oleh Jannah (2014), Dawkins &

Fraas (2011), Hermawan (2018), Guntari & Yunita (2018), Kurniawan (2019),

Dewi (2019), Prasetya & Yulianto (2018), Septriyawati (2019), Andriadi (2020),

dan Abdullah (2020). Merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Choi, dkk

(2013), checklist CDP (Carbon Disclosure Project) digunakan sebagai instrumen

dalam mengukur luas pengungkapan emisi karbon pada perusahaan di berbagai

negara. Indeks pengungkapan emisi karbon terbagi menjadi lima kategori yakni

11
perubahan iklim, emisi gas rumah kaca, perbandingan historis antara emisi,

pengurangan gas rumah kaca dan biaya, dan biaya emisi masa depan

diperhitungkan dalam perencanaan belanja modal.

Salah satu faktor yang masih banyak inkonsistensi dalam hasil penelitian

yakni tipe industri. Tipe industri sendiri telah diteliti oleh Choi, dkk (2013),

Wang, dkk (2013), Jannah dan Muid (2014), Pradini dan Kiswara (2013), dan

Pratiwi (2016). Mengacu pada Global Industry Classification Standard (GICS),

tipe industri dibagi menjadi dua yakni indusri intensif karbon dan non-intensif

karbon. Industri intensif karbon meliputi perusahaan-perusahaan sektor pertanian,

pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka indutri, industri barang konsumsi,

property dan real estate, serta infrastruktur, utility dan transportasi. Sedangkan

industri non-intensif karbon terdiri dari perusahaan-perusahaan sektor keuangan,

serta sektor perdagangan, investasi, dan jasa.

Pengungkapan emisi karbon sebagai bukti usaha penurunan emisi

seharusnya dilakukan oleh semua perusahaan tidak hanya mengikat industri

intensif karbon. Sayangnya di lapangan tidak semua perusahaan berkenan untuk

mengungkapkan aktivitasnya apabila tidak membawa nilai yang positif bagi

perusahaan tersebut. Oleh sebab itu pengungkapan emisi karbon paling banyak

cenderung dikaitkan dengan kategori industri intensif karbon karena emisi yang

dihasilkan lebih besar (Choi, dkk, 2013). Menurut Wang, dkk (2013), perusahaan

high profile yang aktivitas operasionalnya berdampak negatif terhadap lingkungan

cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak informasi terkait tanggung jawab

sosial perusahaan (CSR) dibandingkan low profile. Namun apabila dilihat dari

laporan tahunan Bumi Global Karbon 2020, total pengungkapan emisi karbon

12
terbanyak ialah sektor perbankan yang masuk dalam kategori non-intensif karbon.

Hasil penelitian oleh Pradini dan Kiswara (2013) menyatakan bahwa tipe industri

tidak berpengaruh signifikan terhadap carbon emission disclosure, sedangkan

Jannah dan Muid (2014) menyatakan tipe industri berpengaruh terhadap carbon

emission disclosure. Begitupula Pratiwi (2016) menyatakan bahwa tipe industri

berpengaruh positif dan signifikan terhadap carbon emission disclosure.

Variabel lainnya yang diteliti ialah economic pressure yang diproksikan

dengan profitabilitas. Variabel ini sebelumnya telah diuji oleh Dewi, dkk (2019),

Hermawan (2018), Suhardi & Purwanto (2015), dan Andriadi (2020). Menurut

Dewi, dkk (2019), Economic Pressure berhubungan dengan keadaan keuangan

emiten atau perusahaan dengan kaitannya dalam pengungkapan emisi karbon

berkualitas. Dalam situasi ekonomi, untuk mengalihkan perhatian publik dari

profitabilitas yang menurun, umunya perusahaan akan menjadikan hal tersebut

sebagai motivasi untuk melakukan mitigasi terkait climate change, mereduksi,

pula mengawasi serta mengungkapan jejak karbon sebagai prestasi perusahaan

(Kalu, dkk, 2016). Variabel economic pressure dipilih karena tidak sejalan

dengan penelitian oleh Hermawan (2018) yang menyatakan bahwasannya

economic pressure yang diproksikan dengan rasio profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap pengungkapan emisi karbon. Berdasarkan teori legitimasi,

perusahaan yang profitabilitasnya tinggi dikatakan lebih mampu untuk melakukan

pengungkapan lingkungan sebagai respon tekanan legitimasi dikarenakan

perusahaan memiliki sumber daya yang lebih (Suhardi & Purwanto, 2015).

Namun Dewi, dkk (2019), menemukan hal tersebut tidak terbukti.

13
Variabel media exposure dipilih karena masih sedikitnya penelitian terkait

sedangkan pemberitaan mengenai emisi karbon semakin marak. Media exposure

dengan kaitannya dalam peran media dalam penyampaian informasi terkait

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sangatlah penting. Setiap orang yang

memiliki perhatian terhadap lingkungan seperti LSM atau organisasi lainnya

dapat mengetahui atau mengakses berita terbaru mengenai perusahaan melalui

media. Maka dari itu perusahaan akan meminimalisir kesalahan yang akan dibuat

demi reputasinya di mata masyarakat. Melakukan pengungkapan emisi karbon

dapat membantu perusahaan mendapatkan legitimasi dari masyarakat

(Septriyawati, 2019).

Selanjutnya kebaharuan dalam riset ini ialah variabel peringkat PROPER.

Penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2015), yakni mengenai pengaruh

karakteristik perusahaan, kinerja lingkungan, dan liputan media terhadap

environmental disclosure diketahui bahwa variabel kinerja lingkungan yang

diukur menggunakan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

berpengaruh terhadap environmental disclosure. Pengungkapan emisi karbon

sendiri masuk ke dalam pengungkapan lingkungan, maka dari itu penulis

mencoba untuk membuktikan pengaruh langsung peringkat PROPER terhadap

carbon emission disclosure. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dharmansyah

(2019), Dewi (2019), dan Apriliana (2019) juga menggunakan PROPER sebagai

alat ukur kinerja lingkungan. Menurut penelitian Dawkins dan Fraas (2011),

kinerja lingkungan mempunyai hubungan positif dengan pengungkapan

lingkungan yang salah satu bagiannya ialah pengungkapan emisi karbon.

14
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) sendiri

merupakan Public Disclosure Program for Environmental Compliance, salah satu

bentuk kebijakan pemerintah, untuk meningkatkan kinerja pengelolaan

lingkungan perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan

perundangan-undangan. Penerapan instrumen ini merupakan upaya Kementerian

Negara Lingkungan Hidup untuk menerapkan sebagian dari prinsip-prinsip good

governance (transparansi, berkeadilan, akuntabel, dan pelibatan masyarakat)

dalam pengelolaan lingkungan. Menurut Dewi (2019), pencapaian kinerja

lingkungan yang yang baik dinilai melalui peringkat PROPER merupakan respon

perusahaan terhadap tekanan pula harapan masyarakat berkaitan dengan

komitmen yang digaungkan perusahaan terutama dalam hal pelestarian

lingkungan. Maka dari itu, penulis merasa perlu dilakukannya pengujian langsung

variabel peringkat PROPER terhadap pengungkapan emisi karbon perusahaan.

Hal ini untuk membuktikan pengaruh dari pemberian peringkat PROPER tersebut

terhadap keterbukaan perusahaan atas informasi karbonnya.

Sebagian motivasi yang mendasari penulis dalam melakukan penelitian ini

adalah adanya inkonsistensi hasil penelitian terdahulu pada variabel economic

pressure, dan tipe industri. Penelitian dengan variabel media exposure pada

pengungkapan emisi karbon sendiri masih terbatas jumlahnya. Selain itu masih

minimnya pengujian langsung variabel peringkat PROPER dengan pengungkapan

emisi karbon. Maka dari itu penulis ingin menguji kembali keempat variabel

tersebut. Penulis juga memperluas sampel penelitian sebelumnya yang hanya pada

industri dan manufaktur atau subsektor tertentu menjadi perusahaan dalam indeks

KOMPAS100.

15
Perusahaan Indeks KOMPAS100 dipilih karena mencakup seluruh sektor

di Bursa Efek Indonesia (Sudarma & Damayanti, 2017). Kriteria ini menjadi

penting guna mendukung variabel tipe industri sehingga tidak hanya berfokus

pada sektor atau subsektor tertentu saja. Melalui sampel indeks KOMPAS100

diharapkan dapat menggambarkan pengungkapan tiap sektornya tidak hanya

menampilkan subsektor tertentu. Selain itu perusahaan dalam indeks ini

merupakan perusahaan dengan fundamental dan kinerja teraktif serta frekuensi

transaksi yang besar (Jiwandono, 2014). Dengan tingginya intensitas perdagangan

di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa pengaruh publik pula sangat besar

terhadap perusahaan-perusahaan ini. Seiring dengan tingginya pengaruh publik

maka tekanan yang diperoleh pun semakin besar dibandingkan dengan indeks

lainnya. Selain itu indeks KOMPAS100 yang dikeluarkan oleh media KOMPAS

merupakan sarana untuk melihat pemberitaan terkait emisi karbon dan

pengungkapannya yang mana berkaitan dengan variabel media exposure.

Implikasi yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat

menyebarluaskan pengetahuan mengenai pengungkapan emisi karbon utamanya

pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Implikasi yang juga diharapkan adalah

menjadi sumber referensi bagi manajemen perusahaan dalam menentukan

perencanaan terkait pengungkapan emisi karbon. Berdasarkan uraian latar

belakang dan fenomena yang terjadi, maka penulis ingin menguji secara empiris

pengaruh faktor economic pressure, peringkat PROPER, tipe industri, dan media

exposure terhadap pengungkapan informasi emisi karbon perusahaan. Maka dari

itu judul yang penulis ajukan ialah “Pengaruh Economic Pressure, Peringkat

16
PROPER, Tipe Industri, dan Media Exposure Terhadap Carbon Emission

Disclosure”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi

masalah yang muncul sebagai berikut:

1. Climate change telah menyebabkan banyak perubahan, fenomena, dan

bencana yang kian ekstrim tiap tahunnya.

2. Peningkatan emisi gas rumah kaca tiap tahunnya merupakan bentuk

kegagalan kesepakatan negara-negara di dunia untuk mengurangi

emisi karbon.

3. Fenomena perubahan iklim tak hanya disebabkan oleh aktivitas

sehari-hari manusia namun juga aktivitas operasi perusahaan.

4. Indonesia menjadi negara kesepuluh penghasil emisi karbon terbesar

di dunia dan peringkat pertama di Asia Tenggara namun belum

mewajibkan pengungkapan informasi emisi karbon.

5. Pengungkapan informasi emisi karbon di Indonesia masih bersifat

voluntary disclosure.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis memberi fokus penelitian pada pengaruh

economic pressure, peringkat PROPER, tipe industri, dan media exposure

terhadap kualitas pengungkapan informasi emisi karbon dengan objek penelitian

yakni perusahaan dalam indeks KOMPAS100. Penelitian hanya sebatas ruang

lingkup pengungkapan informasi emisi karbon berdasarkan indikator yang

disusun oleh Choi, dkk. (2013). Informasi mengenai masing-masing variabel

17
independen diperoleh melalui laporan tahunan atau laporan keberlanjutan yang

diterbitkan pada tahun 2015-2019.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah economic pressure memiliki pengaruh terhadap kualitas

carbon emission disclosure?

2. Apakah peringkat PROPER memiliki pengaruh terhadap kualitas

carbon emission disclosure?

3. Apakah tipe industri memiliki pengaruh terhadap kualitas carbon

emission disclosure?

4. Apakah media exposure memiliki pengaruh terhadap kualitas carbon

emission disclosure?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Bertujuan untuk membuktikan pengaruh economic pressure terhadap

kualitas carbon emission disclosure.

2. Bertujuan untuk membuktikan pengaruh peringkat PROPER terhadap

kualitas carbon emission disclosure.

3. Bertujuan untuk membuktikan pengaruh tipe industri terhadap

kualitas carbon emission disclosure.

4. Bertujuan untuk membuktikan pengaruh media exposure terhadap

kualitas carbon emission disclosure.

18
F. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

pengetahuan secara teoritis yakni turut berkontribusi dalam pengembangan

Teori Stakeholder secara umum maupun pengembangan ilmu pengetahuan

dalam mata kuliah terkait di jurusan Akuntansi maupun Ekonomi. Selain itu,

penelitian ini juga diharapkan turut berkontribusi dalam pengembangan

keilmuan akuntansi, khususnya akuntansi karbon atau akuntansi sosial dan

lingkungan serta konsistensi variabel-variabel yang dapat mempengaruhi

kualitas carbon emission disclosure.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Manajemen Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

manajemen perusahaan tentang pengaruh economic pressure, peringkat

PROPER, tipe industri, dan media exposure terhadap carbon emission

disclosure. Dengan kata lain, manajemen perusahaan yang hendak

melakukan pengungkapan emisi karbon atas aktivitas operasionalnya

sebaiknya memperhatikan faktor-faktor tersebut.

b. Bagi Bursa Efek Indonesia dan Analis Pasar Modal

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada Bursa

Efek Indonesia dan analis pasar modal sebagai bahan pertimbangan

dalam memberikan rekomendasi kepada calon investor untuk

19
berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang ramah lingkungan.

Dengan semakin meningkatnya investor yang selektif berinvestasi pada

perusahaan yang ramah lingkungan maka akan meningkatkan kesadaran

perusahaan untuk lebih peduli terhadap kinerja berkelanjutan.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan (feedback) serta

sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah mengenai sejauh mana

kontribusi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia dalam

mengungkap emisi karbon. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam hal merumuskan kebijakan-kebijakan yang

berkaitan dengan pengungkapan emisi karbon.

d. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai

pengungkapan emisi karbon atau tingkat kepedulian perusahaan-

perusahaan di Indonesia terkait dengan emisi karbon. Selain itu dapat

dijadikan bahan rujukan atau sumber bagi LSM-LSM yang bergerak di

bidang lingkungan. Diharapkan pula dapat menjadi bahan analisa atau

pertimbangan bagi para investor di kalangan masyarakat sebelum mulai

berinvestasi di pasar modal. Tak hanya itu, melalui penelitian ini pula

diharapkan bisa membuka wawasan masyarakat awam terkait isu-isu

lingkungan saat ini.

G. Kajian Teori

1. Deskripsi Teoritis

a. Teori Stakeholder

20
Disebut sebagai teori stakeholder bahwasannya karena teori ini

menjelaskan hubungan entitas atau perusahaan dengan para pemangku

kepentingan (stakeholder). Perusahaan berdiri tidak hanya untuk

kepentingannya sendiri melainkan adanya pengaruh stakeholder yang

mengharuskannya untuk memberikan manfaat pula kepada para pemangku

kepentingan (Jannah, 2014). Pengaruh yang dimaksud dapat berupa peran

maupun dukungan dari para stakeholder. Keberlangsungan suatu entitas

atau perusahaan ialah wujud dari dukungan para stakeholder-nya (Ulum,

2017). Di sini para stakeholder pula memerlukan berbagai informasi

terkait aktivitas perusahaan guna membantu mereka agar mampu

memahami aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan secara keseluruhan.

Maka dari itu, perusahaan akan berusaha untuk menyampaikan informasi

yang dimilikinya setransparan mungkin.

Menurut Aulia (2015), stakeholder ialah semua pihak baik internal

maupun eksternal perusahaan yang bersifat mempengaruhi maupun

dipengaruhi, pula bersifat langsung maupun tidak langsung. Menurut

David Wheeler dan Maria Sinlanpaa dalam Daniri (2014), stakeholder

terbagi menjadi dua yakni:

1. Primary Stakeholder: para pemegang saham, investor, karyawan

dan manajer, supplier dan rekanan bisnis serta masyarakat

setempat.

2. Secondary Stakeholder: pemerintah, institusi bisnis, kelompok

sosial masyarakat, media, akademisi, dan pesaing.

21
Dalam memainkan perannya sebagai stakeholder, terdapat

sejumlah aspek penting yang harus dimiliki oleh para stakeholder. Tiga

aspek tersebut yakni legitimasi, kekuatan (power), dan urgensi.

Kelangsungan hidup perusahaan sangat bergantung kepada dukungan para

stakeholder. Maka dari itu, perusahaan wajib menghormati keberadaan

stakeholder melalui pemenuhan hak dan kewajiban semua pihak sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Sehingga tindakan-tindakan yang

dilakukan perusahaan ialah untuk memperoleh dukungan stakeholder.

Tujuan teori stakeholder sendiri ialah untuk menciptakan nilai

lebih kepada stakeholder sebagai bentuk apresiasi karena telah mendukung

keberlangsungan hidup perusahaan (Hanifah & Wahyono, 2018). Bentuk

apresiasi ini dapat melalui pengungkapan lingkungan yang salah satunya

ialah carbon emission disclosure. Dengan kata lain carbon emission

disclosure merupakan tanggapan kepada para stakeholder yang menuntut

informasi terkait perubahan iklim yang kian menjadi permasalahan sosial

dan lingkungan yang signifikan. Selayaknya disampaikan oleh Hahn, dkk

(2015), jawaban perusahaan atas tekanan stakeholder yakni dengan

menyediakan informasi tentang emisi karbon.

b. Teori Legitimasi

Teori Legitimasi ialah teori yang menjelaskan hubungan

perusahaan dengan masyarakat. Ketika aktivitas perusahaan berjalan

mengikuti aturan atau norma di masyarakat maka legitimasi dapat

tercapai. Legitimasi tentu dapat berubah mengikuti perkembangan waktu

dan menyesuaikan dengan tempatnya berada (Linsblom dalam Choi, dkk.,

22
2013). Untuk tetap bertahan di masyarakat ialah keharusan bagi

perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam teori

legitimasi, segala aktivitas yang dilakukan oleh entitas merupakan hasil

dorongan atas tekanan lingkungan normatif (Syairozi, 2019). Maka dari itu

dikatakan bahwasannya “social contract” menimbulkan suatu relasi yang

kuat dan terikat yang melandasi teori legitimasi.

Konsep social contract menyatakan bahwa keberadaan perusahaan

pada suatu wilayah karena didukung secara politis dan dijamin oleh

regulasi pemerintah serta parlemen yang juga merupakan representasi dari

masyarakat. Adanya social contract secara tidak langsung menciptakan

cost dan benefit antara perusahaan dan masyarakat (Andreas, 2011).

Deegan (2002) dalam Hahn (2015) menjelaskan bahwa pengungkapan

lingkungan dapat digunakan untuk mempertahankan kontrak social antara

perusahaan dan masyarakat. Apabila kontrak ini dilanggar dapat

meningkatkan penelitian dengan perusahaan-perusahaan tersebut sebagai

subjeknya yang mana dapat berdampak buruk terhadap citra perusahaan

(Hrasky, 2012). Dalam teori legitimasi dinyatakan bahwa setiap kegiatan

perusahaan berdasar pada konsep, nilai, dan aturan social di masyarakat

sekitarnya pula perusahaan diharapkan mampu menunjukkan tujuan yang

sejalan dengan masyarakat (Hanifah & Wahyono, 2018). Berdasarkan

teori legitimasi, pengungkapan emisi karbon merupakan tanggapan atas

tekanan eksternal yang mana dalam hal ini yaitu masyarakat. Menurut

Hanifah & Wahyono (2018), pengungkapan informasi emisi karbon pada

laporan keuangan adalah salah satu cara perusahaan membangun,

23
mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi

ekonomi dan politis.

c. Carbon Accounting

Sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan, setelah disepakatinya

Protokol Kyoto muncullah akuntansi karbon. Carbon accounting ialah

keharusan perusahaan untuk melakukan pengakuan, pengukuran,

pencatatan, penyajian dan pengungkapan emisi karbon (Irwhantoko,

2016). Lebih lanjut menurut Ratnatunga (2007), akuntansi karbon ialah

bentuk efisiensi emisi karbon pada penggunaan bahan baku, biaya tenaga

kerja, BOP, biaya overhead pabrik, lingkungan, dan standar manajemen

karbon lainnya. Segala pengukuran dan proses terkait karbon masuk dalam

istilah akuntansi karbon (Hahn, 2015). Maka dari itu penelitian ini, pula

dengan laporan emisi karbon masing-masing perusahaan masuk ke dalam

akuntansi karbon atau carbon accounting.

d. Carbon Emission Discloure (Pengungkapan Emisi Karbon)

Entitas atau perusahaan yang me-listing-kan dirinya di bursa efek

wajib menyampaikan laporan tahunan. Hal ini untuk memunculkan aspek

transparansi dan akuntabilitas perusahaan-perusahaan bersangkutan.

Informasi dalam laporan tahunan ini terbagi menjadi dua yakni mandatory

(wajib) dan voluntary (sukarela) disclosure. Pengungkapan emisi karbon

masuk dalam voluntary disclosure yang biasa ditemukan dalam laporan

keuangan atau sustainability report. Salah satu alasan perusahaan

mengungkapkan keduanya ialah memberi peningkatan nilai perusahaan.

24
Apabila pengungkapan dinilai dapat mengganggu citra perusahaan maka

perusahaan umumnya memilih untuk bungkam (Jannah, 2014).

e. Economic Pressure

Besarnya pengaruh kondisi ekonomi perusahaan terhadap kualitas

pengungkapan emisi karbon ialah inti dari Economic pressure (tekanan

ekonomi) (Dewi, dkk, 2019). Economic pressure merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan emisi karbon. Guna

mendapatkan reputasi baik, perusahaan akan secara proaktif melakukan

pengungkapan emisi karbon. Hal ini erat kaitannya dengan citra yang

berusaha untuk ditampilkan baik itu citra ramah lingkungan maupun

tindakan pengurangan energi dan biaya. Kalu, dkk (2016), menyatakan

bahwa economic pressure ini merupakan upaya pengurangan emisi karbon

melalui biaya operasional. Secara sederhana, tekanan ekonomi ini dilihat

sebagai desakan terhadap besar kecilnya biaya operasional yang

berimplikasi pada laba perusahaan. Pelaku bisnis akan dikenakan biaya

tambahan (fee) atau pajak apabila tidak berpartisipasi dalam pengurangan

emisi karbon, maka dari itu hal ini menjadi penting untuk dipertimbangkan

terkait pengambilan keputusan operasional.

Economic pressure dapat diproksikan dengan profitabilitas dimana

semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi

pula tingkat pengungkapan informasi yang akan dilakukan (Dewi, dkk,

2019). Rasio profitabilitas mengukur kemampuan para eksekutif

perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba

perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan

25
maupun modal sendiri (shareholders equity) (Sari, 2013). Seringkali tolak

ukur dalam melakukan tanggung jawab lingkungan ialah profitabilitas

(Pratiwi, 2016). Kecenderungan perusahaan dengan profitabilitas tinggi

lebih mudah mendapat legitimasi masyarakat dikarenakan lebih mampu

dalam melakukan pengungkapan dibandingkan perusahaan profitabilitas

rendah. Menurut Choi, dkk (2013), kondisi keuangan yang baik akan lebih

memudahkan perusahaan untuk membayar sumber daya tambahan atau

menyediakan keuangan yang diperlukan untuk melakukan voluntary

disclosure atau pengungkapan sukarela emisi karbon sebagai reaksi atas

tekanan stakeholder (teori stakeholder).

f. Peringkat PROPER

Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER)

merupakan Public Disclosure Program for Environmental Compliance,

salah satu bentuk kebijakan pemerintah, untuk meningkatkan kinerja

pengelolaan lingkungan perusahaan sesuai dengan yang telah ditetapkan

dalam peraturan perundangan-undangan. Penerapan instrumen ini

merupakan upaya Kementerian Lingkungan Hidup untuk menerapkan

sebagian dari prinsip-prinsip good governance (transparansi, berkeadilan,

akuntabel, dan pelibatan masyarakat) dalam pengelolaan lingkungan.

Peringkat PROPER terbagi atas lima warna yaitu emas, hijau, biru, merah,

dan hitam. Kriteria penilaian PROPER terdiri dari dua kategori, yaitu

kriteria penilaian ketaatan dan kriteria penilaian lebih dari yang

dipersyaratkan dalam peraturan (beyond compliance). Peraturan

26
lingkungan hidup yang digunakan sebagai dasar penilaian ketaatan adalah

peraturan yang berkaitan dengan:

1. Persyaratan dokumen lingkungan dan pelaporannya

2. Pengendalian pencemaran air

3. Pengendalian pencemaran udara

4. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

5. Pengendalian pencemaran air laut

6. Potensi kerusakan lahan

Sedangkan kriteria beyond compliance lebih bersifat dinamis

karena disesuaikan dengan perkembangan teknologi, penerapan praktik-

praktik pengelolaan lingkungan terbaik dan isu-isu lingkungan yang

bersifat global. Penyusunan kriteria yang terkait dengan pelaksanaan

PROPER dilakukan oleh tim teknis dengan mempertimbangkan masukan

dari berbagai pihak, antara lain: pemerintah kabupaten/kotamadya, asosiasi

industri, perusahaan, LSM, universitas, instansi terkait, dan Dewan

Pertimbangan PROPER. Aspek-aspek yang dinilai dalam kriteria beyond

compliance adalah:

1. Penerapan sistem manajemen lingkungan

2. Upaya efisiensi energi

3. Upaya penurunan emisi

4. Implementasi reduce, reuse, recycle limbah B3

5. Implementasi reduce, reuse, recycle limbah non B3

6. Konservasi air dan penurunan beban pencemaran air limbah

27
7. Perlindungan keanekaragaman hayati

8. Program pengembangan masyarakat

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dharmansyah (2019), Dewi

(2019), dan Apriliana (2019) menggunakan PROPER sebagai alat ukur

kinerja lingkungan. Menurut penelitian Dawkins dan Fraas (2011), kinerja

lingkungan mempunyai hubungan positif dengan pengungkapan

lingkungan yang salah satu bagiannya ialah pengungkapan emisi karbon.

Hal ini sejalan dengan penelitian Verrechia (1983) dalam Matsumura, dkk

(2014) yang menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih proaktif

lingkungan (misalnya, melalui inisiatif seperti pelaksanaan program

pencegahan polusi yang kuat dan menggunakan energi terbarukan, dan

lain-lain) memiliki insentif untuk secara sukarela mengungkapkan

informasi lingkungan, seperti informasi tingkat emisi karbon dalam rangka

mengungkapkan tipe kinerja mereka yang tidak secara langsung diamati

oleh investor dan pemangku kepentingan eksternal lainnya. Hasil

Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Clarkson, dkk (2008)

menunjukkan bahwa kinerja lingkungan berasosiasi positif dengan tingkat

pengungkapan lingkungan (Jannah & Muid, 2014). Menurut Dewi (2019),

pencapaian kinerja lingkungan yang yang baik dinilai melalui peringkat

PROPER merupakan respon perusahaan terhadap tekanan pula harapan

masyarakat berkaitan dengan komitmen yang digaungkan perusahaan

terutama dalam hal pelestarian lingkungan.

g. Tipe Industri

28
Mengacu pada Global Industry Classification Standard (GICS),

tipe industri dibagi menjadi dua yakni indusri intensif karbon dan non-

intensif karbon. Industri intensif karbon meliputi perusahaan-perusahaan

sektor pertanian, pertambangan, industri dasar dan kimia, aneka indutri,

industri barang konsumsi, property dan real estate, serta infrastruktur,

utility dan transportasi. Sedangkan industri non-intensif karbon terdiri dari

perusahaan-perusahaan sektor keuangan, serta sektor perdagangan,

investasi, dan jasa. Tidak semua perusahaan berkenan untuk

mengungkapkan aktivitasnya apabila tidak mempunyai nilai yang positif

bagi perusahaan tersebut. Maka dari itu pengungkapan emisi karbon paling

banyak cenderung dikaitkan dengan kategori industri intensif karbon

dikarenakan emisi yang dihasilkan lebih besar (Choi dkk, 2013). Menurut

Wang dkk (2013), perusahaan high profile yang aktivitas operasionalnya

berdampak negatif terhadap lingkungan cenderung untuk mengungkapkan

lebih banyak informasi terkait tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)

dibandingkan low profile.

h. Media Exposure

Guna membangun kepercayaan kerap kali sarana yang digunakan

ialah media dengan menampilkan beragam publikasi dan sosialisasi terkait

aktivitas sosial perusahaan. Membaca, melihat, dan mendengar

pemberitaan media atau menaruh perhatian kepada informasi pemberitaan

merupakan definisi dari media exposure menurut Kasten dalam Iksan

(2016). Maka dari itu liputan media menjadi salah satu faktor dominan

yang menampilkan opini masyarakat yang berpengaruh terhadap citra

29
perusahaan (Aulia, 2015). Seiring dengan kondisi saat ini, ramainya

pemberitaan terkait bencana pula peran climate change dalam

kemunculannya kian menggiring opini masyarakat pada kepedulian

perusahaan terhadap lingkungan. Selain itu melalui pemberitaan di media,

sikap publik dapat terpengaruh dan hal ini dapat mempengaruhi tindakan

pula keputusan para stakeholder terkait pengungkapan emisi karbon

(carbon emission disclosure) (Septriyawati, 2019).

Menurut Kiousis dkk dalam Dawkins dan Fraas (2011), tekanan

kepada para stakeholder terkait aksi lingkungan bergantung pada sikap

publik yang mana dipengaruhi oleh temuan atau pemberitaan media.

Pemberitaan media meningkatkan transparansi atas suatu isu (awareness)

yang dalam hal ini yaitu krisis iklim atau climate change. Menurut

Septriyawati (2019), kelangsungan hidup perusahaan sangat dipengaruhi

oleh media exposure. Melalui media, setiap orang ataupun LSM dapat

dengan mudah mengakses ataupun mengetahui pemberitaan terkait

perusahaan melalui media elektronik. Maka dari itu, perusahaan akan

berupaya untuk mengurangi kesalahan untuk menjaga citranya. Melalui

pengungkapan emisi karbon (carbon emission disclosure) dapat membantu

perusahaan mendapatkan legitimasi dari para stakeholder.

2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian-penelitian mengenai praktik pengungkapan emisi karbon

telah banyak mengalami perkembangan di berbagai negara dan terus

diteliti dalam berbagai studi empiris. Ada berbagai macam jenis variabel

yang diteli, namun memperoleh hasil yang cenderung inkonsisten. Berikut

30
disajikan secara ringkas beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat

menjadi pertimbangan pada penelitian ini.

Tabel 1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Variabel Hasil
1. Abdullah dkk Carbon Emission Variabel Ukuran perusahaan,
(2020) Disclosure in independen (X): profitabilitas, leverage,
Indonesia Firms: Ukuran dan kinerja lingkungan
The Test of perusahaan, berpengaruh signifikan
Media-exposure Profitabilitas, terhadap carbon
Moderating Leverage, emission disclosure,
Effects Kinerja sedangkan variabel
Lingkungan moderasi media
exposure berpengaruh
Variabel signifikan terhadap
Moderasi: Media ukuran perusahaan dan
Exposure leverage, namun tidak
berpengaaruh
Variabel berpengaruh terhadap
dependen (Y): profitabilitas dan
Carbon emission kinerja lingkungan.
disclosure.

2. Andriadi Determinan Variabel Economic pressure,


(2020) Emisi Karbon independen (X): social pressure,
pada Sektor economic financial market
Industri dan pressure, social pressure, regulatory
Manufaktur pressure, pressure, dan
financial market corporate governance
pressure, mechanism tidak
regulatory berpengaruh terhadap
pressure, dan kualitas pengungkapan
corporate emisi karbon.
governance
mechanism.

Variabel
dependen (Y):
Kualitas
pengungkapan
emisi karbon.

31
3. Septriyawati Pengaruh Media Variabel Media exposure
dan Nur Exposure, Independen (X): berpengaruh positif
(2019) Ukuran Media exposure, signifikan terhadap
Perusahaan, company size, carbon emission
Profitabilitas, dan profitability, disclosure. Sedangkan
Leverage leverage. ukuran perusahaan,
terhadap profitabilitas, dan
Pengungkapan Variabel leverage tidak
Emisi Karbon dependen (Y): berpengaruh terhadap
pada Perusahaan Carbon Emission carbon emission
Manufaktur yang Disclosure disclosure.
Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia periode
2014-2018
4. Apriliana Dkk Pengaruh Tipe Variabel Tipe industry dan
(2019) Industri, Kinerja independen (X): profitabilitas
Lingkungan, dan Tipe Industri, berpengaruh signifikan
Profitabilitas kinerja terhadap
terhadap Carbon lingkungan, dan pengungkapan emisi
Emission profitabilitas. karbon. Sedangkan
Disclosure. kinerja lingkungan,
Variabel tidak berpengaruh
dependen (Y): signifikan terhadap
carbon emission pengungkapan emisi
disclosure. karbon.
5. Pratiwi (2016) Pengaruh Tipe Variabel Tipe industry
Industri, Media independen (X): berpengaruh signifikan
Exposure, dan Tipe industri, positif terhadap
Profitabilitas media exposure, pengungkapan emisi
terhadap Carbon profitabilitas karbon. Sedangkan
Emission media exposure dan
Disclosure Variabel profitabilitas tidak
dependen (Y): berpengaruh terhadap
Carbon emission pengungkapan emisi
disclosure. karbon.

32
6. Dawkins and Coming Clean Variabel Kinerja lingkungan
Fraas (2011) The Impact of independen (X): berpengaruh negatif
Environmental Environmental terhadap
Performance and performance, pengungkapan
Visibility on dan visibility lingkungan. Sedangkan
Corporate (media) media berpengaruh
Climate Change positif terhadap
Disclosure Variabel pengungkapan
dependen (Y): lingkungan.
Climate change
disclosure.

Sumber: Data Diolah Penulis, 2021

3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dapat didefinisikan sebagai model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting dan kemudian dijadikan

sebagai dasar dalam perumusan hipotesis. Kerangka berpikir dalam

penelitian ini yaitu menggambarkan hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen. Penelitian ini terdiri dari empat jenis variabel

independen (X), yaitu economic pressure, peringkat PROPER, tipe

industri, dan media exposure serta satu jenis variabel dependen (Y), yaitu

kualitas carbon emission disclosure. Berdasarkan kajian teori, hasil

penelitian yang relevan, dan argumentasi logis maka dapat disusun model

kerangka berpikir sebagai berikut.

33
Economic Pressure (X1)
Return on Asset (ROA)

Peringkat PROPER (X2)


Lima warna
Carbon Emission
Disclosure (Y)
Tipe Industri (X3)
High profile dan Low profile
karbon

Media Exposure (X4)


Liputan di Media

Keterangan:
Pengaruh masing-masing variabel terhadap carbon emission

disclosure.

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
(Sumber: Pemikiran Penulis, 2021)

4. Hipotesis Penelitian

a. Pengaruh Economic Pressure terhadap Carbon Emission

Disclosure

Menurut Teori stakeholder, perusahaan terdorong melakukan

pengungkapan emisi karbon guna peningkatan citra perusahaan di mata

para pemangku kepentingan (Kalu, dkk, 2016). Hal ini pula dilakukan

sebagai wujud balasan atas dukungan yang selama ini diberikan oleh para

stakeholder. Demikian pula teori stakeholder menyatakan bahwa

perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi cenderung memiliki

kemampuan untuk mengadopsi strategi aktif yang berusaha mempengaruhi

34
hubungan organisasinya dengan stakeholder yang dianggap penting

(Jannah dan Muid, 2014).

Besarnya pengaruh kondisi ekonomi perusahaan terhadap kualitas

pengungkapan emisi karbon ialah inti dari Economic pressure (tekanan

ekonomi) (Dewi, dkk, 2019). Economic pressure merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan emisi karbon. Guna

mendapatkan reputasi baik, perusahaan akan secara proaktif melakukan

pengungkapan emisi karbon. Hal ini erat kaitannya dengan citra yang

berusaha untuk ditampilkan baik itu citra ramah lingkungan maupun

tindakan pengurangan energi dan biaya. Kalu, dkk (2016), menyatakan

bahwa economic pressure ini merupakan upaya pengurangan emisi karbon

melalui biaya operasional. Secara sederhana, tekanan ekonomi ini dilihat

sebagai desakan terhadap besar kecilnya biaya operasional yang

berimplikasi pada laba perusahaan. Pelaku bisnis akan dikenakan biaya

tambahan (fee) atau pajak apabila tidak berpartisipasi dalam pengurangan

emisi karbon, maka dari itu hal ini menjadi penting untuk dipertimbangkan

terkait pengambilan keputusan operasional.

Profitabilitas digunakan sebagai alat ukur untuk variabel Economic

pressure. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka tingkat

pengungkapan informasi emisi karbon pun semakin tinggi (Dewi, dkk,

2019). Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

mendapatkan laba atau keuntungan, namun selain itu juga menilai

kemampuan perusahaan dalam menjalankan penjualan, mengelola asset

serta modal sendiri (Sari, 2013). Pada penelitian ini pengukuran

35
profitabilitas yakni menggunakan Return on Assets (ROA). Menurut

Pratiwi (2016), ROA dapat menggambarkan karakteristik teknis yang

berkaitan dengan efisiensi perusahaan, dimana semakin tinggi ROA maka

kinerja keuangan semakin baik. Dengan begitu perusahaan didukung

dengan aspek finansial yang memadai untuk melakukan pengungkapan

informasi ataupun menerapkan strategi pengurangan emisi karbon dalam

aktivitas operasi (Lorenzo dalam Pratiwi, 2016). Selain itu penggunaan

rasio ini juga karena rasio ini biasa dipakai sebagai indikator profitabilitas

perusahaan dengan membandingkan antara laba bersih dengan keseluruhan

total aktiva pada perusahaan. ROA dapat memberikan gambaran

pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan perusahaan

dibandingkan dengan Return On Investment (ROI) yang berfokus pada

pengembalian atas investasi saja. Rasio Return on Assets juga dapat

digunakan untuk membandingkan profitabilitas perusahaan sejenis.

Penelitian yang dilakukan oleh Apriliana dkk (2019) membuktikan

bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan emisi

karbon. Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Abdullah dkk (2020)

menyatakan adanya pengaruh yang signifikan pada profitabilitas terhadap

carbon emission disclosure. Penelitian oleh Hermawan (2018) juga

menyatakan hal yang sama bahwasannya profitabilitas berpengaruh

terhadap carbon emission disclosure. Dengan demikian hipotesis yang

diajukan:

H1 : Economic Pressure Berpengaruh Positif terhadap Carbon

Emission Disclosure.

36
b. Pengaruh Peringkat PROPER terhadap Carbon Emission

Disclosure

Menurut teori stakeholder, untuk mendapatkan dukungan para

pemangku kepentingan, maka perusahaan wajib memberi manfaat kepada

para pemangku kepentingan (Anisa dkk, 2020). Keterbukaan informasi

sangat diperlukan oleh para stakeholder. Menurut Clarkson dkk (2008)

dalam Apriliana (2019), perusahaan dengan kinerja lingkungan yang

unggul memiliki strategi lingkungan yang proaktif. Hal tersebut

mendorong perusahaan untuk menginformasikan kepada investor dan

stakeholder (pemangku kepentingan) lain melalui pengungkapan sukarela

mengenai lingkungan. Perusahaan berusaha untuk mengungkapkan jenis

kinerja mereka melalui pengungkapan sukarela yang tidak dapat dengan

mudah ditiru oleh perusahaan dengan kinerja lingkungan yang buruk. Hal

tersebut berpotensi meningkatkan nilai perusahaan.

Peringkat PROPER merupakan salah satu bentuk penilaian kinerja

perusahaan di bidang lingkungan. Menurut penelitian Dawkins dan Fraas

(2011), kinerja lingkungan mempunyai hubungan positif dengan

pengungkapan lingkungan yaitu perubahan iklim. Hal ini sejalan dengan

penelitian Verrechia (1983) dalam Matsumura dkk (2014) yang

menunjukkan bahwa perusahaan yang lebih proaktif lingkungan

(misalnya, melalui inisiatif seperti pelaksanaan program pencegahan

polusi yang kuat dan menggunakan energi terbarukan, dan lain-lain)

memiliki insentif untuk secara sukarela mengungkapkan informasi

37
lingkungan, seperti informasi tingkat emisi karbon dalam rangka

mengungkapkan tipe kinerja mereka yang tidak secara langsung diamati

oleh investor dan pemangku kepentingan eksternal lainnya. Dengan

demikian hipotesis yang diajukan:

H2 : Peringkat PROPER Berpengaruh Positif terhadap Carbon

Emission Disclosure.

c. Pengaruh Tipe Industri terhadap Carbon Emission Disclosure

Perusahaan yang melakukan pengungkapan emisi karbon memiliki

beberapa pertimbangan diantaranya untuk mendapatkan legitimasi dari

para stakeholder. Hal ini guna menghindari ancaman-ancaman terutama

perusahaan yang menghasilkan gas rumah kaca atau masuk dalam indutsri

intensif karbon dalam hal peningkatan operating cost, risiko reputasi,

pengurangan permintaan, proses hukum, serta denda dan pinalti (Berthelot

& Robert, 2011 dalam Apriliana, 2019). Menurut Pratiwi (2016),

perusahaan akan terus berusaha untuk memastikan bahwa mereka

dianggap beroperasi dalam batas-batas dan norma-norma dalam

masyarakat. Perusahaan-perusahaan dengan aktivitas operasi berkaitan

langsung dengan lingkungan tentu akan mendapat sorotan lebih dari

masyarakat dan pemerhati lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan teori

stakeholder yang mana membahas hubungan perusahaan dengan

kepentingan para stakeholder-nya.

Mengacu pada GICS (Global Industry Classification Standard),

tipe industry dibagi menjadi dua yakni indusri intensif karbon dan non

38
intensif karbon. Apabila suatu pengungkapan tidak memiliki potensi untuk

memberikan nilai positif terhadap perusahaan, pengungkapan tersebut

cenderung tidak akan dilakukan. Menurut Choi dkk (2013), industri non

intensif karbon cenderung menghasilkan emisi karbon lebih sedikit

dibandingkan industri intensif karbon. Menurut Wang dkk (2013),

perusahaan high profile yang aktivitas operasionalnya berdampak negatif

terhadap lingkungan cenderung untuk mengungkapkan lebih banyak

informasi terkait tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dibandingkan

low profile. Pula semakin perusahaan intensif dalam menghasilkan emisi

karbon, maka perusahaan akan cenderung untuk mengungkapkan

informasi mengenai emisi karbonnya. Hal ini didukung dengan penelitian

oleh Apriliana (2019) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa tipe

industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap carbon emission

disclosure. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Jannah dan Muid

(2014) dan Pratiwi (2016) juga menyatakan bahwa tipe industri

berpengaruh positif dan signifikan terhadap carbon emission disclosure.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

H3 : Tipe Industri Berpengaruh Positif terhadap Carbon Emission

Disclosure.

d. Pengaruh Media Exposure terhadap Carbon Emission Disclosure

Peran media terhadap pengungkapan emisi karbon sejalan dengan

teori stakeholder, guna mendapatkan legitimasi atau kepercayan dari para

pemangku kepentingan terutama pemerintah dan masyarakat maka

39
perusahaan cenderung akan memberitakan kegiatan-kegiatan yang

dilakukannya terutama dalam hal ini upaya mereduksi karbon.

Berdasarkan teori stakeholder, dalam menanggapi tekanan dari para

stakeholder, perusahaan dapat mengambil tindakan untuk turut melakukan

pertanggungjawaban lingkungan dan menampilkannya melalui saluran

komunikasi (Kilic & Kuzey, 2020). Menurut Dawkins dan Fraas (2011),

tingkat pengungkapan sukarela atas emisi karbon berasosiasi langsung

dengan visibilitas media. Semakin sering suatu entitas muncul di media

maka semakin besar tekanan untuk melakukan pengungkapan. Selayaknya

pemaparan Wang dkk (2013), Media exposure berhubungan positif dengan

pengungkapan CSR. Peningkatan pemberitaan media terhadap kebijakan

lingkungan dan iklim meningkatkan peran organisasi-organisasi non

pemerintah seperti LSM yang selanjutnya menandakan adanya pergeseran

terhadap opini public. Hal tersebut memungkinkan bahwa peran

pemberitaan media secara simultan menetukan strategi pengungkapan

perusahaan (Pratiwi, 2016). Dengan demikian hipotesis yang diajukan:

H4 : Media Exposure Berpengaruh Positif terhadap Carbon Emission

Disclosure.

H. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh economic pressure,

peringkat PROPER, tipe industri, dan media exposure terhadap carbon

emission disclosure. Penelitian ini ialah jenis penelitian asosiatif atau

40
hubungan kausalitas dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut

Farhana (2016), penelitian kausal adalah desain penelitian yang bertujuan

menentukan hubungan dan pengaruh dari suatu variabel terhadap variabel

lainnya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif karena data-

data yang digunakan dalam analisa berupa angka. Penelitian dimulai dengan

merumuskan permasalahan yang didasari oleh latar belakang, menguraikan

teori-teori dan dasar empiris sebagai interpretasi hasil penelitian nantinya,

menetapkan waktu dan lokasi penelitian, mengumpulkan data, menganalisis

data dan kemudian menyajikan hasil analisis.

2. Subjek Penelitan/Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah 100 perusahaan yang termasuk dalam

Indeks KOMPAS100 pada periode Februari-Juli 2021. Periode ini dipilih

untuk menunjang keterbaharuan penelitian selain itu Indeks KOMPAS100

melakukan pembaharuan list setiap enam bulan. Daftar terbaru pemberitaan

terkait perusahaan-perusahaan dalam Indeks KOMPAS100 ialah periode

Februari-Juli 2021. Perusahaan Indeks KOMPAS100 dipilih karena mencakup

seluruh sektor di Bursa Efek Indonesia (Sudarma & Damayanti, 2017).

Kriteria ini menjadi penting karena adanya variabel tipe industri yang diteliti

jadi diharapkan melalui sampel indeks KOMPAS100 dapat menggambarkan

pengungkapan tiap sektornya. Selain itu perusahaan dalam indeks ini

merupakan perusahaan dengan fundamental dan kinerja teraktif serta frekuensi

transaksi yang besar (Jiwandono, 2014). Dengan tingginya intensitas

perdagangan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa pengaruh publik

41
pula sangat besar terhadap perusahaan-perusahaan ini. Seiring dengan

tingginya pengaruh publik maka tekanan yang diperoleh pun semakin besar

dibandingkan dengan indeks lainnya. Selain itu indeks KOMPAS100

mencakup hampir keseluruhan sektor di BEI, yang mana sudah seharusnya

untuk semua perusahaan turut serta dalam mengurangi tingkat emisi karbon.

Penelitian ini menggunakan laporan tahunan atau keberlanjutan pada

periode 2015-2019 untuk menunjukkan kondisi terkini pengungkapan karbon

oleh perusahaan. Selain itu untuk menjamin keterbaharuan penelitian dan juga

kemungkinan pelaporan tahun 2020 belum terlaksana. Dilansir melalui Bursa

Efek Indonesia, dikarenakan pandemi COVID19, pelaporan untuk periode

2020 diperpanjang sampai bulan Maret 2021. Maka dari itu penelitian ini

menggunakan periode 2015-2019 untuk menjamin kelengkapan data

perusahaan dalam Indeks KOMPAS100. Dengan begitu tidak ada sampel yang

tereliminasi karena adanya kemungkinan belum menyampaikan laporan

tahunan dan keberlanjutan yang telah diaudit.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah metode Purposive

Sampling yaitu metode penentuan sampel penelitian dengan menggunakan

berbagai kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang digunakan dalam melakukan

pemilihan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan yang akan dijadikan sampel masuk dalam daftar

KOMPAS100 periode Februari-Juli 2021.

2. Perusahaan yang akan dijadikan sampel harus secara rutin menyajikan

laporan keberlanjutan dan/atau laporan tahunan. Secara implisit

42
maupun eksplisit mengungkapkan setidaknya 1 item informasi emisi

karbon selama kurun waktu 2015 hingga 2019.

3. Perusahaan mengungkapkan informasi keuangan dalam mata uang

rupiah.

Tabel 2
Penentuan Sampel
Perusahaa
Kriteria Penentuan Sampel
n
Perusahaan dalam Indeks KOMPAS100 periode Februari-Juli
100
2021
Perusahaan dengan laporan keberlanjutan atau laporan tahunan
49
yang tidak lengkap
perusahaan dengan laporan keuangan dinyatakan dalam mata
12
uang selain rupiah
Jumlah sampel 39
Jumlah sampel x periode (5 tahun) 195
Sumber: Data diolah, 2021.
Tabel 3
Daftar Perusahaan

No. Kode Nama Saham


1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2 ADRO Adaro Energy Tbk.
3 ANTM Aneka Tambang Tbk.
4 ASII Astra International Tbk.
5 BBCA Bank Central Asia Tbk.
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
7 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
9 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk.
10 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk.
11 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk.
12 ELSA Elnusa Tbk.
13 ERAA Erajaya Swasembada Tbk.
14 EXCL XL Axiata Tbk.
15 GGRM Gudang Garam Tbk.
16 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.
17 HRUM Harum Energy Tbk.
18 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
19 INDY Indika Energy Tbk.

43
20 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
21 JAPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
22 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk.
23 KLBF Kalbe Farma Tbk.
24 PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk.
25 PTBA Bukit Asam Tbk.
26 PTPP PP (Persero) Tbk.
27 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk.
28 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk.
29 SMSM Selamat Sempurna Tbk.
30 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
31 TINS Timah Tbk.
32 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
33 UNTR United Tractors Tbk.
34 UNVR Unilever Indonesia Tbk.
35 WEGE Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk.
36 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk.
37 WSBP Waskita Beton Precast Tbk.
38 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk.
39 WTON Wijaya Karya Beton Tbk.
Sumber: Data diolah, 2021

3. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian

a. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah carbon emission disclosure.

Carbon emission disclosure dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan daftar item indeks pengungkapan emisi karbon yang

dikembangkan oleh Choi, dkk (2013). Sebanyak 18 item checklist

dikembangkan berdasarkan lembar permintaan informasi oleh CDP

(Carbon Disclosure Project). Formula untuk variabel ini dihitung dengan:

n
Carbon Emission Disclosure= x 100 %
k

Keterangan:
n: Jumlah item pengungkapan emisi karbon yang diungkapkan
k: Jumlah item pengungkapan emisi karbon yaitu 18 item

44
Tabel 4
Indeks Pengungkapan Emisi Karbon

Kategori Item
1. Perubahan Iklim CC-1: Penilaian risiko dan peluang
(CC/Climate Change) CC-2: Implikasi keuangan
GHG-1: metodologi untuk perhitungan (misal
protokol GRK atau ISO).
GHG-2: verifikasi eksternal
GHG-3: total emisi
2. Emisi Gas Rumah Kaca
GHG-4: pengungkapan oleh ruang lingkup
(GHG/Greenhouse Gas)
GHG-5: pengungkapan berdasarkan sumber
GHG-6: pengungkapan berdasarkan fasilitas atau
segmen
GHG-7: perbandingan historis antara emisi
EC-1: total energi yang dikonsumsi (mis. tera-
joule atau petajoules)
3. GHG-7: perbandingan EC-2: kuantifikasi energi dikonsumsi dari
historis antara emisi sumber terbarukan
EC-3: Pengungkapan berdasarkan jenis, fasilitas
atau segmen.
RC-1: Perincian rencana atau strategi untuk
mengurangi emisi GRK
RC-2: spesifikasi tingkat target pengurangan
4. Pengurangan Gas Rumah emisi GRK dan tahun target
Kaca dan Biaya RC-3: pengurangan emisi dan biaya atau
(RC/Reduction and Cost) penghematan terkait tercapai hingga saat ini
sebagai hasil dari rencana pengurangan
RC-4: biaya emisi masa depan diperhitungkan
dalam perencanaan belanja modal
AEC-1: indikasi komite dewan mana (atau badan
eksekutif lainnya) yang memiliki tanggung
5. RC-4: biaya emisi masa jawab penuh atas tindakan terkait perubahan
depan diperhitungkan dalam iklim
perencanaan belanja modal AEC-2: deskripsi mekanisme di mana dewan
(atau badan eksekutif lainnya) meninjau
kemajuan perusahaan terkait perubahan iklim
Sumber: Choi, dkk, 2013

b. Variabel Independen

1) Economic Pressure (X1)

45
Menurut Dewi, dkk (2019), Economic Pressure yang

diproksikan dengan profitabilitas berhubungan dengan keadaan

keuangan emiten atau perusahaan dengan kaitannya dalam

pengungkapan emisi karbon berkualitas. Berdasarkan teori

legitimasi, perusahaan yang profitabilitasnya tinggi dikatakan lebih

mampu untuk melakukan pengungkapan lingkungan sebagai

respon tekanan legitimasi dikarenakan perusahaan memiliki

sumber daya yang lebih (Suhardi & Purwanto, 2015). Profitabilitas

dihitung dengan rasio Return on Asset (ROA). Rasio tersebut

dinyatakan dalam bentuk persen dan dihitung dengan

menggunakan rumus:

Laba Perusahaan
ROA=
Total Aset

2) Peringkat PROPER (X2)

Peringkat PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja

Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan) diukur dengan

menggunakan lima kategori warna yaitu emas (sangat amat baik,

skor 5), hijau (sangat baik, skor 4), biru (baik, skor 3), merah

(buruk, skor 2), dan hitam (sangat buruk, skor 1) (Jannah dan

Muid, 2014).

3) Tipe Industri (X3)

Dalam penelitian ini, variabel tipe industri merujuk pada

penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2016). Tipe industri terbagi

menjadi dua menurut GICS yakni industri intensif karbon dan non

46
intensif karbon. Pengukuran menggunakan variabel dummy dengan

angka 1 untuk industri intensif karbon dan 0 untuk industri non

intensif karbon.

4) Media Exposure (X4)

Merujuk pada penelitian Aulia (2015), media exposure

diukur dengan menggunakan variabel dummy. Perusahaan akan

mendapatkan nilai 1 apabila terdapat liputan media mengenai emisi

karbon dan nilai 0 jika tidak tidak terdapat liputan media mengenai

emisi karbon. Guna mengetahui adanya liputan media, maka akan

dicari artikel atau berita menggunakan kata kunci “emisi karbon”,

“perubahan iklim”, “sustainable”, “polusi”, dan “limbah” melalui

mesin pencarian, KOMPAS.COM, dan website perusahaan.

Pencarian artikel terbatas hanya pada media daring.

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang

merupakan data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan

(Sugiyono, 2009).

Sumber data dari penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data yang

didapatkan dari berita, penelitian terdahulu, literatur dan jurnal yang berkaitan

dengan permasalahan yang diteliti. Data penelitian berasal dari laporan

tahunan dan sustainabilty report yang telah dipublikasikan pada tahun 2015-

47
2019, sumber- sumber data diperoleh dari website resmi Bursa Efek Indonesia

pada www.idx.co.id dan website-website resmi perusahaan.

5. Metode dan Teknik Analisis Data

a. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan suatu metode dalam mengorganisir

dan menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran yang

teratur mengenai suatu kegiatan. Statistik deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang

digunakan adalah minimum, maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar

deviasi (Ghozali, 2011).

b. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antar variabel penelitian yang ada dalam model

regresi. Sebelum melakukan uji hipotesis, pengujian ini harus dilakukan

terlebih dahulu untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi

secara normal atau tidak. Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah

Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji

Autokorelasi.

c. Uji Hipotesis

1) Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

48
economic pressure, peringkat PROPER, tipe industri, dan media

exposure. Sedangkan variabel dependennya adalah carbon

emission disclosure. Berikut ditambahkan variabel Size sebagai

variabel kontrol. Variabel kontrol merupakan variabel untuk

melengkapi atau mengkontrol hubungan kausal supaya lebih baik

untuk mendapatkan model empiris yang lengkap dan lebih baik

(Hartono, 2004 dalam Pradipta dan Anna, 2013). Size diukur

menggunakan log natural dari total aset (Klapper & Love, 2002

dalam Hardiyawan & Pangestuti, 2015). Penggunaan log natural

aset ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang

berlebihan.

CED=α 0+ β1 EPR+ β 2 PPR+ β3 TIN + β 4 MEX +¿ ¿

Keterangan:

CED : Carbon Emission Disclosure

EPR : Economic Pressure

PPR : Peringkat PROPER

TIN : Tipe Industri

MEX : Media Exposure

SIZE : Variabel kontrol (ukuran perusahaan)

α : Konstanta

β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi variabel X1, X2, X3, X4

ε : Standar Eror

2) Uji Koefisien Determinasi

49
Uji koefisien determinasi yang digunakan pada penelitian

ini ialah Adjusted R2 yang bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

independen (Ghozali, 2011). Besarnya nilai Adjusted R2 berkisar

antara 0 dan 1 artinya semakin kecil nilai Adjusted R2 maka

hubungan variabel semakin lemah, begitupula sebaliknya. Adjusted

Rsquare digunakan karena nilainya yang dapat naik dan turun

apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.

3) Uji Parsial (Uji t)

Pada penelitian ini uji parsial digunakan untuk

menunjukkan bhwa seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara

individual terhadap variabel terikat.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam uji t, antara lain:

1. Merumuskan Hipotesis

a. H1 : βі = 0, yaitu variabel independen (X) tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y)

b. Hο : βі ≠ 0, yaitu variabel independen (X) berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen (Y)

2. Menentukan tingkat signifikansi (α) = 0,05 atau 5%

3. Menentukan kriteria pengujian sebagai berikut:

a. Jika nilai signifikansi < (α) = 0,05 berarti variabel

independen (X) berpengaruh signifikan terhadap variabel

(Y), maka H1 diterima.

50
b. Jika nilai signifikansi > (α) = 0,05 berarti variabel

independen (X) tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel (Y), maka H1 ditolak.

I. Jadwal Waktu Penelitian

Tabel 5
Waktu Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Tahap Persiapan
Penelitian
a. Penyusunan dan
1 Pengajuan Judul
b. Pengajuan Proposal
c. Perijinan Penelitian
Tahap Pelaksanaan
2 a. Pengumpulan Data
b. Analisis Data
Tahap Penyusunan
3
Laporan
Sumber: Data Diolah Penulis, 2021

51
DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, M. W., Musriani, R., Syariati, A., & Hanafie, H. (2020). Carbon
emission disclosure in indonesian firms: The test of media-exposure
moderating effects. International Journal of Energy Economics and Policy,
10(6), 732–741. https://doi.org/10.32479/IJEEP.10142
Albrizio, S., Kozluk, T., Zipperer, V. (2017). Environmental policies and
productivity growth: Evidence across industries and firms. Journal of
Environmental Economics and Management, 81, 209-226.
Andreas, L. (2011). Dekonstruksi CSR dan Reformasi Paradigma Bisnis dan
Akuntansi. Jakarta: Erlangga.
Andriadi, K. Dandi, & Nyoman Sri Werastuti. (2020). Determinan Emisi Karbon
Pada Sektor Industri Dan Manufaktur. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
Universitas Pendidikan Ganesha, 11(2), 147–158.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/24996
Anisa, W., dkk. (2020). Determinan Pengungkapan Emisi Karbon di Indonesia.
KORELASI I (Konferensi Riset Nasional Ekonomi, Manajemen, dan
Akuntansi), Konferensi Riset Nasional Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi
I.
Apriliana, E. (2019). Pengaruh Tipe Industri, Kinerja Lingkungan, Dan
Profitabilitas Terhadap Carbon Emission Disclosure. Widyakala Journal,
6(1), 84. https://doi.org/10.36262/widyakala.v6i1.149
Aulia, F. Z. (2015). Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Kinerja Lingkungan, Dan
Liputan Media Terhadap Environmental Disclosure. Accounting Analysis
Journal, 4(3). https://doi.org/10.15294/aaj.v4i3.8306
Boons, F. (2013). Organizing within dynamic ecosystems: Conceptualizing socio-
ecological mechanisms. Organization & Environment, 26, 281-297.
Choi, B. B., Lee, D., dan Psaros, J. (2013). An Analysis of Australian Company
Carbon Emission Disclosures. Pacific Accounting Review, Volume 25,
Nomor 1 (hlm. 58–79).
Clarkson, P. M. Dkk, (2008). Revisiting the Relation between Environmental
Performance and Environmental Disclosure: An Empirical Analysis,

52
Accounting, Organizations, and Society, 33(4-5), 303-327.
Daniri, Mas Achmad. 2014. Lead by GCG. Jakarta: Gagas Media
Dawkins, C., & Fraas, J. W. (2011). Coming Clean: The Impact of Environmental
Performance and Visibility on Corporate Climate Change Disclosure.
Journal of Business Ethics, 100(2), 303–322. https://doi.org/10.1007/s10551-
010-0681-0
Deantari, S. A. O., Pinasti, M., dan Herwiyanti, E. (2019). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pengungkapan Emisi Gas Rumah Kaca Dari Perspektif
Akuntansi Hijau. EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah, Volume 7,
Nomor 1 (hlm. 88–111).
Dewi, I. G. A. N. P., & Kurniawan, P. S. (2020). Determinan Pengungkapan
Emisi Karbon Serta Komparasinya Pada Industri Intensif Karbon Dan
Industri Non Intensif Karbon. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
Undiksha, 11(2), 242-253.
Dewi, L. G. K., Yenni Latrini, M., & Rsi Respati, N. N. (2019). Determinan
Carbon Emission Disclosure Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi,
28, 613. https://doi.org/10.24843/eja.2019.v28.i01.p24
Elkington, Jhon. (1994). “Enter The Triple Bottom Line”. Tersedia pada
www.johnelkington.com/archive/TBL-elkington-chapter.pdf
Farhana, C. D, dkk. (2016). Pengaruh Perputaran Persediaan dan Pertumbuhan
Penjualan Terhadap Profitabilitas pada PT Ambara Madya Sejati di Singaraja
Tahun 2012-2014. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol. 4 No. 1 (2016).
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS Edisi 5. Semarang : BP Universitas Diponegoro.
Guntari, D., dan Yunita, K. (2018). Pengungkapan Emisi Karbon: Studi Pada
Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Jurnal Kajian Ilmiah Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNTAN (KIAFE), Volume 7, Nomor 2.
Hahn, R., Reimsbach, D., & Schiemann, F. (2015). Organizations, Climate
Change, and Transparency: Reviewing the Literature on Carbon Disclosure.
Organization and Environment, 28(1), 80–102.
https://doi.org/10.1177/1086026615575542
Hanifah, U., & Wahyono. (2018). Diskursus Urgensi Carbon Emission Disclosure

53
Pada Perusahaan. Jurnal Penelitian, 12(1), 111–136.
Hardiyawan, A. T., & Pangestuti, I. R. D. (2015). Analisis Pengaruh Corporate
Governance dan Leverage terhadap Profitabilitas Perusahaan dengan
Variabel Kontrol Firm Size (Studi Empiris pada Perusahaan Go Public Non
Keuangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2014).
(Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).
Hermawan, A dkk. (2018). Going Green: Determinants of Carbon Emission
Disclosure in Manufacturing Companies in Indonesia. International Journal
of Energy Economics and Policy, Volume 8, Nomor 1 (hlm. 55–61).
Hrasky, S. (2012). Carbon footprints and legitimation strategies: Symbolism or
action? Accounting, Auditing & Accountability Journal, 25, 174-198.
Huelsenbeck, M. (2012). Ocean-Based Food Security Threatened in a High CO2
World. In Oceana | Protecting the World’s Oceans (Issue September).
https://oceana.org/reports/ocean-based-food-security-threatened-high-co2-
world diakses pada 3 Maret 2021
Iksan, M. (2016). Pengaruh Terpaan Media Internet dan Pola Pergaulan Terhadap
Karakter Peserta Didik. Tsamrah Al-Fikri, 10, 103-120.
Irwhantoko, I., & Basuki, B. (2016). Carbon Emission Disclosure: Studi pada
Perusahaan Manufaktur Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 18(2),
92–104. https://doi.org/10.9744/jak.18.2.92-104
Jannah, R., dan Muid, D. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Carbon Emission Disclosure Pada Perusahaan di Indonesia (Studi Empiris
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-
2012). Diponegoro Journal of Accounting, Volume 3, Nomor 2 (hlm. 1–11).
Jiwandono, Teguh. (2014). Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham
Sektor Perbankan yang Go Public di Indeks Kompas100. Jurnal Ilmu
Manajemen Vol. 2 No. 3 (2014).
Juravle, C., & Lewis, A. (2009). The role of championship in the mainstreaming
of sustainable investment (SI): What can we learn from SI pioneers in the
United Kingdom? Organization & Environment, 22, 75-98.
Kalu, J. U., Buang, A., dan Aliagha, G. U. (2016). Determinants of Voluntary
Carbon Disclosure in the Corporate Real Estate Sector of Malaysia. Journal

54
of Environmental Management, Volume 182 (hlm. 519–524).
Kilic, M., dan C. Kuzey. (2020). The effect of corporate governance on carbon
emission disclosures: Evidence from Turkey. International Journal of
Climate Change Strategies and Management.
Knowledge Centre Perubahan Iklim - Perubahan Iklim di Indonesia. (n.d.).
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/inovasi/411-perubahan-iklim-
dalam-kebijakan-tentang-bencana diakses pada 21 Januari 2021
Kurniawan, P. S., Astawa, I. G. P. B., Vijaya, D. P., dan Diputra, I. B. R. P.
(2019). Carbon Information Disclosure Practice in Indonesia: A
Comprehensive Study from Manufacturing and Mining Industry. In
International Conference on Tourism, Economics, Accounting, Management,
and Social Science (TEAMS 19) (hlm. 7–14).
Liu, Z., dkk (2020). Near-real-time monitoring of global CO2 emissions reveals
the effects of the COVID-19 pandemic. Nature Communications, 11(1), 1–
12. https://doi.org/10.1038/s41467-020-18922-7
Mahabrata dan Detha. (2020). Bagaimana Perubahan Iklim Memperparah
Bencana Alam. (n.d.). https://voi.id/bernas/13633/bagaimana-perubahan-
iklim-memperparah-bencana-alam diakses pada 21 Januari 2021
Matsumura, E. M., R. Prakash, and S. C. Vera-Munoz. (2014). Firm-Value
Effects of Carbon Emissions and Carbon Disclosures. The Accounting
Review, 89 (2), 695-724
McLaughlin, P. (2011). Climate change, adaptation, and vulnerability:
Reconceptualizing societal-environment interaction within a socially
constructed adaptive landscape. Organization & Environment, 24, 269-291.
Newburger, E. (2020). Covid pandemic drove a record drop in global carbon
emissions in 2020. Https://Www.Cnbc.Com/.
https://www.cnbc.com/2020/12/11/covid-record-drop-global-carbon-
emissions-2020.html diakses pada 21 Januari 2021
Pradini, H. S., dan Kiswara, E. (2013). The Analysis of Information Content
towards Greenhouse Gas Emissions Disclosure In Indonesia’s Companies.
Diponegoro Journal of Accounting, Volume 2, Nomor 2 (hlm. 1–12).
Pradipta, D. H., & Anna Purwaningsih. (2013). Pengaruh Luas Pengungkapan

55
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan terhadap Earning
Response Coefficient (ERC), dengan Ukuran Perusahaan dan Leverage
Sebagai Variabel Kontrol. Universitas Atma Jaya.
Prasetya, R. A., dan Yulianto, A. (2018). Analysis of Factors Affecting the
Disclosure of Corporate Carbon Emission In Indonesia. Jurnal Dinamika
Akuntansi, Volume 10, Nomor 1 (hlm. 71–81).
Pratiwi, P. C. (2016). Pengaruh Tipe Industri, Media Exposure, dan Profitabilitas
Terhadap Carbon Emission Disclosure (Studi Empiris pada Perusahaaan Non
Industri Jasa yang Terdaftar di BEI tahun 2012-2014). Jurnal Akuntansi,
4(2).
Ratnatunga, J. (2007). Carbon Cost Accounting: The Impact of Global Warming
on the Cost Accounting Profession. Journal of applied management
accounting research, 5(2).
Sari dan Marsono. (2013). Pengaruh Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan Dan
Corporate Governance Terhadap Pengungkapan Sustainability report.
(Skripsi Program Studi Akuntansi, FEB, Universitas Diponegoro)
Septriyawati, Suci, dan Nur Anisah. (2019). Pengaruh Media Exposure , Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan Emisi
Karbon pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018. Seminar Nasional Ekonomi & Bisnis Dewanatara, 103–
114.
Suartana, I. W. (2010). Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line
Accounting: Paradigma Baru Akuntansi Bernilai Tambah. Jurnal Bumi
Lestari, Volume 10, Nomor 1 (hlm. 105–112).
Sudarma, I. K. G. A. M, dan N. P. A., Darmayanti. (2017). Pengaruh CSR,
Kepemilikan Manajerial dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Sektor
Pertambangan pada Indeks Kompas100. E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 6,
No. 4, 2017: 1906-1932.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhardi, R. P., & Purwanto, A. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Emisi Karbon di Indonesia (Studi Pada Perusahaan yang

56
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013). Diponegoro Journal
of Accounting. Volume 4, No. 2, hlm. 1–13.
Syairozi, M. I. (2019). Pengungkapan CSR Pada Perusahaan Manufaktur dan
Perbankan. Magelang: Tidar Media.
Taurisianti, M.M., dan E.P. Kurniawati. (2014). Perlakuan Akuntansi Karbon Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume XVII No. 2, Agustus 2014.
Tempo.co. (2021). BNPB Catat 136 Bencana Alam Terjadi Sejak Awal Tahun
Hingga 16 Januari 2021. https://bisnis.tempo.co/read/1423989/bnpb-catat-
136-bencana-alam-terjadi-sejak-awal-tahun-hingga-16-januari-2021 diakses
pada 21 Januari 2021
Ulum, I. (2017). Intellectual Capital: Model Pengukuran, Framework
Pengungkapan & Kinerja Organisasi. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Wang, Jianling, Song Lin, Shujie Yao. (2013). The Determinants of Corporate
Social Responsibility Disclosure: Evidence From China, The Journal of
Applied
United Nations. (2016). Climate Change - United Nations Sustainable
Development. In United Nations (pp. 157–165).
https://www.un.org/sustainabledevelopment/climate-change/ diakses pada 21
Januari 2021
Union of Concerned Scientists. (2020). Each Country’s Share of CO2 Emissions |
Union of Concerned Scientists. Union of Concerned Scientists.
https://www.ucsusa.org/resources/each-countrys-share-co2-emissions
diakses pada 21 Januari 2021

57
58
LAMPIRAN

59

Anda mungkin juga menyukai