Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS DETERMINAN PUBLIKASI SUSTAINABILITY REPORT

PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA


Proposal Penelitian untuk Tesis
Magister Terapan Progam Studi Keuangan Dan Perbankan Syariah

Diajukan Oleh
Adetiya Sabrina M Nur
NIM: 195168001

Kepada
PROGAM STUDI KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH
PROGAM MAGISTER TERAPAN
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS DETERMINAN PUBLIKASI SUSTAINABILITY REPORT


PADA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Diajukan Oleh
Adetiya Sabrina M Nur
NIM: 195168001
Menyatakan bahwa Propsal Tesis telah siap untuk diseminarkan.

Bandung, 20 Januari 2021


Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Drs. Dwi Suhartanto,MCM., Ph.D. Dr. Ira Novianty, SE., M.Si., AK., CA.
NIP.196110031988111001 NIP. 197611162009122002

I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan penulisan
Proposal tesis ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan
baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Penyususan Proposal tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Magister Terapan pada Program Studi Magister Terapan Keuangan
dan Perbankan Syariah Politeknik Negeri Bandung
Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis namun juga
kepada para pembaca, amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi. Wabarakatuh..
Bogor, 20 Januari 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................I

KATA PENGANTAR.............................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................III

ABSTRAK..............................................................................................................V

DAFTAR TABEL..................................................................................................VI

DAFTAR GAMBAR............................................................................................VII

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah & Pertanyaan Penelian................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

1.4 Urgensi Penelitian.....................................................................................4

BAB II......................................................................................................................6

KAJIAN PUSTAKA................................................................................................6

2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................6

2.1.1 Teori Stakeholder...............................................................................6

2.1.2 Teori legitimasi..................................................................................7

2.1.3 Laporan Keberlanjutan Peraturan OJK 51/POJK.03/2017..............10

2.1.3.1 Penjelasan Strategi Keberlanjutan................................................10

2.1.3.2 Ikhtisar Kinerja Aspek Keberlanjutan..........................................10

2.1.3.3 Profil Singkat................................................................................11

2.1.3.4 Penjelasan Direksi........................................................................11

2.1.3.5 Tata Kelola Keberlanjutan............................................................12

III
2.1.3.6 Kinerja Berkelanjutan...................................................................12

2.1.3.7 Verifikasi Tertulis dari Pihak Independen (jika ada)...................14

2.1.3.8 . Lembar Umpan Balik (Feedback) untuk Pembaca (jika ada)....15

2.1.3.9 Tanggapan Bank terhadap Umpan Balik Laporan Tahun


Sebelumnya.....................................................................................................15

2.1.4 .Teory of Plananer Behavior............................................................15

2.2 Model Penelitian......................................................................................19

2.3 Determinan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Peraturan OJK


51/POJK.03/2017 menggunakan Teory of Plananer Behavior..........................19

BAB III..................................................................................................................22

METODE PENELITIAN.......................................................................................22

3.1 Desain Penelitian.....................................................................................22

3.2 Definisi Operational Variable.................................................................22

3.3 Populasi dan Sampel...............................................................................23

3.4 Instrument Penelitian...............................................................................23

3.5 Teknik Pengumpulan Data......................................................................23

3.6 Teknik Analisis Data...............................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

Penelitian Terdahulu...........................................................................................28

ANGKET PENELITIAN...................................................................................31

IV
ABSTRAK

Kata kunci: Theory Behavior Control, Bank Umum Syariah, POJK 51.

V
DAFTAR TABEL

VI
DAFTAR GAMBAR

VII
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masyarakat global saat ini sangat peduli dengan isu lingkungan dalam
ekonomi global (Nath, Nayak, & Goel, 2014). Dampak buruk dari banjir,
kekeringan, badai dan panas di seluruh dunia saat ini, memotivasi untuk berpikir
secara serius untuk mengatasi masalah lingkungan. Masalah lingkungan salah
satunya dapat dipicu oleh intensitas karbon yang dikeluarkan dari kegiatan
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi
(Siregar, 2013). Berikut ini gambaran intensitas karbon di Negara-Negara Asia
tahun tahun 1758- 2020:

Historical Carbon Dioxide Emissions From Global Fossil Fuel Combustion


And Industrial Processes From 1758 To 2020*
(in billion metric tons)
Sumber: Ian Tiseo, 5 Jan 2021 di https://www.statista.com.
Dapat dilihat dari gambar 1.1, intensitas karbon Negara-Negara di dunia
sejak tahun 1758 sampai dengan tahun 2020 telah menurun tetapi angkanya tidak
signifikan. Seiring dengan hal tersebut, diperlukan investasi hijau yang peka
terhadap risikp lingkungan, iklim dan risiko terkait penyebab meningkatan
tersebut. Semakin banyak perusahaan yang menghasilkan karbon maka akan terus
mulai menunjukkan kepedulian dan melakukan tindakan nyata untuk
meningkatkan kinerja lingkungan, Isu ini terkait dengan sustainability atau
keberlanjutan yang terdiri atas aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (Akadiri,

1
Chinyio, & Olomolaiye, 2012; Chew, Tan, & Hamid, 2016; Singh & Singh,
2013).
Menurut Siregar (sebagaimana dikutip dalam Volz, 2015) dari hasil survei
Bank Indonesia mengenai pembiayaan hijau yang dilakukan oleh 24 bank
konvensional dan 5 bank syariah di Indonesia antara tahun 2011-2013
menemukan bahwa porsi pembiayaan hijau di bank syariah dua kali lipat
dibandingkan dengan bank konvensional. Berikut ini tabel yang menggambarkan
porsi pembiayaan hijau.
Porsi Pembiayaan Hijau (%)
Bank 2011 2012 2013
Bank Konvensional 1,10 1,16 1,27
Bank Syariah 2,68 2,85 2,53
Tabel Pembiayaan Hijau Bank Konvensional dan Bank Syariah Tahun
2011-2013
Di Indonesia, keterlibatan sektor perbankan dalam mengelola risiko
lingkungan dan sosial diatur dalam undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang antara lain mengatur
kewajiban bagi industri untuk melindungi alam dan lingkungan (OJK, 2014b).
Undang-undang ini kemudian diimplementasikan dalam Peraturan OJK Nomor
51/ POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga
Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik (OJK, 2017).
Penetapan POJK Keuangan Berkelanjutan harus ditindaklanjuti dengan
upaya bank untuk secara bertahap menginternalisasikan 8 (delapan) prinsip
Keuangan Berkelanjutan dalam rencana dan aktivitas bisnis, serta pengembangan
produk bisnisnya. Langkah strategis dalam upaya internalisasi prinsip Keuangan
Berkelanjutan terdiri dari beberapa tahap, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap
implementasi awal, (3) tahap implementasi lanjutan. Dalam menjalankan tahapan-
tahapan tersebut, bank menetapkan kegiatan yang merupakan program turunan
dari prioritas yang dipilih dari Pasal 7 POJK sesuai dengan kondisi keuangan,
struktur, dan kompleksitas masing- masing bank. Berdasarkan pasal 10 POJK
Keuangan Berkelanjutan, bank wajib menyusun Laporan Keberlanjutan. Laporan
Keberlanjutan adalah laporan yang diumumkan kepada masyarakat yang memuat

2
kinerja ekonomi, keuangan, sosial, dan lingkungan hidup suatu bank dalam
menjalankan bisnis berkelanjutan. Laporan Keberlanjutan menjadi alat organisasi
untuk menetapkan tujuan, memonitor kinerja, melakukan evaluasi, dan mengelola
perubahan dalam rangka membuat operasional bank lebih berkelanjutan dan
efisien, terutama dengan adanya dinamika perubahan ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup yang semakin cepat. Laporan Keberlanjutan mengukur,
menyatakan, dan menjadi aspek akuntabilitas bagi kinerja organisasional terkait
aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Kesadaran akan kebutuhan memberikan informasi kepada pemangku
kepentingan secara komprehensif akan berdampak positif pada kinerja bank itu
sendiri. Berikut data Bank syariah yang sudah melakukan pelaporan keberlanjutan
PUBLIKASI LAPORAN
No NAMA BANK UMUM SYARIAH KEBERLANJUTAN
YA TIDAK KETERANGAN
1 PT. Bank Aceh Syariah    2017,2018
2 PT BPD Nusa Tenggara Barat
Syariah    2017,2018,2019
3 PT. Bank Muamalat Indonesia    2017,2018
4 PT. Bank Victoria Syariah     
5 PT. Bank BRI Syariah    2017,2018
6 PT. Bank Jabar Banten Syariah     
7 PT. Bank BNI Syariah    2017,2018,2019
8 PT. Bank Syariah Mandiri    2017,2018,2019
9 PT. Bank Mega Syariah     
10 PT. Bank Panin Dubai Syariah     
11 PT. Bank Syariah Bukopin     
12 PT. BCA Syariah     
13 PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah    2019
14 PT. Maybank Syariah Indonesia    2017,2018,2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhatian penerapan


keuangan keberlanjutan sudah lebih baik dari tahu ke tahun, maka Penelitian
dilakukan dengan mengambil POJK NOMOR 51 /POJK.03/2017 sebagai dasar
pengungkapan. Apakah perbankan syariah telah berkomitmen untuk menunjukkan

3
semangat keberlanjutan kemudian pengujian dilakukan terhadap 14 lembaga yang
sudah merujuk kepada peraturan POJK NOMOR 51 /POJK.03/2017.
I.2 Rumusan Masalah & Pertanyaan Penelian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh positif kebijakan POJK51/POJK.03/2017 terhadap
tindakan publikasi Laporan Keberlanjutan?
2. Apa factor penyebab Perbankan Syariah tidak publikasikan laporan
keberlanjutan?
3. Apakah faktor faktor penentu Bank Umum Syariah menerapkan keuangan
keberlanjutan berdasarkan Teory of Planner Behavior

I.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut
1. Untuk mengetahui implementasi komitmen keuangan keberlanjutan
51/POJK.03/2017.
2. Untuk Peningkatan daya kompetisi, peningkatan aspek transparansi
dalam penerapan tata kelola, reputasi organisasi, mendapatkan umpan
balik untuk inovasi produk dan/atau jasa Keuangan Berkelanjutan
3. Untuk Membuat Strategi Produk keuangan keberlanjutan pada Bank
Syariah di Indonesia

I.4 Urgensi Penelitian


Urgensi dalam proposal penelitian ini adalah
1. Urgensi praktis adalah dapat menambah refrensi dan dukungan dalam
menerapkan keuangan keberlanjutan dan bagaimana mempublikasikan produk
atau jasa keuangan yang mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan
lingkungan hidup serta tatakelola perusahaan pada laporan keberlanjutan Bank
Umum Syariah di Indonesia.

4
2. Urgensi teoritis adalah dapat menambah refrensi empirik bahwa ada dan
tidaknya implementasi kinerja keuangan keberlanjutan terhadap kinerja
keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia dan dapat didapatkannya
informasi tak terbatas untuk publik melalui pelaporan keberlanjutan yang
diterbitkannya.
3. Urgensi operational berupa hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
untuk mengidentifikasi sejauh mana komitmen implementasi keuangan
keberlanjutan yang sudah diterapkan oleh Bank Umum Syariah di indonesia.

5
BAB II.
KAJIAN PUSTAKA

II.1 Tinjauan Pustaka

II.1.1Teori Stakeholder

Teori pemangku kepentingan berfokus pada hubungan antara kelompok dan


individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan
organisasi (Freeman, R. E., & McVea, 2001; Freeman, 1984 C.E.). Konsep
pemangku kepentingan pada awalnya didefinisikan oleh Freeman, (1984) sebagai
"kelompok-kelompok yang tanpa dukungannya organisasi tidak akan ada lagi ".
(Ethics 2016) memperluas definisi pemangku kepentingan untuk memasukkan
entitas manusia dan non-manusia. Ia berpendapat bahwa lingkungan alam bukan
manusia bisa diintegrasikan ke dalam konsep manajemen pemangku kepentingan
karena lingkungan alam merupakan salah satu komponen penting dari lingkungan
bisnis(Freeman, R. E., & McVea 2001). Telah ada banyak diskusi tentang jenis
entitas, "teori pemangku kepentingan" sebenarnya. Beberapa orang berpendapat
bahwa itu bukan "teori" karena teori adalah kumpulan dari teori proposisi yang
dapat diuji. Orang lain berpendapat bahwa ada terlalu banyak ambiguitas dalam
definisi istilah sentral untuk mengakui status teori. Yang lain menyarankan bahwa
ini adalah “teori perusahaan” alternatif dari teori pemegang saham perusahaan.
Sebagai filosofis pragmatis, kami tidak banyak bicara tentang perdebatan ini.
Kami melihat “pemangku kepentingan teori "sebagai" kerangka ", sekumpulan ide
dari mana sejumlah teori dapat diturunkan. Dan, kami sering menggunakan "teori
pemangku kepentingan" untuk merujuk pada badan beasiswa yang agak
substansial tergantung pada sentralitas gagasan atau kerangka pemangku
kepentingan. Untuk beberapa tujuan pasti menguntungkan untuk menggunakan
istilah tersebut dengan cara yang sangat spesifik (misalnya untuk memfasilitasi
jenis teori tertentu pengembangan dan pengujian empiris), tetapi untuk orang lain
tidak(Giannarakis 2014).

6
Dasar teori pemangku kepentingan sebagai sebuah genre teori manajemen.
Artinya, daripada menjadi teori khusus yang digunakan untuk satu tujuan
(Misalnya teori ketergantungan sumber daya dalam manajemen), melihat teori
pemangku kepentingan sebagai "genre" adalah untuk mengenali nilai dari
keragaman penggunaan yang dapat dibuat dari kumpulan gagasan ini. Ada cukup
kesamaan di seluruh kegunaan ini untuk melihatnya sebagai bagian dari genre
yang sama, tetapi cukup beragam untuk memungkinkan mereka berfungsi dalam
berbagai pengaturan dan melayani tujuan yang berbeda. Pemangku kepentingan
perspektif telah diterapkan secara luas dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk
hukum, perawatan kesehatan administrasi publik, kebijakan lingkungan, dan etika.
Sebelum kita berbalikuntuk aplikasi ini kami berhenti sejenak untuk menjabarkan
beberapa batasan penting dan ketentuan batasnyateori pemangku kepentingan.

II.1.2Teori legitimasi

Teori legitimasi merupakan perspektif teori yang berada dalam


kerangka teori ekonomi politik . Meyer dan Scott dalam Nugroho (2009)
menggambarkan legitimasi sebagai akar dari kesesuaian antaraorganisasi
dengan lingkungan budayanya. Legitimasi dapat dianggap sebagaikenyamakan
persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas
adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem
norma, nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Sep
et al. 2008).

Legitimasi diberikan oleh pihak-pihak di luar perusahaan, namun


legitimasi mungkin saja dapat dikendalikan oleh perusahaan itu sendiri (Fayad,
Ayoub, and Ayoub 2017). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi di
dalam nilai dan norma sosial menjadi suatu motivasi bagi perubahan
organisasi dan juga suatu sumber tekanan bagi legitimasi organisasi(Buhr 2002).
Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan identifikasi atas stakeholders,
di mana pihak yang memiliki pengaruh lebih besar dapat mengganggu
kelangsungan hidup perusahaan jika harapannya tidak terpenuhi, maka
pengungkapan akan dilakukan berdasarkan harapan stakeholders tersebut.

7
Namun, ketika terjadi ketidakselarasan antara aktivitas perusahaan dengan
harapan stakeholder, maka akan terjadi legitimacy gap. Neu et al. (1998)
berpendapat bahwa untuk mengurangi legitimacy gap, perusahaan harus
mengidentifikasi aktivitas yang ada di bawah kendalinya dan mengidentifikasi
publik yang memiliki power sehingga mampu memberikan legitimasi kepada
perusahaan. Hal ini membuat perusahaan harus tahu bagaimana menanggapi
berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan
(Tilt, 1994,dalam Haniffa et al, 2005).

Dengan demikian, legitimasi dapat dikatakan sebagai manfaat atau sumber


potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup O‟Donovan (2002). Lebih lanjut,
legitimasi merupakan proses bagaimana suatu entitas pelapor berusaha
memperoleh, menjaga atau memelihara, dan memperbaiki legitimasi organisasi di
mata para stakeholder-nya(Palazzo and Scherer 2006). Manajemen legitimasi
bergantung pada komunikasi antara entitas pelaporan dan stakeholder
(Samkin dan Schneifer, 2010). Komunikasi ini dapat melebar dari cara
tradisional dengan menyertakan tindakan sarat makna dan tampilan non-
verbal (Suchman, 1995). Ketika melakukan proses legitimasi, penggunaan
strategi pengungkapan membentuk opini atau apa yang dirasakan dan dipikirkan
oleh stakeholder tentang entitas pelapor (Buhr 2002).

Dengan kata lain, komunikasi menjadi jalur penting untuk memperoleh


legitimasi dari pihak yang diharapkan perusahaan. Hal ini dipertegas oleh
Lindblom (1994, disebutkan dalam Gray et al., 1996) dalam Moir (2001)
berpendapat bahwa organisasi dapat menggunakan empat strategi legitimasi
ketika organisasi menemui ancaman legitimasi, yaitu dengan :
1. Meyakinkan stakeholder melalui edukasi dan informasi mengenai
kesesuaian tindakan organisasi daripada mengubah tindakan atau kebijakan
yang telah diambilnya atau dapat dilakukan pula dengan menjustifikasi para
stakeholder tentang tujuan atau maksud organisasi untuk meningkatkan
kinerjanya melalui perubahan organisasi
2. Mengubah persepsi organisasi, tanpa mengubah kinerja aktual organisasi

8
3. Mengalihkan perhatian dari isu-isu penting ke isu-isu lain yang
berhubungan lewat pendekatan emotive symbols untuk memanipulasi
persepsi stakeholder
4. Mengubah ekspektasi eksternal tentang kinerja organisasi

Keempat strategi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengungkapkan


informasi perusahaan kepada publik, seperti pengungkapan dalam annual report.
Perusahaan dapat megungkapkan informasi-informasi yang dapat memperkuat
legitimasinya, misalnya dengan menyebutkan penghargaan–penghargaan
lingkungan yang pernah diraih atau program-program keselamatan yang
telah diterapkan perusahaan jika mereka ingin mendapat legitimasi dari
stakeholder pemerhati lingkungan ataupun karyawan. Langkah yang sama juga
dilakukan jika perusahaan ingin mendapat legitimasi dari pemegang saham.
Hal tersebut dilakukan dengan mengungkapkan keunggulan saham perusahaan,
prospek, laba dan sebagainya. Melalui pengungkapan, perusahaan juga dapat
mengklarifikasi atau bahkan membantah berita-berita negatif yang mungkin
muncul di media.

Meskipun demikian, tujuan akhir dari pemerolehan legitimasi tidak lain


adalah untuk menunjang tujuan utama perusahaan dalam usaha mendapatkan
profit maksimum. Lebih lanjut, legitimasi ini akan meningkatkan reputasi
perusahaan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut

II.1.3Laporan Keberlanjutan Peraturan OJK 51/POJK.03/2017

Laporan Keberlanjutan dapat disusun secara terpisah dari laporan tahunan


atau sebagai bagian yang tidak terpisah dari laporan tahunan. Berikut adalah
penjelasan dari isi Laporan Keberlanjutan(Otoritas Jasa Keuangan 2017b):

II.1.3.1 Penjelasan Strategi Keberlanjutan

Strategi keberlanjutan merupakan terjemahan visi dan misi dalam


implementasi Keuangan Berkelanjutan secara komprehensif yang mencakup
target waktu (jangka panjang dan pendek), pengelolaan risiko dan hasil yang ingin

9
dicapai. Pengungkapan atas strategi keberlanjutan disampaikan sesuai dengan
tujuan atau strategi pada RAKB.

II.1.3.2 Ikhtisar Kinerja Aspek Keberlanjutan

Bagian ini memuat ringkasan kinerja bank selama 3 (tiga) tahun terakhir
pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang menyatu pada portofolio
produk dan/atau jasa perbankan. Sebagai tambahan, bank dapat mengungkapkan
kegiatan internal operasional yang memberikan dampak pada sosial dan
lingkungan hidup. Pengungkapan ikhtisar kinerja aspek keberlanjutan dapat
disampaikan dalam bentuk narasi, ilustrasi, atau tabel. Dalam hal bank berusia
kurang dari 3 tahun dan data belum tersedia, maka ikhtisar kinerja aspek
keberlanjutan disajikan sebagaimana data yang tersedia.

1) Aspek ekonomi, memuat informasi mengenai kinerja ekonomi yang


berkelanjutan, paling sedikit meliputi a) jenis produk dan/atau jasa yang
disediakan beserta nominalnya; b) pendapatan operasional bank; c) laba atau
rugi bersih bank; d) produk dan/atau jasa yang memenuhi kriteria kegiatan
usaha berkelanjutan; dan e) pihak lokal yang dilibatkan dalam proses bisnis
Keuangan Berkelanjutan.
2) Aspek lingkungan hidup, memuat ringkasan informasi tentang kegiatan
bank yang memenuhi kriteria kegiatan usaha berkelanjutan.
3) Aspek sosial, memuat ringkasan informasi tentang kegiatan bank yang
berkaitan dengan pemberdayaan daerah dan masyarakat termasuk dampak
positif dan upaya meminimalisir dampak negatif serta alokasi dana yang
antara lain mencakup, kinerja internal, misalnya terkait ketenagakerjaan
yang diukur dari proporsional jumlah pengurus bank dan kepala cabang
berdasarkan jenis kelamin, proporsional jumlah pegawai yang berasal dari
daerah setempat;
4) alokasi pendanaan TJSL pada aktivitas dengan dampak sosial yang tinggi
(contoh: Alokasi dana TJSL untuk penyediaan fasilitas beasiswa terhadap
masyarakat kurang mampu sebesar Rpxx, meningkat xx% dibandingkan

10
tahun sebelumnya); dan/atau kegiatan TJSL yang terkait dengan
pemberdayaan masyarakat dan mendukung bisnis inti bank.

II.1.3.3 Profil Singkat

1) visi, misi, dan nilai keberlanjutan bank; Visi dan Misi: sesuai RAKB
2) nama, alamat, nomor telepon, nomor faksimil, alamat surat elektronik, dan
laman bank, serta kantor cabang dan/atau kantor perwakilan bank;
3) skala usaha bank secara singkat, meliputi: total aset dan total liabilitas (dalam
jutaan rupiah); jumlah karyawan yang dibagi menurut jenis kelamin, jabatan,
usia, pendidikan, dan status ketenagakerjaan; persentase kepemilikan saham;
dan wilayah operasional;
4) penjelasan singkat mengenai produk, layanan, dan kegiatan usaha yang
dijalankan, contoh: tabungan, pembiayaan, surat berharga, e-banking;
5) keanggotaan pada asosiasi regional/nasional/lokal
6) perubahan bank yang bersifat signifikan, antara lain terkait dengan penutupan
atau pembukaan cabang, dan struktur kepemilikan.

II.1.3.4 Penjelasan Direksi

Bagian ini berisi pernyataan direksi bank terkait ringkasan pencapaian


kinerja, tantangan, dan strategi, yang meliputi aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup. a.) Informasi singkat terkait kebijakan bank untuk merespon
tantangan dalam penerapan strategi keberlanjutan, serta upaya membangun
budaya keberlanjutan di internal bank untuk mendukung pencapaian kinerja
keberlanjutan secara konsisten dan berkelanjutan. b.) Informasi singkat terkait
penerapan Keuangan Berkelanjutan.c.) Informasi singkat mengenai strategi
pencapaian target (Panjaitan, L. 2015).

II.1.3.5 Tata Kelola Keberlanjutan

Bagian ini menyampaikan komitmen bank dalam menjalankan tata kelola


dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup, yang
memuat:

11
a. Uraian mengenai tugas, wewenang dan tanggung jawab Direksi dan
Dewan Komisaris, pegawai, pejabat dan/atau unit kerja yang menjadi
penanggung jawab penerapan Keuangan Berkelanjutan.
b. Penjelasan mengenai pengembangan kompetensi yang dilaksanakan
terhadap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, pegawai, pejabat
dan/atau unit kerja yang menjadi penanggung jawab penerapan Keuangan
Berkelanjutan,
c. Penjelasan mengenai prosedur bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan risiko atas penerapan Keuangan
Berkelanjutan terkait aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup,
termasuk peran Direksi dan Dewan Komisaris dalam mengelola,
melakukan telaah berkala, dan meninjau efektivitas proses manajemen
perusahaan.
d. Penjelasan mengenai pemangku kepentingan yang meliputi keterlibatan
pemangku kepentingan berdasarkan hasil penilaian (assessment)
manajemen, RUPS dan Melakukan pendekatan yang digunakan bank
dalam melibatkan pemangku kepentingan dalam penerapan Keuangan
Berkelanjutan, antara lain dalam bentuk dialog, survei, dan seminar
e. Permasalahan yang dihadapi, perkembangan, dan pengaruh terhadap
penerapan Keuangan Berkelanjutan(Masud, Sharif, and Indo n.d.)

II.1.3.6 Kinerja Berkelanjutan

Bagian ini menjelaskan komitmen bank dalam membangun budaya


keberlanjutan dan melakukan sosialisasi mengenai budaya keberlanjutan tersebut
kepada seluruh pemangku kepentingan. Budaya keberlanjutan ini penting
dibangun untuk mencapai kinerja keberlanjutan. Bagian ini juga menyampaikan
secara rinci kinerja perusahaan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
Kinerja perusahaan pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menyatu
pada portofolio produk dan/atau jasa bank. Pengungkapan kinerja aspek
keberlanjutan dapat disampaikan melalui narasi dan/atau dalam bentuk ilustrasi
atau tabel(Rusdiono 2013).

12
a. Kinerja Ekonomi Uraian mengenai kinerja ekonomi dalam 3 (tiga) tahun
terakhir yang mencakup. perbandingan target dan kinerja produksi,
portofolio, target pembiayaan, atau investasi, pendapatan dan laba rugi.
Apabila laporan keberlanjutan disusun terpisah dengan laporan tahunan
maka bagian ini memuat uraian singkat, dan perbandingan target dan
kinerja portofolio, target pembiayaan, atau investasi pada instrumen
keuangan atau proyek yang sejalan dengan penerapan Keuangan
Berkelanjutan.
b. Kinerja sosial, Uraian mengenai kinerja sosial dalam 3 (tiga) tahun
terakhir yang mencakup, Komitmen Perusahaan; Bagian ini menjelaskan
komitmen perusahaan untuk memberikan layanan yang setara kepada
konsumen atas produk dan/atau jasa dimaksudkan, serta menyampaikan
informasi produk dan/atau jasa yang akurat kepada konsumen,
Ketenagakerjaan, bagian ini paling sedikit Pernyataan kesetaraan
kesempatan bekerja dan ada atau tidaknya tenaga kerja paksa dan tenaga
kerja anak. Persentase remunerasi pegawai tetap di tingkat terendah
terhadap upah minimum regional perlu disampaikan agar pemangku
kepentingan mengetahui bahwa perusahaan memberikan remunerasi
sesuai dengan peraturan pemerintah, Jaminan lingkungan kerja yang
layak dan aman untuk semua pekerja. Kelayakan dan keamanan
lingkungan kerja mencakup banyak hal, diantaranya kebersihan toilet,
ruang makan, adanya ruang menyusui, alat deteksi asap dan alat
pemadam kebakaran ringan (APAR), tempat ibadah, tempat parkir
sepeda dan lain sebagainya. Pelatihan dan pengembangan kemampuan
pegawai, terutama untuk mendukung penerapan Keuangan
Berkelanjutan
c. Masyarakat; Bagian ini menjelaskan informasi terkait pemberdayaan
masyarakat untuk menggambarkan hubungan antara perusahaan dan
masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan utama, yang
paling sedikit memuat Informasi kegiatan yang menghasilkan dampak
positif dan dampak negatif terhadap masyarakat serta pengembangan

13
wilayah operasional di daerah tertinggal termasuk literasi dan inklusi
keuangan. b.Mekanisme pengaduan masyarakat serta jumlah pengaduan
masyarakat yang diterima dan ditindaklanjuti. Dan memuat kegiatan
Tanggung Jawab sosial dan lingkungan terkait dengan pemberdayaan
masyarakat dan mendukung bisnis inti bank. Seluruh kegiatan dikaitkan
dengan 17 (tujuh belas) tujuan pembangunan berkelanjutan di Indonesia,
dimana bank melakukan prioritas pada tujuan yang hendak dicapai
sesuai dengan strategi dan jenis kegiatan bisnis(Otoritas Jasa Keuangan
2017a).

II.1.3.7 Verifikasi Tertulis dari Pihak Independen (jika ada)

Bagian ini menyampaikan pernyataan hasil verifikasi dari pihak independen


(assurance independent statement) atas isi Laporan Keberlanjutan untuk
meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan, terutama investor. Proses
verifikasi atau disebut dengan assurance merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kualitas informasi yang disampaikan dalam laporan keberlanjutan.
Proses ini dilakukan dengan memeriksa bukti dokumen, wawancara atau
klarifikasi informasi yang disampaikan dalam laporan, melalui sampel dengan
menitikberatkan pada informasi yang material(Rusdiono 2013).

Proses verifikasi atau disebut dengan assurance merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas informasi yang disampaikan dalam laporan
keberlanjutan. Proses ini dilakukan dengan memeriksa bukti dokumen,
wawancara atau klarifikasi informasi yang disampaikan dalam laporan, melalui
sampel dengan menitikberatkan pada informasi yang material. Proses verifikasi
harus dilakukan oleh pihak independen yang tidak terlibat dalam proses
pembuatan laporan, sehingga tidak ada benturan kepentingan dan kualitas proses
verifikasi tetap terjaga. Hasil dari verifikasi adalah pernyataan verifikasi
independen atau assurance independent statement, yang dimuat dalam Laporan
Keberlanjutan. Pihak verifikator adalah lembaga yang mempunyai pengalaman
dan kredibel dalam melakukan verifikasi Laporan Keberlanjutan.

14
II.1.3.8 . Lembar Umpan Balik (Feedback) untuk Pembaca (jika ada)

Bagian ini menyajikan lembar umpan balik bagi pemangku kepentingan


untuk menunjukkan keterbukaan bank dalam menerima input perbaikan atas
Laporan Keberlanjutan. Tanggapan dari lembar umpan balik merupakan salah
satu bagian dari keterlibatan pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan
kualitas informasi yang disampaikan dalam Laporan Keberlanjutan.

II.1.3.9 Tanggapan Bank terhadap Umpan Balik Laporan Tahun


Sebelumnya

Bagian ini menjelaskan respon bank atas umpan balik yang diberikan oleh
pemangku kepentingan. Apabila tidak ada umpan balik, maka bank harus
menyampaikan upaya untuk menjangkau partisipasi pemangku kepentingan atas
keberadaan Laporan Keberlanjutan(Bukhori and Sopian 2017).

II.1.4.Teory of Plananer Behavior

Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA),


dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan
diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut
digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan
intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988, hal lain ditambahkan
pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai
Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurang dekatan yang
ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan
menggunakan TRA (Achmat,2010).

Teori perilaku terencana memiliki 3 variabel independen. Pertama adalah


sikap terhadap perilaku dimana seseorang melakukan penilaian atas sesuatu yang
menguntungkan dan tidak menguntungkan. Kedua adalah faktor sosial disebut
norma subyektif, hal tersebut mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. Ketiga anteseden niat adalah
tingkat persepsi pengendalian perilaku yang, seperti yang kita lihat sebelumnya,
mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku, dan

15
diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai antisipasi
hambatan dan rintangan(Mahyarni 2013).

Teori perilaku terencana membedakan antara tiga jenis kepercayaan (belief)


yaitu behavioral belief, normative belief, dan control belief, dimana hal tersebut
terkait dengan konstruksi sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan
kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control). Perlunya perbedaan
ini, terutama perbedaan antara attitude dan normative beliefs (dan antara attitude
dan subjective norm) kadang-kadang dipertanyakan (misalnya, Miniard & Cohen,
1981). Hal tersebut cukup bisa dikatakan bahwa semua keyakinan
mengasosiasikan perilaku menarik dengan atribut dari beberapa jenis, baik itu
suatu hasil, harapan normatif, atau sumber daya yang dibutuhkan untuk
melakukan perilaku. Dengan demikian mungkin untuk mengintegrasikan semua
keyakinan tentang perilaku yang diberikan untuk mendapatkan ukuran
keseluruhan perilaku disposisi. Keberatan utama untuk pendekatan seperti itu
adalah bahwa hal itu mengaburkan perbedaan yang menarik, baik dari teori dan
dari sudut pandang praktis. Secara teoritis, evaluasi pribadi dari perilaku
(attitude), perilaku sosial yang diharapkan (norma subyektif), dan self-efficacy
dengan perilaku (perceived behavioral control) adalah konsep yang sangat
berbeda masing-masing memiliki tempat yang penting dalam penelitian sosial dan
perilaku. Selain itu, sebagian besar penelitian tentang Theory of Reasoned Action
(TRA) dan pada Theory of Planned Behavior (TPB) telah jelas menetapkan
utilitas dari perbedaan dengan menunjukkan bahwa konstruksi yang berbeda
adalah hubungan antara niat dan behavior (Ajzen,1991).

II.1.4.1 Attitude

Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap


adalah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku
tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral
beliefs. Seorang individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu
ketika ia menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-

16
kepercayaan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku
(behavioral beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap
konsekuensinya (outcome evaluation).

Pada umumnya definisi sikap memiliki kesamaan bahwa sikap diartikan


sebagai evaluasi dari seseorang. Engel Blackwell dan Miniard (1993)
mengemukakan bahwa sikap menunjukan apa yang konsumen sukai dan yang
tidak disukai. Definisi sikap, menggambarkan pandangan kognitif dari psikolog
sosial yang terdiri dari 1) kognitif (pengetahuan), 2) Afektif (emosi dan
perasaan), 3) konatif (tindakan). Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah
ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek apakah disukai atau tidak, dan
sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut
dan manfaat dari objek tersebut. Sikap-sikap tersebut dipercaya memiliki
pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan dengan norma
subjektif dan perceived behavioral control (Achmat, 2010). Ajzen (2001)
mendefinisikan sikap (attitude) sebagai jumlah dari afeksi (perasaan) yang
dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek atau perilaku dan
diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala evaluatif
dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju atau menolak, dan lainnya.

II.1.4.2 Subjective Norm

Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang
secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan suatu
perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk dalam norma-norma subjektif
disebut juga kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan
berniat menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang-
orang lain yang penting berfikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang
lain yang penting tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dsb. Hal ini diketahui
dengan cara menanyai responden untuk menilai apakah orang-orang lain yang
penting tadi cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku
yang dimaksud (Achmat, 2010).

17
Norma subjektif (subjective norm) adalah persepsi atau pandangan
seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi
minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku (Ajzen, 1991).
Norma subjektif merupakan fungsi dari harapan yang dipersepsikan individu
dimana satu atau lebih orang di sekitarnya (misalnya, saudara, teman sejawat)
menyetujui perilaku tertentu dan memotivasi individu tersebut untuk mematuhi
mereka (Ajzen, 1991).

II.1.4.3 Perceived Behavioral Control

Theory of planned behavior (TPB) mengasumsikan bahwa kontrol perilaku


persepsian memiliki implikasi motivasional terhadap niat (Achmat, 2010). Orang-
orang yang percaya bahwa mereka tidak memiliki sumber daya yang ada dan
kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk
niat-niat perilaku yang kuat untuk melakukannya meskipun mereka memiliki
sikap yang positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan
menyetujui seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Kontrol perilaku
persepsian yang telah berubah akan memengaruhi perilaku yang ditampilkan
sehingga tidak sama lagi dengan yang diniatkan(Sayuti and Amin 2019).

Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) didefinisikan


oleh Ajzen (1991) sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan
perilaku. Kontrol perilaku persepsian ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan
mengantisipasi halangan-halangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan
norma subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsian,
semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang
dipertimbangkan. Kontrol perilaku persepsian yang telah berubah akan
memengaruhi perilaku yang ditampilkan sehingga tidak sama lagi dengan yang
diniatkan. Persepsi pengendalian perilaku memainkan peran penting dalam teori
direncanakan perilaku. Bahkan, teori perilaku terencana berbeda dari teori
tindakan beralasan selain atas persepsi pengendalian perilaku(Mahyarni 2013;
Sayuti and Amin 2019).

18
II.2 Model Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian


ini, maka kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini seperti disajikan dalam
model gambar berikut
Kebijakan
51 /Pojk.03/2017 (X1) Promosi, dan
- Prinsip Investasi Bertanggung Jawab Regulasi investasi
- Prinsip Strategi dan Praktik Bisnis perusahaan
Berkelanjutan
- Prinsip Pengelolaan Risiko Sosial dan
Lingkungan Hidup Theory
- Prinsip Tata Kelola Strategi
- Prinsip Komunikasi yang Informatif Behavior Publikasi meningkatkan
- Prinsip Inklusif
- Prinsip Pengembangan Sektor Unggulan Control Laporan Kinerja Perbankan
Prioritas Syariah, dan
variable Keberlanjutan meningkatkan
- Prinsip Koordinasi dan Kolaborasi
(Y) (Z) minat investor

BI, DPS (DSN-


MUI), OJK, dan
juga Bank Umum
Komitmen / Tanggung Jawab Bank Umum Syariah
Syariah (X2)

II.3 Determinan Pengungkapan Laporan Keberlanjutan Peraturan OJK


51/POJK.03/2017 menggunakan Teory of Plananer Behavior

Laporan Keberlanjutan berdasarkan Peraturan OJK 51/POJK.03/2017 dapat


disusun secara terpisah dari laporan tahunan atau sebagai bagian yang tidak
terpisah dari laporan tahunan. Isi Laporan Keberlanjutan diantaranya
mengungkapkan Strategi Keberlanjutan, Kinerja Aspek Keberlanjutan selama 3
tahun terakhir, memuat Profil Singkat Bank, Penjelasan Direksi terkait ringkasan
pencapaian kinerja, tantangan, dan strategi, yang meliputi aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan hidup, menyampaikan komitmen bank dalam menjalankan tata
kelola dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup mulai
dari uraian tugas dan tanggungjawab direksi, penjelasan kompetensi dan
Penjelasan mengenai prosedur bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
memantau, dan mengendalikan risiko atas penerapan Keuangan Berkelanjutan
yang meliputi keterlibatan pemangku kepentingan berdasarkan hasil penilaian
(assessment) manajemen, RUPS dan Melakukan pendekatan yang digunakan bank

19
agar mencapai target bisnis yang dimaksud, dan menjelaskan komitmen bank
dalam membangun budaya keberlanjutan dan melakukan sosialisasi mengenai
budaya keberlanjutan tersebut kepada seluruh pemangku kepentingan/
Stakeholder(OJK 2015). Sumit, Gerard Stone (2020) menemukan Laporan
keberlanjutan yang diberlakukan oleh Exchange (ASX) serta kemudahannya dikakses
informasinya dapat meningkatkan nilai legitimasi perusahaan terkait pentingnya
perhatian perusahaan dalam mendukung Masalah sosial seperti Dukungan
komunitas, karyawan, kesetaraan gender, keberagaman dan lingkungan hal ini
terbuktik secara empirik melalui penelitiannya dapat meningkatkan harga saham
diplatform ASX (Burhany, Dahtiah, and Syarief 2020; Friedman 1962).

Teori perilaku terencana membedakan antara tiga jenis kepercayaan (belief)


yaitu behavioral belief, normative belief, dan control belief, dimana hal tersebut
terkait dengan konstruksi sikap (attitude), norma subyektif (subjective norm), dan
kontrol perilaku yang dirasakan (perceived behavior control). evaluasi dari
seseorang. Engel Blackwell dan Miniard (1993) mengemukakan bahwa sikap
menunjukan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai. Definisi sikap,
menggambarkan pandangan kognitif dari psikolog sosial yang terdiri dari 1)
kognitif (pengetahuan), 2) Afektif (emosi dan perasaan), 3) konatif (tindakan).
Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah ungkapan perasaan konsumen tentang
suatu objek apakah disukai atau tidak, dan sikap juga bisa menggambarkan
kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari objek
tersebut(Mahyarni 2013; Sayuti and Amin 2019).

Norma subjektif (subjective norm) adalah persepsi atau pandangan


seseorang terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi
minat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku(Mahyarni
2013)Nadhira Afdalia, Grace T.Pontoh & Kartini (2014)menemukan TPB Teory
berupa subjective norm pengaruh positif dalam mengambil keputusan menerapkan
PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standart akutansi pemerintah. Nurofik (2013) juga
menemukan subjective norm berpengaruh positif pada mengungkapkan Tanggung
jawab Sosial Perusahaan dan pengungkapan CSR antar perusahaan dirasa penting

20
dan dapat membantu menarik investor(Burhany et al. 2020; Mahyarni 2013;
Sayuti and Amin 2019).

Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) didefinisikan


oleh Ajzen (1991) sebagai kemudahan atau kesulitan persepsian untuk melakukan
perilaku. Kontrol perilaku persepsian ini merefleksikan pengalaman masa lalu dan
mengantisipasi halangan-halangan yang ada sehingga semakin menarik sikap dan
norma subjektif terhadap perilaku, semakin besar kontrol perilaku persepsian,
semakin kuat pula niat seseorang untuk melakukan perilaku yang sedang
dipertimbangkan. Nadhira Afdalia, Grace T.Pontoh & Kartini (2014)menemukan
TPB Teory berupa perceived behavioral control pengaruh positif dalam
mengambil keputusan menerapkan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standart
akutansi pemerintah. Nurofik (2013) juga menemukan perceived behavioral control
berpengaruh positif pada mengungkapkan Tanggung jawab Sosial Perusahaan dan
pengungkapan CSR antar perusahaan dirasa penting dan dapat membantu menarik
investor(Burhany et al. 2020; Mahyarni 2013; Sayuti and Amin 2019).

Berdasarkan pandangan teori penelitian yang di uraikan tersebut terdapat


hipotesis penelitian sebagai berikut
H1= Terdapat pengaruh Sikap/ Atitde pada BUS terhadap keputusan publikasi
laporam berkelanjutan .
H2 = tidak terdapat pengaruh norma subjektif subjektif norm pada BUS terhadap
keputusan publikasi laporan berkelanjutan.
H3= tidak terdapat pengaruh perilaku kontrol yang dirasakan/Perceived Behavior
Control pada BUS terhadap keputusan publikasi laporan berkelanjutan.

21
BAB III.
METODE PENELITIAN

III.1 Desain Penelitian


Penelitian kausal adalah penelitian yang ingin mencari penjelasan dalam
bentuk hubungan sebab-akibat (cause-effect) antar beberapa serta diarahkan untuk
menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat antara beberapa situasi yang
digambarkan dalam variabel dan atas dasar itulah akan ditarik kesimpulan umum
(Ferdinand, 2014). Rancangan kuantitatif riset ini menggunakan kuesioner untuk
meneliti variabel perilaku (attitude), norma subjektif (subjective norms), dan
perilaku kontrol yang dirasakan (perceived behavior control). Sedangkan variabel
penelitian kualitatif riset ini adalah melakukan kajian dan analisis niat
keberdasarkan dengan peraturan otoritas Jasa keuangan no 51/POJK.03/2017
mengenai Penerapan kinerja berkelanjutan pada bank umum syariah dengan
melakukan wawancara pada pihak internal perbankan syariah di Indonesia.
III.2 Definisi Operational Variable
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang diberikan kepada
suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikkan kegiatan untuk mengukur
variabel tersebut Data primer penelitian ini merupakan jawaban atas kuisioner
responden tentang laproan keberlanjutan berdasarkan peraturan OJK terhadap 14
Bank Umum syariah di indonesia yang terdaftar di OJK Berdasarkan
permasalahan dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, variabel-variabel
dalam penelitian ini terdiri atas:

III.2.1.1 Variabel Dependen atau Variabel Terikat


Variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti (Ferdinand, 2006).
Sedangkan menurut Sugiyono (2004) Variabel dependen adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel
dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variabel lain, dimana
nilainya akan berubah jika variabel yang mempengaruhinya berubah. Pada

22
penelitian ini yang menjadi variabel dependen (Y) adalah Theory Behavior
Control variable (TPB)

III.2.1.2 Variabel Independen atau Variabel Bebas


variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya
positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand, 2006). Sedangkan menurut
Sugiyono (2004) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Pada penelitian
ini yang menjadi variabel independen adalah laporan komitment berkelanjutan
Bank Umum Syariah
III.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas kasus yang sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah Semua Bank Umum Syariah yang
terdaftar di OJK. Sampel yang di lakukan pada penelitian ini adalah 14 BUS yang
terdaftar di OJK, Sampel dalam penelitian ini adalah BUS di Indonesia.
III.4 Instrument Penelitian
Data yang digunakan dalam ini berupa data primar yang didapatkan dari
berbagau informasi yang diperoleh melalui keterangan- keterangan dari BUS
berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner,
wawancara maupun pengamatan langsung yang berkaitan dengan variabel-
variabel dalam penelitian. Data responden sangat diperlukan untuk mengetahui
langsung tanggapan responden mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
Sedangkan, Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah
jadi berupa publikasi (Supranto, 1997). Data sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari majalah, jurnal, artikel, dan internet yang telah dipilih sesuai
dengan variabel yang diteliti.
III.5 Teknik Pengumpulan Data
III.5.1 Angket

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi


seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono,2007). Dalam angket atau kuesioner ini menggunakan pengukuran

23
data interval yaitu agree-disagree scale. Skala ini merupakan salah satu
bentuk bipolar adjective, dengan mengembangkan pernyataan iya dan tidak
dalam berbagai rentang nilai (Ferdinand, 2006). Selain itu pada kuesioner ini
terdapat pertanyaan terbuka untuk mengonfirmasi ulang dari jawaban kuantitatif
yang telah dipilih.
III.5.2 Studi Pustaka
Pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca laporan berkelanjutan
serta literatur, jurnal-jurnal, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilakukan.
III.6 Teknik Analisis Data
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam
menganalisis data, sehingga dapat digunakan untuk menguji hipotesis. Analisis
data kualitatif dan data kuantitatif
III.6.1 Teknik Analisis Data
III.6.1.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis indeks,
untuk menggambarkan persepsi responden atas pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan. Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dilakukan dengan standar penyesuaian terhadap masing-masing variabel vektor,
yaitu setiap parameter dianggap mempunyai bobot yang sama. Setelah seluruh
parameter diperiksa kemudian dilakukan perhitungan indeks penerapan kinerja
berkelanjutan bedasarkan formula berikut (Ashari, 2018; Syarief, 2020)

 IPK = Indeks pengungkapan jawaban kuisoner yang diberikan pada BUS


 Nj = Jumlah parameter yang diharapkan diterapkan oleh BUS
 Xtj = nilai penerapan keuangan berkelanjutan pada tahun t untuk bank
umum syariah, j dengan skor 1 apabila parameter keuangan berkelanjutan
diterapkan dan 0 bila tidak diterapkan.
 j= bank umum syariah ke-j, yaitu BUS yang menjadi sampel pada
penelitian ini.

24
III.6.1.2 Teknik Pengujian Hipotesis
Metode analisis data yaitu proses yang berfungsi mengolah hasil
pengkajian dengan tujuan mendapatkan kesimpulan (Monecke & Leisch, 2012).
Pengujian hipotesis dan analisis data memakai metode Structural Equation Model
- Partial Least Square (SEMPLS). SEMPLS ialah teknik modeling hibrida dalam
menyatukan berbagai macam bentuk metode perhitungan statistic, seperti analisis
jalur, analisis faktor dan regresi. PLS yaitu teknik yang sering digunakan sebab
tidak memerlukan data berdistribusi normal atau suatu pengkajian dengan jumlah
sampel kecil. Kelebihan PLS ialah mampu mengendalikan suatu model yang
rumit (kompleks) dengan multiple variabel endogen dan eksogen dan lebihnya
indikator (Latan & Ghozali, 2013). Alasan lain penggunaan SEM-PLS yaitu tidak
mensyaratkan kuantitas sampel yang banyak, dan tidak ada keharusan asumsi
normalitas (Hair et al., 2011). Lalu, PLS mampu dimanfaatkan untuk
mempredikasi dalam menguraikan teori yang masih lemah. Selain itu, PLS
memungkinkan penggunaan algoritma dengan analisis series OLS atau Ordinary
Least Square, karena mampu mengefisiensikan perhitungan algoritma (Ulum et
al., 2008). Software WarPLS 6.0 digunakan untuk mengukur model PLS. Model
pengkajian yang diteliti memiliki konstruk yang bermodel formatif yaitu
keterkaitan second order dengan first order yang dijadikan indikator. Persamaan
pada penelitian dirumuskan sebagai berikut:

 UDD= Atitude
 DI= Subjektif Norm
 KA= Perceived Behaviour Control (PBC)
Untuk mengetahui apakah TPB berpengaruh terhadap praktik keuangan
berkelanjutan berdasarkan peraturan OJK 51/POJK.03/2017.
III.6.1.3 Evaluasi Model Penelitian

Evaluasi model pada SEM-PLS terdiri dari dua tahap yaitu


outer model atau model pengukuran serta evaluasi inner model atau
model structural.

25
a. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Model pengukuran outer model dipergunakan dalam menilai


validitas dan realibitas model. Uji validitas dilaksanakan untuk melihat
kemampuan intrumen penelitian, sebaliknya uji reabilitas dipergunakan
untuk melihat kestabilan alat ukur dalam mengukur konsep. Beberapa
langkah pengukuran outer model, ialah (Hair et al., 2011):
1. Discriminant validity
Nilai Square Root of Average Variance Extracted (AVE) setiap
konstruk dibandingkan dengan korelasi antar konstruk lain dalam
sebuah model, apabila nilai Square Root of Average Variance
Extracted (AVE) lebih besar dari korelasi daripada seluruh
konstruk yang lain, sehingga dinyatakan mempunyai
discriminant validity baik, dengan nilai perhitungan lebih dari 0.5

2. Composite reliability (ρc)


Suatu variabel yang mempunyai composite yang baik ialah
memiliki nilai ≥ 0.7, meskipun bukan standar absolut.

b. Evaluasi Modal Struktural (Inner Model)


Tahapan evaluasi inner model yaitu uji kecocokan model (model
fit), path coefficient serta R2. Uji model fit dipergunakan untuk melihat
kesesuaian antara model dengan data. Ada 3 model indeks pengujian
pada uji kecocokan model average varians factor (AVIF), average path
coefficient (APC) dan average R-square (ARS). Nilai p bagi ARS dan
APC mengharuskan dibawah 0.05 yang berarti signifikan, sedangkan
AVIF yang merupakan parameter multikoleniaritas harus bernilai
dibawah 0.05 (Hair et al., 2011).

26
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, Meidiana. 2018. “Tingkat Pengungkapan Keuangan Berkelanjutan


(Sustainable Finance) Pada Perbankan Di Indonesia.” Skripsi-2018 (2013):1–
10.
Buhr, Nola. 2002. “A Structuration View on the Initiation of Environmental
Reports.” Critical Perspectives on Accounting 13(1):17–38. doi:
10.1006/cpac.2000.0441.

Bukhori, Mochamad Rizki Triansyah, and Dani Sopian. 2017. “Pengaruh


Pengungkapan Sustainability Report Terhadap Kinerja Keuangan.” Jurnal
SIKAP (Sistem Informasi, Keuangan, Auditing Dan Perpajakan) 2(1):35.
doi: 10.32897/sikap.v2i1.62.

Burhany, Dian Imanina, Neneng Dahtiah, and Ahmad Syarief. 2020.


“Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Pada Bank Syariah
Dan Konvensional Beserta Determinannya.” EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan
Keuangan) 4(3):306–31. doi: 10.24034/j25485024.y2020.v4.i3.4531.

Ethics, Business. 2016. “Should Trees Have Managerial Standing ? Toward


Stakeholder Status for Non-Human Nature Mark Starik.” 14(3):207–17.

Fayad, Amal Abou, Razan Ayoub, and Maysam Ayoub. 2017. “Causal
Relationship between CSR and FB in Banks.” Arab Economic and Business
Journal 12(2):93–98. doi: 10.1016/j.aebj.2017.11.001.

Freeman, R. E., & McVea, J. 2001. “A Stakeholder Approach to Strategic


Management.” A Stakeholder Approach to Strategic Management 01–
02(virginia: University of VirginiaMoore, D. L. Lee, J. Y. LoBuglio, A. F.).

Friedman, Milton. 1962. “Capitalism and Freedom.” Capitalism and Freedom 1–


86. doi: 10.4324/9781912281107.

Giannarakis, Grigoris. 2014. “Corporate Governance and Financial Characteristic


Effects on the Extent of Corporate Social Responsibility Disclosure.” Social

27
Responsibility Journal 10(4):569–90. doi: 10.1108/SRJ-02-2013-0008.

Mahyarni. 2013. “Sebuah Kajian Historis Tentang Perilaku.” Jurnal El-Riyasah


4(1):13–23.

Masud, Abdul Kaium, Mohammad Sharif, and Hossain Indo. n.d. “Apakah
Peraturan Hijau Efektif Atau Gagal : Analisis Perbandingan Antara Bank
Bangladesh ( BB ) Panduan Hijau Dan Pelaporan Global Panduan Inisiatif.”

OJK. 2015. “Integrasi Lingkungan Sosial Dan Tata Kelola Bagi Bank Panduan
Untuk Memulai Implementasi.” 1–51.

Otoritas Jasa Keuangan. 2017a. “Pedoman Teknis Bagi Bank Terkait


Implementasi POJK Nomor 51/POJK.03/2017 Tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan (LJK), Emiten, Dan Perusahaan
Publik.” Ojk.Go.Id 0(0):88.

Otoritas Jasa Keuangan. 2017b. “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 51


/POJK.03/2017 Tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga
Jasa Keuangan, Emitten Dan Perusahaan Publik.” Ojk.Go.Id 1–15.

Palazzo, Guido, and Andreas Georg Scherer. 2006. “Corporate Legitimacy as


Deliberation: A Communicative Framework.” Journal of Business Ethics
66(1):71–88. doi: 10.1007/s10551-006-9044-2.

Panjaitan, L., T. 2015. Bank Ramah Lingkungan Panduan Keberlanjutan.

Rusdiono, Leander Resadhatu. 2013. “Analisa Pengungkapan Laporan


Keberlanjutan Dalam Rangka Menilai Kinerja Keberlanjutan Berdasarkan
Panduan Gri G4 Umum Dan Gri Panduan Khusus Layanan Keuangan.”
Universitas Katolik Parahyangan (227).

Sayuti, Khadijah M., and Hanudin Amin. 2019. “Integrating the Effects of Price
Fairness and Islamic Altruism with the TPB Model: The Case of Islamic
Mortgage Adoption.” International Journal of Housing Markets and
Analysis 13(5):791–807. doi: 10.1108/IJHMA-07-2019-0077.

28
Sep, Mon, Heinonline Pdf, Li Lin Liu, K. Raghunandan, Dasaratha Rama,
Katherine Schipper, W. Robert Knechel, Vic Naiker, Gail Pacheco, Min Wu,
Publishing Company, C. Jensen, H. Meckling, Michael s wilkins Hemang
Desai, Chris e. hogan, David Aboody, Ron Kasznik, Jaime J. Schmidt, M.
White, The Academy, Management Journal, Richard A. D. Aveni, S.
Srinivasan, Kxhl J. Y, Jeffrey J. Burks, Mark R. Huson, Paul H. Malatesta,
Robert Parrino, Lucian Bebchuk, Yaniv Grinstein, Robert I. Sutton, Anita L.
Callahan, 大谷強, Matthew S. Kraatz, James H. Moore, Source Strategic,
Management Journal, No Jun, Catherine M. Daily, D. A. N. R. Dalton, Linda
A. Myers, Susan Scholz, Nathan Y. Sharp, Wendy M. Wilson, Siew Hong
Teoh, T. J. Wong, Patricia M. Dechow, Richard G. Sloan, Amy Patricia
Sweeney, Ronald J. Bakers, Bill McDonald, Robert E. Miller, M. C.
Suchman, Andrew J. Leone, Michelle Liu, Zoe Vonna Palmrose, Susan
Scholz, Vernon J. Richardson, Susan Scholz, Paul A. Griffin, David H. Lont,
Jerold B. Warner, Ross L. Watts, Karen H. Wruck, David B. Farber, K.
Raghunandan, William J. Read, J. Scott Whisenant, Donald C. Hambrick,
Richard A. D’Aveni, Robert A. Howell, Qiang Cheng, David B. Farber,
Stuart Gilson, Michael Vetsuypens, 山口悠, 口田圭吾, Glenn R. Carroll,
Rebecca Files, Edward P. Swanson, Senyo Tse, Linda Elizabeth Deangelo,
Rebecca Files, Nathan Y. Sharp, Anne M. Thompson, Marlene Plumlee, Teri
Lombardi Yohn, Jere R. Francis, Earl R. Wilson, Anup Agrawal, Tommy
Cooper, M. L. Arthaud-Day, C. M. Dalton, S. T. Certo, and D. A. N. R.
Dalton. 2008. “Executive Migration and Institutional Change Author ( s ):
Matthew S . Kraatz and James H . Moore Published by : Academy of
Management Stable URL : Https://Www.Jstor.Org/Stable/3069288.”
Accounting Review 29(1):34.

Syarief, M. Edman. 2020. “PENGUNGKAPAN PERUSAHAAN: FINANSIAL


ATAU NON-FINANSIAL STUDI KASUS PADA EMITEN SYARIAH DI
INDONESIA.” Jurnal ASET (Akuntansi Riset) 12(1):130–43. doi:
10.17509/jaset.v12i1.23414.

29
Lampiran I
Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Nama Peneliti (Tahun


Judul Penelitian: Theory Of Planned Behavior Dan Readiness For Change Dalam Memprediksi
Niat Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Hubungan antar Variabel
Hasil
No. Variabel Independen Variabel Dependen (Berpengaruh positif/negatif,
Tidak berpengaruh)
1. TPB Teory Nomor 71 Tahun 2010 Analisis ini di lakukan terhadap
aparatur pemerintah daerah kota dan
kabupaten se-Sulawesi menunjukkan
pengaruh positif dalam mengambil
keputusan menerapkan PP Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standart
akutansi pemerintah.

2. Nama Peneliti (Tahun): Nurofik (2013)


Judul Penelitian: Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Dan Kontrol Perilaku Pada Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Hubungan antar Variabel
Hasil
No. Variabel Independen Variabel Dependen (Berpengaruh positif / negatif, Tidak
berpengaruh)
1. TPB Teory Niat untuk publikasi CSR Hasil Dalam penelitian terhadap
manajer 32 perusahaan yang terdaftar
di BEI setuju untuk mengungkapkan
Tanggung jawab Sosial Perusahaan
dan pengungkapan CSR antar
perusahaan dirasa penting dan dapat
membantu menarik investor.
3. Nama Peneliti (Tahun): Azizah Abdul Manaf (2014)
Judul Penelitian: Information Technology Governance: Applying the Theory of Planned
Behaviour
Hubungan antar Variabel
Hasil
No. Variabel Independen Variabel Dependen (Berpengaruh positif/negatif, Tidak
berpengaruh)
1. TPB Theory IT Governance Penelitian dilaksanakan terhadap
Practitioners para praktisi IT perusahaan di
malaysia dengan hasil hubungan
yang tidak signifikan antar
partisipasi/ penghargaan dengan
keputusan pentingnya mengadopsi
tatakelola dalam IT perusahaan
4. Nama Peneliti (Tahun): Sumit Lodhia, Amanpreet Kaur & Gerard Stone (2020)

30
Judul Penelitian: The use of social media as a legitimation tool for sustainability reporting A study
of the top 50 Australian Stock Exchange (ASX) listed companies
Hubungan antar Variabel
Hasil
No. Variabel Independen Variabel Dependen (Berpengaruh positif/negatif, Tidak
berpengaruh)
1. Laporan Keberlanjutan Media sosial; facebook, Temuan studi ini menunjukkan
perusahaan twitter dan linkedin penggunaan media sosial yang
terbatas oleh 50 Saham Australia
teratasPerusahaan yang terdaftar di
Exchange (ASX) untuk pelaporan
keberlanjutan karena hanya 46
persen dari perusahaan yang
menggunakannya Facebook, Twitter
dan / atau LinkedIn. Namun
demikian, perusahaan-perusahaan
yang secara aktif menggunakan
media sosial itu mampu mencari
legitimasi melalui keterbukaan
informasi dan dialog dengan
pemangku kepentingan. Masalah
sosial seperti Dukungan komunitas,
karyawan, kesetaraan gender dan
keberagaman mendominasi tiga
platform media sosialjika
dibandingkan dengan masalah
lingkungan dan semua
pengungkapan bernada positif.
Pengungkapan ini pada gilirannya
membingkai dialog dengan
pemangku kepentingan, yang
mengarah ke penggunaan platform
media sosial yang disukai
danmemungkinkan kontrol yang erat
atas diskusi online
5. Nama Peneliti (Tahun): Carol A. Adams (2013)
Judul Penelitian: Sustainability reporting and performance management in universities Challenges
and benefits
Hubungan antar Variabel
Hasil
No. Variabel Independen Variabel Dependen (Berpengaruh positif/negatif, Tidak
berpengaruh)
Laporan Keberlanjutan Managemen lembaga Makalah ini menemukan bahwa
pendidikan/universitas; GRI praktik universitas dalam pelaporan
Standart dan kinerja keberlanjutanpengelolaan
secara signifikan tertinggal dari
sektor lain dan jauh dari
mengoptimalkan potensi sektor
tersebutuntuk mempengaruhi
perubahan transformasional melalui
transfer pengetahuan.Batasan /
implikasi penelitian - Makalah ini
menyarankan beberapa area untuk

31
penelitian lebih lanjut
6. Nama Peneliti (Tahun):
Judul Penelitian: Sustainability key performance indicators and the global reporting initiative:
usage and challenges in a developing country context
Hubungan antar Variabel
Hasil
No. Variabel Independen Variabel Dependen (Berpengaruh positif/negatif, Tidak
berpengaruh)
Laporan Keberlanjutan; KPI keberlanjutan Temuan menunjukkan bahwa
GRI standart kerangka GRI semakin banyak
digunakan untuk pelaporan
keberlanjutanoleh perusahaan Sri
Lanka karena fleksibilitas,
konsistensi, legitimasi, dan fokusnya
pada kesinambunganperbaikan.
Namun, manajer perusahaan juga
menjelaskan banyaknya KPI di
GRIkerangka kerja membuat pilihan
menantang dan kesulitan yang
diakibatkan yang terkait dengan
adaptasi KPI iniuntuk perusahaan
yang beroperasi dalam konteks
negara berkembang.

32
Lampiran II
ANGKET PENELITIAN

Kepada yth.
Bapak/ibu/Sdr/i Responden
Di Tempat.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan melingkari jawaban yang
paling sesuai dengan kondisi anda.

I. IDENTITAS RESPONDEN
1. Jenis Kelamin :
a. Pria b. Wanita
2. Usia:
a. 20-24 Tahun c. 30-34 Tahun e. >40 Tahun
b. 25-29 Tahun d. 35-39 Tahun
3. Warga Negera:
a. Indonesia b. Lainnya (.......................)
4. Lama Berkerja di perusahaan saat ini:
a. 1-3 Tahun c. 6-9 Tahun e. >12 Tahun
b. 3-6 Tahun d. 10-12 Tahun

II. PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER


1. Mohon dengan hormat, bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/Sdri
Responden untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada pada kuesioner
ini.
2. Untuk pertanyaan-pertanyaan berikut ini, silahkan memberikan pilihan aban
dengan memberikan tanda (√) Berikut ini keterangan alternatif jawaban
yang tersedia:

33
JAWABAN
NO PERTANYAAN
Ya Tidak Keterangan
ATTITUDE
Bank telah menerapkan visi ,misi, strategi
1. kebijakan dan progam serta target bisnis
implementasi keuangan berkelanjutan .
Bank mengadakan kegiatan internal seperti
efisiensi penggunaan energi (misalnya
2.
listrik dan air), bangunan hijau, efisiensi
penggunaan kertas dan plastik.
Bank berkomitmen memberikan
remunerasi sesuai dengan peraturan
pemerintah.Jaminan lingkungan kerja yang
layak dan aman untuk semua pekerja serta
3.
paling utama Pelatihan dan pengembangan
kemampuan pegawai, terutama untuk
mendukung penerapan Keuangan
Berkelanjutan.
Bank Melakukan Kegiatan internal untuk
menjalankan implementasi keuangan
4.
berkelanjutan dengan memberikan edukasi
kepada karyawan
Bank berkomitmen untuk memberikan
layanan yang setara kepada konsumen atas
produk dan/atau jasa dimaksudkan, serta
5. menyampaikan informasi produk dan/atau
jasa yang akurat kepada konsumen terkait
dampak positif dan negatif mengenai
lingkunya yang diperlukan
Bank berkomitmen memberikan kegiatan
yang menghasilkan dampak positif dan
dampak negatif terhadap masyarakat serta
pengembangan wilayah operasional di
daerah tertinggal termasuk literasi dan
6.
inklusi keuangan. Dan Mekanisme
pengaduan masyarakat serta jumlah
pengaduan masyarakat yang diterima dan
ditindaklanjuti dan memuat Tanggung
Jawab sosial & lingkungan (TJSL)
Penerapan keuangan berkelanjutan
7. mengikuti panduan POJK
51/POJK.03/2017

34
JAWABAN
NO PERTANYAAN
Ya Tidak Keterangan
Subjective Norms
POJK mempengruhi inovasi dan
1. pengembangan Produk dan/atau Jasa
Keuangan Berkelanjutan
Bank syariah di Indonesia melaksanakan
kebijakan berupa kegiatan TJSL yang
terkait dengan peningkatan kualitas
2.
lingkungan hidup dan mendukung bisnis
inti bank adalah cara yang tepat dalam
mendukung keuangan berkelanjutan
Dampak positif dan dampak negatif yang
ditimbulkan dari produk dan/atau jasa
Keuangan Berkelanjutan dari perusahaan
3.
dan proses distribusi untuk mitigasi harus
dilakukan untuk menanggulangi dampak
negatif.
Stakeholder berpikir bank harus terlibat
dalam proses bisnis keuangan
4. keberlanjutan dengan menyesuaikan visi,
misi, tatakelola , SPO dan Progam yang
mendukung keuangan berkelanjutan
Bank komitmen dalam membangun
budaya keberlanjutan dan melakukan
sosialisasi mengenai budaya keberlanjutan
5. tersebut kepada seluruh pemangku
kepentingan. Budaya keberlanjutan ini
penting dibangun untuk mencapai kinerja
keberlanjutan.
Bank komitmen untuk menjamin
kesetaraan & kesempatan bekerja, tidak
ada tenaga kerja paksa dan tenaga kerja
6. anak. Persentase remunerasi pegawai tetap
di tingkat terendah terhadap upah
minimum regional perlu disampaikan agar
pemangku
Stakeholder berpendapat keuangan
7. berkelanjutan yang tepat adalah sesuai
panduan POJK 51/POJK.03/2017

JAWABAN
NO PERTANYAAN
Ya Tidak Keterangan

35
Perceived behavior control
Bank mampu melaporkan perbandingan
target dan kinerja portofolio, target
1. pembiayaan, atau investasi pada instrumen
keuangan atau proyek yang sejalan dengan
penerapan Keuangan Berkelanjutan
Bank bersedia mengadakan alokasi
pendanaan TJSL pada aktivitas
2.
pembiayaan atau investasi dengan dampak
lingkungan yang tinggi.
Bank bersedia mengadakan kegiatan TJSL
yang terkait dengan peningkatan kualitas
3.
lingkungan hidup dan mendukung bisnis
inti bank
Bank dapat menyampaikan secara rinci
kinerja perusahaan pada aspek ekonomi,
4.
sosial dan lingkungan hidup menyatu pada
portofolio produk dan/atau jasa bank.
Bank dapat menyusun program edukasi
nasabah sehingga bank juga mendapat
5.
manfaat untuk menyempurnakan program
keuangan berkelanjutannya.
Bank dapat melakukan Penyusunan Sistem
Pengelolaan Bisnis yang mengintegrasikan
6.
Komponen Lingkungan Hidup, Sosial dan
Tata Kelola Dalam Pengelolaan Risiko
Bank membuat laporan Keuangan
7. Bekelanjutan yang sesuai format
POJK51/POJK.03/2017.

36

Anda mungkin juga menyukai