Ringkasan Tesis
Dosen Pembimbing:
Oleh:
18/432446/PEK/23712
ABSTRAK
Tujuan – Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis internalisasi konsep Tri Hita Karana
(THK) dalam usaha pencegahan fraud di lembaga mikro di Indonesia terutama pada studi
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang mengalami fraud.
Metode Penelitian – Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
penelitian etnografi. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi partisipatif,
wawancara, dan analisis artefak. Wawancara dilaksanakan pada LPD yang terlibat fraud
maupun yang tidak terlibat fraud.
Temuan – Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa dari segi religiositas berdasarkan
dimensi Ozer dkk. (2011) yakni behaviour, effect, dan affect, LPD Nyuh Kuning telah
melaksanakan praktik THK dengan baik. Berdasarkan pencegahan fraud yang dilaksanakan
LPD Nyuh Kuning telah melaksanakan pencegahan fraud berdasarkan dimensi Thompson
(1992) yang diinternalisasi dengan THK, sedangkan LPD X yang bertindak fraud tidak dapat
melaksanakan pencegahan fraud dengan baik. Berdasarkan teori fraud diamond LPD Nyuh
Kuning melaksanakan pencegahan untuk memitigasi faktor penyebab fraud yang
diinternalisasi dengan THK dan LPD X mengalami fraud karena adanya tekanan, kesempatan,
rasionalisasi, dan kapabilitas yang dialami pelaku. Hasil penelitian ini adalah terdapat
internalisasi THK pada LPD yang tidak terlibat fraud, dan sebaliknya, LPD yang terlibat fraud
tidak dapat melaksanakan internalisasi THK dengan baik. Penelitian ini juga membuktikan
bahwa nilai-nilai dalam THK sejalan dengan nilai-nilai yang diperlukan pada usaha
pencegahan fraud.
Orisinalitas - Penelitian yang mengkaji internalisasi THK dalam usaha pencegahan fraud
khususnya di LPD masih terbatas. Di sisi lain, LPD khususnya di Bali memiliki peran yang
sangat besar sehingga penelitian dalam rangka upaya pencegahan fraud di LPD sangat
diperlukan.
Kata Kunci: Tri Hita Karana, teori fraud diamond, Lembaga Perkreditan Desa (LPD), fraud,
etnografi
Pendahuluan dan telah mendapatkan vonis hukuman
Lembaga keuangan mikro dikenal di (Balipost, 2019).
berbagai negara berkembang untuk Kasus fraud lainnya terjadi pada LPD
menghadapi masalah kemiskinan (Kumar Bebetin (Suyatra, 2018). Suyatra (2018)
dan Gupta, 2011). Lembaga keuangan menyatakan bahwa penyaluran kredit fiktif
mikro telah berevolusi untuk membantu terjadi pada LPD Bebetin. Hal tersebut
masyarakat yang biasanya dikesampingkan dilakukan oleh mantan ketua pengurus
oleh lembaga keuangan konvensional LPD Bebetin dengan masa jabatan 1989-
seperti menyediakan kredit usaha (Weiss 2014.Fraud cost yang ditimbulkan dari
dan Montgomery, 2007). kasus LPD Bebetin sangat tinggi yakni
Indonesia menjadi salah satu negara sejumlah Rp 2,4 Miliar sehingga
yang berupaya membangun lembaga menyebabkan mantan ketua pengurus LPD
keuangan mikro yang bertujuan untuk tersebut ditahan.
mendukung perekonomian masyarakat. Kasus fraud juga terjadi pada LPD
Pernyataan tersebut didukung dengan Sangsit. Penggelapan dana nasabah
dibangunnya Lembaga Dana dan Kredit dilaksanakan oleh tiga pengurus LPD.
Pedesaan (LDKP) oleh Financial Fraud cost yang ditimbulkan diperkirakan
Institution Development (FID) pada tahun sebesar 600 juta (Dewatapos, 2019). Kasus
1964 (Aryasa, 2018). Hampir seluruh fraud juga terjadi pada LPD Tanggahan
wilayah Indonesia membentuk LDKP Peken pada Juli 2018 (Tribune, 2018).
dengan istilah yang berbeda-beda Total dana yang tidak dapat ditarik di LPD
(Ramantha, 2010). Perubahan aturan tersebut sebesar Rp 145.000.000 (Redaksi-
terjadi pada LDKP dan nama LDKP Nusabali, 2019). Pengurus LPD tersebut
berubah menjadi Bank Perkreditan Rakyat dinyatakan telah melaksanakan tindakan
(BPR) (Bank Indonesia, 2008). Perubahan penggelapan dana nasabah (Tribune,
tersebut tidak terjadi pada seluruh LDKP 2018).
Indonesia (Aryasa, 2018). Konsep LDKP Fraud rentan terjadi pada setiap
masih digunakan di Provinsi Bali dengan organisasi (IIA, 2009). Fraud adalah hal
istilah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ilegal yang ditandai dengan tipu daya,
(Ramantha, 2010). penyembunyian, atau pelanggaran
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 kepercayaan (IIA, 2009).
Tahun 2017 tentang Lembaga Perkreditan Kasus fraud tersebut sangat
Desa, 20 persen keuntungan bersih LPD bertentangan dengan ajaran agama Hindu,
dimanfaatkan untuk dana pembangunan salah satunya Tri Hita Karana (THK).
desa. Hal itu menyiratkan bahwa LPD THK adalah hubungan harmonis yang
memiliki peranan penting untuk suatu desa dijaga serta dilaksanakan dalam kehidupan
adat dalam mendukung kehidupan sosial, masyarakat Hindu di Bali (Astawa, 2013).
budaya, serta ekonomi (Aryasa, 2018). THK terdiri dari palemahan (harmonisasi
Namun, terdapat kasus fraud besar terjadi antara manusia dengan lingkungan),
pada beberapa LPD dan mencoreng citra pawongan (harmonisasi antara manusia
LPD. dengan sesama manusia), dan
Kasus-kasus tersebut antara lain, parahyangan (harmonisasi antara manusia
kasus fraud LPD Kapal yang dilaksanakan dengan Tuhan) (Astawa, 2018). THK
oleh pengurus LPD tersebut (Balipost, merupakan cerminan bahwa hubungan
2019). Sebanyak 15.000 nasabah yang harmonis akan mewujudkan kebaikan
mengalami kerugian sebesar Rp 15 Miliar (Wirajaya, dkk. 2014).
akibat kasus penggelapan dana nasabah. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2017
Lima kolektor dan mantan ketua LPD Pasal 23 menjelaskan bahwa 20 % dari
menjadi terdakwa dalam kasus tersebut profit yang diperoleh di LPD digunakan
untuk dana pembangunan desa dan 5 %
digunakan untuk dana sosial. Dana THK juga memiliki keterkaitan
pembangunan desa dan dana sosial dengan tiga elemen budaya (Windia &
digunakan untuk mewujudkan kegiatan Dewi, 2007). Budaya memiliki tiga
yang mencerminkan konsep parahyangan, elemen, yaitu subsistem sosial, subsistem
palemahan, dan pawongan. Dana yang nilai, serta subsistem artefak
disumbangkan LPD untuk mewujudkan (Koentjaraningrat, 2005). Windia dan
kegiatan berdasarkan konsep THK, terdiri Dewi (2007) menyatakan bahwa subsistem
dari dana pembangunan, dana untuk sosial merupakan masyarakat dalam
pemangku (pemimpin upacara di pura), melaksanakan kehidupan sosial yang
dana pendidikan atau bantuan beasiswa, terwujud dalam konsep pawongan.
dana bantuan ngaben, dana untuk Subsistem nilai merupakan konsep nilai-
kebersihan lingkungan dan lain-lain. nilai dalam melaksanakan kehidupan yang
Internalisasi THK juga penting terwujud dalam konsep parahyangan
dilaksanakan dalam lingkungan kerja. (Windia dan Dewi, 2007). Subsistem
THK dilaksanakan demi terciptanya artefak merupakan lingkungan sekitar yang
mokshartam jagadhita ya ca iti dharma terwujud dalam konsep palemahan
(kebahagiaan lahir batin). Internalisasi (Windia dan Dewi, 2007). Elemen budaya
THK yang dilaksanakan pada lingkungan ini merupakan salah satu faktor penting
kerja akan memberikan kebahagiaan dan dalam analisis penelitian.
kesejahteraan sehingga diharapkan dapat Berdasarkan aspek budaya, desain
mencegah tindakan menyimpang seperti penelitian etnografi menjadi desain
fraud. penelitian yang dipilih dalam penelitian ini
Pencegahan fraud adalah hal penting untuk memberikan pemahaman mengenai
untuk dilaksanakan setiap organisasi atau internalisasi THK dalam usaha pencegahan
perusahaan. Pencegahan fraud diibaratkan fraud pada LPD. Penelitian dilaksanakan
seperti melawan sakit pada tubuh manusia, pada LPD yang melaksanakan Perda No. 3
yaitu lebih baik melakukan pencegahan Tahun 2017 tentang LPD Pasal 23 yakni
daripada melakukan pengobatan karena LPD Nyuh Kuning dan LPD X yang
akan berakibat pada pengeluaran yang melakukan tindakan fraud. Desain
lebih tinggi (Tuanakotta, 2010). penelitian etnografi juga dipilih untuk
Berbagai kasus fraud di LPD menciptakan orisinalitas karena sebagian
mencerminkan bahwa kasus tersebut besar penelitian-penelitian sebelumnya
sangat berlawanan dengan konsep THK yang berkaitan dengan pencegahan fraud
yaitu konsep pendirian LPD. menggunakan desain penelitian studi kasus
THK merupakan salah satu nilai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
dalam agama Hindu (Astawa, 2013). Desain penelitian etnografi digunakan
Weaver dan Agle (2002) menjelaskan untuk mendeskripsikan serta menganalisis
bahwa religiositas atau pengetahuan serta kebudayaan sehingga memperoleh
kepercayaan agama tidak hanya pengetahuan atau pandangan mengenai
berimplikasi terhadap etika perusahaan budaya tersebut serta hubungannya dengan
namun berimplikasi juga terhadap tingkah laku atau kehidupan sehari-hari
pentingnya sikap etis secara menyeluruh. (Spradley, 2007).
Kepercayaan agama juga berimplikasi Penelitian ini menggunakan teori
terhadap ethical judgement serta dapat fraud diamond untuk alat analisis kasus
membentuk keinginan dalam fraud karena berbagai kasus fraud di LPD
melaksanakan tindakan berdasarkan dilaksanakan oleh pengurus LPD yang
judgment (Weaver dan Agle, 2002). memiliki kapabilitas. Teori fraud diamond
Ethical judgement adalah penilaian tentang digunakan untuk menganalisis usaha
suatu tindakan tersebut etis atau tidak etis pencegahan fraud yang dilaksanakan
(Velasquez, 2006).
melalui proses internalisasi THK pada THK yang dilaksanakan LPD serta
LPD di Bali. pengurus LPD berdasarkan dimensi
Penelitian ini dilaksanakan untuk religiositas menurut Ozer, dkk. (2011)
mengkaji internalisasi THK pada LPD yang dimodifikasi agar sesuai dengan
yang melaksanakan Perda No. 3 Tahun nilai-nilai agama Hindu dan relevan
2017 dan LPD yang melakukan tindakan dengan penelitian ini. Dimensi religiositas
fraud. Penelitian ini memiliki urgensi tersebut terdiri dari dimensi perasaan
untuk memberikan analisis dari segi (affect), perilaku (behaviour), dan efek
budaya karena berbagai kasus fraud yang (effect). Affect untuk menganalisis
terjadi sangat bertentangan dengan ajaran pentingnya agama Hindu serta nilai THK
agama Hindu salah satunya nilai THK. pada kehidupan. Behaviour untuk
menganalisis tindakan yang dilaksanakan
Landasan Teori sesuai dengan ajaran agama Hindu
Teori Fraud Diamond khususnya nilai THK. Effect untuk
Teori fraud diamond dikemukakan oleh menganalisis dampak dari pengamalan
Wolfe dan Hermanson (2004). Fraud nilai agama khususnya nilai THK.
diamond adalah pengembangan dari teori Definisi Fraud
Fraud Triangle oleh Cressey (1953). `Fraud adalah tindakan ilegal yang
Elemen-elemen dari fraud diamond adalah ditandai dengan pelanggaran kepercayaan,
tekanan, kesempatan, rasionalisasi, serta tipu daya, atau penyembunyian (IIA,
kapabilitas. 2009).
a. Tekanan (Pressure), pelaku fraud Pencegahan Fraud
biasanya menghadapi berbagai macam Menurut Thompson (1992) terdapat
tekanan sehingga melakukan tindakan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
fraud. fraud, yakni penyelidikan calon pegawai,
b. Kesempatan (Opportunity), fraud dapat menekan kesempatan fraud, menciptakan
dilaksanakan jika adanya kesempatan lingkungan kerja yang dapat mendeteksi
untuk melaksanakan tindakan fraud. perbuatan yang tidak jujur, serta hukuman
c. Rasionalisasi (Rationalization), pada setiap perilaku tidak jujur di tempat
merupakan tindakan pembenaran kerja.
(Dorminey, dkk., 2010). Tri Hita Karana (THK)
d. Kapabilitas (Capability), Wolfe dan Tri Hita Karana secara harfiah kata
Hermanson (2004) berpendapat bahwa ‘tri’ artinya tiga, kata ‘hita’ artinya
berbagai fraud khususnya yang kebahagiaan, serta ‘karana’ artinya sebab
memiliki nominal besar tidak mungkin (Astawa, 2013). Berdasarkan hal tersebut,
dapat terlaksana jika tidak ada oknum- THK didefinisikan sebagai tiga hal
oknum tertentu dengan kapabilitas. penyebab manusia mendapatkan
kesejahteraan, kedamaian atau
Tinjauan Pustaka kebahagiaan (Wirajaya, dkk., 2014).
Religiositas Keharmonisan berdasarkan THK, terdiri
Religiositas adalah konsep multidimensi atas:
yang menggabungkan aspek kognisi, 1. Keharmonisan atau keselarasan
tradisi, pengalaman dan perilaku (Glock & hubungan manusia dengan Ida Sang
Stark, 1965). Religiositas merupakan Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
kepercayaan kepada Tuhan dengan Maha Esa) (parhyangan);
berkomitmen untuk menjalankan prinsip 2. Keharmonisan atau keselarasan
ketuhanan (McDaniel dan Bunet, 1990). hubungan manusia dengan sesama
Konsep religiositas digunakan dalam (manusia) (pawongan);
penelitian ini untuk menganalisis 3. Keharmonisan atau keselarasan
bagaimana nilai agama Hindu khususnya hubungan manusia dengan
lingkungan (palemahan) keuangan mikro di Bali. Budaya
(Damayanthi, 2011; Astawa, 2013; harmonis (THK) memiliki pengaruh
Suardikha, 2013). signifikan pada pembayaran kredit
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) karena konsep harmonisasi dengan
Menurut Perda Provinsi Bali No. 3 tahun Tuhan, manusia dan alam akan
2001 tentang Desa Pakraman, dinyatakan menghasilkan kejujuran, ketulusan
bahwa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam organisasi dan masyarakat.
adalah lembaga yang dibangun, dikelola Sedangkan dalam penelitian tersebut,
serta dimiliki oleh desa pakraman serta pelatihan kewirausahaan tidak
hanya melayani anggota desa pakraman berpengaruh pada kinerja pembayaran
atau masyarakat (krama desa) dari desa kredit.
pakraman tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan desain
1) Thompson (1992) menyatakan bahwa penelitian etnografi untuk mendapatkan
ada empat cara agar fraud dapat pemahaman nilai THK untuk mencegah
dicegah yakni dengan melaksanakan fraud pada LPD di Bali yang dipraktikan
penyelidikan pada latar belakang pada kehidupan sehari-hari. Desain
calon pegawai, pemasok, serta penelitian etnografi berguna untuk
rekanan, menekan kesempatan untuk mendapatkan analisis dan deskripsi
melaksanakan fraud, menciptakan kebudayaan, yang bertujuan untuk
lingkungan kerja yang dapat memahami pengetahuan (pandangan) dan
mendeteksi perbuatan tidak jujur, serta hubungannya dengan tingkah laku atau
memberi hukuman atau tidak memberi kehidupan sehari-hari (Kuntowijoyo,
toleransi pada setiap tindakan tidak 1987).
jujur di tempat kerja. Menurut Brownislaw Malinowski
2) Wirajaya dkk. (2014) menjelaskan (dalam Spradley, 2007), tujuan enografi
dimensi THK pada akuntabilitas Desa ialah memahami sudut pandang penduduk
Kuta. Akuntabilitas dalam perspektif asli, berkaitan dengan kehidupan untuk
pawongan dijelaskan bahwa memperoleh pandangan mengenai
organisasi Desa Kuta menggunakan dunianya. Berdasarkan pendapat tersebut,
informasi akuntansi untuk memenuhi penelitian ini dilaksanakan untuk
tanggung jawab kepada stakeholder, memahami sudut pandang dari para
yakni masyarakat desa (krama), pengurus LPD serta masyarakat mengenai
investor dan pemerintah. Akuntabilitas internalisasi nilai THK dalam usaha
dalam perspektif palemahan pencegahan fraud di LPD.
diimplementasikan oleh organisasi Teknik Pengumpulan Data
sebagai bentuk akuntabilitas Teknik pengumpulan data yang
organisasi dalam kegiatan lingkungan, dilakukan dalam penelitian ini, yakni:
seperti membuat unit monitoring 1) Analisis artefak adalah analisis objek-
pantai, kebersihan lingkungan, dan objek serta dokumen-dokumen di LPD
lain-lain. Akuntabilitas dalam Desa Pakraman Nyuh Kuning.
perspektif parahyangan dilaksanakan 2) Observasi partisipatif adalah observasi
melalui serangkaian piodalan yang dilakukan peneliti untuk
(kegiatan upacara agama di pura) di mendapatkan pemahaman implementasi
Desa Kuta. THK dalam usaha pencegahan fraud.
3) Astawa (2018) meneliti tentang Hal tersebut dilakukan dengan cara
pengaruh budaya hamornis (THK) dan menjadi pegawai magang pada LPD
pelatihan kewirausahaan pada kinerja Nyuh Kuning kurang lebih selama
pembayaran kredit di lembaga sebulan.
3) Wawancara semi terstruktur dapat berupa gambaran spesifik lokasi
dilaksanakan dengan lebih bebas namun penelitian atau informasi deskriptif
tetap menggunakan pedoman tentang informan.
wawancara. Hal tersebut dilakukan 6) Menyusun interpretasi dalam
untuk memperoleh permasalahan secara penelitian kualitatif. Interpretasi ini
lebih terbuka dengan informan yang dapat bersifat pribadi, berbasis
diwawancarai (Sugiyono, 2015). penelitian, dan tindakan.
Wawancara semi terstruktur
direncanakan dengan tatap muka Hasil dan Pembahasan
dengan informan berjumlah 17 orang Religiositas
dengan waktu kurang lebih selama 45 THK memberikan pandangan bahwa untuk
menit, namun yang bersedia mencapai proses menuju kehidupan yang
diwawancara hanya 9 orang. sejahtera, manusia diperlukan untuk
berusaha menjaga keharmonisan atau
Teknik Analisis Data keserasian. Keharmonisan menurut THK
Penelitian ini menggunakan langkah yang terdiri dari:
dikembangkan Creswell (2016) yang 1. keharmonisan antara manusia dengan
terdiri dari enam langkah yang dimulai Tuhan Yang Maha Esa (parhyangan);
dari mengolah dan mempersiapkan data 2. keharmonisan manusia dengan
untuk dianalisis hingga penyusunan lingkungan atau alam (palemahan);
interpretasi. 3. keharmonisan antara manusia dengan
1) Mengolah dan mempersiapkan data manusia atau sesamanya (pawongan)
mentah untuk dianalisis. Langkah ini (Damayanthi, 2011; Astawa, 2013;
mencakup transkrip wawancara, Suardikha, 2013).
menulis data yang diperoleh dari Religiositas digunakan dalam
lapangan meliputi analisis artefak serta penelitian ini untuk menganalisis nilai
observasi partisipatif, dan agama Hindu khususnya THK yang
mengelompokkannya berdasarkan dilaksanakan LPD serta pengurus LPD
sumber informasi. berdasarkan dimensi religiositas menurut
2) Membaca data secara keseluruhan. Ozer, dkk. (2011) yang dimodifikasi agar
Langkah ini merujuk pada penyusunan sesuai dengan nilai-nilai agama Hindu dan
catatan-catatan khusus dan gagasan relevan dengan penelitian ini. Dimensi
umum yang diperoleh dalam informasi religiositas tersebut terdiri dari dimensi
yang diberikan informan, cara perasaan (affect), perilaku (behaviour), dan
penuturan, kesan, kedalaman, dan efek (effect). Affect untuk menganalisis
kredibilitas informasi. pentingnya agama Hindu serta nilai THK
3) Melakukan coding semua data. Peneliti pada kehidupan. Behaviour untuk
menyusun sebuah codebook yang menganalisis tindakan yang dilaksanakan
berisi kode-kode yang ditemukan sesuai dengan ajaran agama Hindu
termasuk definisi singkat maupun khususnya nilai THK. Effect untuk
lengkap kode tersebut, serta contoh menganalisis dampak dari pengamalan
penggunaannya. nilai agama khususnya nilai THK.
4) Menggunakan coding untuk Berdasarkan aspek behaviour (tindakan)
mendeskripsikan setting, orang untuk menganalisis perilaku yang
(informan), kategori dan tema yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama
akan dianalisis. Deskripsi merupakan Hindu khususnya nilai THK di LPD ialah
tahap penyampaian informasi secara sebagai berikut.
detail.
5) Menyajikan tema dan deskripsi dalam
narasi atau laporan kualitatif. Sajian ini
Tabel 1. Perbandingan Penerapan THK THK Prak- Praktik LPD Praktik LPD
LPD Nyuh Kuning (Tidak Fraud) dan Tik Nyuh Kuning X Fraud
Paras Rasa empati Masih
LPD yang melaksanakan Fraud Paros dengan dipersulit
THK Prak- Praktik LPD Praktik LPD X Sagilik menolong ketika ingin
tik Nyuh Kuning Fraud Saguluk warga misal melaksanakan
Sradha Tidak ada Tidak ada CCTV Sarpa- warga sakit kredit
CCTV namun dan hal tersebut Naya meminjam uang
tetap bekerja mempermudah tidak boleh
jujur karena pelaku untuk dipersulit
memiliki sradha bekerja tidak jujur Adat LPD dan warga LPD dan
(kepercayaan dan pelaku Iwirga- desa warga desa
kepada Tuhan) memiliki sradha Ma melaksanakan melaksanakan
Pawo-
dan meyakini yang rendah sangkep (rapat) sangkep
Tuhan selalu ngan
apabila terjadi (rapat) dan
mengawasi dan tindakan fraud warga X tidak
melihat segala memberikan
yang dilakukan sanksi
umat-Nya kesepekang
Bhakti Menghaturkan Bhakti jarang (dikeluarkan
canang dan dilaksanakan dari warga
melaksanakan desa) karena
piodalan warga percaya
Parah
yang- Dhar- Percaya akan Berdasarkan terhadap
an ma dharma bahwa perspektif korban hukum
kebaikan akan fraud LPD X, karmaphala
mendapatkan warga percaya
kebaikan bahwa apa yang Pale- Ibu Menghaturkan LPD tidak
begitupula dilaksanakan Ma- pertiwi canang di natah memberikan
sebaliknya. pelaku akan han dan (ibu pertiwi) sumbangan
Pegawai sangat mendapatkan Apik serta dana untuk
percaya akan karmaphala lan memberikan kelestarian
karmaphala sesuai tindakan resik sumbangan alam
sehingga hal yang dana kepada (palemahan)
tersebut dilaksanakan, dan kelihan banjar
memberikan terbukti (kepala desa)
keyakinan untuk kehidupan pelaku yang digunakan
berbuat baik tidak berjalan untuk menjaga
sehingga lancar seperti kelestarian alam
mendapatkan bisnisnya yang
hasil yang baik hancur