Anda di halaman 1dari 18

INTERNALISASI TRI HITA KARANA DALAM USAHA PENCEGAHAN

FRAUD PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) BALI


INDONESIA

Ringkasan Tesis

Dosen Pembimbing:

Dian Kartika Rahajeng, S.E., M.Sc., Ph.D.

Oleh:

Ni Komang Urip Krisna Dewi

18/432446/PEK/23712

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
Internalisasi Tri Hita Karana Dalam Usaha Pencegahan Fraud Pada Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Bali Indonesia

Ni Komang Urip Krisna Dewi


Dian Kartika Rahajeng
Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada, Indonesia
e-mail: nikm95@mail.ugm.ac.id

ABSTRAK
Tujuan – Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis internalisasi konsep Tri Hita Karana
(THK) dalam usaha pencegahan fraud di lembaga mikro di Indonesia terutama pada studi
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang mengalami fraud.
Metode Penelitian – Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain
penelitian etnografi. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi partisipatif,
wawancara, dan analisis artefak. Wawancara dilaksanakan pada LPD yang terlibat fraud
maupun yang tidak terlibat fraud.
Temuan – Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa dari segi religiositas berdasarkan
dimensi Ozer dkk. (2011) yakni behaviour, effect, dan affect, LPD Nyuh Kuning telah
melaksanakan praktik THK dengan baik. Berdasarkan pencegahan fraud yang dilaksanakan
LPD Nyuh Kuning telah melaksanakan pencegahan fraud berdasarkan dimensi Thompson
(1992) yang diinternalisasi dengan THK, sedangkan LPD X yang bertindak fraud tidak dapat
melaksanakan pencegahan fraud dengan baik. Berdasarkan teori fraud diamond LPD Nyuh
Kuning melaksanakan pencegahan untuk memitigasi faktor penyebab fraud yang
diinternalisasi dengan THK dan LPD X mengalami fraud karena adanya tekanan, kesempatan,
rasionalisasi, dan kapabilitas yang dialami pelaku. Hasil penelitian ini adalah terdapat
internalisasi THK pada LPD yang tidak terlibat fraud, dan sebaliknya, LPD yang terlibat fraud
tidak dapat melaksanakan internalisasi THK dengan baik. Penelitian ini juga membuktikan
bahwa nilai-nilai dalam THK sejalan dengan nilai-nilai yang diperlukan pada usaha
pencegahan fraud.
Orisinalitas - Penelitian yang mengkaji internalisasi THK dalam usaha pencegahan fraud
khususnya di LPD masih terbatas. Di sisi lain, LPD khususnya di Bali memiliki peran yang
sangat besar sehingga penelitian dalam rangka upaya pencegahan fraud di LPD sangat
diperlukan.
Kata Kunci: Tri Hita Karana, teori fraud diamond, Lembaga Perkreditan Desa (LPD), fraud,
etnografi
Pendahuluan dan telah mendapatkan vonis hukuman
Lembaga keuangan mikro dikenal di (Balipost, 2019).
berbagai negara berkembang untuk Kasus fraud lainnya terjadi pada LPD
menghadapi masalah kemiskinan (Kumar Bebetin (Suyatra, 2018). Suyatra (2018)
dan Gupta, 2011). Lembaga keuangan menyatakan bahwa penyaluran kredit fiktif
mikro telah berevolusi untuk membantu terjadi pada LPD Bebetin. Hal tersebut
masyarakat yang biasanya dikesampingkan dilakukan oleh mantan ketua pengurus
oleh lembaga keuangan konvensional LPD Bebetin dengan masa jabatan 1989-
seperti menyediakan kredit usaha (Weiss 2014.Fraud cost yang ditimbulkan dari
dan Montgomery, 2007). kasus LPD Bebetin sangat tinggi yakni
Indonesia menjadi salah satu negara sejumlah Rp 2,4 Miliar sehingga
yang berupaya membangun lembaga menyebabkan mantan ketua pengurus LPD
keuangan mikro yang bertujuan untuk tersebut ditahan.
mendukung perekonomian masyarakat. Kasus fraud juga terjadi pada LPD
Pernyataan tersebut didukung dengan Sangsit. Penggelapan dana nasabah
dibangunnya Lembaga Dana dan Kredit dilaksanakan oleh tiga pengurus LPD.
Pedesaan (LDKP) oleh Financial Fraud cost yang ditimbulkan diperkirakan
Institution Development (FID) pada tahun sebesar 600 juta (Dewatapos, 2019). Kasus
1964 (Aryasa, 2018). Hampir seluruh fraud juga terjadi pada LPD Tanggahan
wilayah Indonesia membentuk LDKP Peken pada Juli 2018 (Tribune, 2018).
dengan istilah yang berbeda-beda Total dana yang tidak dapat ditarik di LPD
(Ramantha, 2010). Perubahan aturan tersebut sebesar Rp 145.000.000 (Redaksi-
terjadi pada LDKP dan nama LDKP Nusabali, 2019). Pengurus LPD tersebut
berubah menjadi Bank Perkreditan Rakyat dinyatakan telah melaksanakan tindakan
(BPR) (Bank Indonesia, 2008). Perubahan penggelapan dana nasabah (Tribune,
tersebut tidak terjadi pada seluruh LDKP 2018).
Indonesia (Aryasa, 2018). Konsep LDKP Fraud rentan terjadi pada setiap
masih digunakan di Provinsi Bali dengan organisasi (IIA, 2009). Fraud adalah hal
istilah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) ilegal yang ditandai dengan tipu daya,
(Ramantha, 2010). penyembunyian, atau pelanggaran
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 3 kepercayaan (IIA, 2009).
Tahun 2017 tentang Lembaga Perkreditan Kasus fraud tersebut sangat
Desa, 20 persen keuntungan bersih LPD bertentangan dengan ajaran agama Hindu,
dimanfaatkan untuk dana pembangunan salah satunya Tri Hita Karana (THK).
desa. Hal itu menyiratkan bahwa LPD THK adalah hubungan harmonis yang
memiliki peranan penting untuk suatu desa dijaga serta dilaksanakan dalam kehidupan
adat dalam mendukung kehidupan sosial, masyarakat Hindu di Bali (Astawa, 2013).
budaya, serta ekonomi (Aryasa, 2018). THK terdiri dari palemahan (harmonisasi
Namun, terdapat kasus fraud besar terjadi antara manusia dengan lingkungan),
pada beberapa LPD dan mencoreng citra pawongan (harmonisasi antara manusia
LPD. dengan sesama manusia), dan
Kasus-kasus tersebut antara lain, parahyangan (harmonisasi antara manusia
kasus fraud LPD Kapal yang dilaksanakan dengan Tuhan) (Astawa, 2018). THK
oleh pengurus LPD tersebut (Balipost, merupakan cerminan bahwa hubungan
2019). Sebanyak 15.000 nasabah yang harmonis akan mewujudkan kebaikan
mengalami kerugian sebesar Rp 15 Miliar (Wirajaya, dkk. 2014).
akibat kasus penggelapan dana nasabah. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2017
Lima kolektor dan mantan ketua LPD Pasal 23 menjelaskan bahwa 20 % dari
menjadi terdakwa dalam kasus tersebut profit yang diperoleh di LPD digunakan
untuk dana pembangunan desa dan 5 %
digunakan untuk dana sosial. Dana THK juga memiliki keterkaitan
pembangunan desa dan dana sosial dengan tiga elemen budaya (Windia &
digunakan untuk mewujudkan kegiatan Dewi, 2007). Budaya memiliki tiga
yang mencerminkan konsep parahyangan, elemen, yaitu subsistem sosial, subsistem
palemahan, dan pawongan. Dana yang nilai, serta subsistem artefak
disumbangkan LPD untuk mewujudkan (Koentjaraningrat, 2005). Windia dan
kegiatan berdasarkan konsep THK, terdiri Dewi (2007) menyatakan bahwa subsistem
dari dana pembangunan, dana untuk sosial merupakan masyarakat dalam
pemangku (pemimpin upacara di pura), melaksanakan kehidupan sosial yang
dana pendidikan atau bantuan beasiswa, terwujud dalam konsep pawongan.
dana bantuan ngaben, dana untuk Subsistem nilai merupakan konsep nilai-
kebersihan lingkungan dan lain-lain. nilai dalam melaksanakan kehidupan yang
Internalisasi THK juga penting terwujud dalam konsep parahyangan
dilaksanakan dalam lingkungan kerja. (Windia dan Dewi, 2007). Subsistem
THK dilaksanakan demi terciptanya artefak merupakan lingkungan sekitar yang
mokshartam jagadhita ya ca iti dharma terwujud dalam konsep palemahan
(kebahagiaan lahir batin). Internalisasi (Windia dan Dewi, 2007). Elemen budaya
THK yang dilaksanakan pada lingkungan ini merupakan salah satu faktor penting
kerja akan memberikan kebahagiaan dan dalam analisis penelitian.
kesejahteraan sehingga diharapkan dapat Berdasarkan aspek budaya, desain
mencegah tindakan menyimpang seperti penelitian etnografi menjadi desain
fraud. penelitian yang dipilih dalam penelitian ini
Pencegahan fraud adalah hal penting untuk memberikan pemahaman mengenai
untuk dilaksanakan setiap organisasi atau internalisasi THK dalam usaha pencegahan
perusahaan. Pencegahan fraud diibaratkan fraud pada LPD. Penelitian dilaksanakan
seperti melawan sakit pada tubuh manusia, pada LPD yang melaksanakan Perda No. 3
yaitu lebih baik melakukan pencegahan Tahun 2017 tentang LPD Pasal 23 yakni
daripada melakukan pengobatan karena LPD Nyuh Kuning dan LPD X yang
akan berakibat pada pengeluaran yang melakukan tindakan fraud. Desain
lebih tinggi (Tuanakotta, 2010). penelitian etnografi juga dipilih untuk
Berbagai kasus fraud di LPD menciptakan orisinalitas karena sebagian
mencerminkan bahwa kasus tersebut besar penelitian-penelitian sebelumnya
sangat berlawanan dengan konsep THK yang berkaitan dengan pencegahan fraud
yaitu konsep pendirian LPD. menggunakan desain penelitian studi kasus
THK merupakan salah satu nilai untuk menjawab pertanyaan penelitian.
dalam agama Hindu (Astawa, 2013). Desain penelitian etnografi digunakan
Weaver dan Agle (2002) menjelaskan untuk mendeskripsikan serta menganalisis
bahwa religiositas atau pengetahuan serta kebudayaan sehingga memperoleh
kepercayaan agama tidak hanya pengetahuan atau pandangan mengenai
berimplikasi terhadap etika perusahaan budaya tersebut serta hubungannya dengan
namun berimplikasi juga terhadap tingkah laku atau kehidupan sehari-hari
pentingnya sikap etis secara menyeluruh. (Spradley, 2007).
Kepercayaan agama juga berimplikasi Penelitian ini menggunakan teori
terhadap ethical judgement serta dapat fraud diamond untuk alat analisis kasus
membentuk keinginan dalam fraud karena berbagai kasus fraud di LPD
melaksanakan tindakan berdasarkan dilaksanakan oleh pengurus LPD yang
judgment (Weaver dan Agle, 2002). memiliki kapabilitas. Teori fraud diamond
Ethical judgement adalah penilaian tentang digunakan untuk menganalisis usaha
suatu tindakan tersebut etis atau tidak etis pencegahan fraud yang dilaksanakan
(Velasquez, 2006).
melalui proses internalisasi THK pada THK yang dilaksanakan LPD serta
LPD di Bali. pengurus LPD berdasarkan dimensi
Penelitian ini dilaksanakan untuk religiositas menurut Ozer, dkk. (2011)
mengkaji internalisasi THK pada LPD yang dimodifikasi agar sesuai dengan
yang melaksanakan Perda No. 3 Tahun nilai-nilai agama Hindu dan relevan
2017 dan LPD yang melakukan tindakan dengan penelitian ini. Dimensi religiositas
fraud. Penelitian ini memiliki urgensi tersebut terdiri dari dimensi perasaan
untuk memberikan analisis dari segi (affect), perilaku (behaviour), dan efek
budaya karena berbagai kasus fraud yang (effect). Affect untuk menganalisis
terjadi sangat bertentangan dengan ajaran pentingnya agama Hindu serta nilai THK
agama Hindu salah satunya nilai THK. pada kehidupan. Behaviour untuk
menganalisis tindakan yang dilaksanakan
Landasan Teori sesuai dengan ajaran agama Hindu
Teori Fraud Diamond khususnya nilai THK. Effect untuk
Teori fraud diamond dikemukakan oleh menganalisis dampak dari pengamalan
Wolfe dan Hermanson (2004). Fraud nilai agama khususnya nilai THK.
diamond adalah pengembangan dari teori Definisi Fraud
Fraud Triangle oleh Cressey (1953). `Fraud adalah tindakan ilegal yang
Elemen-elemen dari fraud diamond adalah ditandai dengan pelanggaran kepercayaan,
tekanan, kesempatan, rasionalisasi, serta tipu daya, atau penyembunyian (IIA,
kapabilitas. 2009).
a. Tekanan (Pressure), pelaku fraud Pencegahan Fraud
biasanya menghadapi berbagai macam Menurut Thompson (1992) terdapat
tekanan sehingga melakukan tindakan beberapa cara untuk mencegah terjadinya
fraud. fraud, yakni penyelidikan calon pegawai,
b. Kesempatan (Opportunity), fraud dapat menekan kesempatan fraud, menciptakan
dilaksanakan jika adanya kesempatan lingkungan kerja yang dapat mendeteksi
untuk melaksanakan tindakan fraud. perbuatan yang tidak jujur, serta hukuman
c. Rasionalisasi (Rationalization), pada setiap perilaku tidak jujur di tempat
merupakan tindakan pembenaran kerja.
(Dorminey, dkk., 2010). Tri Hita Karana (THK)
d. Kapabilitas (Capability), Wolfe dan Tri Hita Karana secara harfiah kata
Hermanson (2004) berpendapat bahwa ‘tri’ artinya tiga, kata ‘hita’ artinya
berbagai fraud khususnya yang kebahagiaan, serta ‘karana’ artinya sebab
memiliki nominal besar tidak mungkin (Astawa, 2013). Berdasarkan hal tersebut,
dapat terlaksana jika tidak ada oknum- THK didefinisikan sebagai tiga hal
oknum tertentu dengan kapabilitas. penyebab manusia mendapatkan
kesejahteraan, kedamaian atau
Tinjauan Pustaka kebahagiaan (Wirajaya, dkk., 2014).
Religiositas Keharmonisan berdasarkan THK, terdiri
Religiositas adalah konsep multidimensi atas:
yang menggabungkan aspek kognisi, 1. Keharmonisan atau keselarasan
tradisi, pengalaman dan perilaku (Glock & hubungan manusia dengan Ida Sang
Stark, 1965). Religiositas merupakan Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
kepercayaan kepada Tuhan dengan Maha Esa) (parhyangan);
berkomitmen untuk menjalankan prinsip 2. Keharmonisan atau keselarasan
ketuhanan (McDaniel dan Bunet, 1990). hubungan manusia dengan sesama
Konsep religiositas digunakan dalam (manusia) (pawongan);
penelitian ini untuk menganalisis 3. Keharmonisan atau keselarasan
bagaimana nilai agama Hindu khususnya hubungan manusia dengan
lingkungan (palemahan) keuangan mikro di Bali. Budaya
(Damayanthi, 2011; Astawa, 2013; harmonis (THK) memiliki pengaruh
Suardikha, 2013). signifikan pada pembayaran kredit
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) karena konsep harmonisasi dengan
Menurut Perda Provinsi Bali No. 3 tahun Tuhan, manusia dan alam akan
2001 tentang Desa Pakraman, dinyatakan menghasilkan kejujuran, ketulusan
bahwa Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam organisasi dan masyarakat.
adalah lembaga yang dibangun, dikelola Sedangkan dalam penelitian tersebut,
serta dimiliki oleh desa pakraman serta pelatihan kewirausahaan tidak
hanya melayani anggota desa pakraman berpengaruh pada kinerja pembayaran
atau masyarakat (krama desa) dari desa kredit.
pakraman tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian Terdahulu Penelitian ini menggunakan desain
1) Thompson (1992) menyatakan bahwa penelitian etnografi untuk mendapatkan
ada empat cara agar fraud dapat pemahaman nilai THK untuk mencegah
dicegah yakni dengan melaksanakan fraud pada LPD di Bali yang dipraktikan
penyelidikan pada latar belakang pada kehidupan sehari-hari. Desain
calon pegawai, pemasok, serta penelitian etnografi berguna untuk
rekanan, menekan kesempatan untuk mendapatkan analisis dan deskripsi
melaksanakan fraud, menciptakan kebudayaan, yang bertujuan untuk
lingkungan kerja yang dapat memahami pengetahuan (pandangan) dan
mendeteksi perbuatan tidak jujur, serta hubungannya dengan tingkah laku atau
memberi hukuman atau tidak memberi kehidupan sehari-hari (Kuntowijoyo,
toleransi pada setiap tindakan tidak 1987).
jujur di tempat kerja. Menurut Brownislaw Malinowski
2) Wirajaya dkk. (2014) menjelaskan (dalam Spradley, 2007), tujuan enografi
dimensi THK pada akuntabilitas Desa ialah memahami sudut pandang penduduk
Kuta. Akuntabilitas dalam perspektif asli, berkaitan dengan kehidupan untuk
pawongan dijelaskan bahwa memperoleh pandangan mengenai
organisasi Desa Kuta menggunakan dunianya. Berdasarkan pendapat tersebut,
informasi akuntansi untuk memenuhi penelitian ini dilaksanakan untuk
tanggung jawab kepada stakeholder, memahami sudut pandang dari para
yakni masyarakat desa (krama), pengurus LPD serta masyarakat mengenai
investor dan pemerintah. Akuntabilitas internalisasi nilai THK dalam usaha
dalam perspektif palemahan pencegahan fraud di LPD.
diimplementasikan oleh organisasi Teknik Pengumpulan Data
sebagai bentuk akuntabilitas Teknik pengumpulan data yang
organisasi dalam kegiatan lingkungan, dilakukan dalam penelitian ini, yakni:
seperti membuat unit monitoring 1) Analisis artefak adalah analisis objek-
pantai, kebersihan lingkungan, dan objek serta dokumen-dokumen di LPD
lain-lain. Akuntabilitas dalam Desa Pakraman Nyuh Kuning.
perspektif parahyangan dilaksanakan 2) Observasi partisipatif adalah observasi
melalui serangkaian piodalan yang dilakukan peneliti untuk
(kegiatan upacara agama di pura) di mendapatkan pemahaman implementasi
Desa Kuta. THK dalam usaha pencegahan fraud.
3) Astawa (2018) meneliti tentang Hal tersebut dilakukan dengan cara
pengaruh budaya hamornis (THK) dan menjadi pegawai magang pada LPD
pelatihan kewirausahaan pada kinerja Nyuh Kuning kurang lebih selama
pembayaran kredit di lembaga sebulan.
3) Wawancara semi terstruktur dapat berupa gambaran spesifik lokasi
dilaksanakan dengan lebih bebas namun penelitian atau informasi deskriptif
tetap menggunakan pedoman tentang informan.
wawancara. Hal tersebut dilakukan 6) Menyusun interpretasi dalam
untuk memperoleh permasalahan secara penelitian kualitatif. Interpretasi ini
lebih terbuka dengan informan yang dapat bersifat pribadi, berbasis
diwawancarai (Sugiyono, 2015). penelitian, dan tindakan.
Wawancara semi terstruktur
direncanakan dengan tatap muka Hasil dan Pembahasan
dengan informan berjumlah 17 orang Religiositas
dengan waktu kurang lebih selama 45 THK memberikan pandangan bahwa untuk
menit, namun yang bersedia mencapai proses menuju kehidupan yang
diwawancara hanya 9 orang. sejahtera, manusia diperlukan untuk
berusaha menjaga keharmonisan atau
Teknik Analisis Data keserasian. Keharmonisan menurut THK
Penelitian ini menggunakan langkah yang terdiri dari:
dikembangkan Creswell (2016) yang 1. keharmonisan antara manusia dengan
terdiri dari enam langkah yang dimulai Tuhan Yang Maha Esa (parhyangan);
dari mengolah dan mempersiapkan data 2. keharmonisan manusia dengan
untuk dianalisis hingga penyusunan lingkungan atau alam (palemahan);
interpretasi. 3. keharmonisan antara manusia dengan
1) Mengolah dan mempersiapkan data manusia atau sesamanya (pawongan)
mentah untuk dianalisis. Langkah ini (Damayanthi, 2011; Astawa, 2013;
mencakup transkrip wawancara, Suardikha, 2013).
menulis data yang diperoleh dari Religiositas digunakan dalam
lapangan meliputi analisis artefak serta penelitian ini untuk menganalisis nilai
observasi partisipatif, dan agama Hindu khususnya THK yang
mengelompokkannya berdasarkan dilaksanakan LPD serta pengurus LPD
sumber informasi. berdasarkan dimensi religiositas menurut
2) Membaca data secara keseluruhan. Ozer, dkk. (2011) yang dimodifikasi agar
Langkah ini merujuk pada penyusunan sesuai dengan nilai-nilai agama Hindu dan
catatan-catatan khusus dan gagasan relevan dengan penelitian ini. Dimensi
umum yang diperoleh dalam informasi religiositas tersebut terdiri dari dimensi
yang diberikan informan, cara perasaan (affect), perilaku (behaviour), dan
penuturan, kesan, kedalaman, dan efek (effect). Affect untuk menganalisis
kredibilitas informasi. pentingnya agama Hindu serta nilai THK
3) Melakukan coding semua data. Peneliti pada kehidupan. Behaviour untuk
menyusun sebuah codebook yang menganalisis tindakan yang dilaksanakan
berisi kode-kode yang ditemukan sesuai dengan ajaran agama Hindu
termasuk definisi singkat maupun khususnya nilai THK. Effect untuk
lengkap kode tersebut, serta contoh menganalisis dampak dari pengamalan
penggunaannya. nilai agama khususnya nilai THK.
4) Menggunakan coding untuk Berdasarkan aspek behaviour (tindakan)
mendeskripsikan setting, orang untuk menganalisis perilaku yang
(informan), kategori dan tema yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama
akan dianalisis. Deskripsi merupakan Hindu khususnya nilai THK di LPD ialah
tahap penyampaian informasi secara sebagai berikut.
detail.
5) Menyajikan tema dan deskripsi dalam
narasi atau laporan kualitatif. Sajian ini
Tabel 1. Perbandingan Penerapan THK THK Prak- Praktik LPD Praktik LPD
LPD Nyuh Kuning (Tidak Fraud) dan Tik Nyuh Kuning X Fraud
Paras Rasa empati Masih
LPD yang melaksanakan Fraud Paros dengan dipersulit
THK Prak- Praktik LPD Praktik LPD X Sagilik menolong ketika ingin
tik Nyuh Kuning Fraud Saguluk warga misal melaksanakan
Sradha Tidak ada Tidak ada CCTV Sarpa- warga sakit kredit
CCTV namun dan hal tersebut Naya meminjam uang
tetap bekerja mempermudah tidak boleh
jujur karena pelaku untuk dipersulit
memiliki sradha bekerja tidak jujur Adat LPD dan warga LPD dan
(kepercayaan dan pelaku Iwirga- desa warga desa
kepada Tuhan) memiliki sradha Ma melaksanakan melaksanakan
Pawo-
dan meyakini yang rendah sangkep (rapat) sangkep
Tuhan selalu ngan
apabila terjadi (rapat) dan
mengawasi dan tindakan fraud warga X tidak
melihat segala memberikan
yang dilakukan sanksi
umat-Nya kesepekang
Bhakti Menghaturkan Bhakti jarang (dikeluarkan
canang dan dilaksanakan dari warga
melaksanakan desa) karena
piodalan warga percaya
Parah
yang- Dhar- Percaya akan Berdasarkan terhadap
an ma dharma bahwa perspektif korban hukum
kebaikan akan fraud LPD X, karmaphala
mendapatkan warga percaya
kebaikan bahwa apa yang Pale- Ibu Menghaturkan LPD tidak
begitupula dilaksanakan Ma- pertiwi canang di natah memberikan
sebaliknya. pelaku akan han dan (ibu pertiwi) sumbangan
Pegawai sangat mendapatkan Apik serta dana untuk
percaya akan karmaphala lan memberikan kelestarian
karmaphala sesuai tindakan resik sumbangan alam
sehingga hal yang dana kepada (palemahan)
tersebut dilaksanakan, dan kelihan banjar
memberikan terbukti (kepala desa)
keyakinan untuk kehidupan pelaku yang digunakan
berbuat baik tidak berjalan untuk menjaga
sehingga lancar seperti kelestarian alam
mendapatkan bisnisnya yang
hasil yang baik hancur

Satya Pegawai jujur Pegawai tidak Affect untuk menganalisis pentingnya


dalam jujur, terbukti dari agama khususnya nilai THK. THK
melaksanakan pernyataan korban
pekerjaan yang sudah menjadi nilai penting dalam pelaksanaan
membayar kredit kegiatan di LPD dan menjadi landasan
namun ditagih program yang dibuat LPD. Ketua LPD
lagi
Swadh Pegawai Pegawai tidak menyatakan,
Pawo -arma melakukan melaksanakan “THK adalah konsep di agama
-ngan tugas sesuai tugas dengan Hindu Tri artinya tiga, hita senang
tanggung jawab baik, terbukti dari
dan SOP pernyataan korban karana menghayati, hubungan
Nga- Pegawai dipilih Pegawai dipilih manusia dengan tuhan, lingkungan
yah oleh warga desa oleh warga desa dan sesama manusia. Itu jelas sangat
dan mengabdi namun tidak
untuk memiliki rasa penting dalam pengelolaan LPD. Di
memajukan pengabdian yang dalam pergub itu sudah diatur juga.
LPD tinggi Dengan tuhan/parahyangan, dengan
manusia/pawongan, dengan
lingkungan /palemahan.... KK1.12
Hal tersebut juga dijelaskan pada Pernyataan tersebut juga didukung oleh
Peraturan Daerah Provinsi Bali No.3 salah satu pegawai LPD
Tahun 2017 tentang LPD menjelaskan
bahwa pembagian keuntungan bersih LPD “dipilihnya berdasarkan pengabdian
pada akhir tahun pembukuan ditetapkan setelah itu nambah pegawai lagi
(a) cadangan modal 60%, (b) dana dilihat juga berdasarkan
pembangunan desa 20%, (c) jasa produksi pengabdiannya di koperasi” MD5.2
10%, (d) dana pembinaan, pengawasan,
dan perlindungan 5%, (e) dana sosial 5%. Berdasarkan perspektif THK
Penyetoran dan penggunaan keuntungan pengabdian yang dilaksanakan LPD
dimaksud sesuai dengan keputusan termasuk ke dalam ngayah (bekerja
gubernur. dengan tulus) yang termasuk dalam
Berdasarkan Effect untuk menganalisis pawongan untuk memajukan LPD
dampak dari pengamalan nilai agama dalam memberikan solusi bagi warga
khususnya nilai THK. THK memberikan yang membutuhkan dana serta
arahan bagi seluruh karyawan LPD untuk pelayanan tabungan, deposito, serta
selalu menjaga keseimbangan atau SIMADE. Hal tersebut diungkapkan
harmonisasi yakni parahyangan, oleh ketua LPD serta salah satu
pawongan, dan palemahan. Hal tersebut pegawai LPD.
diungkapkan oleh ketua LPD sebagai “…kita mengabdi niki sebagai
berikut. bentuk ngayah kepada desa adat
“THK ini memberikan kita arahan untuk LPD bisa berkembang” JM2.8
untuk selalu menjaga harmonisasi ke
atas, ke sesama dan lingkungan.” “...ngayah ke banjar untuk mengabdi
KK1.14 pada LPD bisa bermanfat bagi desa”
KK1.18
Hal yang sama juga diungkapkan oleh
salah satu pegawai LPD Pegawai LPD X yang mengalami fraud
juga dipilih oleh warga desa menjadi
“Ya kita harus ke semuanya pengurus LPD. Lemahnya rasa
seimbang, ke tuhan ke manusia dan pengabdian untuk memajukan desa
lingkungan” MM4.22 menjadi salah satu pemicu LPD tersebut
mengalami fraud.
Pencegahan Fraud “Nggih dipilih, nika kan pegawai
Pencegahan fraud yang dilaksanakan LPD dipilih dipercaya supaya LPD niki
Desa Pakraman Nyuh Kuning berdasarkan bisa membantu warga dalam
komponen yang dinyatakan oleh masalah keuangan tapi dia sendiri
Thompson (1992) adalah sebagai berikut. nyeleweng kan gagal nggih jadinya
1. Penyelidikan Calon Pegawai ngayah atau pengabdian nika”
Pegawai LPD awal mulanya dipilih JMS9.42
oleh warga desa adat. Seperti yang
dinyatakan pegawai LPD berikut 2. Menciptakan lingkungan kerja yang
“pegawai disini dipilih oleh warga dapat mendeteksi perbuatan tidak jujur
desa karena diminta untuk mengabdi LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning
oleh masyarakat. Setelah itu mendeteksi perbuatan tidak jujur
bertambah lagi pegawai karena dengan cara melaksanakan pengecekan
dilihat dari pengabdiannya selama di uang yang diterima dari kolektor
koperasi, kemudian dengan bukti masuk kas serta hasil
dipindahtugaskan di LPD.” JM2.12 input di komputer. Pegawai yang
melayani di kantor LPD juga
dilaksanakan pengecekan oleh kasir peluang melakukan hal yang tidak-
LPD dengan mengecek uang yang tidak...”MD5.6
diterima dari masyarakat dengan bukti
transaksi. Hal tersebut disampaikan “Prinsip nya keterbukaan uang yang
oleh pegawai LPD. masuk uang yang ada kita ketahui
“bisa dideteksi misalne kolektornya bersama, kalo misal kolektor salah
nyetor uang kan disesuaikan sama memasukkan data ke aplikasi ke
catatannya dia sama input di catetannya dia yang harus
komputer terus saling ricek satu membenarkan dia yang bertanggung
sama lain” JM2.14 jawab. Karena keterbukaan itu dah
bikin bagus trus jujur nggih satya
“catetannya yang masuk, transaksi lah” JM2.16
yang masuk disesuaikan dengan
uang dan input di aplikasi komputer” Berdasarkan perspektif THK
MD5.4 keterbukaan (satya) serta tanggung
jawab (swadharma) yang dilaksanakan
LPD X yang mengalami fraud, pegawai LPD untuk menekan
memiliki kelemahan pengawasan kesempatan fraud. Informasi keuangan
sehingga tidak dapat mendeteksi yang ada di LPD tidak hanya diketahui
perbuatan tidak jujur yang terjadi pada oleh salah satu pegawai namun
LPD tersebut. Selain itu, pelaku fraud diinformasikan pula ke seluruh
juga memiliki sikap tidak jujur sehingga pegawai. Tanggung jawab (swadharma)
fraud terjadi. Berdasarkan perspektif dilaksanakan sesuai dengan Standar
THK, sikap satya (kejujuran) tidak Operasional Prosedur (SOP) untuk
terlaksana dengan baik di LPD X. Hal memajukan LPD. Hal menarik yang
tersebut diungkapkan oleh korban ditemukan di LPD tersebut ialah tidak
fraud. menggunakan CCTV sebagai alat
“Ya tiang juga ngerasa gitu saya uda kontrol untuk menekan kesempatan
bayar kok tiba-tiba ada kitir datang. fraud atau pencegahan fraud. Hal yang
Mungkin dimasukkan orang nabung diyakini dari para pegawai LPD ialah
kadang nggak......” JMS9.34 kepercayaan akan keberadaaan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa (sradha).
“ .....kurang mengawasi secara detail Pernyataan tersebut diungkapkan oleh
mungkin di atas meja aja, hingga pegawai LPD
sampe berlarut-larut sampai terjadi “sing ada luungan ken CCTV ne di
hal ini.....” JMS9.2 duur angkelne sing bani nyemak
pipis, to di mukak ada pura bin
3. Menekan kesempatan fraud (tidak ada yang lebih bagus dari
LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning CCTV yang di Atas, makanya tidak
memiliki cara untuk menekan berani mengambil uang, di depan
kesempatan fraud yakni dengan juga ada Pura)” MT3.2
keterbukaan. Keterbukaan yang ada di
antara pegawai menciptakan Hal tersebut juga dinyatakan oleh ketua
keterbukaan informasi keuangan seperti LPD
jumlah uang tidak hanya diketahui oleh
kasir namun juga diinformasikan “be Hyang Widhi ne dadi CCTV ne
kepada seluruh pegawai. Hal tersebut paling luung be to paling mranen
diungkapkan oleh pegawai LPD. (sudah Tuhan Yang Maha Esa yang
“Karena kita terbuka dengan kasir menjadi CCTV paling bagus dan
dengan kolektor jadinya mengurangi ampuh)” KK1.2
Berbanding terbalik dengan LPD X 4. Hukuman pada setiap tindakan tidak
yang mengalami fraud, berbagai jujur di tempat kerja
kesempatan fraud muncul karena Pegawai LPD Desa Pakraman Nyuh
pegawai tidak melaksanakan tugas Kuning selama berdiri sampai sekarang
sesuai tanggung jawab (swadharma), hanya mengalami permasalahan kecil
lemahnya pengawasan, dan administrasi seperti kekeliruan dalam mencatat atau
yang tidak tertib. menginput transaksi di aplikasi. Hal
“Nika ampun kalo dia punya tersebut masih bisa diperbaiki dan tidak
swadharma, swadharma nika kan tergolong fraud. Apabila terjadi
rasa tanggung jawab nggih tapi kesalahan yang besar, akan
buktinya kolektor nya bedaharanya didiskusikan dengan adat untuk
mereka tidak melakukan tugas mendapat pertimbangan akan
dengan baik, ada orang sudah bayar diselesaikan melalui kekeluargaan atau
gak dicatat terus diminta lagi kan jalur hukum.
kasian masyarakatnya” JMS9.40 “Paling ada kesalahan salah tulis kita
masih bisa perbaiki, kalo misal yang
“...pegawai ada tabungan yang besar besar baru dipidanakan,
kadang disetor kadang gak nika, astungkara disini kan masih salah
bendaharanya administrasinya tulis, salah jumlah yang masih bisa
kurang tertib kurang disiplin, setiap diperbaiki lah. Kekeliruan yang
kerugian gitu gak dibilang nika ada masih kita bisa temukan
kerugian gitu, padahal rugi tapi tetep jawabannya. Kesalahannya masih
nika dibilang untung nika terus tidak merugikan orang lain” JM2.18
menghambur-hamburkan uang,
kurang mengawasi secara detail “Modelnya si A punya tabungan
mungkin di atas meja aja, hingga salah nulis antara tabungan dengan
sampe berlarut-larut sampai terjadi nomer tabungan orang yang
hal ini.....” JMS9.2 menabung kan bisa di cek
kesalahannya di aplikasi” MD5.8
Hal lain yang menyebabkan adanya
kesempatan fraud di LPD X karena Berdasarkan perspektif THK, hal
LPD tersebut tidak memiliki CCTV, tersebut termasuk ke dalam adat
lemahnya sradha (kepercayaan kepada iwirgama (adat sebagai wujud
Tuhan Yang Maha Esa) serta tanggung pelaksanaan agama). Berdasarkan
jawab (swadharma) yang tidak berjalan beberapa kasus fraud di LPD lain,
dengan baik. Hal tersebut diungkapkan hukum adat yang diterapkan
oleh korban fraud. berdasarkan hasil sangkep (rapat) untuk
“Ten nika mungkin itu juga para pelaku fraud berbeda-beda.
mempermudah, ya kalo kita kan Misalnya di desa X setelah adanya
lakuin hal salah takut dapat karma ya kasus korupsi di LPD X, pelaku hanya
karena ada tuhan mungkin juga diberi sanksi untuk mengembalikan
kesadarannya dia kurang juga” dana yang dikorupsi.
JMS9.36 “Nggih nika bisa terkait waktu
mereka salah nika, masyarakatnya
(tidak ada mungkin itu juga sangkep nika ditentuin dia
mempermudah, ya kalo kita kan membayar sejumlah denda nika
lakuin hal salah takut dapat karma ya untuk mengembalikan uang tapi
karena ada tuhan mungkin juga disini masyarakatnya masih baik gak
kesadarannya dia kurang juga) kena hukum kesepekang.
Masyarakatnya masih percaya karma Ketua LPD menyatakan,
terbukti kan dia hancur apa gak ada “Tirta yatra dilaksanakan supaya
bisnisnya gak kedengeran ya gitu kita mendekatkan diri kepada
lah” JMS9.44 Tuhan selain itu juga untuk
mengurangi stres bekerja karena
Teori Fraud Diamond sehabis ke pura biasanya makan
Fraud diamond merupakan sebuah bepergian dan lain-lain” KK1.22
pandangan baru tentang fenomena fraud
yang dikemukakan oleh Wolfe dan Salah satu pegawai LPD juga
Hermanson (2004). Secara keseluruhan mengatakan,
elemen-elemen dari fraud diamond antara “Tirta yatra biasanya ke pura-pura
lain: tekanan, kesempatan, rasionalisasi, biasanya ke pura yang agak jauh
dan kapabilitas. sembahyang juga trus bisa dapet
1. Tekanan pengalaman biar tidak capek kerja
Tekanan (Pressure) adalah keinginan terus.” JM2.20
karyawan untuk bertindak fraud karena
adanya tekanan dari pihak internal Tekanan menjadi pemicu terjadinya
maupun eksternal. Biasanya dorongan fraud. Pelaku LPD X yang
atau tekanan situasional tersebut timbul melakukan tindakan fraud
karena adanya masalah keuangan, tetapi dinyatakan oleh korban mengalami
bisa juga terjadi karena gejala-gejala tekanan keuangan karena selalu
tekanan lainnya seperti tekanan merasa kekurangan atau tidak pernah
pekerjaan, gaya hidup, dan lain puas akan apa yang dimiliki
sebagainya. (greedy).
Berdasarkan pelaksanaan observasi “Ya tekanan paling karena merasa
partisipatif, LPD Desa Pakraman Nyuh gak puas dan kurang aja terus...”
Kuning melaksanakan beberapa hal JMS9.30
untuk memitigasi tekanan saat bekerja.
a. Menciptakan suasana kerja yang 2. Kesempatan
fleksibel Menurut Cressey (1953) menyatakan
Suasana kerja yang fleksibel yang bahwa terdapat persepsi mengenai
dimaksud ialah tidak terlalu kaku peluang untuk melaksanakan fraud,
seperti kantor pada umumnya. Para yakni adanya peluang karena pelaku
pegawai boleh mendengarkan musik memiliki informasi umum serta
dari radio ketika bekerja untuk keahlian untuk melaksanakan fraud.
menghilangkan penat. Para pegawai LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning
LPD juga boleh berolahraga (terapi berusaha memitigasi kesempatan fraud
kaki) ketika tidak melayani dengan menerapkan keterbukaan
masyarakat atau nasabah. informasi keuangan serta melaksanakan
b. Tirta Yatra dan Bepergian tanggung jawab sesuai SOP. Hal
LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning menarik yang ditemukan di LPD
melaksanakan kegiatan tirta yatra tersebut ialah tidak menggunakan
dan bepergian pada hari libur. Tirta CCTV sebagai alat kontrol untuk
yatra dalam bahasa sehari-hari di menekan kesempatan fraud atau
Bali dipahami dengan makna pencegahan fraud. Hal yang diyakini
sembahyang ke pura-pura. Setelah dari para pegawai LPD ialah
melaksanakan tirta yatra, para kepercayaan akan keberadaaan Ida
pegawai biasanya bepergian ke Sang Hyang Widhi Wasa (sradha).
restoran atau ke tempat wisata Pernyataan tersebut diungkapkan oleh
lainnya. pegawai LPD.
“sing ada luungan ken CCTV ne 3. Rasionalisasi
di duur angkelne sing bani Rasionalisasi merupakan tindakan
nyemak pipis, to di mukak ada pembenaran. Pelaku fraud tidak
pura bin (tidak ada yang lebih memandang tindakan fraud yang
bagus dari CCTV yang di Atas, dilakukan sebagai tindakan tidak etis,
makanya tidak berani mengambil pelaku fraud membenarkan tindakan
uang, di depan juga ada Pura)” tersebut sebagai tindakan etis sebelum
MT3.2 fraud tersebut dilakukan (Dorminey,
dkk., 2010). Beberapa contohnya “Saya
Hal tersebut juga dinyatakan oleh ketua hanya meminjam,” “Organisasi dapat
LPD membelinya,” “Saya layak
mendapatkan bonus atau kenaikan gaji
“be Hyang Widhi ne dadi CCTV tetapi tidak mendapatkannya,” “Semua
ne paling luung be to paling orang menjadi kaya, jadi mengapa saya
mranen” (sudah Tuhan Yang tidak? (Ramamoorti, 2008; Zikmund,
Maha Esa yang menjadi CCTV 2008)
paling bagus dan ampuh) KK1.2 LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning
berusaha memitigasi rasionalisasi
Salah satu penyebab fraud adalah dengan memberikan standar gaji karena
adanya kesempatan. LPD X mengalami salah satu penyebab rasionalisasi ialah
fraud karena adanya kesempatan. merasa kekurangan gaji atau ingin
Kesempatan fraud muncul karena meminjam uang dan akan
lemahnya pengawasan, tanggung jawab membayarnya kemudian. Seperti
(swadharma) tidak dilaksanakan pernyataan ketua LPD berikut ini
dengan baik, administrasi yang tidak “Gaji yang diberikan juga tidak
tertib, serta tidak adanya CCTV. terlalu kecil. Karena disesuaikan
“Nika ampun kalo dia punya dengan UMK dan pada saat jaspro
swadharma, swadharma nika kan juga mendapatkan sejumlah uang.
rasa tanggung jawab nggih tapi Disamping itu juga mendapatkan
buktinya kolektor nya sejumlah tunjangan-tunjangan
bedaharanya mereka tidak seperti tunjangan kesehatan dan
melakukan tugas dengan baik, ada provisi yang didapat akhir tahun,
orang sudah bayar gak dicatat dengan kesejahteraan yang
terus diminta lagi kan kasian didapatkan untuk arah korupsi itu
masyarakatnya” JMS9.40 bisa menekan”. KK1.22

“Ten wenten nika CCTV mungkin Gambar 1. Slip Gaji


itu juga mempermudah, ya kalo
kita kan lakuin hal salah takut
dapat karma ya karena ada tuhan
mungkin juga kesadarannya dia
kurang juga” JMS9.36
(tidak ada CCTV mungkin itu
juga mempermudah, ya kalo kita
kan lakuin hal salah takut dapat
karma ya karena ada tuhan
mungkin juga kesadarannya dia Berdasarkan perspektif THK, sradha
kurang juga) dan dharma serta kepercayaan akan
karmaphala menjadi hal yang sangat
penting untuk diterapkan di lingkungan
kerja. Hal tersebut akan mengurangi Seluruh pegawai berusaha terbuka
rasionalisasi atas tindakan fraud. terhadap informasi keuangan yang ada
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh sehingga tercipta keterbukaan
pegawai LPD. informasi.
“Nggih dari konsep hindu nika kan “Ya karena keterbukaan nika ampun
wenten hukum karma itu sangat kita walaupun jadi pegawai tetep
percaya. Konsep dharma kebaikan informasi diketahui semua jadinya
akan mendapatkan kebaikan gitu gak curang” JM2.22
juga sebaliknya. Ya sradha nya juga
ada tuhan yang maha tahu itu juga “Kita berusaha untuk menciptakan
sangat penting nggih tiang rasa” keterbukaan jadi pegawai yang
KK1.32 memang mempunyai kapabilitas
tidak dapat bertindak curang.”
“Nggih dari kita ya harus sadar MD5.10
sendiri nggih seperti yang sempat tak
bilang bukan kita manusia yang Berdasarkan perspektif pemangku
menilai perbuatan kita tapi yang di (orang yang memimpin upacara Hindu
atas percaya ada tuhan percaya sama di Bali), pemangku memiliki kapabilitas
karma kalo kita baik ya baik kalo untuk mendoakan agar tercipta
jahat ya buruk dapatnya. Kan kita kelancaran dan para pegawai diberikan
percaya karma bisa kena ke kita ke petunjuk oleh Tuhan Yang Maha Esa
keluarga kita atau untuk berpikir, berkata, berbuat yang
keturunan...”JM2.28 baik, serta memimpin upacara seperti
salah satunya piodalan. Hal tersebut
Rasionalisasi menjadi salah satu faktor juga terlihat pada saat piodalan
penyebab fraud. Pada LPD X, pelaku pemangku memimpin upacara piodalan.
merasa bahwa pelaku akan membayar “Ya kenten ampun berdoa supaya
hutangnya di LPD namun pelaku tidak dilancarin disini menjadi contoh
mencatat hutangnya secara mendetail. yang baik, ya semoga dikasi arahan
Rasionalisasi dari pelaku tersebut berbuat berkata berpikir yang baik
menjadi salah satu pemicu fraud pada sama tuhan, mimpin upacara agama,
LPD X. Hal tersebut diungkapkan oleh ya kalo sesama saling mengingatkan
korban. kalo ada teman yang salah dikasi
“....mungkin dia dapat uang dia gak nasihat JM2.24
catat mungkin dia dapet uang
mungkin merasa nanti LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning
dikembalikan....” JMS9.30 melaksanakan berbagai program seperti
pemberian beasiswa, dana ngaben, serta
4. Kapabilitas dana sosial. Berdasarkan berbagai
Fraud yang umumnya bernominal besar internalisasi THK yang dilaksanakan
tidak mungkin terjadi apabila tidak ada pegawai LPD memberikan manfat bagi
orang tertentu dengan kapabilitas LPD Desa Pakraman Nyuh Kuning,
khusus yang ada dalam perusahaan atau yakni meningkatkan kepercayaan
memiliki kapabilitas (Wolfe dan masyarakat serta nasabah LPD sehingga
Hermanson, 2004). Walaupun pegawai semakin meningkatkan minat
LPD memiliki kapabiltas namun adanya masyarakat untuk menabung atau
keterbukaan informasi mengurangi meminjam dana di LPD. Hal tersebut
celah untuk terjadinya fraud. diungkapkan oleh masyarakat.
Berdasarkan perspektif THK hal “jeg percaya gen je jak LPD sing
tersebut termasuk satya (kejujuran). mungkin LPD kel korupsi dan lain-
lain” (percaya saja dengan LPD, Tabel 2. Perbandingan Pencegahan Fraud
tidak mungkin LPD akan korupsi) di LPD
DA6.2 Pencegah- Praktik LPD Nyuh Praktik LPD X
an Fraud Kuning Fraud
Penyelidi- Dipilih warga untuk Dipilih warga
“percaya sareng LPD karena kan Calon mengabdi untuk namun gagal
warganya dari warga lokal yang jadi Pegawai memajukan LPD. mengabdi
pengurus terus juga sudah banyak Pengabdian memajukan
(ngayah) LPD. (ngayah
membantu kegiatan di desa tiang merupakan bagian tidak terlaksana)
juga jadi pengurus desa orang- praktik dari
orangnya juga sudah jujur” SA7.2 pawongan dalam
perspektif THK
Mencipta- Catatan transaksi Kurangnya
Berdasarkan fraud diamond, kapabilitas kan suasana masuk disesuaikan pengawasan
menjadi salah satu faktor penyebab kerja yang dengan aplikasi sehingga
dapat komputer. transaksi tidak
fraud. Pada LPD X, fraud disebabkan mendeteksi Mengecek sesuai dengan
oleh pelaku yang menjadi pengurus perbuatan pekerjaan sesama catatan. Praktik
pada LPD tersebut. tidak jujur pegawai. Hal satya sangat
tersebut termasuk lemah.
“Kolektornya kan gitu, kolektornya dalam pawongan
ya dia pura-pura gak tau, kemudian praktik satya
bendaharanya uangnya ada sekitar (kejujuran)
Menekan -Menciptakan -Lemahnya
800 uangnya gak ada catatan, Kesempat- keterbukaan kejujuran
catatan secara resmi gak ada an (Pawongan praktik (satya)
sehingga dia yang norok gitu, ampe satya) -Tanggung
-Tanggung jawab jawab atas tugas
jual sawah…”JMS9.4 atas tugas tidak berjalan
(Pawongan praktik dengan baik
Simpulan swadharma) (swadharma)
-Kepercayaan akan -tidak memiliki
Berdasarkan hasil dan pembahasan, keberadaan Tuhan, CCTV dan
disimpulkan peran internalisasi dalam walaupun tidak sradha lemah
usaha pencegahan fraud di LPD sebagai memiliki CCTV
namun tidak berani
berikut. melakukan fraud
Berdasarkan religiositas, dari dimensi karena percaya
behavior (perilaku), praktik-praktik THK Tuhan maha
mengetahui
dilaksanakan di LPD Desa Pakraman (Parahyangan
Nyuh Kuning dengan baik dan LPD X praktik sradha)
telah lalai dalam melaksanakan praktik Hukuman Tidak pernah terjadi Pada saat
pada kesalahan besar, diketahui pelaku
THK. Berdasarkan dimensi affect, THK tindakan apabila terjadi korupsi
sangat penting dalam pengelolaan tidak jujur kesalahan besar diadakan rapat
keuangan di LPD dan hal tersebut telah akan diadakan rapat (sangkep) dan
(sangkep) pelaku
diatur juga pada Perda No. 3 tahun 2017 (Pawongan praktik dikenakan
yang menyatakan bahwa 20% profit LPD adat iwirgama) sanksi denda
digunakan untuk pembangunan desa dan namun tidak
dikeluarkan dari
5% untuk dana sosial. Berdasarkan banjar
dimensi effect, THK memberikan arahan (kesepekang)
bagi LPD untuk melaksanakan (Pawongan
praktik adat
keseimbangan atau harmonisasi ke Tuhan, iwirgama)
sesama, serta lingkungan.
Berdasarkan dimensi pencegahan
fraud menurut Thompson (1992),
pencegahan fraud yang dilaksanakan di
LPD ialah sebagai berikut.
Berdasarkan teori fraud diamond yang Fraud LPD Nyuh Kuning LPD X
dilaksanakan LPD Nyuh Kuning untuk Diamond Fraud
memitigasi faktor pemicu fraud dan yang Kapabilitas Yang dilaksanakan Kapabilitas
LPD untuk menekan menjadi salah
dialami LPD X sehingga fraud terjadi fraud: satu faktor
ialah sebagai berikut. -walaupun pegawai terjadinya
memiliki posisi kerja fraud di LPD
di LPD, fraud tidak X karena
Tabel 3. Perbandingan LPD Nyuh Kuning terlaksana di LPD pelaku
dan LPD X (Teori Fraud Diamond) karena adanya memiliki
keterbukaan informasi posisi dan
Fraud LPD Nyuh Kuning LPD X Fraud dan kejujuran (satya) informasi
Diamond termasuk dalam mengenai
Tekanan Yang dilaksanakan Melakukan praktik pawongan LPD
LPD untuk fraud karena -Pemangku memiliki
mengurangi adanya kapabilitas untuk
tekanan: ketidakpuasan berdoa agar diberikan
-Menciptakan (greedy) arahan dan kelancaran
lingkungan fleksibel (pawongan) dalam bekerja oleh
(pawongan) Tuhan (parahyangan)
-tirta yatra dan -Masyarakat karena
bepergian sudah dipercaya dan
(parahyangan) memiliki berbagai
program yang
Kesempa- Yang dilaksanakan Kesempatan membantu
Tan LPD untuk melakukan masyarakat, hal
mengurangi fraud terjadi tersebut berdampak
kesempatan: karena: pada tingkat
-Menciptakan kepercayaan yang
keterbukaan -Lemahnya tinggi dari masyarakat
(Pawongan praktik kejujuran
satya) (satya)
-Tanggung jawab Keterbatasan
atas tugas -Tanggung 1. Korban fraud hanya diwawancara
(Pawongan praktik jawab atas tugas terbatas untuk membandingkan kinerja
swadharma) tidak berjalan
-Kepercayaan akan dengan baik LPD yang menerapkan THK dan LPD
keberadaan Tuhan, (swadharma) X yang fraud dan tidak menerapkan
walaupun tidak THK dengan baik. Hal tersebut
memiliki CCTV -tidak memiliki
namun tidak berani CCTV dan dikarenakan adanya keterbatasan
melakukan fraud sradha lemah waktu.
karena percaya 2. Keterbatasan waktu dalam penelitian
Tuhan maha
mengetahui dan terbatasnya informan yang ikut
(Parahyangan berpartisipasi.
praktik sradha)

Rasionali Yang dilaksanakan Rasionalisasi


Rekomendasi
-sasi LPD untuk yang terjadi di 1. Internalisasi THK sebaiknya
menekan antara pelaku dilaksanakan di seluruh LPD untuk
rasionalisasi: fraud adalah:
-Memberikan gaji di -Adanya
membentuk karakter yang baik pada
atas UMK dan Jasa rasionalisasi setiap pegawai LPD.
Produksi akan membayar 2. Pemerintah dapat melaksanakan
-Memperkuat atau
sradha, dharma mengembalikan
kegiatan seminar untuk memberikan
(kepercayaan uang yang arahan bagi LPD agar berusaha
karmaphala) dipinjam dari melaksanakan internalisasi THK.
(parahyangan) LPD
3. Penelitian selanjutnya dapat
melaksanakan wawancara secara
mendalam dengan korban fraud dan
menambah informan untuk memberikan
hasil yang lebih komprehensif.
Referensi Kurniasari, T. W. (2007). Lembaga
Perkreditan Desa (LPD) Dalam
ACFE. (2016). Report to The Nations of Perspektif Hukum:Sebuah
Occupational Fraud and Abuse. Lembaga Keuangan Adat Hindu
USA: ACFE. Penggerak Usaha Sektor Informal
Aryasa, I. P. G. C. A. (2018). Evaluasi di Bali. Jurnal Masyarakat dan
Sistem Pengendalian Internal Budaya, 9, 53-78.
Untuk Non-Performing Loan: Studi Ledgerwood, J. (2000). Microfinance
Kasus Pada Lembaga Perkreditan Handbook: An Institutional and
Desa (LPD) X Di Bali. Universitas Financial Perspective (Sustainable
Indonesia, Banking with The Poor). Toronto,
Astawa, I. P. (2013). Ownership in the Canada: The World Bank.
Perspective of Ethnomethodology Ozer, G., Ozbek, V., Elci, M., & Aydin, K.
at the Village Credit Institutional in (2011). Concurrent Validity of
Bali. Research Journal of Finance Different Religiosity Scales Used
and Accounting, 4(8), 55-62. in Researches of Marketing Ethics
Astawa, I. P. (2018). The Impact of and A Proposal For A New
Harmonious Culture and Religiosity Scale. Anadolu
Entrepreneurship Training on Loan University Journal of Social
Repayment Performance at Sciences, 13(4), 15-28.
Microfinance in Indonesia. Asia- Ramamoorti, S. (2008). The Psychology
Pacific Management and Business and Sociology of Fraud:
Application, 6(3), 137-148. Integrating the Behavioral Sciences
Dewatapos, R. (2019, 29 April 2019). Component Into Fraud and
Kasus LPD Sangsit, Dana Nasabah Forensic Accounting Curricula
Digelapkan Tiga Pegawai. Issues in Accounting Education.,
Retrieved from 23(4), 521-533.
https://dewatapos.com/kasus-lpd- Ramantha, I. W. (2010). Menuju Lembaga
sangsit-dana-nasabah-digelapkan- Perkreditan Desa (LPD) Bali yang
tiga-pegawai/ Lebih Sehat: Suatu Kajian Struktur
Glock, C. Y., & Stark, R. (1965). Religion Pengendalian Intern. Denpasar:
and Society in Tension. Chicago: Badan Penjamin Mutu Universitas
Rand McNally and Company Udayana.
Indonesia, B. (2008). History of banking Redaksi-Nusabali. (2019, 30 April 2019).
period 1983-1997. Kasus LPD Tanggahan Peken Kini
Koentjaraningrat. (2005). Kebudayaan Ditangani Polda. Retrieved from
Mentalitas dan Pembangunan. https://www.nusabali.com/berita/4
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 6423/kasus-lpd-tanggahan-peken-
Kumar, V. V. P., & Gupta, V. K. (2011). kini-ditangani-polda
Analysis Performance Indicators Seibel, H. D. (2013). Culture and
on Sustenance of Micro Finance Governance in Microfinance: Desa
Institutes: A Comparative Study of Pakraman and Lembaga
East Asian & Pacific, and South Perkreditan Desa in Bali.
Asian Countries. Research Journal Microfinance in Developing
of Finance and Accounting, 2, 1- Countries, 6, 107-126.
15. Spradley, J. P. (2007). Metode Etnografi.
Kuntowijoyo. (1987). Budaya dan Yogyakarta: Tiara Wacana.
Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Thompson, C. (1992). Fighting Fraud. The
Wacana. Internal Auditor, 49, 18-36.
Tribune, R.-B. (2018, 29 April 2019).
Pengurus LPD Dikeluarkan dari
Krama Tanggahan Peken.
Retrieved from
https://balitribune.co.id/content/pen
gurus-lpd-dikeluarkan-dari-krama-
tanggahan-peken
Tuanakotta, T. M. (2010). Akuntansi
Forensik dan Audit Investigatif
(Edisi Kedua ed.). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Velasquez, M. G. (2006). Business Ethics
Concepts and Cases. United States
of America: Pearson Prentice Hall.
Weaver, G. R., & Agle, B. R. (2002).
Religiosity and Ethical Behavior in
Organizations: A Symbolic
Interactionst Perspective. The
Academy of Management Review,
27(1), 79-97.
Weiss, J., & Montgomery, H. (2007).
Great Expectations: Microfinance
and Poverty Reduction in Asia and
Latin America. Oxford
Development Studies, 33(3&4),
392-416.
Windia, W., & Dewi, R. K. A. (2007).
Analisis Bisnis yang Berlandaskan
Tri Hita Karana. Denpasar:
Udayana University Press.
Wirajaya, G. A., Sudarma, M., Ludigdo,
U., & Djamhuri, A. (2014). The
Accountability in the Dimension of
TRI HITA Karana (THK) An
Ethnographic Study on the
Organization of Kuta Traditional
Vilage. Scientific Research Journal
(SCIRJ), II(VIII), 10-16.
Zikmund, P. E. (2008 ). Reducing the
Expectation Gap The CPA
Journal, 78(6), 20-25.

Anda mungkin juga menyukai