Bab 2 MHD Riski
Bab 2 MHD Riski
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1.Teori Agensi
korelasi pada ikatan antara principal dan agent. Orang lain (agent) dipilih oleh
principal untuk melakukan sebuah jasa serta agent diberikan kekuasaan dalam
Premis dasar teori agensi oleh Jensen dan Meckling tahun 1976 yaitu
utilitas, maka akan terdapat perbedaan antara principal dan agent. Perbedaan tersebut
meliputi tindakan yang tidak dilaksanakan oleh agent namun sebenarnya tindakan
tersebut diharapkan oleh principal. Penyebab hal ini yaitu tujuan yang ingin diraih
principal dan agent berbeda. Oleh karena itu, untuk mengatasi perbedaan
kepentingan tersebut maka prinsipal menentukan insentif yang patut untuk agen serta
muncul biaya monitoring untuk memberikan batas tindakan agen yang melenceng
(Sonbay, 2022).
bahwa konflik yang terjadi antara pihak terkait bisa dikurangi melalui laporan
keuangan serta sistem pertanggungjawabannya. Para individu yang berperan serta
dalam urusan pemerintahan desa umumnya mempunyai keperluan pribadi yang bisa
Inti dari teori keagenan yang diutarakan oleh Eisenhardt tahun 1989
pikiran pendek mengenai masa yang akan datang, serta pribadi yang membantah
risiko. Organisasi akan berlangsung selaras dengan keinginan para stakeholder atau
tidak itu sangat ditentukan oleh faktor personal yang digambarkan lewat tiga
pemikiran bahwa dasar perbuatan etis yaitu penalaran moral. Seseorang memiliki
moral yang tinggi atau rendah bisa diukur dengan tahapan perkembangan moral yang
melaksanakan perbuatan tertentu mengenai dilema etika yang berdasar pada tingkat
fase conventional, serta fase post-conventional (Yusuf et al., 2021). Pada fase pre-
ketaatan serta kekhawatiran pada hukum. Pada tingkatan moral ini, seseorangberpikir
bahwa keperluan individunya merupakan urusan utama ketika melaksanakan
dengan peraturan sosial, wawasan hukum, tanggung jawab, serta keadilan dalam
wilayah sosial dimiliki oleh seseorang. Pada fase ini moralitas manajemen terwujud
sebab manajemen mulai mematuhi standar akuntansi serta aturan yang lain guna
kedewasaan yang lebih tinggi pada moral manajemen. Kedewasaan moral merupakan
mengenai kewajiban sosial terhadap orang lain. Berdasar pada tanggung jawab sosial,
perbuatan yang melanggar serta potensi penyelewengan pada akuntansi (Fathia &
Indriani, 2022).
2.1.3.Pengertian Fraud
berbeda sehingga sedikit tidak tepat dan benar apabila fraud didefinisikan sebagai
penipuan, kecurangan, atau penggelapan dana masyarakat. Hal ini berlainan dengan
berdasar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai Pustaka,
kecurangan memiliki makna yaitu tidak jujur dan suatu keculasan (Wulandari et al.,
2021).
sumber daya perusahaan serta negara yang dilaksanakan dengan sengaja serta sadar
serta kekeliruan (error). Hal yang membuat berbeda antara dua bentuk kesalahan ini
yaitu terdapat atau tidaknya faktor kesengajaan (Anggraini et al., 2019). Kecurangan
dilaksanakan dengan cara menggunakan peluang yang tidak benar guna memperoleh
keuntungan pribadi ataupun kelompok yang dapat menimbulkan kerugian pihak lain
(Karyono, 2013:5).
2.1.4.Dana Desa
Dana desa yaitu dana yang ditujukan untuk Desa dan diutamakan guna
penggunaan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat desa, dana ini berasal dari
Pendapatan asli desa terdiri atas jenis: hasil usaha; hasil aset; swadaya,
2. Tranfer
Kelompok transfer terdiri atas jenis: dana Desa; bagian dari hasil pajak daerah
dan retribusi daerah kabupaten/kota; alokasi dana desa; bantuan keuangan dari
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi; dan bantuan keuangan dari Anggaran
3. Pendapatan Lain
Kelompok pendapatan lain terdiri atas: penerimaan dari hasil kerja sama Desa;
oleh sebab itu prioritas bukan hanya pada pembangunan secara fisik tetapi
budaya dan kearifan lokal sebagai pembentuk kesalehan sosial berdasarkan nilai-nilai
kemanusiaan universal;
4. Keseimbangan alam adalah pengutamaan perawatan bumi yang lestari untuk
6.Sesuai dengan kondisi obyektif Desa adalah suatu keadaan yang sebenarnya
berdasarkan data dan informasi faktual, tanpa dipengaruhi pendapat atau pandangan
2.1.5.Kompetensi Aparatur
sesuatu yang diisyaratkan oleh pekerjaan pada sebuah desa (Aprilia & Yuniasih,
2021).
yang unggul pada bidang pengelolaan dana desa yang ditunjang melalui menempuh
penataran, pengalaman, latar belakang sekolah, paham akan akuntansi dan keuangan
desa, mengerti ketentuan dan mekanisme pengelolaan keuangan desa serta maksud
dari pemerintah memberikan dana tersebut. Hal ini dibutuhkan supaya pada
1.Pengetauhan
informasi yang dibutuhkan dan penetapan rencana kerja serta penggunaan data yang
2.Keterampilan
pemanfaatan teknologi dan sumber pada pelaksanaan tugas, serta pemberian alternatif
3.Sikap Perilaku
prosedur yang ada, sikap positif aparatur pada kondisi tidak menyenangkan, serta
2.1.6.Moralitas Individu
tersebut tidak menagih imbalan (Udayani & Sari, 2017). Moralitas bisa didefinisikan
sebagai mutu yang memperlihatkan apakah tindakan yang dilakukan individu baik
Menurut Aprilia & Yuniasih (2021) moral bisa diketahui melalui tindakan
bermoral baik jika individu berbuat selaras dengan nilai rasa yang berlaku pada
Terdapat enam indikator moralitas individu berdasar pada konsep (Fathia &
2.Individualisme
3.Kesesuaan Antarpribadi
4.Kelasaran Sosial
Prinsip etika universal diukur melalui kejujuran aparatur saat bekerja dalam
intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
peraturan perundang-undangan.”
pengendalian intern aktif dan pengendalian intern pasif. Pengendalian intern aktif
pengendalian intern pasif memiliki kata pokok yaitu to deter yang bermakna
Fahreza et al. (2022); serta Romadaniati et al. (2020) yaitu lingkungan pengendalian,
pengawasan.
1.Lingkungan Pengendalian
2.Penaksiran Risiko
dilakukan lewat penilaian risiko, yang berfungsi sebagai landasan guna memutuskan
3.Aktivitas Pengendalian
informasi pada sebuah wujud serta waktu yang membolehkan individu melakukan
tugas mereka.
Anggaran yang bersumber dari APBN yang mengalir ke kas desa terbagi
dalam dua mekanisme penyaluran. Pertama, dana transfer ke daerah secara bertahap
yang di kenal sebagai dana desa. Kedua, dana transfer melalui APBD Kabupaten
yang dialokasikan 10% oleh pemerintah untuk disalurkan ke kas desa secara
bertahaap yang dikenal dengan alokasi dana desa (Widiyarta, Herawati, dan Atmadja,
2017)
Dana desa dan alokasi dana desa merupakan sumber pendapatan desa
maka dalam hal akuntabilitas dana desa dan alokasi dana desa tidak menutup
2020 sebesar 34% dari total belanja negara yang mencapai Rp 2.528,8 triliun. Total
transfer ke daerah dan dana desa dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
5,45% dibandingkan APBN 2019 yang sebesar Rp 814,4 triliun. Secara rinci, alokasi
Transfer ke Daerah dalam RAPBN 2020 sebesar Rp 786,8 triliun, naik 3,97% dari
tahun sebelumnya yang sebesar Rp 756,8 triliun. kenaikan anggaran tersebut tidak
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/09/27)
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang Pedoman
dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yaitu transparan, akuntabel dan partisipatif
dalam masyarakat, yaitu demokrasi, adil, transparan, bermoral tinggi, berhati – hati
Korupsi (KPK), KPK mengidentifikasi adanya empat aspek yang dapat memicu
terjadinya korupsi dalam pengelolaan keuangan desa yaitu pada aspek regulasi dan
kelembagaan, aspek tata laksana, aspek pengawasan dan aspek sumber daya
pengelolaan keuangan desa terdapat beberapa permasalahan antara lain pada aspek
regulasi dan kelembagaan, aspek tata laksana, aspek pengawasan dan aspek
sumber daya manusia. Hal tersebut terjadi karena adanya tumpang tindih
rawan manupulasi, potensi fraud oleh tenaga pendamping akibat kelemahan aparat
Dalam rangka pencegahan fraud yang terjadi dalam pengelolaan dana desa,
keuangan desa, maka diharapkan tujuan ekonomi dan sosial pemerintahan desa
Kecurangan (fraud) menurut standar the institute of internal auditor (2013) yang
dapat diartikan sebagai segala perbuatan yang dicarikan dengan pengelabuhan atau
pembayaran atau kerugian atau untuk menjamin keuntungan /manfaat pribadi dan
bisnis. Perbuatan ini tidak tergantung pada ancaman kekerasan oleh pelaku
sangat diharapkan tujuan ekonomi dan sosial pemerintahan desa dapat tercapai.
Oleh karena itu, peran serta pihak-pihak di luar pemerintahan desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) seperti tokoh desa, tokoh agama, kaum petani,
dilibatkan dalam pengelolaan dana desa. Prasetyo dan Muis (2015) menyatakan
Pasal 1,Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain,
dan/atau hal tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
mempunyai sumber pendapatan asli desa, bagi hasil pajak daerah dan retribusi
daerah Kabupaten/Kota, bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah
keuangan dari APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota, serta hibah dan
Tata kelola keuangan desa ialah sebuah bentuk usaha dalam mendukung
Tahun 2014 tentang Desa maka dapat diperkirakan akan menjajaki babakbaru
keseluruh desa yang menjadi pelumas roda pembangunan ekonomi desa dalam
Moralitas dan kapabilitas individu kepala desa dan perangkat desa yang
baik akan mampu mengatur anggaran dana desa secara efektif, begitu pula dengan
menganggur (iddle fund) yang dimiliki pemerintah daerah yang kerap kali
dijadikan modus korupsi bagi para pemangku daerah (Fathur, 2016).Masih banyak
perilaku kerja inovatif yang dimiliki oleh kepala desa. Masyarakatpada umumnya
hanya melihat dari garis besarnya saja dan hanya dari asumsi masyarakat yang lain
peningkatan. Rata-rata dalam tiap tahun terjadi kasus korupsi pada sektor desa
ialah sebanyak 61 kasus, yang dilakukan oleh 52 kepala desa serta terjadi kerugian
keuangan negara mencapai hingga Rp256 miliar. Pada tahun 2015-2019 korupsi
hak,kewajiban dan peran fungsi perangkat desa berjalan secara optimal. Dalam
berusaha memberikan hasil analisis dan bukti empiris yang lebih dalam tentang
perilaku-perilaku individu yang berhubungan dengan pengaturan dana desa
Dalam riset ini diharapkan juga bisa memberikan referensi serta informasi serta
arahan bagi peneliti lain yang terkait dengan moralitas, kapabilitas individu dan
perilaku kerja inovatif oleh aparatur desa terhadap tata kelola keuangan dana desa,
bagi akademisi agar mampu menjadi tumpuan atau pijakan bagi usaha dalam
maupun nasional, serta bagi pemerintah desa supaya dapat menjadi referensidalam
kapabilitas individu dan perilaku kerja yang inovatif sebagai upaya dalam
aparatur desa yang bertindak sesuai moral dan bertanggungjawab yang tertananam
dalam dirinya akan sangat mempengaruhi terlaksananya tata kelola keuangan dana
desa dengan baik. Suatu aturan atau kaidah yang mengontrol perilaku manusia di
masyarakat untuk berbuat baik sesuai kaidah dan aturan disebut moral. Tingkatan
moralitas individu yang tinggi akan bisa meminimalisir dan menghindari adanya
moral seseorang menunjukkan angka yang tinggi, akan semakin mungkin untuk
dengan hasil riset yang dilakukan oleh Yusuf, et al., (2018)dan Mutmainah, (2022)
Moralitas memiliki pengaruh terhadap tata kelola keuangan desa sebab makin
tinggi moralitas pelaku tata kelola (aparatur desa) dalam mengatur dana desa maka
memadai untuk melakukan suatu tugas atau dapat diartikan sebagai keterampilan
yang dimiliki dan kecakapan yang diisyaratkan. Menurut Laksmi dan Sujana
yang didapatkan melalui belajar, latihan, pengalama serta pendidikan. Oleh karena
itu, aparatur desa adalah faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan
dimiliki oleh seseorang atau individu. Budi aningsih dalam Udayani dan Sari
atas dasar kesadaran atas kewajiban dan tanggungvjawabnya, dan bukan karena
ingin memperoleh keuntungan dari sesuatu yang dilakukannya. Pernyataan ini bisa
didefinisikan bahwa moralitas setiap orang merupakan perilaku atau sikap baik,
dimana orang tersebut bertindak tanpa pamrih atau tidak meminta balasan.
Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan
yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
dilakukan oleh Wonar et al., (2018), Atmadja dan Saputra (2017) yang
kompetensi yang dimiliki oleh aparatur desa maka akan semakin tinggi juga
tingkat pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa. Tetapi hasil penelitian
tersebut tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisykurillah dan
dari dalam diri manusia yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan
sesuai dengan prinsip etika. Sedangkan, seseorang yang tidak menjunjung tinggi
oleh Laksmi dan Sujana (2019), serta Rahimah et al., (2018) bahwa moralitas
selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ade (2017) yang menyatakan
akuntansi.
dijalankan dan ditaati oleh seluruh pegawai organisasi atau perusahaan. Karena
jika semakin baiknya sistem pengendalian internal dalam sebuah organisasi maka
akan mencegah kecurangan karena tidak adanya peluang, namun begitu juga
sebaliknya jika sistem pengendalian dalam suatu organisasi itu tidak bagus maka
akan menjadi peluang bagi para kerah putih untuk melakukan kecurangan.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Laksmi dan
penelitian tersebut tidak selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Wonar et
pemerintah kepada desa yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Indonesia No. 8 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Dana desa merupakan salah satu cara yang
sudah sesuai dengan isi Undang-Undang Desa No.6 Tahun 2014 tentang Desa,
yang berisi pemberian otonomi yang lebih besar kepada desa agar dapat menjadi
Kompentesi
(X1)
Sistem Pengendalian
Intern (X3)
2.3. Hipotesis
Faktor pertama yang dapat mempengaruhi pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan (UU No. 13 tahun 2003 pasal 1
(10). Pengertian dan arti kompetensi oleh spencer (2014) dapat didefinisikan
hubungan kausal atau sebagai sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan,
efektif, atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau situasi tertentu.
Menurut Spencer (2014), kompetensi terletak pada bagian dalam setiap manusia
tingkah laku dan performansi secara luas pada semua situasi dan tugas pekerjaan
atau job tasks. Dengan kata lain kompetensi adalah sesuatu yang ditunjukkan
seseorang dalam kerja setiap hari. Ketika aparatur sudah dibekali dengan
kompetensi yang baik, maka kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi akan dapat
dicegah.
dana desa adalah Moralitas aparatur. mengambil suatu keputusan etis (Umam,
2010). Moralitas atau moral merupakan baik buruknya sikap atau perilaku yang
dimiliki oleh seseorang (Junia, 2016). Menurut hasil penelitian Putu Santi Putri
Laksmi1, Ketut Sujana (2019), Rahimah, Murni dan Lysandra (2018) dan
tinggi level penalaran moral seseorang maka akan semakin tinggi tingkat
kebenaran yang dilakukan. Sebaliknya semakin rendah level penalaran moral
penalaran moral yang tinggi dapat mencegah terjadinya kecurangan dalam suatu
organisasi..
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
perundangundangan.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis ketiga yang dibangun adalah: H3: Sistem
dana desa.