Nim : 0502212081
X1 : Akuntabilitas
Y : Pembangunan Desa
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Akuntabilitas
a. Pengertian Akuntabilitas
Menurut Fajar Bayu dalam (Hanafie et al., 2019) faktor-faktor yang mempengaruhi
akuntabilitas meliputi:
c. Manfaat Akuntabilitas
Manfaat akuntabilitas yaitu (Endang, 2022):
1) Sebagai alat kontrol demokrasi
2) Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Schacter selanjutnya menegaskan bahwa pelaksanaan akuntabilitas pada dasarnya
memiliki dua manfaat utama, yaitu (Zawawi, 2019):
1) Manfaat politik (political purpose), yaitu akuntabilitas merupakan suatu mekanisme
untuk meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan.
2) Manfaat operasional (operational purpose), yaitu akuntabilitas merupakan mekanisme
untuk membantu menjamin pemerintah bertindak secara efektif dan efisien.
Menurut Endang Solihin dalam (Ulfa et al., 2019) manfaat dari akuntabilitas adalah
sebagai berikut:
1) Meningkakana kepercayaan dan kepuasan publik terhadap pengelolaan keuangan oleh
pemerintah desa.
2) Timbulnya kesadaran masyarakat tentang hak untuk menilai penyelenggaraan
pemerintahan desa.
3) Berkurangnya kasus KKN di dalam lingkup pemerintah desa.
Menurut Lembaga Administrasi Negara, terdapat tiga fungsi penting dari
akuntabilitas, di antaranya (Prasetio, 2017):
1) Sebagai Alat Monitor
Akuntabilitas berfungsi sebagai cara untuk melakukan monitor tugas atau
kewajiban yang dikerjakan oleh seseorang untuk dipertanggungjawabkan. Selain itu,
akuntabilitas juga berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan kerja dan alat untuk
mengevaluasi kerja.
2) Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Kerja
Fungsi akuntabilitas yang kedua adalah menjadikan kinerja menjadi lebih
efektif dan juga efisien. Pekerjaan menjadi lebih efektif serta efisien karena
akuntabilitas memungkinkan adanya evaluasi yang dilakukan secara berkala.
3) Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Kekuasaan
Akuntabilitas juga berfungsi untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh
orang-orang yang berkuasa, misalnya melakukan korupsi. Seseorang yang memegang
prinsip akuntabilitas akan menghindarkan dirinya dari tindakan tersebut karena
merasa harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
c. Manfaat Transparansi
Manfaat dari adanya transparansi ialah (Wahyuni et al., 2023):
1) Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi pada
stabilitas fiskal dan makroekonomi sehingga penyesuaianpenyesuaian dikemudian
hari dapat diminimalisir.
2) Meningkatkan akuntabilitas pemerintah, legislatif, media dan masyarakat dapat
melaksanakan fungsi kontrol terhadap pemerintah lebih baik jika mereka mempunyai
informasi tentang kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan/pengeluaran
pemerintah. Para pejabat publik akan berlaku lebih bertanggungjawab jika keputusan
yang diambil dilakukan secara terbuka/transparan untuk publik dan dapat mecegah
adanya korupsi, kolusi dan nepotisme.
3) Transparansi dapat mengingkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan membangun
hubungan sosial yang lebih erat, misalnya masyarakat dapat memahami kebijakan
pemerintah dan bahkan mendukung kebijakan tersebut
4) Mengingkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan
tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dalam maupun luar negeri untuk
berinvestasi lebih banyak.
Beberapa manfaat yang didapat jika transparansi ini dilaksanakan, antara lain menurut
Jamaludin dalam (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020):
1) Menciptakan horizontal accountability antara pemerintah Desa dengan penduduk
Desa dan pihak-pihak lain sehingga tercipta pemerintahan yang transparan, efisien,
efektif dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat Desa.
2) Menciptakan hubungan harmonis antara pemerintah Desa dengan masyarakat Desa
dalam mendukung pengambilan keputusan yang ekonomis untuk kepentingan
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan Desa.
3) Membandingkan kinerja anggaran / penggunaan anggaran dan untuk menilai kondisi
dana dengan hasil yang dicapai, sehingga berguna untuk menyusun prioritas anggaran
untuk mewujudkan program yang diprioritaskan.
4) Sebagai kontrol publik terhadap pemerintah Desa.
Menurut Pasquier dan Villeneuve dalam (Jubaedah, 2011) manfaat transparansi
sebagai berikut:
1) Memberikan informasi kepada pemerintah tentang segala bentuk kegiatan
masyarakatnya.
2) meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakatnya, terutama untuk
membangun kepercayaan (trust) dari masyarakat.
3) transparansi dibutuhkan sebagai alat untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Menurut Sri Minarti dalam (Siregar et al., 2019) mengemukakan bahwa “ Manfaat
dari adanya transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik, antara pemerintah,
masyarakat, melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai”.Dari pendapat ahli di atas tentang manfaat transparansi
dapat disimpulkan bahwa manfaat dari transparansi yaitu menerapkan peraturan agar tidak
terjadinya kecurangan.
Menurut Boven dalam (Swasanany, 2021), manfaat akuntabilitas terdiri dari tiga
aspek yaitu:
1) Menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem
yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak
swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat
kementrian, lembaga maupun daerah);
2) Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
3. Pembangunan Desa
a. Pengertian Pembangunan Desa
Menurut Rahardjo Soepangat, pembangunan desa adalah proses peningkatan taraf
hidup masyarakat desa melalui pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang ada di desa
tersebut (Kartika, 2012).
Ki Hajar Dewantara mengartikan pembangunan desa sebagai upaya memajukan
masyarakat desa dalam segala bidang, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya, dengan
memanfaatkan sumber daya manusia dan alam yang ada di desa (Fathony et al., 2019).
Menurut Soekarno, pembangunan desa adalah suatu proses perjuangan untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia desa melalui pemenuhan kebutuhan dasar hidup
yang layak, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lapangan pekerjaan
(Nurnaningsih, silas roberto, 2015).
Menurut Selo Soemardjan, pembangunan desa adalah proses peningkatan kualitas
hidup masyarakat desa dalam segala aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, dan politik,
dengan tujuan agar masyarakat desa dapat mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik
(Paselle et al., 2019).
Mubyarto mendefinisikan pembangunan desa sebagai upaya untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa melalui pengembangan sumber daya manusia,
ekonomi, sosial, dan lingkungan di desa (Misna et al., 2015).
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, pembangunan desa
adalah proses pembentukan dan pengembangan struktur ruang dan tata guna lahan desa yang
terencana, terpadu, dan berkelanjutan, dengan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat desa (Hanafie et al., 2019).
Pengertian di atas mencerminkan berbagai sudut pandang ahli terkait dengan
pembangunan desa, yang menekankan aspek-aspek seperti peningkatan kualitas hidup,
pemanfaatan sumber daya, pengembangan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembangunan Desa
Menurut Tiza dalam (Prasojo & Fauziah, 2015) factor implementasi program
pembangunan desa dipengaruhi beberapa faktor antara lain (Prasojo & Fauziah, 2015):
1) Kualitas dan kuantitatas pelaksana program kurang memadai;
2) Koordinasi para pelaku program lintas sektor yang kurang terjalin dengan baik;
3) Intensitas pendampingan yang kurang maksimal;
4) Sosialisasi program belum dilaksanakan secara optimal;
5) Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan program;
6) Rendahnya jiwa/semangat kewirausaahn dari masyarakat;
7) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program belum optimal
Faktor lainnya yang dikemukakan oleh Erlangga, dkk dalam (Oktaviani et al., 2017)
yaitu masyarakat masih menganut nilai paternalistik yang menempatkan
kepala desa sebagai sosok panutan yang dihormati, bahkan sebagian masyarakat
menganggap sebagai sosok yang serba tahu dan serba benar Sehingga dalam
pembangunan desa adanya sikap kritis dari masyarakat dapat dianggap sebagai sikap
melampaui dan tidak menghormati kepala desa, implikasinya yaitu sikap masyarakat
yang bersifat pasif dan menyetujui kebijakan pembangunan desa yang dibuat
oleh kepala desa. Hal ini pada akhirnya berkontribusi kepada rendahnya kontrol
masyarakat dan memberikan keleluasaan kepada kepala desa untuk berperilaku koruptif.
Menurut Marzuki dalam (Ayuwi et al., 2022) factor yang mempengaruhi
pembangunan desa yaitu:
1) Adanya kemitraan atas dasar kesamaan antara pemerintah dan masyarakat setempat
yang diwujudkan dalam fase pengambilan keputusan dan implementasi keputusan
program; dan
2) Masyarakat setempat sendiri yang membuat keputusan mereka dan mengambil
tanggung jawab penuh dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi
program dengan dukungan pemerintah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan desa yaitu (Warouw & Pangemanan,
2015):
1) Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan salah satu komponen penunjang, dengan hasil
yang dilihat maka pengoptimalan terhadap sumber daya alam harus lebih
ditingkatkan. Karena kemampuan mengolah sumber daya alam yang dimi-liki dapat
meningkatkan kemajuan pembangunan desa.
2) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor pendorong terhadap
kemajuan desa, jika hasil yang didapat demikian maka, dengan tingkat pendidikan
yang cukup setidaknya diikuti dengan keterampilan-keterampilan tertentu, agar
pengembangan potensi diri mampu bersaing dan tentunya meningkatkan
pembangunan desa yang ada. Kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat
bisa menjadi penghambat kemajuan desa. Dengan demikian hendaknya pemerintah
atau organisasi desa mampu memberikan pelatihan keterampilan, karena dengan
pendidikan yang cukup dan keterampilan yang memadai bisa lebih meningkatkan
pembangunan desa.
3) Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu tolak ukur terhadap pembangunan, dan
tentunya ekonomi yang baik menunjukan ketercaipan pembangunan. Selain realisasi
PBB yang didapat, pengelolahan terhadap hasil-hasil produksi, serta ketersediaannya
sarana perekonomian mampu menunjang ekonomi yang ada.
Menurut Todaro dan Smith dalam (Setyowati et al., 2021) faktor yang mempengaruhi
pembangunan desa yaitu:
1) Pelayanan Publik
Keberhasilan satu desa tidak saja ditunjang dari populasi masyarakat, sumber
daya alam dan sumber daya manusia, layanan dari pemerintah juga merupakan salah
satu faktor kemajuan pembangunan desa. Adanya Pelayanan publik lewat instansi-
instansi pemerintah, aparat pemerintah, organisasi kelompok masyarakt desa, serta
sarana dan prasaranan fasilitas umum dinilai mampu membawa satu desa ke arah
yang lebih baik. Ketika semua pelayanan publik itu ada dan berjalan kurang baik
memicu kegagalan pembangunan desa. Pelayanan publik yang bertujuannya untuk
melayani, membimbing, dan mengatur seluruh komponen desa memegang peran yang
besar, terealisasinya suatu keputusan serta pengambilan keputusan dalam suatu
program pembangunan. Untuk itu keberhasilan suatu layanan untuk masyarakat
seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain situasi dan kondisi pribadi
maupun kelompok, dan tak luput juga dari kondisi lingkungan.
2) Partisipasi Masyarakat
Proses pembangunan dimana bantuan pemerintah daerah terbatas, keterlibatan
masyarakat lewat partisipasi masyarakat sangat diperlukan, namun kemampuan
berpartisipasi masyarakat berbeda–beda. Oleh sebab itu perbedaan partisipasi
masyarakat akan juga menunjukan perbedaan kemajuan pembangunan. Ada berbagai
macam partisipasi yang bisa dilakukanoleh masyarakat terhadap proses pembangunan
desa.