Anda di halaman 1dari 17

Nama : Hafizah Sri Rahma Wulandari

Nim : 0502212081

Prodi : Akuntansi Syariah Kelas 5 D

Variabel Independen dan Variabel Dependen

X1 : Akuntabilitas

X2 : Transparansi Alokasi Dana Desa

Y : Pembangunan Desa
BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Akuntabilitas

a. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas menurut Krina merupakan prinsip yang menjamin setiap kegiatan


penyelenggaraan pemerintahan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka oleh pelaku
kepada pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan (Syachbrani & Baharuddin, 2019).
Pengertian akuntabilitas menurut Mardiasmo adalah suatu bentuk kewajiban
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media
pertanggungjawaban (Tahir, 2011). Menurut Budiarjo menjelaskan bahwa Akuntabilitas
adalah sebagai suatu pertanggungjawaban pihak yang diberi mandat untuk memerintah
kepada mereka yang memberi mandat itu (Oktaviani et al., 2017). Pengertian akuntabilitas
menurut pedoman penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Pusat Penelitian Geoteknologi, tahun 2010 adalah:Kewajiban untuk memberikan
pertanggungjawaban dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/ badan
hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban (Yuliah, 2012) .
Sedangkan pengertian akuntabilitas publik menurut Mahmudi adalah kewajiban pemerintah
(agent) untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat
(principal) (Setyawan, 2010).

Dari beberapa definisi akuntabilitas diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


akuntabilitas adalah bentuk kewajiban seseorang atau organisasi kepada pihak yang memiliki
hak atau kewenangan.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas

Menurut Fajar Bayu dalam (Hanafie et al., 2019) faktor-faktor yang mempengaruhi
akuntabilitas meliputi:

1. Penggunaan sumber-sumber daya yang konsisten dengan asas-asas umum


penyelenggaraan negara
2. Komitmen dari pimpinan dan seluruh stat instansi yang bersangkutan;
3. Pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan;
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh;
5. Jujur, obyektif, transparan, dan akurat;
6. Menyajikan keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut Dewi Gayatri,dkk dalam (Nurhayati et al., 2021) faktor-faktor yang
mempengaruhi akuntabilitas yaitu:
a) Kualitas Sumber Daya Alam.
Kualitas sumber daya manusia menjadi salah satu faktor yang sangat penting
dalam menciptakan good governance dalam pengelolaan keuangan desa. Dalam
pengelolaan keuangan desa yang baik, pemerintah desa harus memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas, didukung dengan latar belakang pendidikan dan pelatihan,
serta mempunyai pengalaman dibidang keuangan. Sehingga sumber daya manusia
tersebut mampu memahami dengan baik dalam penerapan sistem akuntansi. Makin
baik kualitas sumber daya manusia, maka akan makin akuntabel pengelolaan
keuangan desa.
b) Pengawasan BPD
Pengawasan merupakan pemeriksaan dan pengendalian yang dilakukan sesuai
dengan aturan dan kewenangan yang berlaku. Pengawasan sangat penting untuk
menilai apakah anggaran yang digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan
perencanaan yang telah ditentukan. Dalam pemerintah desa, pengawasan dilakukan
untuk menjaga kegiatan operasi pemerintah desa sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan guna mencapai tujuan pemerintahan desa. Sehingga pengawasan BPD ini
dapat meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Jika pengawasan BPD
terhadap pemerintah desa sesuai dengan tugasnya, maka potensi terjadinya kesalahan
dan kecurangan juga akan makin kecil. Pemerintah desa harus
mempertanggungjawabkan penggunaan dana desa kepada masyarakat yang
menginginkan hasil kinerja yang baik dari pemerintah.
c) Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. Partisipasi
masyarakat juga bertujuan untuk mencapai hasil yang tepat sasaran dan mampu
menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam pengelolaan keuangan desa. Makin
tinggi tingkat partisipasi masyarakat, maka akan makin tinggi pula rasa tanggung
jawab pemerintah desa dalam melaksanakan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
Sebaliknya, jika tingkat partisipasi masyarakat rendah, maka akan makin rendah pula
rasa tanggung jawab pemerintah desa yang dapat menyebabkan terjadinya
penyalahgunaan dana desa. Makin tinggi partisipasi masyarakat, maka akan makin
akuntabel pula pengelolaan keuangan desa.

Sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi akuntabilitas adalah sebagai berikut


(Ulfa et al., 2019):
a) Perencanaan
Perencanaan yang dimaksud yaitu dalam pengelolaan keuangan desa yang
meliputi:
1) Sekretaris akan membuat RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan sketsa
gambarannya berdasarkan rencana kerja yang telah di buat.
2) RAB dan Sketsa gambaran yang telah dibuat ditinjau ulang atau dihitung
kembali oleh Dinas terkait.
3) Jika RAB telah disetujui maka RAB tersebut akan menjadi bahan penyusunan
APB Desa
b) Pelaksanaan
Akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan keuangan desa dapat dilihat dari
adanya dokumen pelaksanaan anggaran mengenai rencana kegiatan atau kegiatan
yang dilakukan dalam pelaksanaan DD, yang dalam pelaksanaan kegiatannya
diutamakan melalui swakelola dimana dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan
material/bahan dari daerah setempat dan gotong-royong yang melibatkan masyarakat
Desa untuk memperluas kesempatan kerja dan pemberdayaan warga setempat. Oleh
karena itu tim pelaksana yang melakukan kegiatan yang menggunakan Dana ADD
disetiap kegiatan nya harus selalu menyertakan segala jenis bukti yang di dapatkan,
buktibukti tersebut di tujukkan agar bendahara Desa dapat dengan mudah membuat
laporan pelaksanaan kegiatan ADD, dan segala kegiatan pelaksanaan ADD akan dapat
di pertanggunjawabkan.
c) Pertanggungjawaban
Dalam pengelolaan ADD harus dilaksanakan secara Akuntabel. ADD
merupakan dana yang diperoleh dari pemerintah daerah untuk Desa, untuk
menerapkan akuntabilitas dalam pertanggungjawaban ADD, pemerintahan Desa
dalam setiap kegiatannya harus selalu dilakukan dokumentasi agar pemerintah Desa
dapat dengan mudah membuat laporan pertanggungjawaban ADD.
Menurut Indrayani dalam (Fadhlurrohman et al., 2021) faktor-faktor yang
mempengaruhi akuntabilitas yaitu:
1) Factor Budaya Organisasi
Budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
organisasi pemerintah daerah karena budaya organisasi membentuk
kepribadian individu organisasi yang mengarah kepada sikap dan prilaku
positif dan budaya organisasi sangat berpengaruh terhadap pengembangan dan
implementasi system pengukuran kinerja organisasi.
2) Factor Ketaatan Perundang-Undangan
Ketaatan perundang-undangan adalah salah satu factor dari
akuntabilitas karena peraturan perundang-undangan lah yang menjadi acuan
bagi pertanggung jawaban kinerja organisasi pemerintahan. Maka dari itu
penerapan akuntabilitas kinerja organisasi harus didasari oleh perundang-
undangan dan untuk memperjelas sasaran dan tujuan dari akuntabilitas kinerja
organisasi pemerintah daerah.
Menurut Tia Yolanda dalam (Wahyuni et al., 2023) faktor-faktor yang mempegaruhi
akuntabilitas yaitu sebagai berikut:
1) Pengendalian internal yang dilakukan aparat desa sangat mendukung
akuntabilitas dana desa dalam pemerintahan. Aparat desa sebagai agen
melakukan pengendalian internal tidak hanya berupa peraturan melainkan
dilakukan oleh orang-orang dalam pemerintahan untuk pencapaian tujuan
dalam pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasional. Masyarakat sebagai
prinsipal dilibatkan oleh aparat desa dalam mendukung tujuan tersebut.
2) Kerjasama dan koordinasi juga tercipta antara agen dengan prinsipal yang
diwujudkan dalam bentuk musyawarah maupun partamiangan (pertemuan di
dusun). Dalam kegiatan tersebut agen maupun prinsipal sama-sama memiliki
hak untuk berpendapat serta saling membantu dalam pelaksanaan tugasnya.
3) Kompetensi SDM yang dikelola dengan baik akan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi Gaya kepemimpinan yang ideal, transparan, tegas dan
kolaborasi sangat dibutuhkan untuk menghindari masalah keagenan. Masalah
keagenan muncul ketiga agen tidak mampu memaksimalkan kebutuhan
prinsipal seperti masyrakat tidak memperoleh informasi yang cukup dan tepat.
4) Pemanfaatan teknologi juga menjadi aspek yang mempengaruhi akuntabilitas
yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 serta
Pepres 95 Tahun 2018. Mayoritas desa yang menjadi objek penelitian telah
mengintegrasikan akuntabilitas dana desa dengan penggunaan teknologi
sehingga meningkatkan akurasi dan validitas nilai yang sangat penting untuk
menyelaraskan kepentingan agen dan prinsipal.
5) Partisipasi masyarakat dapat mendorong akuntabilitas pemerintahan karena
pemerintah dan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Masyarakat sebagai
prinsipal memberikan kepercayaan kepada pemerintah sebagai agen dalam
pengelolaan keuangan dana desa. Partisipasi yang dilakukan berupa fisik
seperti pekerja, menghadiri musyawarah, memberikan pendapat, dsb.

c. Manfaat Akuntabilitas
Manfaat akuntabilitas yaitu (Endang, 2022):
1) Sebagai alat kontrol demokrasi
2) Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Schacter selanjutnya menegaskan bahwa pelaksanaan akuntabilitas pada dasarnya
memiliki dua manfaat utama, yaitu (Zawawi, 2019):
1) Manfaat politik (political purpose), yaitu akuntabilitas merupakan suatu mekanisme
untuk meminimalkan penyalahgunaan kekuasaan.
2) Manfaat operasional (operational purpose), yaitu akuntabilitas merupakan mekanisme
untuk membantu menjamin pemerintah bertindak secara efektif dan efisien.
Menurut Endang Solihin dalam (Ulfa et al., 2019) manfaat dari akuntabilitas adalah
sebagai berikut:
1) Meningkakana kepercayaan dan kepuasan publik terhadap pengelolaan keuangan oleh
pemerintah desa.
2) Timbulnya kesadaran masyarakat tentang hak untuk menilai penyelenggaraan
pemerintahan desa.
3) Berkurangnya kasus KKN di dalam lingkup pemerintah desa.
Menurut Lembaga Administrasi Negara, terdapat tiga fungsi penting dari
akuntabilitas, di antaranya (Prasetio, 2017):
1) Sebagai Alat Monitor
Akuntabilitas berfungsi sebagai cara untuk melakukan monitor tugas atau
kewajiban yang dikerjakan oleh seseorang untuk dipertanggungjawabkan. Selain itu,
akuntabilitas juga berfungsi sebagai alat ukur keberhasilan kerja dan alat untuk
mengevaluasi kerja.
2) Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Kerja
Fungsi akuntabilitas yang kedua adalah menjadikan kinerja menjadi lebih
efektif dan juga efisien. Pekerjaan menjadi lebih efektif serta efisien karena
akuntabilitas memungkinkan adanya evaluasi yang dilakukan secara berkala.
3) Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan Kekuasaan
Akuntabilitas juga berfungsi untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan oleh
orang-orang yang berkuasa, misalnya melakukan korupsi. Seseorang yang memegang
prinsip akuntabilitas akan menghindarkan dirinya dari tindakan tersebut karena
merasa harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.

2. Transparansi Dana Desa


a. Pengertian Transparansi
Transparansi menurut Hari Subarno merupakan salah satu aspek yang
mendasargunakan terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang baik, dan juga perwujudan
tata pemerintahan yang baik dengan mensyaratkan adanya keterbukaan informasi,
keterlibatan, dan juga kemudahan akses bagi setiap masyarakat terhadap proses
penyelenggaraan pemerintah (Lisnawati & Lestari, 2019). Selanjutnya, Silver mendefinisikan
transparansi sebagai suatu kejujuran dan ketepatan yang tidak hanya dalam jumlah yang
disampaikan atau dirilis oleh organisasi, tapi juga bagaimana organisasi menjalankan
operasionalnya (Mahamurah et al., 2019). Menurut Mardiasmo pengertian transparansi
adalah “Keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijaksanaan kebijaksanaan keuangan
daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat (Julita & Abdullah,
2020). Krina mendefinisikan transparansi sebagai prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaanya serta
hasil-hasil yang dicapai (Umar & Syawalina, 2018). Terakhir yaitu Tjokromidjoyo,
menjelaskan bahwa transparansi yaitu dapat diketahui oleh banyak pihak (yang
berkepentingan) mengenai perumusan kebijakan (politik) dari pemerintah, organisasi dan
badan usaha (Mualifu et al., 2019). Good Governance tidak membolehkan manajemen
pemerintahan yang tertutup.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi adalah keterbukaan
pemerintah kepada publik tentang semua informasi yang berkaitan dengan aktivitas
penyelenggaraan pemerintahan.
Menurut Sahdan (2004:10) “Alokasi dana desa yang kemudian disebut ADD adalah
dana responsivitas Negara untuk membiayai kewenangan desa dan memperkuat kemandirian
desa (Fahmi, 2016). Menurut Syachbarani alokasi dana desa merupakan bagian dari kuangan
desa yang didapatkan melalui Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta Hasil
Pajak Daerah yang diterima oleh Kabupaten (Marthen KondoErawati, 2021).
Sanusi dan Djumlani menyatakan bahwa alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang
harus diserahkan oleh pemerintah daerah kepada pemerintah desa , yang berasal dari
Kabupaten yang penggunaannya 30% untuk belanja aparatur dan operasional sedangkan 70%
untuk belanja publik serta pemberdayaan masyarakat (Alokasi et al., 2019). Sedangkan
menurut Peraturan Bupati Lombok Tengah Nomor 3 Tahun 2019, Alokasi Dana Desa yang
selanjutnya disingkat ADD merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
kabupaten dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah dikurang dana alokasi
khusus (Satria, 2018). Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa, dana desa adalah dana
yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa
yang ditransfer melalui pendapatan dan belanja daerah kabupaten/ kota dan digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat (Sofi, 2021).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Alokasi Dana Desa (ADD)
merupakan Dana yang diperoleh oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, serta Pemerintah Daerah
diberikan wewenang untuk mengatur Alokasi Dana Desa di wilayahnya. Dari kesimpulan
pengertian transparansi dan alokasi dana desa, bisa diketahui bahwa transparansi alokasi dana
desa yaitu keterbukaan pemerintah desa terhadap dana yang telah diberi oleh pemerintah
pusat dan daerah yang kemudian perangkat desa diberi wewenang untuk mengalokasikan
dana tersebut.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transparansi


Faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi adalah sebagai berikut (Adiwirya &
Sudana, 2015):
a) Ada tidaknya kerangka kerja hukum bagi transparansi
1) Adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur persoalan transparansi.
2) Adanya kerangka kerja hukum yang memberi definisi yang jelas tentang peran
dan tanggung jawab bagi semua aspek kunci dari manajemen fiskal.
3) Adanya basis legal untuk pajak.
4) Adanya basis legal untuk pertanggungjawaban belanja dan kekuasaan
memungut pajak dari pemerintah daerah.
5) Adanya pembagian peran dan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing
tingkatan pemerintahan.
b) Adanya akses masyarakat terhadap transparansi anggaran.
1) Adanya keterbukaan dalam kerangka kerja anggaran (proses penganggaran).
2) Diumumkannya setiap kebijakan anggaran.
3) Dipublikasikannya hasil laporan anggaran (yang telah diaudit oleh lembaga
yang berwenang (BPK RI)
4) Adanya dokumentasi anggaran yang baik yang mengandung beberapa indikasi
fiskal.
5) Terbukanya informasi tentang pembelanjaan aktual.
c) Adanya audit yang independen dan efektif.
1) Adanya lembaga audit yang independen dan efektif.
2) Adanya kantor statistik yang akurasi datanya berkualitas.
3) Adanya sistem peringatan dini (early warning system) dalam kasus buruknya
eksekusi atau keputusan anggaran.
d) Adanya keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan anggaran.
1) Adanya keterbukaan informasi selama proses penyusunan anggaran.
2) Adanya kesempatan bagi masyarakat sipil untuk berpartisipasi dalam proses
penganggaran
Mardiasmo dalam bukunya menjelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi
transparansi yang harus dipenuhi meliputi sebagai berikut (Khasanah & Marisan, 2022) :
a) Informativeness (informatif)
Pemberian arus informasi, berita, penjelasan mekanisme, prosedur, data, fakta
kepada stakeholders yang membutuhkan informasi secara jelas dan akurat.
b) Openess (keterbukaan).
Keterbukaan Informasi Publik memberi hak kepada setiap orang untuk
memperoleh informasidenganmengaksesdatayangadadi badan publik, dan
menegaskan bahwa setiap informasi publik itu harus bersifat terbuka dan dapat
diakses oleh setiap pengguna informasi publik, selain dari informasi yang
dikecualikan yang diatur oleh Undang-Undang.
c) Disclosure (pengungkapan)
Pengungkapan kepada masyarakat atau publik (stakeholders) atas aktivitas dan
kinerja finansial.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi transparansi yang dikemukakan oleh
Humanitarian Forum Indonesia adalah (Purwanti, 2021) :
a) Adanya informasi yang mudah dipahami dan diakses (dana, cara pelaksanaan, bentuk
bantuan atau program)
b) Adanya publikasi dan media mengenai proses kegiatan dan detail keuangan
c) Adanya laporan berkala mengenai laporan pendayagunaan sumber daya dalam
perkembangan proyek yang dapat diakses oleh umum.
d) Laporan tahunan.
e) Website atau media organisasi.
f) Pedoman dalam penyebaran informasi.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi transparansi antara lain (Masruroh, 2015):


a) Tekanan Eksternal (TE)
Isomorfisme koersif selalu terkait dengan segala hal yang terhubung dengan
lingkungan di sekitar organisasi. Isomorfisme koersif (coercive isomorphism)
merupakan hasil dari tekanan formal dan informal yang diberikan pada organisasi
oleh organisasi lain dimana organisasi tergantung dengan harapan budaya masyarakat
di mana organisasi menjalankan fungsinya. Perubahan organisasi yang lebih
dipengaruhi politik akan mengakibatkan praktik-praktik yang terjadi dalam
organisasi, khususnya terkait penerapan transparansi pelaporan keuangan akan hanya
bersifat formalitas yang ditujukan untuk memperoleh legitimasi. Tekanan Eksternal
dalam hal ini terkait dengan tekanan yang berasal dari luar SKPD seperti peraturan
(regulasi), eksekutif, masyarakat, dan sebagainya.
b) Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan merupakan keterbatasan individu dalam menilai
probabilitas gagal atau berhasilnya keputusan yang telah dibuat. Ketidakpastian
lingkungan adalah situasi seseorang yang terkendala untuk memprediksi situasi di
sekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk menghadapi
ketidakpastian tersebut. Ketidakpastian dapat disebabkan oleh berbagai hal di luar
organisasi, seperti perubahan peratuan yang cepat dalam satu rentang waktu tertentu,
adanya peraturan yang berbeda antara satu dengan yang lain, dan sebagainya.
c) Kapasitas Sumber Daya Manusia
Kapasitas sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang atau individu,
suatu organisasi (kelembagaan), atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi
atau kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Kualitas
harus dilihat sebagai kemampuan untuk mencapai kinerja, untuk menghasilkan
keluaran-keluaran (outputs) dan hasil-hasil (outcomes).

Selanjutnya menurut maani dalam (Rosyan, 2018) terdapat 3 aspek yang


mempengaruhi transparansi yaitu:
a) Berhubungan dengan tersediannya informasi,
b) Adanya kejelasan setiap peran dalam lembaga,
c) Jaminan informasi yang sistemik.

c. Manfaat Transparansi
Manfaat dari adanya transparansi ialah (Wahyuni et al., 2023):
1) Transparansi dapat mengurangi ketidakpastian yang memberikan kontribusi pada
stabilitas fiskal dan makroekonomi sehingga penyesuaianpenyesuaian dikemudian
hari dapat diminimalisir.
2) Meningkatkan akuntabilitas pemerintah, legislatif, media dan masyarakat dapat
melaksanakan fungsi kontrol terhadap pemerintah lebih baik jika mereka mempunyai
informasi tentang kebijakan, pelaksanaan kebijakan dan penerimaan/pengeluaran
pemerintah. Para pejabat publik akan berlaku lebih bertanggungjawab jika keputusan
yang diambil dilakukan secara terbuka/transparan untuk publik dan dapat mecegah
adanya korupsi, kolusi dan nepotisme.
3) Transparansi dapat mengingkatkan kepercayaan kepada pemerintah dan membangun
hubungan sosial yang lebih erat, misalnya masyarakat dapat memahami kebijakan
pemerintah dan bahkan mendukung kebijakan tersebut
4) Mengingkatkan iklim investasi. Pemahaman yang jelas terhadap kebijakan dan
tindakan pemerintah akan mengundang investor baik dalam maupun luar negeri untuk
berinvestasi lebih banyak.
Beberapa manfaat yang didapat jika transparansi ini dilaksanakan, antara lain menurut
Jamaludin dalam (Suparyanto dan Rosad (2015, 2020):
1) Menciptakan horizontal accountability antara pemerintah Desa dengan penduduk
Desa dan pihak-pihak lain sehingga tercipta pemerintahan yang transparan, efisien,
efektif dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat Desa.
2) Menciptakan hubungan harmonis antara pemerintah Desa dengan masyarakat Desa
dalam mendukung pengambilan keputusan yang ekonomis untuk kepentingan
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan Desa.
3) Membandingkan kinerja anggaran / penggunaan anggaran dan untuk menilai kondisi
dana dengan hasil yang dicapai, sehingga berguna untuk menyusun prioritas anggaran
untuk mewujudkan program yang diprioritaskan.
4) Sebagai kontrol publik terhadap pemerintah Desa.
Menurut Pasquier dan Villeneuve dalam (Jubaedah, 2011) manfaat transparansi
sebagai berikut:
1) Memberikan informasi kepada pemerintah tentang segala bentuk kegiatan
masyarakatnya.
2) meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakatnya, terutama untuk
membangun kepercayaan (trust) dari masyarakat.
3) transparansi dibutuhkan sebagai alat untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Menurut Sri Minarti dalam (Siregar et al., 2019) mengemukakan bahwa “ Manfaat
dari adanya transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik, antara pemerintah,
masyarakat, melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan dalam memperoleh
informasi yang akurat dan memadai”.Dari pendapat ahli di atas tentang manfaat transparansi
dapat disimpulkan bahwa manfaat dari transparansi yaitu menerapkan peraturan agar tidak
terjadinya kecurangan.
Menurut Boven dalam (Swasanany, 2021), manfaat akuntabilitas terdiri dari tiga
aspek yaitu:
1) Menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem
yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak
swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat
kementrian, lembaga maupun daerah);
2) Mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
3. Pembangunan Desa
a. Pengertian Pembangunan Desa
Menurut Rahardjo Soepangat, pembangunan desa adalah proses peningkatan taraf
hidup masyarakat desa melalui pemanfaatan sumber daya alam dan manusia yang ada di desa
tersebut (Kartika, 2012).
Ki Hajar Dewantara mengartikan pembangunan desa sebagai upaya memajukan
masyarakat desa dalam segala bidang, baik secara ekonomi, sosial, maupun budaya, dengan
memanfaatkan sumber daya manusia dan alam yang ada di desa (Fathony et al., 2019).
Menurut Soekarno, pembangunan desa adalah suatu proses perjuangan untuk
mengangkat harkat dan martabat manusia desa melalui pemenuhan kebutuhan dasar hidup
yang layak, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, dan lapangan pekerjaan
(Nurnaningsih, silas roberto, 2015).
Menurut Selo Soemardjan, pembangunan desa adalah proses peningkatan kualitas
hidup masyarakat desa dalam segala aspek, seperti ekonomi, sosial, budaya, dan politik,
dengan tujuan agar masyarakat desa dapat mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih baik
(Paselle et al., 2019).
Mubyarto mendefinisikan pembangunan desa sebagai upaya untuk meningkatkan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa melalui pengembangan sumber daya manusia,
ekonomi, sosial, dan lingkungan di desa (Misna et al., 2015).
Menurut Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia, pembangunan desa
adalah proses pembentukan dan pengembangan struktur ruang dan tata guna lahan desa yang
terencana, terpadu, dan berkelanjutan, dengan memperhatikan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat desa (Hanafie et al., 2019).
Pengertian di atas mencerminkan berbagai sudut pandang ahli terkait dengan
pembangunan desa, yang menekankan aspek-aspek seperti peningkatan kualitas hidup,
pemanfaatan sumber daya, pengembangan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat desa.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembangunan Desa
Menurut Tiza dalam (Prasojo & Fauziah, 2015) factor implementasi program
pembangunan desa dipengaruhi beberapa faktor antara lain (Prasojo & Fauziah, 2015):
1) Kualitas dan kuantitatas pelaksana program kurang memadai;
2) Koordinasi para pelaku program lintas sektor yang kurang terjalin dengan baik;
3) Intensitas pendampingan yang kurang maksimal;
4) Sosialisasi program belum dilaksanakan secara optimal;
5) Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan program;
6) Rendahnya jiwa/semangat kewirausaahn dari masyarakat;
7) Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program belum optimal
Faktor lainnya yang dikemukakan oleh Erlangga, dkk dalam (Oktaviani et al., 2017)
yaitu masyarakat masih menganut nilai paternalistik yang menempatkan
kepala desa sebagai sosok panutan yang dihormati, bahkan sebagian masyarakat
menganggap sebagai sosok yang serba tahu dan serba benar Sehingga dalam
pembangunan desa adanya sikap kritis dari masyarakat dapat dianggap sebagai sikap
melampaui dan tidak menghormati kepala desa, implikasinya yaitu sikap masyarakat
yang bersifat pasif dan menyetujui kebijakan pembangunan desa yang dibuat
oleh kepala desa. Hal ini pada akhirnya berkontribusi kepada rendahnya kontrol
masyarakat dan memberikan keleluasaan kepada kepala desa untuk berperilaku koruptif.
Menurut Marzuki dalam (Ayuwi et al., 2022) factor yang mempengaruhi
pembangunan desa yaitu:
1) Adanya kemitraan atas dasar kesamaan antara pemerintah dan masyarakat setempat
yang diwujudkan dalam fase pengambilan keputusan dan implementasi keputusan
program; dan
2) Masyarakat setempat sendiri yang membuat keputusan mereka dan mengambil
tanggung jawab penuh dalam perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi
program dengan dukungan pemerintah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan desa yaitu (Warouw & Pangemanan,
2015):
1) Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan salah satu komponen penunjang, dengan hasil
yang dilihat maka pengoptimalan terhadap sumber daya alam harus lebih
ditingkatkan. Karena kemampuan mengolah sumber daya alam yang dimi-liki dapat
meningkatkan kemajuan pembangunan desa.
2) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor pendorong terhadap
kemajuan desa, jika hasil yang didapat demikian maka, dengan tingkat pendidikan
yang cukup setidaknya diikuti dengan keterampilan-keterampilan tertentu, agar
pengembangan potensi diri mampu bersaing dan tentunya meningkatkan
pembangunan desa yang ada. Kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat
bisa menjadi penghambat kemajuan desa. Dengan demikian hendaknya pemerintah
atau organisasi desa mampu memberikan pelatihan keterampilan, karena dengan
pendidikan yang cukup dan keterampilan yang memadai bisa lebih meningkatkan
pembangunan desa.
3) Ekonomi
Ekonomi merupakan salah satu tolak ukur terhadap pembangunan, dan
tentunya ekonomi yang baik menunjukan ketercaipan pembangunan. Selain realisasi
PBB yang didapat, pengelolahan terhadap hasil-hasil produksi, serta ketersediaannya
sarana perekonomian mampu menunjang ekonomi yang ada.
Menurut Todaro dan Smith dalam (Setyowati et al., 2021) faktor yang mempengaruhi
pembangunan desa yaitu:
1) Pelayanan Publik
Keberhasilan satu desa tidak saja ditunjang dari populasi masyarakat, sumber
daya alam dan sumber daya manusia, layanan dari pemerintah juga merupakan salah
satu faktor kemajuan pembangunan desa. Adanya Pelayanan publik lewat instansi-
instansi pemerintah, aparat pemerintah, organisasi kelompok masyarakt desa, serta
sarana dan prasaranan fasilitas umum dinilai mampu membawa satu desa ke arah
yang lebih baik. Ketika semua pelayanan publik itu ada dan berjalan kurang baik
memicu kegagalan pembangunan desa. Pelayanan publik yang bertujuannya untuk
melayani, membimbing, dan mengatur seluruh komponen desa memegang peran yang
besar, terealisasinya suatu keputusan serta pengambilan keputusan dalam suatu
program pembangunan. Untuk itu keberhasilan suatu layanan untuk masyarakat
seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain situasi dan kondisi pribadi
maupun kelompok, dan tak luput juga dari kondisi lingkungan.
2) Partisipasi Masyarakat
Proses pembangunan dimana bantuan pemerintah daerah terbatas, keterlibatan
masyarakat lewat partisipasi masyarakat sangat diperlukan, namun kemampuan
berpartisipasi masyarakat berbeda–beda. Oleh sebab itu perbedaan partisipasi
masyarakat akan juga menunjukan perbedaan kemajuan pembangunan. Ada berbagai
macam partisipasi yang bisa dilakukanoleh masyarakat terhadap proses pembangunan
desa.

c. Manfaat adanya Pembangunan Desa


Menurut Goulet dalam Nurman , tercapainya kesejahteraan masyarakat sebagai
manfaat pembangunan mengandung tiga nilai, yaitu (Zuhriansyah, 2013) :
1) Tercapainya swasembada, dalam arti kemampuan masyarakat yang bersangkutan
untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhankebutuhan dasar yang mencakup pangan,
sandang, perumahan, kesehatan, pendidikan dasar, keamanan, rekreasi, dan lain-lain;
2) Peningkatan harga diri, dalam arti berkembangnya rasa percaya diri untuk hidup
mandiri yang tidak bergantung kepada atau ditentuka oleh pihak lain, terlepas dari
penindasam fisik maupun idiologi, dan tidak dimanfaatkan oleh pihak lain untuk
kepentingan mereka; dan
3) Diperolehnya suasa kebebasan, dalam arti adanya kesempatan dan kemampuan untuk
mengembangkan dan untuk memilih alternatif-alternatif yang dapat dan boleh
dilakukan untuk mewujudkan perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan yang terus
menerus bagi setiap individu sebagai warga masyarakat yang sedang membangun itu,
tanpa adanya rasa takut dan tekanan dari pihak lain.
Adapun secara lebih terinci, manfaaat pembangunan desa tersebut menurut Sudiharto
djiwandono (Jauhariah & Syamsudin, 2023) meliputi:
1) Meningkatnya produktivitas di daerah pedesaan, dalam rangka mengurangi
kemiskinan di daerah pedesaan;
2) Pemerataan kesejahteraan penduduk desa;
3) Meningkatnya kualitas hidup pada umumnya dari masyarakat pedesaan;
4) Menumbuhkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat desa secara maksimal
dalam menunjang usaha-usaha pembangunan serta dalam memanfaatkan dan
mengembangkan selanjutnya hasil-hasil pembangunan.
Menurut Darmawan Djoko dalam (Fatmawati et al., 2020) pembangunan desa adalah
pembangunan di desa yang dilaksanakan dengan manfaat antara lain adalah terwujudnya
perekonomian masyarakat desa yang lebih baik, meningkatnya keamanan dan ketertiban
masyarakat desa dengan meningkatnya pemerataan pembangunan di wilayah desa yang
bersangkutan.
Menurut sjafrizal dalam (Nair, 2019) manfaat dari pembangunan desa yaitu:
1) Meningkatkan pelayanan dalam hal pertanahan serta memproses masalah-masalah
pertanahan dalam batas-batas kewenangan Kabupaten.
2) Pemantapan pengelolaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk menciptakan lingkungan kehidupan yang efisien, efektif dan berkelanjutan .
3) Peningkatan kualitas pemukiman yang aman, nyaman dan sehat .
4) Meningkatnya prasarana wilayah pada daerah tertinggal, terpencil dan daerah
perbatasan.
5) Meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan di daerah dan wilayah.
6) Meningkatkan ekonomi wilayah untuk kesejahteraan masyarakat serta menanggulangi
kesenjangan antar wilayah.
Menurut Sanusi Bachrawi dalam (Samaun et al., 2022) manfaat adanya pembangunan
desa adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya produksi dan produktivitas serta perluasan lapangan kerja di pedesaan.
2) Meningkatnya rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam merencanakan,
melaksanakan, memanfaatkan serta memelihara obyekobyek pembangunan yang ada,
baik pada suatu desa yang ada di kabupaten maupun di Kotamadya.
3) Meningkatnya partisipasi semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat perantau,
dalam berbagai usaha dan kegiatan pembangunan untuk wilayah pedesaan. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, Pasal 38 Ayat(4)
4) Meningkatnya pemanfaatan dan pengembangan potensi sumber daya manusia dan
sumber daya alam secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang ada atau yang
dapat dikembangkan.
5) Meningkatnya koordinasi pelaksanaan pembangunan proyekproyek sektoral dan
regional yang dilaksanakan di wilayah pedesaan.
Dari beberapa rumusan tersebut dapat dipahami bahwa pembangunan pada dasarnya
diarahkan kepada perubahan atau perbaikan kondisi kehidupan masyarakat menuju kepada
kondisi yang lebih baik atau lebih bernilai. Tujuan pembangunan tidak lain adalah untuk
tercapainya kesejahteraan atau mutu hidup masyarakat pada semua aspek kehidupan
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai