Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Resume 2

Akuntansi Sektor Publik

Disusun Oleh:
Nama: Aqilla Fadia Haya
NIM: 190503172
Kelas: AR D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Karakteristik Organisasi Sektor Publik (Pemerintah)
Organisasi sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut :
1.Tujuan
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar dan kebutuhan
lainnya baik jasmani maupun rohani
2.Aktivitas
Pelayanan publik ( publik services ) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan, keamanan,
penegakan hukum, transfortasi publik dan penyediaan pangan.
3.Sumber Pembiayaan
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan negara,
peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain–lain yang sah dan tidak bertentangan dengan
perundangan yang berlaku.
4.Pola Pertanggungjawaban
Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat seperti Dewan
Perwakilan Rakyat ( DPR ), Dewan Lerwakilan Daerah ( DPD ), dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah ( DPRD ).
5.Kultur Organisasi
Bersifat birokratis, formal dan berjenjang
6.Penyusunan Anggaran
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan program publik dalam
anggaran dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat dan akhirnya disahkan
oleh wakil dari masyarakat di DPR, DPD. Dan DPRD.
7.Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor, para
investor, lembaga – lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional seperti Bank
Dunia, IMF (International Monetary Fund), ADP (Asian Development Bank), PBB (Perserikatan
Bangsa – Bangsa), UNDP (United Nation Depelopment Program), USAID dan Pemerintah luar
negeri.
Hubungan Keuangan Negara dengan Keuangan Daerah
Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan, dimana otonomi daerah dijalankan seluas-luasnya dalam kerangka Negara
Kesatuan untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerah kecuali urusan yang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah tersebut
baik dalam bentuk asas otonomi daerah, maupun tugas pembantuan harus diikuti dengan
pembagian sumber daya termasuk keuangan. Pembagian keuangan inilah yang membentuk
hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sejalan dengan hubungan kewenangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dilakukan secara terinci atau menurut
doktrin ultravires“, yaitu urusan pemerintahah konkuren yang dibagi atas urusan pemerintahan
wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Dasar dari pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren
ini adalah menggunakan asas otonomi daerah. Dikarenakan kerap dipersamakan maka hubungan
kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah berarti penyerahan urusan Pemerintah Pusat
kepada Pemerintahan Daerah.
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah mencakup pengaturan mengenai perencanaan dan
penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, dan pertanggungjawaban keuangan Daerah,
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan Penganggaran
Proses perencanaan dan penganggaran dalam Pemerintahan Daerah menggunakan
pendekatan Kinerja. Pendekatan ini lebih menggeser penekanan penganggaran dari yang
berfokus kepada pos belanja/pengeluaran pada Kinerja terukur dari aktivitas dan Program
kerja.
b. Pelaksanaan dan Penatausahaan
Proses pelaksanaan dan penatausahaan dalam praktiknya juga harus memperhitungkan
Kinerja yang sudah ditetapkan dalam APBD. Proses ini harus sejalan dengan indikator
Kinerja yang sudah disepakati dalam dokumen APBD. Dengan demikian, anggaran yang
direncanakan bisa sejalan sebagaimana mestinya dan jumlah kesalahan dalam proses
pelaksanaan dan penatausahaan bisa diminimalisir.
c. Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan.
Laporan keuangan tersebut merupakan wujud dari penguatan transparansi dan
akuntabilitas.
Hubungan Akuntansi Keuangan Daerah dengan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah merupakan suatu kemampuan seorang pegawai
untuk memahami suatu bentuk pelaporan akuntansi yang meliputi proses pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, pelaporan data yang berkaitan dengan keuangan dari suatu
entitas sehingga dapat memahami informasi keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan ekonomi
Dalam mengelola keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan akuntansi
keuangan daerah, pemahaman yang memadai mengenai sistem akuntansi keuangan daerah
merupakan salah satu aspek yang paling penting. Pengelolaan keuangan daerah harus memiliki
pemahaman yang memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah agar dapat menyajikan
laporan keuangan yang dapat dipercaya. Pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah pada
setiap satuan kerja pengelolaan keuangan organisasi akan meningkatkan pencapaian kinerja yang
lebih baik. Winanti (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa pemahaman akuntansi
keuangan daerah ditingkatkan maka akan dapat mendorong pengelolaan keuangan satuan kerja
perangkat daerah. Jika dikaitkan dengan pemerintah daerah maka dapat disimpulkan semakin
paham pegawai bagian keuangan mengenai sistem akuntansi keuangan daerah dalam menyusun
laporan keuangannya, maka pengelolaan keuangan pemerintah daerah akan semakin baik,
termasuk satuan kerjanya.

Anda mungkin juga menyukai