Anda di halaman 1dari 35

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND,


TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK DAN PENGETAHUAN DEWAN
TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM
PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (APBD)

(Studi Empiris pada Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Klungkung dan


Badung)

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
Skripsi S1 Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh:

Made Asri Millifanny Aryastuti

NIM: 1807531179

FAKLUTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tata
cara penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan
baik. Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan,
monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada
masyarakat yang memburuk. Masalah-masalah tersebut juga telah
menghambat proses pemulihan ekonomi Indonesia, sehingga jumlah
pengangguran semakin meningkat, jumlah penduduk miskin bertambah,
tingkat kesehatan menurun, dan bahkan telah menyebabkan munculnya
konflik-konflik di berbagai daerah yang dapat mengancam persatuan dan
kesatuan negara Republik Indonesia.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah salah satu lembaga


yang mewakili seluruh lapisan masyarakat dalam pemerintahan. Pada
umumnya, lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) fungsi legislasi
yang diwujudkan dalam bentuk peraturan daerah bersama-sama dengan bupati,
2) fungsi anggaran diwujudkan dalam membahas dan menyetujui Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) bersama dengan bupati, 3) fungsi
pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undang, peraturan bupati, keputusan bupati, dan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Ketiga fungsi tersebut
dijalankan dalam rangka representasi rakyat di daerah. DPRD mempunyai
tugas dan wewenang, yaitu membentuk Peraturan Daerah bersama -sama
Bupati, membahas dan memberikan persetujuan rancangan Peraturan Daerah
mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang diajukan oleh
Bupati, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah
dan APBD, dan melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.

1
Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka kekuasaan
atau tanggung jawab yang dibebankan kepada pemerintah daerah untuk
mengelola daerahnya secara maksimal menjadi lebih besar. Hal ini ditujukan
supaya distribusi dan pemanfaatan sumber daya alam nasional dapat merata
dan terciptanya keseimbangan keuangan antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat. Salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi adalah masalah keuangan daerah dan anggaran
daerah (APDB). Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang
luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan manajemen keuangan daerah
yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien,
efektif, transparan dan akuntabel (Winarna dan Murni, 2007).

Peranan anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sangat


besar dan memiliki nilai yang strategis untuk dapat mengontrol kebijakan
keuangan daerah secara ekonomis, efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
Akuntabilitas dan transparansi merupakan salah satu elemen penting untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance), adanya pengelolaan
anggaran yang baik sangat penting bagi kelangsungan dan perkembangan
organisasi karena erat kaitannya dengan kelangsungan hidup masyarakat
banyak (Sayuti, et al., 2018). Namun pada kenyataannya masih terdapat
permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari aspek
lembaga legislatif, yaitu masih rendahnya peran anggota DPRD dalam
keseluruhan proses anggaran (APBD), baik dalam hal perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan maupun pengawasan program kerja eksekutif
(Winarna dan Murni, 2007) dalam (Amalia 2013:3). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah
menjelaskan bahwa: (1) Pengawasan atas keuangan daerah dilakukan oleh
dewan, (2) Serta adanya pemeriksaan pengelolaan keuangan daerah oleh
eksternal BPK. Berdasarkan penjelasan diatas maka aspek penting dalam
pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah masalah keuangan dan

2
anggaran APBD. Oleh karena itu, diperlukan peran DPRD yang sangat besar
untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah APBD yang ekonomis, efisien,
efektif, transparan dan akuntabel (Nisa, 2014). Pengawasan keuangan daerah
APBD yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh sistem dan individu secara
pribadi, (Winarna, dkk 2007).

Kurangnya pengawasan DPRD terhadap anggaran dapat dilihat dari


kasus dana hibah yaitu dana pembangunan pura dalam APBD. Kasus ini terjadi
di Kabupaten Klungkung, Bali. Satuan Reserse dan Kriminal Polres
Klungkung telah memeriksa belasan orang saksi terkait dugaan
penyelewengan dana hibah APBD Perubahan Tahun 2018 untuk pembangunan
Pura Paibon Arya Kenceng di Dusun Cemulik, Desa Sakti, Kecamatan Nusa
Penida. Kasat Reskrim Polres Klungkung AKP Mirza Gunawan ketika
dihubungi Rabu (29/7), memastikan kasus ini terus bergulir dan pihaknya kini
masih menunggu hasil audit investigasi BPK, karena berkaitan dengan unsur
kerugian negara dalam kasus hibah tersebut.

(https://balitribune.co.id/content/dugaan-penyelewengan-dana pembangunan-
pura-polres-klungkung-masih-periksa-saksi-saksi) diakses tanggal 30 july
2020.

Permasalahan tersebut dapat timbul dikarenakan kurangnya peran


DPRD dalam keseluruhan proses anggaran (APBD). Salah satu fungsi dari
DPRD adalah fungsi pengawasan. Secara akrual kegiatan politik dilakukan
oleh individu, sedangkan perilaku lembaga politik padadasarnya berpedoman
pada perilaku dengan pola tertentu. Oleh karena itu, untuk menjelaskan suatu
perilaku suatu lembaga dalam hal ini DPRD yang perlu ditelaah bukan
lembaganya, melainkan latar belakang individu yang menjalankan dan
mengendalikan jalannya lembaga tersebut.

Kapabilitas yang baik harus dimiliki oleh setiap Anggota Dewan


Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) karena sangat berpengaruh dalam
Pengetahuan Anggaran Anggota DPRD terhadap Kapabilitas dalam
Pengawasan Keuangan Daerah. Karena semakin tinggi pengetahuan yang

3
dimiliki oleh Dewan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) maka juga kapabilitas Anggota DPRD dalam pengawasan-
pengawasan keuangan Daerah akan semakin meningkat dan sangat
berpengaruh. Apabila dalam tingkat pendidikan dan pengetahuan anggota
DPRD rendah, maka juga kapabilitasnya juga rendah. Hal ini juga akan sangat
berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi
dan perannya anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

Kebaruan penelitian ini adalah adanya penambahan variabel


transparansi kebijakan publik, yang dimana transparansi kebijakan publik
adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan mendapatkan akses informasi tentang keuangan daerah.
Dengan adanya transparansi dapat menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggarakan pemerintahan.
Semakin seorang DPRD menerapkan atau melakukan keterbukaan tentang
anggaran maka tidak ada pandangan buruk masyarakat terh adap anggaran
tersebut, maka dari itu di penelitian ini menambahkan variabel transparansi
kebijakan publik.

Sehingga perlu ditelaah lebih dalam variabel-variabel yang


mempengaruhi peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Dalam
penelitian ini variabel yang ditelaah antara lain: personal background, politic
background, transaparansi kebijakan publik, dan pengetahuan dewan tentang
anggaran.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai personal


background, hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya yakni
Muhammad Yusra (2018) dalam penelitiannya membuktikan bahwa personal
background berpengaruh terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah pada DPRK Bireuen. Menurut Dwi Cipta, Zul Ammar, dan Rina
Andriani (2016) dalam penelitiannya membuktikan bahwa political
background berpengaruh positif terhadap pengawasan keuangan daerah.
Menurut Ilfan Bereki dan Siti Marwa (2020) dalam penelitiannya

4
membuktikan bahwa pengetahuan tentang anggaran berpengaruh positif
terhadap pengawasan keuangan daerah. Menurut Ilfan Bereki dan Siti Marwa
(2020) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Transparansi Kebijakan
Publik, berpengaruh positif terhadap hubungan pengetahuan dewan dengan
pengawasan APBD.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dengan adanya berbagai


macam perbedaan temuan yang dilakukan peneliti sebelumnya, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Personal
Background, Political Background, Transparansi Kebijakan Publik Dan
Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD Dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah personal background berpengaruh terhadap peran DPRD dalam


pengawasan keuangan daerah (APBD)?
2. Apakah political background berpengaruh terhadap peran DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD)?
3. Apakah transparansi kebijakan publik berpengaruh terhadap peran DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?
4. Apakah pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran berpengaruh
terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui pengaruh personal background terhadap peran DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
2. Untuk mengetahui pengaruh political background terhadap peran DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
3. Untuk mengetahui pengaruh transaparansi kebijakan publik terhadap peran
DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

5
4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran
terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis dan Akademis
a. Dapat dijadikan sebagai tambahan literatur Akuntansi Sektor Publik
(ASP) di Indonesia, terutama dalam hal yang berhubungan dengan
pengawasan keuangan daerah.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi DPRD, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi
daerah khususnya peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dan
dalam rangka mewujudkan good governance. Sehingga DPRD
diharapkan dapat membuat program yang memberikan kontribusi pada
peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
b. Bagi partai politik, dapat dijadikan sebagai masukan dan melakukan
evaluasi dalam merekrut anggota dewan bagi masing-masing partai
serta pengembangan kader partai politik.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

2.1.Kajian Pustaka
2.1.1. Teori Peran
Teori peran adalah teori yang merupakan berbagai teori, orientasi,
maupun disiplin ilmu. Teori peran merupakan bagian dari teori psikologi
sosial yang digunakan untuk menganalisis interaksi sosial Kartika, (2012)
Maurice Duverger, (2010:102) berpendapat bahwa Istilah ‟peranan adalah
atribut sebagai akibat dari status, dan perilaku yang diharapkan oleh
anggota-angota lain dari masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peran berfungsi untuk
membedakan perilaku dari orang yang menduduki posisi organisasi tertentu
dan berfungsi untuk mempersatukan kelompok yang ada dalam organisasi
dengan melengkapi spesialisasi dan fungsi koordinasi. Sejumlah orang
mempunyai peran dan identitas, tergantung pada situasi di mana mereka
menemukan diri mereka. Posisi seseorang dalam suatu organisasi formal
atau informal akan mempengaruhi pola perilaku bersama yang diharapkan.
Setiap peran berhubungan dengan suatu identitas yang menggambarkan
individu dalam hal bagaimana mereka perlu bertindak dalam situasi khusus.
Oleh karena itu, setiap orang harus memahami peran masing-masing dalam
organisasi (Winata & Amalia, 2018).
Peran anggota dewan disesuaikan berdasarkan fungsi yang
dilaksanakannya, yaitu fungsi anggaran, fungsi legislasi, dan fungsi
pengawasan Peran anggota DPRD khususnya dalam pengawasan keuangan
daearah (APBD) ditujukan untuk memastikan apakah pelaksanaan
keuangan daerah (APBD) sudah sesuai dengan peraturan dan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu,
peran anggota DPRD dalam menjalankan pengawasan keuangan daerah
sangatlah penting, karena dengan adanya pengawasan keuangan daerah

7
yang secara maksimal diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang
transparan, akuntabel, dan efektif. Selain itu, pengawasan terhadap
pelaksanaan pemerintahan daerah dan keuangan daerah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan sehingga dapat mendorong terwujudnya
good governance dan mencegah adanya tindakan KKN.

2.1.2. Akuntansi Sektor Publik

Siregar (2015:3) Akuntansi sektor publik merupakan aktivitas


akuntansi yang dilakukan terhadap kejadian dan transaksi keuangan
organisasi sektor publik. Karena organisasi sektor publik yang paling utama
adalah pemerintah, maka akuntansi sektor publik juga dapat dinyatakan
sebagai aktivitas akuntansi yang diterapkan pada pemerintahan, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Akuntansi pemerintahan
merupakan salah satu bangian dari akuntansi sektor publik selain dari
akuntansi rumah sakit, akuntansi pendidikan, akuntansi yayasan dan
akuntansi organisasi nirlaba lain yang didirikan bukan untuk mencari
keuntungan semata-mata (Sujarweni, 2015:18).

2.1.3. Keuangan Daerah


Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintahan RI No. 58 Tahun 2005,
Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menjelaskan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk di
dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut dan tentunya dalam batas-batas kewenangan
daerah. Keuangan daerah dituangkan sepenuhnya dalam APBD. APBD
menurut Peraturan Pemerintah RI No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah yaitu anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang
selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

8
2.1.4. Fungsi DPRD Sebagai Pengawas Keuangan Daerah/APBD
Pengawasan anggaran secara yuridis telah diatur baik di tingkat
Undang-Undang, peraturan pemerintah dan juga dalam peraturan daerah
mengenai pengelolaan keuangan daerah. Dalam konteks pengelolaan
keuangan, pengawasan terhadap anggaran dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan
tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada pengawasan
untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD.
Hal ini sesuai juga dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun
2006 yang menyatakan bahwa untuk menjamin pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan, DPRD melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBD,
ini berarti bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan
pengawasan eksternal dan ditekankan pada pencapainan sasaran APBD.
2.1.5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Rahardjo (2013:28) menjelaskan APBD adalah suatu rencana
operasional keuangan daerah, disatu pihak menggambarkan penerimaan
pendapatan dan di lain pihak merupakan pengeluaran untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dalam satu tahun
anggara. APBD juga merupakan instrument yang akan menjamin
terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
mendefinisikan APBD adalah 7 rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
2.1.6. Personal Background
Menurut Sari (2016) Personal background merupakan latar
belakang diri dari yang melekat pada seorang individu. Latar belakang diri
ini meliputi banyak aspek antara lain seperti nama, jenis kelamin, usia,

9
agama, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya. Personal
background atau dapat disebut juga latar belakang pribadi anggota Dewan,
dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), terdiri dari
(Winarna, 2006) dalam (Abdillah, 2008):
1. Asal komisi.
2. Lama bekerja di DPRD.
3. Tingkat pendidikan.
4. Bidang pendidikan.
5. Pengalaman mengikuti pelatihan.
6. Latar belakang pekerjaan.
7. Pengalaman organisasi.
2.1.7. Political Background
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku lembaga politik dalam hal
ini DPRD adalah budaya politik (Almond dan Verba, 2009 dalam Witono
dan Murni, 2013). Sebagai sebuah perwujudan dari sikap politik, perilaku
politik tidak dapat dipisahkan dari political background. Political
background ini meliputi beberapa dimensi, yaitu:
1. Pengalaman politik.
2. Pengalaman di DPRD.
3. Latar belakang partai politik.
4. Latar belakang ideologi partai politik.
5. Asal komisi.
2.1.8. Transparansi Kebijakan Publik
Transparansi Kebijakan Publik adalah keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan publik
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai
keputusan yang mempunyai tujuan tertentu (Pangesti, 2013). Transparansi
adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang yang
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
hasil-hasil yang dicapai. Prinsip Transparansi memiliki dua aspek:

10
1. Komunikasi publik oleh pemerintah.
2. Hak masyarakat terhadap akses informasi.
2.1.9. Pengetahuan Anggota DPRD Tentang Anggaran

Pengetahuan merupakan persepsi responden tentang anggaran


(RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan, dan
kebocoran anggaran. Sedangkan Nur dan Bambang (2012:78) di kutip oleh
Sjamsudin dan Syamsiar (2012) menyebutkan bahwa pengetahuan pada
dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasa dan
berpikir yang menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak.
Dengan demikian pengetahuan tentang sesuatu merupakan dasar bagi siapa
saja dalam melakukan suatu tindakan atau bersikap terhadap sesuatu
tersebut.

2.2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan


bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang
telah diketahui dalam suatu masalah tertentu.

Kerangka Konseptual Penelitian

Personal Background (X1) 𝐻1

𝐻2
Political Background (X2)

𝐻3 Peran DPRD Dalam


Transparansi Kebijakan
Pengawasan Keuangan
Publik (X2) 𝐻4 Daerah (APBD) (Y)

Pengetahuan Anggota
DPRD Tentang Anggaran
(APBD) (X4)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

11
Penelitian ini memiliki empat variabel independen (bebas) dan satu
variabel dependen (terikat). Variabel independen terdiri dari personal
background (X1), political background (X2), Transparansi kebijakan publik
(X3), serta pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran (X4). Adapun
variabel dependen dari penelitian ini adalah peran DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD) (Y).
2.3. Hipotesis Penelitian

2.3.1. Pengaruh personal background terhadap peran DPRD dalam


pengawasan keuangan daerah (APBD)

Personal background merupakan latar belakang diri dari yang


melekat pada seorang individu. Latar belakang diri ini meliputi banyak
aspek antara lain seperti nama, jenis kelamin, usia, agama, latar belakang
pendidikan dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini personal background
yang dimaksud adalah personal background dari anggota DPRD periode
2014-2019 yaitu latar belakang diri dari anggota dewan yang meliputi jenis
kelamin, usia, tingkat pendidikan, bidang pendidikan, pengalaman
pekerjaan anggota dewan, dan pegalaman organisasi. Personal background
berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia
yang semakin berkualitas akan mampu memberikan kontribusi secara
optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi (Winarna, 2007).
Semakin anggota DPRD memiliki personal background yang tinggi maka
pengawasan keuangan daerah yang dilakukannya juga semakin maksimal.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa variabel personal background
berpengaruh positif terhadap kapabilitas anggota DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD).

𝐻1 = Personal Background berpengaruh positif terhadap peran DPRD dalam


pengawasan keuangan daerah (APBD).

12
2.3.2. Pengaruh political background terhadap peran DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD)

Political background merupakan latar belakang dari pengalaman


seseorang dalam berkecimpung di dunia politik. Berbicara mengenai
politik, tentu saja tidak lepas dari partai politik. Setiap lembaga (DPRD)
memiliki political background seperti individu yang ada didalamnya.
Karakteristik utama dari political background adalah terkait dengan nilai.
Nilai merupakan prinsip dasar yang dijadikan sebagai pedoman hidup
individu.

Dalam menjalankan tugasnya anggota DPRD diharuskan mengikuti


aturan kerja yang telah ditetapkan sesuai bidang masing-masing, di sinilah
latar belakang politik terkadang menyebabkan perbedaan sudut pandang
bahkan terjadinya perselisihan. Seorang anggota dewan harus mempunyai
latar belakang politik yang baik dalam menjalankan tugasnya sebagai
angota dewan. Menurut La Palombara (1974) dalam Winarna dan Murni
(2007) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap, perilaku, dan
peran legislatif yaitu institusi politik, partai politik, karakteristik personal,
pengalaman politik dan sifat pemilih. Semakin seorang anggota DPRD
memiliki political background yang lebih baik maka pengawasan terhadap
pelaksanaan keuangan daerah (APBD) akan semakin berkualitas dan baik.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa political background
berpengaruh positif terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).

𝐻2 = Political Background berpengaruh positif terhadap peran DPRD


dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

2.3.3. Pengaruh transparansi kebijakan publik terhadap peran DPRD dalam


pengawasan keuangan daerah (APBD)

Mardiasmo (2002) transparansi merupakan keterbukaan (openness)


pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas

13
pengelolahan sumber daya publik kepada pihakpihak yang membutuhkan
informasi. Transparansi merupakan salah satu prinsip dari good
governance. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas,
seluruh proses pemerintahan, lembaga lembaga dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Transparansi juga bisa
berarti informasi yang cukup berkaitan dengan kinerja lembaga tersedia dan
disajikan dalam bentuk atau media yang mudah dipahami masyarakat
(Amin, 2008). Transparansi Kebijakan Publik adalah keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan publik
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai keputusan
yang mempunyai tujuan tertentu (Pangesti, 2013). Semakin seorang DPRD
melakukan keterbukaan tentang anggaran yang diakses oleh masyarakat
maka semakin maksimal. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa
transparansi kebijakan publik berpengaruh positif terhadap peran DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

𝐻3 = Transparansi Kebijakan Publik berpengaruh positif terhadap peran


DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)

2.3.4. Pengaruh Pengetahuan Anggota DPRD tentang Anggaran terhadap


peran DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Pengetahuan merupakan persepsi responden tentang anggaran


(RAPBD/APBD) dan deteksi terhadap pemborosan atau kegagalan, dan
kebocoran anggaran. Sedangkan Nur dan Bambang (1999) dalam Winarna
dan Murni (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan pada dasarnya
merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasa dan berpikir yang
menjadi dasar manusia dalam bersikap dan bertindak. Dengan demikian
pengetahuan tentang sesuatu merupakan dasar bagi siapa saja dalam
melakukan suatu tindakan atau bersikap terhadap sesuatu terse but.
Pengalaman dan pengetahuan yang tinggi akan sangat membantu seseorang
dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya sesuai dengan kedudukan

14
anggota DPRD Sebagai wakil rakyat. Semakin luas pengetahuan anggota
dewan tentang anggaran maka semakin besar peran anggota dewan tersebut
dalam melakukan pengawasan keuangan daerah. Sehingga dapat
dirumuskan bahwa pengetahuan anggota dewan tentang anggaran
berpengaruh positif terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).

𝐻4 = Pengetahuan anggota dewan tentang anggaran berpengaruh positif


terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017: 79).

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Pengaruh Personal Background, Political Background, Transparansi
Kebijakan Publik Dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran
Terhadap Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)

Pendekatan Kuantitatif

Hipotesis Penelitian

Metode Penelitian
Purposive sampling

Uji Statistik Deskriptif


Instrumen Penelitian
− Uji Reabilitas
− Uji Validitas
Uji Asumsi Klasik
− Uji Normalitas
− Uji Multikolinearitas
− Uji Heteroskedastisitas
Analisis Regresi Linear Berganda
Uji Kelayakan Model (Uji F)
Uji Hipotesis (Uji t)

Hasil dan Pembahasan

Simpul dan Saran

16
3.2.Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada kantor DPRD Kabupaten Klungkung


Jl. Raya Besakih, Semarapura Tengah, Kec. Klungkung, Kabupaten
Klungkung, Bali dan pada kantor DPRD Kabupaten Badung Jl. Raya Sempidi,
Sempidi, Kec. Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Alasan memilih lokasi
tersebut karena kurangnya peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah
sehingga masih ada penyalahgunaan anggaran APBD.

3.3. Objek Penelitian


Objek penelitian merupakan sifat dari objek yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian memperoleh kesimpulan (Sugiyono, 2017).
Objek dalam penelitian ini adalah peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2017:66). Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:

a) Variabel Bebas (Variabel Independen)


Variabel independen adalah suatu variabel yang mempengaruhi atau
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat atau
dependen (Sugiyono, 2017:68). Variabel independen dalam
penelitian ini adalah personal background (X1), political
background (X2), transaransi kebijakan publik (X3), pengetahuan
anggota DPRD tentang anggaran (X4).
b) Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat dari variabel bebas atau independen (Sugiyono, 2017:68).

17
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peran DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD).
3.4.2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan untuk


variabel guna memberikan arti atau menspesifikasinya dengan tujuan untuk
membatasi permasalahan dalam penelitian. Berikut penjelasan mengenai
definisi dari masing-masing variabel:

a) Variabel Bebas (Variabel Independen)


1. Personal Background (X1)
Personal background merupakan latar belakang diri dari yang
melekat pada seorang individu. Variabel Personal Background
meliputi beberapa dimensi, yaitu: jenis kelamin, usia, agama,
tingkat pendidikan, bidang pendidikan, latar belakang pekerjaan,
pengalaman organisasi. Dimensi tersebut didasarkan pada
penelitian yang dikembangkan oleh (Winarna dan Murni, 2007).
Variabel ini diukur dengan 7 item pertanyaan dengan indikator-
indikator yang digunakan untuk mrngukur variabel personal
background mengacu pada penelitian winarna (2008) dan diukur
menggunakan skala likert 5 (lima). Indikatornya yang digunakan
yaitu:
1. Asal komisi.
2. Lama bekerja di DPRD.
3. Tingkat pendidikan.
4. Bidang pendidikan.
5. Pengalaman mengikuti pelatihan.
6. Latar belakang pekerjaan.
7. Pengalaman organisasi.
2. Political Background (X2)
Political Background didefinisikan sebagai sejarah atau
keterangan yang ada apa diri seseorang didalam dunia politik

18
yang terdiri dari beberapa dimensi seperti pengalaman politik,
pengalaman di DPRD, latar belakang partai politik, latar
belakang idiologi partai politik, dan asal komisi. Variabel ini
diukur dengan 5 (lima) pertanyaan. Indikator-indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel political background
mengacu pada penelitian (Jaka Winarna dan Indah Sari, 2007).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur political
background dengan menggunakan Skala Likert dengan 5 (lima).
3. Transparansi Kebijakan Publik (X3)
Transparansi didefinisikan sebagai adanya keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan
publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan
sebagai keputusan yang mempunyai tujuan tertentu. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur transparansi kebijakan publik
dengan menggunakan Skala Likert dengan 5 (lima).
4. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran (X4)
Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran didefinisikan sebagai
kemampuan yang dimiliki anggota dewan dalam menyusun
(RAPBD/APBD) yang dijadikan sebagai dasar untuk dapat
mendeteksi keborosan atau kegagalan dari anggaran dalam
pelaksanaannya. Indikator-indikator yang digunakan untuk
mengukur variable pengetahuan ini mengacu kepada penelitian
(Paramita dan Indryani, 2010). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur pengetahuan dewan tentang anggaran dengan
menggunakan Skala Likert dengan 5 (lima).
b) Variabel Terikat (Variabel Dependen)
1. Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah
(DPRD)
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah
daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan

19
perundang-undangan yang berlaku. DPRD sebagai wakil rakyat
diamanahkan untuk melakukan pengawasan, baik itu pada saat
proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan maupun
pertanggungjawaban. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi
pemborosan anggaran. Indikator-indikator yang digunakan
untuk mengukur variable pengawasan keuangan daerah
mengacu pada penelitian (Iin Febrina dan Simson Warimon,
2006). Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengawasan
keuangan daerah (APBD) dengan menggunakan Skala Likert
dengan 5 (lima).
3.5. Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan,
(Sugiyono, 2014:89) dan (Kuncoro, 2012:103). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten Klungkung dan Badung.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Klungkung dan Badung jumlah DPRD 70 orang.
3.5.2. Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu dimana
anggota – anggota sampel akan dipilih sekemikian rupa sehingga dapat
mewakili suatu sifat populasi (Sugiyono, 2018). Kriteria yang digunakan
adalah Seluruh anggota DPRD yang sedang menduduki sebagai anggota
dewan di Kabupaten Klungkung dan Badung pada periode 2019 -2024, dan
anggota dewan yang bersedia mengisi kuesioner penelitian.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer dari responden dilakukan dengan
survei, yaitu dengan cara mengumpulkan data pokok (data primer) dari suatu

20
sampel dengan menggunakan instrumen kuisioner kepada DPRD Kabupaten
Klungkung dan Badung periode 2019-2024 dengan cara memberikan daftar
pernyataan tertulis kepada responden. Pengumpulan data yang digunakan
adalah a five point scale kuesioner. Setiap pertanyaan dari variabel yang
diteliti menggunakan skala likert dan masing-masing butir diberi skor 1
(satu) sampai 5 (lima). Alternatif jawaban setiap pertanyaan adalah sebagai
berikut:

Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Setiap Pertanyaan

Alternatif Jawaban Skor Jawaban


Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Tidak Setuju (TS) 2
Tidak Tahu (TT) 3
Setuju (S) 4
Sangat Setuju (SS) 5

3.7. Jenis dan Sumber Data

Menurut sifatnya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner yang diangkakan dengan bantuan
Skala Likert yang mengacu pada pengukuran item pernyataan yang
digunakan. Menurut cara memperolehnya data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dari kuesioner dalam bentuk
pertanyaan tertulis mengenai peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).

3.8. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk


mengumpulkan data, instrumen penelitian ini dapat berupa kuesioner,
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan
data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Hasil suatu penelitian seharusnya
valid dan reliabel, maka untuk mendapatkan hasil tersebut dibutuhkan
instrumen yang valid dan reliabel, agar instrumen yang digunakan dalam

21
penelitian valid dan reliabel maka dalam penelitian ini melakukan uji validitas
dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas

Menurut Ghozali (2016:52) Uji Validitas digunakan untuk mengukur


sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid
apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas dilakukan
dengan menghitung nilai Pearson is correlation, dimana hal ini
mengkorelasikan antara skor faktor dengan skor total (Sugiyono,
2017:125). Apabila korelasi tiap faktor bernilai positif dan lebih dari
0,30 maka instrumen yang digunakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang


merupakan indikator dari variabel (Sugiyono,2017:125). Suatu
kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian reliabilitas dapat
dilakukan dengan uji statistik Cronbach alpha. Suatu instrumen
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach alpha lebih besar
dari 0,60.

3.9. Teknik dan Analisis Data

Teknik Analisis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


statistik deskriptif dan analisis regresi liniear berganda. Sebelum melakukan
analisis regresi liniear berganda, dilakukan uji instrumen, uji asumsi klasik
yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji
heteroskedastisitas kemudian untuk mengetahui apakah variabel independen
berpengaruh pada variabel dependen baik secara simultan ataupun parsial
dilakukan dan uji koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (uji F), Uji
Hipotesis (uji statistik t).

22
3.9.1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi digunakan dengan tujuan untuk melakukan prediksi
terhadap variabel dependen (Y). Agar hasil prediksi tidak bias, maka model
harus memenuhi asumsi-asumsi kuadrat terkecil atau yang disebut dengan
uji asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas Data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel terikat dan bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Untuk pendeteksian normalitas data
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikan 5%. Uji ini dilakukan sebelum data diolah. Risidual
dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-
Smirnov diatas 0,05 (Ghozali, 2016:154).
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2016:103) uji multikolonieritas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terdapat
korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya
menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Untuk bebas
dari masalah multikolinearitas, nilai tolerance harus > 0,1 dan nilai
VIF < 10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Glejser digunakan untuk
menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Tingkat

23
probabilitas signifikansi masing-masing variabel bebas lebih besar
dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013:139).
3.9.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis regresi berganda, yang dimana digunakan untuk
mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel-
variabel independen personal background (X1), political background (X2),
transparansi kebijakan publik (X3), serta pengetahuan dewan tentang
anggaran (X4) mempengaruhi peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD) (Y) dengan bantuan program SPSS (Statistical Product
Service Solution) versi 20.00 Bentuk persamaan umum regresi linier
berganda:
Y = a + β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
Y = Peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)
Α = Konstanta
X1 = Personal background
X2 = Political background
X3 = Transparansi kebijakan publik
X4 = Pengetahuan dewan dependen tentang anggaran
Β = Koefisien regresi
3.9.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh


kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah anatara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen. (Ghozali, 2016; 95).

3.9.4. Uji Kelayakan Model (Uji F)

24
Uji kelayakan model (Uji F) digunakan untuk menguji kelayakan
atau validitas dari suatu model regresi berganda dan untuk mengetahui
apakah model penelitian dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen. Uji F dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2018:99).
Kriteria penilaian dilakukan dengan bantuan komputer dengan program
SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas secara bersama-sama dengan taraf signifikannya α = 0,05.
Jika tingkat signifikansi variabel bebas secara bersamasama lebih kecil dari
tingkat signifikansi tersebut, maka hipotesis diterima artinya variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.9.5. Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing


variabel independen terhadap variabel dependen. Uji hipotesis pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2018:99). Uji ini dilakukan dengan bantuan komputer dengan program
SPSS yaitu membandingkan tingkat signifikansi masing-masing variabel
bebas dengan taraf signifikansi (α) dengan ketentuan:

1. Jika nilai probabilitas signifikansi > 0,05, maka hipotesis ditolak.


Hipotesis ditolak mempunyai arti bahwa variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai probabilitas signifikansi < 0,05, maka hipotesis diterima.
Hipotesis diterima mempunyai arti bahwa variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.

25
DAFTAR RUJUKAN

Agung, U.D. (2020). Fungsi Pengawasan DPRD Dalam Penetapan Peraturan


Daerah APBD di Kantor DPRD Sumut. 5(32), 51-57.

Amalia, Fitri (2013), Faktor-faktor yang mempengaruhi Peran DPRD Dalam


Pengawasan Keuangan Daerah (Studi kasus pada DPRD Kabupaten
Purworejo) Skripsi. Semarang. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang.

Arianti, E., Nelly, R, & Supriono. (2017). Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang
Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Political
Background, Akuntabilitas Publik dan Transparansi Kebijakan Publik
sebagai Variabel Pemoderasi.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jaka, Winarna dan Sri Murni. (2007). Pengaruh Personal Bacground, Political
Backround, dan Pengatahuan Dewan tentang Anggaran Terhadap Peran
DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Makalah Simposium Nasional
Akuntansi X, Makasar

Kiranayanti, I., & Erawati, N. (2016). Pengaruh Sumber Daya Manusia, Sistem
Pengendalian Intern, Pemahaman Bisnis Akrual Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah. E-Jurnal Akuntansi, 16 (2), 1290-1318.

Lambajang, A.A., Saerang, D.P.E., & Morasa, J. (2018). Pengaruh Pengetahuan


Tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat, Transparansi Kebijakan Publik,
Dan Akuntabilitas Publik Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Pada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah di Wilayah Sulawesi Utara. Jurnal Riset
Akuntansi Dan Auditing “Goodwill,” 9(1), 104-117.
https://doi.org/10.35800/jjs.v0il.19630.

Mandacan, M. W., Sabijono, H., 7 Runtu, T. (2018). Analisi Faktor-Faktor Yang


Mrmprngaruhi Kapabilitas Anggota DPRD Terhadap Pengawasan Keuangan

26
(APBD) Daerah Di Kabupaten Manokwari. Going Concern: Jurnal Riset
Akuntansi, 13(04), 98-107. https://doi.org/10.32400/gc.13.03.20025.2018.

Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta: Andi. Mahsun,


Mohammad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE.

Pangesti, Isa. 2013. Analisis pengetahuan dewan tentang pengawasan keuangan


daerah (APBD) dengan menggunakan variabel moderating. Accounting
Analysis Journal AAJ 1(3) 2013.

Pengaruh Akuntabilitas Publik, Partisipasi Masyarak at, Dan Transparansi


Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara Pengetahuan Anggaran
dengan Pengawasan Keuangan Daerah Kota Malang. (2011). Inside
Indonesia, November. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34062.77124.

Pengawasan, D., & Daerag, K. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran


DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Accounting Analysis Journal,
2(3), 58-68. https://doi.org/10.15294/aaj.v2i3.2520.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Thun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan


Daerah.

Sari, D.U. (2016). Pengaruh Personal Background, Political Background Dan


Pengetahuan Anggota Dewan Tentang Anggaran. Jurnal Akuntansi, 4(1), 44-
52.

Sayuti, S., Majid, J., & Juardi, M. S. S. (2018). Perwujudan Nilai Transparansi,
Akuntabilitas dan Konsep Value For Money dalam Pengelolaan Akuntansi
Keuangan Sektor Publik (Studi Pada Kantor BAPPEDA Sulawesi Selatan).
ATESTASI: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 1(1), 16-28.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah.

27
Widajatun, V.W., & Kristiastuti, F. (2020). The Effect Of Regional Financial
Supervision, Accountability and Transparency Of Regional Financial
Managemnt On Lovcal Government Perfomance. Budapest Internasional
Research And Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social
Sciences, 3(4), 2966-2974.

Winarna, J. (2007). Pengaruh Personal Background, Political Background Dan


Pengetahuan Dewan Tentang Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Kasus
Di Karesidenan Surakarta Dan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2006).
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 9(2), 136–152

Yusra, M. (2018). Pengaruh Personal Background, Political Culture dan Sistem


Pengelolaan Keuangan terhadap Peran DPRD dalam Pengawasan Keuangan
Daerah (APBD) di Bireuen. 7 (september),35-42.

28
Lampiran 1

KUESIONER

PENGANTAR

Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “ Pengaruh
Personal Background, Political Background, Transparansi Kebijakan Publik
Dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD Dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)”.

Maka, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Made Asri Millifanny Aryastuti

NIM : 1807531179

Program Studi : S1 Akuntansi

Peguruan Tinggi : Universitas Udayana

Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dan


menjawab seluruh pertanyaan atau pernyataan yang telah disediakan. Demi
tercapainya tujuan penelitian ini, peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu u ntuk
meluangkan waktu guna mengisi kuisioner ini.

Informasi dalam kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya di tunjukan untuk
kepentingan ilmiah. Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada perhatian
dan kesungguhan saudara/i dalam mengisi kuesioner ini.

Demikian pengantar ini saya buat, atas perhatian serta bantuannya saya
ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Made Asri Millifanny Aryastuti

29
KUESIONER PENELITIAN

Data Pribadi:

1. Nama: ...............................................................
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Usia: ..................................

4. Pendidikan Terakhir:
- SMA - S2
- D3 - S3
- S1 - Lainnya…………….
5. Bidang Pendidikan Bapak/Ibu adalah
- Hukum - Manajemen
- Teknik - Akuntansi
- Ilmu Sosial dan Politik - Lainnya………..
6. Pekerjaan utama terakhir Bapak/Ibu sebelum menjadi anggota DPRD
- Wiraswasta
- Karyawan Swasta
- PNS
7. Pengalaman Bapak/Ibu menjadi anggota DPRD
- 1 periode - Lainnya………….
- 2 periode
- 3 periode
Petunjuk Pengisian Kuesioner

Bapak/Ibu dimohon untuk dapat menjawab setiap pernyataan serta tidak


mengosongkan satu jawaban pun dan tiap pertanyaan hanya boleh ada satu
jawaban. Jawaban atas pernyataan dilakukan dengan memberikan tanda checklist
(√) pada salah satu jawaban yang dianggap paling sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Terdapat lima alternatif jawaban, yaitu:

30
SS : Sangat Setuju

SR : Setuju

TT : Tidak Tahu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

1. Personal Background (X1)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS ST TT TS STS
1 Jenjang pendidikan Bapak atau Ibu mendukung dalam
pelaksanaan tugas
2 Latar belakang pendidikan Bapak atau Ibu dapat membantu
pelaksanaan tugas
3 Pengalaman organisasi Bapak atau Ibu memberikan
pengaruh terhadap kinerja saat ini
4 Pengalaman kerja di inspektorat menjadi media
pembelajaran untuk menjadi lebih baik dalam pelaksanaan
tugas
5 Pengalaman organisasi Bapak atau Ibu mempengaruhi
kahlian dalam melaksanakan tugas

2. Political Background (X2)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS ST TT TS STS
1 Bapak atau Ibu sebelum menjadi anggota dewan memiliki
pengalaman yang cukup dipartai politik

31
2 Bapak atau Ibu sebelum menjadi anggota dewan aktif
dalam keikutsertaan sebagai pengurus didalam partai
politik
3 Bapak atau Ibu saat menjadi anggota di partai politik
diberikan pengarahan tentang fungsi, tugas, dan tanggung
jawab legislative dengan baik dan benar
4 Bapak atau Ibu sebagai anggota dewan dalam
mempertimbangkan usulan atau kebutuhan masyarakat lebih
mengutamakan kepentingan partai lainnya

3. Transparansi Kebijakan Publik (X3)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS ST TT TS STS
1 Menurut saya, pengumuman kebijakan anggran kepada
masyarakat dapat meningkatkan transparansi
2 Selama ini menurut saya masyarakat mudah mengakses
dokumen publik anggaran
3 Laporan pertanggungjawaban tahunan sepengetahuan saya
selama ini tepat waktu
4 Bagi saya kebijakan transparansi anggaran dapat
mengakomodasi dan meningkatkan suara atau usulan dari
rakyat
5 Adanya sistem pemberian informasi kepada publik bagi saya
dapat meningkatkan kebijakan transparansi anggaran

32
4. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran (X4)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS ST TT TS STS
1 Saya mengetahui bagaimana cara penyusunan APBD

2 Pelaksanaan APBD yang sebenarnya harus dilakukan oleh


eksekutif dapat saya pahami
3 Jika terjadi kebocoran dalam pelaksanaan APBD, saya
mengetahu
4 Saya mampu mengidentifikasi pemborosan atau kegagalan
di dalam pelaksanaan proyek
5 Saya mengetahui bagaimana pelaksanaan APBD

5. Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y)

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


SS ST TT TS STS
1 Saya terlibat dalam memberikan masukan saat penyusunan
arah dan kebijakan umum APBD
2 Menurut saya penetapan APBD lebih berpihak pada
kepentingan politik
3 Bagi saya aspirasi masyarakat menjadi dasar dalam rangka
menyusun APBD
4 Penyusunan APBD sering mengutamakan kepentingan
politik praktis
5 Saya terlibat dalam pengesahan APBD
6 Pengesahaan APBD belum menunjukan asas transparansi

7 Anggota DPRD dapat menjelaskan APBD yang telah


disahkan

33
8 Dalam pengesahan APBD anggota DPRD tidak terlibat

9 Saya merasa pengesahan APBD sudah memenuhi asas


transparansi
10 Instansi tempat saya bekerja menyajikan laporan keuangan
antar periode yang konsisten sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
11 Jika masyarakat menanyakan APBD yang telah disahkan
anggota DPRD kesulitan menjawabnya

34

Anda mungkin juga menyukai