Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
Skripsi S1 Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh:
NIM: 1807531179
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka kekuasaan
atau tanggung jawab yang dibebankan kepada pemerintah daerah untuk
mengelola daerahnya secara maksimal menjadi lebih besar. Hal ini ditujukan
supaya distribusi dan pemanfaatan sumber daya alam nasional dapat merata
dan terciptanya keseimbangan keuangan antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat. Salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi adalah masalah keuangan daerah dan anggaran
daerah (APDB). Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang
luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan manajemen keuangan daerah
yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien,
efektif, transparan dan akuntabel (Winarna dan Murni, 2007).
2
anggaran APBD. Oleh karena itu, diperlukan peran DPRD yang sangat besar
untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah APBD yang ekonomis, efisien,
efektif, transparan dan akuntabel (Nisa, 2014). Pengawasan keuangan daerah
APBD yang dilakukan oleh dewan dipengaruhi oleh sistem dan individu secara
pribadi, (Winarna, dkk 2007).
(https://balitribune.co.id/content/dugaan-penyelewengan-dana pembangunan-
pura-polres-klungkung-masih-periksa-saksi-saksi) diakses tanggal 30 july
2020.
3
dimiliki oleh Dewan mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) maka juga kapabilitas Anggota DPRD dalam pengawasan-
pengawasan keuangan Daerah akan semakin meningkat dan sangat
berpengaruh. Apabila dalam tingkat pendidikan dan pengetahuan anggota
DPRD rendah, maka juga kapabilitasnya juga rendah. Hal ini juga akan sangat
berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan untuk menjalankan suatu fungsi
dan perannya anggota DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
4
membuktikan bahwa pengetahuan tentang anggaran berpengaruh positif
terhadap pengawasan keuangan daerah. Menurut Ilfan Bereki dan Siti Marwa
(2020) dalam penelitiannya membuktikan bahwa Transparansi Kebijakan
Publik, berpengaruh positif terhadap hubungan pengetahuan dewan dengan
pengawasan APBD.
5
4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran
terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis dan Akademis
a. Dapat dijadikan sebagai tambahan literatur Akuntansi Sektor Publik
(ASP) di Indonesia, terutama dalam hal yang berhubungan dengan
pengawasan keuangan daerah.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian
selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi DPRD, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi
daerah khususnya peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dan
dalam rangka mewujudkan good governance. Sehingga DPRD
diharapkan dapat membuat program yang memberikan kontribusi pada
peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
b. Bagi partai politik, dapat dijadikan sebagai masukan dan melakukan
evaluasi dalam merekrut anggota dewan bagi masing-masing partai
serta pengembangan kader partai politik.
6
BAB II
PENELITIAN
2.1.Kajian Pustaka
2.1.1. Teori Peran
Teori peran adalah teori yang merupakan berbagai teori, orientasi,
maupun disiplin ilmu. Teori peran merupakan bagian dari teori psikologi
sosial yang digunakan untuk menganalisis interaksi sosial Kartika, (2012)
Maurice Duverger, (2010:102) berpendapat bahwa Istilah ‟peranan adalah
atribut sebagai akibat dari status, dan perilaku yang diharapkan oleh
anggota-angota lain dari masyarakat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peran berfungsi untuk
membedakan perilaku dari orang yang menduduki posisi organisasi tertentu
dan berfungsi untuk mempersatukan kelompok yang ada dalam organisasi
dengan melengkapi spesialisasi dan fungsi koordinasi. Sejumlah orang
mempunyai peran dan identitas, tergantung pada situasi di mana mereka
menemukan diri mereka. Posisi seseorang dalam suatu organisasi formal
atau informal akan mempengaruhi pola perilaku bersama yang diharapkan.
Setiap peran berhubungan dengan suatu identitas yang menggambarkan
individu dalam hal bagaimana mereka perlu bertindak dalam situasi khusus.
Oleh karena itu, setiap orang harus memahami peran masing-masing dalam
organisasi (Winata & Amalia, 2018).
Peran anggota dewan disesuaikan berdasarkan fungsi yang
dilaksanakannya, yaitu fungsi anggaran, fungsi legislasi, dan fungsi
pengawasan Peran anggota DPRD khususnya dalam pengawasan keuangan
daearah (APBD) ditujukan untuk memastikan apakah pelaksanaan
keuangan daerah (APBD) sudah sesuai dengan peraturan dan tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu,
peran anggota DPRD dalam menjalankan pengawasan keuangan daerah
sangatlah penting, karena dengan adanya pengawasan keuangan daerah
7
yang secara maksimal diharapkan dapat mewujudkan pemerintahan yang
transparan, akuntabel, dan efektif. Selain itu, pengawasan terhadap
pelaksanaan pemerintahan daerah dan keuangan daerah yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan sehingga dapat mendorong terwujudnya
good governance dan mencegah adanya tindakan KKN.
8
2.1.4. Fungsi DPRD Sebagai Pengawas Keuangan Daerah/APBD
Pengawasan anggaran secara yuridis telah diatur baik di tingkat
Undang-Undang, peraturan pemerintah dan juga dalam peraturan daerah
mengenai pengelolaan keuangan daerah. Dalam konteks pengelolaan
keuangan, pengawasan terhadap anggaran dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD. Pengawasan
tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada pengawasan
untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD.
Hal ini sesuai juga dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun
2006 yang menyatakan bahwa untuk menjamin pencapaian sasaran yang
telah ditetapkan, DPRD melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBD,
ini berarti bahwa pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan
pengawasan eksternal dan ditekankan pada pencapainan sasaran APBD.
2.1.5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Rahardjo (2013:28) menjelaskan APBD adalah suatu rencana
operasional keuangan daerah, disatu pihak menggambarkan penerimaan
pendapatan dan di lain pihak merupakan pengeluaran untuk membiayai
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dalam satu tahun
anggara. APBD juga merupakan instrument yang akan menjamin
terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan
kebijakan pendapatan maupun belanja daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
mendefinisikan APBD adalah 7 rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
2.1.6. Personal Background
Menurut Sari (2016) Personal background merupakan latar
belakang diri dari yang melekat pada seorang individu. Latar belakang diri
ini meliputi banyak aspek antara lain seperti nama, jenis kelamin, usia,
9
agama, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya. Personal
background atau dapat disebut juga latar belakang pribadi anggota Dewan,
dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), terdiri dari
(Winarna, 2006) dalam (Abdillah, 2008):
1. Asal komisi.
2. Lama bekerja di DPRD.
3. Tingkat pendidikan.
4. Bidang pendidikan.
5. Pengalaman mengikuti pelatihan.
6. Latar belakang pekerjaan.
7. Pengalaman organisasi.
2.1.7. Political Background
Faktor lain yang mempengaruhi perilaku lembaga politik dalam hal
ini DPRD adalah budaya politik (Almond dan Verba, 2009 dalam Witono
dan Murni, 2013). Sebagai sebuah perwujudan dari sikap politik, perilaku
politik tidak dapat dipisahkan dari political background. Political
background ini meliputi beberapa dimensi, yaitu:
1. Pengalaman politik.
2. Pengalaman di DPRD.
3. Latar belakang partai politik.
4. Latar belakang ideologi partai politik.
5. Asal komisi.
2.1.8. Transparansi Kebijakan Publik
Transparansi Kebijakan Publik adalah keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan publik
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai
keputusan yang mempunyai tujuan tertentu (Pangesti, 2013). Transparansi
adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang yang
memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, yakni
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
hasil-hasil yang dicapai. Prinsip Transparansi memiliki dua aspek:
10
1. Komunikasi publik oleh pemerintah.
2. Hak masyarakat terhadap akses informasi.
2.1.9. Pengetahuan Anggota DPRD Tentang Anggaran
𝐻2
Political Background (X2)
Pengetahuan Anggota
DPRD Tentang Anggaran
(APBD) (X4)
11
Penelitian ini memiliki empat variabel independen (bebas) dan satu
variabel dependen (terikat). Variabel independen terdiri dari personal
background (X1), political background (X2), Transparansi kebijakan publik
(X3), serta pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran (X4). Adapun
variabel dependen dari penelitian ini adalah peran DPRD dalam pengawasan
keuangan daerah (APBD) (Y).
2.3. Hipotesis Penelitian
12
2.3.2. Pengaruh political background terhadap peran DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD)
13
pengelolahan sumber daya publik kepada pihakpihak yang membutuhkan
informasi. Transparansi merupakan salah satu prinsip dari good
governance. Transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas,
seluruh proses pemerintahan, lembaga lembaga dan informasi perlu dapat
diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia
harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Transparansi juga bisa
berarti informasi yang cukup berkaitan dengan kinerja lembaga tersedia dan
disajikan dalam bentuk atau media yang mudah dipahami masyarakat
(Amin, 2008). Transparansi Kebijakan Publik adalah keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan publik
merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan sebagai keputusan
yang mempunyai tujuan tertentu (Pangesti, 2013). Semakin seorang DPRD
melakukan keterbukaan tentang anggaran yang diakses oleh masyarakat
maka semakin maksimal. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa
transparansi kebijakan publik berpengaruh positif terhadap peran DPRD
dalam pengawasan keuangan daerah (APBD).
14
anggota DPRD Sebagai wakil rakyat. Semakin luas pengetahuan anggota
dewan tentang anggaran maka semakin besar peran anggota dewan tersebut
dalam melakukan pengawasan keuangan daerah. Sehingga dapat
dirumuskan bahwa pengetahuan anggota dewan tentang anggaran
berpengaruh positif terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun
serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017: 79).
Pendekatan Kuantitatif
Hipotesis Penelitian
Metode Penelitian
Purposive sampling
16
3.2.Lokasi Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2017:66). Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:
17
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peran DPRD dalam
pengawasan keuangan daerah (APBD).
3.4.2. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel Penelitian
18
yang terdiri dari beberapa dimensi seperti pengalaman politik,
pengalaman di DPRD, latar belakang partai politik, latar
belakang idiologi partai politik, dan asal komisi. Variabel ini
diukur dengan 5 (lima) pertanyaan. Indikator-indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel political background
mengacu pada penelitian (Jaka Winarna dan Indah Sari, 2007).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur political
background dengan menggunakan Skala Likert dengan 5 (lima).
3. Transparansi Kebijakan Publik (X3)
Transparansi didefinisikan sebagai adanya keterbukaan tentang
anggaran yang mudah diakses oleh masyarakat. Kebijakan
publik merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan
sebagai keputusan yang mempunyai tujuan tertentu. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur transparansi kebijakan publik
dengan menggunakan Skala Likert dengan 5 (lima).
4. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran (X4)
Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran didefinisikan sebagai
kemampuan yang dimiliki anggota dewan dalam menyusun
(RAPBD/APBD) yang dijadikan sebagai dasar untuk dapat
mendeteksi keborosan atau kegagalan dari anggaran dalam
pelaksanaannya. Indikator-indikator yang digunakan untuk
mengukur variable pengetahuan ini mengacu kepada penelitian
(Paramita dan Indryani, 2010). Instrumen yang digunakan untuk
mengukur pengetahuan dewan tentang anggaran dengan
menggunakan Skala Likert dengan 5 (lima).
b) Variabel Terikat (Variabel Dependen)
1. Peran DPRD Dalam Pengawasan Keuangan Daerah
(DPRD)
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) adalah proses
kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah
daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
19
perundang-undangan yang berlaku. DPRD sebagai wakil rakyat
diamanahkan untuk melakukan pengawasan, baik itu pada saat
proses penyusunan, pengesahan, pelaksanaan maupun
pertanggungjawaban. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi
pemborosan anggaran. Indikator-indikator yang digunakan
untuk mengukur variable pengawasan keuangan daerah
mengacu pada penelitian (Iin Febrina dan Simson Warimon,
2006). Instrumen yang digunakan untuk mengukur pengawasan
keuangan daerah (APBD) dengan menggunakan Skala Likert
dengan 5 (lima).
3.5. Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan,
(Sugiyono, 2014:89) dan (Kuncoro, 2012:103). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh anggota DPRD Kabupaten Klungkung dan Badung.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Klungkung dan Badung jumlah DPRD 70 orang.
3.5.2. Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan suatu pertimbangan tertentu dimana
anggota – anggota sampel akan dipilih sekemikian rupa sehingga dapat
mewakili suatu sifat populasi (Sugiyono, 2018). Kriteria yang digunakan
adalah Seluruh anggota DPRD yang sedang menduduki sebagai anggota
dewan di Kabupaten Klungkung dan Badung pada periode 2019 -2024, dan
anggota dewan yang bersedia mengisi kuesioner penelitian.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data primer dari responden dilakukan dengan
survei, yaitu dengan cara mengumpulkan data pokok (data primer) dari suatu
20
sampel dengan menggunakan instrumen kuisioner kepada DPRD Kabupaten
Klungkung dan Badung periode 2019-2024 dengan cara memberikan daftar
pernyataan tertulis kepada responden. Pengumpulan data yang digunakan
adalah a five point scale kuesioner. Setiap pertanyaan dari variabel yang
diteliti menggunakan skala likert dan masing-masing butir diberi skor 1
(satu) sampai 5 (lima). Alternatif jawaban setiap pertanyaan adalah sebagai
berikut:
Menurut sifatnya data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yang diperoleh dari kuesioner yang diangkakan dengan bantuan
Skala Likert yang mengacu pada pengukuran item pernyataan yang
digunakan. Menurut cara memperolehnya data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh dari kuesioner dalam bentuk
pertanyaan tertulis mengenai peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD).
21
penelitian valid dan reliabel maka dalam penelitian ini melakukan uji validitas
dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
22
3.9.1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi digunakan dengan tujuan untuk melakukan prediksi
terhadap variabel dependen (Y). Agar hasil prediksi tidak bias, maka model
harus memenuhi asumsi-asumsi kuadrat terkecil atau yang disebut dengan
uji asumsi klasik. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas Data bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variabel terikat dan bebas keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Untuk pendeteksian normalitas data
dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf
signifikan 5%. Uji ini dilakukan sebelum data diolah. Risidual
dinyatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansi Kolmogorov-
Smirnov diatas 0,05 (Ghozali, 2016:154).
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2016:103) uji multikolonieritas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas (independen). Apabila terdapat
korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya
menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas. Multikolinearitas dapat dilihat dari
nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Untuk bebas
dari masalah multikolinearitas, nilai tolerance harus > 0,1 dan nilai
VIF < 10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variasi dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji Glejser digunakan untuk
menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Tingkat
23
probabilitas signifikansi masing-masing variabel bebas lebih besar
dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013:139).
3.9.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Teknik analisis regresi berganda, yang dimana digunakan untuk
mengetahui atau memperoleh gambaran mengenai pengaruh variabel-
variabel independen personal background (X1), political background (X2),
transparansi kebijakan publik (X3), serta pengetahuan dewan tentang
anggaran (X4) mempengaruhi peran DPRD dalam pengawasan keuangan
daerah (APBD) (Y) dengan bantuan program SPSS (Statistical Product
Service Solution) versi 20.00 Bentuk persamaan umum regresi linier
berganda:
Y = a + β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + e
Y = Peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah (APBD)
Α = Konstanta
X1 = Personal background
X2 = Political background
X3 = Transparansi kebijakan publik
X4 = Pengetahuan dewan dependen tentang anggaran
Β = Koefisien regresi
3.9.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
24
Uji kelayakan model (Uji F) digunakan untuk menguji kelayakan
atau validitas dari suatu model regresi berganda dan untuk mengetahui
apakah model penelitian dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen. Uji F dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2018:99).
Kriteria penilaian dilakukan dengan bantuan komputer dengan program
SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas secara bersama-sama dengan taraf signifikannya α = 0,05.
Jika tingkat signifikansi variabel bebas secara bersamasama lebih kecil dari
tingkat signifikansi tersebut, maka hipotesis diterima artinya variabel bebas
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.
25
DAFTAR RUJUKAN
Arianti, E., Nelly, R, & Supriono. (2017). Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang
Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah (APBD) dengan Political
Background, Akuntabilitas Publik dan Transparansi Kebijakan Publik
sebagai Variabel Pemoderasi.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jaka, Winarna dan Sri Murni. (2007). Pengaruh Personal Bacground, Political
Backround, dan Pengatahuan Dewan tentang Anggaran Terhadap Peran
DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Makalah Simposium Nasional
Akuntansi X, Makasar
Kiranayanti, I., & Erawati, N. (2016). Pengaruh Sumber Daya Manusia, Sistem
Pengendalian Intern, Pemahaman Bisnis Akrual Terhadap Kualitas Laporan
Keuangan Daerah. E-Jurnal Akuntansi, 16 (2), 1290-1318.
26
(APBD) Daerah Di Kabupaten Manokwari. Going Concern: Jurnal Riset
Akuntansi, 13(04), 98-107. https://doi.org/10.32400/gc.13.03.20025.2018.
Sayuti, S., Majid, J., & Juardi, M. S. S. (2018). Perwujudan Nilai Transparansi,
Akuntabilitas dan Konsep Value For Money dalam Pengelolaan Akuntansi
Keuangan Sektor Publik (Studi Pada Kantor BAPPEDA Sulawesi Selatan).
ATESTASI: Jurnal Ilmiah Akuntansi, 1(1), 16-28.
27
Widajatun, V.W., & Kristiastuti, F. (2020). The Effect Of Regional Financial
Supervision, Accountability and Transparency Of Regional Financial
Managemnt On Lovcal Government Perfomance. Budapest Internasional
Research And Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social
Sciences, 3(4), 2966-2974.
28
Lampiran 1
KUESIONER
PENGANTAR
Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan dengan judul “ Pengaruh
Personal Background, Political Background, Transparansi Kebijakan Publik
Dan Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD Dalam
Pengawasan Keuangan Daerah (APBD)”.
NIM : 1807531179
Informasi dalam kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya di tunjukan untuk
kepentingan ilmiah. Keberhasilan penelitian ini sangat bergantung pada perhatian
dan kesungguhan saudara/i dalam mengisi kuesioner ini.
Demikian pengantar ini saya buat, atas perhatian serta bantuannya saya
ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
29
KUESIONER PENELITIAN
Data Pribadi:
1. Nama: ...............................................................
2. Jenis Kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Usia: ..................................
4. Pendidikan Terakhir:
- SMA - S2
- D3 - S3
- S1 - Lainnya…………….
5. Bidang Pendidikan Bapak/Ibu adalah
- Hukum - Manajemen
- Teknik - Akuntansi
- Ilmu Sosial dan Politik - Lainnya………..
6. Pekerjaan utama terakhir Bapak/Ibu sebelum menjadi anggota DPRD
- Wiraswasta
- Karyawan Swasta
- PNS
7. Pengalaman Bapak/Ibu menjadi anggota DPRD
- 1 periode - Lainnya………….
- 2 periode
- 3 periode
Petunjuk Pengisian Kuesioner
30
SS : Sangat Setuju
SR : Setuju
TT : Tidak Tahu
TS : Tidak Setuju
31
2 Bapak atau Ibu sebelum menjadi anggota dewan aktif
dalam keikutsertaan sebagai pengurus didalam partai
politik
3 Bapak atau Ibu saat menjadi anggota di partai politik
diberikan pengarahan tentang fungsi, tugas, dan tanggung
jawab legislative dengan baik dan benar
4 Bapak atau Ibu sebagai anggota dewan dalam
mempertimbangkan usulan atau kebutuhan masyarakat lebih
mengutamakan kepentingan partai lainnya
32
4. Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran (X4)
33
8 Dalam pengesahan APBD anggota DPRD tidak terlibat
34