BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
masyarakat dalam waktu sangat lama; dan Kedua, eksekutif mempunyai akses
2
mudah diserap oleh konstituennya dan tidak melalui prosedur birokrasi yang
rumit.
pada kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir terjadi fluktuasi perubahan jumlah
anggaran hibah dan bansos yang cukup signifikan menjelang dan sesudah
et al., 2004).
Tenggara yang kami deteksi melalui pencarian media online dan media cetak
dan lain-lain. Adapun daerah yang paling banyak melakukan tindakan korupsi
Kabupaten Konawe Selatan, Bombana dan Kolaka. Daerah yang paling tinggi
Muna.
untuk meneliti perilaku oportunistik yang terjadi akibat interaksi antara kedua
di kota lebih besar dari pada di kabupaten bersumber dari anggapan bahwa
pelayanan publik dan perilaku anggota legislatif tidak sebaik dikota. Misalnya,
dikota gerakan mahasiswa dan pers sangat efektif dalam mengungkap berbagai
dan struktur pendapatan berimplikasi pada kontrol sosial yang berbeda pula.
anggaran.
infrastruktur, belanja hibah dan bansos diduga menjadi alat pemenuhan janji
pendapatan daerah baik yang berasal dari pendapatan sendiri maupun dana
6
Anggaran ?
Anggaran ?
Anggaran ?
Penyusun Anggaran ?
bertujuan :
menjadi bahan bacaan bagi penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.
Hasil kajian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk menilai dan
1.5 Kebaruan
berikut : Abdullah dan Asmara (2006), Riharjo dan Isnadi (2010), Asmara
diikuti oleh pemerintah daerah menyebabkan data penelitian dari tahun ke tahun
memiliki variansi yang cukup besar. Variansi ini terjadi karena data yang
dari sisi variabel maka, penelitian ini dengan daerah yang berbeda dan
panambahan variabel Letak dan Jenis Pemerintahan dan Utang Daerah. Itulah
yang menjadi pemikiran peneliti untuk mengkaji Pengaruh PAD, DAU, SILPA,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teoritis
psikologisnya.
sesuatu yang baik atau tidak (Faria and Silva, 2013). Dalam konteks ini
11
agent dan legislatif adalah principal (Halim dan Abdullah, 2006). Apabila
tersebut. Jika hal ini terjadi, besar kemungkinan anggaran yang disahkan
adalah alat untuk melancarkan aksi pencurian hak rakyat atau sering
2003).
eksekutif atau birokrasi dengan legislatif atau kongres dengan nama self-
interest model. Dalam hal ini, legislators ingin dipilih kembali, birokrat
dari pemerintah tanpa harus membayar biayanya secara penuh. Hal ini
sebagai agen bagi publik tidak selalu memiliki kepentingan yang sama
legislatif.
sumber daya yang tersedia dan tidak melakukan efisiensi yang sering
dapat dilihat dari peningkatan alokasi belanja pada sektor tertentu yang
Perilaku Oportunistik
politisi hanya dapat memengaruhi sisi belanja dalam APBD. DAU yang
program dan kegiatan yang sulit untuk dimonitor orang lain, membuka
kesehatan.
pada tahun berikutnya sehingga hal ini memberi peluang bagi penyusun
oportunistik.
Oportunistik
standar anggaran.
yang telah dilakukan selama ini lebih fokus pada peranan legislatif dalam
anggaran legislatif yang merupakan selisih angka antara RAPBD dan APBD.
belanja barang dan jasa, serta belanja modal terhadap meningkatnya slack
antar variabel serta uji beda untuk menilai perbedaan pengaruh antar
PAD di Pulau Jawa lebih tinggi dari daerah di luar Pulau Jawa.
menunjukkan bahwa semakin besar PAD, DAU dan SiLPA maka semakin
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Pikir
didominasi oleh politik anggaran yang dilakukan oleh pihak – pihak yang
bersangkutan.
2006; Maria, 2009). Sumber pendapatan daerah berupa DAU adalah dana
dapat menggunakan dana ini untuk memberi pelayanan yang lebih baik
pada alokasi belanja tahun berikutnya sehingga hal ini memberi ruang bagi
berpikir diatas, maka dapat kami susun konsep penelitian seperti pada
Gambar 3.2.
3.2. Hipotesis
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
mengarahkan pada pemilihan sumber – sumber daya dan tipe informasi yang
rencana dari struktur penelitian yang mengarahkan proses dan hasil riset
sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, efisien dan efektif (Jogiyanto, 2004).
28
dan SiLPA, Letak dan Jenis Pemerintahan dan Pinjaman Daerah terhadap
Berdasarkan fenomena yang terjadi serta kajian teoritis dan empiris, maka
dibawah tahun 2010, sementara daerah yang mekar di atas tahun 2010 tidak
masuk dalam lokasi penelitian ini. Berdasarkan kriteria tersebut maka lokasi
PAD, DAU dan SiLPA, Jenis dan Letak Pemerintahan dan Pinjaman
Daerah.
penyusun anggaran dan variabel independen yaitu PAD, DAU dan SiLPA,
APBD tahun sebelumnya (t-1). Sektor yang diamati adalah pendidikan, kesehatan,
pekerjaan umum, hibah dan bansos atau yang masuk dalam biaya tak
langsung, yaitu :
31
satuan rupiah dan bertanda positif, namun jika yang terjadi sebaliknya
atau tidak terjadi perubahan seperti di atas maka diberi nilai 0 (nol).
+ ΔBansos
terdiri dari lima variabel yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi
Umum (DAU), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Jenis dan Letak
5) Pinjaman Daerah
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan oleh studi-
studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain atau sumber
data dari berbagai sumber sesetara mungkin “menjadi satu bentuk yang
sama”);
dkk. 2014):
Keterangan :
X5 : Pinjaman Daerah
α : Konstanta.
β : Koefisien Regresi.
ε : Error.
yang berusaha untuk mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel
atau lebih. Dalam analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian,
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2011). Uji normalitas residual
signifikansi 5%.
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2011).
independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
dalam penelitian ini adalah Uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan
adanya heteroskedastisitas, jika tidak ada satu pun variabel independen yang
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series,
untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara
dapat dilihat dari nilai Durbin Watson pada output pengujian. Model
regresi terbebas dari autokorelasi jika nila Durbin Watson hitung terletak di
2
setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (R ), nilai
2
Koefisien determinasi (R ) mengukur seberapa jauh kemampuan
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R yang kecil
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
Secara umum, koefisien determinasi untuk data runtut waktu (time series)
4.7.2.2 Uji F
Social Science (SPSS) dengan significance level 0,05 (5%). Jika nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi
38
signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis tidak dapat ditolak
4.7.2.3 Uji t
signifikansi t masing – masing variabel pada output hasil regresi dengan SPSS
0,05. Jika hasil regresi menunjukkan nilai signifikansi < 0,05, maka kita
2011).
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S. 2012. Perilaku Oportunistik Legislatif dan Faktor – Faktor Yang
Mempengaruhinya: Bukti Empiris dari Penganggaran Pemerintah Daerah di
Indonesia. Ringkasan Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Bartolini, D., and Santolini, R. 2007. Fiscal Rules and The Opportunistic
Behaviour of The Incumbent Politician: Evidence From Italian Municipalities.
Working Paper. Institute of Local Public Finance February 2007.
Faria, J.A., dan Silva, S.M.G. 2013 The Effects of Information Asymmetry
on Budget Slack: An Experimental Research. African Journal of Business
Management vol 7(13),pp.1086-1079.
Hagen, J.V. 2002. Fiscal rules, fiscal institutions, and fiscal performance.
The
Economic and Social review 33(3): 263-
284.
Jensen, M.C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics.Vol.3.No.4.pp.305-360.
Magner, N.R., Johnson, G.G., Little, H.T. Staley, A.B. and Welker, R.B.
2006. The case of fair budgetary procedures. Managerial Auditing Journal,
21(4), 408-419.
Martinez, J.V., Arze, J. and Boex, J. 2004. Corruption, Fiscal Policy, and
Fiscal Management. Working Paper. Georgia State University.
http://www.fiscalreform.net.
Riharjo, I.B. dan Isnadi. 2010. Perilaku Oportunistik Pejabat Eksekutif dalam
Penyusunan APBD ( Bukti Empiris atas Penggunaan Penerimaan Sumber
Daya Alam). Jurnal Ekuitas Vol.14 No. 3 September:388-410.
Sularso, H., Restianto, Y.E. dan Istiqomah, A.E. 2014. Determinan Perilaku
Oportunistik Penyusunan Anggaran (Studi pada Kabupaten/Kota di
Jawa Tengah). Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 17 Mataram
Lombok 24 -27 September 2014.