PENDAHULUAN
pemerintah daerah menjadi suatu hal yang penting bagi pemerintah daerah dan
informasi finansial yang diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat,
secara ekonomis, efisien, dan efektif atau memenuhi value for money serta
penting karena akan memberikan umpan balik atas rencana yang telah
1
2
daerah perlu dilakukan karena adanya fakta bahwa masih buruknya kinerja
Maiyora (2015), Anzarsari (2014), Puspa Sari (2016) Kusumawardani (2012), Siti
Nur Rochmah (2015), Minarsih dan Kumalasari (2015). Para peneliti pada
dilakukan oleh mengenai variabel size juga berbeda dengan penelitian yang
daerah (size, wealth, ukuran legislatif dan intergovernmental revenue) dan kinerja
keuangan pemerintah daerah yang dapat menjelaskan bahwa variabel wealth dan
Sedangkan size dan ukuran legislatif tidak berpengaruh terhadap kinerja pemerintah
daerah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Indah menunjukkan bahwa ukuran
lebih lanjut tentang pengaruh kapasitas fiskal, government size dan legislative
Sumatera Utara.
tersebut memilki kesamaan secara karakteristik daerah dan faktor geografis yang
saling berdekatan juga karena data laporan keuangannya tercatat lengkap pada
dana Otonomi Khusus (Otsus) dalam jumlah yang cukup besar dari pemerintah
provinsi Sumatera Utara tidak menerima dana Otsus, sehingga penulis tertarik
daerah.
b. Bagi Penulis
daerah.
Untuk mempermudah penulisan skripsi ini dan agar lebih terarah dan
berjalan dengan baik, maka perlu dibuat batasan masalah. Adapun ruang lingkup
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
(tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, pinjaman lama dan penerimaan
perbaikan standar hidup masyarakat secara cepat, baik dari sektor swasta maupun
diberikan kepada daerah kabupaten dan kota untuk membentuk dan melaksanakan
karena adanya kebutuhan masyarakat daerah terhadap pendidikan dan barang publik
pada umumnya akan terpenuhi dengan lebih baik dibandingkan bila diatur langsung
oleh pemerintah pusat. Akan tetapi, kecenderungan tersebut masih belum nampak.
Hal ini disebabkan sebagian besar Pemerintah Daerah (Pemda dan DPRD) Kota dan
akan lebih terukur. Upaya ini harus mendapat dukungan dari semua pihak karena
dasar lainnya; dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-
undangan. Urusan lainnya yang bersifat meliputi urusan pemerintahan secara nyata
sebuah rentang waktu tertentu dimasa yang akan datang serta realisasinya di
yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
∑ PAD
Kapasitas Fiskal = ∑ Belanja Rutin
x 100% (Rochmah, 2015)
Dimana :
lebih besar akan memiliki tekanan yang besar pula dari publik untuk
total aktiva akan lebih baik karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan
dengan nilai penjualan dan kapitalisai pasar dalam mengukur size perusahaan.
Size dapat diukur dengan jumlah karyawan, total aset, total pendapatan, dan
entitas yang lebih besar memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari pada
total aset. Aset adalah elemen neraca yang akan membentuk informasi berupa
posisi keuangan jika dihubungkan dengan elemen neraca yang lain yaitu modal
25 mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti
(Kusumawardani 2012).
bahwa semakin besar ukuran (size) pemerintah daerah maka semakin baik
mengungkapkan hal-hal yang bersifat good news. Good news tersebut dapat
12
DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan yang dipilih
keuangan daerah agar Pemerintah Daerah dapat mengelola anggaran yang ada
Matsusaka dan Sumarjo (2010), maka dalam penelitian ini juga menggunakan
atau instansi pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
karena itu, pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai agar
b. Neraca
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu (PP RI No. 24 tahun 2005).
Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas
dicakup dalam laporan arus kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan
lainnya.
keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan
good governance. Hal ini dikarenakan melalui laporan keuangan maka unsur
atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah
tanggungjawab dengan sesuai harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Dari
seseorang dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau
17
tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan sesuai
para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh
b. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses
dalam pekerjaannya.
perusahaan.
d. Sebagai dasar evaluasi program latihan dan keefektivan jadwal kerja, metode
kerja, struktur organisasi, gaya pengawasa, kondisi kerja, dan peralatan kerja.
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasaan, dan kondisi kerja.
Kinerja keuangan adalah prestasi kerja yang telah diperoleh suatu perusahaan
dalam periode tertentu dan terutang dalam laporan keuangan yang bersangkutan.
Menurut Irhan Fahmi (2011) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan
Keuangan daerah dapat diartikan sebagai hak dan kewajiban yang dinilai
dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uanga maupun barang
yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dikuasi atau dimiliki
negara atau daerah yang lebih tinggi atau pihak-pihak lain sesuai dengan
Salah satu aspek pemerintah daerah yang harus diatur adalah masalah
kepentingan publik, hal ini tidak saja terlihat dari besarnya porsi penganggaran
Pengelolaan Keuangan Daerah sesuai isi pasal 4 yaitu Keuangan daerah dikelola
daerah adalah dengan melaksanakan analisis rasio terhadap APBD yang telah
belum banyak dilakukan, sehinggga secara teori belum ada kesepakatan secara
efisien dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun
kaidah akuntansi dalam APBD berbeda dengan keuangan yang dimiliki oleh
hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya
sehinggga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi. Selain itu dapat
daerah tertentu dengan rasio keuangan daerah lain yang terdekat ataupun potensi
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai
pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah
(terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, dan demikian pula
dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama
PAD. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan
dikategorikan efektif apabila mencapai minimal sebesar atau 100 persen. Namun
demikian, semakin tinggi rasio efektivitas, maka kemampuan daerah pun semakin
baik. Guna memperoleh ukuran yang lebih baik, rasio efektivitas tersebut perlu
dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari satu atau di bawah 100
persen. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemda semakin baik.
c. Rasio aktivitas
belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase
dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti persentase belanja investasi
Belum ada tolak ukur yang pasti berapa besarnya rasio belanja rutin maupun
pembangunan terhadap APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi
besar. Oleh karena itu, rasio belanja pembangunan yang relatif masih kecil perlu
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi daerah. Kelompok
pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: Pajak
daerah, Retribusi daerah, Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah misalnya :
e. Rasio pertumbuhan
(PAD+BD+DAU)−BW
DSCR = Total (Pokok Angsuran+Bunga+Biaya+Biaya Pinjaman)
X 100%
Keterangan:
BD = Bagian daerah
BW = Belanja wajib
Pn − P0
r =
P0
Keterangan:
26
r = Rasio pertumbuhan
antara lain:
1. Potensi daerah, indikator yang banyak digunakan sebagai tolak ukur potensi
Adapun tujuan dari analisis ratio keuangan pada sektor publik (APBD)
sebagai berikut:
otonomi daerah.
pendapatan daerahnya.
pendapatan daerah.
27
1. DPRD.
4. Masyarakat dan kreditor, sebagai pihak yang turut memiliki saham pemerintah
memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap efektivitas perencanaan
ini yang semakin kompleks. Hal ini terlihat dari adanya dua jenis alat ukur kinerja,
yaitu yang bersifat tradisional dan alat ukur kinerja modern. Alat ukur kinerja
Kinerja organisasi selama satu periode terekam dalam laporan yang dihasilkan
ukur kinerja sektor publik yang memadai. Menurut Mahmudi (2010) yang
bagi masyarakat.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
Siti Nur Faktor-Faktor yang Variabel PAD dan
Rochmah Mempengaruhi independen: Pertumbuhan
(2015) Kinerja Keuangan Pendapatan Asli Ekonomi
Pemerintah Daerah Daerah, Dana berpengaruh pada
(Studi Empiris pada Permbangan, Kinerja Keuangan
Kota dan Kabupaten Belanja Modal, Pemda, sedangkan
di Provinsi Jawa Dana Perimbangan,
Pertumbuhan
Tengah Tahun 2009- Belanja Modal,
Ekonomi, Ukuran
2012) Ukuran Legislatif,
Legislatif, Leverage
Leverage tidak
29
leverage dan
intergovernmental
revenue (diukur
dengan rasio
efektifitas)
berpengaruh positif
terhadap kinerja
keuangan
pemerintah daerah.
Desy Pengaruh Variabel Menunjukan hasil
Anzarsari Karakteristik independen: Ukuran bahwa wealth, dan
(2014) Pemerintah Daerah (size), kemakmuran intergovernmental
Terhadap Kinerja (wealth), ukuran renevue
Pemerintah Daerah di legislatif dan berpengaruh
Jawa Tengah. intergovernmental terhadap kinerja
revenue. Variabel pemerintah
dependen: Kinerja daerah. Sedangkan
pemerintah daerah. size dan ukuran
legislatif tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
pemerintah
daerah.
pengaruh variabel independen yaitu: Kapasitas Fiskal (X1), Government Size (X2),
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
31
Semakin besar kapasitas fiskal maka semakin besar pula peningkatan kinerja
pemerintah daerah. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Husna Hayati (2017)
yang menunjukan bahwa secara simultan kapasitas fiskal, government size dan
Secara parsial juga ditemukan bahwa variabel kapasitas fiskal, government size, dan
kabupaten/kota di Aceh.
peningkatan kinerja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sumarjo (2010) yang
menyatakan bahwa semakin besar ukuran (size) pemerintah daerah maka semakin
baik kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh
pengeluaran pemerintah daerah yang akan dilakukan dan berapa pemasukan yang
32
Kapasitas Fiskal
(X1)
Kinerja Keuangan
Government Size
Pemerintah Daerah
(X2)
(Y)
Legislative Size
(X3)
ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti
(Arikunto, 2012). Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
33
BAB III
METODE PENELITIAN
menguji hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai pengaruh kapasitas fiskal,
government size dan legislative size terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Sedangkan data yang dipakai adalah data sekunder. Data yang diambil adalah data
keuangan dari pemerintah daerah kabupaten/kota di Aceh dan Sumut. Data keuangan
3.2.1 Populasi
(LKPD) kabupaten/kota di Aceh dan Sumut tahun 2015 dan tahun 2016.
3.2.2 Sampel
karakter yang sama serta memenuhi populasi yang diselidiki (Sugiyono, 2015).
Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pemerintah daerah yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pemerintah daerah yang mendapat opini
35
WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) akan menjadi sampel karena dianggap telah
keuangannya baik.
wajar tanpa pengecualian diharapkan tidak terjadi perbedaan nilai adj R square
yang besar dan tidak mempengaruhi hasil pengujian data dalam penelitian ini.
Dalam penelitian Rahardjo (2010) terjadi perbedaan hasil yang cukup besar
diantara dua model penelitian karena masih menggunakan sampel penelitian wajar
dengan pengecualian.
dan Sumut yang menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2015 dan 2016
yang telah daudit oleh BPK RI dengan mendapat opini audit wajar tanpa
dalam pengukuran variabel dan analisis data untuk pengujian hipotesis dalam
penelitian.
36
mempengaruhi variabel lain, variabel yang dapat diukur, dimanipulasi, atau dipilih
oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi
a. Kapasitas Fiskal
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan terjadi dalam sebuah rentang waktu
tertentu dimasa yang akan datang serta realisasinya di masa lalu (Franciari, 2012).
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
∑ PAD
Kapasitas Fiskal = ∑ Belanja Rutin
x 100% (Rochmah, 2015)
b. Government Size
Ukuran (size) dapat diukur menggunakan total aset, jumlah karyawan, total
pendapatan, dan tingkat produktifitas (Sumarjo, 2010). Dalam penelitian ini ukuran
pemerintah daerah diukur menggunakan jumlah total aset pemerintah daerah. Baber
(size). Penelitian Wuryaningsih dalam Sumarjo (2010) menggunakan nilai total aset
sebagai ukuran (size) pada sektor swasta dan nilai aktiva atau total aset dianggap
lebih stabil dibandingkan dengan nilai penjualan bersih dan kapitalisasi pasar.
Sumarjo (2010) juga menggunakan nilai aktiva sebagai proksi dari ukuran (size).
Karena dianggap lebih stabil maka dalam penelitian ini total aset pemerintah daerah
c. Legislative Size
keuangan daerah agar Pemerintah Daerah dapat mengelola anggaran yang ada
penelitian Gilligan dan Matsusaka dan Sumarjo (2010), maka dalam penelitian
ini juga menggunakan jumlah anggota DPRD sebagai proksi untuk mengukur
ukuran legislatif.
a. Rasio Efisiensi
output dan input atau realisasi pengeluaran dan realisasi penerimaan daerah.
Semakin kecil rasio ini, maka pemerintah daerah dapat dikategorikan kinerja
100% ke atas maka dapat dikatakan tidak efisien, 90%-100% adalah kurang
efisien, 80%-90% adalah cukup efisien, 60%-80% adalah efisien dan dibawah dari
60% adalah sangat efisien. Perhitungan rasio efisiensi didasarkan pada penelitian
b. Rasio Efektivitas
yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Halim, 2015). Semakin tinggi rasio
presentase kinerja keuangan diatas 100% dapat dikatakan sangat efektif, 90%-100%
adalah efektif, 80%-90% adalah cukup efektif, 60%-80% adalah kurang efektif dan
39
kurang dari 60% adalah tidak efektif. Perhitungan rasio efektivitas diambil dari
N
Variabel Defenisi Skala Pengukuran
o
Dependent
1 Kinerja Kinerja keuangan Rasio 1. Rasio efesiensi = Total
Keuangan pemerintah daerah Realisasi Belanja
Pemerintah di ukur dengan Daerah/Total Realisasi
Daerah menggunakan dua Pendapatan Daerah x
rasio yaitu: 100%
1. Rasio efektifitas 2. Rasio efektivitas =
2. Rasio efisiensi Realisasi Penerimaan
PAD/ Target Penerimaan
PAD x 100%
Independent
1 Kapasitas Kapasitas fiskal Rasio Kapasitas Fiskal = ∑ PAD /
Fiskal menunjukkan ∑ Belanja Rutin x 100%
kemampuan daerah
dalam membiayai
sendiri kegiatan
pemerintahan,
pembangunan, dan
pelayanan kepada
masyarakat yang
telah membayar
pajak dan retribusi.
2 Government Ukuran dari Rasio Jumlah Penduduk
Size pemerintah daerah
yang diukur
melalui nilai total
aset
3 Legislative Rasio Jumlah anggota DPRD
Size
40
ini, maka metode analisis data yang dapat diterapkan adalah analisis regresi
metode analisis data dengan menerapkan analisis regresi berganda menjadi suatu
pilihan yang patut digunakan.Melalui analisis ini dapat dilihat pengaruh atau
sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis
(Ha).Hipotesis nol dan hipotesis alternatif dalam Uji T dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0 = Kapasitas Fiskal (X1), Government Size (X2) dan Legislative Size (X3) secara
Ha = Kapasitas Fiskal (X 1), Government Size (X2 ) dan Legislative Size (X3 )
Daerah (Y).
Dasar pengambilan keputusan dalam hal ini maksudnya adalah dasar yang
Untuk mengetahui apakah suatu model regresi sudah benar atau salah,
dependen. Dengan kata lain Uji F dipergunakan untuk melihat pengaruh dari
sebagai berikut:
a. Merumuskan Hipotesis
(H0) dan hipotesis alternatif (H1) dalam Uji F dari penelitian ini adalah:
H0 = Kapasitas Fiskal (X1), Government Size (X2) dan Legislative Size (X3)
Ha = Kapasitas Fiskal (X1), Government Size (X2) dan Legislative Size (X3)
Daerah (Y).
Dasar pengambilan keputusan dalam hal ini maksudnya adalah dasar yang
Yang pertama dilakukan adalah menetapkan taraf signifikansi sebesar 0,05. Taraf
43
Kapasitas Fiskal (X1), Government Size (X2) dan Legislative Size (X3) terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y). Semakin tinggi nilai dari koefisien
BAB IV
Kapasitas Fiskal (X1), (X2), Ukuran Pemerintah dan Ukuran Pemerintah (X3) Terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) di Indonesia. Hasil analisis regresi linier
Tabel 4.1
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Ukuran
-.028 .192 -.030 -.144 .887
Pemerintah_X2
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa data output dari analisis regresi linier
berganda yang dianalisis menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS)
Tabel 4.2
Pada variabel Kapasitas Fiskal (X1) didapatkan nilai thitung (-0.255) < ttabel
(2,042), maka H0 diterima (Ha ditolak). Artinya Kapasitas Fiskal (X1) tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) dengan
tingkat signifikansi 5% (0,05). Artinya semakin tinggi Kapasitas Fiskal (X1), semakin
Pada variabel Ukuran Pemerintah (X2) didapatkan nilai thitung (-0.144) < ttabel
(2,042), maka H0 diterima (Ha ditolak); Ukuran Pemerintah (X2) tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) dengan
tingkat signifikansi 5% (0,05). Artinya semakin tinggi Ukuran Pemerintah (X2) semakin
Pada variabel Ukuran Legislatif (X3) didapatkan nilai thitung (3.425) ≥ ttabel
(2,042), maka H 0 ditolak (Ha diterima). Ukuran Pemerintah (X3) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) dengan tingkat
46
signifikansi 5% (0,05). Artinya semakin tinggi Legislative Size (X3) semakin tinggi pula
(variabel independen) di dalam model secara serentak (simultan). Jadi menguji Pengaruh
Kapasitas Fiskal (X1), Ukuran Pemerintah (X2), dan Ukuran Legislatif (X3) Terhadap
Tabel 4.3
ANOVAa
Total 3320967626736228.000 33
Service Solution (SPSS) yang tertera pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 10.272
dengan tingkat signifikansi 0.000. Nilai signifikansi yang dihasilkan tersebut lebih kecil dari
0.5. Hal ini berarti bahwa variabel Kapasitas Fiskal (X1) Ukuran Pemerintah, (X2), dan
47
Ukuran Pemerintah (X3) berpengaruh secara serentak atau simultan terhadap Kinerja
Kapasitas Fiskal (X1), Ukuran Pemerintah (X2), dan Ukuran Pemerintah (X3) Terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y). Hasil uji determinasi terdapat pada tabel di
bawah.
Tabel 4.4
Model Summary
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Adjusted R Square atau R2 0.457
(45,7%). Hal tersebut mempunyai arti bahwa Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) dapat
dijelaskan oleh Kapasitas Fiskal (X1), Ukuran Pemerintah (X2), dan Ukuran Pemerintah (X3)
sebesar 45,7%, sedangkan sisanya 54,3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
48
4.2 Pembahasan
Pada variabel Kapasitas Fiskal (X1) didapatkan nilai thitung (-0.255) < ttabel
(2,042), maka H0 diterima (Ha ditolak). Artinya Kapasitas Fiskal (X1) tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) dengan
tingkat signifikansi 5% (0,05). Artinya semakin tinggi Kapasitas Fiskal (X1), semakin
Hasil penelitian ini mengindikasi bahwa besarnya kapasitas fiskal suatu daerah
bergantung kepada porsi anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk
melakukan pembangunan. Semakin tinggi kapasitas fiskal suatu daerah, semakin besar
pula jumlah porsi anggaran yang akan akan dikelola oleh pemerintah daerah sehingga
Indonesia tidak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
pemerintahan daerah.
pernah diteliti oleh Husna Hayati (2017) yang berjudul Pengaruh Kapasitas Fiskal,
Ukuran Pemerintah Dan Belanja Modal Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Pada
keuangan.
Pada variabel (X2) Ukuran Pemerintah didapatkan nilai thitung (-0.144) < ttabel
(2,042), maka H0 diterima (Ha ditolak); (X2) tidak berpengaruh positif dan signifikan
(0,05). Artinya semakin besar (X2) semakin ren Ukuran Pemerintah dah Kinerja
diukur berdasarkan total asset yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Apabila ukuran
pemerintah daerah semakin besar maka kinerja keuangan pemerintah daerah kurang
baik. Pemerintah daerah dengan ukuran yang besar seharusnya memiliki tekanan
yang besar untuk melakukan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta
daerah belum dapat mengelola dengan baik aset yang dimilikinya untuk
penelitian Sari, (2016), Maiyora, (2015), dan Masdiantini dan Erawati, (2016) yang
Pada variabel Ukuran Pemerintah (X3) didapatkan nilai thitung (3.425) ≥ ttabel
(2,042), maka H0 ditolak (Ha diterima). Ukuran Pemerintah (X3) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Y) dengan tingkat signifikansi
5% (0,05). Artinya semakin tinggi Ukuran Pemerintah (X3) semakin tinggi pula Kinerja
ukuran legislatif berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, hal ini
kinerja keuangan pemerintah daerah. Peran yang diharapkan pada anggota DPRD
dalam kaitannya dengan kinerja yaitu dalam hal pengawasan pelaksanaan kinerja oleh
50
pemerintah daerah kepada masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Sesotyaningtyas, (2012) dan dan Maiyora, (2015) yang menyatakan bahwa ukuran
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada bab sebelumnya, maka
Pemerintah Daerah.
5.2 Saran
sebagai berikut:
masyarakatnya.
52