H. Aliamin
(Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Muhammadiyah Aceh)
Drs, Tarmizi Gadeng
(Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Muhammadiyah Aceh)
ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Penyimpangan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah Di Provinsi Aceh.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 47,2% dari jumlah
total 125 populasi dengan menggunakan metode Stratifield sehingga diperoleh sampel
sebanyak 59 responden berdasarkan instansi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keempat variabel bebas yang diteliti
ternyata yang paling besar atau dominan pengaruhnya terhadap korupsi APBD di
Provinsi Aceh adalah variabel variabel organisasi kepemerintahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa variabel perilaku individu, organisasi kepemerintahan, peraturan
perundang-undangan dan pengawasan sangat berpengaruh terhadap korupsi APBD di
Provinsi Aceh. Pembuktian baik dengan menggunakan uji- t maupun uji- F menunjukkan
bahwa semua variabel penjelas dalam penelitian ini berpengaruh signifikan baik secara
partial maupun simultan terhadap korupsi APBD di Provinsi Aceh. Hipotesis penelitian
diterima.
Diharapkan kepada pemerintah Aceh, agar berbagi penyimpangan yang
menyebabkan peluang untuk terjadinya korupsi APBD dapat ditekan sedemikian rupa
baik dari sisi perilaku individu, dari organisasi kepemerintahan, sistem peraturan
perundang-undangan dan meningkatkan sisitem pengawasan.
Kata Kunci :
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak dikeluarkan peraturan tentang otonomi daerah yaitu Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka
kekuasaan atau tanggung jawab yang dibebankan kepada pemerintah daerah untuk
mengelola daerahnya secara maksimal menjadi lebih besar. Hal ini ditujukan supaya
distribusi dan pemanfaatan sumber daya alam nasional dapat merata dan terciptanya
keseimbangan keuangan antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Manajemen
keuangan daerah dikelola secara penuh oleh pemerintah daerah. Supaya menajemen
keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan secara sosial maka diperlukan
komponen pokok yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh pemerintah daerah yaitu
pengelolaan keuangan daerah (APBD) secara transparan, akuntabel, efektif, dan efisien.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka perumusan masalah untuk
penelitian ini yaitu:
1. Apakah faktor perilaku individu berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan
APBD.
2. Apakah faktor organisasi pemerintahan berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan APBD.
3. Apakah faktor Peraturan Perundang-undangan berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
4. Apakah faktor pengawasan berpengaruh terhadap terjadinya penyimpangan APBD.
5. Apakah faktor perilaku individu, organisasi pemerintahan, Peraturan Perundangundangan dan faktor pengawasan secara simultan berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan APBD.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dilakukan
adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku individu terhadap terjadinya
penyimpangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
2. Untuk mengetahui pengaruh faktor organisai pemerintahan terhadap terjadinya
penyimpangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
3. Untuk mengetahui pengaruh faktor Peraturan Perundang-undangan terhadap
terjadinya penyimpangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
4. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengawasan terhadap terjadinya penyimpangan
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
5. Untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku individu, organisasi pemerintahan,
Peraturan Perundang-undangan dan faktor pengawasan secara simultan terhadap
terjadinya penyimpangan APBD.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agency Theory
Sehingga dapat disimpulkan bahwa defenisi dari teori agensi adalah hubungan
yang terjadi antara principal (pemilik/ rakyat) dan agent (pejabat pemerintahan). Dan
juga dalam hubungan keagenan tersebut terdapat suatu kontrak, dimana pihak principal
memberikan wewenang dan kepercayaan kepada pihak agent untuk dapat mengelola
keuangan dan membuat keputusan yang terbaik bagi pihak principal tersebut.
2.2 Akutansi Sektor Publik
Menurut Bastian (2010:4), akuntansi sektor publik merupakan mekanisme teknik
dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembagalembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah,
BUMN, BUMD, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor
publik serta swasta.
2.3 Organisasi Sektor Publik
Menurut Bastian (2010:11), dalam prakteknya, definisi organisasi sektor publik
di Indonesia adalah organisasi yang menggunakan dana masyarakat. Seperti yang telah
di singgung sebelumnya pada latar belakang, di Indonesia jenis organisasi sektor publik
yang dikenal antara lain:
a. Organisasi Pemerintah Pusat.
b. Organisasi Pemerintah Daerah.
c. Organisasi Partai Politik.
d. Organisasi LSM.
e. Organisasi Yayasan.
f. Organisasi Pendidikan seperti sekolah.
g. Organisasi Kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit.
h. Organisasi Tempat Peribadatan seperti Masjid, Gereja, Vihara, Pura.
Organisasi sektor publik sangat luas cakupannya, bervariasi, dan bergerak
2.4 Anggaran
2.4.1 Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan instrument perencanaan dan pengendalian manajemen
yang berperan penting dalam organisasi sektor publik. Pada sektor publik, anggaran
merupakan dokumen publik yang bisa diakses oleh publik untuk diketahui, diberikan
masukan, dikritik, serta dapat untuk diperdebatkan, (Mahmudi, 2011:59).
g. Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.
2.5
Penyimpangan
Anggaran
Ha4.
Ha5.
2.
Variabel
Jenis Kelamin
a. Pria
b. Wanita
Usia
a. < 19 Tahun
b. 20 29 Tahun
c. 30 39 Tahun
Frekwensi
Persentase
34
25
57,6
42,4
3,4
d. 40 49 Tahun
e. >49 Tahun
3.
Status Responden
Menikah
Belum Menikah
Duda
Janda
4.
Tingkat Pendidikan
SLTA
D3 Diploma/ Akademi
Sarjana
Pasca Sarjana
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
11
46
18,6
78,0
40
19
-
67,8
32,2
-
49
10
83,1
16,9
Variabel
1.
2.
3.
4.
Rerata
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
Rata-Rata
4,1864
4,1186
4,0678
4,2542
4,1568
No.
Variabel
Rata-Rata
1.
3,9153
2.
4,0847
3.
3,9492
4.
2,8305
Rerata
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
3,6949
Variabel
1.
2.
3.
4.
Rerata
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
Rata-Rata
2,8983
3,4915
4.,0678
3,3051
3,4407
Variabel
Adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai
instansi, kurangnya profesionalisme pengawas dapat
meimbulkan koripsi
2. Kurang adanya koordinasi antar pengawas juga
menciptakan koripsi
3. Kurangnya kepatuhan terhadap etika hukum maupun
pemerintahan oleh pengawas sendiri juga menciptakan
koripsi
4. Adanya tumpang tindih pengawasan pada berbagai
instansi, kurang profesionalisme pengawas juga emicu
terjadinya koripsi
Rerata
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
Rata-Rata
1.
3,6271
4,1186
3,8814
4,0339
3,9153
Variabel
1.
2.
3.
4.
Rata-Rata
Rerata
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
2,7966
2,9322
3,8644
2,8475
3,1102
X3
Lebel
Konstanta
Perilaku
Individu
Organisasi
Kepemerintaha
n
Peraturan
PerundangUndangan
Pengawasan
X4
R squared : 0,955
Koefisien
Regresi
0,162
-0,096
t Hitung
Sig
0,225
5,333
0,823
0,003
0,895
8,665
0,000
-0,523
6,389
0,000
-0,422
4,306
0,000
F Hitung :
286,038
R korelasi : 0,977
Sig :
Sumber : Data Primer (diolah), 2015
0,000
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy. 2012. Varians Anggaran Pendapatan dan Varians Belanja
Daerah Sebuah Pengantar. http : / / syukriy. wordpress. Com /