Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2020, 11(2), 355-372

KEARIFAN LOKAL SEBAGAI SIMBOL DALAM KEPUTUSAN KEBIJAKAN


PENGANGGARAN DAERAH
Sity Utami Makalalag, Eko Ganis Sukoharsono, Ali Djamhuri

Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang 65145

Surel: travel.utami@gmail.com

Volume 11 Abstrak: Kearifan Lokal sebagai Simbol dalam Keputusan Kebijakan


Nomor 2
Halaman 355-372
Penganggaran Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
Malang, Agustus 2020 kearifan lokal perjanjian dodandian i paloko bo kinalang sebagai sim­
ISSN 2086-7603 bol pemerintah dalam pengambilan keputusan kebijakan penganggaran
e-ISSN 2089-5879 daerah. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan me­
libatkan beberapa pemangku kepentingan terkait pemerintah Kota Kota­
Tanggal Masuk: mobagu sebagai informan. Penelitian ini menemukan bahwa perjanjian
06 Februari 2020 dodandian i paloko bo kinalang dipandang sebagai bentuk komitmen se­
Tanggal Revisi: tiap pemangku kepentingan. Oleh karena itu, simbol pemerintahan di­
10 Juli 2020 pandang sebagai benteng komitmen yang telah disepakati bersama oleh
Tanggal Diterima: masyarakat dan pemerintah agar terakomodasi pada peraturan daerah.
31 Agustus 2020
Abstract: Local Wisdom as a Symbol in Regional Budgeting Policy
Decision. This study aims to describe the local wisdom of the “dodandian
Kata kunci: i paloko bo kinalang” agreement as a symbol of the government in making
local budgeting policy decisions. The method used is descriptive qualitative
anggaran, by involving several stakeholders related to the Kotamobagu City govern­
komitmen, ment as informants. This study found that the “dodandian i paloko bo
perilaku, kinalang” agreement is seen as a form of commitment of all stakeholders.
simbol Therefore, the symbol of government is seen as a bastion of commitment
that has been mutually agreed upon by the community and government to
accommodate local regulations.

Mengutip ini sebagai: Makalalag, S. U., Sukoharsono, E. G., & Djamhuri, A. (2020). Kearifan Lokal
Sebagai Simbol dalam Keputusan Kebijakan Penganggaran Daerah. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
11(2), 355-372. https://doi.org/10.21776/ub.jamal.2020.11.2.21

Sistem pemerintahan di Indonesia te­ blic Management) memberi perubahan yang


lah mengalami perubahan dari yang awal­ mendasar bagi peran eksekutif dan legislatif
nya sentralisasi dalam bidang fiskal menjadi daerah. Sebagai entitas pemerintahan kedua
desentraliasi fiskal. Hal ini dilakukan agar lembaga tersebut sama-sama memiliki tu­
terjadi perbaikan dalam segala bidang ter­ gas dan tanggung jawab dalam mempro­
masuk perbaikan pada proses penganggar­ duksi kebijakan-kebijakan publik termasuk
an. Kebijakan terkait desentralisasi fiskal kebijakan anggaran daerah. Saat pemerin­
diharapkan dapat menjadikan Provinsi dan tah merancang suatu kebijakan sektor pu­
Kabupaten/Kota mampu mengemban peran blik, maka saat itu juga pemerintah sedang
pemerintah pusat dalam penyelenggaraan menanamkan nilai-nilai bagi masyarakat
urusan pemerintahan yang sesuai dengan karena di dalam setiap kebijakan pasti ter­
asas otonomi daerah dan tugas pemban­ dapat seperangkat nilai di dalamnya (Quinn
tuan. Desentralisasi fiskal sebagai konsep & Warren, 2017; Vivian & Maroun, 2018).
modern yang diusung oleh NPM (New Pu­ Pengambilan keputusan kebijakan anggar­

355
356 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

an oleh lembaga eksekutif dan legislatif se­ secara umum Bolaang Mongondow memili­
bagaimana yang tertuang dalam Perda APBD ki kearifan lokal yaitu “Dodandian i Paloko
(Anggaran, Pendapatan, dan Belanja Dae­ bo Kinalang”, “Dodandian” berarti perjanji­
rah) diharapkan dapat mengakomodisasi an luhur, “Paloko” berarti masyarakat, dan
aspirasi masyarakat yang tentunya berman­ “Kinalang” berarti raja/pemimpin (pemerin­
faat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. tah) dengan kata lain “Dodandian i Paloko
Namun, Sofyani (2018) berargumentasi bah­ bo Kinalang” adalah perjanjian luhur antara
wa desentralisasi fiskal yang berdampak masyarakat dan raja/pemimpinnya (peme­
pada pelimpahan wewenang yang begitu rintah). “Dodandian” ini diikat oleh “Itu-itum
besar juga memberikan banyak kesempatan bo Odi-odi”, “Itu-itum” berarti doa/sum­ pah
dan peluang bagi pemerintah daerah untuk dan “Odi-odi” berarti kutukan yang oleh
melakukan kecurangan-kecurangan (fraud) masyarakat dianggap sakral (Damopolii,
seperti korupsi. 2003; Lantong, 1996).
Briando & Purnomo (2019) dan Sofyani Simbol “Dodandian i Paloko bo Kinalang”
(2018) berargumentasi bahwa bentuk pe­ yang diikat “Itu-itum bo Odi-odi” pada pemer­
rilaku tidak etis dalam lingkup sektor pu­blik intah daerah Kota Kotamobagu merupa­
atau pemerintahan adalah perilaku fraud kan refleksi atas warisan nenek mo­yang di
yang terdiri dari praktik korupsi, kolusi, tanah Totabuan. Ini adalah suatu perjanjian
nepotisme, dan gratifikasi. Peluang dalam luhur yang dibuat dan dilaksanakan atas
melakukan perilaku fraud berupa tindakan dasar kepercayaan ma­ syarakat terhadap
korupsi dalam penganggaran yang melibat­ pemimpinnya (pemerintah) dan pengabdian
kan stakeholders di kalangan pemerintah yang tulus oleh pemimpin (pemerintah) ke­
daerah tentunya perlu diminimalisasi. Hal pada masyarakatnya. Perjanjian luhur ini
ini menjadi menarik karena ternyata ba­ mengandung dukungan masyarakat terha­
nyaknya regulasi dan tingginya pemaham­ dap kinerja pemerintah dan keyakinan yang
an tentang ilmu agama belum sepenuhnya dalam bahwa pemerintah dapat mewujud­
menghilangkan kebiasaan-kebiasaan korup kan kesejahteraan bagi seluruh rakyatn­
oknum-oknum tertentu. Salah satu perilaku ya. Begitupun halnya de­ ngan pemerintah
fraud yang terjadi di Indonesia yang melibat­ yang senantiasa mengabdi, mengayomi, dan
kan legislator daerah adalah tertangkapnya menjaga amanah yang telah diberikan oleh
41 anggota DPRD Kota Malang sebagai ter­ masyarakat. Terdapat ba­ nyak penelitian
sangka suap pada tahun 2018. Selain itu, yang membahas tentang kearifan lokal yang
terdapat indikasi perilaku fraud di ranah dikaitkan dengan keilmuan akuntansi. Na­
eksekutif yang dilakukan oleh tiga bupati di mun, di dalam penelitian ini peneliti lebih
Jawa Barat pada tahun 2019. Kedua kasus menitikberatkan pada peran kearifan lokal
tersebut menyiratkan bahwa hingga saat ini sebagai pertimbangan solusi atas tindakan
perilaku fraud di Indonesia masih terus ter­ korupsi yang bukan rahasia lagi sering ter­
jadi. Minimnya tanggung jawab moral stake­ jadi di lingkungan pemerintah daerah. Hal
holders selaku pengambil keputusan kebi­ ini terungkap dari penelitian terdahulu yang
jakan anggaran terhadap masyarakat juga dilakukan oleh Iacovino et al. (2017) dan Kon­
menimbulkan spekulasi tentang adanya ke­ togeorga (2017). Dalam penelitian-penelitian
mungkinan bahwa kasus korupsi tersebut tersebut terungkap realitas bahwa pihak
juga bisa terjadi di lingkungan pemerintah eksekutif dan legislatif dalam pengambilan
daerah di Kota Kotamobagu. keputusan kebijakan anggaran (APBD) lebih
Kota Kotamobagu adalah salah satu mengutamakan kepentingan­ nya dibanding­
Kota di Provinsi Sulawesi Utara yang me­ kan dengan kepentingan ma­ syarakat. Na­
rupakan daerah otonomi hasil pemekaran mun, terdapat penelitian yang dapat diso­
wilayah pemerintah daerah Kabupaten Bo­ roti, yaitu Mokoagow (2015). Dari penelitian
laang Mongondow. Penduduk Kota Kota­ ini terungkap bahwa masalah korupsi dalam
mobagu terdiri dari masyarakat adat suku proses penganggaran yang me­libatkan pihak
Bolaang Mongondow memiliki kearifan lokal eksekutif dan legislatif masih menjadi perha­
yang mengandung nilai-nilai filosofis tinggi tian utama masyarakat. De­ ngan demikian,
sehingga dijadikan sebagai simbol pemerin­ penelitian saat ini yang membahas kearifan
tahan. Terkait dengan lingkungan kebijakan lokal “Dodandian i Paloko bo Kinalang” yang
maka nilai luhur yang dapat dijadikan se­ diikat “Itu-itum bo Odi-odi” sebagai simbol
bagai kajian dari masyarakat adat adalah ke­ pemerintahan berusaha untuk melengkapi
arifan lokal (local wisdom). Kotamobagu dan penelitian sebelumnya dengan menawarkan
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam...357

solusi yang tentunya dapat dipertimbangkan saat ini diyakini keberadaannya. Pemaha­
untuk meminimalisasi perilaku fraud yang man dan gambaran tersebut dihasilkan dari
dapat menjurus pada tindakan korupsi di penafsiran data dan in¬formasi yang diper­
dalam proses pengambilan keputusan kebi­ oleh dari observasi dan wawancara dengan
jakan penganggaran daerah. informan atau narasumber penelitian. Da­
Berdasarkan uraian tersebut, tujuan lam hal ini, peneliti menempatkan diri se­
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagai bagian yang memahami dengan baik
kearifan lokal “Dodandian i Paloko bo suatu feno­ mena ketika menyingkap suatu
Kinalang” yang diikat “Itu-itum bo Odi-odi” keyakinan, tradisi, ritual, dan budaya yang
sebagai simbol pemerintah daerah Kota Ko­ dianut oleh komunitas masyarakat adat
tamobagu dalam pengambilan keputusan tersebut. De­ngan demikian, struktur sosial,
kebijakan penganggaran daerah. Selain itu, kekerabatan, dan hubungan sosial antar­
menjadikan kearifan lokal bukan sekadar anggota masyarakat dapat dijelaskan.
simbol pemerintahan saja, melainkan se­ Teknik wawancara dan observasi
bagai penguat hukum positif dan hukum dilakukan untuk memperoleh data peneli­
aga­ma sehingga stakeholders senantiasa ter­ tian. Informan/penelitian yang berkontri­
jaga oleh rasa tanggung jawab moral terha­ busi adalah stakeholders yang terdiri dari
dap masyarakat dan terhindar dari perilaku pihak eksekutif diwakili oleh Tim Anggaran
fraud yang menjurus pada tindakan korupsi Pemerintah Daerah (TAPD) yaitu Adnan,
yang tentunya akan sangat merugikan ma­ Gunawan, Sofyan, dan Sa’ir. Selanjutnya,
syarakat. Penelitian ini memberikan kontri­ dari pihak legislatif diwakili oleh BANG­
busi bagi dunia akuntansi bahwa nilai-nilai GAR-DPRD (Badan Anggaran) yaitu Ishak
filosofis yang terkandung dalam kearifan lo­ dan Dani. Aktor-aktor ini adalah pengambil
kal “Dodandian i Paloko bo Kinalang” yang keputusan kebijakan penganggaran dae­
diikat “Itu-itum bo Odi-odi” sebagai simbol rah. Selain itu, terdapat pula informan dari
pemerintahan dapat digunakan sebagai luar pemerintahan tetapi sangat memahami
pertimbangan solusi untuk meminimalisasi sejarah tentang kearifan lokal yang sedang
tindakan korup dalam pengambilan kepu­ dikaji yaitu Hamri, Chairun, dan Jemmy
tusan kebijakan penganggaran daerah. Dan yang merupakan tokoh adat/masyarakat.
kontribusi praktis bagi seluruh jajaran baik Penca­rian informasi dilakukan secara face to
eksekutif maupun legislatif yaitu dengan face antara peneliti dan informan/narasum­
meningkatnya kesadaran dan rasa tang­gung ber. Penelitian ini berlangsung di salah satu
jawab moral dalam pelaksanaan tugas dan lingkung­an pemerintah daerah di Provinsi
kewajibannya kepada masyarakat bahwa Sulawesi Utara yaitu di pemerintah daerah
perjanjian antara “Paloko bo Kinalang” ini Kota Kotamobagu. Alasannya agar informan
bukan hanya sekadar perjanjian politik saja merasa lebih dekat dengan objek penelitian
melainkan perjanjian sakral yang diikat oleh karena Pemda Kotamobagu memiliki sim­
“Itu-itum bo Odi-odi”. Dengan demikian, ke­ bol peme­rintahan yang khas sebagai reflek­
arifan lokal ini bisa membentengi pe­ rilaku si atas warisan kearifan lokal leluhur yang
anggota DPRD selaku wakil rakyat dan sarat dengan nilai-nilai filosofis tinggi dan
Aparatur Sipil Negara (ASN) sehingga dapat sakral. Dengan demikian, informasi atau
terhindar dari perilaku fraud terutama tin­ hasil wawancara yang diperoleh lebih me­
dakan korupsi di dalam pengambilan kepu­ yakinkan dan terpercaya. Selain itu, peneliti
tusan kebijakan penganggaran daerah. dapat menggali secara mendalam informa­
si dari stakeholders terkait kearifan lokal
METODE tersebut di dalam pengambilan keputusan
Fokus analisis dalam penelitian ini kebijakan penganggaran daerah sehingga
adalah mendeskripsikan kearifan lokal lahirlah Perda APBD yang benar-benar pro
“Dodandian i Paloko bo Kinalang” yang kesejahteraan rakyat sesuai dengan hara­
diikat “Itu-itum bo Odi-odi” sebagai simbol pan leluhur sebagaimana yang tertuang di
pemerintahan dalam pengambilan keputus­ dalam isi “Dodandian” atau perjanjian luhur
an kebijak­an penganggaran daerah. Hal ini di tanah Totabuan. Rekaman hasil wawan­
dilakukan agar diperoleh gambaran dan pe­ cara yang telah diperoleh kemudian dicatat
mahaman secara utuh tentang simbol pe­ dan selanjutnya dianalisis oleh peneliti.
merintahan yang diadposi dan merupakan Berdasarkan opini dari peneliti kuali­
refleksi dari suatu kearifan lokal masyarakat tatif akuntansi sebelumnya (Bogt & Helden,
adat suku Bolaang Mongondow yang hingga 2012; Burns, 2014; Parker, 2014), anali­
358 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

sis pada penelitian ini terdiri dari bebera­ “Totabuan”. Bogani adalah gelar atau julu­
pa tahapan antara lain: survei lapangan, kan bagi orang-orang pilihan baik laki-laki
me­ nerapkan sintesis, menentukan pola, maupun perempuan yang dianggap terkuat
mencari apa yang penting dan dipelajari, di dalam kelompoknya, yang kemudian dija­
kemudian menentukan aspek apa saja yang dikan sebagai pemimpin Totabuan.
dapat diutarakan kepada orang lain. Da­ Bogani sebagai pemimpin Totabuan
lam tahap­an analisis, peneliti menyaksikan kemudian bersepakat untuk mengangkat
prosesi adat “Podui’an bo Poponikan kon pemimpin tertinggi yaitu orang dari kalang­
Komalig” pada tanggal 8 Oktober 2018 yang an yang dijagokan atau dituakan. Pemimpin
diha­dir­i oleh seluruh jajaran pemerintahan tersebut dinamakan “Punu’” atau orang yang
dan masyarakat Kota Kotamobagu. Pro­ ses­
i dipercayai dapat memimpin serta mengatur
adat ini merupakan penobatan Walikota kehidupan dan kesejahteraan bagi seluruh
sebagai pemangku adat tertinggi di Kota­ penduduk di tanah Totabuan Bolaang Mon­
mobagu sekaligus mengantarkan Walikota gondow. Pada masa pemerintahan Raja/
menempati rumah dinas/jabatan. Prosesi Punu’ Tadohe (1600-1650) untuk pertama
adat ini dirangkaikan dengan pembacaan isi kalinya diadakan musyawarah yaitu “Bakid
“Dodandian i Paloko bo Kinalang” yang diikat Moloben” atau Musyawarah Besar yang
“Itu-itum bo Odi-odi” sakral. Dalam pemba­ dilaksanakan di Tudu’ in Bakid yang saat
caan “Dodandian” ini tampak jelas ekspresi ini berlokasi di puncak bukit Desa Pontodon
kekaguman dan “takut” dari masing-masing Kecamatan Kotamobagu Utara. Musyawa­rah
individu yang memahami bahwa perjanjian tersebut menghasilkan “Dodandian” yang
luhur ini diikat oleh doa/sumpah dan ku­ berisi ketetapan-ketetapan yang disepakat­ i
tukan sakral yang akan menimpa siapa saja bersama oleh Raja/Punu’ dan Bogani se­
yang melanggarnya. Dengan demikian, ke­ bagai perwakilan dari masyarakat di ma­
arifan lokal sebagai simbol pemerintahan se­ sing-masing Totabuan yang wajib diamal­
bagai suatu data informasi kualitatif berada kan bersama yaitu, sebagai berikut.
pada satuan olahan informasi yang dapat
dikaitkan dengan pengambilan keputusan “Bui’ i Kinalang in mobibit, mopolin­
kebijakan penganggaran daerah sesuai de­ tak, bo monompia kon bui’ i Paloko.
ngan hasil wawancara. Momarenta moadil, bo moitutui, bo
moposalamat kon bayongan in In­
HASIL DAN PEMBAHASAN tau kon lopa’ in Bolaang Mongon­
Filosofis “Dodandian i Paloko bo dow” (Lantong, 1996).
Kinalang” yang diikat “Itu-itum bo Odi-

odi”. Indonesia dengan keragaman suku “Raja/pemimpin (pemerintah)
dan budayanya memiliki berbagai ma­ berkewajiban untuk menyejahte­
cam keunikan kearifan lokal pada seti­ rakan, mengangkat (derajat) dan
ap wilayahnya. Salah satu wilayah dengan mengayomi masyarakat, disam­
keunikan tersebut terletak di bagian utara ping menjalankan pemerintahan
pulau Sulawesi atau lebih tepatnya ber­ secara adil dan jujur, dan sela­
tempat di Kota Kotamobagu. Penggalian in­ lu mengutamakan keselamatan
formasi secara mendalam terkait keunikan seluruh masyarakat di wilayah
kearifan lokal sebagai simbol pemerintah­ Bolaang Mongondow” (Lantong,
an dalam pengambilan keputusan kebija­ 1996).
kan penganggaran daerah menjadi hal yang
menarik untuk dilakukan. Ketertarikan itu “Bui’ i Paloko in mokiompu, mo­
muncul ketika peneliti membaca sejarah tonoi, bo mogengkel kon bui’ i
Bolaang Mongondow yang diabadikan Da­ Kinalang” (Lantong, 1996: 48-49).
mopolii (2003) dan Lantong (1996). Kedua
penulis tersebut mengisahkan asal muasal “Masyarakat berkewajiban un­
lahirnya masyarakat adat dan kisah keari­ tuk mengabdi, menjunjung, dan
fan lokal “Dodandian i Paloko bo Kinalang” menghormati Raja/pemimpin (pe­
yang diikat “Itu-itum bo Odi-odi”. Dituliskan merintah)” (Lantong, 1996).
pula bahwa permukiman-permukiman pen­
duduk telah ada di wilayah Bolaang Mon­ Hasil konsensus tersebut menjadi
gondow sejak abad XV Masehi. Setiap per­ “Tonggulu” atau induk/akar dari hukum
mukiman tersebut oleh “Bogani” dinamakan adat pertama dalam masyarakat adat suku
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam...359

Bolaang Mongondow. Esensi dari “Dodan­ Mencair seperti garam;


dian” tersebut adalah pembagian hak dan Diserap oleh tanah (seperti air hu­
kewajiban antara “Paloko bo Kinalang” yaitu jan yang jatuh dari tirisan atap)
Kinalang (pemimpin): “Obaga’ai in Akuoi, ba ditelan oleh arus air, dan dihimpit
bibitonku in Moiko”, artinya: “Dukung peme­ oleh bumi” (Damopolii, 2003; Lan­
rintahan saya, maka saya akan mensejahte­ tong, 1996).
rakan kalian”. Paloko (masyarakat): “O’o,


kuntungon Nami in Iko, yo bibitonmu in Kami”, Hasil temuan dari penggalian dan pe­
artinya: “Baiklah, akan kami dukung eng­ mahaman terkait kearifan lokal sebagai
kau, maka engkau wajib mewujudkan kese­ simbol pemerintahan dalam pengambilan
jahteraan bagi kami” (Damopolii, 2003; Lan­ keputusan kebijakan penganggaran daerah
tong, 1996). Perjanjian luhur tersebut diikat merupakan hasil analisis data yang diper­
dengan doa/sumpah dan kutukan sakral. oleh dari observasi dan wawancara dengan
Pengikat ini diyakini dapat mendatangkan informan/narasumber penelitian. Berdasar­
penderitaan bagi siapa saja yang melanggar­ kan hasil analisis tersebut terungkap bahwa
nya. Doa/sumpah dan kutukan sakral yang “Dodandian i Paloko bo Kinalang” dipandang
dititahkan oleh Bogani Inde’ Dou’ (Bogani sebagai bentuk komitmen bersama antara
perempuan) tersebut adalah sebagai berikut. masyarakat dan pemerintah yang dihasilkan
melalui forum musyawarah Musrenbang
“Itu-itum: dan Reses yang kemudian dijadikan sebagai
Ompu’ tumbolan taikan, bo ompu’ acuan dalam pengambilan keputusan ke­
mobara’ doman, bo ompu’ mongasi’ bijakan penganggaran daerah; “Itu-itum bo
doman, bo ompu’ molaih doman. Odi-odi” dipandang sebagai benteng perilaku
Pokodongog in iko buta’ pitu nogaip stakeholders agar senantiasa terhindar dari
kowalu apad balangon takin tom­ perilaku fraud yang dapat menjurus pada
bonunya. Bo pokodongong in iko tindakan korupsi; dan Simbol Pemerintah­
langit pitu nogaip kowalu montoy­ an dipandang sebagai benteng atas komit­
anoi”. men yang telah disepakati bersama oleh ma­
“Odi-odi: syarakat dan pemerintah agar terakomodasi
Aka ki ine lumampat kon dodandi­ ke dalam Perda APBD.
an in tanaa yo butungon”: “Dodandian i Paloko bo Kinalang”
Rumondi-rondi’ na’ buing; sebagai bentuk komitmen bersama dalam
Dumara-darag na’ kolawang; pengambilan keputusan kebijakan peng­
Yumoyow na’ simuton; anggaran daerah. Berdasarkan analisis ha­
Kimbuton in tolog bo doroton in sil penelitian terungkap bahwa “Dodandian i
montoyani” (Damopolii, 2003; Paloko bo Kinalang” dipandang sebagai ben­
Lantong, 1996). tuk komitmen bersama antara masyarakat
dan pemerintah yang dihasilkan melalui fo­
“Doa: rum musyawarah Musrenbang dan Reses
Demi sumpah yang berasal dari yang kemudian dijadikan sebagai acuan da­
leluhur, dan demi sumpah yang lam pengambilan keputusan kebijakan peng­
berkah, dan demi sumpah yang anggaran daerah. Terdapat pola yang sama
mengena, dan demi sumpah yang antara musyawarah Besar “Bakid Moloben”
pasti menimpa bagi yang melang­ yang melahirkan konsensus “Dodandian”
gar. Dengarkanlah wahai bumi tu­ yang merupakan bentuk komitmen bersa­
juh lapis kedelapan lapisan yang ma antara “Paloko bo Kinalang” dengan mu­
paling bawah beserta isinya. Dan syawarah Musrenbang sebagai domain ekse­
dengarkanlah wahai langit tujuh kutif yang melahirkan RPJPD, RPJMD, dan
lapisan kedelapan pelindung yang RKPD, dan musyawarah pada masa Reses
paling tinggi. DPRD sebagai domain legislatif yang mela­
Kutukan: hirkan Pokok-pokok Pikiran (POKIR). Kedua
Barang siapa yang melanggar per­ forum musyawarah tersebut sama-sama
janjian luhur ini maka akan terke­ melibatkan partisipasi masyarakat dalam
na kutukan: menyampaikan aspirasi dan preferensinya
Menghitam seperti arang; di hadapan stakeholders.
Menguning seperti kunyit;
360 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

Pandangan terkait “Dodandian i Paloko itu, partisipasi tersebut dapat menciptakan


bo Kinalang” tersebut terungkap dari per­ kesempatan bagi masyarakat untuk terlibat
nyataan Gunawan. Gunawan menjelaskan langsung dan mempengaruhi pengambilan
bahwa: keputusan kebijakan anggaran.
Pengambilan keputusan kebijakan
“Kearifan lokal “Dodandian i penganggaran daerah sangat berkaitan de­
Paloko bo Kinalang” adalah komit­ ngan perencanaan pembangunan di dae­
men bersama antara “Paloko bo rah. Hal ini dikarenakan alokasi anggaran
Kinalang”. Hal tersebut memiliki yang tertuang dalam Perda APBD harus se­
kesamaan dengan Musrenbang suai dengan Perda tentang RPJPD/RPJMD
dan Reses sebagai forum untuk Provinsi ataupun Kabupaten/Kota, serta
menyerap aspirasi masyarakat Undang-undang tentang RPJPN/RPJMN Pe­
yang melahirkan komitmen ber­ merintah Pusat. Pendeskripsian “Dodandian
sama antara masyarakat dan pe­ i Paloko bo Kinalang” sebagai bentuk komit­
merintah. Dalam hal ini, tugas men bersama dalam pengambilan keputus­
dan fungsi pihak eksekutif pe­ an kebijakan penganggaran daerah melalui
merintah adalah menyusun per­ sudut pandang TAPD juga diungkap oleh
encanaan (RPJPD, RPJMD, dan Sofyan pada kutipan berikut ini.
RKPD), dan pihak legislatif adalah
menyerap aspirasi masyarakat “Dari kaca mata perencana, pe­
atau “asmara”. Asmara di Dewan merintah atau pemimpin itu ha­
ini lahir pada forum Reses dalam rus mendengar apa yang dibu­
bentuk Pokok-pokok Pemikiran tuhkan oleh masyarakat. Ketika
atau Pokir. Hal tersebut diserap ma­ syarakat butuh program ‘A’
dari masyarakat kemudian di­ jangan dibalas dengan program
kombinasi dengan hasil Musren­ ‘B’ harus tepat sasaran tentu­nya.
bang di tingkat Desa, Kelurahan, Maka, ada yg namanya Musren­
Kecamatan, sampai bertemu pada bang yang dilaksanakan di ting­
musyawarah tingkat Kota. Itulah kat Desa dan Kelurahan yang
yang menjadi komitmen bersama merupakan proses perumusan
yang sudah seharusnya diakomo­ usulan dari masyarakat ke Pe­
dasi ke dalam Perda APBD, ten­ merintah Kota, tentunya di situ
tunya disesuaikan dengan angga­ terjadi musyawarah. Otomatis arti
ran yang ada” (Gunawan). “Dodandian i Paloko bo Kinalang”
melekat di situ karena pemerintah
Penjelasan Gunawan terkait bentuk mendengar usul dari masyarakat
komitmen bersama yang dilahirkan dari kon­ melalui pelaksanaan Musrenbang.
sensus bersama tentu perlu direalisasikan Hal tersebut kemudian diako­
dalam Perda APBD karena dapat berimbas modasi dan nantinya dijabarkan
pada kesejahteraan masyarakat. Hal ini se­ menjadi program dan kegiatan di
nada dengan pernyataan Graham & Sathye tiap-tiap SKPD menjadi APBD. Itu
(2017) dan Mokoagow (2015) bahwa kesuk­ esensinya bahwa proses pelaksa­
sesan pemerintah dalam menyejahterakan naan pembangunan di Kotamoba­
masyarakat dapat ditentukan oleh bebera­ gu tidak semata-mata merupakan
pa faktor. Pertama, adanya komitmen poli­ kebijakan pemerintah saja namun
tik pimpinan daerah. Kedua, support dari juga merupakan jawaban atas as­
berbagai kelompok elite masyarakat. Ketiga, pirasi dari masyarakat. Aspirasi
terbangunnya demokrasi yang dihasilkan tersebut berdasarkan permasalah­
melalui konsensus bersama. an mereka dan keluhan mere­
Dari ketiga faktor tersebut dapat disim­ ka yang telah disampaikan atau
pulkan bahwa anggaran membutuhkan ke­ diusulkan dalam Musrenbang
seimbangan antara partisipasi rakyat dan untuk selanjutnya masuk men­
komitmen elite agar tercipta konsensus jadi dokumen perencanaan. Itu
bersama dalam pengambilan keputusan kira-kira garis besar pelaksanaan
kebijak­an penganggaran daerah. Partisipasi perencanaan. Jadi, ada peren­
dalam penyusunan anggaran menimbulkan canaan yang sifatnya partisipatif
komitmen organisasi yang lebih besar. Selain yaitu melibatkan masyarakat da­
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam... 361

lam pengambilan keputusan atau merupakan momentum bagi anggota DPRD


perumusan perencanaan; kemu­ dalam me­ nyapa dan berbincang langsung
dian ada yang namanya perenca­ dengan masyarakat sekaligus mendengar­
naan secara teknokratik itu yang kan segala aspirasinya. “Dodandian i Paloko
dibuat oleh SKPD berupa Ren­ bo Kinalang” sebagai bentuk komitmen ber­
ja yang berisikan kebijakan dari sama dalam pengambilan keputusan kebi­
masing-masing SKPD; kemudi­ jakan penganggaran daerah melalui sudut
an secara politis artinya kita me­ pandang anggota Banggar-DPRD diungkap
rencanakan sesuatu dalam rang­ oleh Dani sebagai berikut.
ka pencapaian visi dan misi yang
telah disampaikan oleh walikota “Kearifan lokal “Dodandian i
dan wakil walikota” (Sofyan). Paloko bo Kinalang” adalah komit­
men bersama antara masyarakat
Musrenbang sebagai domain ekse­ dan pemerintah. Hal tersebut
kutif adalah salah satu forum komunikasi dapat dilihat dari proses perenca­
dan diskusi yang dilakukan secara berkala naan pembangunan daerah yang
oleh Bappelitbangda. Kehadiran masyarakat tentu sangat mempengaruhi ang­
selaku “Paloko” dalam pelaksanaan mu­ ka-angka yang tertuang dalam
syawarah ini, memberikan banyak masukan APBD. Sistem perencanaan ini
bagi pemerintah tentang apa saja kebutuh­ ada 2 kamar. Pertama, diisi oleh
an mereka yang tentunya dapat menunjang Undang-undang disebut dengan
peningkatan kesejahteraan. Keinginan dan Musrenbang. Musrenbang se­
kebutuhan yang paling banyak disampaikan cara berjenjang yaitu di tingkat
adalah terkait infrastruktur, yaitu pemeli­ Desa, Kelurahan, Kecamatan,
haraan dan pembangunan ruas jalan yang dan di tingkat Kota, ini domain­
merupakan akses menuju perkebudan/per­ nya eksekutif. Kedua, diisi oleh
sawahan; pembangunan jalan untuk akses Undang-undang yang oleh pe­
ke lahan pemukiman; dan pembangunan merintah, DPRD diberikan ruang
drainase. Forum musyawarah ini termasuk yang disebut dengan Reses. Reses
dalam pendekatan partisipatif yang merupa­ DPRD ini dilaksanakan oleh ang­
kan wadah penampung aspirasi masyarakat. gota DPRD yaitu dengan kembali
Selanjutnya, aspirasi yang dihasilkan dalam ke dapilnya masing-masing un­
konsensus bersama tersebut dipilah dan tuk bertemu, menyapa, sekaligus
dipilih sesuai dengan prioritas pemerintah menyerap aspirasi. Keluaran Re­
daerah yang disinkronkan dengan peme­ ses ini yang menjadi Pokir. pokok-
rintah pusat. Selain itu, dilihat juga keman­ pokok pikiran ini kemudian di­
faatannya, urgensinya, dan di­sesuaikan juga jadikan dokumen resmi sebagai
dengan anggaran daerah yang ada. Tentu­nya catatan-catatan hasil masukan,
semua hasil konsensus bersama yang lolos saran, ataupun aspirasi dari kon­
dalam pembahasan antara pemerintah/ek­ stituen yang diwakili. Seluruh ha­
sekutif dan DPRD/legislatif tersebut akan sil Musrenbang dan seluruh hasil
di-input ke dalam program dan kegiatan Reses DPRD tersebut kemudian
yang tentunya dibiayai melalui dana APBD. dibahas bersama pada forum Fo­
Pengambilan keputusan kebijakan rum Koordinasi Pimpinan Daerah
peng­ anggaran daerah di era desentralisasi (FKPD) yang difasilitasi oleh Badan
fiskal dilakukan oleh pemangku kepenting­ Pe­rencanaan Pembangunan dan
an yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan di­ Penelitian Daerah (Bapelitbang­
maksud adalah kewenangan yang diberi­kan da) ini finalnya di sini. Tentu hasil
kepada eksekutif dan legislatif atas nama dari kedua forum tersebut mempe­
rakyat dalam menentukan arah kebijakan ngaruhi pengambilan keputusan
anggaran yang berpihak kepada me­reka (ci­vil kebijakan penganggaran daerah
society). Selain forum Musrenbang sebagai karena hal itu yang telah menjadi
domain eksekutif dalam menyerap aspirasi komitmen kita bersama” (Dani).
masyarakat, terdapat pula forum Reses yang
menghasilkan Pokir yang menjadi domain­ Kearifan lokal “Dodandian i Paloko bo
nya legislatif yang juga dipandang sebagai Kinalang” sebagai simbol pemerintah dae­rah
“Dodandian i Paloko bo Kinalang”. Forum ini dalam pengambilan keputusan kebijakan
362 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

penganggaran daerah dipandang sebagai tansi de­ ngan menggunakan analisis sosial
bentuk komitmen bersama dalam hal ini re­ (sosiologi) merupakan suatu upaya untuk
ses yang menghasilkan Pokok-pokok Pikiran mendekatkan ilmu akuntansi pada reali­
sebagai bentuk aspirasi masyarakat. Forum tas budaya, religi, dan spiritualitas. Melalui
reses yang secara intensif dilakukan anggota sudut pandang spiritualitas, kearifan lokal
Dewan yang didampingi oleh Sekretaris De­ yang tersi­rat dalam “Itu-itum bo Odi-odi” ti­
wan (Setwan) sebagai fasilitator merupakan dak lepas dari kesadaran masyarakat adat
wadah penampung bagi segala aspirasi dan suku Bolaang Mongondow atas suatu ke­
kepentingan semua elemen masyarakat. Ti­ percayaan yang diyakini dapat memben­
ap-tiap anggota DPRD berkunjung ke dapil­ teng­i perilaku ma­syarakat. Mereka meyakini
nya masing-masing untuk melakukan pen­ bahwa “Itu-itum” merupakan doa/sumpah
jaringan aspirasi. Selain itu, mereka juga di hadapan Tuhan yang Maha Esa dan “Odi-
terjun langsung ke lokasi perkebunan dan odi” me­rupakan kutukan sakral yang akan
persawahan guna berdialog dan melihat le­bih menimpa siapa saja yang melanggar doa/
dekat kira-kira apa saja yang benar-benar sumpah tersebut. Spiritualitas berasal dari
dibutuhkan oleh masyarakat yang tentunya kata dasar spirit yang berasal dari bahasa
dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Latin yaitu spirare atau spiritus yang berarti
Temuan-temuan ini kemudian dimasukkan breadth atau nafas (kehidupan). Lebih lan­
ke dalam catatan Pokir yang selanjutnya jut, kata dasar spirit menggambarkan se­
oleh seluruh anggota DPRD diserahkan ke­ buah aspek dari manusia yang paling mirip
pada Banggar sebagai perwakilannya dalam dengan Sang Ilahi (Fairholm & Gronau,
Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD/ 2015; Marwansyah, 2017). Bigoni & Funnell
Forkopimda). Hasil POKIR inilah yang kemu­ (2015) juga berpendapat bahwa manusia ti­
dian diperjuangkan oleh anggota BANGGAR dak dapat dipisahkan dari unsur spiritual­
pada saat pengambilan keputusan kebijak­ itas yang merupakan sisi transenden yang
an penganggaran daerah yang dilakukan melekat pada dirinya (Sudana, 2016). Se­
bersama-sama dengan pihak eksekutif. Hal nada dengan pernyataan-pernyataan terse­
tersebut dilakukan agar apa-apa yang men­ but, aspek spiritualitas yang melekat dalam
jadi usulan masyarakat dapat terakomoda­ “Itu-itum bo Odi-odi” yang merupakan ba­
si ke dalam Perda APBD. Tentunya usulan gian dari “Dodandian i Paloko bo Kinalang”
program dan kegiatan yang diajukan oleh juga diya­kini kesakralannya. Jemmy meng­
pihak legislatif kepada pihak eksekutif da­ ungkapkan bahwa nilai spiritualitas dalam
lam pembahasan APBD sudah seharus­ nya “Itu-itum bo Odi-odi” tidak menyalahi ajaran
mencerminkan preferensi serta harapan agama khususnya ajaran agama Islam yang
masyarakat karena hal tersebut merupakan merupakan agama mayoritas masyarakat
wujud tanggung jawab Dewan dalam mem­ adat suku Bolaang Mongondow di Kota Kota­
perjuangkan kepentingan rakyat. mobagu. Berikut ini adalah pernyataannya.
Hasil Musrenbang yaitu RPJPD, RP­
JMD, RKPD dan hasil reses yaitu Pokir ada­ “Adat “Itu-itum bo Odi-odi” adalah
lah bentuk komitmen bersama yang merupa­ kearifan lokal yang turun tem­
kan deskripsi dari kearifan lokal “Dodandian urun diyakini keberadaannya
i Paloko bo Kinalang”. “Dodandian” atau per­ oleh masyarakat dan sampai ka­
janjian luhur antara masyarakat dan pe­ pan pun adat akan terus relevan
merintah bukan hanya sekadar perjanjian untuk diimplementasikan dalam
politik semata melainkan suatu perjanjian kehidupan kemasyarakatan. Na­
luhur yang secara sakral diikat oleh “Itu-itum mun, tinggal bagaimana hal terse­
bo Odi-odi”. Dengan demikian, sudah sepa­ but kita implementasikan di dalam
tutnya stakeholders berkomitmen untuk proses pemerintahan. Adat dapat
meng­akomodasi aspirasi dan preferensi ma­ menyesuaikan dengan urusan
syarakat ke dalam Perda APBD. Hal tersebut keyakinan (agama) tanpa mengu­
sebagai bentuk kesungguhan stakeholders rangi nilai dari adat tersebut. Hal
dalam mewujudkan harapan leluhur yaitu itu karena pada dasarnya arti dari
mensejahterakan seluruh masyarakat Kota kata “Ompu” yang terdapat dalam
Kotamobagu. “Itu-itum bo Odi-odi” adalah “yaa
“Itu-itum bo Odi-odi” sebagai ben­ Allah” atau “yaa Tuhan”. Jadi,
teng perilaku stakeholders. Dedoulis adat itu bukan bid’ah karena ti­
(2016) ber­argumentasi bahwa kajian akun­ dak bertentangan dengan ajaran
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam...363

agama dan tentu tidak kaku kare­ lagi bahwa terkadang proses pengambilan
na selalu bisa menyesuaikan den­ keputusan kebijakan penganggaran daerah
gan kondisi yang ada” (Jemmy). dapat berujung pada negosiasi yang menju­
rus pada tindakan korupsi.
Berbicara tentang unsur spiritualitas Perilaku eksekutif terhadap anggar­
yang melekat pada “Itu-itum bo Odi-odi” yang an sebagaimana yang diungkapkan oleh
dikaitkan dengan pengambilan keputusan Biswan & Widianto (2019) dalam hasil pe­
kebijakan penganggaran daerah, Dan & nelitiannya menyimpulkan bahwa ekseku­
Pollitt (2015) menjelaskan bahwa keberaga­ tif akan memaksimalkan anggaran (budget
man paradigma di dalam penelitian ilmu maximization) yang diajukan kepada legisla­
akuntansi sangat dibutuhkan dan bukan tif walaupun dana tersebut tidak digunakan
hanya sekadar memperkaya pengembangan sebesar yang diajukan. Hal ini karena ek­
akuntansi sebagai ilmu sosial, tetapi untuk sekutif beranggapan bahwa legislatif tidak
meminimalisasi miskonsepsi di kalangan mengetahui dengan tepat berapa biaya yang
masyarakat yang meyakini bahwa akun­ dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
tansi hanyalah alat informasi akuntabilitas pelayanan. Pe­ rilaku seperti ini dikenal de­
yang digunakan dalam hubungan keagenan. ngan istilah maksimalisasi anggaran yang
Tingginya dinamika sosial dalam masyarakat akan berdampak terhadap alokasi anggaran
khususnya dalam lingkup pemerintahan untuk publik menjadi tidak tepat sasaran
membuat akuntansi disalahartikan. Ada (Mokoagow, 2015).
ang­gapan bahwa akuntansi hanyalah seka­ Maksimalisasi anggaran seakan mem­
dar alat untuk memenuhi tuntutan akun­ beri kesan bahwa pengalokasian anggaran
tabilitas pemerintahan. Dengan demikian, tidak mempertimbangakan tugas dan fungsi
konseptual yang beragam dalam ilmu akun­ eksekutif, serta hasil Musrenbang yang me­
tansi perlu dikembangkan agar tetap relevan rupakan bentuk komitmen bersama antara
dan dapat memenuhi berbagai macam kebu­ masyarakat dan pemerintah. Kondisi yang
tuhan stakeholders, tetapi tentunya dengan sama juga terjadi pada perilaku legislatif
tidak “mematikan” unsur kearifan lokal (Ef­ pada saat menetapkan anggaran. Perilaku
ferin, 2015; Reraja & Sudaryati. 2019). seperti ini sangat mudah dideteksi ketika
Efferin (2015) dan Graham & Grisard legislatif mengambil keputusan kebijakan
(2019) berargumentasi bahwa terdapat prin­ atas pengalokasian anggaran (APBD). Usul­
sip spiritualitas tentang harmoni kehidupan an kegiat­an yang diajukan dalam anggaran
dalam ajaran agama-agama terkemuka di seharusnya mencerminkan kebutuhan ma­
dunia, yaitu kebijaksanaan (wisdom), cinta syarakat yang disampaikan kepada mereka
(love), kasih sayang (compassion), pengertian pada saat melakukan Reses atau penjarin­
(understanding), dan empati (empathy). Prin­ gan aspirasi. Namun, Jayasinghe et al. (2020)
sip spiritual tersebut mengandung nilai-nilai mengungkapkan bahwa pada kenyataannya
emansipasi yaitu pedoman bagi manusia da­ legislatif malah memaksimalkan utilitasnya
lam mengembangkan kehidupan yang har­ (selft-interest) ketika membuat kebijakan an­
monis dalam ekosistem (Sudana, 2016). Jika ggaran. Selain itu, Ashraf & Uddin (2015) di
dikaitkan dengan “Itu-itum bo Odi-odi” yang dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
diyakini oleh masyarakat adat suku Bolaang ada perilaku oportunistik legislatif terhadap
Mongondow, maka stakeholders dianggap anggaran daerah karena discretionary power
perlu melakukan pengambilan keputusan yang dimilikinya, di mana APBD digunakan
kebijakan penganggaran daerah melalui sebagai instrumen untuk melakukan politi­
sudut pandang spiritualitas dalam bingkai cal corruption. Sementara itu, Kontogeorga
kearifan lokal untuk memperkuat hukum (2017) mengungkapkan hal yang sama, yak­
agama dan hukum positif yang berlaku di ni dengan menyoroti perilaku kuasa ekseku­
masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar ke­ tif dan legislatif dalam proses penyusunan
bijakan penganggaran daerah yang diputus­ APBD. Hal ini juga diperkuat dengan temuan
kan dalam bentuk Peraturan Daerah tidak Oppi & Vagnoni (2020) yang menyimpulkan
melenceng dari apa-apa yang telah menjadi bahwa praktik penyalahgunaan anggaran
komitmen bersama antara masyarakat dan disebabkan oleh aspek perilaku yang termo­
pemerintah. Hal tersebut dilakukan sebagai tivasi oleh materil atau keuangan.
upaya untuk meminimalisasi perilaku me­ Pemahaman mendalam atas doa/
nyimpang atau tindakan fraud di kalangan sumpah dan kutukan sakral “Itu-itum bo
pengambil kebijakan karena bukan rahasia odi-odi” yang mengikat perjanjian luhur
364 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

“Dodandian i Paloko bo Kinalang” dilaku­ hingga pengesahan anggaran memuncul­


kan agar terungkap sebuah gambaran utuh kan dugaan adanya misalokasi dalam ang­
terkait hubungan antara objek kearifan lo­ garan. Hal ini kerena baik legislatif (politi­
kal dengan sudut pandang dan perilaku si) maupun eksekutif (birokrat) sama-sama
stakeholders. Gambaran yang utuh terkait mempunyai kepentingan pribadi di dalam
pengikat perjanjian luhur ini dapat mengem­ penganggaran. Selanjutnya, kondisi power­
balikan jalur pengambilan keputusan kebi­ ful yang dimiliki oleh eksekutif dan legislatif
jakan penganggaran daerah yang didasari tersebut mengakibatkan outcome anggaran
atas rasa kejujuran, keadilan, kecintaan, untuk pelayanan publik mengalami distor­
dan keinginan melestarikan peninggalan le­ si dan merugikan rakyat. Distorsi anggaran
luhur. Selain itu, agar stakeholders dapat tersebut terjadi ketika pihak yang memiliki
melahirkan kebijakan-kebijakan anggaran kewenangan (eksekutif-legislatif) melaku­
dalam bentuk Perda APBD yang setiap ang­ kan korupsi. Selain itu, Harun et al. (2020)
ka di dalamnya benar-benar merefleksikan juga menyatakan bahwa korupsi dapat ter­
kesejahteraan seluruh masyarakat Kota Ko­ jadi pada semua tahap penganggaran yakni
tamobagu. Gambaran “Itu-itum bo Odi-odi” mulai dari tahap penyusunan sampai tahap
diperoleh dari pemikiran pribadi informan pelaksanaan. Pada tahap penyusunan ang­
yang bekerja di lingkungan pemerintah dae­ garan korupsi yang terjadi dapat dikatakan
rah Kotamobagu dan informan yang bekerja sebagai political corruption karena keputus­
di luar lingkungan Pemda tetapi mengetahui an politik sangat dominan di saat mengalo­
sejarah tentang kearifan lokal yang sedang kasikan sumber daya publik.
dikaji. Dapat dilihat bahwa informan meng­ Terdapat beberapa penelitian yang me­
gambarkan “Itu-itum bo Odi-odi” atau “Doa/ ngungkap fakta bahwa diskresi (discretion­
Sumpah dan Kutukan sakral” sebagai ben­ ary power) yang dimiliki pemerintah daerah
teng perilaku pengambil keputusan kebijak­ sebagai amanah dari kebijakan desentralisa­
an penganggaran daerah. si fiskal ternyata menimbulkan berbagai per­
Doa/sumpah dan kutukan sakral masalahan pada anggaran pemerintah dae­
atau “Itu-itum bo Odi-odi” yang merupa­ rah. Salah satunya adalah penelitian Alonso
kan pengikat perjanjian luhur “Dodandian et al. (2015) yang menyimpulkan bahwa
i Paloko bo Kinalang” sebagai simbol peme­ desentralisasi fiskal berpengaruh positif
rintah daerah Kota Kotamobagu dipandang terhadap korupsi, artinya semakin tinggi
sebagai benteng perilaku stakeholders. Hal tingkat desentralisasi fiskal daerah, akan
ini bukan sekadar dijadikan sebagai peleng­ semakin meningkat pula korupsi di dae­
kap, melainkan sebagai penguat hukum rah tersebut. Selanjutnya, Jayasinghe et al.
positif dan hukum agama yang berlaku di (2020) menjelaskan bahwa kekuasaan (po­
masyarakat. Hal tersebut karena “Itu-itum bo werful) yang dimiliki menimbulkan kecen­
Odi-odi” yang diyakini kesakralannya dapat derungan untuk memaksimalkan anggaran,
menjadi suatu solusi untuk meminimalisasi artinya eksekutif cenderung meningkatkan
tindakan fraud dan membentengi perilaku utilitas anggaran, sementara legislatif meng­
stakeholders dalam mengambil keputusan utamakan self-interest-nya.
kebijakan penganggaran daerah. Realitas terkait kecenderungan pe­
Dari hasil wawancara terungkap bah­ nyimpangan perilaku stakeholders yaitu pe­
wa terdapat dua unsur yang mendomina­ rilaku korup menimbulkan keinginan untuk
si pemahaman dan gambaran “Itu-itum bo menghadirkan kearifan lokal sebagai bagian
Odi-odi” sebagai benteng perilaku pengambil yang dapat memperkuat hukum positif dan
keputusan kebijakan penganggaran dae­rah. hukum agama yang berlaku di masyarakat.
Pertama, “Itu-itum bo Odi-odi” dipandang se­ Relevansi “Itu-itum bo Odi-odi” dalam peng­
bagai kontrol perilaku pengambil keputus­ ambilan keputusan kebijakan penganggar­
an kebijakan penganggaran daerah. Kedua, an daerah di lingkungan pemerintah Kota
“Itu-itum bo Odi-odi” dipandang sebagai ben­ Kotamobagu oleh informan dipandang se­
tuk tanggung jawab moral pengambil kepu­ bagai kontrol perilaku bagi stakeholders. Hal
tusan kebijakan penganggaran daerah. tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Ad­
“Itu-itum bo Odi-odi” sebagai kontrol nan dan Gunawan pada kutipan berikut ini.
perilaku stakeholders. Akbar et al. (2012)
menemukan bahwa besarnya peran legislatif “Doa/sumpah dan kutukan sakral
dan eksekutif dalam menentukan anggar­ “Itu-itum bo Odi-odi” bukan ha­
an daerah mulai dari tahap perencanaan nya relevan lagi tetapi wajib dan
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam... 365

harus tetap dilaksanakan secara tup terus ada staf/orang lain yang
umum karena itu me­ rupakan melihat nah di situ “dia’ mopia
kontrol. Jadi, “Itu-itum bo Odi- indoyan mako intau” (tidak baik
odi” yang merupakan hukum adat dilihat oleh orang lain) karena
suku Bolaang Mongondow dapat pasti akan menimbulkan persepsi
digunakan sebagai penguat hu­ negatif. Hal itu yang benar-benar
kum positif dan hukum agama dihidupkan sebagai kontrol pe­
yang berlaku di masyarakat. Ini rilaku” (Gunawan).
dapat dijadikan sebagai kontrol
perilaku stakeholders agar dalam Kearifan lokal “Itu-itum bo Odi-odi” per­
mengemban amanah pengambilan lu diangkat kembali, dihadirkan, dan digam­
keputusan senantiasa memikir­ barkan, serta dipahami secara utuh dan
kan kesejahteraan masyarakat. mendalam oleh stakeholders karena “Itu-itum
Jadi pertama, sumpah itu adalah bo Odi-odi” dianggap sebagai alat yang paling
pertanggungjawaban kepada diri ampuh dalam mengontrol perilaku manusia.
sendiri sebagai seorang pemim­ Hal ini dapat memperkuat penerap­an hu­
pin bahwa dirinya sudah ber­ kum positif dan hukum agama yang diang­
sumpah “Demi Allah” sehingga gap lemah karena pelanggaran atas kedua
harus melaksanakan segala ke­ hukum tersebut masih dapat dirasionalkan,
wajiban yang telah diamanahkan apalagi jika tidak terdapat bukti yang aku­
kepadanya. Kedua, sumpah itu rat. Rasionalisasi atau pembenaran terse­
refleksi pertanggungjawaban ke­ but adalah salah satu dari alasan me­ngapa
pada masyarakat. Ketiga, sumpah oknum atau aktor kebijakan melakukan
itu merupakan tanggung jawab perilaku fraud. Menambahkan pernyata­
kepada Allah SWT Tuhan yang an sebelumnya, Gunawan dan Hamri juga
Mahaesa karena kita berjanji atas meng­ ungkapkan arti dan pemahamannya
nama Allah” (Adnan). terkait isi dari kutukan atau “Odi-odi”, bah­
wa:
“Relevansi penerapan “Itu-itum bo
Odi-odi” dalam pengambilan kepu­ “Menurut Saya pribadi isi “Odi-odi”
tusan kebijakan penganggaran atau kutukan ini tidak lagi menyi­
daerah masih ada dan ini merupa­ ratkan arti yang sebenar­nya, na­
kan alat yang paling ampuh untuk mun kesakralannya masih tetap
mengendalikan perilaku manusia, ada. Hal ini dapat dipandang se­
karena analoginya seperti, mi­ bagai “Barang siapa yang melang­
salnya: apa pun yang kita berdua gar isi perjanjian luhur Dodandian
(peneliti dan informan) lakukan i Paloko bo Kinalang”, maka: Ru­
di dalam ruangan ini termasuk mondi-rondi’ na’ buing atau meng­
melakukan penyimpangan, kalau hitam seperti arang, artinya bahwa
dilihat dari hukum agama, per­ ia akan menjadi hina di hadapan
tanggungjawabannya nanti pada masyarakat; Dumara-darag na’
saat meninggal “nanti kwa depe kolawang atau menguning seper­
balasan torang dua mo dapa di­ ti kunyit, artinya ia akan menja­
sana” (balasannya nanti akan kita di seperti penyakit yang dihindari
berdua terima di sana/akhirat). oleh masyarakat; Yumoyow na’ si­
Sekarang hukum positif selama muton atau mencair seperti garam,
tidak ada bukti pasti kita masih artinya ia akan hilang dan dilupa­
bisa mengelak “mana ngoni pe buk­ kan oleh ma­syarakat; dan Kimbu­
ti kalu torang ada bekeng rupa-ru­ ton in tolog bo doroton in montoyani
pa di dalam ruangan ini?” (mana atau diserap oleh tanah seperti air
buktinya kalau kita melakukan hujan yang jatuh dari tirisan atap,
perbuatan menyimpang di ruan­ ditelan oleh arus air, dan dihimpit
gan ini?). Tetapi hukuman sosial oleh bumi, artinya nama baik dan
masyarakat yang melekat dalam kehormatan menjadi hilang tidak
“Itu-itum bo Odi-odi” itu yang ke­ berbekas di hadapan masyarakat
tika kita berdua masuk ke dalam dan terutama di hadapan Tuhan
ruangan ini misalnya pintu ditu­ yang Maha Esa Allah SWT yang
366 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

merupakan hakim yang Mahaadil kita sudah takut, jadi hati-hati karena isi
atas segala perbuatan keji semasa sumpah ini sangat berat”. Memang tampak
di dunia” (Gunawan). jelas ekspresi kekaguman dari masyarakat
adat yang hadir terutama ekspresi ibu wa­
“Hukuman sosial dari “Itu-itum bo likota Kota Kotamobagu sebagai pemeran
Odi-odi” tersebut adalah wujud utama di dalam prosesi adat ini. Dari awal
suatu peringatan bahwa “hati-ha­ hingga akhir prosesi adat digelar di lapangan
ti” karena jika kamu tidak melak­ Bokihotinimbang tidak tampak senyuman
sanakan seperti apa yang tertu­ di wajah beliau. Ibu walikota benar-benar
ang di dalam isi perjanjian yang khusyuk menjalankan seluruh rangkaian
telah diambil sumpahnya. Maka, ritual adat ini. Pada akhirnya senyuman
bisa saja kamu berubah menja­ itu kembali terpancar ketika ibu walikota
di hitam atau hilang kehormatan berjalan menaiki Buligan atau Tandu Adat
atau tidak lagi dipandang oleh kemudian diusung menuju ke rumah dinas/
masyarakat. Begitupun dengan jabatan walikota sambil menyapa dan me­
“yumoyang na simuton” juga bisa nebar senyum kepada seluruh masyarakat
diartikan sebagai ketika telah ha­ yang hadir. Namun, sangat disayangkan
bis masa jabatan maka langsung karena di dalam penelitian ini peneliti tidak
dilupakan begitu saja tak ber­ dapat mewawancarai ibu walikota karena
bekas di hati masyarakat. Pesan aktivitasnya yang sangat padat. Berkaitan
adat ini sebenarnya lebih pada pe­ dengan prosesi adat ini, peneliti kemudian
san psikologis sehingga hukum­ mewawancarai Chairun dan Jemmy yang
an adat itu datang dalam faktor merupakan penyelenggara tahapan ritual
jiwa atau secara psikologis kepa­ adat “Dodandian i Paloko bo Kinalang” yang
da pelanggar adat. Inilah wujudn­ diikat “Itu-itum bo Odi-odi”. Mereka menya­
ya karena sesungguhnya dengan takan bahwa:
mendengar bunyi sumpah itu saja
kita sudah merasa takut karena “Kurang lebih ada lima krite­
isi sum­ pah “Itu-itum bo Odi-odi” ria pemimpin ideal berdasarkan
ini sangat berat. Jadi, pemerintah “Dodandian i Paloko bo Kinalang”,
atau si Kinalang yang dipilih itu yaitu pertama “Mokodotoi” yang
harus menjalankan dengan benar berarti patriotisme (mampu meng­
pemerintahan ini, terutama dalam amankan atau menjaga wilayah
mengambil kebijakan-kebijakan totabuan), kedua “Mokorakup”
termasuk bagaimana memutus­ berarti mengayomi, ketiga “Moko­
kan APBD yang berpihak pada tointungkid” berarti mengeta­
rakyat” (Hamri). hui kondisi masyarakat, keem­
pat “Mokodia” berarti mampu
Gambaran “Itu-itum bo Odi-odi” sebagai mengemban amanah, dan kelima
pengikat perjanjian luhur “Dodandian i “Mokoangai” berarti simpatik. Ke­
Paloko bo Kinalang” menurut kedua informan lima kriteria ini insyaallah telah
tidak lagi diartikan secara harfiah, ter­utama dimiliki oleh ibu walikota, dan se­
isi dari “Odi-odi” yang dianggap sebagai ung­ moga dengan diselenggarakannya
kapan metafora. Namun, hal tersebut ten­ ritual adat ini maka ibu walikota
tu tidak mengurangi tingkat kesakralannya benar-benar dapat berkomitmen
karena doa/sumpah dan kutuk­ an ini bagi dan menjalankan amanah pe­
masyarakat adat suku Bolaang Mongondow merintahan ini dengan baik se­
adalah suatu realitas yang masih diyakini suai dengan isi perjanjian luhur
secara spiritualitas. Pemaham­ an yang di­ “Dodandian i Paloko bo Kinalang”
sampaikan oleh kedua informan mengingat­ (Chairun).
kan peneliti tentang bagaimana suasana ke­
tika prosesi adat “Podui’an bo Poponikan kon “Kearifan lokal “Dodandian” ini
Komalig” yang dirangkaikan dengan pem­ tidak bisa dipisahkan dengan
bacaan isi “Dodandian i Paloko bo Kinalang” “Itu-itum bo Odi-odi” karena se­
yang diikat “Itu-itum bo Odi-odi” sakral ini benarnya inilah yang akan sela­
berlangsung. Sebagaimana yang diungkap lu mewarnai perilaku semangat
Hamri bahwa “mendengar isi sumpah ini saja “Dodandian”. Saya pernah buat
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam... 367

dulu di Desa Tanoyan ketika pe­ dari apakah modus yang dilakukan bersi­
lantikan Sangadi, Saya gelar ritual fat prosedural atau tidak, yang jelas bahwa
adat “pinoduian ko’i” Sangadi Ta­ masyarakat di daerah sebagai pemilik ang­
noyan Selatan dan Tanoyan Utara. garan sangatlah dirugikan. Masyarakat tel­
Pada saat itu saya bacakan isi “Itu- ah membayar pajak, masyarakat yang mem­
itum bo Odi-odi” lalu sumpah itu beri dukung­ an sekaligus memilih mereka
diucapkan oleh yang bersangkut­ (Kinalang) untuk mengemban amanah, teta­
an, Dia bersumpah kepada Sang pi sangat disa­yangkan masyarakat (Paloko)
Pencipta dan kepada leluhur. Hal juga yang pada akhirnya menjadi korban
itu ia indahkan dan hasilnya bisa keserakahan orang-orang yang sebenar­
kita lihat hingga saat ini bagaima­ nya tidak pernah memikirkan kepentingan
na Sangadi dalam kesehariannya rakyat secara serius. APBD yang seharusnya
baik dalam bermasyarakat mau­ dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahte­
pun dalam menjalankan roda pe­ raan rakyat malah digunakan oleh wakilnya
merintahan, Dia semacam selalu sendiri. Menanggap­i realitas terkait perilaku
terjaga dengan sumpah karena fraud yang menjurus pada tindakan korupsi
sudah pasti ada rasa takut kepada oknum-oknum tertentu di dalam jajaran pe­
Tuhan dan ada rasa malu kepada merintahan baik dari pihak eksekutif mau­
masyarakat kalau sumpah ini ia pun legislatif daerah, Sa’ir dan Ishak mem­
langgar” (Jemmy). berikan pernyataannya tentang apa saja
kira-kira yang menjadi motivasi seseorang
Keseluruhan gambaran dan pemaham­ melakukan perbuatan menyimpang berikut.
an “Itu-itum bo Odi-odi” kemudian dikonsep­
tualisasikan ke dalam nilai-nilai. Terungkap “Motivasinya Pertama, barangkali
bahwa di dalam filosofis “Itu-itum bo Odi-odi” dia tidak menyadari apa sebenar­
terkandung nilai-nilai moralitas, mentali­ nya tugas dan tanggung jawabnya
tas, dan spiritualitas yang melebur menja­ karena kalau dia tahu pasti dia
di satu dan kemudian bermuara pada nilai akan melakukannya dengan se­
kontrol perilaku. Ketika hukum positif dan genap aturan, tetapi karena dia ti­
hukum agama yang berlaku di masyarakat dak memahami tentang tugas dan
tidak mampu lagi mengendalikan perilaku kewajibannya sehingga mung­
manusia dan membendung keinginan ma­ kin ada hal-hal yang membuat
nusia untuk melakukan perbuatan menyim­ Dia melakukan tindak­ an di luar
pang, maka pada saat itu dirasa perlu untuk koridor dan ketentuan se­ hingga
mencari alternatif lain yang dianggap bisa dibuatlah kebijakan terutama
dijadikan sebagai kontrol perilaku. Kearif­ yang terkait dengan anggar­ an
an lokal “Itu-itum bo Odi-odi” yang merupa­ yang tidak sesuai. Kedua, tun­
kan pengikat perjanjian luhur “Dodandian tutan hidup atau ada persaingan
i Paloko bo Kinalang” sebagai hukum adat/ taraf hidup. Misalnya ada pegawai
hukum sosial masyarakat dapat bersinergi apalagi yang punya jabatan, kalau
dengan hukum positif dan hukum agama semacam pejabat Eselon II hanya
dalam mengontrol perilaku seluruh elemen punya mobil dinas, bisa jadi dia
masyarakat yaitu “Paloko bo Kinalang” ter­ akan berusaha untuk bisa pun­
lebih kepada Kinalang atau stakeholders ya mobil pribadi, sedangkan dia
sebagai pengemban amanah dalam pengam­ tidak ada pekerjaan lain selain
bilan keputusan kebijakan penganggaran dari PNS. Jadi dengan memahami
daerah pada pemerintah daerah Kota Kota­ secara mendalam tentang kearif­
mobagu. an lokal “Itu-itum bo Odi-odi” di­
“Itu-itum bo Odi-odi” sebagai ben­ harapkan dapat meminimalisasi
tuk tanggung jawab moral stakeholders. perilaku-perilaku fraud tersebut”
Mi­nimnya rasa tanggung jawab moral dari (Sa’ir).
stakeholders tentunya dapat berimbas pada
pengalokasian anggaran yang tidak tepat “Ini terkait masalah moral dan eti­
sasaran. Permasalahan penyimpangan an­ ka. Ketika moral kita kuat insya­
ggaran tersebut hakikatnya merupakan Allah hal-hal seperti apapun baik
bentuk kejahatan kerah putih (white col­ itu bujukan, rayuan, maupun “pe­
lar crime) terhadap uang rakyat. Terlepas maksaan” insyaallah dapat kita
368 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

hindari. Jadi, bingkai paling besar dan dapat meminimalisasi perilaku korup
itu adalah moralitas. Jika kearif­ oleh stakeholders yang hingga saat ini masih
an lokal ini benar-benar kita pa­ sulit untuk dihilangkan.
hami secara komprehensif maka Simbol Pemerintah Daerah Kota Ko­
otomatis “Dodandian i Paloko bo tamobagu sebagai benteng komitmen
Kinalang” yang diikat “Itu-itum bo dalam pengambilan keputusan kebija­
Odi-odi” bisa diterapkan secara kan penganggaran daerah. Kearifan lokal
utuh, karena dengan sendirinya “Dodandian i Paloko bo Kinalang” dipandang
akan timbul rasa takut dan rasa sebagai bentuk komitmen bersama dalam
malu di diri kita masing-masing” pengambilan keputusan kebijakan pengang­
(Ishak). garan daerah dan “Itu-itum bo Odi-odi” dipan­
dang sebagai benteng perilaku pengambil
Perilaku manusia yang cenderung tidak keputusan kebijakan penganggaran daerah.
merasa cukup dapat menjadi alasan untuk Dengan demikian, simbol pemerintah daerah
melakukan tindakan fraud terutama penye­ Kota Kotamobagu yang terinspirasi dari ke­
lewengan anggaran guna untuk menam­ arifan lokal tersebut dapat diartikan sebagai
bah pendapatan pribadi dan memperkaya benteng komitmen. Simbol pemerintahan ini
diri sendiri. Sifat materialistis dapat mem­ dipahami sebagai benteng atas komitmen
pengaruhi seseorang melakukan tindak­ yang telah disepakati bersama oleh peme­
an fraud. Tingginya kebutuhan hidup dan rintah (eksekutif-legislatif) dan masyarakat
keinginan untuk memenuhi tuntutan gaya dalam pengambilan keputusan kebijakan
hidup menjadikan seseorang cenderung penganggaran daerah; dan sebagai benteng
melakukan penyimpangan dan menjadi­ untuk menjaga perilaku stakeholders agar
kan anggaran daerah sebagai ladang untuk senantiasa terkontrol dan terjaga oleh rasa
meningkatkan kesejahteraan pribadinya. tanggung jawab moral terhadap masyarakat
Dengan melihat realitas yang ada di dalam sehingga dapat terhindar dari perilaku fraud
pemerintahan terkait perilaku korup dan yang menjurus pada tindakan korupsi yang
ketika mengaitkan realitas tersebut dengan bukan rahasia lagi cenderung terjadi di da­
kearifan lokal ini, maka “Itu-itum bo Odi-odi” lam organisasi pemerintah daerah. Simbol
atau doa/sumpah dan kutukan sakral se­ pemerintahan tersebut dapat dilihat pada
bagai pengikat perjanjian luhur “Dodandian Gambar 1.
i Paloko bo Kinalang” dipandang juga sebagai Simbol pemerintah daerah Kota Kota­
bentuk tanggung jawab moral pemerintah mobagu merupakan simbol yang mengan­
terhadap masyarakat. Kekuatan spiritual­ dung nilai-nilai filosofis tinggi. Hal ini terung­
itas yang terkandung di dalam “Itu-itum bo kap dari penjelasan informan/narasumber
Odi-odi” diyakini dapat menimbulkan rasa penelitian. Adnan menjelaskan bahwa:
takut dan malu bagi siapa saja yang melang­
garnya. Rasa takut dan malu tersebut dapat “Dalam simbol ini Pertama, ada
meningkatkan rasa tanggung jawab moral lingkaran merah kemudian ada

Gambar 1. Simbol Pemerintah Daerah Kota Kotamobagu


Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam... 369

putih di bagian dalam, ini ada­ merintah daerah Kota Kotamoba­


lah NKRI yang melambangkan gu. Ketika simbol ini dikaitkan
bahwa Kotamobagu merupakan dengan pengambilan keputusan
bagian dari Negara Kesatuan Re­ kebijakan penganggaran daerah
publik Indonesia, selain itu juga maka sudah seharusnya aktor
melambangkan Bendera Indone­ kebijakan senantiasa mawas diri.
sia. Kedua, ada segi lima ini ada­ Kita harus menyadari bahwa se­
lah Pancasila yang melambang­ gala tindak tanduk kita diperhati­
kan Ketuhanan yang Maha Esa kan oleh Allah SWT dan oleh ma­
dan semua sila yang terkandung syarakat. Simbol pemerintahan ini
di dalamnya. Ketiga, ada bintang juga merupakan refleksi ke­arifan
berwarna kuning yang merupa­ lokal yang merupakan harapan
kan warna adat Bolaang Mongon­ leluhur jadi sudah semestinya ini
dow dan Kotamobagu khususnya, kita tunaikan bersama. Semoga
bintang ini juga dapat diartikan dengan memahami simbol ini se­
sebagai nur atau cahaya Illahi. Ini cara mendalam maka perilaku
merupakan bentuk keyakinan kita kita dapat lebih terkontrol untuk
bahwa cahaya atau keberkahan senantiasa melaksanakan tu­
dari Allah SWT Tuhan yang Maha gas dengan penuh rasa tanggung
Esa akan senantiasa menaungi jawab” (Adnan).
Kota Kotamobagu. Cahaya Illahi

tersebut juga dapat diartikan se­ Simbol pemerintah daerah Kota Ko­
bagai penerang bagi Kinalang se­ tamobagu bukan sekadar lambang daerah
laku pemimpin pemerintahan di saja. Simbol ini dipandang sebagai benteng
dalam setiap pelaksanaan tugas­ untuk melindungi komitmen bersama an­
nya. Keempat, ada payung yang tara masyarakat dan pemerintah. Selain
mengerucut ke arah Kinalang ini itu, simbol ini dipandang sebagai sebagai
adalah simbol dari tahta, jabatan, benteng untuk mengontrol perilaku stake­
dan kekuasaan yang dimiliki oleh holders agar terhindar dari tindakan fraud.
Kinalang selaku pemimpin peme­ Tentunya makna simbol ini terwujud dalam
rintahan, dan payung ini melebar hasil Musrenbang dan reses di dalam peng­
di bagian bawah ke arah Paloko ambilan keputusan kebijakan penganggaran
yang berarti bahwa Kinalang wa­ daerah agar terakomodasi ke dalam Perda
jib melindungi dan menyejahter­ APBD.
akan Paloko selaku rakyatnya. Pemahaman kearifan lokal oleh infor­
Kelima, ada perisai dan tombak man yang terlibat di dalam penelitian ini,
yang berada persis di atas Paloko terkait dengan simbol pemerintahan sebagai
dan ujung tombaknya mengha­ benteng komitmen sangat dipengaruhi oleh
dap ke arah payung kekuasaan paparan kebiasaan atau budaya yang ber­
Kinalang, Perisai adalah Dodan­ laku di dalam lingkup pemerintahan. Dari
dian dan Tombak adalah Itu-itum sudut pandang anggota TAPD, Sofyan meng­
bo Odi-odi, ini dapat diartikan se­ ungkapkan bahwa:
bagai peringatan bahwa Paloko
siap untuk mengawal proses pe­ “Semua lebih kepada komitmen
merintahan. Keenam, jika kedua­ pemerintah dalam menyejahte­
nya yaitu Paloko dan Kinalang sa­ rakan masyarakatnya. Jadi, per­
ma-sama menjalankan Dodandian lu diingat bahwa di dalam RP­
ini dengan baik maka akan tum­ JMD termuat visi dan misi dari
buh kesejahteraan di tanah Kota kepala daerah kemudian dija­
Kotamobagu. Hal itu dilambang­ barkan de­ngan tujuan, sasaran,
kan dengan tumbuhnya padi-pa­ arah kebijak­
an, program, kegiat­
di yang merupakan lambang dari an semuanya semata-mata demi
kemakmuran dan kesejahteraan. kesejahteraan masyarakat, dan
Jadi, nilai-nilai filosofis yang ter­ itu akan terwujud jika kita be­
kandung di dalam simbol ini di­ nar-benar memahami nilai-nilai
mulai dari Allah SWT, Kinalang, yang terkandung di dalam sim­
dan Paloko. Itulah arti simbol pe­ bol “Dodandian” tersebut. Per­
370 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

lu di­ingat bahwa kalimat “Ber­ arifan lokal sebagai simbol pemerintahan


landaskan Perjanjian Paloko bo tersebut yang terdiri dari hukum agama,
Kinalang” terkandung di dalam hukum positif dan hukum adat adalah se­
RPJPD 20 tahunan. Jadi, kalau buah benteng yang kokoh dalam melindung­i
kita benar-benar memahami hal komitmen yang telah disepakati bersama
ini dengan niat yg sama yaitu un­ oleh masyarakat dan pemerintah, dan se­
tuk memakmurkan dan menye­ buah benteng yang kokoh dalam menjaga
jahterakan masyarakat maka perilaku stakeholders sehingga dapat terhin­
tentunya kita akan terhindar dari dar dari tindakan korupsi.
penyimpangan, kecurangan, dan


ketidakberpihakan” (Sofyan). SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data ter­
Aoki (2017) berargumentasi bahwa ungkap bahwa: Pertama, kearifan lokal
komitmen organisasi menunjukkan keyakin­ “Dodandian i Paloko bo Kinalang” dipandang
an dan dukungan yang kuat terhadap nilai sebagai bentuk komitmen bersama antara
dan sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh masyarakat dan pemerintah. Hal tersebut
organisasi. Menambahkan pernyataan terse­ ditemukan dalam forum musyawarah Mus­
but, Funck & Karlsson (2020) mengungkap renbang sebagai domain eksekutif yang me­
bahwa komitmen organisasi yang kuat di libatkan partisipasi masyarakat dalam meng­
dalam individu akan menyebabkan individu hasilkan RPJPD, RPJMD, RKPD dan forum
berusaha keras mencapai tujuan organisasi musyawarah reses sebagai domain legisla­
sesuai dengan tujuan kepentingan yang su­ tif yang melibatkan partisipasi ma­ syarakat
dah direncanakan (Mbelwa et al., 2019; Ny­ dalam menghasilkan Pokok-pokok Pikiran
amori & Gekara, 2016). Komitmen bersama (POKIR). Kedua, doa/sumpah dan kutukan
yang dihasilkan melalui forum musyawarah sakral yang terkandung di dalam “Itu-Itum bo
Musrenbang dan Reses antara Paloko bo Odi-odi” dipandang sebagai benteng perilaku
Kinalang dalam perencanaan pembangunan stakeholders agar terhindar dari perilaku
daerah menjadi salah satu acuan pemerin­ fraud yang menjurus pada tindakan korup­
tah dalam mengambil keputusan kebijakan si. Pemahaman atas kearifan lokal ini dapat
anggaran. Hal ini yang kemudian dituang­ memperkuat hukum positif dan hukum ag­
kan ke dalam Perda APBD sebagai tujuan ama karena walaupun isi dari “Itu-itum bo
dan sasaran kinerja pemerintah pada peri­ Odi-odi” dianggap sebagai ungkapan meta­
ode tahun Anggaran selanjutnya. Komitmen fora, hal tersebut tidak mengurangi tingkat
bersama yang dipegang teguh oleh Paloko kesakralannya. Selain itu, pengimplementa­
bo Kinalang tersebut tentu dapat mewujud­ sian “Itu-itum bo Odi-odi” di dalam pengam­
kan kesejahteraan bagi seluruh elemen ma­ bilan keputusan kebijakan penganggaran
syarakat karena telah sesuai dengan aspira­ daerah dapat menimbulkan efek psikologis
si dan preferensi masyarakat, serta sesuai dan mental bagi stakeholders sehingga se­
dengan harapan leluhur di tanah Totabuan. nantiasa memperhatikan perilakunya agar
Pemahaman atas simbol pemerintah terhindar dari tindakan korup karena hal
daerah Kota Kotamobagu jika dikaitkan de­ itu dapat menimbulkan rasa takut kepada
ngan pengambilan keputusan kebijakan Tuhan dan rasa malu kepada masyarakat.
penganggaran daerah oleh stakeholders Ketiga, simbol pemerintah daerah yang ter­
dapat dipandang sebagai benteng komitmen. inspirasi dari kearifan lokal jika dikaitkan
Hal tersebut karena simbol ini merupakan dengan pengambilan keputusan kebijakan
refleksi atas kepercayaan seluruh elemen penganggaran daerah oleh stakeholders di­
masyarakat baik Paloko maupun Kinalang pandang sebagai benteng komitmen.
terhadap Tuhan yang Maha Esa Allah SWT; Dengan terungkapnya seluruh pe­
kepatuhan terhadap hukum yang berlaku di mahaman dan gambaran yang utuh ten­
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); tang kearifan lokal “Dodandian i Paloko Bo
kesediaan mengamalkan sila-sila di dalam Kinalang” yang diikat “Itu-itum-bo Odi-odi”
Pancasila; dan merupakan bentuk keyakin­ sebagai simbol pemerintahan, maka hal ini
an masyarakat adat terhadap ada­ nya ke­ dirasa tepat untuk diintegrasikan ke dalam
arifan lokal “Dodandian i Paloko bo Kinalang” proses pemerintahan yang berperan dalam
yang diikat oleh “Itu-itum bo Odi-odi” di tanah membentengi aspirasi masyarakat. Hal ini
Totabuan Bolaang Mongondow. Refleksi ke­ dilakukan agar pemerintah baik eksekutif
Makalalag, Sukoharsono, Djamhuri, Kearifan Lokal Sebagai Simbol dalam... 371

maupun legislatif senantiasa terjaga dan ter­ ing Research, 29, 13-26. https://doi.
lindungi dari berbagai kepentingan pribadi org/10.1016/j.mar.2015.07.002
dan politik dalam melahirkan Perda APBD. Bigoni, M., & Funnell, W. (2015). Ancestors
Selain itu, simbol “Dodandian i Paloko bo of Governmentality: Accounting and
Kinalang” dan “Itu-itum bo Odi-odi” dirasa Pastoral Power in the 15th Century.
mampu memberikan gambaran bahwa be­ Critical Perspectives on Accounting, 27,
gitu besar harapan leluhur terhadap kinerja 160-176. https://doi.org/10.1016/j.
Kinalang dalam menyejahterakan Paloko. cpa.2014.05.001
Penelitian ini sebatas dilakukan pada Biswan, A. T, & Widianto, H. T. (2019). Per­
lingkungan pemerintah daerah Kota Ko­ an Beyond Budgeting Entry Scan untuk
tamobagu yang telah menjadikan kearif­ an Mengatasi Permasalahan Penganggaran
lokal ini sebagai simbol pemerintahan. Na­ Sektor Publik. Jurnal Akuntansi Multi­
mun, warisan luhur “Dodandian i Paloko bo paradigma, 10(2), 308-327. https://doi.
Kinalang” yang diikat “Itu-itum bo Odi-odi” org/10.18202/jamal.2019.08.10018
seyogyanya adalah milik seluruh masyarakat Briando, B., & Purnomo, A. (2019). Eti­
adat suku Bolaang Mongondow yang terse­ ka Profetik bagi Pengelola Keuangan
bar di empat kabupaten lainnya. Dengan Negara. Jurnal Akuntansi Multipara­
demikian, penelitian yang sama juga dapat digma, 10(2), 342-364. https://doi.
dilakukan dan diterapkan di lingkungan pe­ org/10.18202/jamal.2019.08.10020
merintah daerah Kabupaten Bolaang Mon­ Damopolii, H. J. A. (2003). Dodandian - Kino­
gondow Induk, Kabupaten Bolaang Mongon­ tanoban dan Kisahku. Yayasan Ibnu
dow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Sabil Kotamobagu.
Selatan, dan Kabupaten Bolaang Mongon­ Dan, S., & Pollitt, C. (2015). NPM Can Work:
dow Utara. Selain itu, kepada peneliti beri­ An Optimistic Review of the Impact of
kutnya disarankan untuk mengangkat kear­ New Public Management Reforms in
ifan lokal ini menjadi suatu konsep dalam Central and Eastern Europe. Public
pengambilan keputusan kebijakan pengang­ Management Review, 17(9), 1305-1332.
garan daerah dan suatu konsep tata kelola https://doi.org/10.1080/14719037.20
keuangan pemerintah daerah agar dapat 14.908662
diimplementasikan secara komprehensif. Dedoulis, E. (2016). Institutional Forma­
tions and the Anglo-Americanization
DAFTAR RUJUKAN of Local Auditing Practices: The Case
Akbar, R., Pilcher, R., & Perrin, B. of Greece. Accounting Forum, 40(1),
(2012). Performance Measurement 29-44. https://doi.org/10.1016/j.ac­
in Indonesia: The Case of Local Go­ cfor.2015.11.003
vernment. Pacific Accounting Re­ Efferin S. (2015). Akuntansi, Spiritualitas,
view, 24(3), 262-291. https://doi. dan Kearifan Lokal: Beberapa Agenda
org/10.1108/01140581211283878 Penelitian Kritis. Jurnal Akuntansi Mul­
Alonso, J. M., Clifton, J., & Díaz-Fuentes, tiparadigma, 6(3), 466-480. https://
D. (2015). Did New Public Manage­ doi.org/10.18202/jamal.2015.12.6037
ment Matter? An Empirical Analysis of Fairholm, M. R., & Gronau, T. W. (2015).
the Outsourcing and Decentralization Spiritual Leadership in the Work of
Effects on Public Sector Size. Public Public Administrators. Journal of Man­
Management Review, 17(5), 643-660. agement, Spirituality and Religion, 12(4),
https://doi.org/10.1080/14719037.20 354-373. https://doi.org/10.1080/147
13.822532 66086.2015.1060516
Aoki, N. (2015). Institutionalization of New Funck, E. K., & Karlsson, T. S. (2020). Twen­
Public Management: The Case of Sin­ ty-Five Years of Studying New Public
gapore’s Education System. Public Management in Public Administration:
Management Review, 17(2), 165-186. Accomplishments and Limitations. Fi­
https://doi.org/10.1080/14719037.20 nancial Accountability and Manage­
13.792381 ment, 36(4), 347-375. https://doi.
Ashraf, J., & Uddin, S. (2015). Military, ‘Man­ org/10.1111/faam.12214
agers’ and Hegemonies of Management Graham, C., & Grisard, C. (2019). Rich
Accounting Controls: A Critical Realist Man, Poor Man, Beggar Man, Thief:
Interpretation. Management Account­ Accounting and the Stigma of Pover­
372 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 2, Agustus 2020, Hlm 355-372

ty. Critical Perspectives on Accounting, di Fenomenologi di Kabupaten Bolaang


59, 32-51. https://doi.org/10.1016/j. Mongondow (Tesis Tidak Terpublikasi)).
cpa.2018.06.004 Universitas Brawijaya.
Harun, H., Carter, D., Mollik, A. T., & An, Nyamori, R. O., & Gekara, V. O. (2016). Per­
Y. (2020). Understanding the Forces formance Contracting and Social Capital
and Critical Features of a New Report­ (Re)formation: A Case Study of Nairobi
ing and Budgeting System Adoption by City Council in Kenya. Critical Perspec­
Indonesian Local Government. Jour­ tives on Accounting, 40, 45-62. https://
nal of Accounting and Organizational doi.org/10.1016/j.cpa.2015.06.004
Change, 16(1), 145-167. https://doi. Oppi, C., & Vagnoni, E. (2020). Management
org/10.1108/JAOC-10-2019-0105 Accountants’ Role and Coercive Regula­
Iacovino, N. M., Barsanti, S., & Cinquini, L. tions: Evidence from the Italian Health-
(2017). Public Organizations between Care Sector. Qualitative Research in
Old Public Administration, New Public Accounting and Management, 17(3),
Management and Public Governance: 405-433. https://doi.org/10.1108/
The Case of the Tuscany Region. Pub­ QRAM-02-2019-0040
lic Organization Review, 17(1), 61-82. Quinn, M., & Warren, L. (2017). New Public
https://doi.org/10.1007/s11115-015- Management a Re-Packaging of Extant
0327-x Techniques? Some Archival Evidence
Jayasinghe, K., Adhikari, P., Carmel, S., & from an Irish Semi-State Power Com­
Sopanah, A. (2020). Multiple Rational­ pany. Qualitative Research in Account­
ities of Participatory Budgeting in In­ ing and Management, 14(4), 407-429.
digenous Communities: Evidence from https://doi.org/10.1108/QRAM-04-
Indonesia. Accounting, Auditing and Ac­ 2017-0023
countability Journal, 33(8), 2139-2166. Reraja, F. M., & Sudaryati, E. (2019). Karak­
https://doi.org/10.1108/AAAJ-05- ter Akuntan dalam Filosofi Adigang Adi­
2018-3486 gung Adiguna. Jurnal Akuntansi Multi­
Kontogeorga, G. N. (2017). Does (Better) Reg­ paradigma, 10(3), 482-501. https://doi.
ulation Really Matter? Examining Pub­ org/10.21776/ub.ja-mal.2019.10.3.28
lic Financial Management Legislation in Sofyani, H. (2018). Does Performance-Based
Greece. European Journal of Law and Budgeting Have a Correlation with Per­
Economics, 43(1), 153-166. https://doi. formance Measurement System? Evi­
org/10.1007/s10657-016-9534-3 dence from Local Government in Indone­
Lantong, Z. A. (1996). Mengenal Bolaang sia. Foundations of Management, 10(1),
Mongondow. UD. Asli Totabuan. 163-176. https://doi.org/10.2478/
Marwansyah. (2017). Spiritual Leadership of fman-2018-0013
an Indonesian Muslim Business Lead­ Sudana I. P. (2016). Sustainable Develop­
er: A Religious Spirituality Perspective. ment, Kebijakan Lokal Bali, dan Eman­
International Journal of Business and cipatory Accounting. Jurnal Akuntansi
Globalisation, 19(4), 528-548. https:// Multiparadigma, 7(2), 207-222. https://
doi.org/10.1504/IJBG.2017.087294 doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7017
Mbelwa, L. H., Adhikari, P., & Shahadat, K. Vivian, B., & Maroun, W. (2018). Progres­
(2019). Investigation of the Institutional sive Public Administration and New
and Decision-Usefulness Factors in the Public Management in Public Sector
Implementation of Accrual Accounting Accountancy: An International Review.
Reforms in the Public Sector of Tanza­ Meditari Accountancy Research, 26(1),
nia. Journal of Accounting in Emerging 44-69. https://doi.org/10.1108/ME­
Economies, 9(3), 335-365. https://doi. DAR-03-2017-0131
org/10.1108/JAEE-01-2018-0005
Mokoagow, H. (2015). Investigasi Husserlian
terhadap Politik Anggaran Daerah (Stu­

Anda mungkin juga menyukai