Volume 11 Abstrak: Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.
Nomor 3
Halaman 561-580
Penelitian ini mencoba mengungkap dan menggali makna pelaksa
Malang, Desember 2020 naan akuntabilitas keuangan desa adat dengan spirit kearifan lokal
ISSN 2086-7603 Bali. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi yang berusaha
e-ISSN 2089-5879 mengungkap cara pandang prajuru atau pengurus dalam menerapkan
praktik akuntabilitas keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tanggal Masuk: praktik akuntabilitas dilakukan secara terbuka pada saat rapat desa.
04 Oktober 2020 Praktik akuntabilitas yang dijalankan oleh prajuru tersebut dipengaruhi
Tanggal Revisi: oleh falsafah tri hita karana. Akuntabilitas bernilai parahyangan, pawo
17 Desember 2020 ngan, dan palemahan merupakan bentuk harmonisasi hubungan manu
Tanggal Diterima: sia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lingkungannya.
31 Desember 2020
Abstract: The Spirit of Balinese Local Wisdom in Traditional Vil-
lages Accountability. This study tried to reveal the meaning of financial
Kata kunci: accountability practices in traditional villages with the spirit of Balinese
local wisdom. This study used a phenomenological method which attempts
akuntabilitas, to reveal the perspective of the prajuru (financial accountability manager).
dana desa, The results showed that accountability was practised openly during village
prinsipiel, meetings. The accountability practice carried out by the prajuru is influ
tri hita karana enced by the tri hita karana philosophy. Accountability with the values of
parahyangan, pawongan, and palemahan was a form of harmonization of
human relations with God, fellow humans, and the natural environment.
Mengutip ini sebagai: Putra, C. G. B. P., & Muliati, N. K. (2020). Spirit Kearifan Lokal Bali dalam
Akuntabilitas Desa Adat. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(3), 561-580. https://doi.org/10.21776/
ub.jamal.2020.11.3.32
561
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 562
kearifan lokal bali. Setidaknya melalui pene pemaknaan atas suatu hal tertentu. Beber
litian ini diharapkan mampu memberikan apa komponen konseptual dalam fenome
kontribusi teori bagi pengembangan ilmu nologi transedental terdiri dari: kesengajaan
pengetahuan di bidang akuntansi khusus (intentionality), noema dan noesis, intuisi,
nya dalam mengembangkan konsep dan dan intersubjektivitas (Conklin, 2014). Inten
model akuntabilitas pada desa adat di Bali tionality sebagai sebuah kesengajaan mer
dan di Indonesia pada umumnya. Dengan upakan sesuatu yang diawali dari kesadaran
demikian, akuntabilitas yang merupakan yang mengarahkan manusia dalam ber
bagian dari entity theory tidak selalu akan hubungan dengan objek tertentu, baik ber
terpisah dari sisi religius, humanis, dan so wujud maupun tidak berwujud serta dipe
sialnya. Penelitian ini juga diharapkan mem ngaruhi oleh minat, penilitian dan harapan
berikan kontribusi praktik bagi para prajuru pada objek. Pada penelitian ini kesengajaan
dalam hal pene rapan akuntabilitas penge ditunjukkan bagaimana informan sebagai
lolaan keuangan desa adat yang sejalan de bagian dari kesatuan masyarakat adat yang
ngan hakikat keberadaan desa adat itu bertugas sebagai prajuru. Proses menjalan
sendiri menuju pada sukreta (kemakmur kan kegiatan pertanggungjawaban keuang
an) tata parahyangan, tata pawongan, dan an sebagai seorang pengurus desa adat me
tata palemahan. Lebih lanjut, mampu untuk rupakan suatu kesengajaan (intentionality).
merumuskan mekanisme dan sistem kelola Noema dan noesis adalah dua hal pemben
organisasi desa adat yang mengakomodasi tuk kesengajaan itu sendiri. Noema adalah
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Bali da sisi objektivitas dari fenomena yang tampak,
lam setiap praktik akuntabilitas yang akan terdengar, dirasakan, dipikirkan, dan dapat
dijalankan. dicium, sedangkan noesis ialah sisi subjektif
dari fenomena yang menjadi dasar pikiran
METODE manusia mempersepsikan, menilai, meng
Penelitian ini dilakukan di Desa Sayan ingat, merasa, dan berpikir. Noesis tidak
yang terletak di Kecamatan Ubud, Kabupa akan ada sebelum noema. Karena esensi
ten Gianyar. Pemilihan Desa Sayan sebagai fenomena merupakan bagian inti fenomena,
objek penelitian juga mempertimbangkan noema dan noesis dari setiap informan perlu
beberapa unsur keunikan dan karakteris dilihat dan digali.
tik yang dimilikinya. Desa Sayan memiliki Peneliti berusaha tidak hanya meng
jumlah penduduk yang cukup padat serta ungkap yang tampak terjadi, tetapi meng
masing-masing banjar adat yang merupa gali kesadaran terteliti dalam memaknai
kan bagian dari desa adat itu sendiri berasal akuntabilitas keuangan sesuai pengalaman
dari eksodus luar Desa Sayan. Kondisi ini, informan. Senjata utama dari pendekatan
membawa kebiasaan dan cara budaya yang fenemonologi adalah refleksi subjektif dan
berbeda-beda pula dalam satu ikatan Desa intuisi dari bukti analisis intensional sub
Sayan. Selain itu, bandesa (pemimpin) se jek melalui proses pemahaman hal-hal sub
bagai prajuru tidak memiliki batasan lama jektif yang terlihat, sehingga pada titik ini
masa jabatan layaknya bandesa desa adat fenomenologi dipandang sebagai pertemuan
di Bali lainnya. Ini menjadi menarik karena antara kejadian dan kesadaran. Lebih lan
menggali pengalaman bandesa yang menja jut, peneliti memetakan noema, epoche, noe
bat seumur hidupnya. sis, intertional analysis, dan eidetic reduction
Guna mengungkap esensi yang ada sesuai gambaran argumentasi fenomenologi
di balik makna akuntabilitas keuangan yang dilakukan oleh Conklin (2014) dan Ka
desa adat, penelitian ini dilakukan dengan mayanti (2016). Noema sebagai bagian dari
pendekatan fenomenologi transendental. analisis fenomenologi transedental dalam
Pendekatan fenomenologi tersebut dipan penelitian ini adalah mengungkap partisipa
dang mampu menjawab serta cocok digu si informan (prajuru) dalam melaksanakan
nakan dalam penelitian ini karena peng praktik akuntabilitas keuangan Desa Sayan.
alaman setiap informan melalui pendapat, Pertanyaan dimulai dari tahapan perenca
pengetahuan, pemahaman, dugaan, ser naan keuangan desa adat, pelaksanaan, dan
ta gambaran yang berbeda dalam melak pertanggungjawaban keuangan Desa Sayan.
sanakan akuntabilitas keuangan yang mere Selanjutnya, epoche dalam bracketing untuk
ka jalani. Husserl (1970) menjelaskan bahwa mendapatkan kesadaran terdalam dari infor
“aku” (jati diri informan) bukan dilandasi man. Setelah itu, dilanjutkan dengan noesis
oleh pengalaman, tetapi yang muncul atas melalui penggalian epoche sampai dengan
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 564
tidak ditemukan bracketing baru. Peneliti dana Desa Sayan. Selain itu, yang bersang
terfokus pada kata dan narasi yang disam kutan terlibat juga dalam pelaksanaan ra
paikan informan untuk selanjutnya ditinda pat pertanggungjawaban Desa Sayan. In
klanjuti dengan pengggalian mendalam atas forman yang terakhir adalah Kiki sebagai
makna dan eksplorasi yang lebih kreatif un pembantu sekretaris Desa Sayan yang da
tuk memperoleh noesis. Jadi, sesungguhnya lam kesehariannya melaksanakan fungsi
noesis dapat disebut sebagai jawaban akhir pengadminis trasian segala dokumen desa
dari subjek untuk penggalian makna yang adat serta membantu penyarikan atau sek
ingin diketahui. Setelahnya baru dianalisis retaris desa adat serta prajuru dalam melak
mendalam yang menjadikan hasil kondensa sanakan rapat pertanggungjawaban desa
si seluruh makna dan ide yang murni serta adat. Peneliti sangat dibantu oleh Badrun
dikenal dengan eidetic reduction. yang secara terbuka membuka pengalaman
Sesungguhnya melalui pendekatan beliau sebagai bandesa serta menggambar
fenomenologi transedental, peneliti menge kan makna-makna yang terselubung dari
sampingkan pengalaman peneliti. Sesuai motivasi beliau dalam menerapkan praktik
yang disampaikan oleh Creswell (2012) akun tabilitas keuangan dan jujur. Peneliti
bahwa dalam melaksanakan analisis data, sering menyebut nama itu sebagai sauda
peneliti mereduksi informasi ke dalam per ra dekat. Beberapa kali wawancara dilaku
nyataan yang mengandung makna signifkan kan di kantor Lembaga Perkreditan Desa
serta mengombinasikannya beberapa per Desa (LPD) di Desa Sayan karena untuk
nyataan tersebut ke dalam tema. Penggu merepresentasikan suasana kerja bande
naan fenomenologi sebagai sebuah senjata sa dengan beberapa perangkat di bawah
penelitian menyadarkan peneliti bahwa mo nya. Rata-rata wawancara dengan informan
dal data yang terpenting yaitu tindakan dan dilakukan dua kali kecuali dengan Badrun
kata-kata. Selain itu, peneliti juga mendapat yang memang lebih sering dilakukan.
kan data tambahan pendukung berupa
laporan pertanggungjawaban, struktur, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
sejarah Desa Sayan guna menambah wa Mengenal lebih dalam struktur Desa
wasan dalam mengungkap makna praktik Sayan. Desa Sayan merupakan sebuah
akuntabilitas keuangan yang dijalankan. kumpulan kesatuan masyarakat yang men
Kegiatan peneliti bermula dari pengamatan diami areal wilayah dalam satu tradisi da
peneliti yang bersifat kualitatif terhadap ke lam ikatan pura desa, dalem, dan puseh
hidupan perwakilan prajuru dalam menge yang terletak di Desa Sayan. Seperti layak
lola dan mempertanggungjawabkan keuang nya desa adat lainnya di Bali, Desa Say
an Desa Sayan. Tiga teknik pengumpulan an terdiri dari beberapa banjar adat, yaitu
data dalam penelitian ini adalah: wawancara banjar adat Kutuh, Pande, Mas, Ambengan,
mendalam (indept interview), pengamatan Baung, dan Sindu. Masing-masing banjar
partisipasi, pendokumentasian, dan teknik adat terdiri dari 100-200 kepala keluarga
audiovisual atau perekaman. Peneliti terlibat seperti dijelaskan oleh Badrun berikut ini.
langsung dalam wawancara dan observasi
serta berperan sebagai pengamat partisipan “Desa Sayan ini dihuni oleh ma
dalam setting riset ini. syarakat yang awalnya eksodus
Informan dalam penelitian ini adalah sekitar tahun 1880-1910. Dalam
Badrun sebagai bandesa Desa Sayan (yang suasana politik tahun itu yang
menjalankan kewajiban sebagai bandesa kurang stabil akibat perang kala
menggantikan ayahanda beliau pada Tahun itu Desa Sayan selanjutnya diisi
1984 hingga saat ini). Bandesa merupakan oleh mereka-mereka yang secara
pucuk tertinggi dalam tata kelola desa adat berkelompok mendatangi dan me
di Bali. Beberapa daerah Bali utamanya de netap kemudian di Desa Sayan,
sa-desa di bagian pegunungan utara meng seperti misalnya kelompok yang
gunakan istilah kubayan dalam merepre datang dari Desa Peliatan, Desa
sentasikan posisi bandesa. Selanjutnya, Ubud, Desa Mas, Desa Batubu
peneliti mendalami dan mewawancarai Ume lan, dan Desa Taro. Seiring ber
yang merupakan pembantu juru raksa atau jalannya waktu, mereka menyatu
bendahara desa adat yang dalam keseha dalam satu ikatan keharmonisan
riannya melakukan fungsi pencatatan dan membentuk kesatuan masyarakat
penyajian laporan sumber dan penggunaan di bawah naungan Desa Sayan.
565 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580
jakan Governance (KNKG) sebagai lembaga pandang bulu. Budaya hukum penting di
bagi para ahli dan pakar governance tanah jalankan agar penyelenggara publik dalam
air dalam merumuskan pedoman umum go menjalankan tugasnya selalu didasarkan
vernance sekaligus memberikan pembekalan pada keyakinan akan aturan dan ketentu
materi dan penyelarasan materi bagi para an. Kewajaran dan kesetaraan mengandung
pemegang saham, komisaris, dan direksi. makna bahwa unsur kejujuran dan keadilan
Dalam upaya membangun suasana diwujudkan dalam perlakuan yang sejajar
ekonomi yang berdaya saing, KNKG lalu terhadap pemangku kepentingan. Asas ini
meluncurkan pedoman good corprate gover juga berguna untuk menghindari benturan
nance sebagai acuan bagi beberapa perusa hukum dan benturan kepentingan.
haan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Peneliti berpandangan bahwa maksud
serta meminimalisasi dampak-dampak agen dan tujuan penerapan GPG tersebut bagi
cy problem yang muncul. Bahkan, dalam sektor publik juga selaras untuk diadop
membangun iklim berimbang menuju pem si dalam lingkup penyelenggaraan peme
bangunan yang berkelanjutan pada tiga sek rintahan desa adat di Bali. Dalam tatanan
tor, yaitu negara, swasta, dan masyarakat, ma syarakat adat di Bali sesungguhya pe
maka pada tahun 2008 diluncurkanlah nerapan GPG tersebut tercermin dari im
pedoman baru good governance pada sek plementasi setiap asasnya. Demokrasi yang
tor pelayanan publik yang disebut dengan didominasi oleh semangat partisipatif krama
istilah good public governance (GPG). GPG terlihat pada saat pengambilan keputus
dimaksudkan sebagai usaha untuk menge an paruman atau rapat desa. Masyarakat
fektifkan penyelenggaraan negara, menga adat cukup responsif dan partisipatif dalam
rahkan terciptanya fungsi pengawasan yang menyuarakan aspirasi dan memperjuang
baik, mendorong aparatur negara mengem kan penganggaran desa adat dalam satu
bangkan integritas dan kemampuan diri, tahun anggaran. Semangat keterbukaan
menciptakan tumbuhnya tanggung jawab dalam bentuk implementasi transparansi
untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, tercermin dari begitu banyaknya desa adat
serta menumbuhkan daya saing yang re di Bali yang memanfaatkan media sosial un
gional ataupun internasional. Setiap lem tuk menyalurkan segala bentuk informasi
baga publik pun wajib memastikan seluruh aktivitas yang dijalankan. Bahkan, dalam
asas GPG yang terdiri dari demokrasi, trans mengumumkan peraturan adat bisa diak
paransi, akuntabilitas, budaya hukum, serta ses online oleh masyrakatnya. Keberadaan
kewajaran dan kesetaraan agar dijalankan paruman sebagai lembaga pemutus adat di
dengan baik di setiap fungsi organisasi. setiap desa adat mencerminkan juga akun
Pedoman umum mengenai Kebijakan tabilitas berjalan dengan baik di Bali. Ada
GPG menjelaskan bahwa tiga unsur pokok nya rincian fungsi dan tugas masing-masing
yang terkandung dalam asa demokrasi ada perangkat desa adat sesuai dengan perda di
lah kesadaran akan perbedaan pendapat, Provinsi Bali menjadi titik awal penerapan
partisipasi, dan penciptaan kepentingan akuntabilitas selain dalam upaya menyaji
umum. Transparansi berkaitan dengan un kan laporan pertanggungjawaban keuangan.
sur kemudahan informasi diakses publik Peneliti memandang budaya hukum
dan unsur pengungkapan kandungan in dalam lingkup desa adat di Bali terlebih di
formasi. Transparansi dibutuhkan menuju Desa Sayan sendiri telah berjalan de ngan
objektivitas pengawasan yang dilaksanakan baik dengan adanya produk awig-awig
oleh dunia usaha dan masyarakat terhadap dan perareman sebagai garis haluan dalan
penyelenggaraan negara. Akuntabilitas se menuntun gerak langkah pengurus dan
sungguhnya menjelaskan kepastian fungsi masyarakat desa adat. Bahkan, asa kese
dalam organisasi dan praktik pertanggug taraan dan kewajaran dalam lingkup desa
jawabannya. Untuk itu, setiap penyeleng adat telah terbukti mampu menampilkan
gara publik wajib melaksanakan tugasnya keberlangsungan dan eksistensi desa adat
secara terukur dan terbuka sesuai dengan hingga saat ini. Pada tatanan masyarakat
ketentuan yang berlaku agar terhindar dari adatlah, kesetaraan antargolongan terja
penyalahgunaan wewenang. di dan harmonis satu sama lainnya. Tentu
Budaya hukum mengandung unsur tata kelola yang baik berlandaskan pada
penegakan hukum yang tegas dan tidak lima asas GPG tersebut merupakan sebuah
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 568
sebelumnya sesuai yang dijelaskan juga oleh satu tahun anggaran. Keberadaan paru
Kiki berikut ini. man (rapat desa) sebagai lembaga pemutus
adat tidak saja sebagai panggung pengesah
“Setiap bulannya semenjak ti an anggaran atau budget desa adat, teta
tyang melaksanakan tugas se pi juga pengesahan pertanggungjawaban
bagai pembantu Bendahara Desa keuangan desa adat. Tahap perencanaan
Sayan, saya selalu membuat lapo dan penganggaran dilakukan dengan men
ran pertanggungjawaban segala gakomodasi partisipasi masyarakat. Haki
bentuk dana yang masuk ke Re kat pembangunan desa aitu sendiri adalah
kening desa adat baik yang ber kembali pada kesejahteraan masyarakatnya,
sumber dari sumbangan (punia), sehingga partisipasi masyarakat sangat vital
Hasil usaha di Pasar Desa Sayan, peranannya (Diab, 2020; Mookherjee, 2014).
transfer dana pemerintah provin Maka, segala bentuk pertanggungjawaban
si, dan penerimaan bunga deposi Desa Sayan, utamanya dibidang keuangan
to. Selanjutnya, setiap bentuk sangat penting dilaporkan sebagai cerminan
penerimaan dana tersebut digu menciptakan kepercayaan masyarakat.
nakan untuk keperluan desa adat Spirit kearifan lokal tri hita karana dalam
dibidang parahyangan (keperlu mewarnai akuntabilitas keuangan. Konteks
an upacara dan pembangunan harmonisasi perilaku menjaga hubungan
di pura), pawongan (keperluan yang diimplementasikan oleh masyarakat
pemberdayaan masyarakat desa), Hindu Bali merupakan bagian dari kearifan
serta palemahan (keperluan di lokal. Lebih lanjut, Hopper (2017) dan Ra
bidang pelesatarian lingkungan hyuda et al. (2019) menjelaskan bahwa ke
desa). Khusus untuk laporan per arifan lokal sebagai sesuatu yang dimaknai
tanggungjawaban atas realisasi tentang pemikiran hidup, khususnya dalam
dana dari pemerintah provinsi, aktivitas ekonomi dan akuntansi. Salah satu
Saya membuatnya sesuai dengan bentuk kearifan lokal Hindu Bali yang ber
format yang diberikan oleh Di tujuan menjaga keharmonisan hubungan
nas Pemajuan Masyarakat Adat dikenal dengan tri hita karana (THK). Tri ada
Provinsi Bali. Laporan pertang lah tiga, hita berarti penyebab, dan karana
gungjawaban yang tityang buat merupakan kebahagiaan. Maka THK dapat
tersebut selanjutnya ditandata dipahami sebagai tiga penyebab terciptan
ngani oleh bandesa Desa Sayan, ya kebahagiaan (Adityanandana & Gerber,
bendahara Desa Sayan, dan saya 2019; Sukawati et al., 2020).
sendiri” (Kiki). Filosopi THK bersifat universal yang
mengekspresikan pola keseimbangan dan
Berdasarkan pernyataan Kiki terlihat harmonisasi antara Tuhan, manusia, dan
noema bahwa laporan pertanggungjawaban alam (Kamayanti, 2015). Konsep THK yang
Desa Sayan mencakup segala bentuk pene diterapkan dalam suatu sistem sosial di Bali
rimaan dana masuk dan penggunaan dana menitikberatkan kesejahteraan, kemakmu
keluar dari rekening Desa Sayan. Penerapan ran, dan kebahagiaan yang sejati melalui
asas akuntabilitas keuangan yang dijalan tiga dimensi harmoni yaitu keharmonisan
kan oleh prajuru secara konsisten setiap terhadap Brahman atau Tuhan (parhya
bulannya sebagai gambaran memperlihat ngan), keharmonisan antara sesama ma
kan informasi aktivitas di bidang keuangan nusia (pawongan) dan keharmonisan terha
yang berkaitan dengan segala sumber dan dap bhuana atau alam semesta (palemahan)
pengeluaran dana Desa Sayan. Noesis dari (Amaliah, 2016)
pernyataan tersebut adalah sampai saat ini THK sebagai pegangan kuat masyarakat
sesungguhya belum terdapat format lapor Bali sejatinya terimplementasi dalam ber
an tahunan berdasarkan PSAK dan secara bagai nafas kehidupan termasuk pada
khusus wajib dibuat oleh desa adat di Bali. bidang ekonomi dan keuangan utamanya
Namun, dalam usaha menampilkan per menyadarkan bahwa sesungguhnya profit
tanggungjawaban atas segala bentuk akti dan keberlanjutan organisasi berasal tidak
vitas yang dijalankan, Desa Sayan mencoba saja dari kompetensi dan prestasi manusia
menampilkan penyajian laporan sumber dan semata, tetapi juga karena kehendak Tuhan
penggunaan dana dengan harapan dapat Yang Maha Esa. Terdapat kekuatan religius
mencerminkan capaian operasional selama dan spiritualitas yang mendorong manusia
571 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580
untuk mampu berpikir dengan jernih dan melaksanakan ibadah agama, padahal se
tenang. Dalam dinamika desa adat di Bali sungguhnya bagian dari kearifan lokal Bali.
yang padat dan kompleks, ketenangan jiwa Informan merasa bahwa dimensi THK itulah
dan kejernihan pikiran pengurus desa adat menimbulkan kebagiaan lahir dan batin.
sangatlah penting membawa pada kehar Akuntabilitas berbasis parahyangan.
monisan dan kebahagiaan masyarakat, ter Kepercayaan masyarakat Bali di desa-desa
lebih desa adat saat ini juga diperkenankan dari dahulu mempercayai bahwa keberadaan
menjalankan kegiatan usaha dengan mendi tanah dan seisinya merupakan milik Tuhan
rikan badan usaha desa adat yang hasil Yang Maha Esa/Ida Hyang Widhi Wasa.
nya dipergunakan sebesar besarnya untuk Seluruh Negeri seolah tak dihuni, tetapi itu
menunjang pembangunan desa adat. THK hanya terlihat seolah saja, karena Dewa-De
sudah menjadi jiwa dan falsafah bagi desa wa beristana dan melayang-layang di atas
adat di Bali termasuk Desa Sayan, seperti tanah dan di atas air (Raka et al., 2020; Rosil
yang dijelaskan oleh Badrun berikut ini. awati et al., 2020). Sebagai seorang penerima
amanah, bandesa Desa Sayan mempercayai
“Sebagai yang dituakan di Desa bahwa tindakan akuntabilitas keuangan
Sayan, tityang akui sudah sedari yang dilakukan sebagai wujud bakti terha
dahulu dimensi THK (parahyan dap para Dewa (Tuhan Yang Maha Esa) uta
gan, pawongan, dan palemahan) manya yang melindungi seluruh tanah Desa
menjiwai gerak langkah mas dan masyarakat Desa Sayan, seperti yang
yarakat desa kami. Tityang tidak dijelaskan Badrun berikut ini.
tahu pasti kapan dan siapa pence
tus THK ini, namun orang Bali se “Di Bali kita mengenal keper
cara umum dalam kesehariannya cayaan yang kuat bahwa setiap
di rumah tangga pasti mengimple jengkal tanah Bali terlebih tanah
mentasikan tiga pola hubungan adat memiliki penghuni serta
harmonis antara dirinya dengan memiliki vibrasi atau spiritual
Tuhan, dengan sesamanya, dan tinggi. Di Desa Sayan, tityang se
dengan lingkungan alam sekitar laku bandesa dan jajaran yang
nya. Tidak saja dalam rumah tang lain bersama-sama berupaya
ga, dalam tatanan payung yang mengelola tanah desa adat untuk
lebih besar pun di tatanan desa kepentingan masyarakat seperti
adat, mereka selalu mencurahkan menjadikan pasar desa dan pe
jiwanya pada Tuhan Yang Maha layanan lainnya. Kami percaya
Esa, berlaku sopan dan saling bahwa niat baik memanfaatkan
menghormati antara sesama ma Tanah desa adat tersebut sebagai
syarakat, serta taat pada tradisi bagian wujud bakti ke hadapan
dan ritual pemujaan alam beser para Dewa (pemilik tanah yang
ta isinya. Bahkan, karena sudah terlihat), karena nilai ekonomi
mendarah daging, terkadang THK yang muncul dari pemanfaatan
terlihat seperti bagian agama ma tersebut dipergunakan sebesar
syarakat Bali. Padahal, itu me besarnya untuk pelaksanaan upa
rupakan kearifan lokal yang telah cara keagamaan, kesejahteraan
membudaya” (Badrun). masyarakat dan pelestarian alam
lingkungan. Tentu segala bentuk
Berdasarkan penjelasan Badrun terse aktivitas tersebut harus dibarengi
but terlihat bahwa noema ditunjukkan dari juga dengan pertanggungjawaban
pengakuan adanya kesadaran dimensi THK tertulis terhadap segala aktivitas
terdiri dari unsur parahyangan, pawongan, utamanya pertanggunjawaban
dan palemahan. Dimensi THK tersebut telah keuangan sebagai bagian dari
menjiwai nafas kehidupan Desa Sayan dari bakti kami ke hadapan para Dewa
dahulu walau tidak diketahui pasti siapa pemilik Tanah” (Badrun).
penggagas resmi THK tersebut. Noesis dari
pernyataan tersebut terlihat bahwa seluruh Berdasarkan penuturan Badrun no
masyarakat Desa Sayan termasuk praju ema terlihat dari kepercayaan bahwa se
ru melakoni dimensi THK tersebut sebagai jengkal tanah Bali memiliki Tuannya dan
sebuah keseharian yang terlihat seperti mengandung vibrasi spiritual yang tinggi.
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 572
Kepercayaan atas kuasa pemilik tanah di man dimaknai sebagai persembahan yang
Bali mempengaruhi dan medasari keingi tak terhingga kepada para Dewa di pura ka
nan pelaku dalam hal ini bandesa bersama hyangan tiga yang telah memberkati dalam
jajaran Pengurus lainnya untuk senantia memulai proses sebagai seorang prajuru (no
sa menampilkan akuntabilitas keuangan esis). Pemberkatan dalam tradisi Bali dike
sebagai bagian bhakti kepada para Dewa nal dengan upacara Pawintenan. Mawinten
pemilik tanah. Pada titik ini pelaku akun berasal dari kata “winten” dan “intan” yang
tabilitas memaknai sebagai persembahan berarti bersih dan suci. Secara lahiriah dan
kepada sesuatu yang tidak tampak, yaitu batiniah seorang prajuru dan pengurus desa
para Dewa yang dipercayai sebagai pemilik dibersihkan dahulu dirinya dari kotoran
niskala tanah Desa Sayan (noesis). Niskala yang melekat melalui sarana tirtha atau air
berarti pandangan manusia terhadap dunia suci agar Tuhan merestui dan membimbing
berkaitan dengan sesuatu yang tidak dapat dalam menjalankan kewajibannya sebagai
ditangkap oleh indera serta lazim disebut aparatur desa adat. Pada titik ini akuntabi
dengan alam gaib. Sementara itu, lawannya litas dimaknai semacam ibadah ke hadapan
sekala berarti seisi dunia yang dapat dilihat, para Dewa yang beristana di pura tersebut
disentuh, dan ditangkap oleh panca indera sebagai akibat dari janji pelaku untuk mem
manusia serta dinalar kebanyakan orang. persembahkan yang terbaik di awal proses
Selanjutnya, sebagai penerima amanah dari memulai menjadi seorang aparat desa.
masyarakat dan dipercayai memimpin Desa Melalui tindakan tersebut motiva
Sayan, pertanggungjawaban keuangan juga si akuntabilitas dipandang sebagai upaya
dipandang sebagi bagian janji kepada para mengharmoniskan hubungan antara manu
Dewa, seperti yang dijelaskan Badrun beri sia (informan/pelaku akuntabilitas) dengan
kut ini. Tuhan Yang Maha Esa. Prajuru merasakan
kebahagiaan yang tak ternilai pada saat
“Seorang prajuru desa adat dalam melaksanakan akuntabilitas keuangan. Ke
memulai melaksanakan tugas bahagiaan dapat mempersembahkan peng
nya sebagai pelayan masyarakat abdian dan dedikasi ke hadapan Tuhan Yang
sekaligus penerima amanah, wa Maha Esa melalui penerapan akuntabilitas
jib menjalankan prosesi maw keuangan. Kebahagiaan yang murni sesung
inten (pemberkatan) di pura guhnya hadir dari kebebasan keinginan se
puseh, desa, dan dalem. Pada ti saat untuk memuaskan ego dan juga bukan
tik itu tityang memaknai bahwa karena keinginannya terkabuli (Purnamawa
prosesi tersebut sebagai sebuah ti, 2018; Rospitadewi & Ereffin, 2017). Hita
pengesahan spiritual untuk selalu atau kebahagiaan dalam penerapkan prak
mempersembahkan yang terbaik tik akuntabilitas keuangan juga dipandang
ke hadapan Ida Bhatara (Tuhan sebagai sebuah karma atau hasil perbuatan
Yang Maha Esa) yang berstana yang pahalanya akan dinikmati kemudian
di pura desa, pura puseh, dan sesuai dengan ajaran agama Hindu. Karma
pura dalem dengan salah satunya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Kar
melakukan pertanggungjawban man yang berarti tindakan. Masyarakat Bali
keuangan yang berkaitan dengan mempercayai bahwa hukum karma atau
pengeluaran dan pemasukan se dikenal dengan karmaphala sebagai sebuah
gala kegiatan yang berkaitan di jalan menuju reinkarnasi atau kelahiran be
pura-pura tersebut” (Badrun). rulang. Maka dari itu, karma baik dan bu
ruk yang diterima pada kelahiran yang akan
Dari penuturan tersebut tersirat noema datang ditentukan pula oleh karma baik dan
bahwa perjanjian seorang prajuru dilatar buruk yang dibuat pada saat ini, seperti di
belakangi juga oleh pemberkataan spiri jelaskan oleh Badrun berikut ini.
tual dalam bentuk prosesi “pawintenan” di
hadapan Ida Bhatara (manifestasi Tuhan “Sebagai Umat Hindu Bali, tityang
Yang Maha Esa). Keyakinan akan anuge mempercayai sekali keesaan dan
rah dan kuasa Ida Bhatara mempengaruhi kuasa Tuhan Yang Maha Esa/
niatan prajuru menampilkan akuntabilitas Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Se
keuangan desa. Kesadaran akan tindakan jujurnya, seluruh kegiatan akti
akuntabilitas yang dijalankan oleh infor vitas yang tityang lakoni sebagai
573 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580
pertanggungjawaban segala bentuk peng kan konsep ini dipandang sangat penting dan
gunaan dana usaha desa Sayan bertujuan strategis (Adhitama, 2020). Itu sebabnya, si
untuk menjaga harmonisasi hubungan dan lahturahmi persahabatan dan persaudaraan
menghadirkan keterbukaan satu sama lain wajib terjalin dengan baik. Pada titik ini infor
nya (noesis). Akuntabilitas keuangan yang man mencurahkan segala pemikirannya ser
dijalankan tersebut dilandasi atas dasar ke ta menganggap bahwa apa yang dilakukan
tulusan mencurahkan rasa cinta dan kasih nya merupakan implementasi penerapan tat
sayang kepada seluruh masyarakat Sayan, twam asi, sehingga tidak juga memikirkan
seperti yang diungkap oleh Ume yang setiap besaran upah yang didapat. Namun, moti
bulannya membantu membuatkan laporan vasi kerja menjalankan fungsi pencatatan,
pertanggungjawaban dan turut hadir dalam pelaporan hingga penyampaian pertanggu
setiap Paruman desa adat. ngjawaban keuangan yang dijalankan de
ngan kerendahan hati dan perasaan senang
“Dalam usaha membuat dan men dapat berbuat bagi masyarakat Desa Sayan
yajikan laporan pertanggungjawa yang sangat partisipatif dalam perencanaan
ban sumber dan penggunaan dana dan Pembangunan desa adatnya. Mahayani
Desa Sayan, saya selalu mencoba (2017) dan Wati (2020) menjelaskan bah
menghaturkan kemampuan yang wa partispasi krama desa terhadap proses
terbaik serta selalu dibimbing oleh transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
bandesa dan petengen Desa Sa keuangan dilandasi oleh kepercayaan bahwa
yan. Saya merasa sangat bangga prajuru tidak akan melakukan kecurangan
dan senang dapat menyelesaikan keuangan disebabkan hukum karma yang
tugas serta menampilkan akun oleh masyarakat Bali dikenal dengan karma
tabilitas keuangan sebagai bentuk phala.
hormat saya kepada bandesa dan Hubungan harmonis antara prajuru
petengen yang memperca yakan dengan khalayak (masyarakat) mendorong
saya untuk ikut berkontribusi perilaku memainkan praktik akuntabilitas
bagi desa. Saya pun tidak me keuangan, karena kepercayaan karma pha
mikirkan besaran upah dalam la tersebut melatarbelakangi untuk selalu
menjalankan tugas karena yang berusaha tidak menodai kepercayaan dari
terpenting adalah berkesempatan masyarakat seperti yang dijelankan lebih
turut menghaturkan kemampuan lanjut oleh Ume berikut ini.
saya seiklhas iklhasnya bagi ma
syarakat secara luas sesuai ajaran “Tityang merasa sangat terpang
tat twam asi” (Ume). gil. Di Usia yang cukup kecil
dibanding para prajuru lainnya,
Penjelasan Ume dapat dilihat noema tityang diberi kesempatan un
yang tampak adalah bahwa semangat saling tuk belajar banyak berinteraksi
menghormati dan berkontribusi bagi orang dengan masyarakat luas. Sega
banyak sesuai hakikat pawongan men la bentuk pekerjaan di bidang
dasari tindakan menampilkan akuntabil keuangan tityang selesaikan de
itas keuang an di Desa Sayan. Pandangan ngan sebaik-baiknya dan dapat ti
ini sesungguhnya sejalan dengan hubung tyang pertanggungjawabkan den
an akuntansi dan akuntabilitas itu sendi gan baik karena berusaha untuk
ri dengan konsep budaya menyama braya tidak mengkhianati kepercayaan
masyarakat Bali. Noesis dalam pernyataan bandesa dan masyarakat lainnya.
tersebut adalah menyama braya dipandang tityang meyakini ini bagian dari
sebagai ikatan persaudaraan dan saling menanam karma baik untuk masa
menghargai antara masyarakat Bali yang depan. Terlebih dalam dana desa
dilandasi oleh falsafah tat twam asi yang be adat di bidang kemanusiaan dan
rarti “kamu adalah aku dan aku sama juga pengembangan sumber daya ma
dengan kamu”. Turunan praktis masyarakat nusia, tityang maknai sebagai se
Bali memandang ideologi tersebut terlihat buah pertanggungjawaban moril
dari sikap saling menghargai dan menghor kepada seluruh masyarakat Desa
mati satu dengan yang lainnya. Kesadaran Sayan, sehingga perlu disajikan
akan kehidupan manusia yang tidak bisa dan dilaporkan pertanggungjawa
sendiri dan saling berdampingan menyebab bannya. Selain itu, menghindari
575 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580
Pada titik ini terlihat bahwa dari per Peneliti memandang noema dari per
nyataan Ume tersebut adalah akuntabilitas nyataan Badrun terlihat dari tindakan pelaku
keuangan merupakan bagian dari panggilan (informan) memainkan praktik akuntabilitas
pengabdian. Akuntabilitas keuangan dimak keuangan di Desa Sayan, sebagai bagian
nai sebagai upaya meminimalisasi dampak penghormatan yang dilakukannya kepada
ketidakpercayaan masyarakat. Noesis dari sawah dan air yang telah menghidupi tidak
pernyataan Ume terlihat dari praktik akun saja dirinya, tetapi juga masyarakat secara
tabilitas keuangan yang berkaitan dengan luas. Keberadaan Desa Sayan sebagai daerah
seluruh penggunaan dana masuk dan dana yang sebagian mayarakatnya bermata penca
keluar dari Kas desa adat dilakukan sebagai harian sebagai petani sangat erat kaitannya
panggilan hati untuk senantiasa menanam dengan keberadaan subak. Perda Nomor 9
karma baik untuk masa depan. Dengan Tahun 2012 menjelaskan Subak sebagai or
demikian, diharapkan akan tercipta keper ganisasi tradisional di bidang tata tanaman
cayaan dan keharmonisan antarmasyarakat dan tata guna air sebagai pendukung usaha
di Desa Sayan. tani pada masyarakat adat Bali yang religi
Akuntabilitas berbasis palemahan. us, sosio agraris, dan secara ekonomis terus
Konsep ini menjelaskan harmonisasi interak tumbuh dan berkembang. Walaupun subak
si masyarakat dengan alam sekitarnya. Nilai dan desa adat merupakan dua hal yang ber
palemahan sebagai bagian dari THK sangat beda, disadari bahwa hampir seluruh ma
menghargai keseimbangan sistem alam yang syarakat Desa Sayan juga menjadi krama
harus terus dilestarikan dan ditumbuhkem subak serta berkepentingan pada kelestari
bangkan oleh prajuru Desa Sayan. Sebagai an alam dan saluran air ke sawah. Palema
bagian dari wilayah agraris dengan ham han tidak saja mengatur jalinan hubungan
paran sawah yang luas dan aliran sungai manusia dengan alam, tetapi juga menjaga
yang membentang panjang, Desa Sayan juga agar alam di sekitar tetap lestari. Maka dari
diwarisi beberapa mata air yang disucikan itu, Badrun menyiratkan bahwa terdapat
dan dimuliakan oleh masyarakat. Berbagai motivasi yang mulia dari hal yang mendasari
ritual upacara kerap dilakukan oleh praju penerapan praktik akuntabilitas keuangan
ru ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa da Desa Sayan itu sendiri sebagai bagian dari
lam usaha menjaga eksistensi keberlanjutan keyakinan akan harapan keberlimpahan air
ekologi, seperti tumpek bubuh, mecaru, dan yang niscaya memberikan kemakmuran bagi
tumpek kandang. Pelaksanaan akuntabilitas masyarakat Sayan itu sendiri. Pada titik ini
keuangan yang dijalankan di Desa Sayan di akuntabilitas yang dijalankan dianggap se
maknai sebagai cermin penghormatan atas bagai tadnya kepada alam itu sendiri (noe
kesuburan dan keindahan alam Desa Sayan sis).
yang sudah terbukti mampu memberikan Yadnya secara etimologi dipandang se
kemakmuran bagi masyarakatnya seperti bagai bentuk korban suci yang dilakukan
yang dijelaskan oleh Badrun berikut ini. secara iklhas dan tulus tanpa pamrih dalam
rangka menyembah Tuhan. Purnamawati
“Seputaran pinggiran batas barat (2018) menyebut yadnya sebagai penyangga
Desa Sayan dilalui oleh Sungai dunia dan alam, karena manusia dan alam
Ayung yang cukup eksotis dan tersebut sama-sama ciptaan Tuhan. Akun
mendunia ketenarannya terlebih tabilitas keuangan dimaknai sebagai yadnya
banyak sekali sumber mata air dalam pandangan informan sebagai ben
suci yang berada pada tepian tuk pengorbanan dan persembahan pada
sungai tersebut. Dengan akun alam selain yadnya dalam pelaksanaan rit
tabilitas keuangan yang tityang ual u pacara keagamaan. Hasil penggalian
jalankan di Desa Sayan, tityang akun tabilitas dalam hubungannya dengan
berkeyakinan bahwa alam se yadnya atau persembahan kepada alam
mesta segenap isinya akan terus lingkung an tersebut sesungguhnya sejalan
menampakkan kesuburannya dan pula dengan penelitian Siskawati & Susil
seluruh mata air tersebut tak hen awati (2017) yang mendapati hasil bahwa
ti-hentinya akan mengalir serta akun tabilitas dipandang sebagai bentuk
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 576
bakti dengan mengakui segala unsur non gung jawab pada pengelolaan keuangan. Ke
manusia juga berhak untuk bertahan hid harmonisan sekala dan niskala alam Desa
up, sehingga penerapan akuntabilitas juga Sayan merupakan keniscayaan bagi seluruh
bagian dari menjaga keseimbangan alam krama Desa Sayan terlebih para prajuru.
itu sendiri. Di Desa Sayan sesungguhnya Dengan adanya keharmonisan dan kelestari
terdapat banyak pelaksanaan upacara terh an ekologi, maka kemakmuran akan tercipta
adap alam yang di lakukan baik oleh mas secara tidak langsung. Noesis dari pernyata
ing-masing penduduk atau digelar oleh desa an Kiki tersebut adalah kepercayaan praju
adat dalam skala yang cukup besar seperti ru bahwa alam Sayan berserta segala isinya
upacara mecaru. Pelaksanaan upacara me merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan
caru yang dilaksanakan setiap bulan Kesem yang tentu akan tetap lestari jika dibarengi
bilan dalam perhitungan kalender Bali oleh dengan jelajah penerapan akuntabilitas
Desa Sayan dikenal de ngan istilah tawur keuangan segala sumber dan penggunaan
kesanga. Tawur kesanga diartikan sebagai dana Desa Sayan. Pada titik ini informan
bentuk motivasi umat Hindu secara spiri dengan penuh kesadaran meletakkan alam
tual dan ritual dengan harapan alam selalu dan lingkungan sebagai motif sebab men
menjadi sumber penghidupan (Dragojlovic, jalankan semangat akuntabilitas keuangan.
2012; Stephen, 2015). Pelaksanaan Upacara Dari keseluruhan hasil penelitian terli
tawur kasanga di Desa Sayan dilaksanakan hat bahwa para informan memiliki pemak
melalui kas desa setiap satu tahun sekali. naan nilai akuntabilitas keuangan yang
Akuntabilitas keuangan yang ditampil sejalan dengan nafas dimensi THK. Praktik
kan oleh prajuru juga dimaknai agar kele akuntabilitas yang ditampilkan di Desa Sa
starian lingkungan Desa Sayan prajuju tetap yan tidak ha nya sebagai bentuk pertang
bersahabat dengan seluruh masyarakat gungjawaban atas capaian aktivitas serta
yang menempatinya seperti yang disam gambaran besaran dana keluar dan dana
paikan oleh Kiki berikut ini. masuk ke kas desa adat. Namun hasil pe
nelitian menunjukkan terdapat esensi di
“Penyampaian pertanggungjawa mensi kearifan lokal Bali THK yang melatar
ban keuangan yang dilakukan belakangi tindakan prajuru melaksanakan
oleh prajuru merupakan sebuah akuntabilitas keuangan itu sendiri.
bentuk cerminan cinta kasih dan Esensi pertama yang mencuat dalam
ungkapan terima kasih kepada penelitian ini adalah pemahaman Informan
alam Desa Sayan yang telah mem akan kesadaran pentingnya akuntabili
berikan penghidupan bagi seluruh tas dalam penerapan tata kelola desa adat
masyarakat di Desa Sayan. Ter yang berbasis Good Pubic Governance (GPG).
lebih pelaksanaan tawur kesanga Melalui gelaran paruman desa adat, praktik
yang dihaturkan bagi seluruh sei akuntabilitas keuangan ditampilkan dengan
si alam bersumber dari kas Desa memberikan pertanggungjawaban kepada
Sayan. Maka perlu dibarengi juga seluruh perangkat desa adat, prajuru banjar
dengan pertanggungjawaban ti adat, dan para pihak yang berkepentingan
dak saja bagi pengguna informa terhadap laporan sumber dan penggunaan
si keuangan, namun juga bagian dana Desa Sayan.
dari persembahan kepada alam Esensi kedua yang diketahui dalam pe
dan lingkungan itu sendiri. Pelak nelitian ini dalah keyakinan informan akan
sanaan tawur kasanga dipusat restu dan bakti tidak saja ke hadapan Ida
kan di jantung Desa Sayan dan Bhatara yang beristana di pura, tetapi juga
dihadiri oleh seluruh masyarakat para Dewa sebagai pemilik niskala tanah
Desa Sayan” (Kiki). Desa Sayan. Oleh karena itu, akuntabilitas
keuangan yang dijalankan dipandang se
Melalui penjelasan Kiki tersebut, noe bagai persembahan terbaik ke hadapan Beli
ma terlihat bahwa peneliti memandang ada au yang telah memberikan penghidupan dan
nya cerminan menempatkan alam sebagai karunia. Ini menunjukkan pula akuntabili
prinsipal. Alam dipandang sebagai pemberi tas keuangan sebagai jalan ibadah Informan
amanah bagi prajuru untuk selalu mengede untuk mendekatkan diri ke hadapan Tu
pankan sikap yang bertanggung jawab tidak han/Sang Pencipta. Dengan upacara penge
saja pada pelestarian, tetapi juga bertang sahan secara ritual keagamaan yang dikenal
577 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580
dengan sebutan pawintenan, maka praju inan, dan keuangan mampu merekonstruksi
ru dapat melaksanakan tugasnya sebagai konsep akuntabilitas yang dijalankan. Desa
pengurus desa dan terikat janji untuk men Sayan secara nyata memperlihatkan me
jalankan kewajiban pengayomannya sesuai madukan pertanggungjawaban keuangan
dengan ajaran agama Hindu Bali termasuk dengan sisi spiritual dan kepemimpinan da
dalam melaksanakan akuntabilitas keuan lam balutan THK. Desa adat sebagai prakti
gan. Dengan penerapan praktik akuntabili kum penerapan THK di Bali tanpa disadari
tas yang tepat waktu dan berkala diyakini tidak saja menjadi ajang penguatan agama
menciptakan karma yang baik dalam kelahi Hindu dan kebudayaan Bali, melainkan
ran berulang di masa yang akan datang. juga membentuk prajuru menjalankan tata
Esensi yang ketiga adalah sebagai ben kelola organisasi berdasarkan kearifan lokal
tuk kecintaan akan sesama masyarakat adat Bali, termasuk melatarbelakangi menyaji
serta mengurangi rasa tidak saling percaya, kan akuntabilitas keuangan di tengah-te
maka akuntabilitas keuangan yang dijalank ngah masyarakat.
an dipandang sebagai sebuah bentuk keter
bukaan atas capaian kinerja keuangan desa SIMPULAN
adat yang dijalankan selama satu tahun. Penyampaian pertanggungjawaban
Keyakinan kuat pada falsafah tat twam asi keuangan desa adat menggunakan pola
menjadi pegangan untuk selalu menjaga ke partisipatif serta disampaikan secara ter
harmonisan antar masyarakat serta mena buka dalam rapat desa adat. Secara pe
nam karma baik. Dasar-dasar pegangan laporan, pengurus belum menyajikan lapor
tersebut menjadi sebuah hal prinsip yang an keuangan sesuai regulasi karena belum
melatarbelakangi informan menjalankan terdapat kepastian bahwa desa adat harus
praktik akuntabilitas keuangan. Esensi yang mengadopsi ketentuan penyajian laporan
keempat adalah kuasa alam sangat berpe keuangan tersebut. Selain itu, kemampuan
ran dalam kelangsungan hidup masyarakat sumber daya manusia sangat terbatas un
Desa Sayan. Akuntabilitas yang dilakoni tuk mampu menyajikan leporan keuangan
oleh Informan menjadi bagian ritual yad yang se suai dengan standar regulator. Na
nya atau persembahan suci ke hadapan air, mun, pertanggungjawaban atas aktivitas
sawah, dan alam Sayan yang telah member keuangan desa adat tetap disajikan setiap
ikan penghidupan tidak saja bagi Informan satu bulan dan satu tahun. Terlihat jelas
tetapi juga bagi seluruh masyarakat desa bahwa dedikasi dan pengabdian yang me
adat sayan. warnai praktik akuntabiltas di desa.
Esensi terakhir dalam penelitian ini Penelitian ini dengan sangat kompre
adalah memperlihatkan bahwa akuntabilitas hensif memperlihatkan bahwa spirit tri hita
keuangan mencerminkan etika dan sangat karana mendasari gerak langkah pengurus
bergantung pada kesadaran prajuru sebagai dalam melaksanakan praktik akuntabilitas.
ujung tombak keberlanjutan adat dan tr Dari sisi parahyangan terlihat bahwa praktik
adisi di Desa Sayan. Etika yang bernafas akuntabilitas yang dijalankan didasari ke
kan ajaran agama Hindu berbasis kearifan percayaan yang tinggi atas bhakti ke hadap
THK menjadi pegangan kuat melaksanakan an para Ida Hyang Widhi Wasa selaku pemi
akuntabilitas keuangan yang dapat diper lik tanah yang tak terlihat. Di sisi pawongan,
tanggungjawabkan. pelaksanaan akuntabilitas keuangan yang
Akuntabilitas keuangan desa adat se dijalankan juga dimaknai sebagai ungkap
sungguhnya identik dengan penerapan an menjaga sikap saling percaya di antara
akuntabilitas organisasi kemasyarakatan masyarakat. Akuntabilitas juga dimaknai
dan organisasi tempat ibadah. Kesamaan sebagai bentuk penerapan jiwa tat twam asi
terletak pada penekanan keiklhasan dan yang mengedepankan harmonisasi nilai per
membangun kepercayaan khalayak di mana saudaraan antarsesama masyarakat adat.
karma senantiasa menjadi pegangan utama Yang terakhir dari sisi palemahan, akun
aktor dalam bertindak seperti yang pernah tabilitas Keuangan yang disajikan oleh peng
dilakukan oleh Paranoan & Totanan (2018) urus dimaknai sebagai bentuk persembahan
pada organisasi pura. Selain itu, dalam or yang dihaturkan ke hadapan alam yang telah
ganisasi sejenis di gereja, Randa et al. (2011) memberikan kemakmuran serta kesejahte
juga mendapati dimensi spiritual, kepemim raan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 578