Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2020, 11(3), 561-580

SPIRIT KEARIFAN LOKAL BALI DALAM AKUNTABILITAS DESA ADAT

Cokorda Gde Bayu Putra, Ni Ketut Muliati


Universitas Hindu Indonesia, Jl. Sangalangit, Bali 80238
Surel: cokdebayu88@gmail.com

Volume 11 Abstrak: Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.
Nomor 3
Halaman 561-580
Penelitian ini mencoba mengungkap dan menggali makna pelaksa­
Malang, Desember 2020 naan akuntabilitas keuangan desa adat dengan spirit kearifan lokal
ISSN 2086-7603 Bali. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi yang berusaha
e-ISSN 2089-5879 mengungkap cara pandang prajuru atau pengurus dalam menerapkan
praktik akuntabilitas keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tanggal Masuk: praktik akuntabilitas dilakukan secara terbuka pada saat rapat desa.
04 Oktober 2020 Praktik akuntabilitas yang dijalankan oleh prajuru tersebut dipengaruhi
Tanggal Revisi: oleh falsafah tri hita karana. Akuntabilitas bernilai parahyangan, pawo­
17 Desember 2020 ngan, dan palemahan merupakan bentuk harmonisasi hubungan manu­
Tanggal Diterima: sia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lingkungannya.
31 Desember 2020
Abstract: The Spirit of Balinese Local Wisdom in Traditional Vil-
lages Accountability. This study tried to reveal the meaning of financial
Kata kunci: accountability practices in traditional villages with the spirit of Balinese
local wisdom. This study used a phenomenological method which attempts
akuntabilitas, to reveal the perspective of the prajuru (financial accountability manager).
dana desa, The results showed that accountability was practised openly during village
prinsipiel, meetings. The accountability practice carried out by the prajuru is influ­
tri hita karana enced by the tri hita karana philosophy. Accountability with the values of
parahyangan, pawongan, and palemahan was a form of harmonization of
human relations with God, fellow humans, and the natural environment.

Mengutip ini sebagai: Putra, C. G. B. P., & Muliati, N. K. (2020). Spirit Kearifan Lokal Bali dalam
Akuntabilitas Desa Adat. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 11(3), 561-580. https://doi.org/10.21776/
ub.jamal.2020.11.3.32

Transparansi dan akuntabilitas dalam sungguhnya akuntabilitas secara akal sehat


pengelolaan sebuah organisasi merupakan memperlihatkan pemberian dan penerimaan
bagian dari penerapan prinsip good gover­ dari suatu sebab. Grossi et al. (2019) men­
nance. Dampak dari akuntabilitas diharap­ jelaskan pula bahwa akuntabilitas menuntut
kan mampu meningkatkan rasa saling adanya jawaban dari keterkaitan hubung­an
percaya para stakeholders dalam suatu or­ antara pihak internal dan pihak ekternal
ganisasi. Akuntabilitas publik dinyatakan dalam suatu organisasi. Tuntutan akun­
sebagai bentuk pertanggungjawaban, me­ tabilitas tersebut tak lain sebagai cerminan
nyajikan, melaporkan dan mengungkapkan hak masyarakat dan kelompok masyarakat
segala aktivitas kegiatan yang dijalankan yang timbul akibat hubungan masyarakat
pihak penerima amanah (agent) kepada pi­ dengan organisasi itu sendiri. Akuntabilitas
hak pemberi amanah (prinsipal) (Ajibolade sebagai prasyarat untuk mencapai kinerja
& Oboh, 2017; Tanasal et al., 2019). Se­ yang berkesinambungan dimaknai sebagai
bagai sebuah pemahaman tradisional, se­ perwujudan atas kewajiban yang diamanah­

561
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 562

kan untuk mempertanggungjawabkan ke­ bagai sebuah bentuk kesatuan masyarakat


berhasilan atau kegagalan menjalankan misi hukum yang berwenang untuk mengurus
organisasi (Zhong & Fisher, 2017). Penerap­ dan mengatur masyarakat berdasarkan ba­
an akuntabilitas tidak saja merupakan ke­ tas wilayah yang dimiliknya, mengurus pe­
wajiban bagi organisasi profit. Akuntabilitas merintahan atas prakarsa masyarakat, hak
yang merupakan salah satu azas penerapan asal usul, dan/atau hak tradisional yang di­
good governance juga merupakan perhatian hormati serta diakui Negara Republik Indo­
yang serius bagi entitas nonprofit (Islam & nesia. Melalui undang-undang tersebut jelas
Staden, 2018; Martin & Waymire, 2017). Pe­ terlihat bahwa negara mengakui keberadaan
merintah, lembaga sosial kemasyarakatan dan kegiatan desa adat di Bali yang sudah
dan organisasi sosial religius merupakan ada sebelum Republik Indonesia berdiri. Se­
bagian dari organisasi nonprofit yang dise­ lanjutnya, pemerintah Provinsi Bali melalui
but pula “nirlaba”. Dalam entitas nonprofit, Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2019 se­
pertanggungjawaban keuangan merupakan cara eksplisit menyatakan desa adat sebagai
tuntutan yang diyakini mampu mening­ kesatuan masyarakat hukum adat di Bali
katkan nilai kepercayaan masyarakat /pu­ yang mempunyai koridor wilayah, susunan
blik terhadap jalannya roda organisasi. Di asli, kedudukan, harta kekayaan, hak-hak
Provinsi Bali terdapat salah satu bentuk or­ tradisional, tata krama pergaulan, dan tra­
ganisasi yang bersifat kemasyarakatan serta disi secara turun temurun dalam ikatan tem­
bernafaskan hukum adat Bali yang dikenal pat suci (kahyangan tiga atau kahyangan
dengan nama “desa adat”. desa), serta memiliki tugas dan kewenang­an
Penelitian yang mengaitkan penerap­ dan hak mengurus rumah tangganya sendi­
an praktik akuntabilitas dengan perilaku ri. Melalui peraturan daerah tersebut secara
budaya kearifan lokal telah banyak dilaku­ nyata tersirat bahwa terdapat kewajiban
kan sebelumnya, terlebih jika dihubungkan yang melekat pada setiap desa adat di Bali,
dengan tri hita karana (THK) sebagai cermin­ yaitu memelihara kelestarian dan melak­
an kearifan lokal Bali. Saputra et al. (2018) sanakan upacara keagamaan rutin di pura
menjelaskan bahwa unsur parahyangan, kahyangan tiga yang terdiri dari pura dalem,
palemahan, dan pawongan sangat menjiwai desa, dan puseh.
pelaksaanaan akuntabilitas keuangan pada Selain pelaksanaan upacara keaga­
pemerintahan desa. Sudana (2016) juga maan, pengaturan terhadap desa adat di
melakukan penelitian tentang emancipato­ Bali dimaknai sebagai usaha menuju pena­
ry accounting dan budaya lokal (THK) dan taan pemerintahan desa adat yang efektif,
mendapatkan hasil bahwa THK seharusnya efisien, terbuka, profesional, serta bertang­
menjadi acuan praktik akuntabilitas keuan­ gung jawab. Desa adat juga menjadi harap­
gan. Ariyanto et al. (2017) juga menemukan an peningkatan ketahanan sosiobudaya
bahwa pengimplementasian THK tercermin krama atau masyarakat menuju sistem per­
dari praktik akuntabilitas yang dijalankan ekonomian adat yang berdikir dan tangguh.
oleh pengelola sistem informasi akuntan­ Sebagai upaya memenuhi kewajiban-kewa­
si. Peneliti berpandangan bahwa beberapa jiban yang melekat pada desa adat terse­
hubungan antara THK dan akun­tabilitas se­ but, maka diperlukan sumber pembiayaan
suai dengan beberapa hasil penelitian terda­ dan pe­ rencanaan keuangan yang terukur,
hulu tersebut sepatutnya tidak dilihat dari terlebih desa adat dimungkinkan menggu­
praktik penyajiannya semata, tetapi juga nakan dan mengoptimalkan harta kekayaan
perlu penggalian akan realitas dan makna desa adat sesuai peraturan adat yang dike­
yang melatarbelakangi penerap­ an akunt­ nal deng­ an nama awig-awig. Perumusan
abilitas keuangan itu sendiri. Penelitian ini awig-awig tersebut dilakukan secara ber­
hadir terhitung baru semenjak terbitnya per­ sama melalui rapat dewan desa adat atau
da baru tentang desa adat di Bali pada tang­ dikenal dengan paruman (Mahayani, 2017;
gal 28 Mei 2019. Untuk itu, peneliti mencoba Wati, 2020). Termasuk di dalamnya menga­
menangkap cara pandang para prajuru (pen­ tur tentang kewajiban melaksanakan segala
gurus desa) dalam memainkan perannya bentuk pertanggungjawaban aktivitas dan
melaksanakan praktik akuntabi­litas keuan­ keuangan desa sebagai cerminan penerapan
gan setelah terbitnya perda baru tersebut. praktik akun­tabilitas.
Penjelasan Undang Undang Nomor 6 Tujuan penelitian ini sesungguhnya
Tahun 2014 mengungkap karakteristik desa mengungkap dan menggali makna praktik
dan “desa adat” atau dengan sebutan lain se­ akuntabilitas keuangan yang dilandasi oleh
563 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

kearifan lokal bali. Setidaknya melalui pene­ pemaknaan atas suatu hal tertentu. Beber­
litian ini diharapkan mampu memberikan apa komponen konseptual dalam fenome­
kontribusi teori bagi pengembangan ilmu nologi transedental terdiri dari: kesengajaan
pengetahuan di bidang akuntansi khusus­ (intentionality), noema dan noesis, intuisi,
nya dalam mengembangkan konsep dan dan intersubjektivitas (Conklin, 2014). Inten­
model akun­tabilitas pada desa adat di Bali tionality sebagai sebuah kesengajaan mer­
dan di Indonesia pada umumnya. Dengan upakan sesuatu yang diawali dari kesadaran
demikian, akuntabilitas yang merupakan yang mengarahkan manusia dalam ber­
bagian dari entity theo­ry tidak selalu akan hubungan dengan objek tertentu, baik ber­
terpisah dari sisi religius, humanis, dan so­ wujud maupun tidak berwujud serta dipe­
sialnya. Penelitian ini juga diharapkan mem­ ngaruhi oleh minat, penilitian dan harapan
berikan kontribusi praktik bagi para prajuru pada objek. Pada penelitian ini kesengajaan
dalam hal pene­ rapan akuntabilitas penge­ ditunjukkan bagaimana informan sebagai
lolaan keuang­an desa adat yang sejalan de­ bagian dari kesatuan masyarakat adat yang
ngan hakikat keberadaan desa adat itu bertugas sebagai prajuru. Proses menjalan­
sendiri menuju pada sukreta (kemakmur­ kan kegiatan pertanggungjawaban keuang­
an) tata parahyangan, tata pawongan, dan an sebagai seorang pengurus desa adat me­
tata palemahan. Le­bih lanjut, mampu untuk rupakan suatu kesengajaan (intentionality).
merumuskan mekanisme dan sistem kelola Noema dan noesis adalah dua hal pemben­
organisasi desa adat yang mengakomodasi tuk kesengajaan itu sendiri. Noema adalah
nilai-nilai budaya dan kearifan lokal Bali da­ sisi objektivitas dari fenomena yang tampak,
lam setiap praktik akuntabilitas yang akan terdengar, dirasakan, dipikirkan, dan dapat
dijalankan. dicium, sedangkan noesis ialah sisi subjektif
dari fenomena yang menjadi dasar pikiran
METODE manusia mempersepsikan, menilai, meng­
Penelitian ini dilakukan di Desa Sayan ingat, merasa, dan berpikir. Noesis tidak
yang terletak di Kecamatan Ubud, Kabupa­ akan ada sebelum noema. Karena esensi
ten Gianyar. Pemilihan Desa Sayan sebagai fenomena merupakan bagian inti fenomena,
objek penelitian juga mempertimbangkan noema dan noesis dari setiap informan perlu
beberapa unsur keunikan dan karakteris­ dilihat dan digali.
tik yang dimilikinya. Desa Sayan memiliki Peneliti berusaha tidak hanya meng­
jumlah penduduk yang cukup padat serta ungkap yang tampak terjadi, tetapi meng­
masing-masing banjar adat yang merupa­ gali kesadaran terteliti dalam memaknai
kan bagian dari desa adat itu sendiri berasal akuntabilitas keuangan sesuai pengalaman
dari eksodus luar Desa Sayan. Kondisi ini, informan. Senjata utama dari pendekatan
membawa kebiasaan dan cara budaya yang fenemonologi adalah refleksi subjektif dan
berbeda-beda pula dalam satu ikatan Desa intuisi dari bukti analisis intensional sub­
Sayan. Selain itu, bandesa (pemimpin) se­ jek melalui proses pemahaman hal-hal sub­
bagai prajuru tidak memiliki batasan lama jektif yang terlihat, sehingga pada titik ini
masa jabatan layaknya bandesa desa adat fenome­nologi dipandang sebagai pertemuan
di Bali lainnya. Ini menjadi menarik karena antara kejadian dan kesadaran. Lebih lan­
menggali pengalaman bandesa yang menja­ jut, peneliti memetakan noema, epoche, noe­
bat seumur hidupnya. sis, intertional analysis, dan eidetic reduction
Guna mengungkap esensi yang ada sesuai gambaran argumentasi fenomenologi
di balik makna akuntabilitas keuangan yang dilakukan oleh Conklin (2014) dan Ka­
desa adat, penelitian ini dilakukan de­ngan mayanti (2016). Noema sebagai bagian dari
pendekatan fenomenologi transendental. analisis fenomenologi transedental dalam
Pendekatan fenomenologi tersebut dipan­ penelitian ini adalah mengungkap partisipa­
dang mampu menjawab serta cocok digu­ si informan (prajuru) dalam melaksanakan
nakan dalam penelitian ini karena peng­ praktik akuntabilitas keuangan Desa Sayan.
alaman setiap informan melalui pendapat, Pertanyaan dimulai dari tahapan perenca­
pengetahuan, pemahaman, dugaan, ser­ naan keuangan desa adat, pelaksanaan, dan
ta gambaran yang berbeda dalam melak­ pertanggungjawaban keuangan Desa Sayan.
sanakan akuntabilitas keuangan yang mere­ Selanjutnya, epoche dalam bracketing untuk
ka jalani. Husserl (1970) menjelaskan bahwa mendapatkan kesadaran terdalam dari infor­
“aku” (jati diri informan) bukan dilandasi man. Setelah itu, dilanjutkan dengan noesis
oleh pengalaman, tetapi yang muncul atas melalui penggalian epoche sampai dengan
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 564

tidak ditemukan bracketing baru. Peneliti dana Desa Sayan. Selain itu, yang bersang­
terfokus pada kata dan narasi yang disam­ kutan terlibat juga dalam pelaksanaan ra­
paikan informan untuk selanjutnya ditinda­ pat pertanggungjawaban Desa Sayan. In­
klanjuti dengan pengggalian mendalam atas forman yang terakhir adalah Kiki sebagai
makna dan eksplorasi yang lebih kreatif un­ pembantu sekretaris Desa Sayan yang da­
tuk memperoleh noesis. Jadi, sesungguhnya lam kesehariannya melaksanakan fungsi
noesis dapat disebut sebagai jawaban akhir pengadminis­ trasian segala dokumen desa
dari subjek untuk penggalian makna yang adat serta membantu penyarikan atau sek­
ingin diketahui. Setelahnya baru dianalisis retaris desa adat serta prajuru dalam melak­
mendalam yang menjadikan hasil kondensa­ sanakan rapat pertanggungjawaban desa
si seluruh makna dan ide yang murni serta adat. Peneliti sangat dibantu oleh Badrun
dikenal dengan eidetic reduction. yang secara terbuka membuka pengalaman
Sesungguhnya melalui pendekatan beliau sebagai bandesa serta menggambar­
fenomenologi transedental, peneliti menge­ kan makna-makna yang terselubung dari
sampingkan pengalaman peneliti. Sesuai motivasi beliau dalam menerapkan praktik
yang disampaikan oleh Creswell (2012) akun­ tabilitas keuangan dan jujur. Peneliti
bahwa dalam melaksanakan analisis data, sering menyebut nama itu sebagai sauda­
peneliti mereduksi informasi ke dalam per­ ra dekat. Beberapa kali wawancara dilaku­
nyataan yang mengandung makna signifkan kan di kantor Lembaga Perkreditan Desa
serta mengombinasikannya beberapa per­ Desa (LPD) di Desa Sayan karena untuk
nyataan tersebut ke dalam tema. Penggu­ mere­presentasikan suasana kerja bande­
naan fenomenologi sebagai sebuah senjata sa dengan beberapa perangkat di bawah­
penelitian menyadarkan peneliti bahwa mo­ nya. Rata-rata wawancara dengan informan
dal data yang terpenting yaitu tindakan dan dilakukan dua kali kecuali dengan Badrun
kata-kata. Selain itu, peneliti juga mendapat­ yang memang lebih sering dilakukan.
kan data tambahan pendukung berupa
lapor­an pertanggungjawaban, struktur, dan HASIL DAN PEMBAHASAN
sejarah Desa Sayan guna menambah wa­ Mengenal lebih dalam struktur Desa
wasan dalam mengungkap makna praktik Sayan. Desa Sayan merupakan sebuah
akuntabilitas keuangan yang dijalankan. kumpulan kesatuan masyarakat yang men­
Kegiatan peneliti bermula dari pengamatan diami areal wilayah dalam satu tradisi da­
peneliti yang bersifat kualitatif terhadap ke­ lam ikat­an pura desa, dalem, dan puseh
hidupan perwakilan prajuru dalam menge­ yang terletak di Desa Sayan. Seperti layak­
lola dan mempertanggungjawabkan keuang­ nya desa adat lainnya di Bali, Desa Say­
an Desa Sayan. Tiga teknik pengumpulan an terdiri dari beberapa banjar adat, yaitu
data dalam penelitian ini adalah: wawancara banjar adat Kutuh, Pande, Mas, Ambengan,
mendalam (indept interview), pengamatan Baung, dan Sindu. Masing-masing banjar
partisipasi, pendokumentasian, dan teknik adat terdiri dari 100-200 kepala keluarga
audiovisual atau perekaman. Peneliti terlibat seperti dijelaskan oleh Badrun berikut ini.
langsung dalam wawancara dan observasi
serta berperan sebagai pengamat partisipan “Desa Sayan ini dihuni oleh ma­
dalam setting riset ini. syarakat yang awalnya eksodus
Informan dalam penelitian ini adalah sekitar tahun 1880-1910. Dalam
Badrun sebagai bandesa Desa Sayan (yang suasana politik tahun itu yang
menjalankan kewajiban sebagai bandesa kurang stabil akibat perang kala
menggantikan ayahanda beliau pada Tahun itu Desa Sayan selanjutnya diisi
1984 hingga saat ini). Bandesa merupakan oleh mereka-mereka yang secara
pucuk tertinggi dalam tata kelola desa adat berkelompok mendatangi dan me­
di Bali. Beberapa daerah Bali utamanya de­ netap kemudian di Desa Sayan,
sa-desa di bagian pegunungan utara meng­ seperti misalnya kelompok yang
gunakan istilah kubayan dalam merepre­ datang dari Desa Peliatan, Desa
sentasikan posisi bandesa. Selanjutnya, Ubud, Desa Mas, Desa Batubu­
peneliti mendalami dan mewawancarai Ume lan, dan Desa Taro. Seiring ber­
yang merupakan pembantu juru raksa atau jalannya waktu, mereka menyatu
bendahara desa adat yang dalam keseha­ dalam satu ikatan keharmonisan
riannya melakukan fungsi pencatatan dan membentuk kesatuan masyarakat
penyajian laporan sumber dan penggunaan di bawah naungan Desa Sayan.
565 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

Pelaksanaan kegiatan upacara pula menghaturkan persembahan


keagamaan di pura desa, pura rutin setiap purnama, tilem, dan
puseh, dan, pura dalem digilir kajeng kliwon di pura kahyangan
oleh keenam banjar adat tersebut tiga. Berdasarkan pada kewajiban
hingga sampai saat ini. Jadi, jelas menjaga nilai tradisi dan keberlan­
bahwa Kami (seluruh masyarakat jutan Budaya Bali yang bernafas­
adat Desa Sayan) berada pada kan agama Hindu tersebut, maka
satu tradisi yang mengikat dan diperlukan keterampilan dalam
terwarisi secara turun menurun mengelola sumber daya manusia
hingga saat ini” (Badrun). dan pintar mengelola kekayaan
desa adat” (Badrun).
Pernyataan yang disampaikan oleh
Badrun mengandung noema bahwa ke­ Pernyataan Badrun tersebut memper­
beradaan Desa Sayan merupakan salah satu lihatkan noema yaitu prajuru bersama ma­
dari sekian desa adat yang ada dan sah di syarakat adat yang beragama Hindu Bali
Bali. Desa Sayan seperti halnya desa adat berkewajiban mengatur, mengelola, dan
yang lain di Bali sejatinya merupakan suatu mempertahankan nilai dan tradisi yang telah
lembaga sosial yang bernafaskan agama diwarisi dari dahulu. Tentu dalam mengelo­
Hindu, atau lembaga adat keagamaan Hin­ la begitu banyaknya sumber daya manusia
du di tingkat desa. Noesis dari pernyataan (masyarakat) diperlukan tidak saja dukung­
Badrun menunjukkan bahwa keberadaan an finansial, tetapi juga keterampilan dalam
Desa Sayan telah mampu mengikat ribuan mengatur sumber daya manusianya. Mereka
masyarakat yang awalnya heterogen men­ yang bertugas menjalankan kegiatan menja­
jadi satu ikatan tradisi. Masyarakat Desa di prajuru.
Sayan senantiasa menjaga warisan tradisi Dari peryataan tersebut juga terlihat
para leluhur kepada generasi akan datang noesis bahwa prajuru memiliki peran stra­
utamanya melaksanakan ritual kegamaan. tegis dalam mengelola kekayaan desa adat
Berdasarkan hal tersebut maka sesung­ yang akan dipergunakan sepenuhnya bagi
guhnya terlihat peran desa adat sangat vital keberlanjutan tradisi dan kesejahteraan
dalam mengatur, menata, dan membina ke­ masyarakat. Prajuru bahkan juga memi­
giatan sosial masyarakatnya terlebih dalam liki andil dalam masalah alih fungsi lahan
pengimplementasian ajaran agama Hindu, melalui kewenangannya menghasilkan pera­
seperti tatwa, susila, dan upacara. Seperti turan dan larangan (Astara, 2018; Sanjaya
apa yang disampaikan oleh Badrun, terlihat et al., 2019). Prajuru pada Desa Sayan di­
bahwa seluruh komponen masyarakat Desa pimpin oleh seorang bandesa dibantu oleh
Sayan senantiasa menjalankan kegiatan beberapa jajarannya, seperti yang diterang­
hidup beragama yang rutin setiap upacara kan oleh Badrun berikut ini.
pada saat purnama dan tilem (jatuh setiap
sebulan sekali), dan kajeng kliwon (setiap “Sebagai seorang bandesa desa
15 hari sekali). Badrun menyampaikan hal adat, saya sebagai bagian dari
tersebut seperti yang tertera berikut ini. prajuru dibantu oleh penyarikan
dan juru raksa. Dalam mengopti­
“Masyarakat Desa Sayan didomi­ malkan fungsi administrasi dan
nasi oleh masyarakat adat yang pencatatan keuangan sampai
beragama Hindu Bali. Konsekuen­ dengan pelaporan keuangan, pen­
si dari masyarakat menempat­ i yarikan dan juru raksa dibantu
tanah adat adalah muncul­ nya oleh masing-masing satu tenaga
kewajiban yang melekat pada administrasi. Mereka akan men­
desa adat itu sendiri, seperti ke­ catat segala bentuk pemasukan
wajiban melaksanakan adat, bu­ dan pengeluaran desa serta mem­
daya, dan pelaksanaan upacara bantu menyiapkan urusan admin­
di Desa Sayan. Desa adat sema­ istrasi terkait bantuan pemerintah
cam panggung edukasi bagi ma­ provinsi. Setelah itu dilaporkan
syarakat dan pengurus desa adat kepada penyarikan, juru raksa,
itu sendiri dalam mempelajari dan dan tityang (saya). Untuk men­
melakoni ajaran agama Hindu. Di dukung segala bentuk kegiatan di
sisi lain, desa adat berkewajiban bidang parahyangan, pawongan,
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 566

dan palemahan, desa adat men­ di seluruh pura di Desa Sayan”


coba mengelola aset desa menjadi (Badrun).
pasar umum serta menjalankan
kegiatan di bidang simpan pin­ Berdasarkan penjelasan Badrun, noema
jam melalui Lembaga Perkreditan yang terlihat bahwa kekayaan Desa Sa­ yan
Desa (LPD). Di lingkup banjar adat tidak saja berbentuk tanah dan bangunan
masing-masing banjar dipimpin tetapi juga yang nonfisik. Ini menunjukkan
oleh seorang kelihan banjar yang bahwa sangat terlihat tanggung jawab yang
mengurusi masalah adat dan satu berat bagi prajuru dalam mempertahankan
orang kelihan lainnya bertugas marwah desa adat itu sendiri. Noesis dalam
mengurusi masalah kedinasan” pernyataan Badrun tersebut adalah praju­
(Badrun). ru desa adat sangat bertanggung jawab ter­
hadap kekayaan desa adat yang berwujud
Berdasarkan penjelasan Badrun tam­ nonfisik, seperti nama baik desa dan simbol
pak jelas mengandung noema bahwa sega­ pratima seperti patung dewa-dewi dari uang
la urusan adat ditangani dan diatur oleh logam bali dan pralingga berupa barong dan
prajuru. Pengoptimalisasian kegiatan desa rangda. Itu semua merupakan lambang ke­
adat di bidang parahyangan, pawongan, besaran Desa Sayan yang disucikan. Oleh
dan palemahan ditunjang dari berjalannya karena itu, desa adat tidak saja meliputi
fungsi-fungsi komunikasi dan manajemen berbagai aspek kehidupan manusia seper­
dengan baik. Noesis dari pernyataan Badrun ti ekonomi, politik, dan sosial, tetapi juga
adalah bandesa desa adat dan kelihan ban­ memiliki kontribusi terhadap adat dan aga­
jar adat dalam upaya menjalankan tanggung ma Hindu demi terciptanya ketertiban dan
jawab adatnya dibantu oleh penyarikan dan ketenteraman masyarakat (Sukerti, 2017).
juru raksa. Selain itu, guna memperlancar Keberadaan desa adat sebagai penyangga
fungsi pencatatan administrasi dan keuang­ suatu daerah berperan strategis bagi kema­
an dipekerjakan pula tenaga pembantu ad­ juan daerah. Pendidikan dan aspek kearifan
ministrasi. Pola pengorganisasian tersusun lokal Bali merupakan faktor pendukung yang
rapi dimulai dari bandesa sebagai pemim­ penting bagi kemajuan desa adat (Hemayani
pin tertinggi dibantu dengan sekretaris dan et al., 2019; Triani & satyawan, 2016).
bendahara. Dalam urusan kegiatan adat is­ Good public governance sebagai pintu
tiadat termasuk pelaksanaan upacara keag­ masuk mengenali akuntabilitas. Pemisahan
amaan di pura, prajuru dibantu oleh seluruh antara pemilik dan pengelola perusahaan
kelihan banjar. Lalu prajuru juga bertang­­­­­­­­­- sejatinya merupakan cikal bakal adanya
gu­n­­
g jawab dalam menjaga seluruh aset konsep corporate governance. Pemilik dipo­
desa adat,seperti dijelaskan Badrun berikut sisikan sebagai prinsipal dan pengelola atau
ini. manajer) diistilahkan sebagai agent. Dalam
praktiknya, seorang manajer cenderung
“Kekayaan desa (aset) sesung­ akan memenuhi kepentingan pribadi dari­
guhnya tidak serta merta berwu­ pada pemegang saham. Terlebih, informasi
jud fisik berupa tanah, bangunan, tentang perusahaan lebih banyak dimiliki
dan kendaraan semata, namun oleh manajer, dikarenakan lebih sering ber­
juga yang nonfisik seperti nama hadapan dengan kondisi perusahaan dari­
baik dan kebesaran sejarah masa pada pemilik, sehingga risiko manajemen
lalu yang menjadi tantangan bagi laba mudah terjadi (Ackert et al., 2019;
tityang bersama dengan para Jayasinghe et al., 2020; Mzenzi & Gaspar,
peng­urus desa dan pengurus ban­ 2015; Yang & Northcott, 2018). Hubungan
jar adat untuk selalu menjaga itu. antara pemilik dan pengelola tersebut yang
Dan mewarisinya dengan gene­ kemudian menjadikan adanya problem ke­
rasi penerus nantinya. Kekayaan agenan, dikarenakan tujuan yang berbeda
Desa juga tidak selalu yang ber­ di antara keduanya memunculkan konflik
sifat profan, namun juga yang kepentingan (conflict of interset) yang ala­
bersifat suci atau sakral, seperti mi (Keerasuntonpong et al., 2019). Sebagai
Simbol Tuhan Yang Maha Esa da­ upa­ya perbaikan sistemik terhadap masalah
lam bentuk pratima dan pralingga keagenan yang muncul di Indonesia, peme­
yang disakralkan sampai saat ini rintah mendirikan Komite Nasional Kebi­
567 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

jakan Governance (KNKG) sebagai lembaga pandang bulu. Budaya hukum penting di­
bagi para ahli dan pakar governance tanah jalankan agar penyelenggara publik dalam
air dalam merumuskan pedoman umum go­ menjalankan tugasnya selalu didasarkan
vernance sekaligus memberikan pembekalan pada keyakinan akan aturan dan ketentu­
materi dan penyelarasan materi bagi para an. Kewajaran dan kesetaraan mengandung
pemegang saham, komisaris, dan direksi. makna bahwa unsur kejujuran dan keadilan
Dalam upaya membangun suasana diwujudkan dalam perlakuan yang sejajar
ekonomi yang berdaya saing, KNKG lalu terhadap pemangku kepentingan. Asas ini
meluncurkan pedoman good corprate gover­ juga berguna untuk menghindari benturan
nance sebagai acuan bagi beberapa perusa­ hukum dan benturan kepentingan.
haan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Peneliti berpandangan bahwa maksud
serta meminimalisasi dampak-dampak agen­ dan tujuan penerapan GPG tersebut bagi
cy problem yang muncul. Bahkan, dalam sektor publik juga selaras untuk diadop­
membangun iklim berimbang menuju pem­ si dalam lingkup penyelenggaraan peme­
bangunan yang berkelanjutan pada tiga sek­ rintahan desa adat di Bali. Dalam tatanan
tor, yaitu negara, swasta, dan masyarakat, ma­ syarakat adat di Bali sesungguhya pe­
maka pada tahun 2008 diluncurkanlah nerapan GPG tersebut tercermin dari im­
pedoman baru good governance pada sek­ plementasi setiap asasnya. Demokrasi yang
tor pelayanan publik yang disebut dengan didominasi oleh semangat partisipatif krama
istilah good public governance (GPG). GPG terlihat pada saat pengambilan keputus­
dimaksudkan sebagai usaha untuk menge­ an paruman atau rapat desa. Masyarakat
fektifkan penyelenggaraan negara, menga­ adat cukup responsif dan partisipatif dalam
rahkan terciptanya fungsi pengawasan yang menyuarakan aspirasi dan memperjuang­
baik, mendorong aparatur negara mengem­ kan penganggaran desa adat dalam satu
bangkan integritas dan kemampuan diri, tahun anggaran. Semangat keterbukaan
menciptakan tumbuhnya tanggung jawab dalam bentuk implementasi transparansi
untuk meningkatkan kemakmuran rakyat, tercermin dari begitu banyak­nya desa adat
serta menumbuhkan daya saing yang re­ di Bali yang memanfaatkan media sosial un­
gional ataupun internasional. Setiap lem­ tuk menyalurkan segala bentuk informasi
baga publik pun wajib memastikan seluruh aktivitas yang dijalankan. Bahkan, dalam
asas GPG yang terdiri dari demokrasi, trans­ mengumumkan peraturan adat bisa diak­
paransi, akuntabilitas, budaya hukum, serta ses online oleh masyrakatnya. Keberadaan
kewajaran dan kesetaraan agar dijalankan paruman sebagai lembaga pemutus adat di
dengan baik di setiap fungsi organisasi. setiap desa adat mencerminkan juga akun­
Pedoman umum mengenai Kebijakan tabilitas berjalan dengan baik di Bali. Ada­
GPG menjelaskan bahwa tiga unsur pokok nya rincian fungsi dan tugas masing-masing
yang terkandung dalam asa demokrasi ada­ perangkat desa adat sesuai dengan perda di
lah kesadaran akan perbedaan pendapat, Provinsi Bali menjadi titik awal penerapan
partisipasi, dan penciptaan kepentingan akuntabili­tas selain dalam upaya menyaji­
umum. Transparansi berkaitan dengan un­ kan laporan pertanggungjawaban keuangan.
sur kemudahan informasi diakses publik Peneliti memandang budaya hukum
dan unsur pengungkapan kandungan in­ dalam lingkup desa adat di Bali terlebih di
formasi. Transparansi dibutuhkan menuju Desa Sayan sendiri telah berjalan de­ ngan
objektivitas pengawasan yang dilaksanakan baik dengan adanya produk awig-a­wig
oleh dunia usaha dan masyarakat terhadap dan perareman sebagai garis haluan dalan
penyelenggaraan negara. Akuntabilitas se­ menuntun gerak langkah pengurus dan
sungguhnya menjelaskan kepastian fungsi masyarakat desa adat. Bahkan, asa kese­
dalam organisasi dan praktik pertanggug­ taraan dan kewajaran dalam lingkup desa
jawabannya. Untuk itu, setiap penyeleng­ adat telah terbukti mampu menampilkan
gara publik wajib melaksanakan tugasnya keberlangsungan dan eksistensi desa adat
secara terukur dan terbuka sesuai dengan hingga saat ini. Pada tatanan masyarakat
ketentuan yang berlaku agar terhindar dari adatlah, kesetaraan antargolongan terja­
penyalahgunaan wewenang. di dan harmonis satu sama lainnya. Tentu
Budaya hukum mengandung unsur tata kelola yang baik berlandaskan pada
penegakan hukum yang tegas dan tidak lima asas GPG tersebut merupakan sebuah
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 568

jalan menuju atau menjembatani hubungan “Menjadi seorang prajuru merupa­


ma­syarakat dengan pengurus desanya dan kan sebuah panggilan pengab­
masyarakat dengan sesama mayarakatnya. dian. Tityang sejak Tahun 1984
Adanya pemisahan antara masyarakat telah menjadi bandesa mengganti
sebagai prinsipal dan prajuru sebagai agent almarhum ayah serta dibantu oleh
memunculkan potensi masalah-masalah ke­ penyarikan lengkap dengan pem­
agenan di kemudian hari. Maka, penerapan bantunya dan petengen (bendaha­
asas GPG wajib dijalankan oleh prajuru se­ ra) lengkap dengan pembantunya
suai yang disampaikan oleh Badrun seperti serta para kelihan adat di ma­
tertera berikut ini. sing-masing banjar adat se-Desa
Sayan. Sejak awal tityang bersa­
“Sebagai bagian dari masyarakat ma prajuru yang lain berkomit­
hukum adat yang hidup dalam men memberikan pelayanan yang
tatanan kehidupan sosial dan optimal serta mengedepankan se­
memiliki hak asal asul, maka se­ mangat ngayah (pengabdian) bagi
bagai penerima amanah tityang tanah kelahiran kami” (Badrun).
wajib melaksanakan prinsip
transparansi dan akuntabilitas Pada titik ini noema yang terlihat bah­
dalam menjalankan kegiatan di wa menjadi prajuru dalam hal ini bandesa
masyarakat Desa Sayan. Tityang merupakan panggilan pengabdian. Peneliti
mencoba selalu terbuka tidak saja memandang semangat ngayah (pengabdian)
antar sesama prajuru dan para ke­ melatarbelakangi motivasi prajuru dalam
lihan, namun juga dengan bebe­ memainkan praktik akuntabilitas keuangan
rapa masyarakat yang ingin tahu di Desa Sayan (noesis). Ngayah dimaknai
tentang pelaksanaan kegiatan di sebagai makna pembelajaran aga­ma, imple­
Desa Sayan. Selain itu, tityang mentasi tri kaya parisuda yang berarti ber­
berupaya meminimalisir adanya pikir, berkata, dan berbuat yang baik sebagai
suara sumbang atau ketidakper­ peningkatan integrasi sosial agama dan ba­
cayaan masyarakat atas segala gian pelestarian budaya serta perilaku etis
bentuk kegiatan yang telah tityang di tengah-tengah masyarakat (Utami, 2017).
laksanakan bersama perangkat Dalam usaha menjalankan akuntabilitas di
lainnya” (Badrun). tengah-tengah masyarakat Desa Sayan se­
sungguhnya terdapat spirit ngayah yang
Pernyataan Badrun memperlihatkan dijalankan oleh bandesa bersama prajuru
noema bahwa adanya kesadaran sebagai lainnya sebagai bagian dari menumbukan
penerima amanah menjalankan transpa­ integritas dan perilaku etis di tengah ma­
ransi dan akuntabilitas. Sebagai pemimpin syarakat adat.
tertinggi di Desa Sayan, Badrun meman­ Laporan pertanggungjawaban desa
dang transparansi dan akuntabilitas sebagai adat sebagai cermin implementasi asas
salah satu asas GPG merupakan sebuah akuntabili­tas. Akuntabilitas sebagai salah
prinsip dasar yang wajib dilaksanakan oleh satu asas GPG sejalan dengan tuntutan
prajuru Desa Sayan dalam menjalankan akan keterbukaan informasi publik. Setiap
seluruh kegiatan kemasyarakatan dan pe­ fungsi dalam organisasi wajib memahami
merintahan Desa Sayan. Noesis terlihat dari kesadaran peran dan paham dalam mem­
wujud implementasi penerapan transparan­ praktikkan pertanggung jawaban. Kehadir­
si dan akuntabilitas yang dijalankan oleh an asas akuntabilitas mendorong setiap
prajuru adalah membangun sikap keterbu­ penerima amanat rakyat melaksanakan
kaan terhadap segala bentuk aktivitas yang penyelenggaran negara secara bertang­ gung
dijalankan demi membangun kepercayaan jawab. Pemahaman akan hal tersebut ha­
masyarakat. Prajuru Desa Sayan merupa­ rus didukung dengan perilaku yang etis se­
kan keterwakilan dari seluruh masyarakat suai dengan ketentuan atau aturan hukum
adat yang diberikan kepercayaan untuk yang berlaku demi meuwjudkan tata kelola
melaksanakan program pembangunan desa organisasi yang akuntabel. Akun­ tabilitas
adat serta menjalankan kegiatan sosial ke­ juga merupakan suatu yang sangat pen­
agamaan dalam areal wilayah Desa Sayan, ting untuk diperhatikan tidak saja bagi or­
seperti yang dijelaskan oleh Badrun berikut ganisasi privat ataupun organisasi publik
ini. nonpemerintah, tetapi juga organisasi ke­
569 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

gamaan peribadatan. Grossi et al. (2019) pada pihak-pihak yang berkepen­


menjelaskan akuntabilitas diawali dari tingan” (Kiki).
hubungan antara masyarakt dan organisa­
si sehingga meng­hadirkan hak masyarakat Melalui pandangan Kiki tersebut terli­
atau kelompok dalam masyarakat di kemu­ hat noema bahwa akuntabilitas keuangan
dian hari. Pada sisi lain, akuntabilitas mer­ secara rutin. Praktik akuntabilitas keuang­
upakan jalan menuju tata kelola yang baik, an dilakukan oleh penerima amanah dalam
tetapi pada bebe­rapa lembaga sosial prakti­ mempertanggungjawabkan segala bentuk
knya masih sa­ngat lemah, bahkan bebera­ aktivitas dan keuangan desa adat. Noesis
pa skandal kasus menunjukkan organisasi dari pernyataan ini adalah lembaga pemu­
keagamaan dan nonprofit dianggap kurang tus adat dalam bentuk paruman (rapat adat)
transparan dan lemah menjalankan akunt­ dijadikan panggung penyampaian akunt­
abilitas keuangan (Dhanani & Connolly, abilitas keuangan yang dilakukan dengan
2012). Akuntabilitas publik sesungguh­ nya menyajikan laporan pertanggungjawaban
diartikan sebagai kewajiban menyajikan, seluruh sumber dan penggunaan dana desa
melaporkan, dan meng­ungkapkan segala ak­ adat. Sebagai kesatuan masyarakat hukum
tivitas yang dijalankan oleh pihak pemegang adat di Bali yang berkedudukan, memiliki
amanah kepada pihak yang memberikan wilayah, susunan asli, kekayaan tersendiri,
amanah (Marini et al., 2018). Sesuai dengan hak tradisisional, kewenangan dan tata kra­
beberapa pandangan tersebut, dapat disim­ ma, maka sesungguhnya desa adat identik
pulkan bahwa akun­tabilitas publik merupa­ dengan karakteristik entitas nirlaba. Dari
kan suatu bentuk laporan pertanggungjawa­ para anggota dan penyumbang lainnya, en­
ban segala aktivitas yang telah dilaksanakan titas nirlaba sumbangan untuk operasio­
oleh agent kepada prinsipal. nal serta tidak berharap mendapat imbalan
Prajuru sebagai penerima amanah dari balik dari entitas nirlaba tersebut.
masyarakat senantiasa berupaya memberi­ Desa adat sebagai perkumpulan ma­
kan laporan pertanggungjawaban atas sega­ syarakat adat di Bali juga acapkali menerima
la aktivitas yang dijalankan termasuk dalam sumbangan (punia) dari anggota masyarakat
pengelolaan keuangan desa adat. Sesuai dan pihak luar, tetapi desa adat juga mem­
dengan Perda Nomor 4 Tahun 2019, terli­ punyai kewenangan menjalankan kegiatan
hat jelas peran strategis prajuru dalam hal usaha serta mengelola kekayaan desa adat.
melaksanakan pembangunan desa adat yang Kondisi tersebut tentu bertentangan dengan
diawali dengan penyusunan rencana strate­ karakteristik pelaporan keuangan entitas
gis program pembangunan desa adat serta nirlaba sesuai dengan Pernyataan Standar
membuat Rancangan Anggaran Pendapatan Akuntansi Keuangan (PSAK) No.45 yang me­
dan Belanja Desa Adat (RAPBDA). Pada titik wajibkan entitas nirlaba menyajikan laporan
ini prajuru secara langsung memiliki tang­ posisi keuangan (neraca), laporan aktivitas,
gung jawab moril untuk mempertanggung­ laporan arus kas, dan catatan atas laporan
jawabkan pelaksanaan APBDA yang dibuat keuangan. Sampai saat ini secara umum
seperti dijelaskan oleh Kiki berikut ini. desa adat di Bali hanya menyajikan pertang­
gungjawaban aktivitas keuangan berupa
“Setiap bulan tityang bersama pra­ laporan sumber dan penggunaan dana serta
juru desa adat, para sabha desa, laporan realisasi dana desa adat yang Ber­
dan kelihan banjar adat dan Di­ sumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
nas se-Desa Sayan melakukan Daerah (APBD) Semesta Be­rencana Provin­
paruman (pertemuan rapat) serta si Bali sesuai Peraturan Gubernur (Pergub)
melaporkan pertanggungjawaban Bali Nomor 34 tahun 2019 tentang Penge­
sumber dan penggunaan dana lolaan Keuangan desa adat di Bali. Melalui
Desa Sayan. Hanya saja pada saat Pergub tersebut desa adat diwajibkan
pandemi Covid-19 yang melanda mengikuti format laporan realisasi penggu­
Bali dan berbagai imbauan pe­ naan keuangan desa adat untuk satu tahun
merintah provinsi bersama maje­ anggaran, menyertakan bukti pengeluaran
lis desa adat untuk pembatasan atas beban anggaran desa adat, menyajikan
sosial, pertemuan jarang dilaku­ format laporan pertanggungjawaban peng­
kan, namun laporan sumber dan gunaan anggaran desa adat, serta melampir­
penggunaan dana desa adat tetap kan laporan penggunaan jasa/giro/tabung­
dibuat dan diberikan langsung ke­ an dan sisa dana untuk tahun anggaran
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 570

sebelumnya sesuai yang dijelaskan juga oleh satu tahun anggaran. Keberadaan paru­
Kiki berikut ini. man (rapat desa) sebagai lembaga pemutus
adat tidak saja sebagai panggung pengesah­
“Setiap bulannya semenjak ti­ an anggaran atau budget desa adat, teta­
tyang melaksanakan tugas se­ pi juga pengesahan pertanggungjawaban
bagai pembantu Bendahara Desa keuangan desa adat. Tahap perencanaan
Sayan, saya selalu membuat lapo­ dan penganggaran dilakukan dengan men­
ran pertanggungjawaban segala gakomodasi partisipasi masyarakat. Haki­
bentuk dana yang masuk ke Re­ kat pembangun­an desa aitu sendiri adalah
kening desa adat baik yang ber­ kembali pada kesejahteraan masyarakatnya,
sumber dari sumbangan (punia), sehingga partisipasi masyarakat sangat vital
Hasil usaha di Pasar Desa Sayan, peranannya (Diab, 2020; Mookherjee, 2014).
transfer dana pemerintah provin­ Maka, segala bentuk pertanggungjawaban
si, dan penerimaan bu­nga deposi­ Desa Sayan, utamanya dibidang keuangan
to. Selanjutnya, setiap bentuk sangat penting dilaporkan sebagai cerminan
penerimaan dana tersebut digu­ menciptakan kepercayaan masyarakat.
nakan untuk keperluan desa adat Spirit kearifan lokal tri hita karana dalam
dibidang parahyangan (keperlu­ mewarnai akuntabilitas keuangan. Konteks
an upacara dan pembangunan harmonisasi perilaku menjaga hubungan
di pura), pawongan (keperluan yang diimplementasikan oleh masyarakat
pemberdayaan masyarakat desa), Hindu Bali merupakan bagian dari kearifan
serta palemahan (keperluan di lokal. Lebih lanjut, Hopper (2017) dan Ra­
bidang pelesatarian lingkungan hyuda et al. (2019) menjelaskan bahwa ke­
desa). Khusus untuk laporan per­ arifan lokal sebagai sesuatu yang dimaknai
tanggungjawaban atas realisasi tentang pemikiran hidup, khususnya dalam
dana dari pemerintah provinsi, aktivitas ekonomi dan akuntansi. Salah satu
Saya membuatnya sesuai dengan bentuk kearifan lokal Hindu Bali yang ber­
format yang diberikan oleh Di­ tujuan menjaga keharmonisan hubungan
nas Pemajuan Masyarakat Adat dikenal dengan tri hita karana (THK). Tri ada­
Provinsi Bali. Laporan pertang­ lah tiga, hita berarti penyebab, dan karana
gungjawaban yang tityang buat merupakan kebahagiaan. Maka THK dapat
tersebut selanjutnya ditandata­ dipahami sebagai tiga penyebab terciptan­
ngani oleh bandesa Desa Sayan, ya kebahagiaan (Adityanandana & Gerber,
bendahara Desa Sayan, dan saya 2019; Sukawati et al., 2020).
sendiri” (Kiki). Filosopi THK bersifat universal yang
mengekspresikan pola keseimbangan dan
Berdasarkan pernyataan Kiki terlihat harmonisasi antara Tuhan, manusia, dan
noema bahwa laporan pertanggungjawaban alam (Kamayanti, 2015). Konsep THK yang
Desa Sayan mencakup segala bentuk pene­ diterapkan dalam suatu sistem sosial di Bali
rimaan dana masuk dan penggunaan dana menitikberatkan kesejahteraan, kemakmu­
keluar dari rekening Desa Sayan. Penerapan ran, dan kebahagiaan yang sejati melalui
asas akuntabilitas keuangan yang dijalan­ tiga dimensi harmoni yaitu keharmonisan
kan oleh prajuru secara konsisten setiap terhadap Brahman atau Tuhan (parhya­
bulannya sebagai gambaran memperlihat­ ngan), keharmonisan antara sesama ma­
kan informasi aktivitas di bidang keuangan nusia (pawongan) dan keharmonisan terha­
yang berkaitan dengan segala sumber dan dap bhuana atau alam semesta (palemahan)
pengeluaran dana Desa Sayan. Noesis dari (Amaliah, 2016)
pernyataan tersebut adalah sampai saat ini THK sebagai pegangan kuat ma­syarakat
sesungguhya belum terdapat format lapor­ Bali sejatinya terimplementasi dalam ber­
an tahunan berdasarkan PSAK dan secara bagai nafas kehidupan termasuk pada
khusus wajib dibuat oleh desa adat di Bali. bidang ekonomi dan keuangan utamanya
Namun, dalam usaha menampilkan per­ menyadarkan bahwa sesungguhnya profit
tanggungjawaban atas segala bentuk akti­ dan keberlanjutan organisasi berasal tidak
vitas yang dijalankan, Desa Sayan mencoba saja dari kompetensi dan prestasi manusia
menampilkan penyajian laporan sumber dan semata, tetapi juga karena kehendak Tuhan
penggunaan dana dengan harapan dapat Yang Maha Esa. Terdapat kekuatan religius
mencerminkan capaian operasional selama dan spiritualitas yang mendorong manusia
571 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

untuk mampu berpikir dengan jernih dan melaksanakan ibadah agama, padahal se­
tenang. Dalam dinamika desa adat di Bali sungguhnya bagian dari kearifan lokal Bali.
yang padat dan kompleks, ketenangan jiwa Informan merasa bahwa dimensi THK itulah
dan kejernihan pikiran pengurus desa adat menimbulkan kebagiaan lahir dan batin.
sangatlah penting membawa pada kehar­ Akuntabilitas berbasis parahyangan.
monisan dan kebahagiaan masyarakat, ter­ Kepercayaan masyarakat Bali di desa-desa
lebih desa adat saat ini juga diperkenankan dari dahulu mempercayai bahwa keberadaan
menjalankan kegiatan usaha dengan mendi­ tanah dan seisinya merupakan milik Tuhan
rikan badan usaha desa adat yang hasil­ Yang Maha Esa/Ida Hyang Widhi Wasa.
nya dipergunakan sebesar besarnya untuk Seluruh Negeri seolah tak dihuni, tetapi itu
menunjang pembangunan desa adat. THK hanya terlihat seolah saja, karena Dewa-De­
sudah menjadi jiwa dan falsafah bagi desa wa beristana dan melayang-layang di atas
adat di Bali termasuk Desa Sayan, seperti tanah dan di atas air (Raka et al., 2020; Rosil­
yang dijelaskan oleh Badrun berikut ini. awati et al., 2020). Sebagai seorang penerima
amanah, bandesa Desa Sayan mempercayai
“Sebagai yang dituakan di Desa bahwa tindakan akuntabilitas keuangan
Sayan, tityang akui sudah sedari yang dilakukan sebagai wujud bakti terha­
dahulu dimensi THK (parahyan­ dap para Dewa (Tuhan Yang Maha Esa) uta­
gan, pawongan, dan palemahan) manya yang melindungi seluruh tanah Desa
menjiwai gerak langkah mas­ dan masyarakat Desa Sayan, seperti yang
yarakat desa kami. Tityang tidak dijelaskan Badrun berikut ini.
tahu pasti kapan dan siapa pence­
tus THK ini, namun orang Bali se­ “Di Bali kita mengenal keper­
cara umum dalam kesehariannya cayaan yang kuat bahwa setiap
di rumah tangga pasti mengimple­ jengkal tanah Bali terlebih tanah
mentasikan tiga pola hubungan adat memiliki penghuni serta
harmonis antara dirinya dengan memiliki vibrasi atau spiritual
Tuhan, dengan sesamanya, dan tinggi. Di Desa Sayan, tityang se­
dengan lingkungan alam sekitar­ laku bandesa dan jajaran yang
nya. Tidak saja dalam rumah tang­ lain bersama-sama berupaya
ga, dalam tatanan payung yang mengelola tanah desa adat untuk
lebih besar pun di tatanan desa kepentingan masyarakat seperti
adat, mereka selalu mencurahkan menjadikan pasar desa dan pe­
jiwanya pada Tuhan Yang Maha layanan lainnya. Kami percaya
Esa, berlaku sopan dan saling bahwa niat baik memanfaatkan
menghormati antara sesama ma­ Tanah desa adat tersebut sebagai
syarakat, serta taat pada tradisi bagian wujud bakti ke hadapan
dan ritual pemujaan alam beser­ para Dewa (pemilik tanah yang
ta isinya. Bahkan, karena sudah terlihat), karena nilai ekonomi
mendarah daging, terkadang THK yang muncul dari pemanfaatan
terlihat seperti bagian agama ma­ tersebut dipergunakan sebesar
syarakat Bali. Padahal, itu me­ besarnya untuk pelaksanaan upa­
rupakan kearifan lokal yang telah cara keagamaan, kesejahteraan
membudaya” (Badrun). masyarakat dan pelestarian alam
lingkungan. Tentu segala bentuk
Berdasarkan penjelasan Badrun terse­ aktivitas tersebut harus dibarengi
but terlihat bahwa noema ditunjukkan dari juga dengan pertanggungjawaban
pengakuan adanya kesadaran dimensi THK tertulis terhadap segala aktivitas
terdiri dari unsur parahyangan, pawongan, utamanya pertanggunjawaban
dan palemahan. Dimensi THK tersebut telah keuangan sebagai bagian dari
menjiwai nafas kehidupan Desa Sayan dari bakti kami ke hadapan para Dewa
dahulu walau tidak diketahui pasti siapa pemilik Tanah” (Badrun).
penggagas resmi THK tersebut. Noesis dari
pernyataan tersebut terlihat bahwa seluruh Berdasarkan penuturan Badrun no­
masyarakat Desa Sayan termasuk praju­ ema terlihat dari kepercayaan bahwa se­
ru melakoni dimensi THK tersebut sebagai jengkal tanah Bali memiliki Tuannya dan
sebuah keseharian yang terlihat seperti mengandung vibrasi spiritual yang tinggi.
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 572

Kepercayaan atas kuasa pemilik tanah di man dimaknai sebagai persembahan yang
Bali mempengaruhi dan medasari keingi­ tak terhingga kepada para Dewa di pura ka­
nan pelaku dalam hal ini bandesa bersama hyangan tiga yang telah memberkati dalam
jajaran Pengurus lainnya untuk senantia­ memulai proses sebagai seorang prajuru (no­
sa menampilkan akuntabilitas keuangan esis). Pemberkatan dalam tradisi Bali dike­
sebagai bagian bhakti kepada para Dewa nal dengan upacara Pawintenan. Mawinten
pemilik tanah. Pada titik ini pelaku akun­ berasal dari kata “winten” dan “intan” yang
tabilitas memaknai sebagai persembahan berarti bersih dan suci. Secara lahiriah dan
kepada sesuatu yang tidak tampak, yaitu batiniah seorang prajuru dan pengurus desa
para Dewa yang dipercayai sebagai pemilik dibersihkan dahulu dirinya dari kotoran
niskala tanah Desa Sayan (noesis). Niskala yang melekat melalui sarana tirtha atau air
berarti pandangan manusia terhadap dunia suci agar Tuhan merestui dan membimbing
berkaitan dengan sesuatu yang tidak dapat dalam menjalankan kewajibannya sebagai
ditangkap oleh indera serta lazim disebut aparatur desa adat. Pada titik ini akuntabi­
dengan alam gaib. Sementara itu, lawannya litas dimaknai semacam ibadah ke hadapan
sekala berarti seisi dunia yang dapat dilihat, para Dewa yang beristana di pura tersebut
disentuh, dan ditangkap oleh panca indera sebagai akibat dari janji pelaku untuk mem­
manusia serta dinalar kebanyakan orang. persembahkan yang terbaik di awal proses
Selanjutnya, sebagai penerima amanah dari memulai menjadi seorang aparat desa.
masyarakat dan dipercayai memimpin Desa Melalui tindakan tersebut motiva­
Sayan, pertanggungjawaban keuangan juga si akuntabilitas dipandang sebagai upaya
dipandang sebagi bagian janji kepada para mengharmoniskan hubungan antara manu­
Dewa, seperti yang dijelaskan Badrun beri­ sia (informan/pelaku akuntabilitas) dengan
kut ini. Tuhan Yang Maha Esa. Prajuru merasakan
kebahagiaan yang tak ternilai pada saat
“Seorang prajuru desa adat dalam melaksanakan akuntabilitas keuangan. Ke­
memulai melaksanakan tugas­ bahagiaan dapat mempersembahkan peng­
nya sebagai pelayan masyarakat abdian dan dedikasi ke hadapan Tuhan Yang
sekaligus penerima amanah, wa­ Maha Esa melalui penerapan akuntabilitas
jib menjalankan prosesi maw­ keuangan. Kebahagiaan yang murni sesung­
inten (pemberkatan) di pura guhnya hadir dari kebebasan keinginan se­
puseh, desa, dan dalem. Pada ti­ saat untuk memuaskan ego dan juga bukan
tik itu tityang memaknai bahwa karena keinginannya terkabuli (Purnamawa­
prosesi tersebut sebagai sebuah ti, 2018; Rospitadewi & Ereffin, 2017). Hita
pengesah­an spiritual untuk selalu atau kebahagiaan dalam penerapkan prak­
mempersembahkan yang terbaik tik akuntabilitas keuangan juga dipandang
ke hadapan Ida Bhatara (Tuhan sebagai sebuah karma atau hasil perbuatan
Yang Maha Esa) yang berstana yang pahalanya akan dinikmati kemudian
di pura desa, pura puseh, dan sesuai dengan ajaran agama Hindu. Karma
pura dalem dengan salah satunya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Kar­
melakukan pertanggungjawban man yang berarti tindakan. Masyarakat Bali
keuangan yang berkaitan dengan mempercayai bahwa hukum karma atau
pengeluaran dan pemasukan se­ dikenal dengan karmaphala sebagai sebuah
gala kegiatan yang berkaitan di jalan menuju reinkarnasi atau kelahiran be­
pura-pura tersebut” (Badrun). rulang. Maka dari itu, karma baik dan bu­
ruk yang diterima pada kelahiran yang akan
Dari penuturan tersebut tersirat noema datang ditentukan pula oleh karma baik dan
bahwa perjanjian seorang prajuru dilatar­ buruk yang dibuat pada saat ini, seperti di­
belakangi juga oleh pemberkataan spiri­ jelaskan oleh Badrun berikut ini.
tual dalam bentuk prosesi “pawintenan” di
hadapan Ida Bhatara (manifestasi Tuhan “Sebagai Umat Hindu Bali, tityang
Yang Maha Esa). Keyakinan akan anuge­ mempercayai sekali keesaan dan
rah dan kuasa Ida Bhatara mempengaruhi kuasa Tuhan Yang Maha Esa/
niatan prajuru menampilkan akuntabilitas Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Se­
keuangan desa. Kesadaran akan tindakan jujurnya, seluruh kegiatan akti­
akuntabilitas yang dijalankan oleh infor­ vitas yang tityang lakoni sebagai
573 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

bandesa merupakan wujud sem­ amanah dengan masyarakat sebagai pem­


bah bakti ke hadapan Tuhan Yang beri amanah seperti yang dijelaskan oleh
Maha Esa. Maka dari itu, tityang Badrun berikut ini.
juga berupaya menjalankan selalu
etika dan perilaku di jalan Beliau “Paruman Desa Sayan sebagai
melalui penerapan praktik akun­ lembaga pengambilan keputu­
tabilitas keuangan. Tityang men­ san desa adat memiliki marwah
coba menanam Karma baik agar yang terhormat dalam memba­
Tuhan Yang Maha Esa memberi­ has lapor­ an pertanggungjawaban
kan penghidupan yang layak dan keuangan Desa Sayan. Sebagai
baik pada kelahiran reinkarnasi seorang bandesa, tityang me­
tityang di masa yang akan datang” mandang pertanggungjawaban
(Badrun). keuang­an setiap bulan dan setiap
tahunnya dalam paruman terse­
Dari penjelasan Badrun tersebut terli­ but sebagai bentuk ucapan terima
hat jelas noema bahwa akuntabilitas bagian kasih kepada seluruh kelihan dan
dari kepercayaan akan keesaan Tuhan Yang masyarakat Desa Sayan yang te­
Maha Esa. Terdapat kepercayaan yang kuat lah mempercayai tityang bersama
untuk berada pada jalur Tuhan Yang Maha Pengurus desa adat yang lainnya
Esa dan keyakinan untuk menjalankan aja­ untuk berbuat bagi kelangsung­
ran Beliau. Penerapan praktik pertanggung­ an pembangunan dan kesejahte­
jawaban keuangan Desa Sayan dilatarbe­ raan masyarakat desa. Di sisi
lakangi oleh harapan akan kuasa Tuhan lain, akuntabilitas keuangan yang
Yang Maha Esa memberikan penghidupan ditam­pilkan secara rutin tersebut
yang lebih berguna pada kelahiran kemba­ bentuk cerminan menjaga sikap
li di masa datang (noesis). Kepercayaan hu­ saling percaya satu de­ ngan yang
kum karma cukup kuat mendorong infor­ lain­
nya. Tidak saja dengan ma­
man melaksanakan akuntabilitas keuangan syarakat atau krama Desa Say­
Desa Sayan. Ini sejalan dengan yang disam­ an, hubung­ an harmonis juga
paikan oleh Paranoan & Totanan (2018) dan dijalin dengan para penduduk
Purnamawati (2018) yang menyatakan bah­ pendatang. Kami mengelola pasar
wa akuntabilitas jika dihubungkan dengan desa adat sebagai usaha desa yang
karma sesungguhnya berfokus pada tang­ notabene dipenuhi oleh banyak
gung jawab kepada Ida Sang Hyang Widhi pedagang luar yang tidak berasal
Yasa sebagai pemilik dana. Jadi, terkesan dari Desa Sayan. Mereka menye­
identik dengan cerminan refleksi berbasis torkan sumbangan atau punia
spiritualitas dan agama untuk membangun retribusi Pasar kepada desa adat,
akuntabilitas melalui penerapan praktik sehingga dalam menggunakan
akuntansi secara individu dan organisasi dana tersebut, kami berkewajiban
terhadap Sang Pencipta. mengha­ dirkan keterbukaan da­
Akuntabilitas berbasis pawongan. lam bentuk pertanggungjawaban
Pawongan menjelaskan praktik relasi yang yang akun­ tabel, dengan harapan
harmonis antara masyarakat dengan sesa­ terciptanya selalu kerja sama dan
ma masyarakat. Masyarakat adat di sebuah hubungan yang harmonis secara
lingkup desa adat di Bali dikenal dengan is­ berkelanjut­an” (Badrun).
tilah krama. Lebih jelasnya lagi pawongan
menjelaskan tentang sikap saling meng­ Berdasarkan pernyataan Badrun
hormati antara sesama krama adat dalam tersebut terlihat noema bahwa akuntabili­
satu lingkup Desa Sayan, antara krama tas keuangan dilaksanakan sebagai usaha
adat Desa Sayan dengan krama tamu (pen­ menjaga sikap saling percaya yang berke­
datang), antara krama adat Desa Sayan de­ lanjutan. Keterbukaan atas segala bentuk
ngan prajuru dan antara krama Desa Sayan informasi keuangan yang dilaporkan setiap
dengan pemerintahannya. Dalam perspektif bulannya oleh prajuru Desa Sayan tentu
pawongan, prajuru Desa Sayan memandang buah kerja keras bersama para stakehold­
praktik akuntabilitas keuangan sebagai ers yang bertugas di Desa Sayan. Praktik
bentuk toleransi dan menjaga sikap saling akuntabilitas yang dijalankan prajuru da­
percaya antara prajuru sebagai penerima lam bentuk penyampaian secara terbuka
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 574

pertanggungjawaban segala bentuk peng­ kan konsep ini dipandang sangat penting dan
gunaan dana usaha desa Sayan bertujuan strategis (Adhitama, 2020). Itu sebabnya, si­
untuk menjaga harmonisasi hubungan dan lahturahmi persahabatan dan persaudaraan
menghadirkan keterbukaan satu sama lain­ wajib terjalin dengan baik. Pada titik ini infor­
nya (noesis). Akuntabilitas keuangan yang man mencurahkan segala pemikirannya ser­
dijalankan tersebut dilandasi atas dasar ke­ ta menganggap bahwa apa yang dilakukan­
tulusan mencurahkan rasa cinta dan kasih nya merupakan implementasi penerapan tat
sayang kepada seluruh masyarakat Sayan, twam asi, sehingga tidak juga memikirkan
seperti yang diungkap oleh Ume yang setiap besaran upah yang didapat. Namun, moti­
bulannya membantu membuatkan laporan vasi kerja menjalankan fungsi pencatatan,
pertanggungjawaban dan turut hadir dalam pelaporan hingga penyampaian pertanggu­
setiap Paruman desa adat. ngjawaban keuangan yang dijalankan de­
ngan kerendahan hati dan perasaan senang
“Dalam usaha membuat dan men­ dapat berbuat bagi masyarakat Desa Sayan
yajikan laporan pertanggungjawa­ yang sangat partisipatif dalam perencanaan
ban sumber dan penggunaan dana dan Pembangunan desa adatnya. Mahayani
Desa Sayan, saya selalu mencoba (2017) dan Wati (2020) menjelaskan bah­
menghaturkan kemampuan yang wa partispasi krama desa terhadap proses
terbaik serta selalu dibimbing oleh transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
bandesa dan petengen Desa Sa­ keuangan dilandasi oleh kepercayaan bahwa
yan. Saya merasa sangat bangga prajuru tidak akan melakukan kecurangan
dan senang dapat menyelesaikan keuangan disebabkan hukum karma yang
tugas serta menampilkan akun­ oleh masyarakat Bali dikenal dengan karma
tabilitas keuangan sebagai bentuk phala.
hormat saya kepada bandesa dan Hubungan harmonis antara prajuru
petengen yang memperca­ yakan dengan khalayak (masyarakat) mendorong
saya untuk ikut berkontribusi perilaku memainkan praktik akuntabilitas
bagi desa. Saya pun tidak me­ keuangan, karena kepercayaan karma pha­
mikirkan besaran upah dalam la tersebut melatarbelakangi untuk selalu
menjalankan tugas karena yang berusaha tidak menodai kepercayaan dari
terpenting adalah berkesempatan masyarakat seperti yang dijelankan lebih
turut menghaturkan kemampuan lanjut oleh Ume berikut ini.
saya seiklhas iklhasnya bagi ma­
syarakat secara luas sesuai ajaran “Tityang merasa sangat terpang­
tat twam asi” (Ume). gil. Di Usia yang cukup kecil
dibanding para prajuru lainnya,
Penjelasan Ume dapat dilihat noema tityang diberi kesempatan un­
yang tampak adalah bahwa semangat saling tuk belajar banyak berinteraksi
menghormati dan berkontribusi bagi orang de­ngan masyarakat luas. Sega­
banyak sesuai hakikat pawongan men­ la bentuk pekerjaan di bidang
dasari tindakan menampilkan akuntabil­ keuangan tityang selesaikan de­
itas keuang­ an di Desa Sayan. Pandangan ngan sebaik-baiknya dan dapat ti­
ini se­sungguhnya sejalan dengan hubung­ tyang pertanggungjawabkan den­
an akuntansi dan akuntabilitas itu sendi­ gan baik karena berusaha untuk
ri dengan konsep budaya menyama braya tidak mengkhianati kepercayaan
masyarakat Bali. Noesis dalam pernyataan bandesa dan masyarakat lainnya.
tersebut adalah menyama braya dipandang tityang meyakini ini bagian dari
sebagai ikatan persaudaraan dan saling menanam karma baik untuk masa
menghargai antara masyarakat Bali yang depan. Terlebih dalam dana desa
dilandasi oleh falsafah tat twam asi yang be­ adat di bidang kemanusiaan dan
rarti “kamu adalah aku dan aku sama juga pengembangan sumber daya ma­
dengan kamu”. Turunan praktis masyarakat nusia, tityang maknai sebagai se­
Bali memandang ideologi tersebut terlihat buah pertanggungjawaban moril
dari sikap saling menghargai dan menghor­ kepada seluruh masyarakat Desa
mati satu dengan yang lainnya. Kesadaran Sayan, sehingga perlu disajikan
akan kehidupan manusia yang tidak bisa dan dilaporkan pertanggungjawa­
sendiri dan saling berdampingan menyebab­ bannya. Selain itu, menghindari
575 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

adanya kecurigaan dan skeptisme mengairi seluruh areal persawah­


berlebihan” (Ume). an warga” (Badrun).

Pada titik ini terlihat bahwa dari per­ Peneliti memandang noema dari per­
nyataan Ume tersebut adalah akuntabilitas nyataan Badrun terlihat dari tindakan pelaku
keuangan merupakan bagian dari panggilan (informan) memainkan praktik akuntabilitas
pengabdian. Akuntabilitas keuangan dimak­ keuangan di Desa Sayan, sebagai bagian
nai sebagai upaya meminimalisasi dampak penghormatan yang dilakukannya kepada
ketidakpercayaan masyarakat. Noesis dari sawah dan air yang telah menghidupi tidak
pernyataan Ume terlihat dari praktik akun­ saja dirinya, tetapi juga masyarakat secara
tabilitas keuangan yang berkaitan dengan luas. Keberadaan Desa Sayan sebagai dae­rah
seluruh penggunaan dana masuk dan dana yang sebagian mayarakatnya bermata penca­
keluar dari Kas desa adat dilakukan sebagai harian sebagai petani sangat erat kaitannya
panggilan hati untuk senantiasa menanam dengan keberadaan subak. Perda Nomor 9
karma baik untuk masa depan. Dengan Tahun 2012 menjelaskan Subak sebagai or­
demikian, diharapkan akan tercipta keper­ ganisasi tradisional di bidang tata tanaman
cayaan dan keharmonisan antarmasyarakat dan tata guna air sebagai pendukung usaha
di Desa Sayan. tani pada masyarakat adat Bali yang religi­
Akuntabilitas berbasis palemahan. us, sosio agraris, dan secara ekonomis terus
Konsep ini menjelaskan harmonisasi interak­ tumbuh dan berkembang. Walaupun subak
si masyarakat dengan alam sekitarnya. Nilai dan desa adat merupakan dua hal yang ber­
palemahan sebagai bagian dari THK sangat beda, disadari bahwa hampir seluruh ma­
menghargai keseimbangan sistem alam yang syarakat Desa Sayan juga menjadi krama
harus terus dilestarikan dan ditumbuhkem­ subak serta berkepentingan pada kelestari­
bangkan oleh prajuru Desa Sayan. Sebagai an alam dan saluran air ke sawah. Palema­
bagian dari wilayah agraris dengan ham­ han tidak saja mengatur jalin­an hubungan
paran sawah yang luas dan aliran sungai manusia dengan alam, tetap­i juga menjaga
yang membentang panjang, Desa Sayan juga agar alam di sekitar tetap lestari. Maka dari
diwarisi beberapa mata air yang disucikan itu, Badrun menyiratkan bahwa terdapat
dan dimuliakan oleh masyarakat. Berbagai motivasi yang mulia dari hal yang mendasari
ritual upacara kerap dilakukan oleh praju­ penerapan praktik akuntabilitas keuangan
ru ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa da­ Desa Sayan itu sendiri sebagai bagian dari
lam usaha menjaga eksistensi keberlanjutan keyakinan akan harapan keberlimpahan air
ekologi, seperti tumpek bubuh, mecaru, dan yang niscaya memberikan kemakmuran bagi
tumpek kandang. Pelaksanaan akuntabilitas masyarakat Sayan itu sendiri. Pada titik ini
keuangan yang dijalankan di Desa Sayan di­ akuntabilitas yang dijalankan dianggap se­
maknai sebagai cermin penghormatan atas bagai tadnya kepada alam itu sendiri (noe­
kesuburan dan keindahan alam Desa Sa­yan sis).
yang sudah terbukti mampu memberikan Yadnya secara etimologi dipandang se­
kemakmuran bagi masyarakatnya seperti bagai bentuk korban suci yang dilakukan
yang dijelaskan oleh Badrun berikut ini. secara iklhas dan tulus tanpa pamrih dalam
rangka menyembah Tuhan. Purnamawati
“Seputaran pinggiran batas barat (2018) menyebut yadnya sebagai penyangga
Desa Sayan dilalui oleh Sungai dunia dan alam, karena manusia dan alam
Ayung yang cukup eksotis dan tersebut sama-sama ciptaan Tuhan. Akun­
mendunia ketenarannya terlebih tabilitas keuangan dimaknai sebagai yad­nya
banyak sekali sumber mata air dalam pandangan informan sebagai ben­
suci yang berada pada tepian tuk pengorbanan dan persembahan pada
su­ngai tersebut. Dengan akun­ alam selain yadnya dalam pelaksanaan rit­
tabilitas keuangan yang tityang ual u­ pacara keagamaan. Hasil penggalian
jalankan di Desa Sayan, tityang akun­ tabilitas dalam hubungannya dengan
berkeyakinan bahwa alam se­ yad­nya atau persembahan kepada alam
mesta segenap isinya akan terus lingkung­ an tersebut sesungguhnya sejalan
menampakkan kesuburannya dan pula dengan penelitian Siskawati & Susil­
seluruh mata air tersebut tak hen­ awati (2017) yang mendapati hasil bahwa
ti-hentinya akan mengalir serta akun­ tabilitas dipandang sebagai bentuk
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 576

bakti dengan mengakui segala unsur non­ gung jawab pada pengelolaan keuangan. Ke­
manusia juga berhak untuk bertahan hid­ harmonisan sekala dan niskala alam Desa
up, sehingga penerapan akuntabilitas juga Sayan merupakan keniscayaan bagi seluruh
bagian dari menjaga keseimbangan alam krama Desa Sayan terlebih para prajuru.
itu sendiri. Di Desa Sayan sesungguhnya Dengan adanya keharmonisan dan kelestari­
terdapat banyak pelaksanaan upacara terh­ an ekologi, maka kemakmuran akan tercipta
adap alam yang di lakukan baik oleh mas­ secara tidak langsung. Noesis dari pernyata­
ing-masing penduduk atau digelar oleh desa an Kiki tersebut adalah kepercayaan praju­
adat dalam skala yang cukup besar seperti ru bahwa alam Sayan berserta segala isinya
upacara mecaru. Pelaksanaan upacara me­ merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan
caru yang dilaksanakan setiap bulan Kesem­ yang tentu akan tetap lestari jika dibareng­i
bilan dalam perhitungan kalender Bali oleh dengan jelajah penerapan akuntabilitas
Desa Sayan dikenal de­ ngan istilah tawur keuangan segala sumber dan penggunaan
kesanga. Tawur kesanga diartikan sebagai dana Desa Sayan. Pada titik ini informan
bentuk motivasi umat Hindu secara spiri­ dengan penuh kesadaran meletakkan alam
tual dan ritual dengan harapan alam selalu dan lingkungan sebagai motif sebab men­
menjadi sumber penghidupan (Dragojlovic, jalankan semangat akuntabilitas keuangan.
2012; Stephen, 2015). Pelaksanaan Upacara Dari keseluruhan hasil penelitian terli­
tawur kasanga di Desa Sayan dilaksanakan hat bahwa para informan memiliki pemak­
melalui kas desa setiap satu tahun sekali. naan nilai akuntabilitas keuangan yang
Akuntabilitas keuangan yang ditampil­ sejalan dengan nafas dimensi THK. Praktik
kan oleh prajuru juga dimaknai agar kele­ akun­tabilitas yang ditampilkan di Desa Sa­
starian lingkungan Desa Sayan prajuju tetap yan tidak ha­ nya sebagai bentuk pertang­
bersahabat dengan seluruh masyarakat gungjawaban atas capaian aktivitas serta
yang menempatinya seperti yang disam­ gambaran besaran dana keluar dan dana
paikan oleh Kiki berikut ini. masuk ke kas desa adat. Namun hasil pe­
nelitian menunjukkan terdapat esensi di­
“Penyampaian pertanggungjawa­ mensi kearifan lokal Bali THK yang melatar­
ban keuangan yang dilakukan belakangi tindakan prajuru melaksanakan
oleh prajuru merupakan sebuah akuntabilitas keuangan itu sendiri.
bentuk cerminan cinta kasih dan Esensi pertama yang mencuat dalam
ungkapan terima kasih kepada penelitian ini adalah pemahaman Informan
alam Desa Sayan yang telah mem­ akan kesadaran pentingnya akuntabili­
berikan penghidupan bagi seluruh tas dalam penerapan tata kelola desa adat
masyarakat di Desa Sayan. Ter­ yang berbasis Good Pubic Governance (GPG).
lebih pelaksanaan tawur kesanga Melalui gelaran paruman desa adat, praktik
yang dihaturkan bagi seluruh sei­ akuntabilitas keuangan ditampilkan dengan
si alam bersumber dari kas Desa memberikan pertanggungjawaban kepada
Sayan. Maka perlu dibarengi juga seluruh perangkat desa adat, prajuru banjar
dengan pertanggungjawaban ti­ adat, dan para pihak yang berkepentingan
dak saja bagi pengguna informa­ terhadap laporan sumber dan penggunaan
si keuangan, namun juga bagian dana Desa Sayan.
dari persembahan kepada alam Esensi kedua yang diketahui dalam pe­
dan lingkungan itu sendiri. Pelak­ nelitian ini dalah keyakinan informan akan
sanaan tawur kasanga dipusat­ restu dan bakti tidak saja ke hadapan Ida
kan di jantung Desa Sayan dan Bhatara yang beristana di pura, tetapi juga
dihadiri oleh seluruh masyarakat para Dewa sebagai pemilik niskala tanah
Desa Sayan” (Kiki). Desa Sayan. Oleh karena itu, akuntabilitas
keuangan yang dijalankan dipandang se­
Melalui penjelasan Kiki tersebut, noe­ bagai persembahan terbaik ke hadapan Beli­
ma terlihat bahwa peneliti memandang ada­ au yang telah memberikan penghidupan dan
nya cerminan menempatkan alam sebagai karunia. Ini menunjukkan pula akuntabili­
prinsipal. Alam dipandang sebagai pemberi tas keuangan sebagai jalan ibadah Informan
amanah bagi prajuru untuk selalu mengede­ untuk mendekatkan diri ke hadapan Tu­
pankan sikap yang bertanggung jawab tidak han/Sang Pencipta. De­ngan upa­cara penge­
saja pada pelestarian, tetapi juga bertang­ sahan secara ritual ke­agamaan yang dikenal
577 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

dengan sebutan pawintenan, maka praju­ inan, dan keuangan mampu merekonstruksi
ru dapat melaksanakan tugasnya sebagai konsep akuntabilitas yang dijalankan. Desa
peng­urus desa dan terikat janji untuk men­ Sayan secara nyata memperlihatkan me­
jalankan kewajiban peng­ayomannya sesuai madukan pertanggungjawaban keuangan
dengan ajaran agama Hindu Bali termasuk dengan sisi spiritual dan kepemimpinan da­
dalam melaksanakan akuntabilitas keuan­ lam balutan THK. Desa adat sebagai prakti­
gan. Dengan penerapan praktik akuntabili­ kum penerapan THK di Bali tanpa disadari
tas yang tepat waktu dan berkala diyakini tidak saja menjadi ajang penguatan agama
menciptakan karma yang baik dalam kelahi­ Hindu dan kebudayaan Bali, melainkan
ran berulang di masa yang akan datang. juga membentuk prajuru menjalankan tata
Esensi yang ketiga adalah sebagai ben­ kelola organisasi berdasarkan kearifan lokal
tuk kecintaan akan sesama masyarakat adat Bali, termasuk melatarbelakangi menyaji­
serta mengurangi rasa tidak saling percaya, kan akuntabilitas keuangan di tengah-te­
maka akuntabilitas keuangan yang dijalank­ ngah masyarakat.
an dipandang sebagai sebuah bentuk keter­
bukaan atas capaian kinerja keuangan desa SIMPULAN
adat yang dijalankan selama satu tahun. Penyampaian pertanggungjawaban
Keyakinan kuat pada falsafah tat twam asi keuangan desa adat menggunakan pola
menjadi pegangan untuk selalu menjaga ke­ partisipatif serta disampaikan secara ter­
harmonisan antar masyarakat serta mena­ buka dalam rapat desa adat. Secara pe­
nam karma baik. Dasar-dasar pegangan laporan, pengurus belum menyajikan lapor­
tersebut menjadi sebuah hal prinsip yang an keuang­an sesuai regulasi karena belum
melatarbelakangi informan menjalankan terdapat kepastian bahwa desa adat harus
praktik akuntabilitas keuangan. Esensi yang mengadopsi ketentuan penyajian laporan
keempat adalah kuasa alam sangat berpe­ keuang­an tersebut. Selain itu, kemampuan
ran dalam kelangsungan hidup masyarakat sumber daya manusia sangat terbatas un­
Desa Sayan. Akuntabilitas yang dilakoni tuk mampu menyajikan leporan keuangan
oleh Informan menjadi bagian ritual yad­ yang se­ suai dengan standar regulator. Na­
nya atau persembahan suci ke hadapan air, mun, pertanggungjawaban atas aktivitas
sawah, dan alam Sayan yang telah member­ keuangan desa adat tetap disajikan setiap
ikan penghidupan tidak saja bagi Informan satu bulan dan satu tahun. Terlihat jelas
tetapi juga bagi seluruh masyarakat desa bahwa dedikasi dan pengabdian yang me­
adat sayan. warnai praktik akuntabiltas di desa.
Esensi terakhir dalam penelitian ini Penelitian ini dengan sangat kompre­
adalah memperlihatkan bahwa akun­tabilitas hensif memperlihatkan bahwa spirit tri hita
keuangan mencerminkan etika dan sangat karana mendasari gerak langkah pengurus
bergantung pada kesadaran prajuru sebagai dalam melaksanakan praktik akuntabilitas.
ujung tombak keberlanjutan adat dan tr­ Dari sisi parahyangan terlihat bahwa praktik
adisi di Desa Sayan. Etika yang bernafas­ akuntabilitas yang dijalankan didasari ke­
kan ajaran agama Hindu berbasis kearifan percayaan yang tinggi atas bhakti ke hadap­
THK menjadi pegangan kuat melaksanakan an para Ida Hyang Widhi Wasa selaku pemi­
akuntabilitas keuangan yang dapat diper­ lik tanah yang tak terlihat. Di sisi pawongan,
tanggungjawabkan. pelaksanaan akuntabilitas keuangan yang
Akuntabilitas keuangan desa adat se­ dijalankan juga dimaknai sebagai ungkap­
sungguhnya identik dengan penerapan an menjaga sikap saling percaya di antara
akuntabilitas organisasi kemasyarakatan masyarakat. Akuntabilitas juga dimaknai
dan organisasi tempat ibadah. Kesamaan sebagai bentuk penerapan jiwa tat twam asi
terletak pada penekanan keiklhasan dan yang mengedepankan harmonisasi nilai per­
membangun kepercayaan khalayak di mana saudaraan antarsesama masyarakat adat.
karma senantiasa menjadi pegangan utama Yang terakhir dari sisi palemahan, akun­
aktor dalam bertindak seperti yang pernah tabilitas Keuangan yang disajikan oleh pe­ng­
dilakukan oleh Paranoan & Totanan (2018) urus dimaknai sebagai bentuk persembahan
pada organisasi pura. Selain itu, dalam or­ yang dihaturkan ke hadapan alam yang telah
ganisasi sejenis di gereja, Randa et al. (2011) memberikan kemakmuran serta kesejahte­
juga mendapati dimensi spiritual, kepemim­ raan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 578

maka setiap pihak pembuat kebijak­an akun­ 189-206. https://doi.org/10.18202/ja­


tansi tentu harus memperhatikan konsep mal.2016.08.7016
akuntabilitas berbasis kearif­an lokal. Ariyanto, D., Sari, M. M. R., & Ratnadi, N.
Penelitian ini dilakukan selama pan­ (2017). Budaya Tri Hita Karana dalam
demi Covid-19 melanda Indonesia dan Bali Model Utaut. Jurnal Akuntansi Multi­
pada khususnya. Adanya imbauan peme­ paradigma, 8(2), 399-415. https://doi.
rintah bersama majelis desa adat berkaitan org/10.18202/jamal.2017.08.7062
dengan pembatasan kegiatan sosial sedikit Astara, I. W. (2018). Cultural Activities, Legal
tidaknya berdampak pula pada penelitian and Public Policy of Bali on Desa Pakra­
ini dikarenakan proses pengamatan, peng­ man and the Response of Prajuru the
umpulan data, dan pengungkapan makna Traditional Village Management Kuta.
fenomena dilakukan pada waktu yang terba­ Jurnal Ilmiah Peuradeun, 6(3), 525-548.
tas, terlebih peneliti tidak bertemu langsung https://doi.org/10.26811/peuradeun.
dengan sekretaris dan bendahara desa. Ket­ v6i3.186
erbatasan lainnya terletak pada tidak dapat Conklin, T. A. (2014). Phenomenology Redux:
digeneralisasikannya hasil penelitian akibat Doing Phenomenology, Becoming Phe­
persepsi, sikap, dan perilaku yang ditemui nomenological. Organization Manage­
pada objek artikel ini tidak sama dengan ob­ ment Journal, 11(2), 116-128. https://
jek yang lain. Oleh karena itu, penelitian se­ doi.org/10.1080/15416518.2014.9299
lanjutnya diharapkan dapat menggali lebih 35
dalam mengenai makna akuntabilitas atau Dhanani, A., & Connolly, C. (2012). Dis­
topik akuntansi lainnya pada pengurus yang charging Not for Profit Accountability:
lebih berkaitan langsung dengan pengelo­ UK Charities and Public Discourse.
laan uang. Accounting, Auditing & Accountability
Journal, 25(7), 1140-1169. https://doi.
DAFTAR RUJUKAN org/10.1108/09513571211263220
Ackert, L. F., Church, B. K., Venkataraman, Diab, A .A. A. (2020). Interplay between La­
S., & Zhang, P. (2019). The Joint Impact bour Dynamics, Accounting and Ac­
of Accountability and Transparency on countability Practices during the Rise
Managers’ Reporting Choices and Own­ of a Political Logic: An Egyptian Case
ers’ Reaction to Those Choices. Journal Study. Qualitative Research in Account­
of Accounting and Public Policy, 38(2), ing & Management, 17(4), 675-702.
130-145. https://doi.org/10.1016/j. https://doi.org/10.1108/QRAM-12-
jaccpubpol.2019.02.005 2019-0134
Adhitama, S. (2020). Konsep Tri Hita Karana Dragojlovic, A. (2012). Mis-Placed Boomer­
dalam Ajaran Kepercayaan Budi Daya. angs: Artistic Creativity Supply Chain
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Capitalism, and the Production of Eth­
Kebudayaan, 20(2), 29-45. https://doi. nic Arts in Bali. Asia Pacific Journal of
org/10.32795/ds.v20i2.1020 Anthropology, 13(3), 245-261. https://
Adityanandana, M., & Gerber, J. (2019). doi.org/10.1080/14442213.2012.6740
Post-Growth in the Tropics? Contesta­ 55
tions over Tri Hita Karana and a Tour­ Grossi, G., Kallio, K. M., Sargiacomo, M.,
ism Megaproject in Bali. Journal of Sus­ & Skoog, M. (2019). Accounting, Per­
tainable Tourism, 27(12), 1839-1856. formance Management Systems and
https://doi.org/10.1080/09669582.20 Accountability Changes in Knowl­
19.1666857 edge-Intensive Public Organizations: A
Ajibolade, S. O., & Oboh, C. S. (2017). A Crit­ Literature Review and Research Agen­
ical Examination of Government Bud­ da. Accounting, Auditing & Accountabili­
geting and Public Funds Management ty Journal, 33(1), 256-280. https://doi.
in Nigeria. International Journal of Pub­ org/10.1108/AAAJ-02-2019-3869
lic Leadership, 13(4), 218-242. https:// Hemayani, N., Noviani, K., Hermawan, H., &
doi.org/10.1108/IJPL-11-2016-0045 Catalina, N. (2019). Sistem Pengangga­
Amaliah, T. H. (2016). Nilai Budaya Tri Hita ran dalam Kebudayaan Hindu terkait
Karana dalam Penetapan Harga Jual. Implementasi Konsep Tri Hita Kara­
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 7(2), na (Parahyangan) di Lingkungan Un­
579 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 11, Nomor 3, Desember 2020, Hlm 561-580

diksha. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan 1904-1931. https://doi.org/10.1108/


Humanika, 7(1), 28-34. https://doi. AAAJ-07-2017-3028
org/10.23887/jinah.v7i1.19846 Martin, R. B., & Waymire, T. R. (2017). Fill­
Hopper, T. (2017). Neopatrimonialism, Good ing the Demand for Municipal Govern­
Governance, Corruption and Account­ ment Accountants: The Benefits of a
ing in Africa: Idealism vs Pragmatism. Governmental and Not-for-Profit Ac­
Journal of Accounting in Emerging counting Course. Journal of Account­
Economies, 7(2), 225-248. https://doi. ing Education, 40, 43-54. https://doi.
org/10.1108/JAEE-12-2015-0086 org/10.1016/j.jaccedu.2017.04.001
Husserl, E. (1970). The Crisis of European Mookherjee, D. (2014). Accountability of Lo­
Sciences and Transcendental Pheno­ cal and State Governments in India: An
menology: An Introduction to Phenome­ Overview of Recent Research. Indian
nological Philosophy. Northwestern Uni­ Growth and Development Review, 7(1),
versity Press 12-41. https://doi.org/10.1108/IGDR-
Islam, M. A., & Staden, C. J. V. (2018). Social 12-2013-0049
Movement NGOs and the Comprehen­ Mzenzi, S. I., & Gaspar, A. F. (2015). External
siveness of Conflict Mineral Disclosures: Auditing and Accountability in the Tan­
Evidence from Global Companies. Ac­ zanian Local Government Authorities.
counting, Organizations and Society, Managerial Auditing Journal, 30(6/7),
65, 1-19. https://doi.org/10.1016/j. 681-702. https://doi.org/10.1108/
aos.2017.11.002 MAJ-04-2014-1028
Jayasinghe, K., Adhikari, P., Carmel, S., & Paranoan, N., & Totanan, C. (2018). Akunt­
Sopanah, A. (2020). Multiple Rational­ abilitas Berbasis Karma. Jurnal Ilmiah
ities of Participatory Budgeting in In­ Akuntansi dan Bisnis, 13(2), 161-172.
digenous Communities: Evidence from doi:10.24843/JIAB.2018.v13.i02.p09
Indonesia. Accounting, Auditing & Ac­ Purnamawati, I. (2018). Dimensi Akuntabil­
countability Journal, 33(8), 2139-2166. itas dan Pengungkapan pada Tradisi
https://doi.org/10.1108/AAAJ-05- Nampah Batu. Jurnal Akuntansi Multi­
2018-3486 paradigma, 9(2), 312-330. https://doi.
Kamayanti, A. (2015). Sains Memasak Akun­ org/10.18202/jamal.2018.04.9019
tansi: Pemikiran Udayana dan Tri Hita Rahyuda, I. K., Purbawangsa, I. B. A., &
Karana. Jurnal Riset dan Aplikasi: Surya, I. B. K. (2019). Relationship be­
Akuntansi dan Manajemen, 1(2), 73- tween Competitive SMEs’ Orientation
80. https://doi.org/10.18382/jraam. and “Catur Paramitha”. International
v1i2.16 Journal of Social Economics, 46(7), 861-
Kamayanti, A. (2016). Metode Penelitian Kua­ 873. https://doi.org/10.1108/IJSE-
litatif Akuntansi: Pengantar Religiositas 01-2019-0004
Keilmuan. Yayasan Rumah Peneleh. Raka, A. A. G., Anoegrajekti, N., Yasa, P. N.
Keerasuntonpong, P., Manowan, P., & Shut­ S., Macaryus, S., & Gunawarman, A. A.
ibhinyo, W. (2019). Reforming Govern­ G. R. (2020). Bali is Dressing-Up: Ritual
ment Public Accountability: The Case as an Identity. Journal of Environmental
of Thailand. Journal of Public Budget­ Management and Tourism, 11(6), 1560-
ing, Accounting & Financial Manage­ 1570. https://doi.org/10.14505/jemt.
ment, 31(2), 237-263. https://doi. v11.6(46).26
org/10.1108/JPBAFM-05-2018-0051 Randa, F., Triyuwono, I., Ludigdo, U., & Su­
Mahayani, N. (2017). Prosocial Behavior dan koharsono, E. (2011). Studi Etnografi
Persepsi Akuntabilitas Pengelolaan Akuntabilitas Spiritual pada Organisa­
Dana Desa dalam Konteks Budaya Tri si Gereja Katolik yang Terinkulturasi
Hita Karana. Jurnal Ilmiah Akuntansi Budaya Lokal. Jurnal Akuntansi Mul­
dan Bisnis, 12(2), 129-144. https://doi. tiparadigma, 2(1), 35-51. https://doi.
org/10.24843/JIAB.2017.v12.i02.p07 org/10.18202/jamal.2011.04.7109
Marini, L., Andrew, J., & Laan, S. V. D. Rosilawati, Y., Mulawarman, K., Sofyan, N.,
(2018). Accountability Practices in Mi­ & Mulyantari, E. (2020). The Role of
crofinance: Cultural Translation and Local Balinese Culture amongst Sus­
the Role of Intermediaries. Accounting, tainable Communities in Preservation
Auditing & Accountability Journal, 31(7), Efforts of Ayung River. International
Putra, Muliati, Spirit Kearifan Lokal Bali dalam Akuntabilitas Desa Adat.. 580

Journal of Sustainable Society, 12(2), 382-393. https://doi.org/10.17512/


93-110. https://doi.org/10.1504/IJS­ pjms.2020.21.1.28
SOC.2020.107895 Sukerti, N. (2018). The Application of the
Rospitadewi, E., & Efferin, S. (2017). Men­ Principles of the Convention on Wo­men
tal Accounting dan Ilusi Kebahagiaan: in Awig-Awig Pakraman Village. Indo­
Memahami Pikiran dan Implikasinya nesia Prime, 2(1), 50-55. https://doi.
bagi Akuntansi. Jurnal Akuntansi Mul­ org/10.29209/id.v2i1.20
tiparadigma, 8(1), 18-34. https://doi. Tanasal, S., Randa, F., & Ng, S. (2019).
org/10.18202/jamal.2017.04.7037 Akuntabilitas Berbasis Mettā dan
Sanjaya, P. A. K., Widnyana, I. N. S., & Nu­ Kamma. Jurnal Akuntansi Multipa­
ratama, I. P. (2019). Pemberdayaan radigma, 10(3), 448-467. https://doi.
Prajuru Lembaga Keuangan Mikro Adat org/10.21776/ub.jamal.2019.10.3.26
melalui Penerapan Teknologi Informa­ Triani, N., & Satyawan, M. (2016). Memak­
si di Desa Kesiut Kecamatan Kerambi­ nai Sisi Akuntansi Sumbangan Keaga­
tan Kabupaten Tabanan. Jurnal Sewa­ maan Masyarakat Hindu Bali. Jurnal
ka Bhakti, 3(2), 25-39. https://doi. Akuntansi Multiparadigma, 7(2), 240-
org/10.32795/jsb.v3i1.517 255. https://doi.org/10.18202/ja­
Saputra, K. A. K., Anggriawan, P. B., & Suta­ mal.2016.08.7019
pa, I. N. (2018). Akuntabilitas Pengelo­ Wati, N. W. A. E. (2020). Kinerja Keuangan
laan Keuangan Desa dalam Perspektif dan Penyaluran Dana Sosial yang Ber­
Budaya Tri Hita Karana. Jurnal Riset landaskan Tri Hita Karana (THK) pada
Akuntansi dan Bisnis Airlangga, 3(1), Lembaga Perkreditan Desa. Widya
306-321. https://doi.org/10.31093/ Akuntansi dan Keuangan, 2(1), 97-112.
jraba.v3i1.90 https://doi.org/10.32795/widyaakun­
Siskawati, E., & Susilawati, M. (2017). tansi.v2i1.554
Akuntabilitas Pengelolaan Limbah Ber­ Yang, C., & Northcott, D. (2018). Unveiling
basis Mulat Sarira. Jurnal Akuntansi the Role of Identity Accountability in
Multiparadigma, 8(3), 470-486. https:// Shaping Charity Outcome Measure­
doi.org/10.18202/jamal.2017.12.7067 ment Practices. The British Accounting
Stephen, M. (2015). Surya-Sevana: A Bali­ Review, 50(2), 214-226. https://doi.
nese Tantric Practice. Archipel, 89, 95- org/10.1016/j.bar.2017.09.010
124. https://doi.org/10.4000/archi­ Zhong, L., & Fisher, K. R. (2017). Partici­
pel.492 pation and Chinese Non-Government
Sukawati, T. G. R., Riana, I. G., Rajiani, Organization Accountability. Interna­
I., & Abbas, E. W. (2020). Managing tional Journal of Sociology and Social
Corporate Sustainability by Revitaliz­ Policy, 37(13/14), 743-754. https://
ing Balinese Cultural Identity. Polish doi.org/10.1108/IJSSP-08-2015-0086
Journal of Management Studies, 21(1),

Anda mungkin juga menyukai