Anda di halaman 1dari 68

PELAPORAN DANA PUNIA PADA PURA AGUNG

PURNASADHA TOLAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Akuntansi Pada Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Tadulako

Oleh:
I GEDE EGI SAPUTRA
C 301 17 254

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa dekade terakhir, akuntansi telah berkembang cukup pesat.

Akuntansi Pura kini hadir sebagai bagian dari budaya yang lahir di tengah-

tengah masyarakat dalam perkembangan akuntansi yang kita ketahui lebih

berorientasi pada sektor swasta. Namun, pemangku kepentingan seringkali

meremehkan akuntansi dalam jenis sektor publik ini dalam praktiknya.

Kombinasi antara akuntansi dan agama (spiritual) atau sistem nilai memainkan

peran akuntansi sebagai sarana untuk organisasi ibadah di bidang keagamaan.

Di Indonesia, candi merupakan tempat ibadah agama Hindu. Setiap upacara

dan pembangunan yang berhubungan dengan pura diawasi oleh organisasi

keagamaan yang menetapkan pedoman anggaran. Organisasi keagamaan kuil

tidak menghasilkan keuntungan. Nikel dkk. Klaim bahwa 2009), organisasi

nirlaba adalah organisasi yang tujuannya bukan mencari keuntungan untuk

keuntungan pemilik atau manajer sendiri. Manfaat ini sering dicari oleh

organisasi nirlaba untuk tujuan sosial atau pendidikan organisasi, bukan untuk

keuntungan pribadi.

Dana punia diberikan dengan tulus sebagai hadiah suci dan baik sebagai

cara untuk mengamalkan ajaran dharma. Dana berarti pemberian, dan punia

berarti selamat, baik, bahagia, indah, dan suci, sesuai dengan asal katanya.

Selain memperkuat sradha dan ketaqwaan kita kepada Tuhan, pemberian punia

akan menumbuhkan sikap peduli terhadap sesama.

1
Dana punia dapat berupa uang sumbangan, dana artha yaitu pemberian harta

benda berupa makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya, dana abhaya yaitu

pemberian berupa perlindungan, rasa aman, dan perintah kepada orang lain atau

masyarakat, dan dana Brahma Dana, yang merupakan pemberian berupa

pemberian ilmu pengetahuan (Jnana) berupa ilmu pengetahuan, teknologi, atau

agama. Akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dan pelaporan

keuangan pura telah dilakukan oleh pengelola pura, namun praktik ini belum

dilakukan secara memadai atau optimal, dan informasi mengenai pengelolaan

pura disimpan untuk kepentingan internal pura. organisasi, dan mengumumkan

laporan keuangan secara lisan sebagai simbol keterbukaan merupakan hasil

wawancara sementara dengan salah satu pengurus yang terlibat dalam

pembuatan laporan tersebut. Walaupun peneliti belum mendalami lebih dalam

mengenai bentuk pelaporan atau bagaimana pelaporan dibuat, namun hal ini

yang menjadi fokus Laporan keuangan pura dibuat sederhana, dan penyajian

informasi kondisi keuangan pura dilakukan keluar dengan mengumumkan

setelah setiap doa di kuil sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi.

Akuntansi dapat diterima dengan baik sebagai sarana penting bagi pengelolaan

pura sebagai wujud perwujudan kejujuran dan akuntabilitas yang baik.

Tidak umum bagi lembaga keagamaan atau nirlaba lainnya untuk

menggunakan praktik akuntansi. Banyak peneliti akuntansi telah melakukan

penelitian tentang praktik akuntansi di lembaga keagamaan seperti Gereja,

meskipun hal ini tidak khas. Menurut Raya (2017), organisasi keagamaan harus

mengungkapkan laporan keuangan mereka untuk menetapkan akuntabilitas

2
keuangan dan mendapatkan kepercayaan dari para donatur dan pihak lain dalam

kemampuan mereka untuk mengelola dana tersebut sesuai dengan pedoman.

Hasilnya, tujuan pelaporan keuangan organisasi keagamaan dapat tercapai dan

para donor, individu yang melayani Tuhan dan orang lain, serta pekerjaan

pengabaran dapat memperoleh manfaat dari kepercayaan dan transparansi

keuangan.

Dalam lingkungan keagamaan tempat ibadah, akuntansi berperan

berdampingan dengan agama (spiritual), sistem nilai, dan cara berpikir. Hal ini

juga didukung oleh penelitian Badu dan Hambali (2014) yang mengatakan

bahwa masjid menggunakan pelaporan akuntansi secara keseluruhan dan

mendapatkan uangnya dari donasi seperti: sedekah, zakat, infak, atau jenis

bantuan sosial lainnya. Akibatnya, akuntabilitas pelaporan keuangan kepada

publik sangat bergantung pada akuntansi. Persyaratan pelaporan yang akuntabel

dan terbuka memungkinkan organisasi berfungsi secara efektif dan bertahan.

Saat mengambil keputusan, praktik akuntansi akan sangat membantu. Meskipun

organisasi keagamaan atau nirlaba lainnya jarang melakukan akuntansi, sistem

keterbukaan dan akuntabilitas sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan

publik.

Pura merupakan entitas pelaporan di bidang akuntansi yang mendapatkan

pendanaannya dari masyarakat melalui dana punia dan bentuk bantuan sosial

masyarakat lainnya. Karena Pura adalah bagian dari badan publik, maka wajib

melaporkan kegiatannya kepada masyarakat umum. Salah satu pura dengan

jemaah lebih dari seribu orang adalah Pura Agung Purnasadha Tolai. Wajar saja,

3
mengingat daya tampung orang sebanyak ini, dana yang dikelola juga sangat

besar. Oleh karena itu, agar entitas dapat terus eksis dan bertahan di masyarakat,

maka sumber dana harus dapat dikelola dengan baik agar penggunaan dana

tersebut dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, diperlukan laporan untuk

menginformasikan pengelolaan dana tersebut kepada masyarakat. Bisa saja

orang yang memberi uang tidak mempersoalkan bagaimana uang itu digunakan.

Namun, dia harus bertanggung jawab karena dia adalah seorang manajer yang

bertanggung jawab untuk mengelola dana orang lain. Laporan tersebut

setidaknya menunjukkan jenis pertanggungjawaban. Penelitian ini berfokus pada

prosedur pelaporan dana punitif. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian

berdasarkan uraian di atas dengan judul “Pelaporan Dana Punia Pada Pura

Agung Purnasadha Tolai”.

1.2. Fokus Dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, fokus dari penelitian

ini adalah proses-proses menghasilkan pelaporan dana punia pada Pura Agung

Purnasadha Desa Tolai, maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan

dibahas yaitu bagaimana proses pelaporan dana punia di Pura Agung Purnasadha

Desa Tolai?

1.3. Tujuan Penelitian

Laporan dana punia di Pura Agung Purnasadha, Desa Tolai, akan menjadi

fokus investigasi ini, yang bertujuan untuk memahami dan menginterpretasikan

prosedurnya.

1.4. Manfaat Penelitian

4
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi masing-masing pihak sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini setidaknya dapat memberikan kontribusi bagi

pemikiran dan pengembangan ilmu akuntansi mengenai transparansi dan

pelaporan keuangan pada organisasi nirlaba, khususnya akuntansi sektor

publik.

2. Manfaat Praktis
Masyarakat Hindu di desa Tolai diharapkan memiliki kepercayaan dan

pemahaman yang lebih besar tentang pentingnya pengetahuan akuntansi

dalam pelaporan keuangan Dana Punia sebagai hasil dari penelitian ini.

Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan kinerja organisasi

di pura dan bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terlibat

dalam pengelolaan keuangan pura.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu

Salah satu fondasi penting suatu penelitian adalah penelitian sebelumnya,

yang temuannya dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti berikutnya.

Pembahasan penelitian dipengaruhi oleh hasil analisis peneliti sebelumnya.

Di Desa Karangsari, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung,

Mandarin et al. (2017) mengkaji akuntabilitas pengelolaan keuangan dalam

Sistem Dana Goa Giri Putri Punia. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif. (1) Berdasarkan temuan penelitian ini, prajuru desa yang dalam hal ini

mewakili krama desa terlibat dalam proses pengelolaan keuangan yang

dilakukan oleh prajuru pura; (2) Pertanggungjawaban prajuru pura kepada krama

desa berupa berita acara pertanggungjawaban yang diperiksa oleh prajuru desa

dan diumumkan secara lisan melalui sangkepan. 3) Pengelolaan dana punia

cukup akuntabel, dengan karakteristik transparansi, kewajiban, kontrol,

tanggung jawab, dan responsif.

Selanjutnya, Sulistiani dkk. (2017) melakukan penelitian Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan Dana Punia di Dadia Prebali Desa Gobleg Kecamatan

Banjar Kabupaten Buleleng. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Kajian mengungkapkan bahwa dadia prebali telah menerapkan prinsip

transparansi dan akuntabilitas dengan baik di dadanya, bahwa proses

pengelolaan dana punia telah dilakukan secara transparan dan akuntabel, bahwa

pertanggungjawaban dana punia dari warga dadia yang menyandang disabilitas

6
dan dadia warga yang tinggal di luar Bali dapat dipertanggungjawabkan dengan

baik, dan itu

Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Sesari di Pura Kahyangan Jagat

Ponjok Batu Provinsi Bali menjadi bahan penelitian selanjutnya oleh Mahendra

(2017). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian

adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dari pembagian tarif sesari 15% kepada

stakeholder adalah untuk menciptakan penghematan dengan tujuan membantu

stakeholder yang telah bekerja di Pura Ponjok Batu sejahtera. 2) Dalam hal ini

pertanggungjawaban Pemmpon Pura Ponjok Batu telah membuat laporan

pertanggungjawaban, laporan pada rapat pemangku kepentingan setiap bulan

tentang sukra kliwon, dan laporan ke Kecamatan.

Kajian Handayani (2017) melihat seberapa akuntabel dan transparannya

pengelolaan keuangan Punia Fund System di Desa Pakraman Bangkang, Desa

Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. Metode

penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Temuan penelitian ini

menunjukkan bahwa (1) krama desa terlibat dalam proses pengelolaan keuangan

prajuru desa; (2) Pertanggungjawaban Prajuru kepada krama desa, baik secara

lisan maupun dalam bentuk laporan pertanggungjawaban; 3) Pengelolaan dana

punitif menunjukkan tingkat akuntabilitas yang tinggi, dengan unsur

transparansi, kewajiban, kontrol, dan tanggung jawab.

Analisis Sumber Dana Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Bondalem Kecamatan Tejakula

Kabupaten Buleleng menjadi bahan penelitian yang dilakukan oleh Agustana

7
(2017). Pendekatan penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Temuan

penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Dana Punia, sesari, SHU LPD, dan

bantuan pemerintah merupakan mayoritas dana atau pendapatan untuk tiga desa

pura kahyangan Pakraman Bondalem. 2) Dalam pengelolaan keuangan yang

dilakukan oleh pengurus organisasi pura kahyangan tiga desa pakraman

bondalem, RAB digunakan sebagai acuan terlebih dahulu setiap kali ada

kegiatan pembangunan atau upacara di pura. Oleh karena itu, besarnya biaya

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut dapat ditentukan dengan

menghitung besarnya biaya yang diperlukan untuk setiap pembangunan candi

atau kegiatan upacara dari persiapan RAB. sehingga dapat dianggap telah

berhasil menguasai sumber pendapatan atau dana. 3) Akuntabilitas adalah

komponen penting dari manajemen keuangan yang efektif. Laporan

pertanggungjawaban yang merinci pengeluaran khusus yang dilakukan selama

pembangunan candi atau kegiatan seremonial berfungsi sebagai bentuk

pertanggungjawaban organisasi. Rapat sabha desa akan membahas laporan ini.

Musyawarah akan digunakan untuk menyelesaikan setiap masalah keuangan

sehingga dapat diselesaikan secara damai. 4) Pengurus organisasi Pura

Kahyangan Tiga Pakraman Desa Bondalem mengumumkan pendapatan dan

pengeluaran desa pada rapat atau sangkepan dengan karma desa (sabha desa).

Pengumuman ini kemudian akan diulang selama piodalan. Selain itu, pada saat

pembangunan pura Kahyangan, ketiga desa pakraman bondalem dan masing-

masing kelian banjar akan mendapatkan hard copy laporan pertanggungjawaban

yang akan dilakukan kembali.

8
Analisis Transparansi dan Akuntabilitas Pelaporan Alokasi Dana Desa

(Studi Kasus Desa Bengkel Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng)

menjadi bahan penelitian selanjutnya oleh Setiawan et al. (2017). Pendekatan

penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Kajian ini mengungkap tiga

hal: (1) penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam Alokasi Dana

Desa terlihat pada saat perencanaan dan penyusunan laporan realisasi dan SPJ;

(2) faktor-faktor yang mempengaruhi sulitnya penerapan prinsip transparansi

dan akuntabilitas dalam pertanggungjawaban pemerintah desa atas pelaporan

Alokasi Dana Desa; (3) faktor-faktor yang mempengaruhi sulitnya penerapan

prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam pertanggungjawaban pemerintah

desa atas pelaporan Alokasi Dana Desa. Penyaluran Alokasi Dana Desa (ADD)

dari tahun Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja pemerintah desa adalah

SDM perangkat desa yang kurang memadai, seperti halnya penyusunan laporan

realisasi dan keterlambatan masuknya Alokasi Dana Desa. pengaruh, dan

partisipasi dalam masyarakat juga cenderung mempengaruhi.

Investigasi Sabrina (2015) Penerapan PSAK No. 109 Tentang Pelaporan

Keuangan Akuntansi Infaq/Sedekah Badan Amil Provinsi Sulawesi Utara.

Metode penelitian kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Studi

menemukan bahwa BAZNAS Provinsi Sulawesi Utara tidak menyusun laporan

keuangan sesuai dengan PSAK No.109. Karena BAZNAS hanya menyediakan

laporan pendapatan dan penyaluran dana, pimpinan harus membuat laporan

posisi keuangan organisasi, perubahan aset, perubahan dana, perubahan arus kas,

dan catatan atas laporan keuangan.

9
Analisis Manajemen, Pertanggungjawaban, dan Pelaporan Hibah Bawaslu

di Kab menjadi bahan penelitian Litualy et al. (2021). Maluku, Southwest

Metode penelitian deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Dana

hibah Bawaslu Kabupaten Maluku Barat Daya tahun 2019 merupakan hasil dari

penelitian ini. Sistem pengelolaan hibah Bawaslu Kabupaten Maluku Barat Daya

selama ini berjalan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Setelah

Bawaslu mengajukan surat permohonan kepada Pemerintah Kabupaten, maka

mekanisme penerimaan hibah dari Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya

dimulai. Setelah surat permohonan disetujui dan disetujui oleh Pemerintah,

Bawaslu juga harus melengkapi persyaratan pencairan dana hibah. Catatan

tentang Pencairan Dana (NPHD), Penerimaan, Fakta Integritas, dan Rekening

Bank atas nama penerima Hibah adalah beberapa persyaratan ini. Selain itu,

PPK dan Bendahara Pengeluaran berstatus PNS yang ditunjuk oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Maluku Barat Daya adalah orang-orang yang diberi

wewenang untuk mengelola hibah selama proses pencairan, penggunaan, dan

pertanggungjawaban. Sesuai dengan NHPD, Bawaslu harus mengelola hibah

pilkada dalam waktu tiga bulan sejak usulan pengesahan dan penetapan calon

terpilih. Pada akhir tahun, 998.667.600 dolar dikumpulkan dari Dana

1.000.000.000.

Alim (2018) mengkaji pelembagaan pelaporan dana kampanye pemilihan

kepala daerah. Pendekatan penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini.

Berdasarkan temuan penelitian ini, terdapat tekanan di lingkungan kelembagaan

di sekitar partai politik atau tim kampanye sebelum proses pelembagaan laporan

10
dana kampanye dapat dimulai. Massa yang diwakili oleh LSM dan aktivis

pemilu yang menginginkan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan

kampanye memberikan tekanan pertama, diikuti oleh KPU Kabupaten Sidoarjo

dan Panwaslu Kabupaten Sidoarjo.

Sebagai salah satu tanggung jawab keuangan desa, Siswadi (2017) meneliti

tentang pelaporan keuangan alokasi dana. Pendekatan penelitian kualitatif studi

kasus digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelaporan keuangan alokasi dana desa pemerintah desa Buon Mandiri telah

sesuai dengan Peraturan Bupati Banggai Nomor 5 Tahun 2015.

Berikut ini adalah tabel perbedaan dan kontribusi penelitian terdahulu:

Tabel 2.1

Perbedaan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu Persamaan Perbedaan


1 Gede Widia Agustana, - Metode - Lokasi Penelitian
Nyoman Trisna Herawati, penelitian - Fokus Penelitian
Anantawikrama Tungga kualitatif Transparansi dan
Atmaja (2017). akuntabilitas
Analisis Sumber Dana
Transparansi Dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Pura Khayangan
Tiga Di Desa Pakraman
Bondalem Kecamatan
Tejakula Kabupaten
Buleleng.
2 Putu Dian Handayani, - Metode - Lokasi Penelitian
AnantawikramaTungga penelitian - Fokus Penelitian
Atmadja, Ni Luh Gede Erni kualitatif Akuntabilitas Dan
Sulindawati (2017). Transparansi
Akuntabilitas Dan Pengelolaan
Transparasi Pengelolaan Keuangan
Keuangan Pada Sistem dana
Punia di Desa pakraman
Bangkang,Desa bakti seraga
11
Lanjutan tabel 2.1

No Penelitian Terdahulu - Persamaan - Perbedaan


Kecamatan Buleleng, - -
Kabupaten Buleleng
Provinsi Bali.
Made Rio Mahendra, - Metode - Lokasi Penelitian
3 Anantawikrama Tungga penelitian - Fokus Penelitian
Atmadja, Putu Julianto kualitatif Akuntabilitas
(2017).Analisis Pengelolaan Dana
Akuntabilitas Pengelolaan Sesari
Dana Sesari Pada Pura
Kahyangan Jagat Ponjok
Batu Provinsi Bali.
4 Luh Putu Dewi - Metode - Lokasi Penelitian
Sulistiani,1Anantawikrama penelitian - Fokus Penelitian
Tungga Atmadja, 2 Nyoman kualitatif Transparansi dan
Trisna Herawati (2017). akuntabilitas
Transparansi Dan
Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Punia Di Dadia
Prebali, Desa Gobleg,
Kecamatan Banjar,
Kabupaten Buleleng.
5 I Kadek Surya Mandarin, - Metode - Lokasi Penelitian
Anantawikrama Tungga penelitian - Fokus Penelitian
Atmadja, Nyoman Trisna kualitatif Akuntabilitas
Herawati (2017). Pengelolaan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
Keuangan Pada Sistem Dana
Punia Pura Goa Giri Putri Di
Desa Pakraman Karangsari,
Kecamatan Nusa Penida,
Kabupaten Klungkung.
6 Setiawan dkk (2017), - Metode - Lokasi penelitian
Analisis Transparansi Dan penelitian - Fokus Penelitian
Akuntabilitas Pelaporan kualitatif Transparansi Dan
Alokasi Dana Desa (Studi Akuntabilitas pada
Kasus Desa Bengkel, Kec. sistemPemerintah
Busungbiu, Kab. Buleleng) an Desa

12
Lanjutan tabel 2.1

No Penelitian Terdahulu - Persamaan - Perbedaan


7 Sabrina (2015), Penerapan - Metode - Lokasi Penelitian
Psak No.109 Tentang penelitian - Fokus Penelitian
Pelaporan Keuangan kualitatif Pelaporan
Akuntansi Zakat, Keuangan
Infaq/Sedekah Pada Badan Berbasis Zakat
Amil Zakat Provinsi
Sulawesi Utara
8 Litualy dkk (2021), Analisis - Metode - Lokasi Penelitian
Pengelolaan, penelitian - Fokus Penelitian
Pertanggungjawaban, dan kualitatif Pelaporan Dana
Pelaporan Dana Hibah Hibah
Bawaslu Di Kab. Maluku -
Barat Daya.
Alim (2018), meneliti - Metode - Lokasi Penelitian
9 tentang Institusionalisasi penelitian - Pelaporan Dana
Pelaporan Dana Kampanye kualitatif Kampanye
Pemilu Kepala Daerah
10 Siswadi (2017), Pelaporan - Metode - Lokasi Penelitian
Keuangan Alokasi Dana penelitian - Fokus Penelitian
Desa Sebagai Salah Satu kualitatif Pelaporan Dalam
Akuntabilitas Keuangan Sistem
Desa. Pemerintahan

Sumber: Diolah oleh peneliti 2022

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Stewardship

Teori Stewardship perilaku steward tidak akan meninggalkan organisasi

karena steward berusaha untuk mencapai tujuan organisasi, menurut teori

Donaldson dan Davis, yang menggambarkan situasi dimana manajer tidak

termotivasi oleh tujuan individu tetapi lebih terfokus pada hasil utama mereka

untuk kepentingan organisasi. . Teori ini memiliki landasan psikologis dan

sosiologis yang telah dirancang sedemikian rupa. Menurut Zamrana (2010),

tujuan dari teori ini adalah peneliti menyelidiki skenario di mana eksekutif dalam
13
bisnis dapat termotivasi untuk berperilaku sebaik mungkin terhadap prinsipal

mereka. Produk keuangan yang ditawarkan oleh lembaga perbankan dapat

digunakan untuk memahami stewardship theory. Nasabah dititipkan oleh bank

syariah sebagai prinsipal untuk mengelola dana, dengan tujuan mengakomodir

semua kepentingan bersama antara prinsipal dan steward. Hal ini didasarkan pada

hamba yang memiliki perilaku yang memungkinkan untuk dibentuk agar selalu

dapat diajak bekerja sama dalam organisasi, memiliki perilaku kolektif atau

kelompok yang memiliki utilitas tinggi terhadap individu, dan selalu bersedia

melayani.

Teori ini menurut Murwaningsari (2009) mengatakan bahwa ada hubungan

yang kuat antara kesuksesan dan kepuasan dalam suatu organisasi. Premis

filosofis dari stewardship theory adalah bahwa orang dapat dipercaya,

bertanggung jawab, dan dapat dipercaya karena integritasnya. Rakyat sebagai

pemilik utama sumber daya, dan pemerintah sebagai penatalayan dengan

tanggung jawab pengelolaan sumber daya. Pemerintah (steward) dan rakyat

(principal) mencapai kesepakatan berdasarkan kepercayaan sesuai dengan tujuan

organisasi. Organisasi di sektor publik bertujuan untuk melayani publik dan

mempertanggungjawabkan dirinya kepada publik (publik).

Menurut Raharjo (2007), teori stewardship memiliki landasan psikologis dan

sosiologis yang dimaksudkan untuk mencirikan manajer sebagai steward, pelayan,

atau agen. Menurut teori stewardship, manajer yang lebih fokus pada keuntungan

organisasi atau kepentingan prinsipal daripada tujuan dan kepentingan pribadi

mereka disebut sebagai manajer stewardship. Upaya steward untuk mencapai

14
tujuan organisasi memastikan bahwa perilaku steward tidak akan meninggalkan

organisasi.

Menurut stewardship theory, manajer akan bertindak sesuai dengan tujuan

bersama. Pelayan akan berusaha untuk bekerja sama daripada menentang pemilik

ketika kepentingan masing-masing berbeda. Karena steward lebih fokus pada

upaya mencapai tujuan organisasi, mereka percaya bahwa bertindak sesuai dengan

perilaku pemilik adalah rasional.

Menurut Raharjo (2007), teori kepengurusan berpendapat bahwa kepuasan

pemilik dan keberhasilan organisasi sangat terkait. Fungsi utilitas akan maksimal

karena steward akan menjaga kekayaan organisasi dan memaksimalkan kinerja

perusahaan. Karena sebagian besar pemegang saham memiliki kepentingan yang

terlayani dengan baik dengan meningkatkan kemakmuran organisasi, maka

steward yang berhasil meningkatkan kinerja perusahaan akan dapat memuaskan

mayoritas organisasi lainnya. Akibatnya, steward pro-organisasi termotivasi untuk

memaksimalkan kinerja perusahaan selain memuaskan kepentingan pemegang

saham. Ini tidak berarti bahwa penatalayan mewujudkan konflik antara kebutuhan

pribadi dan tujuan organisasi atau keyakinan bahwa kebutuhan pribadi akan

dipenuhi dengan bekerja untuk organisasi dan kemudian direkrut.

Namun, persepsi bahwa individu yang bertindak dengan cara pro-organisasi

akan lebih berguna daripada mereka yang individualistis dan mementingkan diri

sendiri membatasi kesempatan untuk kepengurusan. Steward mengantisipasi

bahwa kepentingan pemilik dan perusahaan akan hidup berdampingan. Akibatnya,

15
minat dan dorongan steward untuk mendapatkan utilitas difokuskan pada

organisasi daripada tujuan pribadi mereka sendiri.

2.2.2. Pelaporan

Bastian (2010) mengatakan bahwa kewajiban menyajikan dan melaporkan

kinerja seluruh aktivitas dan sumber daya yang harus dipertanggungjawabkan

tercermin dalam pelaporan. Salah satu bentuk proses akuntabilitas kinerja adalah

pelaporan ini. Laporan keuangan harus ditulis, disusun, dan dilaporkan secara

teratur dan kelembagaan oleh setiap instansi pemerintah.

Suatu bentuk pertanggungjawaban atas suatu tindakan atau kegiatan diberikan

melalui laporan. Pemahaman atas laporan yang disampaikan sejumlah pakar

tersebut dapat dilihat di bawah ini. Laporan menurut sumber Keraf (Rajab, 2009)

adalah suatu cara komunikasi dimana penulis menyampaikan informasi kepada

seseorang atau badan dalam rangka memenuhi tugasnya. Sesuai dengan temuan,

laporan tersebut sebagaimana dikemukakan Soegito (Rajab, 2009) memuat

informasi yang didukung dengan data yang komprehensif. Karena cara data

disusun, informasi yang kami berikan dapat diandalkan dan mudah dipahami.

Dari sudut pandang ini dapat ditarik kesimpulan bahwa reportase adalah suatu

cara penyampaian informasi yang didukung oleh data yang lengkap sesuai dengan

fakta agar informasi yang disajikan dapat dipercaya dan mudah dipahami.

Laporan dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis. Pencatatan dan

pelaporan tidak dapat dipisahkan karena sebelum dibuat laporan, hal-hal yang

akan dilaporkan terlebih dahulu harus dicatat dari bawahan ke atasan atau dari

instansi daerah ke instansi pusat.

16
2.2.3. Sistem Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Akuntansi dana publik sering diartikan sebagai akuntansi sektor publik, yang

mencakup metode dan analisis yang digunakan oleh setiap organisasi sektor

publik. Penerapan dan perlakuan akuntansi di ranah publik juga terkait dengan

akuntansi sektor publik. Bastian (2010) mendefinisikan akuntansi sektor publik

sebagai mekanisme teknis dan analisis akuntansi yang digunakan untuk mengelola

dana publik di lembaga tinggi negara dan departemennya, pemerintah daerah,

BUMN, BUMD, LSM, dan yayasan sosial, serta dalam proyek yang melibatkan

kerjasama antara sektor publik dan swasta.

Menurut Bastian (2010), lembaga negara tingkat tinggi dan departemen yang

melapor kepada mereka, pemerintah daerah, yayasan, partai politik, universitas,

dan organisasi publik nirlaba lainnya termasuk dalam ruang lingkup akuntansi

sektor publik. Akuntansi sektor publik di Indonesia berfokus pada bidang-bidang

utama sebagai berikut:

a. Akuntansi pemerintah pusat,

b. Akuntansi pemerintah daerah,

c. Akuntansi partai politik,

d. Akuntansi LSM,

e. Akuntansi yayasan,

f. Akuntansi pendidikan,

g. Akuntansi kesehatan,

h. Akuntansi tempat peribadatan.

17
Sistem pelaporan keuangan sektor publik Menurut (Bastian,2010) terdiri dari

tiga sistem yaitu:

A. Basis kas (juga dikenal sebagai basis kasus), yaitu sistem akuntansi

yang hanya memperhitungkan arus kas masuk dan keluar; B. Basis akrual,

yang menyatakan bahwa penerimaan dan pengeluaran diperhitungkan saat

transaksi terjadi daripada saat uang tunai diterima atau dibayarkan untuk

transaksi tersebut;

C. Akuntansi dana, sistem akuntansi sektor publik alternatif berdasarkan

kas dan prosedur kontrol anggaran, juga dikenal sebagai akuntansi dana.

2.2.4. Pengelolaan Keuangan Pura

Masmudi (2003) mengatakan bahwa laporan keuangan sektor publik pada dasarnya

adalah cara pemerintah untuk meminta pertanggungjawaban rakyat atas penggunaan

dana publik dari pajak, biaya, atau transaksi lainnya. Atas dasar itu, pengelolaan

keuangan pura merupakan rangkaian tindakan untuk mengelola keuangan pura, dimulai

dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.

Alhasil, upaya penggalangan dana pura dapat terlaksana dengan baik dan efektif.

Akuntabilitas tidak lepas dari pembahasan praktik pengelolaan keuangan. Bentuk

pertanggungjawaban pihak yang bertugas mengelola pihak pemberi tugas atau mandat

disebut pertanggungjawaban pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, prinsip keadilan,

efektivitas, keterbukaan, dan akuntabilitas publik harus menjadi pedoman dalam

pengelolaan keuangan. Selain itu, prinsip efektifitas harus ditekankan. Pelaksanaan

pengelolaan keuangan bertujuan agar dana digunakan sesuai dengan kebutuhan dan

prosedur penerimaan, pencatatan, dan pengeluaran uang dipahami dan dipatuhi.

18
2.2.5. Akuntabilitas

Akuntabilitas didefinisikan oleh Halim (2012) sebagai kewajiban untuk

meminta pertanggungjawaban individu, badan hukum, atau organisasi atas

tindakan dan kinerjanya di depan pihak lain yang memiliki hak untuk meminta

pertanggungjawaban dan informasi. Bastian (2010) menawarkan definisi

akuntabilitas yang berbeda, yaitu kewajiban untuk menjawab, menjelaskan kinerja

dan tindakan seseorang atau badan hukum, dan kepemimpinan kolektif atau

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau wewenang untuk meminta

informasi atau pertanggungjawaban. Mengenai definisi akuntabilitas menurut

Kusumastuti (2014) adalah suatu bentuk kewajiban dari pihak penyelenggara

kegiatan publik untuk dapat menjelaskan dan menjawab semua pertanyaan

mengenai langkah-langkah dari semua keputusan dan proses yang dilakukan, serta

mempertanggungjawabkannya. hasil kinerja mereka.

Menurut definisi di atas, akuntabilitas adalah kewajiban seseorang atau unit

organisasi untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya dan

kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan melalui media pertanggungjawaban secara berkala. Sistem

akuntabilitas dan pengelolaan organisasi yang mengacu pada prinsip akuntabilitas

diperlukan untuk pengendalian intern yang efektif. Menerapkan akuntabilitas

memerlukan membandingkan apa yang sebenarnya terjadi dengan apa yang

seharusnya terjadi untuk menentukan apa yang harus dipertanggungjawabkan.

Mardiasmo (2009) mengatakan bahwa ada dua jenis akuntabilitas:

19
1. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability)

Akuntabilitas vertikal adalah tanggung jawab untuk mengelola dana

kepada otoritas yang lebih tinggi. Misalnya, unit pengelola dana

bertanggung jawab kepada pemerintah daerah, pemerintah daerah

bertanggung jawab kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat

bertanggung jawab kepada MPR.

2. Akuntabilitas horizontal

Akuntabilitas horizontal adalah ketika seseorang atau sesuatu dimintai

pertanggungjawaban kepada orang atau lembaga yang setara.

Akuntabilitas pribadi, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok,

akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas pemangku kepentingan adalah lima

tingkat akuntabilitas. Syahrudin (2002) mengatakan bahwa akuntabilitas juga

memiliki lima dimensi, antara lain:

a. Akuntabilitas hukum dan kejujuran (accountability for probity and

legality)

Akuntabilitas kejujuran adalah tentang menghindari penyalahgunaan

jabatan, korupsi, dan kolusi, sedangkan akuntabilitas hukum adalah

tentang mematuhi undang-undang organisasi dan peraturan lainnya.

Akuntabilitas kejujuran memastikan praktik organisasi yang sehat,

sementara akuntabilitas hukum memastikan penegakan supremasi hukum.

b. Akuntabilitas manajerial

20
Akuntabilitas manajerial, juga dikenal sebagai akuntabilitas kinerja,

mengacu pada tanggung jawab seseorang untuk memimpin organisasi

dengan cara yang efisien dan efektif.

c. Akuntabilitas program

Akuntabilitas program juga menyiratkan bahwa program organisasi harus

berkualitas tinggi dan membantu dalam mencapai visi, misi, dan tujuan

organisasi. Program harus dimintai pertanggungjawaban oleh lembaga

publik untuk pembuatannya dan implementasi selanjutnya.

d. Akuntabilitas kebijakan

Dengan mempertimbangkan dampaknya di masa mendatang, lembaga

publik seharusnya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah

ditetapkan. Ketika mengembangkan suatu kebijakan, tujuan kebijakan dan

alasan implementasinya harus dipertimbangkan.

e. Akuntabilitas financial

Merupakan tanggung jawab lembaga publik untuk menggunakan dana

publik (uang publik) secara ekonomis, efektif, dan efisien, menghindari

korupsi dan kebocoran dana. Karena itu adalah perhatian utama

masyarakat, akuntabilitas keuangan adalah yang paling penting. Untuk

memenuhi kewajiban akuntabilitas ini, lembaga publik diharuskan

membuat laporan keuangan yang memberikan gambaran kinerja keuangan

organisasi kepada pihak luar.

21
2.2.6. Transparansi

Menurut Krina (2003), transparansi adalah prinsip yang menjamin akses

setiap orang terhadap informasi tentang pemerintahan, khususnya proses

pembuatan kebijakan, pelaksanaannya, dan hasil yang dicapai. Kebijakan

transparan untuk pengawasan adalah transparansi. Sedangkan informasi adalah

informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat diakses oleh

masyarakat. Keterbukaan informasi diantisipasi akan mengarah pada kebijakan

berdasarkan preferensi publik dan kompetisi politik yang sehat dan toleran.

Menjadi transparan berarti menyadari bahwa manajer harus memberikan

informasi kepada pemangku kepentingan tanpa merahasiakan apa pun. Ada

banyak sisi transparansi. Berikut dimensi transparansi Mardiasmo (2009):

1. Informativeness (informatif)

Stakeholder yang membutuhkan informasi yang jelas dan akurat disediakan

berita, penjelasan mekanisme, prosedur, data, dan fakta. Menurut Mardiasmo

(2006), indikator informatif meliputi:

a. Agar keputusan ekonomi, sosial, dan politik didasarkan pada laporan

keuangan dan untuk menghindari keterlambatan dalam pengambilan

keputusan tersebut, maka harus disajikan tepat waktu.

b. Di Indonesia, pelaporan informatif yang memadai tentang hal-hal

signifikan harus disertakan dalam penyajian laporan keuangan sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

c. Agar informasi dapat dipahami dan menghindari kesalahpahaman, itu

harus jelas.

22
d. Pengguna yang menerima dan menggunakan informasi tersebut tidak

boleh disesatkan dan informasi tersebut harus bebas dari kesalahan. Selain

itu, informasi yang akurat harus menyampaikan maksudnya dengan jelas.

e. Laporan keuangan dari berbagai lembaga harus dapat dibandingkan

sepanjang periode waktu. Akibatnya, laporan keuangan harus dapat

digunakan untuk membandingkan kinerja suatu organisasi dengan

organisasi lain yang sebanding dengannya.

f. Semua pihak harus dapat dengan mudah mengakses informasi tersebut.

2. Disclosure (pelaporan)

Pelaporan kepada masyarakat atau publik (stakeholders) atas aktivitas dan

kinerja finansial.

a. Situasi dengan Uang Pandangan komprehensif atau kondisi keuangan

organisasi selama periode waktu tertentu.

b. The Management Board Komponen organisasi, atau unit kerja. Pembagian

kerja dan integrasi berbagai fungsi atau kegiatan (koordinasi) ditunjukkan

oleh struktur organisasi.

c. Bagaimana kegiatan direncanakan dan apa yang mereka capai. serangkaian

langkah yang diambil untuk mendapatkan hasil yang diinginkan

2.2.7. Peran Strategis Akuntansi dalam Organisasi Keagamaan

Data sistem akuntansi dapat bermanfaat bagi pihak internal maupun eksternal.

Manajemen menggunakan data akuntansi untuk mengalokasikan dana dan

memperkirakan nilai ekonomi dari tugas yang diselesaikan. Orang luar dapat

melihat siapa yang bertanggung jawab atas uang yang dikelola oleh petugas pura

23
dengan menggunakan pembukuan. Keunggulan informasi yang dimanfaatkan

akan berdampak pada sifat strategis peran akuntansi dalam pengelolaan organisasi

keagamaan.

Dengan sistem akuntansi yang andal dan akurat, laporan pertanggungjawaban

keuangan yang akan disampaikan kepada Allah dan ummat dapat disusun. Sistem

akuntansi yang efisien diharapkan dapat menghasilkan pengendalian internal yang

efektif. untuk memastikan bahwa para pengurus bait suci tidak melakukan

kesalahan dan menghasilkan laporan keuangan yang sangat baik. Kuil juga dapat

menggunakan sistem akuntansi untuk mengelola keuangan mereka dengan cara

yang lebih fokus, akuntabel, dan transparan. Menurut Halim dan Kusufi (2012),

operasi siklus akuntansi yang baik memerlukan sumber daya manusia akuntansi

dan manajemen keuangan yang kompeten.

2.2.8. Dana Punia (sumbangan keagamaan)

Punia menurut agama Hindu merupakan salah satu ajaran yang harus dihayati

dan diamalkan. Pengertian dana punia adalah pemberian yang baik dan suci secara

tulus sebagai bentuk pengamalan ajaran dharma. Sesuai dengan asal kata punia,

dana berarti pemberian dan punia berarti selamat, baik, bahagia, indah dan suci.

Dana punia merupakan sarana untuk meningkatkan sradha dan ketaqwaan kita

kepada Tuhan Yang Maha Esa, selain itu pemberian punia akan membangun sikap

peduli kita terhadap sesama.

Pemberian dana punia dapat berupa makanan (Kanista Dana), pakaian

(Madhyama Dana), jasa (Utama Dana), dan pemberian berupa ilmu (Vidya Dana).

Tidak hanya sebatas materi, Dana Punia juga bisa berbentuk non materi, yang

24
terpenting dilandasi keikhlasan dan keikhlasan. Berikut adalah tiga jenis Dana

Hindu Punia:

1. Dharmadana, bermakna memberikan budi pekerti luhur untuk

merealisasikan ajaran dharma.

2. Widyadana, yakni memberikan ilmu pengetahuan.

3. Arthadana, bermakna memberikan harta benda yang diperoleh melalui

jalan dharma dengan tulus dan ikhlas.

Pandemi telah memberikan dampak yang signifikan bagi kehidupan banyak

orang saat ini. Akibatnya, sulit memenuhi kebutuhan hidup. Selain mereka yang

bermasalah, banyak orang yang terus hidup sejahtera, hidup mandiri.

Oleh karena itu, sumbangan dari individu sangat diperlukan. Selain untuk

mendekatkan manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa, ajaran ini bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia. Donasi tentunya harus dilakukan dengan

keikhlasan sebagai bentuk pengabdian kepada Tuhan. Ajaran Hindu menekankan

pentingnya membantu mereka yang membutuhkan. Memberi sedekah berdasarkan

keikhlasan dianjurkan dalam beberapa literatur. Pemberian punia manfaat antara

lain sebagai berikut :

1. Kekayaan yang didermakan dalam rangka tujuan luhur tidak akan pernah

hilang.

2. Memperoleh pahala yang setinggi-tingginya.

3. Mensejahterakan masyarakat

4. Dihargai masyarakat

5. Memperoleh keabadian. rahmat-Nya, kekayaan dan panjang usia.

25
6. Tuhan Yang Maha Kuasa akan mengambil kekay aan dari orang-orang

taman dan menganugerahkannya kepada orang-orang yang dermawan.

Berikut adalah dasar-dasar atau referensi sloka dari kitab suci agama Hindu

tentang sumbangan keagamaan: Sarasamuccaya 262 adalah yang pertama. Di

Sarasamuscaya 262, diputuskan bahwa sepertiga dari aset pekerjaan akan masuk

ke Dharma, sepertiga lagi ke Kama, dan sepertiga ke Artha. Hal ini sesuai dengan

pernyataan berikut: Mengingat keadaan, salah satu dari tiga hasil bisnis adalah

kebaikan dharma, biaya untuk memuaskan kama, atau kenikmatan, dan

mengembangkan modal bisnis di bidang artha, atau ekonomi, sehingga

pertumbuhan dapat berlanjut. . Dengan demikian, individu yang ingin mencapai

kebahagiaan membagi hasil usahanya menjadi tiga bagian.

Teks Veda pertama, Atharvaveda, memuat ayat-ayat yang juga menjelaskan

kebajikan orang-orang sehubungan dengan tindakan memberi sedekah. III.24.5,

yang mengatakan, hai manusia, kumpulkan kekayaan dengan seratus tangan dan

berikan kekayaan dengan seribu tangan, dan Anda akan menuai keuntungan penuh

dari upaya dan pengetahuan Anda.

2.2.9. Etnometodologi

Etnometodologi berasal dari tiga kata Yunani, ‘etnos’, ‘metodas’, dan logos

‘Etnos’ artinya orang, ‘Metodas’ artinya metode dan ‘logos’ berarti ilmu. Secara

harfiah etnometodologi diartikan sebagai studi atau ilmu tentang metode yang

digunakan untuk meneliti bagaimana individu-individu menciptakan dan

memahami kehidupan mereka sehari-hari, seperti cara mereka menyelesaikan

pekerjaan di dalam hidup sehari-hari. Ada 2 Konsep dan Jenis Etnometodologi

26
1. Study Setting Institusional

Tipe pertama adalah penelitian etnometodologi institusional. Kajian

etnometodologis pertama yang dilakukan oleh Garfinkel dan rekannya

dilakukan di tempat umum, tidak dilembagakan seperti di rumah.

Belakangan, fokus bergeser ke studi tentang perilaku sehari-hari dalam

pengaturan kelembagaan seperti pengadilan, klinik, dan kantor polisi

(Ten Have, 1995). Jenis penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk

mendapatkan pemahaman tentang prosedur dan praktik yang terjadi di

tempat orang menjalankan tanggung jawab kantornya. Studi sosiologi

konvensional tentang setting institusional seperti itu memusatkan

etnometodologi, paksaan eksternal tak memadai untuk menerangkan

apa yang perhatian pada strukturnya, aturan formalnya, dan prosedur

resmi untuk menerangkan apa yang dilakukan orang di dalamnya.

Menurut pakar sebenarnya terjadi di dalam institusi itu. Orang tidak

ditentukan oleh kekuatan eksternal seperti itu; mereka menggunakan

institusi untuk menyelesaikan tugas mereka dan untuk menciptakan

institusi di mana mereka berada di dalamnya.

2. Analisis Percakapan

Jenis etnometodologi kedua adalah analisis percakapan (conversation

analysis). Tujuan analisis percakapan adalah untuk memahami secara

rinci struktur fundamental interaksi melalui percakapan. Percakapan

didefinisikan dalam arti yang sama dengan unsur dasar perspektif

etnometodologi. Menurut Zimmerman, (1988) Percakapan adalah

27
aktivitas interaksi yang menunjukkan aktivitas yang stabil dan teratur

yang merupakan kegiatan yang dapat dianalisis. Meski percakapan

mempunyai aturan dalam prosedur keduanya tak menentukan apa yang

dikatakan, tetapi digunakan untuk "menyempurnakan percakapan".

perhatian percakapan terbatas pada mengenal apa yang dikatakan dalam

percakapan itu dan bukan kekuatan eksternal yang membatasi

percakapan. Percakapan dipandang sebagai tatanan internal sekuensial.

Menurut Kamayanti (2020) penelitian etnometodologi menggunakan empat

analisis yaitu:

1. Tujuan analisis indeksikalitas adalah untuk menemukan informasi

simbolik dalam ekspresi, gerak, dan ekspresi masyarakat sehari-hari.

Melalui tahapan analisis refleksifitas, interpretasi yang lebih mendalam

dari informasi ini akan diberikan.

2. Tujuan dari analisis refleksivitas adalah untuk melihat makna yang

lebih dalam dan informasi simbolik yang biasanya dibagikan oleh para

informan. Adalah tugas seorang ahli etnometodologi untuk

menghidupkan kembali minat informan dalam mendiskusikan alasan-

alasan logis dan proses penemuannya.

3. Melaporkan kegiatan praktis sehari-hari yang dapat dikenali dan

dilaporkan adalah analisis tindakan konseptual. Tahap terakhir dari

pengembangan ekspresi indeksikalitas, yang kemudian diterapkan

secara rasional melalui sarana refleksif, adalah tindakan konseptual.

28
Selain kegiatan secara keseluruhan, sifat perbuatan yang dapat

diketahui dan dilaporkan menjadi bentuk pertanggungjawaban.

4. Gambaran tentang kehidupan sehari-hari dan kesepakatan informan

sebagai anggota masyarakat akan diberikan melalui pemaparan

pengetahuan akal sehat tentang struktur sosial dan informasi simbolik

yang diperoleh dari analisis indeksikalitas. Bagaimana indeksikalitas

terbentuk dapat dilihat dengan memahami hubungan antara indeks dan

refleksi. Gambaran tentang kehidupan sehari-hari para informan dan

kesepakatan masyarakat akan disajikan melalui hasil simbolik dari

analisis indeksikalitas. Bagaimana indeksikalitas terbentuk dapat dilihat

dengan memahami hubungan antara indeks dan refleksi.

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini akan disajikan dalam bentuk

transkrip, yang kemudian akan dilakukan analisis indeksikalitas untuk diproses

lebih lanjut. Informan simbolik yang diperoleh akan diverifikasi oleh informan

dan digunakan untuk menarik kesimpulan singkat. Analisis refleksifitas dilakukan

untuk mengetahui makna simbolik informan yang diperoleh setelah informan

memverifikasi kesimpulan sementara. Analisis tindakan kontekstual akan

digunakan untuk melihat makna yang ditemukan selama proses analisis

refleksifitas. Studi ini menggunakan analisis tindakan kontekstual untuk melihat

apakah indeks rasional dan pembenaran yang mendasari makna benar-benar

diterapkan. Untuk menjelaskan proses pelaporan punia dana sebagai bentuk

norma atau aturan yang diyakini dan diikuti bersama, disajikan pengetahuan akal

sehat tentang struktur sosial.

29
2.3. Kerangka Pemikiran

Fungsi kerangka pemikiran adalah mempermudah peneliti (penulis) untuk

melakukan aktivitas yang lebih efisien. Penelitian memerlukan suatu metode yang

sistematis dan terukur, sehingga kerangka pemikiran memberikan skema di dalam

gerak langkah yang akan dilakukan dalam setiap komponen-komponen yang akan

dilalui pada penelitian ini.

Kegiatan keuangan tidak terlepas dari organisasi keagamaan seperti pura yang

dianggap milik bersama oleh umat. Akibatnya, pengelolaan keuangan mereka

memerlukan pembuatan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban

atas kegiatan keuangan. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa modal

persekutuan yang ketat berasal dari aset individu dan kontributor, dan individu

dan dermawan tidak mengharapkan imbalan atas pemberian yang mereka berikan.

Namun, terlepas dari fakta bahwa mereka tidak meminta pengembalian, para

donor atau anggota pasti mengantisipasi menerima pengembalian atas kontribusi

mereka. Sebagai cara untuk meminta pertanggungjawaban manajemen nirlaba atas

dana yang mereka berikan, donor biasanya memerlukan pelaporan. Tentu saja,

para anggota ini—juga dikenal sebagai Umat—ingin tahu apakah dana yang

mereka berikan dikelola dengan baik dan dapat melayani kepentingan publik.

Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, tata cara pelaporan dana punia dipilih

sebagai topik penelitian. Peneliti mengembangkan kerangka kerja untuk penelitian

ini dalam paragraf berikut.

30
Pura Agung
Purnasadha Tolai

Dana Punia

Pelaporan

Akuntabilitas

Tuhan Yang Maha Masyarakat Hindu


Esa

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Sumber: Diolah oleh peneliti 2022

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Paradigma Metode Penelitian

Suatu langkah yang dilakukan peneliti dengan maksud mengumpulkan data

dan melakukan penyelidikan berdasarkan data tersebut dikenal dengan metode

penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

etnometodologis dengan mendeskripsikan dan mengelaborasi Pelaporan Dana

Punia di Pura Agung Purnasadha Tolai. Sugiono (2004) mengatakan bahwa

metode penelitian kualitatif dapat digunakan untuk melihat kondisi objek yang

natural. Metode ini menggunakan teknik pengumpulan data induktif atau

instrumen kunci, dan temuan penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna

daripada generalisasi. Penelitian etnometodologis adalah penelitian empiris

tentang bagaimana orang menjalani aktivitas sehari-harinya, seperti: penalaran,

komunikasi, dan pengambilan keputusan.

3.2. Metode Penelitian

Pendekatan etnometodologis untuk penelitian kualitatif digunakan dalam

penelitian ini, yang meneliti bagaimana orang menjalani kehidupan sehari-hari

mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnometodologi karena kaitannya

dengan tujuan utama, yaitu memahami proses komunitas di Pura Agung

Purnasadha Tolai.

32
3.3. Rancangan Prosedur Penelitian

3.3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Pura Agung Purnasadha Tolai di Desa

Tolai Kabupaten Parigi Moutong.

3.3.2. Informan Penelitian

Pura Pemempon adalah sekelompok orang yang tergabung dalam Desa Adat,

Banjar Adat, Seka, atau sebutan lain dan bertanggung jawab atas pemeliharaan,

persiapan, dan pelaksanaan yadnya. Seorang ketua, wakil, sekretaris, bendahara,

dan sejumlah seksi divisi membentuk pura Pemmpon. Wawancara mendalam

dengan informan yang menjadi sumber informasi dilakukan untuk mendapatkan

data dan informasi yang valid dan akurat. Informan yang dipilih adalah mereka

yang terlibat langsung, memahami pelaporan dana punia, dan mampu memberikan

contoh (informasi).

1. KK (Ketua pengempon)

Orang yang bertanggung jawab baik secara internal kepada Rapat

Pengembangan Organisasi maupun pada akhir masa jabatannya dan yang

mengkoordinasikan dan menyelenggarakan seluruh pelaksanaan program

kerja organisasi.

2. SM (Sekretaris pengempon)

Individu yang bertanggung jawab kepada ketua organisasi yang

mengkoordinasikan seluruh pelaksanaan administrasi dan tata kerja

organisasi. Mereka membentuk Tim Kerja Keuangan (TKK) di jajaran

direksi, bersama Ketua dan Bendahara.

33
3. KH (Bendahara pengempon)

Individu yang bertanggung jawab melacak penerimaan, pengeluaran, dan

pembayaran organisasi yang dilakukan dari dana hukuman (seperti uang

tunai atau barang) dan yang bekerja sama dengan Ketua untuk membuat

dan mengesahkan keputusan dan kebijakan keuangan organisasi.

4. GB (Salah Satu Umat Pura Agung Purnasadha Tolai)

Orang yang terlibat sebagai pelaksana teknisi atau sebagai ketua panitia

salah satu kegiatan yang ada di Pura Agung Purnasadha Tolai.

Alasan keempat informan di atas dipilih adalah karena keempat informan

tersebut merupakan orang-orang yang bertanggung jawab langsung terhadap

pencatatan alur dana punia yang diperoleh oleh Pura Agung Purnasadha Tolai dan

keterlibatan mereka dalam proses penyusunan pelaporan

3.3.3. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Untuk memperoleh informasi dan data yang dikelola dalam penelitian ini,

maka pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut.

1. Pengamatan (Observasi)

Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

secara langsung pada tempat penelitian. Kegiatan observasi dalam

penelitian ini adalah peneliti ikut dalam setiap kegiatan serta melihat

bentuk fisik dari hasil pelaporan yang sudah berjalan.

2. Wawancara (Interview)

Wawancara (Tanya jawab) secara langsung kepada informan dan

membahas berbagai aktivitas terkait pelaporan, seperti: bagaimana mereka

34
melakukan pencatatan, bagaimana mereka bekerja dan bagaimana

pertanggungjawaban kepada masyarakat desa.

3. Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen yang terkait

dengan pelaporan Pura Agung Purnasadha Tolai seperti buku-buku, foto-

foto, catatan harian dan lain sebagainya. Studi dokumentasi ini sebagai

bukti pendukung dalam penelitian. Hasil dari observasi dan wawancara

dengan pihak informan akan lebih dapat dipercaya bila didukung dengan

adanya dokumentasi terkait dengan penelitian. Dokumentasi yang akan

dimasukan berupa foto dari struktur organisasi, kegiatan observasi dan

wawancara.

Sugiyono (2014) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan

menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi. Ini termasuk mengatur data ke dalam kategori, mendeskripsikannya

ke dalam unit, mensintesis, menyusunnya menjadi pola, memilih mana yang

penting dan apa yang akan dipelajari, dan menarik kesimpulan yang mudah

dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Proses analisis data penelitian ini terdiri

dari empat langkah berikut:

A. Analisis indeksikalitas berusaha mengidentifikasi informasi

simbolik dalam ekspresi, gerakan, dan ekspresi sehari-hari suatu

komunitas. Melalui tahapan analisis refleksifitas, interpretasi yang

lebih mendalam dari informasi ini akan diberikan.

35
B. Tujuan dari analisis refleksivitas adalah untuk melihat makna

yang lebih dalam dan informasi simbolik yang biasanya dibagikan

oleh informan. Adalah tugas seorang ahli etnometodologi untuk

menghidupkan kembali minat informan dalam mendiskusikan

alasan-alasan logis dan proses penemuannya.

C. Pelaporan kegiatan praktis sehari-hari yang dapat dikenali dan

dilaporkan dikenal dengan analisis tindakan kontekstual. Tahap

terakhir dalam perkembangan ekspresi indeksikalitas adalah sacred

action, yang kemudian diterapkan secara rasional dan refleksif.

Selain kegiatan secara keseluruhan, sifat perbuatan yang dapat

diketahui dan dilaporkan menjadi bentuk pertanggungjawaban.

D. Gambaran tentang kehidupan sehari-hari dan kesepakatan-

kesepakatan yang dibuat oleh informan sebagai anggota

masyarakat akan disajikan oleh penyajian pengetahuan akal sehat

tentang struktur sosial dan informasi simbolik yang diperoleh dari

analisis indeksikalitas. Bagaimana indeksikalitas terbentuk dapat

dilihat dengan memahami hubungan antara indeks dan refleksi.

Gambaran tentang kehidupan sehari-hari informan dan kesepakatan yang

mereka miliki sebagai anggota masyarakat akan disajikan oleh simbolisme yang

diperoleh dari analisis indeksikalitas. Bagaimana indeksikalitas terbentuk dapat

dilihat dengan memahami hubungan antara indeks dan refleksi. Data yang

dikumpulkan untuk penelitian ini akan disajikan dalam bentuk transkrip, yang

kemudian akan dilakukan analisis indeksikalitas untuk diproses lebih lanjut.

36
Dalam penelitian ini, indeksikalitas mengacu pada kegiatan yang berupa laporan,

penyampaian, dan penyelesaian.

Informan simbolik yang diperoleh akan diverifikasi oleh informan dan

digunakan untuk menarik kesimpulan singkat. Kesimpulan sementara dari

refleksifitas dalam penelitian ini adalah bahwa kegiatan bendahara adalah

mencatat penerimaan dan pengeluaran semua kegiatan yang ada di pura, dan

semua kegiatan tersebut harus diketahui oleh para wali. Setelah informan

memverifikasi kesimpulan sementara, dilakukan analisis refleksifitas untuk

menemukan makna dibalik simbolik informan yang diperoleh. Analisis tindakan

kontekstual akan digunakan untuk melihat makna yang ditemukan selama proses

analisis refleksifitas. Studi ini menggunakan analisis tindakan kontekstual untuk

melihat apakah indeks rasional dan pembenaran yang mendasari makna benar-

benar diterapkan. Konteks penelitian ini adalah organisasi nirlaba atau nirlaba

yang di dalamnya masing-masing anggota memiliki tanggung jawabnya masing-

masing, namun segala aktivitas terkait harus diketahui oleh seluruh manajemen

yang ada guna menumbuhkan kerjasama tim yang baik dan mencapai tujuan.

bersama.

Proses pelaporan punia dana dijelaskan melalui penerapan pengetahuan akal

sehat tentang struktur sosial. Artinya semua kegiatan di Pura Agung Pursadha

Tolai didasarkan pada kesepakatan bersama dimana semua pengurus dan individu

mengetahui semua kegiatan yang berlangsung di pura.

37
3.3.4. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data subyektif, khususnya berupa informasi

yang dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan partisipan.

Penelitian kualitatif digunakan dalam jenis penelitian ini. Kata-kata dan

tindakan merupakan sumber data utama dalam penelitian kualitatif, dengan

data tambahan yang berasal dari dokumen dan sumber lain.

38
Skema analisis data sebagai berikut:

Dana Punia

Pelaporan

Proses

Indeksikalitas Refleksivitas Kontekstual Common Sense


Knoledge of Social
Structures

Observasi Wawancara Dokumentasi

Memahami Proses
Pelaporan Dana
Punia

Gambar 3.1
Skema Analisis Data
Sumber: Diolah oleh peneliti 2022

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Pura Agung Purnasadha Tolai yang menjadi objek dalam penelitian ini

merupakan salah satu Pura yang ada di Desa Tolai. Pura Agung Purnasadha Tolai

beralamat di Desa Tolai Kecamatan Torue Kabupaten Parigi Moutong, yang di

bangun pada tahun 1968 yang masih berupa Turus Lumbung, yang merupakan

gagasan dari para leluhur yang hidup pada masa itu. Pada sekitaran tahun 1976

barulah dibangun dengan struktur permanen dan pembangunan Pura kembali

dilakukan seperti pembagian Mandala Utama yaitu area Utama Mandala

merupakan area privat yang hanya bisa diakses oleh mereka yang akan sholat atau

beribadah di sana. Ada beberapa aturan untuk memasuki kawasan suci ini, antara

lain sebagai berikut: harus memakai pakaian adat untuk sembahyang, tidak boleh

kotor (jika wanita sedang haid), dan tidak boleh dalam keadaan cantaka (ketika

ada anggota keluarga yang lewat). jauh).

Selain itu, terdapat Bale Gong di Madya Mandala yang merupakan kawasan

tempat masyarakat bekerja untuk menjalin hubungan baik satu sama lain. Di

kawasan Madya Mandala ini, biasanya masyarakat mengadakan acara kesenian

untuk mendorong hubungan manusia-manusia yang harmonis dan memungkinkan

umat Hindu untuk bersosialisasi satu sama lain guna membangun kerukunan antar

umat beragama. Jika tidak ada acara, maka jamaah berkumpul di area Bale Gong

untuk saling bersilaturahmi dan menunggu acara sholat berjamaah selanjutnya.

40
Kawasan ini cukup luas untuk menggelar acara seperti megambel, tarian, dan

acara menunggu salat. Terakhir, Mandala Nista dibuka untuk umum. Setiap orang

yang ingin beribadah atau sekedar menunggu bisa menuju kawasan ini, yang juga

berfungsi sebagai tempat parkir bagi umat Hindu yang ingin melaksanakan

ibadah. Selain itu, terdapat Bale Kulkul, alat komunikasi tradisional masyarakat

bambu yang juga berfungsi sebagai pos keamanan, di kawasan ini.

Status pura pun menjadi pura Dalem yang merupakan bagian dari Pura Tri

Kahyangan Jagad dan menjadi satu kesatuan dengan pura Pura Brahma Yoga

sebagai Pura Desa (tempat berstananya Dewa Brahma) berlokasi di dusun

Pancasari Balinggi Jati dan Pura Wisnu Yoga sebagai Pura Puseh (sebagai tempat

berstananya Dewa Wisnu) berlokasi di dusun Palasari desa Balinggi. Dengan

ketentuan disetiap pelaksanaan piodalan merupakan hal yang wajib bagi

penyungsung Pura Tri Kahyangan Jagad ini untuk saling mengunjungi sebagai

pemedek. Seiring dengan populasi umat dan jumlah anggota adat di masing-

masing banjar semakin bertambah, pada tahun 1988, Banjar Merta Jati mekar

menjadi 4 banjar yaitu, Adat 1 Mertajati, Adat 2 Mertajati, Adat 3 Mertajati, Adat

4 Mertajati. Praktis umat penyungsung Pura Dalem Purnasadha sampai ditahun ini

terdiri dari 8 banjar yaitu Adat 1, Adat 2, Adat 3, Adat 4, Adat Linggasari, Adat

Pantesari, Adat Gunungsari dan Adat Wanasari.

Melihat desa Tolai yang semakin berkembang, semakin banyak warga Hindu

yang datang dan menetap di Tolai, baik yang eks transmigrasi di tempat lain di

Sulawesi Tengah maupun mereka yang datang dari Bali. awalnya mereka datang

untuk sekedar mencari nafkah namun karena merasa lebih mudah mencari

41
pekerjaan di Tolai, akhirnya mereka menetap di Tolai. Akhirnya pada tahun 1995

terbentuklah banjar baru yang diberi nama Adat 5 Buanasari, yang anggotanya

sebagian besar warga baru ditambah beberapa anggota dari Adat 2.

4.1.2. Pelaporan Dana Punia Dilakukan Melalui Upacara Piodalan


Tindakan memberitahukan, membuka data informasi dari satu atau lebih

sumber yang sejenis kepada pihak yang membutuhkan informasi atau dalam hal

ini pihak yang berkepentingan disebut dengan pelaporan. Pelaporan merupakan

cara penyampaian informasi yang didukung dengan kelengkapan data sesuai

dengan fakta sehingga informasi yang diberikan dapat dipercaya dan mudah

dipahami. Penyajian data keuangan, atau pelaporan, adalah tahap akhir dari proses

akuntansi. Laporan ini menyediakan data keuangan yang dapat membantu para

donor, anggota organisasi, dan pihak lain dalam mengevaluasi kemampuan

organisasi untuk terus memberikan layanan.

Pengelola pura bertanggung jawab untuk melaporkan dana punia agar

masyarakat dan masyarakat mengetahui segala kegiatan selama masa pengelolaan.

Meskipun pura adalah organisasi keagamaan kecil, pertanggungjawaban pengurus

kepada krama sangat penting karena membangun kepercayaan antar umat, yang

pada gilirannya otomatis meningkatkan kinerja pengurus. pengungkapan data

keuangan di Pura dilaksanakan pada saat upacara piodalan, seperti gambar berikut

ini:

42
Gambar 4.2.1

Pelaksanaan Upacara Piodalan

Hari jadi tempat suci ditandai dengan upacara piodalan. Kata “wedal” yang

berarti “keluar” atau “lahir” adalah akar kata dari kata “piodalan”. Jadi, seperti

halnya perayaan ulang tahun, saat upacara piodalan diperingati sebagai hari lahir

pura atau bangunan suci. Dengan kata lain, piodalan adalah festival Hindu yang

menandai ulang tahun sebuah situs suci. Penyampaian informasi keuangan atau

dana punia yang dilakukan pada saat upacara piodalan yang disampaikan oleh

bapak ketua (menggunakan sound system) yaitu dengan menyampaikan jumlah

keseluruhan dana dari pemasukan dan pengeluaran pura. Seperti yang

diungkapkan oleh bapak sekretaris Pura Agung Purnasadha Tolai:

"Mempertanggungjawabkan keuangan yaitu dengan


membuat catatan keuangan yang berisi pemasukan dan
pengeluaran di setiap kegiatan, kemudian kami
sampaikan pada saat rapat, pada saat setelah selesai
persembahyangan dan pada saat piodalan disampaikan
secara global"

43
Senada dengan yang disampaikan oleh bapak ketua Pura Agung Purnasadha

Tolai:

"..Di akhir setiap kegiatan, siapkan laporan


pertanggungjawaban. Agar masyarakat dapat dengan
mudah memahami laporan pertanggungjawaban yang
telah dibuat, maka laporan tersebut mencantumkan
rincian biaya yang dikeluarkan untuk suatu kegiatan.
Laporan pertanggungjawaban ditulis dengan cara yang
sesederhana mungkin untuk dipahami oleh masyarakat
umum, dan ditulis sedetail mungkin sehingga dapat
menjelaskan besaran anggaran yang digunakan. Laporan
tersebut kemudian akan dibahas pada pertemuan yang
berlangsung pada penutupan kegiatan. Kemudian, selama
piodalan, umumkan pendapatan dan pengeluaran di
seluruh dunia.. "

Berdasarkan pernyataan bapak sekretaris dan ketua Pura Agung Purnasadha

Tolai, penyampaian informasi keuangan dalam Pura yaitu dengan cara

mengumumkan pemasukan dan pengeluaran pada saat upacara piodalan namun

hanya secara global. Tindakan tersebut dilakukan oleh pengurus Pura karena

memiliki alasan tertentu, seperti yang diungkapkan oleh bapak sekretaris Pura

Agung Purnasadha Tolai:

"..Dengan cara seperti itu biasanya umat akan lebih


terpicu untuk berdana punia. Artinya begini kadang umat
itu memiliki rasa bangga tersendiri ketika bisa berdana
punia dan itu kadang bisa menarik umat-umat lainnya
untuk berdana punia juga. Sekarang kebanyakan pura-
pura di beberapa daerah sudah mulai mengikuti sistem
dana punia seperti yang ada di pura agung kita ini. Jadi
menurut bapak tidak ada yang salah dengan hal itu dan
itu sudah ada sejak dulu jadi kita hanya mengikuti juga. "

Berdasarkan pernyataan bapak sekretaris Pura Agung Purnasadha Tolai

bahwa, penyampaian informasi keuangan dilakukan pada saat upacara piodalan

44
dengan menyampaikan secara global hal tersebut dilakukan agar pengurus dapat

menunjukan juga bahwa pengelolaan keuangan dilakukan secara transparan.

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak bendahara Pura Agung

Purnasadha Tolai:

"..kami pikir kami hanya membukakan ruang untuk umat


berdana punia mungkin dengan dibacakan seperti itu ada
umat yang merasa bangga tersendiri akan hal itu sehinga
bisa mendorong untuk umat lain juga berdana punia
karena ya jujur saja pemasukan terbesar di pura ini ya
dari dana punia yang diberikan oleh umat. ”

Berdasarkan pernyataan bapak bendahara dan sekretaris Pura Agung

Purnasadha Tolai, penyampaian informasi keuangan (dana punia/dana sesari) di

setiap selesai persembahyangan baik tilem, purnama, galungan dan kuningan para

pengurus beserta umat telah sepakat diadakan penyampaian informasi keuangan.

Karena ada beberapa alasan dan juga sudah menjadi kebiasaan sejak dulu seperti

yang telah disampaikan di atas. Walaupun para pengurus langsung menyampaikan

informasi keuangan (dana punia/dana sesari) di setiap selesai persembahyangan,

tetapi mereka tetap membuat catatan yang berupa catatan-catatan kecil mengenai

jumlah dana punia/dana sesari yang diperoleh, kemudian pada saat membuat

laporan akhir mereka menggabungkan beberapa jumlah dana punia/dana sesari

yang diperoleh di setiap melaksanakan persembahyangan dan total keseluruhan

dimasukan dalam laporan akhir. Jadi, dari beberapa alasan yang ada pengurus dan

umat sepakat agar penyampaian informasi keuangan dalam Pura dilaksanakan

secara global pada saat setelah persembahyangan piodalan.

45
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pelaporan keuangan dana punia

dilaksanakan secara rinci atau Full disclosure agar dapat dikatakan transparan.

Jadi bagi pengurus dalam Pura Agung Purnasadha Tolai proses pelaporan yang

dilakukan secara Full Disclosure (pelaporan penuh), dapat memicu keinginan

umat lebih bersemangat untuk berdana punia

Pelaksanakan tugas dan kewajiban dalam mengelola keuangan Pura,

Pengurus Pura Agung Purnasadha Tolai memiliki kewajiban untuk

mempertanggungjawabkan dan melaporkan keuangan kepada umat atau

masyarakat secara terbuka. Sebelum menyampaikan informasi keuangan pengurus

selalu mengutamakan catatan laporan keuangan, baik aktivitas pemasukan atau

pengeluaran. Berikut ini ungkapan dari bapak sekretaris Pengempon Pura Agung

Purnasadha Tolai:

"..Pencatatan kita ini masih sederhana tetapi yah bisa


dikatakan sudah sangat baik lah kan di era sekarang ini
semua serba bisa dilakukan dengan teknologi ya bapak
berharap kedepannya pencatatan kita bisa lebih bagus
lagi dari yang sekarang tetapi tetap yang sekarang kita
juga tetap membuat pencatatan dengan maksimal.
Pelaporannya juga sangat jelas dan detail ada pemasukan
dan pengeluarannya dan pura ini juga ada rekening
pribadinya jadi semua pemasukan dan pengeluaran ada
rekening korannya yah artinya lengkap lah semuanya. "

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak bendahara Pura Agung

Purnasadha Tolai:

"..Pengelolaan di pura sama dengan akuntansi pada


umumnya, lebih sederhana saja dimana ada saldo, ada
keterangan, ada tanggal juga. Ya jadi masih sebatas
akuntansi yang sederhana. "

46
Berdasarkan pernyataan bapak sekretaris dan bendahara Pura Agung

Purnasadha Tolai bahwa, sistem pencatatan keuangan dalam Pura tergolong

sangat sederhana karena tidak ada standar-standar akuntansi yang mengatur dalam

pengelolaan keuangan Pura Agung Purnasadha Tolai. Sistem pencatatan yang

dilakukan tidak pernah dipermasalahkan oleh umat/masyarakat, karena yang

terpenting hanyalah tersalurkannya informasi keuangan yang mudah dimengerti

dan diterima oleh umat/masyarakat. Dengan demikian, pertanggungjawaban

kepada anggota terutama umat/masyarakat merupakan sebuah kewajiban dan

sangat penting bagi pengurus. Proses pencatatan laporan pertanggungjawaban

dalam Pura dibuat setiap akhir kegiatan, dimana dalam laporan tersebut berisi

biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu kegiatan yang dibuat sesederhana

mungkin agar umat/masyarakat mudah mengerti dengan laporan

pertanggungjawaban yang telah dibuat.

Media pertanggungjawaban atas laporan dana punia sangat penting agar

memenuhi kepentingan para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan

pembayaran kembali. Dengan demikian pelaporan dana punia yang relevan sangat

penting dalam sebuah organisasi sebagai bentuk pertanggungjawaban dan selalu

berperilaku terbuka dan jujur dalam hal mengelola laporan keuangan. Segala

bentuk aktivitas keuangan yang dilakukan tentunya harus disepakati bersama dan

bersifat transparan. Hal ini bertujuan agar umat/masyarakat memiliki rasa

kepercayaan yang tinggi terhadap mereka dalam hal melakukan kewenangan

mengelola keuangan. Dalam proses pencatatan laporan dana punia yang dilakukan

47
dalam Pura tidak heran jika terdapat kesalahan pencatatan, seperti yang

diungkapkan oleh salah satu umat/masyarakat sebagai berikut:

"...kalau memang ada terdapat kesalahan dalam


mengelola keuangan di pura, membicarakan dengan
baik-baik agar kesalahan itu bisa diperbaiki ya, karena
pasti mereka tidak sengaja juga melakukan kesalahan
tersebut. "

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak ketua Pura Agung Purnasadha

Tolai:

"...Saya sebagai ketua tidak bisa menilai sepihak tentang


yang terjadi ya pertama saya akan mengajak anggota
saya untuk mendiskusikan kembali secara bersama-sama
agar kami semua selaku pengurus Pura Agung
Purnasadha Tolai dapat mengetahui kesalahan yang
terjadi. "

Berdasarkan pernyataan dari salah satu umat/masyarakat dan bapak ketua

bahwa, kesalahan dalam pencatatan laporan keuangan terjadi karena unsur

ketidaksengajaan yang dilakukan oleh bendahara. Para pengurus meningkatkan

rasa kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan tersebut melalui musyawarah

dengan umat/masyarakat serta menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan,

karena mengingat Pura adalah milik bersama jadi rasa tanggung jawab setiap

orang harus ada. Selain itu selalu berpegang teguh kepada Tuhan Yang Maha Esa

serta menjaga amanah dan kepercayaan yang diberikan.

Pada upacara piodalan ini pelaporan disampaikan langsung oleh ketua

pengempon (menggunakan sound system) yaitu dengan menyampaikan jumlah

keseluruhan dana dari pemasukan dan pengeluaran pura pada saat setelah

kegiatan. Sistem pencatatan yang dilakukan tidak pernah dipermasalahkan oleh

48
umat/masyarakat, karena yang terpenting hanyalah tersalurkannya informasi

keuangan yang mudah dimengerti dan diterima oleh umat/masyarakat. Proses

pencatatan laporan pertanggungjawaban dalam Pura dibuat setiap akhir kegiatan,

dimana dalam laporan tersebut berisi biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu

kegiatan.

4.1.3. Pelaporan Dana Punia Dilakukan Melalui Rapat Pengerampungan

Penyampaian informasi keuangan dalam Pura Agung Purnasadha Tolai bukan

hanya dilakukan pada saat upacara piodalan saja, namun juga dilakukan pada saat

dilaksanakannya rapat pengerampungan yang diadakan setiap 6 bulan sekali.

Rapat pengerampungan dilaksanakan di Pura Agung Purnasadha Tolai yang

dihadiri oleh pengurus dan umat/masyarakat Hindu. Tujuan diadakannya rapat

pengerampungan yaitu untuk membahas dan mengevaluasi pelaksanaan program

kerja serta tugas kepengurusan lainnya, dan untuk menyampaikan informasi serta

memecahkan atau mencari jalan keluar suatu permasalahan yang diselesaikan

melalui musyawarah serta kekeluargaan.

Pelaksanaan rapat pengerampungan yang dipimpin oleh ketua, kemudian

penyampaian informasi keuangan dilakukan oleh bapak bendahara dimana

bendahara membagikan hard copy laporan pertanggungjawaban kepada

umat/masyarakat yang berisi rincian dari pemasukan dan pengeluaran di setiap

kegiatan yang dilaksanakan dalam pura, seperti yang dilampirkan pada (lampiran

3). Pada lampiran tersebut berisi pemasukan dan pengeluaran serta keterangan,

dalam lampiran tersebut dituliskan total keseluruhan dana yang diperoleh maupun

dana yang dikeluarkan. Salah satu contoh seperti yang tertulis yaitu total dari

49
"pemasukan iuran purnamaning kapat", bendahara menuliskan total keseluruhan

dari juran purnamaning kapat, dimana iuran tersebut diperoleh dari

umat/masyarakat. Iuran yang diberikan oleh umat/masyarakat selalu ditulis dalam

bentuk catatan-catatan kecil oleh bendahara yaitu dengan menuliskan nama

beserta jumlah uang yang diberikan. Oleh karena itu, penyampaian informasi

keuangan yang dilakukan pada saat rapat pengerampungan sangat jelas atau

transparan. Penyampaian informasi keuangan dan dana punia dalam Pura

dilaksanakan pada saat rapat pengerampungan, seperti gambar berikut ini:

Gambar 4.2.2

Pelaksanaan Rapat Pengerampungan

50
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu umat/masyarakat sebagai berikut:

"..Penyajian informasi keuangannya juga sangat jelas


dimana mereka membacakan rincian dari pengeluaran
dan pemasukan secara detail selama berlangsungnya
suatu acara kegiatan di pura, dan segala sesuatu
pemasukan dan pengeluaran yang dipergunakan oleh
adat disampaikan oleh bendahara. Jadi menurutnya Pak
Tu sudah cukup jelas. "

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak ketua Pura Agung Purnasadha

Tolai:

"...Laporannya itu berupa catatan catatan kecil mengenai


pengeluaran-pengeluaran atau penerimaan yang
dilakukan saat berlangsungnya acara pengerampungan.
Selain itu ada juga catatan mengenai pemeliharaan pura
seperti pembelian racun rumput. Sekecil apapun
pengeluaran yang dilakukan semua ada catatannya. "

Berdasarkan pernyataan dari salah satu umat/masyarakat dan bapak ketua

Pura Agung Purnasadha Tolai, penyampaian informasi keuangan atau dana punia

yang dilakukan oleh bendahara yaitu dengan membagikan hard copy laporan

pertanggungjawaban dan jumlah uang satu persatu tentang pemasukan dan

pengeluaran kepada umat/masyarakat merupakan cara yang dilakukan agar umat

mudah mengerti dan memahami tentang laporan pertanggungjawaban yang ada.

Hal tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama antara umat dan

pengurus yang dilaksanakan secara kekeluargaan karena mengingat Pura Agung

Purnasadha Tolai adalah milik kita bersama.

Rapat pengerampungan dilaksanakan di Pura Agung Purnasadha Tolai yang

dihadiri oleh pengurus dan umat/masyarakat Hindu. Pelaksanaan rapat

pengerampungan yang dipimpin oleh ketua, kemudian penyampaian informasi


51
keuangan dilakukan oleh bapak bendahara dimana bendahara membagikan hard

copy laporan pertanggungjawaban kepada umat/masyarakat

4.1.4. Umat Menjadi Hierarki Tertinggi Struktur Sosial di Pura

Acuan dalam pencatatan laporan keuangan dalam Pura memiliki aktivitas

pengawasan atau saksi yang dilakukan oleh umat/masyarakat. Umat/masyarakat

memiliki kewenangan dalam aktivitas pengawasan agar tersalurkan laporan

keuangan yang dapat diakui bersama, seperti yang diungkapkan oleh salah satu

umat/masyarakat Pura Agung Purnasadha Tolai sebagai berikut:

"..Kalau masalah saksi tentu kami umat sebagai saksi


segala aktivitas ataupun kegiatan yang terjadi dalam pura
tanpa terkecuali. "

Senada dengan yang disampaikan oleh bapak ketua Pura Tri Hita

JagadKarana:

".. Iyaa tentu saja de dan saksinya itu ya umat itu sendiri
karena kita ini kan ngayah sebagai pengurus atas
kepercayaan umat juga jadi segala aktivitas yang kita
laksanakan terkait dengan masalah Pura umat lah yang
menjadi saksinya, dan itu semua juga sudah kita sepakati
bersama agar umatlah yang menjadi saksi dalam segala
aktivitas Pura. "

Berdasarkan pernyataan singkat dari bapak ketua dan umat/masyarakat Pura

Agung Purnasadha Tolai bahwa, segala aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

dalam pura terutama pada saat upacara piodalan dan rapat pengerampungan

diawasi dan disaksikan oleh umat/masyarakat. Oleh karena itu aktivitas

pengawasan tersebut dapat dikatakan sangat sederhana karena tidak ada standar-

standar akuntansi yang mengatur di dalamnya. Jika terdapat kesalahan dalam

pencatatan laporan keuangan akan ditegur dan diselesaikan secara kekeluargaan,


52
namun jika kesalahan yang dilakukan sangat fatal maka akan dikenakan sanksi

sosial yang terdapat di dalam Awig-awig. Bagi pengurus dan umat/masyarakat

terpenting adalah tersalurkannya laporan keuangan yang mudah dipahami dan

dimengerti oleh umat/masyarakat.

Umat/masyarakat memiliki kewenangan dalam aktivitas pengawasan

agar tersalurkan laporan keuangan yang dapat diakui Bersama. segala

aktivitas atau kegiatan yang dilakukan dalam pura terutama pada saat

upacara piodalan dan rapat pengerampungan diawasi dan disaksikan oleh

umat/masyarakat. Jika terdapat kesalahan dalam pencatatan laporan

keuangan akan ditegur dan diselesaikan secara kekeluargaan, namun jika

kesalahan yang dilakukan sangat fatal maka akan dikenakan sanksi sosial

yang terdapat di dalam Awig-awig.

Proses analisis data yang dilakukan penelitian ini menggunakan empat

langkah yaitu:

A. Analisis indeksikalitas berusaha mengidentifikasi informasi

simbolik dalam ekspresi, gerakan, dan ekspresi sehari-hari suatu

komunitas. Melalui tahapan analisis refleksifitas, interpretasi yang

lebih mendalam dari informasi ini akan diberikan.

B. Tujuan dari analisis refleksivitas adalah untuk melihat makna

yang lebih dalam dan informasi simbolik yang biasanya dibagikan

oleh informan. Adalah tugas seorang ahli etnometodologi untuk

menghidupkan kembali minat informan dalam mendiskusikan

alasan-alasan logis dan proses penemuannya.


53
C. Pelaporan kegiatan praktis sehari-hari yang dapat dikenali dan

dilaporkan dikenal dengan analisis tindakan kontekstual. Tahap

terakhir dalam perkembangan ekspresi indeksikalitas adalah sacred

action, yang kemudian diterapkan secara rasional dan refleksif.

Selain kegiatan secara keseluruhan, sifat perbuatan yang dapat

diketahui dan dilaporkan menjadi bentuk pertanggungjawaban.

D. Gambaran tentang kehidupan sehari-hari dan kesepakatan-

kesepakatan yang dibuat oleh informan sebagai anggota

masyarakat akan disajikan oleh penyajian pengetahuan akal sehat

tentang struktur sosial dan informasi simbolik yang diperoleh dari

analisis indeksikalitas. Bagaimana indeksikalitas terbentuk dapat

dilihat dengan memahami hubungan antara indeks dan refleksi.

Gambaran tentang kehidupan sehari-hari informan dan kesepakatan yang

mereka miliki sebagai anggota masyarakat akan disajikan oleh simbolisme yang

diperoleh dari analisis indeksikalitas. Bagaimana indeksikalitas terbentuk dapat

dilihat dengan memahami hubungan antara indeks dan refleksi. Data yang

dikumpulkan untuk penelitian ini akan disajikan dalam bentuk transkrip, yang

kemudian akan dilakukan analisis indeksikalitas untuk diproses lebih lanjut.

Informan simbolik yang diperoleh akan diverifikasi oleh informan dan digunakan

untuk menarik kesimpulan singkat.

Analisis refleksifitas dilakukan untuk mengetahui makna simbolik informan

setelah informan menegaskan kesimpulan sementara. Analisis tindakan

kontekstual akan digunakan untuk melihat makna yang ditemukan selama proses

54
analisis refleksifitas. Studi ini menggunakan analisis tindakan kontekstual untuk

melihat apakah indeks rasional dan pembenaran yang mendasari makna benar-

benar diterapkan. Proses pelaporan punia dana dijelaskan dengan menggunakan

pengetahuan akal sehat struktur sosial sebagai bentuk norma atau aturan yang

diyakini dan diikuti bersama.

4.1.5. Filosofi Dana Punia Memberi Untuk Kembali

Orang bisa diajarkan untuk menerima segala sesuatu dengan ikhlas dan bhakti

kepada Tuhan melalui dana punia. Tuhan akan memberi kita apa yang tidak kita

miliki dan melindungi apa yang kita miliki jika kita mengamalkan Dana Puia atas

nama pengabdian kepada-Nya. Tentu saja, ini bergantung pada karma dan

ketulusan kita. Jika sumbangannya tulus, maka itu akan diterima sebagai yajna

utama. Dana punia tidak boleh diintimidasi. Selain itu, dana Punia diperoleh dan

didistribusikan dengan cara yang didukung literatur. Punia harus diberikan pada

waktu yang tepat (beberapa penganut bulan purnama sangat mahir dalam

memberikan punia).

Dari sudut pandang religiusitas, tindakan memberi atau membantu mereka

yang membutuhkan sudah menjadi fakta yang tidak perlu lagi diperdebatkan

karena erat hubungannya dengan keyakinan. Pembahasan tentang melihat dan

memahami tindakan memberi dari sudut pandang rasional memang menarik.

karena salah satu ciri mazhab manusia dalam kehidupan modern adalah

kemampuan untuk melihat sesuatu secara rasional, bahkan ketika menyangkut

ketentuan hukum tentang konsekuensi dan perhitungan keuntungan atau kerugian,

itulah sebabnya ungkapan "Tidak ada makan siang gratis" digunakan.

55
Ini hanya sebagian kecil dari perbedaan antara pendekatan rasionalitas dan

pendekatan religiusitas dalam memahami dan menafsirkan sikap dan tindakan

memberi kepada orang lain. Akibatnya, tren ini menjadi fenomena tren saat ini,

yang seringkali membuat umat manusia tidak terbiasa dengan sikap dan tindakan

memberi. yang memerlukan suatu masa kontemplasi untuk menemukan makna

dan tujuan sebenarnya dari nilai-nilai yang terkandung dalam sikap dan tindakan

memberi. Demikian pula, Danaa Punia harus memahami dan percaya pada hukum

sebab akibat jika mereka memberikan sumbangan uang, barang, atau bahkan

waktu dan perhatian mereka. Karena itu, Danaa Punia tidak pernah memandang

besar kecilnya hal yang bisa dilakukan. dia memberi, tetapi betapa tulusnya dia

dalam memberi karena dia tahu bahwa apa yang dia berikan akan kembali

kepadanya dengan cara yang berbeda.

Mempelajari alam merupakan salah satu sarana menarik yang dapat dijadikan

sebagai sumber refleksi dan introspeksi untuk menemukan makna penting dan

mulia dari tindakan memberi. Air merupakan materi yang berperan dalam siklus

kehidupan alam semesta dan penting bagi kehidupan manusia, serta bagi alam

semesta secara keseluruhan. Setiap hari, saat matahari terbit, air di sungai, danau,

dan samudra menyerah atau menguap ke langit. Uap tersebut kemudian berubah

menjadi keruh dan akhirnya menjadi air hujan, yang kemudian kembali ke Bumi

untuk membasahi alam semesta.

Hal ini sangat berbeda dengan gurun yang tandus, dimana air sangat langka

dan beberapa pohon akan memberikan sedikit uap air, sehingga air hujan yang

didapat juga akan sedikit. Alam dengan hutan, pepohonan, dan banyak air akan

56
memberi matahari banyak uap air, yang akan berubah menjadi lebih banyak awan.

Alam dengan hutan, pepohonan, dan air yang banyak juga akan mendapatkan

lebih banyak hujan. Kita belajar bahwa manusia tidak dapat dipisahkan dari

hukum memberi dan menerima, yang menyatakan bahwa apa yang kita berikan

adalah apa yang akan kita terima, dari analogi sebab akibat alam semesta. kita

dalam memaknai perilaku dan sikap memberi.

4.2. Karma

Agama Hindu memiliki ajaran Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat.

Karma (perbuatan) sebagai sebab, phala (hasil) sebagai akibat. Karma Phala

diyakini sebagai hukum sebab akibat oleh umat beragama Hindu. Berdasarkan

atas hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa :

1. Karma Phala adalah salah satu bagian dari ajaran Panca Sradha. Kharma

Phala adalah dasar keyakinan umat Hindu yang ke tiga. Karma Phala

Ngaran Ika Phalaning Gawe Hala Hayu yang berarti bahwa Karma Phala

adalah hasil dari pada baik buruknya suatu perbuatan.

2. Bagian-bagian Karma Phala yaitu :

a. Sancita Karma Phala adalah hasil dari perbuatan dalam kehidupan

terdahulu yang belum habis diterima, dan masih merupakan benih

yang menentukan kehidupan sekarang.

b. Prarabda Karma Phala adalah hasil dari perbuatan pada kehidupan

sekarang ini dapat memetik hasilnya, atas karma yang dibuat

sekarang.

57
c. Kriyamana Karma Phala adalah pahala dari perbuatan sekarang akan

diterima pada kehidupan yang akan datang pada kelahiran berikutnya.

3. Upaya mentaati ajaran Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat dalam

Agama Hindu dapat dilakukan dengan menerapkan ajaran Tri Kaya

Parisudha, yaitu :

a. Manacika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berpikir yang

baik.

b. Wacika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berkata yang baik.

c. Kayika mengajarkan umat beragama Hindu untuk berbuat yang baik

Upaya mentaati ajaran Karma Phala sebagai Hukum Sebab Akibat dalam

Agama Hindu dapat dilakukan dengan menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha.

Menurut Kemenuh (2019) Tri Kaya Parisudha merupakan ajaran yang sangat

luhur megajarkan umat Hindu untukberpikir, berkata, dan berbuat yang baik.

Kitab Sārasamuccaya sloka 77 menyebutkan bahwa:

Kāyena manasā vācā yadabhiksnam niṣevyate,


tadevāpaharatyenam tasmāt kalyāṇamācaret. Apan ikang
kinatahwan ikang wwang, kolahanya,kangenangênanya,
kocapanya, ya juga bwat umalap ikang wwang, jênêk
katahwan irika wih, matangnyan ikang hayu atika ngabhyas
an, ring kāya, wāk, manah. (Sārasamuccaya, 77)
Terjemahan :

Sebab yang membuat orang dikenal, adalah perbuatannya,


pikirannya, ucapan-ucapannya; hal itulah yang sangat
menarik perhatian orang, untuk mengetahui kepribadian
seseorang; oleh karena itu hendaklah yang baik itu selalu
dibiasakan dalam laksana, perkataan, dan pikiran (Kajeng,
2010:67-68).

58
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa bagaimana karma

dapat menahan hawa nafsu seseorang untuk tidak berbuat penyelewengan dalam

tugasnya dalam hal ini sebagai pengurus pengempon pura agung purnasadha Tolai

adalah ketika seorang individu yang mengemban amanat dari umat/masyarakat,

memahami ajaran agama dalam hal ini karma, beliau pasti akan segan untuk

berbuat hal-hal yang tidak benar seperti korupsi uang umat, tetapi kalau

individunya sudah tidak memahami dan bahkan tidak peduli akan karma pasti

melakukan perbuatan yang tidak baik dalam profesinya sebagai pengurus umat.

Pengimplementasian karma berkerja tidak bisa di lihat secara langsung , sebagai

Hindu mengenal ada 3 buah dari karma, bisa saja individu tersebut saat ini berbuat

tidak baik dengan korupsi tapi hidupnya baik-baik saja, tidak pernah mendapatkan

musibah ataupun celaka. Karena ada karma baiknya mungkin di masa lalu, tapi

secara hukum karma apapun perbuatanya pasti akan membuahkan hasil, dan itu

kepercayaan mutlak dalam hindu yang tertuang dalam panca sradha.

59
4.3. Dana Punia Memberi Untuk Kembali

Prinsip bahwa apa yang kita berikan kepada orang lain akan kembali kepada

kita pada suatu waktu. Ini menekankan bahwa setiap tindakan dan niat kita

memiliki dampak yang mempengaruhi hidup kita dan hidup orang lain. Prinsip ini

memotivasi untuk berbagi dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik

melalui tindakan-tindakan kebaikan hal tersebut di dasari dari pelaporan dana

punia dalam penelitian ini yang berbasis karma.

Hal ini menunjukan bahwa pelaporan ini dilakukan berbasis UMAT (untuk

masyarakat dan adat). Keterbukaan kepada umat menjadi hasil akhir dari semua

proses pelaporan yang dilakukan baik pelaporan yang dilakukan melalui upacara

piodalan maupun pelaporan yang dilakukan melalui rapat pegerampungan. kenapa

harus selalu disampaikan kepada umat, karena umat layak dan harus tahu

(tanggungjawab pengurus pura ataupun umat) bagaimana pengelolaan dana yang

mereka himpun selama ini. Walaupun mungkin dari umat ada beberapa atau

sebagian yang tidak perlu tahu untuk itu (ikhlas), namun penyampaian pemasukan

dana dan peruntukan untuk apa itu dilakukan setelah sesi pertemuan

(persembahyangan) bisa sebulan dua kali (purnama tilem), enam bulan sekali

(piodalan rangkaian galungan dan kuningan) atau setahun sekali (piodalan agung)

menjadi penting sebagai tanggung jawab dari pengurus yang telah dipercayakan

untuk mengelola tatanan pura. Kembali lagi kenapa harus ada penyampaian selalu

secara lisan setiap ada pemasukan dan pengeluaran agar masyarakat atau umat tau

pokok sana terhimpun dan alur aliran dananya. Umat mempercayakan tanggung

60
jawab kepada beberapa orang untuk mengurus sejumlah tatanan organisasi pura,

dan dari pengurus juga bertanggung jawab atas apa yang sudah dimandatkan.

61
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang disajikan oleh peneliti pada bab sebelumnya,

dapat dilihat proses pelaporan dana punia dalam Pura, serta dapat dipahami

melalui mikroskop etnometodologi yang peneliti gunakan sebagai alat analisis

dalam penelitian ini. Dalam mikroskop etnometodologi tersebut, peneliti dapat

memahami bahwa proses pelaporan dana punia Pura merupakan sebuah pelayanan

kepada Tuhan dan sesama umat Tuhan. Menjaga kepercayaan umat atau

masyarakat terhadap pengelolaan sumber daya dalam Pura merupakan suatu hal

yang mendorong untuk melakukan proses pelaporan dana punia agar terlahir hasil

yang maksimal serta dapat dipahami oleh umat.

Pura Agung Purnasadha Tolai dalam menjalankan tugas kepengurusan

berdasarkan pedoman yang disebut Awig-awig, hal tersebut menjadi suatu

ketentuan yang mengatur tata krama pergaulan hidup dalam bermasyarakat yang

dibuat oleh Krama Desa yang bersifat mengikat digunakan pedoman bagi

pengurus Pura Agung Purnasadha Tolai dalam menjalankan kewajibannya

maupun bagi umat atau masyarakat. Proses pelaporan dana punia juga tak lepas

dari aturan yang mengikat sistem dan prosedur di dalamnya.

Adapun bentuk dari proses pelaporan dana punia Pura Agung Purnasadha

Tolai Desa Tolai yaitu: Proses pelaporan dana punia dilakukan melalui upacara

piodalan. Penyampaian informasi keuangan yang berupa pemasukan dan

pengeluaran yang dilakukan secara global. Selanjutnya Proses pelaporan dana

62
punia yang dilakukan setiap selesai persembahyangan dilaporkan secara global

dan menyebutkan nama serta jumlah uang yang di punia kan. Selanjutnya Proses

pelaporan dana punia dilakukan melalui rapat pengerampungan sebagai evaluasi

kinerja kepengurusan. Selanjutnya, pelaporan yang dilakukan disaksikan oleh

umat. Dalam proses pelaksanaan penyampaian informasi keuangan dalam Pura

mengutamakan saksi yang dilakukan oleh umat/masyarakat di Desa Tolai.

5.2. Saran

1. Bagi Pura

Peneliti mengharapkan kepada umat dan pengurus Pura Agung Purnasadha

Tolai Desa Tolai untuk saling mendukung dalam pelaksanaan seluruh

kegiatan dalam Pura, termasuk dalam proses pelaporan keuangan dana punia

Pura. Kemudian, diharap agar lebih banyak memberi pelatihan-pelatihan

dalam pencatatan laporan keuangan kepada para pemegang keuangan,

mengingat sebagian besar dari mereka bukan berasal dari latar belakang

pendidikan keuangan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti diharapkan dapat memperpanjang durasi penelitian, termasuk dalam

melakukan pendekatan pada informan, sehingga informan akan lebih terbuka

dalam mengemukakan pendapatnya. Kemudian, disarankan juga agar lebih

mendalami penelitian.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Masalah dan kendala yang terjadi selama melakukan penelitian tentunya

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, masalah dan

63
kendala tersebut peneliti tuangkan sebagai keterbatasan penelitian ini untuk dapat

dijadikan pertimbangan bagi para pembaca penelitian ini. Adapun masalah dan

kendala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kendala waktu menjadi salah satu masalah penulis dalam penelitian

ini, karena ada beberapa informan yang bekerja di beberapa bidang

sehingga sangat sulit untuk menemuinya. Tentunya ini menjadi

kendala dalam proses wawancara.

2. Waktu penelitian selama sebulan lebih, sehingga masih banyak

informasi yang perlu didalami terkait obyek penelitian.

64
DAFTAR PUSTAKA

Agustana, Gede Widia. dkk. (2017). Analisis Sumber Dana Transparansi Dan
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Pura Kahyangan Tiga Di Desa
Pakraman Bondalem Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. E-Journal
S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.

Alim (2018), Institusionalisasi Pelaporan Dana Kampanye Pemilu Kepala


Daerah. E-journal Universitas Airlangga

Badu, R. S & Hambali, I. R. (2014). Studi Ethnoscience: Dilema Transparansi


dan Akuntansi dalam Pelaporan Sumbangan Donatur dan Pengelolaan
Keuangan Masjid (Studi Kasus di Kabupaten Gorontalo). Laporan
Penelitian. Universitas Negeri Gorontalo.

Bhagavad Gita. XVII. 20. Kitab Sarasamuscaya

Bastian, Indra. (2010). Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga.
Penerbit Erlangga Jakarta

Murwaningsari. (2009). Hubungan Corporate Governance, Corporate Social


Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Kontinum.
Universitas Trisakti.

Halim. 2012 Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Keempat.


Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Handayani, Putu Dian. dkk. (2017). Akuntabilitas Dan Transparansi Pengelolaan


Keuangan Pada Sistem Dana Punia Di Desa Pakraman Bangkang, Desa
Baktiseraga Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. E-
Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1.

Kajeng, I Nyoman, Dkk., (2010). Sarasamuscaya. Surabaya: Paramita.

Kamayanti, Ari (2020), Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi: Pengantar


Religiositas Keilmuan, Cetakan pertama, Jakarta: Peneleh.

Kemenuh, Ida Ayu Aryani. 2019. Memahami Hukum Hindu untuk Mewujudkan
Sumber Daya Manusia Hindu yang Berkualitas dalam Pariksa Jurnal
Hukum Agama Hindu Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019,ISSN : 2598-2850.
Singaraja :

Krina, Loina Lalolo. (2003). Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas,
Transparansi & Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Public Governance
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

65
Litualy dkk (2021), Analisis Pengelolaan, Pertanggungjawaban, dan Pelaporan
Dana Hibah Bawaslu Di Kab. Maluku Barat Daya. E-journal Universitas
Pattimura

Lukito, Penny, Kusumastuti, (2014), Membumikan Transparansi Dan


Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik Tantangan Demokrasi KeDepan. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Mahendra, Made Rio dkk.(2017), Analisis Akuntabilitas Pengelolaan Dana Sesari


Pada Pura Kahyangan Jagat Ponjok Batu Provinsi Bali. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.

Mandarin, I Kadek Surya.dkk. (2017). Akuntabilitas pengelolaan keuangan pada


sistem dana punia pura goa giri putri di desa pakraman karangsari,
kecamatan nusa penida, kabupaten klungkung. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.

Mardiasmo, (2006), Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui


Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Governance.

Mardiasmo (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Masmudi. (2003). Laporan Keuangan Sector Public, Antara Konsep Dan Praktek. Jurnal


Akuntansi Dan Keuangan Sector Public, Volume 3 No. 1

Nickels, Wiliam G., McHugh, James M., McHugh, Susan M.


(2009).PengantarBisnis – Understanding Business.Buku 1. Edisi
Kedelapan. Salemba Empat. Jakarta.

Raharjo, E. (2007). Teori Agency dan Teori Stewardship dalam Perspektif Akuntansi.
Fokus Ekonomi, 2, 37–46.

Raya, Maria Kurniati Gedi. 2017. "Evaluasi Implementasi Pelaporan Keuangan Sebagai
Bentuk Akuntabilitas Organisasi Keagamaan." Jurnal of Accounting &
Management Innovation. Vol.1 No. 1

Sabrina Shahnaz. (2015). Penerapan PSAK No. 109 Tentang Pelaporan Keuangan
Akuntansi Zakat, Infak/Sedekah Pada Badan Amil Zakat Profinsi Sulawesi Utara.
Jurnal EMBA. Vol. 03. No. 4.

Setiawan, Made Wiradarma, et al. (2017) Analisis Transparansi Dan Akuntabilitas


Pelaporan Alokasi Dana Desa (Studi Kasus Desa Bengkel, Kec. Busungbiu, Kab.
Buleleng). E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1.

Siswadi (2017), Pelaporan Keuangan Alokasi Dana Desa Sebagai Salah Satu
Akuntabilitas Keuangan Desa. E-journal Universitas muhammadiyah
luwuk

66
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiani, Luh Putu Dewi., et.al. (2017). Transparansi Dan Akuntabilitas Pengelolaan
Dana punia Di Dadia Prebali, Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten
Buleleng. Diakses Pada: 2 Maret 2020.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/S1ak/article/view/10747

Zamrana, A. (2010). Stewardship Theory. http://www.conceptaccounting.blog spot.com.

Zimmerman, B. J., & Martinez-Pons, M. (1988). Construct validation of a


strategy model of student self-regulated learning. Journal of Educational
Psychology, 80(3), 284.

67

Anda mungkin juga menyukai