PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Desa menurut undang-undang No 6 Tahun 2014 adalah desa dan desa adat
atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan
mengurus
urusan
pemerintahan,
kepentingan
masyarakat
setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Desa merupakan agen pemerintah dalam pembangunan nasional.
Era globalisasi dan reformasi seperti sekarang ini pemerintah membutuhkan
otonomi daerah yang bertujuan agar masyarakat mampu menempatkan diri sejajar
dengan masyarakat lain. Seperti otonomi daerah yang dimaksudkan dalam UU
No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah yaitu hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, pembangunan daerah yang berkaitan
dengan pembangunan nasional tidak dapat dipisahkan dari prinsip otonomi
daerah.
Merupakan
agen
pembangunan
nasional,
pemerintah
harus
dapat
merupakan
kepala
pemerintahan
desa/desa
adat
yang
memimpin
mengelola
kesejahteraan
masyarakat Desa
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana peran Kepala
Desa terhadap efeksivitas pengembangan badab usaha milik desa di desa Cigentur
Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.
1.4.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian yaitu untuk melakukan penyelidikan dari, untuk,
alasan dan juga konsekuensinya terhadap suatu koordinasi kepala desa dalam
efeksivitas Pengembangan Badan Usaha Milik Desa Di Desa Cigentur Kecamatan
Paseh Kabupaten Bandung. Keadaan ini dapat juga dikontrol dengan melalui
eksperimen atau percobaan berdasarkan observasi tanpa kontrol. Selain itu
penelitian memegang peranan penting untuk memberikan fondasi terhadap
keputusan serta tindakan dalam segala aspek.
1.5. Manfaat Penelitian :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
Mendapat
cara
yang
efektif
guna
mengkomunikasikan
program
Menemukan solusi yang tepat bagi masalah masalah yang muncul dalam
menggerakan koordniasi kepala desa.
BAB II
TINJAUAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Konsep Koordinasi
2.1.1. Pengertian Koordinasi
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech, koordinasi
adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan
pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
itu,
Handoko
(2003:195)
mendefinisikan
koordinasi
Jenis-Jenis Koordinasi
yang
mengkooordinasikan
dan
yang
dikoordinasikan
10
11
12
tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi bersifat kewajiban
(compulsory).
2.1.5. Ciri-Ciri Koordinasi
Menurut Handayaningrat (1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena
itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering
dicampur-adukkan dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti
yang berbeda. Sekalipun demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan
koordinasi apabila mereka tidak melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka
kerjasama merupakan suatu syarat yang sangat penting dalam membantu
pelaksanaan koordinasi.
2. Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
3. Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah
konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu,
maka sejumlah individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi
menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai
efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih,
kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang
sempurnanya koordinasi.
13
4. Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha
tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai
hasil.
2.1.6.
14
15
5.
6.
7.
8.
9.
10.
dihadapi.
Prinsip saling menghormati, saling percaya dan saling membantu.
Prinsip Profesionalitas.
Prinsip saling dapat dipercaya.
Prinsip Ketepatan penggunaan alat koordinasi.
Prinsip Efisiensi
Prinsip adanya koordinator atau pemimpin yang menggerakan dan memonitor
seluruh pelaksanaan kerjasama dalam organisasi dntang kegiatan atau tindakan
16
(egosektoral).
4)
Tidak terjadi tumpang tindih tugas.
5)
Komitmen semua pihak tinggi.
6)
Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam
sistem jaringan koordinasi.
7)
Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi.
8)
Pelaksanaan tepat waKepala Sekolah.
9)
Semua masalah terpecahkan.
10) Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing
stakeholder.
2.1.11. Masalah-Masalah Dalam Koordinasi
Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi.
Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.
Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4
(empat) tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas
pengkoordinasian, yaitu:
1. Perbedaan
dalam
orientasi
terhadap
tujuan
tertentu.
17
18
19
20
2.3.1.1.
21
pekerjaan
yang
membuka
peluang
bagi
para
pekerja
untuk
Karakteristik Lingkungan
Karakteristik lingkungan ini mencakup dua aspek yaitu internal dan
22
23
Menurut Katz dan Kahn (dalam Steers, 1985: 135) peranan tingkah
laku dalam efektivitas organisasi harus memenuhi tiga persyaratan
sebagai berikut:
a.
suatu armada kerja yang mantap yang terjadi dari pekerja pria dan wanita
yang terampil. Berarti disamping mengadakan penerimaan dari
penempatan pegawai, organisasi juga harus mampu memelihara para
pekerja dengan imbalan yang pantas dan memadai sesuai dengan
kontribusi individu dan yang relevan bagi pemuasan kebutuhan individu.
b. Organisasi harus dapat menikmati prestasi peranan yang dapat
diandalkan dari para pekerjanya. Sering terjadi manajer puncak yang
seharusnya memikul tanggung jawab utama dalam merumuskan
kebijakan perusahaan, membuang terlalu banyak waktu untuk keputusan
dan kegiatan sehari-hari yang sepele dan mungkin menarik, akan tetapi
tidak relevan dengan perannya sehingga berkurang waktu yang tersedia
bagi kegiatan ke arah tujuan yang lebih tepat. Setiap anggota bukan
hanya harus bersedia berkarya, tetapi juga harus bersedia melaksanakan
tugas khusus yang menjadi tanggung jawab utamanya.
Disamping prestasi peranan yang dapat diandalkan organisasi yang
efektif menuntut agar para pekerja mengusahakan bentuk tingkah laku
yang spontan dan inovatif, job description tidak akan dapat secara
mendetail merumuskan apa yang mereka kerjakan setiap saat, karena bila
terjadi keadaan darurat atau luar biasa individu harus mampu bertindak
atas inisiatif sendiri dan atau luar biasa individu harus mampu bertindak
24
memutuskan
apa
yang
harus
dilakukan
kemudian
sedikitnya
25
dari
Badan
Usaha
Milik
Desa
telah
banyak
yang
26
Pengertian Badan Usaha Milik Desa dapat diartikan yaitu suatu bentuk
usaha yang dilakukan oleh suatu Desa untuk menghasilkan suatu produksi yang
dapat meningkatkan keuangan Desa. Badan Usaha Miilik Desa merupakan bentuk
kemandirian dari suatu Desa yang merupakan implementasi dari otonomi daerah
yang dalam hal ini adalah otonomi Desa, dimana Desa dalam melaksanakan
pembangunan tidak sepenuhnya mengharapkan subsidi dari pemerintah akan
tetapi dengan adanya Badan Usaha Milik Desa dapat dijadikan suatu alternatif lain
yang memberikan tambahan terhadap keuangan Desa.
Badan Usaha Milik Desa terdiri dari sejumlah unsur-unsur yang saling
berhubungan untuk mencapai tujuannya. Adapun unsur-unsur Badan Usaha Milik
Desa secara umum adalah :
1.
2.
3.
Semua unsur-unsur itu merupakan input bagi Badan Usaha Milik Desa sebagai
suatu sistem.
27
ayat 1 : Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan
dan potensi desa
2.
1. Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (1)
adalah usaha desa yang dikelola oleh Pemerintah Desa.
2. Permodalan Badan Usaha Milik Desa dapat berasal dari:
1. Pemerintah Desa;
2. Tabungan masyarakat;
28
29
30
2.
3.
31
akseptabel; dan
e. melayani kebutuhan masyarakat dengan baik dan adil.
Pengelolaan BUMDes berdasarkan pada anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga. Anggaran dasar memuat paling sedikit rincian nama, tempat kedudukan,
maksud dan tujuan, kepemilikan modal, kegiatan usaha, dan kepengurusan.
Anggaran rumah tangga memuat paling sedikit hak dan kewajiban pengurus, masa
bakti kepengurusan, tata cara pengangkatan dan pemberhentian pengurus,
penetapan operasional jenis usaha, tata cara pertanggungjawaban dan sumber
permodalan.
32
Keanekaragaman
Memiliki makna bahwa istilah Desa dapat disesuaikan dengan asal usul dan
kondisi sosial budaya setempat, seperti Nagari, Negeri, Kampung, Pekon,
Lembang, Pamusungan, Huta, Bori atau Marga. Hal ini berarti pola
penyelenggaraan pemerintahan Desa akan menghormati sistem nilai yang
berlaku dalam adat istiadat dan budaya masyarakat setempat, namun harus
tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
b.
Partisipasi
Memiliki makna bahwa penyelenggaran pemerintahan Desa harus mampu
mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat merasa memiliki dan
turut bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan besama sebagai
sesama warga Desa.
c.
Otonomi Desa
Memiliki makna bahwa kewenangan Pemerintah Desa dalam mangatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan
nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat setempat, namun harus
diselenggarakan dalam prospektif administrasi modern.
33
d.
Demokrasi
Memiliki makna penyelenggaraan Pemerintahan Desa harus mengakomodasi
aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagresi melalui Badan Perwakilan
Desa (BPD) dan lembaga kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa.
e.
Pemberdayaan Masyarakat
Memiliki makna bahwa penyelenggaraan Pemerintahan Desa diabdikan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan
kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain mdi dalam penelitian kuantitatif meliputi penentuan subjek dari
tempat mana informasi atau bdata dapat diperoleh, teknik yang dipakai di dalam
pengumpula data, serta prosedur yang ditempuh untuk mengumpulan data. Jenis
desain penelitian yang digunakan oleh penulis desain deskriptif, yaitu tipe desain
penelitian desktiptif ditujukan untuk memperoleh gambaran perihal satu
kenyataan antau menguji jalinan pada kenyataan yang sudah ada atau sudah
berlangsung pada subjek. Di dalam desain ini, peneliti tidak melakukan
manipulasi perlakuan atau penempatan subjek.
metode
penelitian
ini
diharapkan
dapat
38
1. Observasi, yaitu pengumpula data dengan cara mengamati kegiatankegiatan dan aktivitas pemotivasian sepanjang relevan dengan objek
yang diteliti.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
Tanya jawab antara peneliti dengan nara sumber antara lain: Kepala
Desa dan Aparat Desa.
3. Angket, yaitu pengumpulan data dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada responden yang ditetapkan melalui teknik sampling
untuk mewakili populasi Desa.
Berkenaan dengan pengumpulan data melalui kuesioner, item-item
kuesioner dirancang berdasarkan skala Likert yang bersifat ordinal.
Metode ini menurut Sugiyono (2005 : 69) digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena social. Item
pernyataan terdiri atas pernyataan positif dan negative dengan lima
alternatif kategori jawaban. Kriteria pembobotan jawaban responden
terhadap isi kuesioner adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Skala Lierkert
No Pernyataan Responden
Bobot Positif
1
Sangat Setuju
5
2
Setuju
4
3
Ragu-Ragu
3
4
Tidak Setuju
2
5
Sangat Tidak Setuju
1
Sumber : Sugiona, 2005
Bobot Negatif
1
2
3
4
5
39
Sasaran populasi dalam penelitian ini adalah unsur Kepala Desa, Aparat
Desa, BPD, Masyarakat Desa Cigentur antara lain :
1. Kepala Desa
= 1 orang
2. Aparat Desa
= 10 orang
3. BPD
= 2 orang
4. Masyarakat
= 30 orang
Ukuran Populasi
= 43 orang
Untuk menentukan sampel aparat dan pegawai kompepar peneliti
menggukan teknik sampling jenuh (sensus) yang dikemukakan Sugiyono
(2003:61) yakni, Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 100 orang.
3.2.4. Metode Teknik Analisis Data
3.2.4.1.
Pengujian Validalitas
Sebelum kuesinoner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu
diadakan pengujian tingkat validitas (akurasi) dan tingkat reliabilitasnya
(keabsahan) melalui uji coba (pre-test) terhadap respoden. Validalitas instrument
diuji dengan menggunakan teknik korelasi item total product moment dan
reliabilitasnya diuji dengan internal consistency Alpha Cronbach menurut
Kerlinger, (1998 : 708-729).
Uji validitas ketepatan terhadap instrument penelitian menggunakan teknik
korelasi item total product moment dengan rumus sbb :
Keterangan :
r
X
Y
n
= korelasi
= skor tiap item
= skor total dikurangi item
= ukuran sampel
40
Pengujian Reliabilitas
Sugiyono (2006:213) mengemukakan, Reliabilitas instrument adalah
41
H1 : p = 0
Kabupaten Bandung
Terdalpat pengaruh yang positif dan signifikan yang positif
antara koordinasi terhadap efektifitas pengembangan koordinasi
kepala desa terhadap efeksivitas pengembangan badan usaha
milik desa Cigentur.
Dengan syarat :
thitung > t tabel = Ho ditolak dan H1 diterima
thitung > t tabel = Ho diterima dan H1 ditolak
analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan ordinal yang bertujuan mencari hubungan varibel X dengan
varibel Y. sedangkan untuk menganalisa data, peneliti menggunakan
statistic non parametris, yaitu statistic yang digunakan untuk menguji
hipotesis bila datanya berbentuk nominal dan ordinal dan tidak
42
6 di 2
r s=1
1=1
3
N N
Dimana :
rs
di
= Jumlah Sampel
Jika data yang dianalisis memiliki rank kembar yang cukup banyak, maka
menggunakan rumus :
2
2
y + di
x +
2
2
2 x y
rs=
Keterangan :
rs
x2
y2
di2
variabel x
dengan variabel y
43
x 2=
n3n
t 3t
Txdan Tx=
12
12
y 2=
n3 n
t 3 t
Txdan Tx=
12
12
Keterangan :
Tx
Ty
N2
1rs 2
Dimana :
t
= t hitung
= Jumlah Sampel
44
Tabel 3.2
Pedoman Interpretasi Koefisien Pengaruh
Interval Koefisien
0,00 0,199
0,02 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,00
Tingkat Pengaruh
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
45
DAFTAR PUSTAKA
38