Anda di halaman 1dari 4

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

REVIEW JURNAL TATA KELOLA DAN KELEMBAGAAN


Mata Kuliah : Koperasi dan UMKM
Dosen Pengampu : Emi Hidayati,M.Si
Judul Analisis Penerapan Islamic Social Praktik Tata Kelola dalam Perspektif Nilai
Reporting dan Tata Kelola Lembaga Budaya Lokal pada Lembaga Perkreditan
Keuangan Mikro Syariah dalam Desa (LPD)
Mendorong Mobilitas Sosial Nasabah
Jurnal Tata kelola Tata kelola
Tahun 2020 2017
Penulis Rizal Yaya Ketut Sonya Adnyani
Reviewer Moh Yusuf Sholeh Marzuki
Tanggal 25 Juni 2021

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi praktik
tata kelola lembaga pengkreditan desa (LPD) dalam
penelitian mengevaluasi penerapan Islamic Social perpektif nilai budaya lokal
Reporting (ISR) dan tata kelola di
lembaga keuangan mikro syariah untuk
mendorong mobilitas sosial
Metode Penelitian ini menggunakan metode Penelitian mengenai praktik tata kelola ini
penelitian deskriptif kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif
Lokasi penelitian Objek penelitian ini yaitu Islamic Micro Objek penelitian ini yaitu Lembaga
Finance (BMT) BIF dan Bank Pengkreditan Desa (LPD)
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) BDW
Pendahuluan Lembaga keuangan mikro saat ini Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah
semakin banyak berdiri baik di daerah- lembaga keuangan berbasis komunitas
daerah kecil maupun perkotaan dan adat yang terdapat di Provinsi Bali,
provinsi. Saat ini, Lembaga Keuangan khususnya di desa adat yang menjalankan
Mikro Syariah (LKMS) di Indonesia fungsi keuangan desa adat untuk
terdiri dari Baitul Maal Wat Tamwil mengelola potensi keuangan desa. LPD
(BMT) atau koperasi syariah dan Bank sering dikatakan sebagai entitas yang unik
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). karena berbasis pada desa adat dengan
Hardi (2013) mengungkapkan bahwa aspek kehidupan dari masyarakat desa
LKMS dianggap mampu mengatasi atau di Bali disebut dengan istilah krama
permasalahan kesulitan masyarakat desa, dan landasan hukumnya adalah
dalam mengakses lembaga keuangan peraturan yang merupakan pedoman
yang ada dasar pemerintahan desa adat (Gorda,
2016:6)
Teori 1. BPRS dalam operasional 1. Jensen dan Meckling pada tahun 1976
kegiatan usahanya diantaranya menjelaskan hubungan keagenan
melakukan penghimpunan sebagai sebuah kontrak antara
dana berupa tabungan, prinsipal sebagai pemilik sumber daya
deposito dan menyediakan ekonomi dan agen yang bertugas
pembiayaan sesuai dengan untuk mengelola sumber daya
prinsip-prinsip syariah (Buchori, tersebut.
2003) 2. menurut Komite Nasional Kebijakan
2. Dengan adanya bantuan Governance (KNKG, 2006) terdiri dari
tersebut masyarakat strata transparansi, akuntabilitas,
bawah diharapkan dapat responsibilitas, independensi, serta
terdorong untuk bisa kewajaran dan kesetaraan
meningkatkan taraf hidup 3. Catur purusa artha digunakan sebagai
mereka dan selanjutnya landasan moralitas dalam berperilaku
menaikkan strata hidup ke yang sesuai dengan etika yang dikandung
lebih tinggi yang disebut dalam kitab suci Agama Hindu (Titib,
dengan mobilitas sosial 2004:286)
(Wahyuni, 2015) 4. Solomon (2004:14) turut
3. Pergerakan mobilitas sosial mendefinisikan tata kelola perusahaan
dapat dilakukan oleh individu sebagai persepsi bahwa perusahaan
itu sendiri maupun dorongan dapat memaksimalkan nilai dalam
dari saluran-saluran tertentu jangka panjang dengan melaksanakan
seperti lembaga sosial, akuntabilitas kepada semua pemangku
ekonomi, pendidikan, dan kepentingan dan melakukan
keuangan, salah satunya LKMS optimalisasi sistem tata kelola yang
yang diharapkan menjadi dimiliki
wadah untuk penghimpunan 5. Nilai budaya bertindak sebagai
dana masyarakat menengah pedoman dari konsep-konsep ideal
kebawah (Latif, 2016) yang memberi arah serta orientasi ke
4. Jasa pembiyaan diberikan masyarakat (Koentjaraningrat,
kepada anggota lembaga 2003:77)
keuangan mikro maupun 6. Aktivitas tata kelola tersebut
kepada masyarakat yang merupakan suatu bentuk
membutuhkan dana sebagai pertanggungjawaban kepada
pengembangan usahanya. pemangku kepentingan (Suartana,
Selain itu juga ada pemberian 2009:150)
jasa konsultasi dan 7. Sujana, dkk (2015) juga mengaitkan
pendampingan secara gratis unsur budaya lokal masyarakat Bali
untuk pengembangan usaha berupa konsep tri hita karana dan
yang dilakukan sehingga LKMS praktik akuntabilitas yang terjadi di
tidak hanya untuk mengejar LPD Kedonganan.
keutungan (Baskara, 2013)
5. . BMT dan BPRS sebagai LKMS
memiliki akses kepada
masyarakat menengah
kebawah diharapkan dapat
menjadi pendorong pergerakan
mobilitas sosial di masyarakat
(Zuraya, 2016)
6. faktor eksternal yang
memengaruhi mobilitas sosial
diantaranya adanya lembaga
pendidikan, lembaga keuangan
termasuk lembaga keuangan
syariah mikro yang
memberikan pembiayaan
kepada para anggotanya
maupun masyarakat untuk
pencapaian tujuan syariah
(Finarti, 2015)
tata kelola yang 1. Selain memberikan 1. Pancadana dan Parwata (2013)
digunakan pembiayaan dari LKMS ini membahas mengenai penggunaan
melakukan pengawasan konsep catur purusa artha sebagai
ataupun pendampingan yang dasar kegiatan LPD, pada
dilakukan baik di pihak BMT BIF penelitian tersebut dibahas
maupun BPRS BDW mengenai alasan penggunaan
2. Sistem pendampingan yang catur purusa artha sebagai dasar
dilakukan di BMT BIF diberikan kegiatan di LPD
kepada semua nasabah yang 2. Sujana, dkk (2015) juga
menerima pembiayaan tidak mengaitkan unsur budaya lokal
hanya pada usaha diluar usaha masyarakat Bali berupa konsep tri
yang dipasar, tatapi juga pada hita karana dan praktik
nasabah yang ada dipasar akuntabilitas yang terjadi di LPD
3. u apabila permasalahan Kedonganan
ditemukan dan bukan karena 3. LPD sebagai lembaga keuangan
memang terjadi kesengajaan yang memiliki skala mikro dan
tidak melakukan pembayaran berbasis komunitas adat di Bali
angsuran pembiayaan tersebut, menggunakan nilai-nilai budaya
maka dari pihak BMT BIF yang berdasarkan ajaran Agama
mencarikan solusi bagaimana Hindu pada tata kelola yang
caranya agar permasalahan dilaksanakan
tersebut selesai tanpa adanya 4. Pancadana dan Parwata (2013)
paksaaan dari pihak BIF untuk membahas mengenai penggunaan
pembayaran harus segera konsep catur purusa artha sebagai
dilakukan dasar kegiatan LPD.
4. Sistem pendampingan dan 5. Salah satu asas yang digunakan
pembiayaan yang dilakukan untuk mengelola LPD Pecatu ialah
BPRS BDW lebih bersifat satya yaitu pegawai diharapkan
fleksibel, tujuan dari akan mampu menjunjung tinggi
pendampingan dan pembinaan asas kebenaran (dharma),
yang ada pada BPRS BDW yaitu kesetiaan dan bertanggung jawab.
untu memastikan berjalannya 6. LPD juga harus dikelola secara
proses bisnis yang dijalankan tepat, benar, terukur, serta sesuai
pada usaha yang mendapatkan dengan kepentingan LPD dan
pembiayaan, kemudian melihat pemangku kepentingan lainnya.
bagaimana perkembangan 7. Keberadaan asas responsibilitas ini
usaha kedepannya, dan tidak membuat LPD Pecatu hanya
berbagai alasan berfokus pada pencapaian
5. LKMS sebagai lembaga syariah keuntungan saja, tetapi juga turut
tidak hanya berkewajiban memikirkan kontribusi untuk
memberikan bantuan berupa lingkungannya
pembiayaan saja, akan tetapi 8. pekerjaan mereka dilakukan
dapat memberikan suatu sebagai bentuk ngayah atau
tindakan ataupun kegiatan bekerja dengan tulus ikhlas demi
berkaitan dengan kegiatan perkem bangan desa adat Pecatu
sosial kepada masyarakat yang 9. laba LPD tidak hanya dibagikan
bermanfaat untuk kepada pengurus LPD tetapi
kemaslahatan sesama manusia terdapat persentase laba sebesar
(Khoirudin, 2013) 20% yang dikembalikan ke Desa
6. Adat Pecatu dalam bentuk dana
pembangunan desa adat dan 5%
dijadikan sebagai dana sosial
10. LPD harus dikelola secara
independen sehingga masing-
masing organ LPD tidak saling
mendominasi dan kewenangannya
tidak diintervensi oleh pihak lain
Hasil penelitian Hasil penelitian yang didapat bahwa Prinsip transparansi dalam praktik tata
tata kelola kedua lembaga keuangan kelola di LPD Pecatu sangat berkaitan erat
syariah yang diteiliti telah apabila dikaji dalam perspektif catur
mengupayakan untuk mendukung purusa artha. Prinsip akuntabilitas dalam
pergerakan mobilitas sosial ekonomi praktik di LPD Pecatu dapat dilihat dari
nasabah. Berdasarkan penelitian ini adanya uraian tugas dan wewenang
dapat dikatakan tata kelola LKMS telah masingmasing organ yang ada di LPD.
secara efektif membantu pergerakan Prinsip Responsibilitas merupakan prinsip
mobilitas di masyarakat. yang sangat berkaitan dengan keberadaan
LPD Pecatu. Prinsip independensi di LPD
Pecatu dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas maupun ruangan antar
bagian secara jelas. Prinsip kewajaran dan
kesetaraan dalam praktik tata kelola LPD
Pecatu sudah baik karena pada praktiknya
sudah memberikan kesempatan yang
sama bagi perwakilan krama untuk
menyampaikan saran dan pendapat dalam
setiap forum rapat

Anda mungkin juga menyukai