ANALISIS
KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM)
komunitas di level komunitas akan berhasil baik bila ada dorongan dari diri
sendiri (sasaran) untuk melakukan tindakan kolektif yang diarahkan pada
keamanan sosial ekonomi. Hal ini diwujudkan dengan membangun
pengaturan kelembagaan sendiri pada tingkat komunitas lokal. Selain itu,
pengembangan kelompok berbasis komunitas harus mempertimbangkan
aspek-aspek modal sosial yang berkembang atau dimiliki masyarakat
sebagai faktor pengikat yang didasari prinsip solidaritas komunal, jejaring
sosial dan kekuatan positif lainnya yang secara tradisional telah ada dalam
masyarakat.
Selanjutnya, guna mendapatkan hasil dan dukungan fakta yang
komprehensif, peneliti melakukan analisis kondisi komunitas melalui analisa
terhadap komponen kapasitas komunitas yaitu ; keterlibatan peran
pimpinan komunitas, pemanfaatan teknologi yang telah dimiliki komunitas,
penyertaan dana masyarakat, pemanfaatan sarana dan pengetahuan
komunitas, proses pengambilan keputusan ditingkat komunitas dan
pemanfaatan organisasi komunitas.
6.1.1. Kepemimpinan
Kepemimpinan lokal selain diperlukan pengaruhnya untuk
mengorganisir masyarakat, juga diharapkan mamiliki komitmen
untuk mendorong penguatan kelompok usaha ekonomi produktif di
lingkup KSM. Menurut kader masyarakat (UPK-BKM) di Kelurahan
Binong terdapat pemimpin formal dan informal. Keberadaan
pemimpin formal diakui berdasarkan pengangkatannya secara resmi
melalui surat keputusan; misalnya Lurah. Sedangkan pemimpin
informal diakui kepemimpinannya oleh masyarakat karena
karismanya atau kepandainnya. Mereka umumnya memiliki
kepedulian bagi kemajuan masyarakat. Lebih lanjut UPR-BKM
menjelaskan bahwa dalam badan keswadayaan masyarakat dikenal
dengan istilah pimpinan kolektif, yaitu mereka yang berasal dari
warga masyarakat yang memiliki kriteria jujur, adil, amanah dan
bertanggung jawab.
Dalam kaitannya dengan pelaksanaan program P2KP, peran
kepemimpinan yang berperan langsung dengan program P2KP
adalah tokoh informal adalah tokoh masyarakat yang dipilih untuk
menjadi Ketua/Pengurus (UPK-BKM). Peran langsung BKM inipun
55
“ Usaha kami ini sudah ada dari dulu.., usaha ini sudah
berkembang sejak kurang lebih dari tahun 1974, dan
kebetulan salah satu dari pelopornya itu orang tua saya
sendiri. Dan selain telah lama bekerja pada bidang yang sama
juga karena pertimbangan dengan jenis usaha yang sama..,
akan relatif lebih mudah menatanya.. jadi tidak perlu belajar
dari nol lagi makanya yang saya ajak bergabung adalah dari
kelompok usaha rajutan ini.”
60
d. Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan yang selama ini terjadi
dalam KSM “Damar Suci” terjadi berkaitan dengan pilihan jenis
usaha, dimana pembentukannya berangkat dari jenis usaha
yang telah dijalankan selama ini. Dalam hal ini peran ketua tidak
terlalu dominan. Namun dalam proses pengambilan keputusan
yang menyangkut kelangsungan usaha, peran ketua di KSM
“Damar Suci” cukup dominan karena ia lebih banyak
mengetahui dan menguasai informasi tentang bahan baku, dan
jaringan pemasaran.
Output
Lemahnya akses kelompok
ekonomi lemah terhadap
sistem sumber
Masalah
Masih lemahnya
keberlanjutan KSM
2. Kelompok (KSM) 1. Tujuan Kelompok 1. Pembentukan kelompok belum diiringi dengan tujuan pengembangan
2. Pembagian Tugas aktivitas ekonomis yang jelas. Pembentukan kelompok hanya ditujukan
3. Hubungan sosial Antar Individu untuk memperoleh bantuan dari program P2KP.
2. Bantuan yang diterima langsung didistribusikan kepada masing-masing
anggota dalam kelompok sehingga pemanfaatannya tidak mewakili
kelompok.
3. Relasi sosial antar individu dalam kelompok masih bersifat situasional.
Hubungan sosial hanya terbentuk berdasarkan unsur kebutuhan atas
sarana dan prasarana produksi.
3. Proses Produksi 1. Perencanaan proses produksi 1. Aktivitas para pengrajin masih berorientasi produksi, dan aktivitas
2. Pemasaran belum efektif. produksi belum diatur sedemikian rupa sehingga jelas kapan harus
berproduksi dan kapan menghentikan produksi. Kondisi ini berakibat
pada menumpuknya hasil produksi dan penurunnya posisi tawar
terhadap permintaan pasar.
2. Ketergantungan para pengrajin pada satu lokasi pemasaran.
4. Akses Permodalan 1. Pengembalian Pinjaman 1. Para pengrajin kesulitan dalam pengembalian modal pinjaman kdari
2. Sistem Penggajian Karyawan P2KP karena revolving dana dana dalam industri rajutan sangat cepat.
2. Peserta yang membutuhkan bantuan dana banyak, sehingga tidak
dapat terpenuhi semuanya dan bantuan yang dapat diberikan nilainya
tidak memadai dibanding kebutuhan.
3. Belum ada kerjasama dengan pihak perbankan/ lembaga keuangan
lainnya yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan dlam
pengembalian pinjaman.