http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7019
Kehidupan masyarakat Hindu-Bali ti- daya masyarakat Bali. Banyak upacara adat
dak dapat dipisahkan dari keberadaan pura. diselingi dengan berbagai pertunjukan ke
Pura merupakan tempat peribadatan bagi senian seperti aneka sendratari. Selain ke-
masyarakat Hindu Bali. Saat ini, keberadaan senian, pelaksanaan upacara adat menjadi
pura menjadi semakin sakral dalam ke- sarana interaksi sosial yang intens antar
hidupan mereka karena kondisi masyara- masyarakat di pulau Bali (Sugriwa 1956:65).
kat pulau Bali yang mayoritas ber agama pura sebagai bangunan suci, diharapkan
Hindu. Selain itu, konsistensi masyarakat manusia dapat mengembangkan dirinya un-
Bali dalam menjaga adat istiadatnya turut tuk saling mengenal sesama umat sehingga
memperkuat posisi pura. Pura merupakan kerukunan intern umat Hindu dapat terwu-
sarana peribadatan bagi umat Hindu dalam jud. (Putra 2012).
usahanya melakukan penyerahan diri dan Dalam setiap pembangunan tempat
mendekatkan diri kehadapan Sang Hyang peribadatan di Bali, semua warga penyung-
Widhi Wasa sehingga dapat meningkatkan sung akan dikenakan sumbangan yang wa-
kualitas umat manusia sebagai makhluk in- jib. Sumbangan tersebut dikenal dengan
dividu dan makhluk sosial. Pura kemudian istilah piturunan. Piturunan (sumbangan) ini
tidak semata-mata hanya menjadi tempat umumnya dibagi rata untuk semua umat
pemujaan kepada sang pencipta, tapi juga penyungsung (jemaat) dari tempat sembah
menjadi sarana aktualisasi sosial dan bu- yang tersebut. Oleh karena itu semakin
240
241 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 240-255
besar skala pura yang dibangun, jumlah akuntansi merupakan bagian penting yang
piturunan yang dikumpulkan akan sema- terintegrasi dengan kepentingan gereja
kin besar. Piturunan yang dikeluarkan oleh demi mencapai misi kudus karena temuan
masing-masing umat akan mencerminkan ini berkepentingan dengan masyarakat se-
dari kelompok kasta dan strata sosial. Hal bagai sumber keuangannya dalam bentuk
tersebut berdampak pada transparansi dan sumbangan, sedekah atau bentuk bantuan
akuntabilitas proyek pembangunan pura sosial lainnya yang berasal dari masyarakat
tersebut. Selain piturunan yang dikenakan, (publik).
juga akan ada sumbangan yang bersifat su- Akuntansi akan mempermudah pe
karela. Sumbangan yang bersifat sukarela ngelolaan manajemen terutama dalam pe
ini lebih dikenal dengan istilah dana punia. ngelolaan keuangan, baik untuk institusi
Pada saat awal pembangunan, penyungsung yang bersifat profit oriented institusi nirlaba.
akan membentuk panitia proyek yang terdiri Hal ini sejalan dengan penelitian Huda et
dari ketua, sekretaris dan bendahara. Fungsi al. (2014) menyatakan bahwa prioritas ma-
bendahara adalah mengelola keuangannya salah pengelolaan wakaf terletak pada wakil
dengan baik dan akan mempertanggungja yang menyerahkan harta wakaf bukan me-
wabkannya secara berkala kepada para lalui lembaga pengelola wakaf. Solusi yang
warga penyungsung. Oleh karena itu, pe- ditawarkan menunjukkan hal-hal yang
nyampaian laporan keuangan tentunya berkaitan dengan peningkatan akuntabilitas
akan menerapkan praktik akuntansi yang pengelolaan wakaf dan dapat meningkatkan
sederhana. kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu,
Peran akuntansi sebagai tools pada sejalan dengan pemahaman yang ada perlu
lingkup keagamaan untuk entitas-entitas dicari bagaimana umat penyungsung dari
peribadatan sebenarnya hadir dalam bentuk sebuah pura memaknai piturunan atau sum-
kombinasi dengan agama (spiritual), sistem bangan dilihat dari perspektif perbedaan
nilai dan transenden. Hal ini juga didu- kasta dan strata ekonomi. Serta bagaimana
kung oleh penelitian dari Badu dan Hambali makna akuntansi piturunan sebagai bagian
(2014) yang menyatakan bahwa sebagai en- dari kegiatan pembangunan pura di Bali.
titas, masjid menggunakan pelaporan akun-
tansi yang dananya berasal dari sumbangan METODE
masyarakat sebagai sumber keuangannya, Studi ini menggunakan pendekatan
seperti; donasi, zakat, infaq, sedekah atau kualitatif non-positivistik dengan paradigma
bentuk bantuan sosial lainnya. Oleh kare- interpretif mendekati realitas yang sesung-
na itu, akuntansi menjadi pen ting untuk guhnya (Chua 1986). Penentuan paradigma
melakukan pertanggungjawab an kepada interpretif didasarkan pada cara yang di-
masyarakat mengenai pelaporan keuangan ambil oleh penulis dalam pengumpulan
tersebut. Perlunya penyajian yang akunta- data-data di lapangan. Burrell dan Morgan
bel dan transparan dalam pelapor annya, (1979) menggambarkan sifat interpretif se
mengacu entitas mampu berjalan dengan bagai paradigma yang memiliki karakteristik
baik dan bertahan hidup di tengah-tengah untuk memahami dan menjelaskan dunia
masyarakat. Praktik akuntansi akan sangat sosial yang tidak terlepas dari kacamata
berguna dalam pengambilan keputusan. personal yang terlibat langsung dalam se-
Praktik akuntansi pada lembaga-lembaga buah proses sosial. Muhadjir (2000:119)
keagamaan atau entitas nirlaba lainnya berpendapat bahwa paradigma interpretif
merupakan sesuatu yang belum lazim, na- melakukan aktivitas yang mencari makna,
mun krusial untuk mengejawantahkan bukan hukum, untuk memahami bukan
proses transparansi dan akuntabilitas demi untuk mengonstruksi teori. Pendekatan in-
terwujudnya kepercayaan umat. Mereka terpretif menjadikan ilmu sosial cenderung
telah tulus mendarmakan harta bendanya menjadi nominalis, anti-positivis dan ideo-
untuk kepentingan bersama. Walaupun ti- grafis (Burrel dan Morgan 1979:28). Status
dak lazim, penelitian praktik akuntansi pada ontologi dunia sosial selalu dapat diper-
lembaga keagamaan se perti gereja banyak tanyakan dan problematis. Rea litas so
sial
dilakukan oleh beberapa peneliti akuntansi. dengan sendirinya merupakan hasil dari
Salah satu peneliti (Irvine 2005) menyimpul- pemaknaan dan pemahaman individu serta
kan bahwa pendeta dan orang awam per- bagaimana ia membentuk makna tersebut.
caya akuntansi tidak mengganggu agenda Dengan demikian, realita sosial pasti ber-
suci yang dikerjakan oleh gereja. Sebaliknya, makna majemuk, berubah atau bertahan,
Triani, Satyawan, Memaknai Sisi Akuntansi dari Sumbangan Keagamaan Masyarakat ... 242
adalah kamu”, "saya adalah kamu" dan "se- yaitu sebagai berikut :
gala mahluk adalah sama" memiliki atman
“ na mata na pita kincit kasyacit
yang bersumber dari Brahman. Manusia
pratipadyate,
dalam hidupnya memiliki berbagai macam
kebutuhan hidup yang dimotivasi oleh ke- danapathyodano jantuh svakar-
inginan manusia yang bersangkutan (Mim- maphalamacnute “
bar Hindu No date: 19). Pandanglah setiap artinya :
orang seperti diri kita sendiri yang memer-
lukan pertolongan, bantuan atau perlindun- “Barang siapa yang memberikan
gan untuk mewujudkan kebahagiaaan hid- dana punia maka ia sendirilah
up yang sejati, seperti diamanatkan dalam yang akan menikmati buah (paha-
kitab suci Veda, “vasudhaivakutumbakam” la) dan kebajikannya itu”.(Wara-
(semua makhluk adalah bersaudara). Ma- ruci 2016).
nusia merupakan makluk sosial dalam arti Hal ini juga di dukung dengan kitab Bhaga-
manusia tidak dapat hidup sendiri sehingga vad Gita XVII.20
memerlukan bantuan orang lain. Apabila
“Daatavyam iti yad daanam
umat menghayati dan memahami ajaran Tat
diyate nupakaarine,
Twam Asi, sudah semestinya akan terjalin
desa kala ca paatre ca
hubungan yang baik antar sesama. Jangan
tad daanam saatvikam smrtam”.
sampai kita sebagai manusia saling menya-
kiti, melakukan tindakan anarkis yang meru- Maksudnya: Dana punia (sum-
gikan orang lain, atau bahkan tega mem- bangan/piturunan) yang diberi-
bunuh sesama manusia demi menunjukkan kan dengan tulus ikhlas dengan
superioritas tertentu. Hendaknya kita saling tidak mengharapkan hasilnya.
menolong dan memberikan perlindungan ter- Hal itu diyakini sebagai kewajiban
hadap sesama, bila menjadi orang kaya, kita suci dan diberikan kepada orang
wajib membantu orang-orang yang miskin, yang tepat (paatra). Pemberian
bila menjadi orang yang kuat bantulah yang demikian itu disebut Satvika
orang-orang yang lemah. Dengan demikian, Daana (Wiyana 2012).
kehidupan yang harmonis dapat terwujud. Ajaran agama sudah mengatur semua
Hal ini merupakan implementasi dari ajaran kegiatan piturunan dan punia yang di berikan
Tat Twam Asi. Konsep ini mendasari semua oleh penyungsung pura. Hal ini di dukung
umat Hindu dalam melaksanakan punia dan oleh pernyataan dari Ibu Cok Sri: “Bila ada
piturunan yang di berikan dalam semua ke- kegiatan perbaikan pura baik secara keselu-
giatan yadnya baik manusia yadnya dan ruhan maupun sebagian saya akan beru-
Dewa Yadnya. Hal ini juga di dukung oleh saha untuk memberikan punia di samping
penyataan dari Bapak Putu sebagai Pinan- piturunan yang harus saya bayar. Untuk be-
dita Pura Pande di Tabanan: saran piturunan akan di kenakan sama pada
“ Seperti yang sudah di atur masing-masing kepala keluarga. De ngan
dalam ajaran Hindu dan filsa- memberikan punia dalam pembangunan pu-
fat Tat Twam Asi, semua umat ra ini sebagai wujud sembah dan bakti saya
yang menyungsung dari suatu sama Ida Shang Hyang Widhi, yang secara
pura akan secara tulus dan ikh- tulus ikhlas”. Pendapat tersebut turut didu-
las dalam memberikan piturunan kung oleh sesama penyungsung, yaitu dari
maupun punia, baik dalam upa- Bapak Gusti Made yang menyatakan:
cara piodalan maupun dalam hal “.....disamping saya membayar
pemugaran pura. Piturunan dan piturunan, saya akan selalu beru-
punia yang di berikan merupakan saha untuk melaksanakan punia
wujud dari filsafat Tat Twam Asi baik berupa uang maupun ba-
dan juga sebagai perwujudan ma- rang. Saya lebih suka mempunia
nusia sebagai mahluk sosial”. kan dalam bentuk barang, se
Selain dari ajaran Tat Twam Asi yang perti kayu dan air minum dalam
dijelaskan di atas, juga di jelaskan dalam kardus kartonan untuk para tu-
sarasamucaya sloka 169 juga mengenai kang. Dengan saya melakukan
sumbangan dana punia atau piturunan , punia saya akan mendapatkan
Triani, Satyawan, Memaknai Sisi Akuntansi dari Sumbangan Keagamaan Masyarakat ... 244
keberkahan dari Ida Sang Hyang adalah pembagian yang vertikal. Pembagian
Widi Wasa. Semakin besar pura horizontal itu melambangkan prakati (unsur
yang di bangun semaikn besar materi alam semesta) sedangkan pembagian
dana yang di butuhkan, sehingga yang vertikal adalah simbolis puruua (unsur
saya selalu berusaha untuk mem- kejiwaan/spiritual alam semesta). Penung-
berikan punia sebagai yadnya galan konsepsi prakati dengan puruua dalam
saya”. struktur pura adalah merupakan simbolis
dari pada “super natural power“. Semua kas-
Konsep bangunan pura di Bali menga-
ta yang ada di pulau Bali akan membangun
cu pada pemahaman umat Hindu Bali terha-
pura sebagai tempat pemujaan akan memi-
dap Alam dan ajaran agama Hindu. Konsep
liki tujuan yang sama (Putra 2012).
pembuatan arsitektur Pura mengacu pada
Di samping menggunakan sastra/lon-
Sastra/Lontar Asta Kosal-Kosali yang di
tar Asta Kosala-Kosali, pembangunan pura
dalamnya terdapat falsafah perwujudan ar-
juga akan menggunakan Desa Kala Patra.
sitektur Tri Hita Karana, Panca Maha Bhuta,
Penggunaan istilah Desa Kala Patra populer
dan Nawa Sanga. Ketiga falsafah tersebut
dikalangan masyarakat Bali. Konsep Desa
mengandung pemahaman mengenai alam
Kala Patra yang dipahami pada umumnya
yang dikaitkan dengan kepercayaan umat tidak seperti pengertiannya dalam pustaka
Hindu, seperti keterlibatan pengaruh dewa- suci seperti Bhagavad Gita dan Sarasamus-
dewa pada setiap penjuru mata angin. Selain caya. Umumnya Desa Kala Paatra itu dipa-
itu, bangunan pura juga memiliki satuan hami sebagai pedoman menerapkan agama
ukur bangunan yang mengacu pada uku- Hindu dan budaya Bali yang dijiwai agama
ran anatomi manusia itu sendiri. Hal terse- Hindu. Desa diartikan tempat, Kala waktu
but mengacu pada logika manusia sebagai dan Patra keadaan. Demikianlah pemaham
pengguna bangunan. Pemahaman tentang an Desa Kala Patra umat Hindu pada
alam juga memengaruhi struktur pura yang umumnya di Bali. Tapi dalam kaitannya
dilihat dari denahnya. Pembagian halaman dengan Desa Kala Patra dalam Bhagavad
pura ini, didasarkan atas konsepsi makro- Gita dan Sarasamuscaya sudah sangat jelas
kosmos (bhuwana agung). Konsep tersebut artinya, yaitu orang yang seyogianya diberi-
adalah pembagian pura atas 3 (tiga) bagian kan dana punia. Sedangkan untuk menyuk-
(halaman) yaitu adalah lambang dari “trilo- seskan pengamalan agama atau dharma
ka”, bhurloka (bumi), bhuvaaloka (langit) sudah sangat jelas dinyatakan dalam Mana-
dan svaaloka (sorga). wa Dharmasastra VII,10 ada lima dasar
Pada umumnya, struktur atau denah pertimbangan agar pengamalan agama atau
pura di Bali dibagi atas tiga bagian, yai- dharma sukses.
tu: Jabapura atau ja ba pisan (halaman lu- Dalam sloka Manawa Dharmasastra
ar), jaba tengah (halaman tengah) dan jeroan VII.10 terdapat istilah Dharmasidhiartha
(halaman dalam). Di samping itu, ada juga yang memiliki arti suksesnya tujuan dhar-
pura yang terdiri dari dua halaman, yaitu: ja- ma atau agama. Ada lima dasar pertimbang
ba pisan (halaman luar) dan jeroan (halaman an yang dinyatakan dalam sloka tersebut
dalam). Selain itu terdapat pula pura yang yaitu Iksha, Sakti, Desa, Kala dan Tattwa.
terdiri dari tujuh halaman (tingkatan). Pem- Iksha artinya pandangan masyarakat, Sakti
bagian pura atas 2 (dua) halaman (tingkat) kemampuan masyarakat, Desa aturan ro-
melambangkan alam atas (urdhaa) dan alam hani yang berlaku setempat, Kala artinya
bawah (adhaa), yaitu akauadan pativi. Se- waktu, dan Tattwa artinya kebenaran Weda.
dang pembagian pura atas 7 bagian (hala- Maksudnya Tattwa kebenaran Weda itulah
man) atau tingkatan melambangkan “Sap- yang diterapkan sesuai dengan Iksha, Sakti,
taloka” yaitu tujuh lapisan/tingkatan alam Desa dan Kala. Hal ini menyebabkan bentuk
atas, yang terdiri dari: bhurloka, bhuvaaloka, luar tradisi beragama Hindu berbeda-beda
svaaloka, mahaoka, janaloka, tapaloka dan antara daerah satu dengan daerah lainya.
satyaloka. Bangunan pura yang terdiri dari Pengertian Desa Kala Patra menurut
satu halaman adalah simbolis dari “eka Sloka Bhagavad Gita XVII.20 di atas sangat
bhuvana”, yaitu penunggalan antara alam berbeda dengan pengertian umum. Dalam
bawah dengan alam atas. Pembagian hala- Bhagavad Gita XVII.20 dinyatakan bahwa
man pura yang pada umumnya menjadi Desa Kala Patra sebagai pedoman untuk
tiga bagian itu adalah pembagian horizon- berdana punia. Dana punia yang benar dan
tal sedang pembagian (loka) pada pelinggih baik itu disebut Satvikadaana. Dana punia
245 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 240-255
yang benar dan baik itu harus sesuai den- Akuntansi sumber dana pura dalam
gan petunjuk rohani yang berlaku di tempat pelaksanaan pembangunan pura. Etimologi
tersebut. Petunjuk rohani yang berlaku se- asal kata “Pura” di Indonesia berasal dari
tempat itulah disebut Desa. Sedangkan Kala konsonan kata terakhir dari bahasa San-
artinya dana punia yang benar itu dilakukan sekerta (-pur,-puri, -pura,-puram,-pore) yang
pada waktu Satvika Kala.Waktu Satvika memiliki arti “kota” atau “benteng”. Benteng
adalah saat masih pagi. Sedangkan Patra dalam hal ini dapat diartikan sebagai tem-
artinya dana punia itu harus diberikan pada bok untuk membendung pengaruh-penga-
orang yang tepat dan baik. Apabila diberikan ruh adharma (kejahatan, keburukan) yang
pada orang yang tidak baik dan tidak tepat dapat memengaruhi dharma (kebaikan, ke-
disebut Tamasika Dana. Dalam Bhagavad bajikan) pemeluk agama hindu. Pura men-
Gita XVII.22 orang yang tidak tepat itu dise- jadi tempat suci untuk memuja kebesaran
but Apaatra. Tuhan Yang Maha Esa guna membentengi
Makna yang berbeda diartikan oleh umat hindu agar mereka tetap berpegangan
(Suryono dan Carrisa 2015) dimana kon- kepada ajaran-ajaran agamanya dan meme
sep adaptabilitas terhadap tempat, waktu roleh kekuatan suci dari Ida Shang Hyang
dan situasi harus dipertimbangkan dalam Widhi serta tidak mudah terpengaruh oleh
perilaku/tindakan seseorang dan juga pada adharma.
konteks arsitektur, yang dapat memberi Pelaksanaan pembangunan dan re-
dampak tertentu. Hal ini didukung oleh per- novasi tempat sembahyang atau Pura pada
nyataan dari Bapak Dewa yang menyatakan: masyarakat Hindu di Bali pada umumnya
pembiayaannya bersumber dari iuran dan
“....dalam tatanan pura dan cara sumbangan dari para umat pemilik (pe-
pembagian piturunan yang diwa- nyungsung) pura tersebut, yang umumnya
jibkan dalam sebuah pembangu- merupakan bagian dari silsilah keturunan
nan pura di masing-masing daerah sebuah keluarga besar. Penyungsung pura
akan memiliki konsep yang ber- umumnya dengan jumlah kepala keluarga
beda-beda, di samping pengaruh (KK) yang besar dengan kisaran jumlah
karakteristik suatu daerah, beda sembilan sampai sepuluh KK. Perlakuan
kasta juga akan memengaruhi be- terhadap pengenaan piturunan bagi ma-
sar kecilnya piturunan yang akan sing-masing kepala keluarga dikenakan
dibayarkan oleh masing-masing sumbang an yang jumlah nominalnya sa-
kepala keluarga yang merupakan ma dalam artian total keseluruhan biaya
penyungsung pura tersebut. ter- dari pembangunan pura akan dibagi sama
gantung dari desa kala patranya, rata untuk seluruh kepala keluarga. Jum-
karena setiap daerah memiliki bu- lah sumbangan yang dibutuhkan tersebut
daya dan adat yang berbeda”. ditetapkan melalui penghitungan besaran
estimasi biaya-biaya yang akan dikeluarkan
Pendapat Pak Dewa juga dibenarkan oleh
sampai dengan penyelesaian pembangunan
Pak Ketut yang menyatakan:
atau renovasi bangunan pura tersebut. Bagi
“...pembagian piturunan yang bi- kepala keluarga yang kondisi keuangan-
asanya diterapkan di desa saya nya minim, apabila bentuk dari sumbangan
atau umumnya di Singaraja de yang diwajibkan berupa uang, maka akan
ngan desa yang ada di sebelah menambah beban biaya hidup untuk kelu-
nya memiliki cara-cara pengum- arganya. Untuk menghindari timbulnya hal
pulan yang berbeda. Di tempat tersebut, maka kebijakan yang diputuskan
saya, pada saat pembangunan pada rapat kelompok dadia memperkenan-
sebuah pura untuk keluarga be- kan masyarakat untuk menyumbang secara
sar biasanya kami urunan uang, sukarela dalam bentuk lain, yang dapat di-
tetapi di desa tetangga akan mem- persamakan dengan nilai nominal uang, an-
bagi piturunan tersebut ke dalam tara lain sumbangan berupa tenaga sebagai
bentuk bahan bangunan seperti tukang dan atau buruh bangunan jika umat
urunan pasir, bata dan semen tersebut memiliki keahlian konstruksi ba
yang di tentukan jumlahnya oleh ngunan pura sehingga kontribusinya dapat
masing-masing ketua panitia, dan dipersamakan dengan biaya sewa tukang
akan dicatat oleh bendahara”. dan atau buruh bangunan. Contoh bentuk
sumbangan lainnya tersebut juga akan di-
Triani, Satyawan, Memaknai Sisi Akuntansi dari Sumbangan Keagamaan Masyarakat ... 246
Dalam proses pembangunan pura terse- “Peran serta dari keluarga besar
but, laporan penerimaan dana dan pengelu- penyungsung pura akan berpe
aran dana yang diperoleh dari sumbangan ngaruh besar dalam proses pem-
penyungsung yang telah berkeluarga, atau- bangunan pura. Sumber dana
pun yang berasal dari luar keluarga besar, yang ada sebagian besar dari pitu-
tetap akan selalu dilaporkan pihak benda- runan dan dana punia sukarela
hara kepada semua keluarga penyungsung dari semua anggota keluarga be-
pura. Beberapa tahun belakangan ini terjadi sar penyungsung pura tersebut.
fenomena perubahan perilaku masyarakat proses pengumpulan piturunan
yang peduli (awareness) terhadap keterbu- akan berbeda-beda caranya ter-
kaan pengelolaan dana sumbangan, sehing- gantung dari kesepakatan semua
ga kecenderungan dari para penyumbang anggota keluarga. Saya se bagai
menginginkan adanya informasi mengenai bendahara akan membuat catatan
seberapa besar jumlah dana yang terkumpul sederhana terperinci dan me
dan berapa besar peran dari piturunan yang laporkan semua pengeluaran dan
mereka kontribusikan dapat membantu penerimaan di setiap akhir pekan
pembangunan pura tersebut. Para penyum- diadakannya rapat kepada semua
bang akan memerlukan penjelasan dalam umat penyungsung”.
pengelolaan dana tersebut. Oleh karena itu,
Argumen beliau di atas menunjuk-
akuntansi menjadi sangat diperlukan dan
kan gambaran bagaimana pentingnya men-
juga relevan digunakan untuk memenuhi
jaga kepercayaan atas proses pengumpulan
prinsip akuntabel dan transparan pada se-
sumber dana dalam pembangunan tersebut.
tiap kegiatan pembangunan atau renovasi
Hal ini penting mengingat sumbangan yang
pura yang melibatkan lebih dari satu kelu-
dikelola dalam pembangunan dengan tujuan
arga. Sehingga, disarankan dalam penyam-
membangun tempat ibadah atau pura me-
paian laporan keuangannya menggunakan
miliki makna religius pertanggungjawaban
penyajian PSAK 45 “akuntansi organisasi
vertikal pihak panitia dengan Tuhannya. Hal
nirlaba” yang menyajikan sumber dana yang
ini juga memiliki relevansi dengan simbul
berasal dari para penyumbang.
agama dan budaya yang di anut masyarakat
Laporan keuangan pembangunan pura
Bali, dan di dukung dengan pernyataan Pak
disusun dengan tujuan untuk melaporkan
Nengah sebagai pemangku pura mengemu-
posisi keuangan sampai waktu tertentu yang
kakan pendapatnya:
ditujukan untuk semua keluarga besar, yang
akan dilaporkan kurun waktu tertentu, yang “Adat kebiasaan masyarakat Bali
umumnya dilaporkan setiap minggu sekali mengajarkan kepada kita melalui
oleh bendahara kepada semua keluarga be- konsep menyama braya, yang
sar. Format dan terminologi harus dipilih dimana menyama braya adalah
untuk menyesuaikan dengan pemahaman konsep dimana kita semua akan
anggota pura selain memfokuskan perha- menanggung semua kegiatan baik
tian pada pengeluaran dalam pembangunan suka dan duka yang terjadi dalam
pura tersebut. Laporan keuangan ini di buat keluarga besar. Dan sebagai satu
untuk membantu para anggota keluarga pertanggungjawaban kepada ma-
yang ingin mengetahui seberapa besar jum- nusia dan kepada Ida Sang Hyang
lah pengeluaran yang sudah terealisasi se- Widhi sesua dengan filsafah Tat
lama periode pembangunan. Biasanya infor- Twan Asi”.
masi ini lebih mudah dipahami oleh anggota
Dalam pembangunan pura, para pe-
keluarga dalam bentuk narasi diban ding
nyungsung akan memiliki tanggung jawab
dalam bentuk neraca.
yang sama besar bagi semua kepala kelu-
Menanggapi konsep tersebut, secara
arga. Perhitungan ini diperoleh dari semua
realitas hal ini terlihat dari pemahaman Ibu
pengeluaran yang ada dibagi rata untuk
Widani. Ibu ini adalah bendahara dalam
semua kepala keluarga. Pemahaman menya-
pembangunan pura di sebuah desa pada
ma braya ini ini akan menjadi poros dalam
kabupaten Tabanan yang memiliki sedikit
mengarahkan pemikiran keluarga besar
pengetahuan mengenai akuntansi karena
untuk memikul semua beban dan sebagai
beliau adalah siswi lulusan SMK jurusan
sembah bakti mereka pada leluruh mereka
Akuntansi, menyatakan :
dan Ida Sang Hyang Widhi.... oleh karena itu
Triani, Satyawan, Memaknai Sisi Akuntansi dari Sumbangan Keagamaan Masyarakat ... 248
mereka akan dengan suka rela dan tanpa akan menghitung berapa kisa-
pamrih dalam melaksanakan semua ke ran biaya yang dikeluarkan pada
giatan pembangunan tersebut, yang akan proses pembangunan tersebut.
menggambarkan sembah bhakti mereka Kami akan mengangkat seorang
kepada para leluhur dan Ida Sang Hyang bendahara, bendahara terse-
Widhi. but akan mengumpulkan uang
Proses pengumpulan sumber dana tabungan kami dan di tabungkan
yang ada akan menjadi tolak ukur dalam di lembaga perkreditan desa kami.
proses pemugaran seluruh atau sebagian Setiap lima belas hari sekali pada
dari pura tersebut. Pada umumnya proses saat purnama (bulan penuh) dan
pembangunan pemugaran biasanya dengan tilem (bulan mati), selesai melaku-
pelaksanaan pemugaran secara keseluru- kan persembahyangan kami akan
han. Proses pengumpulan dana tersebut melaksanakan rapat dan semua
akan beragam dari setiap keluarga besar. kepala keluarga akan menabung
Hal ini didukung oleh penyataan dari untuk uang kas. Proses mena-
Bapak Cok Rai: bung tersebut besarannya tidak di
atur tergantung dari kemampuan
“Dalam proses pembangunan semua anggota keluar, tentunya
pura di tempat kami, sebagian kami melakukan dengan ihklas
besar pendanaan yang ada um- dan dengan niat yang suci. Ben-
umnya di keluarkan dari besaran dahara akan melaporkan jumlah
piturunan dari keluarga besar, tabungan keseluruhan setiap dia-
dan ada sedikit pembiayaan yang dakan rapat pada saat purnama
diperoleh dari punia warga yang dan tilem tersebut”.
secara suka rela.”
Realitas Akuntansi dan Transparansi
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Sebagai Aksentuasi Budaya. Beberapa pe-
bapak Gusti: mikir bahkan pernah mengkaji nilai budaya
“..... di tempat saya, pada saat dan akuntansi kedalam konteks tauhid. Pel-
pembangunan pura besaran pitu- aporan yang hanya menyajikan private costs
and benefits jelas mengakibatkan informasi
runan yang di kenakan di masing-
akuntansi yang disajikan dalam laporan
masing kepala keluarga akan di
keuangan menjadi bias, menjadi terlalu ego-
tetapkan sama, namun jika mas-
istik. Oleh karena itu, ketimpangan yang
ing-masing kepala keluarga ingin
ada di akuntansi modern perlu diperbaiki
melakukan punia mereka diijink-
dengan cara memadukan dengan sifat lain,
an untuk memberikan sumban-
sebagaimana kita pahami dari nilai filsa-
gan apa pun dan sebesar apapun.
fat manunggaling kawulo gusti (Triyuwono,
Di samping dari nilai besaran
2006: 370).
piturunan yang dibayarkan untuk
Paling tidak konsep yang disuguhkan
masing-masing kepala keluarga melalui penggalian budaya adat Bali dalam
biasanya kami juga mendapat- penafsiran akuntansi di atas pada hakekat-
kan bantuan dana dari pihak luar nya adalah simbol menyama braya yang di
yang secara sukarela memberikan dasari oleh filosofi Tat Twan Asi (Dia adalah
bantuan” engkau/kamu) dalam adat istiadat Bali.
Begitu juga menurut pak Made me- Konteks tersebut adalah pemaknaan se
nyatakan sebagai berikut: bagai ajaran kesesusilaan yang tapa batas,
dan identik dengan ajaran kemanusiaan (hu-
“Pada saat proses pemugaran manisme). Tat Twan Asi (Ia adalah engkau)
pura di tempat saya biasanya sangat berkaitan dengan susila yang dalam
kami menyiapkan dari dua sam- babad Bali disebutkan mengandung makna
pai tiga tahun sebelum pelaksa- bahwa: hidup segala mahluk sama, me-
naan pemugaran. Karena kami nolong orang lain berarti menolong diri kita
berasal dari golongan menengah, sendiri, dan sebaliknya menyakiti orang lain
kami akan mempersiapkan lebih berarti pula menyakiti diri sendiri. Sehingga
lama dengan cara proses mena- jiwa sosial demikian perlu diresapi sebagai
bung. Proses menabung ini untuk sinar tuntunan kesucian Tuhan dan sama
mengurangi beban kami, kami sekali bukan atas dasar pamrih kebendaan.
249 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 240-255
keluarga telah menyepakati un- mereka yang tinggi dapat dipersem bahkan
tuk membatasi penggunaan dana untuk mempercantik bangunan pura mi-
hanya untuk pembangunan pura. lik mereka. Sedangkan masyarakat dengan
Uuntuk dana pelaksanaan ngen- tingkatan sosial ekonomi menengah kecen-
teg linggihnya akan ditarik kem- derungan untuk membangun pura ataupun
bali. Sehingga akan terlihat adan- merenovasi pura terbatas pada kemampuan
ya pembatasan penggunaan dana ekonomi yang mereka miliki, tanpa merasa
tersebut. Penerimaan sumbangan bahwa bangunan tersebut menjadi tidak
hanya untuk membiaya semua layak sebagai tempat mereka melakukan
bhan material untuk pembangu- persembahyangan setiap harinya. Hal ini di-
nan pura dan biaya tukang saja. dorong oleh keyakinan baik sisi kasta brah-
Sehingga semua penerimaan akan mana sampai sudra, srata sosial ekonomi
teralokasi untuk pembangunan”. tinggi ataupun rendah tidak memandang
bahwa bangunan pura yang berbiaya besar
Tidak jauh beda dengan pernyataan Bapak
lebih memberikan pandangan sebagai umat
Dewa yang menyatakan:
beragama yang paling taat atau patuh men-
“Semua penerimaan akan kami jalankan ajaran-ajaran agamanya, dikare-
alokasi untuk bahan pembangu- nakan pengetahuan mereka sebagai umat,
nan pura, seperti: kayu, ijuk, batu bahwa Hyang Widhi bersifat universal dan
bata, pasir, semen, pembayaran Maha Tahu dimanapun umat menyembah
tukang (untuk tukang ukir dan NYA Beliau selalu ada.
tukang bangunan). Sehingga Berikut merupakan gambaran ben-
dana yang ada akan terpusat tuk laporan pertanggungjawaban keuangan
penggunaannya, dan memberikan bedasarkan PSAK 45 yang dapat menjadi
transparansi yang sangat baik.” acuan dan sudah diterapkan oleh organisasi
nirlaba bidang keagamaan sebagai wujud
Argumen beliau di atas menunjuk-
melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan
kan kesadaran pihak panitia pelaksana
keuangan yang baik yaitu akuntabel dan
pembangunan pura untuk melakukan pen-
transparan. Bendahara dapat akan mem-
catatan akuntansi dan pelaporan berkala
buat laporan yang menginformasikan jumlah
sebagai wujud pertanggung jawaban mereka
saldo awal penerimaan dan rincian penge-
dalam mengelola keuangan selama proyek
luaran serta menunjukkan sisa saldo yang
tersebut berlangsung. Semakin besar dan
belum digunakan secara sederhana dalam
megah pura yang dibangun semakin besar
pengelolaan keuangannya, tanpa mengu-
pula jumlah pengeluaran yang dikeluarkan
rangi kualitas laporan dengan menunjukkan
dalam penyelesaian pembangunan tempat
otorisasi dari panitia pembangunan pura se-
peribadatan tersebut. Masing-masing kasta
bagai pihak yang diberi tanggungjawab un-
juga akan memiliki ciri dan karakteristik
tuk mengelola dana hasil piturunan, tampi-
yang tersendiri terutama pada tingkatan
lan dalam tabel 1.
keturunan Brahmana dimana struktur dan
Bendahara juga dapat membuat lapo-
jumlah bangunan pura yang terdapat dalam
ran realisasi anggaran untuk masing-masing
lingkungan pura lebih banyak dan kompleks
periode, untuk tujuan memeroleh dasar bagi
sesuai dengan adat-istiadat serta fungsi dari
keputusan selanjutnya bilamana kebutuhan
bangunan pura tersebut yang terus diles-
akan biaya pembangunan pura menyimpang
tarikan sejak periode awal nenek moyang
dari limit anggaran yang ditetapkan dan hal
mereka.
ini penting untuk dilaporkan ke pada para
Selain dari sisi kasta, tingkatan so
penyungsung pura. Adapun laporan realisasi
sial ekonomi umat penyungsung juga dapat
anggarannya disajikan pada tabel 2.
memengaruhi besarnya keinginan untuk
Akuntansi seperti ini akan menjadi
membangun pura keluarga yang megah
bentuk suatu pertanggungjawaban dari
dengan mempercantik bangunan utama dan
proses pembangunan pura tersebut. Akun-
bangunan pendukung pura, melalui penggu-
tansi ini juga bertujuan untuk memberikan
naan ukiran-ukiran yang terbuat dari bahan-
informasi yang di butuhkan untuk peng
bahan material bermutu dan bernilai tinggi,
ambilan keputusan. Misalnya, pengeluaran
sehingga jumlah piturunan yang dikenakan
bahan apa yang dibutuhkan paling banyak
kepada umat relatif besar dan mereka me-
dan memiliki jumlah pengeluaran yang pa
nyadari dikarenakan kemampuan ekonomi
ling besar, serta bagaimana pengalokasian
Triani, Satyawan, Memaknai Sisi Akuntansi dari Sumbangan Keagamaan Masyarakat ... 252
Pengeluaran :
Biaya Bahan xxxx
Biaya Jasa Tukang xxxx +
Total Pengeluaran (xxxx)
memudahkan para umat penyungsung pura pentingan organisasi. Disamping itu, Widati
dalam mengetahui kebutuhan piturunan dan et. al. juga menemukan “amal usaha” meru-
kerelaan akan punianya. Sehingga mereka pakan media beribadah kepada Tuhan, dan
akan merasakan kepuasan religius terhadap merupakan usaha untuk mendapatkan da-
apa yang telah disumbangkan atau menjadi na. Usaha ekonomi ini membutuhkan akun-
dharma bakti sebagai umat penyungsung tansi sebagai alat atau media akuntabilitas
pura serta sebagai perwujudan perilaku go- dan transparansi.
tong royong dalam konsep filosofis menyama
braya atau dikenal sebagai pengakuan bah- SIMPULAN
wa semuanya adalah satu keluarga baik yang Piturunan atau iuran yang dibayarkan
berasal dari berbagai macam suku dan aga- oleh masing-masing penyungsung (umat)
ma yang berbeda dengan penyungsung itu pura, baik yang berasal dari kasta brahma-
sendiri yang selalu menjadi dasar kehidupan na dan kasta lainnya serta pada tingkatan
masyarakat adat di bali, dan sebagai wujud sosial ekonomi yang tinggi maupun yang
sembah bakti mereka pada Ida Sang Hyang rendah memiliki perbedaan pada jumlah
Widhi Wasa. Umat penyungsung pura lebih yang disumbangkan dikarenakan kondisi-
mengartikan piturunan dan dana punia yang kondisi alami yang memengaruhi, akan
dikorbankan bertujuan mulia bagi kehidup tetapi bermakna tidak berbeda yang pada
an beragama mereka di dunia dan sebagai kenyataannya umat sebagai penyumbang
media komunikasi kepada Sang Pencipta, memiliki esensi bahwa piturunan tidak ha
sehingga tidak pernah timbul permasalahan nya dilihat dari nominal rupiah yang disum-
atau konflik diantara mereka yang diakibat- bangkan tapi juga dimaknai sebagai bagian
kan oleh jumlah piturunan yang ditetapkan dari kesadaran religius penyumbang akan
bersama dalam rapat-rapat. Panitia pem- tanggungjawabnya selaku pemeluk agama
bangunan pura pun tidak merasa terbebani kepada penciptaNya. Itikad baik dan tulus
dengan tanggung jawab me ngelola proyek ikhlas dalam memberikan piturunan dalam
pembangunan pura tersebut, bahkan de proses pembangunan atau pun pemugaran
ngan kesadaran akan prinsip-prinsip akun- pura merupakan kebiasaan turun temu-
tanbel dan transparan, panitia akan mem- run (local wisdom) masyarakat bali dan
buat dan melaporkan pengelolaan keuangan masyarakat umumnya di nusantara yang
hasil piturunan memegang filosofi gotong-royong untuk me-
Hal yang sama juga di temukan pada nyelesaikan tujuan bersama. Para informan
hasil penelitian Widati et. al. (2011) yang dari penelitian ini memiliki interprestasi
menyatakan bahwa “Aisyiyah” melakukan yang sama terkait piturunan, walaupun me-
usaha untuk mendapatkan laba untuk ke-
miliki latar belakang strata sosial ekonomi
Triani, Satyawan, Memaknai Sisi Akuntansi dari Sumbangan Keagamaan Masyarakat ... 254