Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 2021, 12(3), 601-619

KETERBUKAAN BUDAYA LOKAL DALAM AKUNTABILITAS KEUANGAN


GEREJA KRISTEN
Jannes Samuel Elfronzo Abhimael Panggabean, Ignatius Novianto Hariwibowo

Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No.44, Yogyakarta 55281

Surel: novianto.wibowo@uajy.ac.id

Volume 12 Abstrak - Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan


Nomor 3
Halaman 601-619
Gereja Kristen
Malang, Desember 2021 Tujuan Utama - Penelitian ini berupaya untuk mengungkap peran bu-
ISSN 2086-7603 daya lokal dalam penerapan akuntabilitas keuangan di gereja Kristen.
e-ISSN 2089-5879 Metode – Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kompara-
tif disiplin. Beberapa pengurus gereja lokal di Pontianak adalah informan
Tanggal Masuk: pada penelitian ini.
26 Agustus 2021 Temuan Utama - Budaya lokal berperan dalam memberikan ruang ter-
Tanggal Revisi: hadap kolaborasi dan keterbukaan. Hal ini terlihat melalui praktik nilai
09 Desember 2021 gotong royong dan keterbukaan dalam rapat. Tradisi ini membentuk mo-
Tanggal Diterima: tivasi, nilai manajerial, dan budaya organisasi, yang berperan penting
31 Desember 2021 dalam penerapan akuntabilitas keuangan.
Implikasi Teori dan Kebijakan - Prinsip dan nilai-nilai tradisi merupa-
kan dasar yang lebih kuat untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan
Kata kunci: dibandingkan standar akuntansi atau ketentuan akuntabilitas keuang­
an secara formal. Kesadaran praktik profesionalitas sebagai wujud iman
akuntabilitas, perlu diperkuat oleh organisasi keagamaan.
gereja, Kebaruan Penelitian - Hasil penelitian ini mengungkap peran nilai bu-
gotong royong, daya lokal organisasi dapat mewujudkan akuntabilitas keuangan pada
keterbukaan organsiasi keagamaan.

Abstract - Local Cultural Transparency in Financial Accountability


of the Christian Church
Mengutip ini sebagai: Main Purpose - This study seeks to reveal the role of local culture in imple-
Panggabean, J. S. E. A., & menting financial accountability in Christian churches.
Hariwibowo, I. N. (2021). Method – This research uses a disciplinary comparative case study ap-
Keterbukaan Budaya Lo- proach. Several local church administrators in Pontianak were informants
kal dalam Akuntabilitas in this study.
Keuangan Gereja Kristen. Main Findings - Local culture plays a role in providing space for collabora-
Jurnal Akuntansi Multi- tion and openness. This space can be seen through the practice of the value
paradigma, 12(3), of mutual association and transparency in meetings. This tradition shapes
601-619.https://doi. motivation, organizational values, and organizational culture, which play
org/10.21776/ub.ja- an essential role in implementing financial accountability.
mal.2021.12.3.34 Theory and Practical Implications - Traditional principles and values
are more substantial for realizing financial accountability than accounting
standards or formal financial accountability provisions. Awareness of pro-
fessional practice as a form of faith needs to be strengthened by religious
organizations.
Novelty - The results of this study reveal the role of local organizational
cultural values in realizing financial accountability in religious organiza-
tions.

601
602 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

Sebagai sebuah organisasi nonprofit, meningkatkan kepercayaan dan transparan-


gereja memiliki kewajiban untuk mengelola si keuangan bagi para donatur (Dellaportas,
sumber dayanya demi mencapai tujuan dan 2019). Nilai sekuler mengarah pada peran
pelayanan (Purbiyati & Setyawati, 2020), organisasi yang perlu mempertanggung-
termasuk sumber daya keuangan. Kewa- jawabkan sumber daya kepada umat sebagai
jiban ini menunjukkan bahwa gereja juga salah satu stakeholder organisasi sebagai
perlu mengelola sumber daya secara akun­ wujud nilai kejujuran. Dualisme ini secara
tabel. Terlebih dengan adanya pemangku tidak langsung mempersulit bentuk akun­
kepenting­ an yang menuntut transparansi, tabilitas keuangan dalam organisasi gereja.
objektifitas, dan akuntabilitas pengelolaan Pemahaman akuntabilitas keuangan yang
keuangan yang bersumber dari sumbangan berbeda-beda ini berdampak juga kepada
umat dalam organsiasi gereja. Berdasarkan tujuan dan fungsi akuntansi pada organi-
nilai-nilai religiusitas yang dimiliki gereja, sasi gereja. Persepsi mengenai sakral dan
seharusnya terdapat dasar etika yang kuat sekuler juga akan memengaruhi pelapor­
untuk menerapkan akuntabilitas terhadap an keuangan gereja. Pendekatan sakralitas
dana umat. Selain itu, hadirnya semangat cenderung berpendapat bahwa akuntansi
akulturasi budaya lokal yang dianut da- tidak perlu diaplikasikan pada gereja, se­
lam organisasi gereja menambah nilai unik hingga akuntabi­ litas keuangan tidak men-
dalam praktik pengendalian sumber daya jadi sebuah kebutuhan. Namun, berbagai
umat yang ada. Sebagai tuntutan nilai- kasus yang berkaitan dengan keuangan ge-
nilai kebaikan yang identik dengan organi- reja te­lah menimbulkan penafsiran bahwa
sasi keagamaan, gereja wajib mewujudkan sakralisasi tanpa akuntabilitas keuangan
transparansi pengelolaan keuangan orga­ dapat meningkatkan potensi penyalahgu-
nisasi keagamaan dengan sebaik mungkin. naan sumber daya (Muller, 2015).
Implikasinya, pelaksanaan proses akuntansi Masalah praktik akuntabilitas keuang­
dalam organisasi gereja merupakan suatu an dalam organisasi gereja telah dikaji be-
yang penting dalam konteks perkembang­ berapa kali, namun hanya pada topik-topik
an umat yang semakin pesat, termasuk tertentu. Magliacani & Pietra (2019) berar-
perkembangan berbagai aktivitas keuang­ gumentasi bahwa kajian tentang penerapan
annya (McPhail & Cordery, 2019). Dalam akuntansi gereja secara umum difokuskan
hal ini, praktik akuntansi yang sarat akan pada tiga hal. Masalah pertama adalah pen-
standar formal akan dihadapkan tradisi dan jelasan tentang proses pelaporan akuntan-
nilai-nilai organisasi gereja yang kompleks. si dan pengawasan pengelolaan kuangan
Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri da- internal yang lemah dalam gereja. Kedua
lam mewujudkan akuntabilitas keuangan adalah permasalahan mengenai bagaimana
gereja. seharusnya akuntansi, pengawasan, dan pe­
Mewujudkan akuntabilitas keuangan ngelolaan keungan dilakukan. Ketiga adalah
dalam organisasi keagamaan bukanlah hal pandangan terhadap perbedaan antara nilai
yang mudah. Organisasi keagamaan gereja spiritual dan non-spiritual atau sekuler dan
secara khusus dihadapkan pada dualisme non-sekuler yang memengaruhi penerapan
nilai, yaitu: sakral dan sekuler (Bigoni et akuntansi dalam organisasi gereja. Selain
al., 2013; Senander, 2017). Nilai sakral me­ permasalahan tersebut, Ryandono & Wi-
rupakan nilai yang mengarahkan gereja jayanti (2019) dan Shaharuddina & Sulaim-
pada tempat peribadatan, sehingga sum- an (2015) turut mengungkapkan beberapa
ber daya keuangan merupakan bagian dari permasalahan terkait praktik akuntansi da-
persembahan kepada Tuhan. Dengan de- lam organisasi keagamaan. Terdapat empat
mikian tidak ada keharusan untuk mem- masalah yang sampaikan pada penelitian
pertanggungjawabkan kepada manusia. tersebut, yaitu praktik penerapan sakral
Dalam nilai ini, akuntabilitas keuangan di- dan sekuler yang masih berlaku, tingkat
pandang sebagai aktivitas sekuler sehingga kepercayaan dalam organisasi yang tinggi
dianggap kurang tepat untuk diterapkan di menyebabkan pengendalian menjadi lemah,
gereja yang merupakan lembaga keagamaan ketidaksesuaian latar belakang pendidikan
sakral (Ryandono & Wijayanti, 2019; Shaha- dengan peran dan tanggung jawab, dan
ruddina & Sulaiman, 2015). Namun di sisi keterlibatan umat yang rendah. McPhail &
lain, organisasi gereja dihadapkan pada tun- Cordery (2019) memaparkan bahwa bebera-
tutan akuntabilitas keuangan untuk dapat pa isu terkait masalah dalam praktik akun-
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 603

tansi gereja terdiri dari bentuk pengendalian budaya Batak Toba dalam mendorong atau
yang lemah, pemanfaatan keuangan gereja membentuk praktik akuntabilitas keuangan
yang kurang sesuai, pengetahuan akuntansi di Gereja Kristen Huria Kristen Batak Pro­
yang kurang kuat, terlalu mengandalkan ke- testan (HKBP), suatu Gereja Kristen yang
mampuan seseorang atau relawan dan bu- secara khusus berakulturasi dengan budaya
kan pada sistem organsiasi, dan penerapan Batak Toba. Pemahaman tentang peran bu-
standar akuntansi yang sudah tidak sesuai. daya lokal dalam pola penerapan akuntabil-
Senander (2017) mengutarakan bahwa per- itas keuangan pada organisasi keagamaan
masalahan dalam akuntansi gereja tersebut diperlukan untuk mewujudkan pola akun­
berawal dari pemanfaatan informasi akun- tabilitas keuangan yang efektif pada orga­
tansi yang tidak sesuai, sebagai contoh ada- nisasi keagamaan, khususnya Gereja Kris-
lah penganggaran yang mengabaikan peren- ten HKBP.
canaan jangka panjang. Selain itu, terdapat Dengan kompleksitas masalah penerap­
pihak-pihak tertentu yang menilai bahwa an akuntabilitas keuangan pada organisasi
laporan keuangan bukanlah hal penting ba- gereja, penelitian ini akan bertujuan un-
gi organisasi keagamaan. Kendati demikian, tuk mengungkap bagaimana peran budaya
mengingat potensi sumber daya publik yang lokal, yang dianut oleh organisasi, dalam
besar, diperlukan penemuan terkait pola penerapan akuntabilitas keuangan yang se-
pengelolaan keuangan yang sesuai karakter- lama ini didominasi oleh konsep formal dari
istik organisasi gereja demi mengefektifkan negara barat. Hasil penelitian ini diharap­
akuntabilitas keuangan, sekaligus untuk kan dapat menggambarkan situasi atau
menghindari penyimpangan yang juga sa­ masalah penerapan akuntabilitas keuangan
ngat mungkin terjadi. dari sudut padang sistem informal organsa-
Penelitian mengenai akuntabilitas si, yaitu tradisi. Sehingga melalui gambaran
keuangan gereja telah dilakukan sejak la- ini, organisasi nonprofit diharapkan dapat
ma, namun bagaimana peran budaya dalam menyadari nilai-nilai atau tradisi organisasi
memengaruhi penerapan akuntabilitas pe­ yang mungkin dapat diangkat sebagai dasar
ngelolaan sumber daya gereja masih belum penerapan akuntabilitas keuangan.
cukup dijelaskan. Penelitian terdahulu le­
bih menekankan pada aspek manajerial dan METODE
spiritual pada organisasi gereja. Pada ke­ Penelitian ini akan menggunakan kom-
nyataannya, di Indonesia, keberadaan orga­ paratif disiplin yang sesuai untuk mem-
nisasi gereja juga tidak lepas dari nilai-nilai bandingkan kasus yang terjadi dengan teori
budaya masyarakat di tempat berdirinya yang ada (Kamayanti, 2016; Sekaran & Bou-
gereja tersebut. Bahkan pada beberapa ge- gie, 2017). Secara lebih khusus yaitu untuk
reja ditemukan telah berakulturasi dengan dapat menggambarkan proses dari peranan
budaya setempat, yang di antaranya adalah budaya lokal dalam penerapan akuntabilitas
Gereja Kristen Protestan (Kaluvilla, 2013; keuangan pada suatu konteks organisasi
Yahanpath et al., 2018). Proses akulturasi ini gereja.
menyebabkan gereja tidak hanya memiliki Objek penelitian ini adalah praktik
nilai sakral dan sekuler, tetapi juga memun- akuntabilitas keuangan dalam Gereja Kris-
culkan pengaruh dari budaya setempat yang ten Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)
menjadi latar belakang organisasi tersebut yang berada di Pontianak. Pemilihan ob-
(Bigoni et al., 2013; Jeacle, 2012; Marini et jek ini didasari oleh alasan bahwa Gereja
al., 2018). Kondisi ini menyebabkan pro­ses Kristen HKBP Pontianak merupakan gereja
penerapan akuntabilitas keuangan yang induk (huria sabungan) dari HKBP Resort
efektif menjadi lebih kompleks pada or- Pontianak. Sebagai gereja induk, Gereja
ganisasi keagamaan dengan latar belakang Kristen HKBP Pontianak menjadi model bagi
budaya tertentu. Dengan kurangnya pen- gereja-gereja cabang (pagaran) lainnya. Ge-
jelasan mengenai faktor budaya lokal dalam reja Kristen HKBP juga merupakan gereja
memengaruhi akuntabilitas keuangan pada yang berakulturasi dengan budaya Batak,
penelitian terdahulu, penelitian ini akan se­
hingga gereja ini menjadi tempat ibadah
bertujuan untuk mengkaji pengaruh budaya bagi penganut agama Kristen yang berlatar
dalam penerapan akuntabilitas keuang­ belakang suku Batak, termasuk yang bera-
an gereja. Penelitian ini akan menjelaskan da di tanah perantauan. Dengan demikian,
bagaimana peran budaya lokal, khususnya gereja ini merupakan tempat berkumpul-
604 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

Tabel 1. Informan Penelitian (Disamarkan)

Nama Jabatan
Sitrait Bendahara Gereja
Patria Ketua Majelis Perbendaharaan
Giring Ketua Seksi Zending
Helen Bendahara Seksi Sekolah Minggu
Monica Bendahara Seksi Pemuda

nya komunitas suku Batak. Berdasarkan pada setiap informan, karena menyesuaikan
informasi pada tahun 2019, jemaat Gereja fungsi dan kapasitasnya. Pertanyaan-per-
Kristen HKBP Pontianak berjumlah 3.200 tanyaan tersebut merupakan pengemban-
orang. Hal ini merupakan keuntungan dari gan dari pertanyaan wawancara penelitian
segi sumber daya yang dikelola, terbukti Randa et al. (2011) dan Wibowo & Kristanto
dari pendapatan gereja yang mencapai se- (2018). Sebagaimana wawancara semi-ter-
besar 6 miliar rupiah berdasarkan laporan struktur pada umumnya, pertanyaan wa­
keuangan tahun 2019. Dengan potensi dana wancara mengalami pengembang­ an ketika
masyarakat yang besar tersebut, diperlukan penelitian sedang berlangsung. Hal ini di-
akuntabilitas keuangan untuk mencapai tu- maksudkan untuk menggali lebih jauh atas
juan manajemen dan sejalan dengan tujuan keterangan informan guna memperinci data
organisasi. yang diperoleh peneliti. Pada tahap pelak-
Dalam penelitian ini, upaya untuk me- sanaan, wawancara dimulai dari bendaha-
meroleh data ditempuh dengan metode wa­ ra gereja (bendahara huria) dan bendahara
wancara dan observasi. Metode wawancara kategorial. Kedua informan ini merupakan
dilakukan karena dinilai efektif dalam pe­ pihak yang terlibat secara langsung dalam
ngumpulan data pada penelitian eksploratif setiap aktivitas keuangan di Gereja Kristen
(Parker & Northcott, 2016; Sekaran & Bou- HKBP Pontianak, sehingga penelitian dapat
gie, 2017), dan memungkinkan peneliti un- memperoleh informasi terkait dengan fak-
tuk menggali data secara lebih mendalam tor-faktor yang berdampak pada akuntabi­
dan multi dimensi (Alsharari & Al-Shboul, litas keuangan dan pengendalian internal.
2019). Informan yang dipilih untuk wawan- Selanjutnya, wawancara dilakukan bersama
cara adalah adalah para palaku pengelola majelis perbendaharaan guna memperoleh
keuangan pada Gereja Kristen HKBP Pon- informasi terkait faktor-faktor yang memen-
tianak. Sehingga dapat diperoleh informasi garuhi seluruh unsur dalam penelitian ini,
yang sesungguhnya terjadi dalam pengelo- yaitu akuntabilitas keuangan dan pengen-
laan keuangan. dalian internal.
Tabel 1 berikut ini berisi informan yang Kedua adalah pelaksanaan yang terdiri
dipilih dalam penelitian. Informan yang te­ dari observasi guna menghindari perolehan
lah dipilih merupakan pihak yang terkait data yang bias. Adapun jenis observasi yang
langsung dengan pengelolaan keuangan dilakukan adalah observasi tersembunyi
di Gereja Kristen HKBP. Dengan demikian, (hidden observation) dengan pendekatan
latar belakang proses kebijakan pengelolaan perilaku (behavioral observation), khusus­
keuangan dapat lebih dijelaskan. nya analisis non-verbal dan analisis linguis-
Wawancara dalam penelitian ini di- tik. Observasi jenis ini dipilih untuk meng­
jalankan dalam tiga tahapan, sebagaimana hindari reaktivitas informan yang dapat me-
diungkapkan oleh Alsharari & Al-Shboul mengaruhi validitas temuan peneliti.
(2019), yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, Ketiga, pengkategorian hasil wawan-
serta manajemen dan analisis data. Pertama, cara dengan kode. Pertanyaan semi ter-
tahap persiapan yang berisi pe­nyusunan pan- struktur digunakan pada wawancara yang
duan wawancara (interview protocol). Peny- diarahkan untuk mengeksplorasi sisi psi-
usunan dan persiapan daf­ tar pertanyaan kologis para informan, filosofi manajerial
ini bertujuan untuk meng­ hindari jalannya yang selama ini berlaku pada Gereja Kris-
wawancara yang melenceng jauh dari topik ten HKBP Pontianak, dan budaya organisasi
utama. Adapun jumlah pertanyaan yang pada Gereja Kristen HKBP Pontianak. Ketiga
dirancang untuk wawancara berbeda-beda faktor ini digunakan sebagai kategori un-
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 605

tuk dapat mengungkap praktik akuntabil- diyakini, se­hingga menimbulkan kepuasan


itas keuangan dan menggali faktor-faktor kepuasan tersendiri. Dengan demikian, ti-
yang memungkinkan Gereja Kristen HKBP dak ada­ nya tuntutan laporan formal dari
Pontianak untuk menerapkan akuntabilitas umat atau penyumbang juga dikarenakan
keuangan. sebagian orang secara salah mengasum-
Data yang telah diperoleh kemudian sikan bahwa tuntutan semacam itu menun-
akan disajikan berdasarkan analisis data jukkan ketidak­ ikhlasan (Teah et al., 2014;
yang telah ditentukan. Metode ini terbagi Yasmin et al., 2014).
dalam tiga tahap yang diawali dengan kon- Kondisi ini menyebabkan kurangnya
densasi data. Istilah kondensasi data meru- tuntutan terhadap akuntabilitas keuangan
juk pada proses memilih, memfokuskan, oleh anggota atau umat yang kemudian be-
menyederhanakan, meringkas, dan men- rakibat pada lemahnya kontrol publik terha-
transformasi data yang diperoleh dari proses dap penggunaan dana (Sadornil et al., 2017).
pengumpulan data. Kondensasi data dalam Pengelolaan keuangan organisasi keaga­
penelitian ini dilakukan dengan merangkum maan lebih berdasarkan pada kepercayaan
keterangan informan yang diperoleh saat dan perwujudan nilai agama yang diyakini
wawancara dan hasil observasi. Pada tahap (Cecere et al., 2017; Santoso & Soeherman,
ini akan disampaikan gambaran umum 2021). Selain itu, tidak adanya kewajiban
mengenai proses pengelolaan keuangan penyampaian laporan keuangan menye-
yang selama ini dilakukan di Gereja Kris- babkan tidak adanya standar pelaporan
ten HKBP Pontianak. Kemudian yang kedua keuangan yang harus diterapkan. Akibatnya
adalah penyajian data. Data yang disajikan adalah praktik laporan keuangan menjadi
merupakan data yang telah terorganisasi se- beragam dan membuat bentuk akuntabilitas
bagai informasi secara ringkas untuk men- keuangan organisasi keagamaan juga sulit
jembatani penarikan kesimpulan. Adapun ditentukan (Petske, 2018).
datanya akan berbentuk narasi yang dileng- Adanya pandangan terkait dengan
kapi dengan transkrip wawancara. Pada sakral dan sekuler pada lembaga agama juga
tahap ini, hasil wawancara akan dimaknai membuat penerapan akuntabilitas keuang­
sesuai faktor-faktor dari teori yang dapat an menjadi lebih kompleks. Terlebih kedua
menjelaskan peranan unsur pengelolaan pandangan tersebut akan selalu melekat
keuangan, yaitu psikologis, filosofi mana- pada organisasi keagamaan. Oleh karena
jemen, dan budaya organisasi, yang dalam itu, lembaga agama perlu menemukan cara
hal ini adalah Gereja Kristen HKBP. Ketiga, terbaik untuk menerapkan akuntabilitas
pembahasan yang berdasarkan pendekatan keuangan yang sesuai.
studi kasus. Dari data yang disajikan akan Adapun kesesuaian akuntabilitas
ditarik kesimpulan, yaitu deskripsi me­ keuangan ini dapat disebabkan juga karena
ngenai bagaimana budaya mempengaruhi asas atau nilai dasar yang mungkin berbeda
akuntabilitas keuangan dan pengendalian pada setiap organisasi keagamaan. Perbe-
internal di Gereja Kristen HKBP Pontianak daan bentuk transaksional pada organisasi
beserta maknanya. keagamaan ini juga dapat disebabkan oleh
nilai yang diyakini. Dalam hal ini, budaya
HASIL DAN PEMBAHASAN lokal menjadi salah satu faktor yang dapat
Akuntabilitas dan keuangan gereja. memengaruhi nilai filosofi manajemen, un-
Permasalahan dalam penerapan akuntabi­ tuk kemudian nilai manajerial tersebut yang
litas keuangan pada organisasi agama atau akan memengaruhi cara pengelolaan or-
berbasis agama disebabkan oleh lingkung­ ganisasi keagamaan, termasuk pengelolaan
an organisasi tersebut. Laporan keuangan keuangan.
secara formal bukanlah tuntutan dalam Praktik akuntabilitas keuangan pada
organisasi ini, bahkan sebagian gereja be- gereja dipengaruhi oleh pandangan terhadap
lum memperhatikan dan terkesan tertutup sakralitas dan sekularitas dalam gereja, yang
dalam pengelolaan keuangannya. Akuntabil- dalam hal ini, akuntansi dinilai sebagai ak-
itas keuangan merupakan aktivitas informal tivitas sekuler (Petzke, 2018). Styhre (2014)
pada organisasi keagamaan karena sikap dan Tanasal et al. (2019) telah menjelaskan
berbuat baik dan religiousitas mendorong bahwa dualisme, sakral dan sekuler, memi-
orang untuk berbuat baik tanpa tuntutan liki dua bidang yang berbeda. Dalam organi­
laporan. Dana sumbangan tersebut juga sasi keagamaan, sakralitas adalah aktivitas
merupakan wujud dari nilai agama yang rohani, sedangkan sekuler adalah aktivitas
606 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

organisasi terkait dengan organisasi. Dua is- pokok bagi tindakan moral (Cristian, 2020).
tilah tersebut mengandung pengertian yang Setiap hal yang dilakukan harus didasari
berbeda dan menyebabkan penolakan ter- dengan dasar Alkitabiah, karena Alkitab di-
hadap praktik akuntansi karena dianggap yakini sebagai pedoman hidup dan tata laku
tidak sesuai untuk diterapkan pada institu- warga gereja, demikian pula halnya dalam
si keagamaan yang sifatnya sakral. Di sisi pelaksanaan akuntabilitas keuangan dan
lain, karakteristik sakralitas yang terlalu pengendalian internal. Keyakinan Alkitabiah
dominan dapat disalahgunakan oleh ele- ini dapat memengaruhi sikap para pengelola
men-elemen tertentu dalam organisasi de­ atau pengurus dalam menerapkan praktik
ngan meng­atasnamanakan suatu yang ilahi akun­ tabilitas keuangan dan pengendalian
(Muller, 2015). Situasi ini dapat mendorong internal. Keyakinan Alkitabiah dapat diis-
lemahnya pengendalian dalam organisasi tilahkan sebagai komitmen pengelola ter­
gereja. hadap nilai organisasi. Komitmen terhadap
Laporan keuangan organsiasi gereja nilai organisasi menempatkan pengelola ge-
merupakan bentuk pertanggungjawaban reja sejajar dengan umat atau jemaat karena
berupa catatan berisi penyajian informasi keduanya memiliki visi, nilai, misi, dan upa­
keuangan yang sesuai, akurat, dan andal ya bersama untuk mencapai keberhasilan
(Dellaportas, 2019). Akuntansi gereja me­ organisasi.
rupakan bagian dari akuntansi dana yang Berdasarkan data yang diperoleh penu-
merupakan sistem pencatatan terpisah un- lis, diketahui bahwa hanya beberapa infor-
tuk setiap aset (McPhail & Cordery, 2019). man yang memiliki keyakinan Alkitabiah
Dalam lingkupnya sebagai organisasi nirla- yang spesifik dalam menjalankan fungsi
ba atau non profit, organisasi gereja di Indo- akuntabilitas keuangan dan pengenda-
nesia menyampaikan praktik akuntansinya lian internal. Bendahara gereja dalam per-
melalui PSAK No. 45 yang berlaku sebelum nyataannya mengungkapkan secara implisit
1 Januari 2020, sedangkan standar yang bahwa ayat Alkitab yang menjadi pedoman
baru adalah ISAK 35 yang berlaku per 1 Ja­ baginya adalah Lukas 12:35-48. Ayat ini
nuari 2020. Menurut ISAK 35, lembaga non berbicara mengenai perumpaaan tentang
profit wajib menyusun laporan keuangan hamba yang melaksanakan tugas dengan
yang terdiri dari laporan posisi keuangan, baik, selalu berjaga-jaga, dan siap sedia,
laporan laba rugi komprehensif, laporan pe- meskipun sedang ditinggal pergi oleh tuan­
rubahan aset bersih, dan laporan arus kas. nya. Pandangan tersebut dijelaskan oleh
Laporan keuangan tersebut dapat disam- pernyataan Keay (2017) dan Wignall (2016)
paikan secara lebih rinci pada catatan atas bahwa berdasarkan teori stewardship, bah-
laporan keuang­ an. Kendati telah terdapat wa pengurus organisasi bertindak sebagai
acuan standarnya, beberapa organsasi ge- pelayan dan bertindak untuk melakukan hal
reja pada praktik penyusunan pedoman yang benar (doing the rigth thing).
laporan keuangannya cenderung menye- Selain itu, praktik akuntabilitas
suaikan kondisi dan ketentuan organisasi keuang­an secara Alkitabiah dapat merujuk
masing-masing. pada Matius 5:37 sebagai pedoman dalam
Proses akuntabilitas keuangan gere- menjalankan fungsi akuntabilitas keuang­
ja. Dalam ajaran Kristen terdapat beberapa an dan pengendalian internal. Ayat terse-
ajaran dari Kitab Suci yang terkait dengan but merupakan amanat dari Tuhan Yesus
bagaimana orang Kristen bekerja dalam da- supaya manusia bertindak jujur dalam se-
lam suatu kelompok atau organisasi. Dalam gala hal dan tidak memberi peluang kepada
1 Korintus 10:24 disebutkan bahwa sese­ iblis yang dapat menggoda untuk bertindak
orang tidak boleh mencari keuntungannya tidak jujur. Dengan menjalankan amanat
sendiri, melainkan bagi orang lain. Kemudi- ayat ini dalam hal akuntabilitas keuangan
an terdapat firman Tuhan dalam Filipi 2:3-4 dan pengendalian internal, perilaku benda-
yang menyatakan bahwa setiap manusia ha- hara sekolah Minggu menunjukkan bahwa
rus mengutamakan kepen­tingan Bersama. manusia pada dasarnya memiliki sifat yang
Ajaran ini mengindikasikan bahwa ma- dapat dipercaya, mampu bertindak dengan
nusia memiliki dua tanggung jawab, yaitu penuh tanggung jawab, memiliki integritas,
kepada Tuhan dan kepada sesama manu- dan kejujuran terhadap pihak lain (Stone
sia. Sebagai sebuah lembaga keagamaan & Erickson, 2017). Integritas dan kejujuran
Kristen, gereja tidak dapat dilepaskan dari adalah aspek yang sangat penting untuk
pemaham­ an spiritual sebagai dasar yang dijalankan oleh pengelola dengan konsis-
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 607

ten, karena elemen utama untuk mencapai rus gereja. Badan audit terdiri dari tiga orang
kesejahteraan bersama adalah kepercayaan penatua/jemaat yang dipilih dalam rapat je-
(Keay, 2017). Kepercayaan jemaat terhadap maat. Kendati demikian, penyusunan lapor­
pengelola gereja menjadi kunci untuk mem- an keuangan gereja belum berpatokan pada
bangun hubungan jangka panjang yang sa­ suatu standar. Hal ini diakui oleh Patria da-
ling menguntungkan bagi semua pihak. lam pernyataannya sebagai berikut:
Pada praktiknya, pihak gereja telah
melaporkan keuangannya secara rutin.
Dalam warta keuangan setiap hari minggu “Nah, itu…pakai standar yang la-
tercantum rekapitulasi penerimaan yang ma, tapi gak tahu standar apa itu.
ditulis dalam bahasa Batak Toba. Laporan Kita pun ikut yang lama, mau di­
penerimaan dibagi dalam beberapa bagian buat yang baru tapi katanya (per-
menurut sumbernya, seperti penerimaan tahankan saja yang lama) supaya
dari persembahan ibadah hari minggu, bisa dibanding-bandingkan”
penerimaan dari perpuluhan, penerimaan (Patria).
dari persembahan syukur, dan sebagainya.
Setiap bulan, bendahara juga akan menyam- Pernyataan Patria menunjukkan bah-
paikan laporan keuangan. Pada akhir tahun, wa tidak ada penerapan sistem akuntansi
bendahara juga akan menyampaikan lapor­ secara absolut pada gereja. Bahkan tersirat
an keuangan tahunan di hadapan forum je- fakta lain bahwa belum terdapatnya atur-
maat, yakni ibadah akhir tahun tanggal 31 an terkait keuangan yang baku dan ber-
Desember. Laporan keuangan yang disusun laku umum bagi seluruh anggota sinode.
menyajikan penerimaan dan pengeluaran. Dikarenakan praktik yang selama ini ter-
Menurut bendahara gereja, model ini diper- jadi hanyalah sebagai upaya memperta­
tahankan dengan alasan agar mudah diper- hankan tradisi pengelolaan dan pelaporan
bandingkan dengan laporan keuangan pada yang telah telah diterima oleh setiap pihak.
tahun-tahun sebelumnya. Penerimaan diba- Ketiadaan standar inilah yang kemudian
gi dalam lima pos besar, yaitu penerimaan menyebabkan ketidakseragaman prosedur,
yang dialokasikan untuk gereja, penerimaan baik dalam pengendalian internal maupun
yang dialokasikan untuk gedung serbaguna pelaporan keuangan. Sebagai contoh adalah
(sopogodang), penerimaan dari persembah- pelaporan dana sosial sebagai salah satu
an syukur, penerimaan yang dialokasikan pos yang kerap menimbulkan kebingungan
untuk pusat, dan penerimaan yang dialo- dalam prosedur pengendalian internal, ter-
kasikan untuk pembangunan. Pengeluaran utama dalam pembuatan alat bukti. Dalam
juga dibagi dalam lima pos besar, yaitu akuntansi, alat bukti adalah hal yang sangat
pengeluaran untuk gereja, pengeluaran un- penting dan otentik untuk mendokumen-
tuk gedung serbaguna, pengeluaran yang tasikan setiap transaksi, baik pengeluaran
menggunakan persembahan syukur, penge- maupun penerimaan, namun secara etika
luaran untuk pusat, dan pengeluaran un- tampaknya sulit untuk membuat alat bukti
tuk pembangunan. Penyampaian tersebut ketika melakukan pemberian dana sosial ke-
disertai uraian penggunaan pada setiap pada anggota jemaat.
bagiannya. Sebagai suatu gereja yang berdasar
Untuk mempermudah jemaat dalam pada suatu budaya tertentu, pihak gereja
memahami laporan keuangan, bendaha- memiliki budaya organisasi yang erat de­ngan
ra gereja juga membuat ringkasan laporan budaya Batak Toba dari Sumatra Utara. Bu-
keuangan yang dibagi dalam lima pos besar daya organisasi ini juga tampak pada cara
sebagaimana laporan keuangan yang telah mengelola keuangan gereja tersebut. Salah
dijabarkan di atas. Dalam setiap pos akan satu budaya lokal yang mempengaruhi pro­
diuraikan secara singkat saldo awal, jum- ses pengelolaan keuangan adalah kerja sa-
lah penerimaan, jumlah pengeluaran, dan ma atau gotong royong. Dalam adat-istiadat
saldo akhir. Ringkasan tersebut juga akan Batak, kerja sama dikenal dengan istilah
memuat saldo akhir kas dan saldo rekening marsiadapari. Pada mulanya, marsiadapa-
bank. Laporan keuangan bulanan dan lapor­ ri merupakan kegiatan gotong royong yang
an keuangan tahunan akan diaudit oleh dilakukan oleh masyarakat Batak dalam
badan audit. Berdasarkan aturan sinode, bercocok tanam di sawah/ladang. Kegiatan
badan audit adalah suatu organ yang melak- ini telah menjadi tradisi yang dilakukan se-
sanakan audit keuangan, aset, dan pengu- cara serentak untuk saling meringankan be-
608 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

ban, sebagaimana filosofi masyarakat Batak, “Kalau kesulitan yah minta bantu
“Dokdok rap manuhuk, neang rap manea”, sama pengurus inti, cari pemecah-
yang secara harafiah dapat dimaknai, berat an masalah sama-sama” (Monica).
sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Dalam konteks akuntabilitas keuang­ “Senior tuh ada yang bantu. Dia
an, kerja sama dan kolektivitas sangat dibu- ngajarin untuk bikin buku keuan-
tuhkan karena kebersamaan dengan tujuan gan, kas masuk-kas keluar, segala
kolektif dan hubungan timbal balik dapat macam tuh diajarin sama dia. Ja-
membangun hubungan jangka panjang yang di, walaupun basicnya sama seka-
bermanfaat bagi seluruh pihak dan dapat li gak ada, yah bisalah” (Helen).
bermuara pada kepercayaan umat kepada
pengelola (Keay, 2017; Wignall, 2016). Teori Pernyataan Monica dan Helen mengin-
stewardship menunjukkan pola pengelolaan dikasikan bahwa adanya dukungan untuk
keuangan di gereja tersebut yang pada prak- menggenerasikan pola pengelolaan keuang­
tiknya mengarah pada praktik adanya ker- an yang ada selama ini. Kesediaan benda-
ja sama sebagai bentuk kolaborasi. Kondisi hara terdahulu dan pengurus inti untuk
ini ditunjukkan dengan adanya keterangan membimbing bendahara yang baru adalah
para informan terkait dengan praktik akun­ suatu bentuk kolaborasi yang memung­
tabilitas keuangan oleh pengurus gereja kinkan bendahara baru untuk belajar ban-
yang dilakukan secara kolektif, seperti per- yak dalam hal akuntabilitas keuangan dan
nyataan Sitrait berikut ini: pengendalian internal. Hal ini menjadi pro­
ses yang sangat berarti dan bermanfaat bagi
“Kalau selama ini kan memang para pengelola yang belum pernah memer-
bendahara yang mengerjakan itu oleh pendidikan akuntansi atau keuangan.
(keuangan gereja), hanya dibantu Budaya kerja sama ini membawa bu-
oleh rekan-rekan pelayanan wak- daya keterbukaan pada proses pengelolaan
tu menghitungnya. Tapi tang­gung keuangan. Penerapan nilai kolaborasi bu-
jawab kita pribadi (bendahara kan hanya menciptakan dukungan yang
gereja). Jadi kalau dibilang kolek- ‘satu suara’, melainkan juga menumbuh-
tif, kebersamaan waktu meng- kan iklim yang siap untuk mengkritik dan
hitungnya itu dan masing-ma­ dikritik. Hal ini diungkapkan oleh Giring dan
sing menyerahkan (persembahan Monica pada kutipan sebagai berikut
syukur yang dititipkan kepada
penatua)” (Sitrait). “Yah kalau kritik, perdebatan, itu
hal yang biasalah. Di dalam kan
Sitrait mengungkapkan bahwa benda- bisa saja kita beradu ide, tapi di
hara gereja memiliki peran dan fungsi se- luar kita tetap bersatu sebagai pe-
bagai pihak yang bertanggung jawab terha- layan Tuhan” (Giring).
dap keuangan gereja. Akan tetapi, terdapat
proses perhitungan bersama atas dana atau “Setiap dikritik dan itu positif, ya
persembahan umat yang diterima. Bendaha- pasti kita terima lah. Hal ini bisa
ra gereja menjelaskan dengan yakin bahwa (sebagai) pembelajaran untuk le­
cara ini merupakan cara yang dilakukan se- bih baik” (Monica).
bagai bentuk keterlibatan pihak-pihak yang
ada dalam pengendalian dan keterbukaan Pernyataan Giring dan Monica menun-
dalam pengelolaan keuangan. Selain itu, jukkan bahwa dalam upaya pengelolaan
prinsip kerja sama juga tercermin pada saat keuangan bersama terdapat dinamika ide
pergantian kepengurusan. Kerja sama ditun- dan pendapat dalam wujud kritik, saran,
jukkan dengan kesediaan bendahara demi­ dan beberapa perdebatan. Informan juga
sioner ataupun pengurus inti lainnya untuk dengan senang hati menyampaikan bahwa
membimbing bendahara yang baru dalam munculnya dinamika tersebut dikarenakan
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, prosesnya menjadi bagian dari budaya ker-
seperti yang dikemukakan oleh Monica dan ja yang ada. Kondisi ini merupakan situasi
Helen berikut: yang unik dalam organisasi keagamaan yang
dapat muncul karena belum adanya standar
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 609

baku yang diacu. Sekaligus membuka pelu- Sebagai orang yang tidak memiliki latar
ang bagi banyak pihak untuk dapat terlibat belakang akuntansi, Helen memahami ke-
dalam pengelolaan dengan ide atau pendapat butuhan metode ilmu pengetahuan untuk
yang berbeda-beda. mendukung tercapainya nilai-nilai religi-
Selain faktor budaya, pihak gereja usitas yang diyakini dalam gereja. Dalam
juga mengalami dualitas peran lembaga hal ini, dikotomi sekuler dianggap sebagai
keagamaan, yaitu sakral dan sekuler yang hal yang tidak sesuai, karena akuntabilitas
kemudian acap kali menjadi perdebatan keuangan dan pengendalian internal dimak-
yang menghambat penerapan akuntabi­ sudkan untuk kebaikan. Hal inilah yang
litas keuangan (Beales, 2021; Wibowo & diungkapkan oleh Giring dalam pernyataan­
Kristanto, 2018). Hal ini berdampak pada nya sebagai berikut:
penerapan akuntansi sebagai sistem atau
pola pengelolaan dan pertanggungjawaban “Pengelola keuangan gereja
keuangan, namun tidak ditemukan di pihak itu kan harus memegang prin-
pengurus gereja. Bagi informan, penerapan sip-prinsip kejujuran, jadi (akun­
akuntansi di gereja bukanlah hal yang ha- tabilitas keuangan dan pengenda-
rus diperdebatkan. Bahkan, Patria secara lian internal) itu tidak bisa juga
tegas juga mengungkapkan pandangannya dikatakan sekuler. Saya kira di
bahwa akuntansi bukan merupakan hal dalam akuntansi itu kan tidak ada
yang tergolong sekuler. Berikut ini adalah (maksud) mencari-cari kesalahan,
pernyataannya: tetapi untuk melihat bagaimana
sebenar-benarnya uang itu digu-
“Tidak ada sekuler itu (akuntan- nakan. Justu kalau ada anggapan
si – akuntabilitas keuangan dan (untuk) tidak usah menggunakan
pengendalian internal). Akuntan- akuntansi pada gereja mungkin
si itu kan ilmu pengetahuan, kan malah bisa jadi (ada) penyeleweng­
menggabung ilmu pengetahuan an” (Giring).
dengan keagamaan” (Patria).
Pernyataan Giring menunjukkan keti-
Pernyataan Patria menunjukkan bah- daksetujuannya terhadap konsep penempat­
wa ilmu pengetahun tidak seharus­ nya an akuntansi sebagai hal sekuler yang tidak
bertentangan, tetapi dapat saling men- tepat untuk diterapkan pada lembaga keaga­
dukung. Pernyataan tersebut juga mengin- maan. Giring berpendapat bahwa akuntansi
dikasikan bahwa akuntansi sebagai hasil dalam akuntabilitas keuangan adalah hal
dari ilmu pengetahuan diperlukan untuk yang penting bagi gereja, bahkan mencer-
dapat menopang praktik yang baik sebagai minkan kesehatan pengelolaan keuangan
upaya mewujudkan nilai religiusitas. Se- gereja. Pandangan ini menunjukkan bahwa
jalan dengan pendapat tersebut, bendahara gereja terbuka pada makna ilmu penge­
seksi sekolah minggu yang tidak memiliki tahuan yang ditujukan untuk kebaikan.
latar belakang pendidikan di bidang akun- Kendati demikian, akuntansi tetap dianggap
tansi atau keuangan juga mengungkapkan tidak dapat diterapkan secara absolut pada
ketidaksetujuannya terhadap pertentangan gereja. Hal ini diutarakan oleh Patria dalam
tersebut dan menganggap bahwa akuntansi pernyataannya sebagai berikut:
adalah hal yang penting bagi gereja.
“Memang kalau akuntansi di-
“Aku gak setuju sih. Pembukuan jalankan secara total, ada yang
yang baik kan menunjukkan bah- bertentangan. Kenapa? Karena
wa gereja itu berjalan sesuai Al- (gereja) ini kan lembaga sosial
kitab. Akuntansi itu perlu untuk tinggi, beda dengan perusahaan.
kesehatan gereja, bagaimanapun Kadang kala (di gereja) ada (tran-
kan gereja itu berjalan dari uang saksi) yang tidak ada bukti, se-
jemaat. Anggaplah kalau gak dangkan kalau di akuntansi kan
ada pembukuan yang jelas, pasti harus ada bukti semua. Misalkan,
suatu gereja itu gak jelas juga.” kita memberikan (dana) sosial
(Helen) karena (ada warga jemaat) yang
610 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

sakit, itu kan gak mungkin kita jemaat, seperti yang diutarakan oleh Giring
minta (jemaat yang sakit) menan- pada kutipan sebagai berikut:
datangani bukti atau kwitansi. Ja-
di paling kita minta parhaladonya “Orang-orang yang profesional
(majelisnya) menandatangani di ini kan pikirannya lebih dinamis.
pembukuan” (Patria). Dia bisa memberikan pencera-
han-pencerahan di gereja kepa-
Permasalahan yang disampaikan oleh da jemaat-jemaat. Kalau untuk
Patria mengindikasikan bahwa proses tran- bidang kebendaharaan ya sedik-
saksi dalam gereja yang tidak bisa selalu it-banyaknya harus menerapkan
disamakan dengan transaksi bisnis umum profesionalisme lah” (Giring).
yang berdasarkan pada bukti transaksi. Da-
lam hal ini, pengelola gereja telah menggu- Bagi pengurus gereja, profesionalitas
nakan cara yang lebih dapat diterima oleh menjadi nilai yang dibutuhkan dalam per-
berbagai pihak sebagai bentuk pertanggung- tanggung jawaban keuangan. Pernyataan
jawaban keuangan, yaitu pihak yang meng­ Giring didukung dengan persyaratan yang
ambil uang adalah yang akan menandata­ diperlukan untuk menjadi bendahara gere-
ngani bukti pengeluaran dana sosial terse- ja dan majelis perbendaharaan berdasarkan
but. Walaupun ada celah penyalahgunaan, aturan sinode yaitu melakukan pelayanan-
langkah ini dapat dilakukan karena adanya nya dengan baik dan tidak berlaku curang,
keyakinan terhadap nilai religiusitas yang dan berpendidikan minimal SMA serta me-
dianut bersama. mahami manajemen keuangan, terutama
Pengelolaan keuangan dalam gereja se- akuntansi.
laku lembaga agama juga dipengaruhi oleh Faktor penting lain yang perlu ada da-
nilai ajaran agama Kristen. Prinsip-prinsip lam pengelolaan keungan adalah adanya
moral yang tinggi dalam menjalankan fungsi loyalitas terhadap organisasi. Loyalitas yang
akuntabilitas keuangan dan pengendalian diterapkan dalam menjalankan akuntabili-
internal, seperti kejujuran, menjalankan tas keuangan dan pengendalian internal di
tanggung jawab sesuai ketentuan, dan men- gereja memiliki orientasi yang lebih jauh,
jalankan kepercayaan yang diberikan de­ bukan hanya loyalitas kepada organisasi,
ngan baik, seperti diutarakan oleh Monica melainkan juga kepada Tuhan.
dan Patria sebagai berikut: Loyalitas dapat membuat pengelola ter-
pacu untuk berkorban bagi kepentingan or-
“Ya, kita sudah diberi kepercayaan ganisasi dan hal ini tidak dipandang sebagai
jadi harus menjalankannya de­ sesuatu yang ganjil, bahkan menjadi peng-
ngan baik” (Monica). hargaan intrinsik bagi pengelola. Sejalan
dengan itu, Helen menyatakan demikian:
“Kita kan berprinsip bahwa ini
gereja, jadi semuanya harus “Gereja itu kan tidak membayar
dijalankan sesuai (dengan se- kita ya. Ya, aku juga sering nom-
bagaimana mestinya) dan tidak bok kalau gak dapat titik temu (di
menyimpang” (Patria). pembukuan). Jadi ya, benar-be-
nar hati yang digunakan untuk
Pernyataan Monica dan Patria sebagai pelayanan ini, karena sepeser
pengelola keuangan menunjukkan bahwa pun kita gak dapat keuntungan
keyakinan terhadap nilai kabaikan sese­ dari pelayanan. Nah, lo­yalitas tuh
orang akan membuat kontrol menjadi lebih diperlukan untuk bisa menger-
efisien. Keyakinan Alkitabiah dan prinsip jakan semuanya dengan baik,
moral akan mendorong pengelola untuk sepenuh hati lah supaya program
senantiasa menjalankan fungsinya secara berjalan dengan baik. Yah kan Tu-
profesional. Informan pada penelitian ini ju- han bilang, berikan yang terbaik
ga meyakini bahwa profesionalitas diperlu- untuk Tuhan kan” (Helen).
kan dalam praktik akuntabilitas keuangan
dan pengendalian internal. Profesionalitas Pernyataan Helen mempertegas bahwa
yang diterapkan oleh pengelola dapat men- semangat profesionalitas yang mengakar
jadi nilai yang penting bagi pembangunan pada loyalitas mendorong pengelola untuk
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 611

melakukan yang terbaik bagi organisasi. yang menyimpang, tidak ada yang
Istilah yang unik muncul dari pernyataan disalahgunakan. Itu saja. Makan-
He­len di atas adalah munculnya kesadaran ya jemaat pun boleh me­ ngontrol
dan kerelaan untuk menggunakan praktik itu. Pengeluaran ini yang harus
profesionalitas untuk tujuan yang mulia, kita jaga, supaya tepat sasaran,
yaitu pelayanan terhadap gereja. Tindakan tepat guna ya, dan pelayanan
yang berorientasi pada kebaikan organisasi semakin baik. Kalau saya itu
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, kecenderungannya bagaimana
salah satunya adalah inisiatif untuk mener- supaya menghemat. Bukan pelit
apkan sistem akuntabilitas keuangan yang ya, efisiensi lah” (Sitrait).
lebih baik, seperti yang diutarakan oleh He­
len sebagai berikut: Bagi bendahara gereja, hal yang ter-
penting adalah bagaimana sumber daya da-
“Aku kalau di perusahaanku na yang dimiliki bisa digunakan secara tepat
membuat suatu report yang ba- sasaran dan efisien. Implikasinya, jemaat
gus. Report ini kalau misalnya bisa pun memiliki hak untuk mengontrol penggu-
aku adopt ke gereja, itu bakal aku naan dana tersebut. Lebih lanjut, Sitrait me-
adopt. Kenapa? Pertama memper- ngungkapkan bahwa penggunaan uang dan
mudah sistem, jadi lebih gampang kontrol jemaat berimplikasi positif bagi pe-
dan lebih terinci. Kedua, membuat layanan. Berikut ini adalah pernyataannya:
komunikasi dengan yang lain tuh
jadi lebih bagus” (Helen). “Ya, memang iya harus begitu
kualitas pelayanan itu. Tugas dia-
Pernyataan Helen menunjukkan bah- konia, koinonia, dan marturia ha-
wa dirinya berinisiatif untuk mengadopsi rus jalan” (Sitrait).
suatu sistem pelaporan keuangan yang baik
untuk diterapkan pada organisasinya de­ Pernyataan Sitrait menunjukkan bah-
ngan tujuan memperinci pelaporan keuang­ wa penggunaan dana yang tepat sasaran
an dan menjadikan laporan keuangan lebih dan efisien akan berdampak pada pelayanan
informatif, sehingga dapat dengan mudah yang semakin baik. Dampak tersebut adalah
dipahami oleh seluruh pihak, sekalipun yaitu pelayanan yang mampu menjalankan
orang yang masih awam dengan akuntan- tritugas panggilan gereja (diakonia, koinonia,
si. Tindakan tersebut menunjukkan bahwa dan marturia) secara berkualitas, seimbang,
pengelola menjalankan fungsinya secara dan konsisten.
sungguh-sungguh dengan menerapkan pe­ Pada sisi lainnya, Indonesia masih
ngetahuannya secara optimal pada praktik melekat pada budaya “sungkan” dalam
akuntabilitas keuangan dan pengendalian membicarakan pengelolaan keuangan gere-
internal. Tindakan ini merupakan suatu ini- ja, namun hal ini tidak ditemui pada majelis
siatif yang didasari oleh komitmen pengelola dan jemaat. Praktik akuntabilitas keuangan
untuk melakukan hal yang benar (doing the di gereja tersebut tidak dapat dipisahkan
right thing) (Beales, 2021; Wibowo & Kristan- dari keberadaan gereja berbasis budaya ter-
to, 2018). tentu, sehingga dapat menyebabkan praktik
Berdasarkan teori stewardship, motiva- akuntabilitas keuangan dipengaruhi oleh
si intrinsik yang muncul dari pengelola atau karakteristik mayoritas masyarakat Batak
pengurus gereja merupakan dorongan untuk yang berani untuk mengemukakan pendapat
menunjukkan kinerja yang lebih baik (Keay, secara terus terang. seperti yang diungkap-
2017; Prado-Lorenzo et al., 2017). Motiva- kan oleh Patria sebagai berikut:
si inilah yang membuat pengelola atau pe­
ngurus secara ikhlas melakukan tindak­an- “Kita gak ada segan-segan disi-
tindakan yang mengarah pada kepenting­an tu, karena memang sudah ada
bersama, lebih dari keuntungan pribadi aturannya. Jadi kalau tidak ada
(Wignall, 2016). Hal ini juga diungkapkan kwitansi atau tidak sesuai, itu
oleh Sitrait pada kutipan berikut ini: kita kembalikan untuk diperbai-
ki. Jadi gak ada istilahnya kita
“Uang itu penggunaannya se­suai diamkan, itu (dokumen) tetap kita
dengan program kerja, tidak ada kembalikan, siapa pun itu (benda-
612 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

hara yang melakukan kekeliruan). Pernyataan Sitrait menunjukkan bah-


Kita tidak tanda tangani sebelum wa pengurus gereja membutuhkan pekerja
diperbaiki” (Patria). di bidang keuangan untuk proses laporan
pertanggungjawaban karena pekerja yang
Pernyataan Patria menunjukkan pe­ ada sementara ini bukan pekerja penuh
ngurus gereja tidak akan sungkan untuk waktu. Mereka adalah orang yang melaku-
menegur sesama pengurus gereja lainnya kan pelayanan secara paruh waktu yang ti-
ketika terindikasi melakukan kesalahan dak bisa selalu berada di gereja. Akibatnya,
dalam pengelolaan keuangan. Hal ini tentu bila terdapat pihak yang ingin menggunakan
menjadi sebuah pengendalian internal yang dana, maka harus menempuh sistem reim-
baik minimal dalam lingkungan sesama burse. Di samping itu, transaksi tidak selalu
pengurus gereja. bisa dicatat secara langsung saat terjadi, ter-
Di samping itu, jemaat juga memili- utama untuk transaksi pengeluaran. Oleh
ki keterlibatan dalam mengontrol praktik sebab itu, pada tahun 2020 gereja beren-
akuntabilitas keuangan dan pengenda- cana untuk mempekerjakan seorang pega-
lian internal. Jemaat dapat menyampaikan wai keuangan.
pendapat, kritik, dan sarannya dalam forum Hal ini menjadi salah satu poin kepu-
rapat jemaat (rapat huria). Rapat huria juga tusan dalam rapat huria tahun 2020. Kepu-
sering diwarnai dengan kritik dan saran yang tusan ini mengindikasikan bahwa pengurus
disampaikan secara terus terang oleh je- gereja menyadari kebutuhan pengelolaan
maat. Hal ini dibuktikan dengan notula rapat yang baik, yang diawali kesesuaian sumber
huria tahun 2020 yang memuat pendapat- daya manusia. Menurut teori stewardship,
pendapat jemaat. Beberapa pendapat terebut kondisi ini dapat memberikan gambaran ter-
antara lain mengkritisi permasalahan yang kait dengan peran budaya yang turut mem-
berkaitan dengan akuntabilitas keuang­ an berikan dampak pada upaya perwujudan
dan aset gereja. akuntabilitas keuangan dan pengendalian
Pendapat yang diungkapkan secara internal gereja. Teori stewardship menilai
terus terang akan bermanfaat dalam prak- bahwa manajer atau pengelola akan dapat
tik akuntabilitas keuangan dan pengenda- mencapai kinerja terbaik ketika seseorang
lian internal, karena dengan mendengarkan tersebut memiliki dorongan dari nilai inter-
pendapat dari jemaat atau umat, pengelola nal yang salah satunya dapat berasal dari
gereja akan mampu menyelaraskan tujuan- nilai religiusitas, budaya, atau kombinasi
nya untuk kebaikan organisasi. dari berbagai nilai yang dimiliki (Segal &
Berdasarkan pendapat jemaat yang di- Lehrer, 2012). Teori ini menjelaskan konteks
catat dalam notulen rapat huria tahun 2020, pengelolaan keuangan yang juga terjadi di
sebagaimana dikutip penulis di atas, dapat gereja karena gereja sebagai organisasi ke­
diidentifikasi faktor lain yang berpotensi agamaan yang tidak lepas dari peran jemaat
menjadi hambatan dalam praktik akun­ atau umat anggota gereja dan peran penge-
tabilitas keuangan di gereja tersebut, yaitu lola organsiasi gereja, sebagai pelayan atau
ketiadaan pegawai keuangan. Hal ini juga steward, dalam upaya mewujudkan tata
diakui oleh Sitrait ketika dalam wawancara kelola keuangan gereja sesuai yang diharap­
penulis menanyakan tentang ketiadaan pos kan organisasi (Jeacle, 2012). Selain itu,
pengeluaran pada warta keuangan minggu- teori stewardship juga mengungkap faktor
an. Berikut ini adalah pernyataannya: internal dalam pengelolaan organsiasi, an-
tara lain psikologi, filosofi manajemen, dan
“Kita belum bisa melaporkan kultur atau budaya organsiasi yang beraso-
pengeluaran setiap minggu kare- siasi positif terhadap penerapan akuntabili-
na keterbatasan SDM. Selain itu tas keuangan (Bernstein et al., 2017; Patty &
juga ada transaksi tertentu yang Irianto, 2013).
notanya gak langsung datang (di­ Dukungan psikologis dalam praktik
sampaikan). Contohnya ka­yak fo- akuntabilitas keuangan gereja. Pertentang­
tocopy, gorengan (konsumsi ring­an an konsep sakralitas dan sekuler dalam or-
untuk kegiatan). Ya itulah, karena ganisasi keagamaan, seperti gereja, merupa-
gak ada kasir (staf keuang­an) itu, kan isu yang telah lama ada. Kedua pandang­
makanya susah untuk merekap- an yang berbeda ini menyebabkan praktik
nya mingguan” (Sitrait). akuntabilitas keuangan menjadi sulit untuk
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 613

diterapkan pada organisasi gereja (Muller, Selanjutnya, motivasi yang dimiliki oleh
2015; Petske, 2018). Lemahnya akuntabili- pengelola atau steward mendorong mereka
tas keuangan gereja juga didukung dengan untuk melakukan aksi nyata bagi organisasi
lemahnya tuntutan terhadap akuntabilitas atau dengan bahasa yang lebih sederhana.
keuangan organisasi gereja oleh umat dan Dengan demikian munculnya inovasi ada-
pengelola (Yasmin et al., 2014). Kendati lah buah motivasi yang ada. Steward yang
demikian, hasil wawancara ini menunjuk- bertindak secara profesional akan mencip-
kan situasi yang berbeda dari penelitian takan taraf pengorbanan personal tertentu
sebelumnya. Hasil wawancara mengungkap dan berperilaku jujur serta tekun (Wignall,
bahwa pertentangan konsep sakralitas dan 2016). Steward mencoba berinovasi de­
sekuler tidak terjadi pada pengurus gere- ngan menggunakan mekanisme pelaporan
ja. Hasil analisa wawancara menunjukkan keuangan dari organisasi lain yang dinilai
bahwa kedua konsep tersebut bukanlah hal lebih akuntabel. Cara ini merupakan suatu
yang bertentangan, melainkan dapat saling strategi yang sesuai, karena pengurus gere-
mendukung atau melengkapi (Melé & Fon- ja memiliki pola pelaporan keuangan yang
trodona, 2017). Didukung oleh teori stew- belum sesuai standar atau pedoman akun-
ardship, penelitian ini mengungkap bahwa tansi yang ada selama ini. Dengan demiki-
secara psikologi personal pengurus gereja, an pedoman sistem pelaporan keuangan
mereka memiliki motivasi yang kuat untuk ini diharapkan akan menjadi referensi bagi
dapat melakukan tugas dan perannya se- pengelola dalam upaya penyusunan laporan
bagai pengurus gereja. Tuntutan praktik keuangan (Kaluvilla, 2013; Yahanpath et al.,
akuntabilitas keuangan menjadikan motiva- 2018). Dorongan inovasi ini juga didukung
si untuk dapat melakukan tugas pelayanan oleh penelitian Keay (2017), bahwa steward
dengan lebih baik. Motivasi pelayanan yang akan berusaha untuk bertindak dengan be-
kuat membuat pandangan terhadap proses nar. Dalam konteks ini, tindakan yang benar
akuntabilitas keuangan yang “rumit”, be- diwujudkan oleh steward dalam menyusun
rubah menjadi sarana untuk melakukan laporan keuangan yang memenuhi unsur
inovasi (Adhi & Kristanto, 2017; Funnell & relevan, andal, dapat dimengerti, dan dapat
Williams, 2014). diperbandingkan, sebagai implikasi dari
Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengadopsian sistem yang diinisiasi oleh
faktor psikologi dipengaruhi oleh motiva- steward.
si. Secara sederhana, motivasi dalam teori Filosofi manajemen dalam praktik
stewardship digambarkan sebagai faktor psi- akuntabilitas keuangan gereja. Sebagai
kologis berupa dorongan intrinsik pada diri sebuah lembaga keagamaan Kristen, gere-
pengelola gereja atau steward untuk mewu- ja mendasarkan aktivitasnya pada Alkitab
judkan kepentingan bersama dan keberha­ yang diyakini sebagai pedoman hidup dan
silan organisasi. Motivasi intrinsik tersebut tata laku. Di samping itu, sebagai lembaga
akan membentuk tantangan internal pada keagamaan yang sakral, gereja juga men-
diri steward yang menggiring pada tingkat junjung moralitas yang tinggi (Beales, 2021;
kinerja yang lebih tinggi (Keay, 2017). Hasil Wibowo & Kristanto, 2018). Baik spiritual-
temuan peneliti sejalan dengan konstruksi itas maupun moralitas sama-sama menga­
tersebut. Sebagian besar pernyataan infor- rahkan individu pada kebaikan. Spiritualitas
man menunjukkan bahwa akuntabilitas dan moralitas menjadi nilai yang dihayati
keuangan dan pengendalian internal me­ dan dijunjung tinggi oleh seluruh umat se-
rupakan tantangan baginya secara personal. bagai bagian dari gereja. Hasil penelitian
Hal ini disebabkan karena adanya perasaan ini mengindikasikan bahwa steward tidak
bahwa dana yang dikelola bukan semata mi- hanya menghayati dan menjunjung tinggi
lik manusia, melainkan adalah milik Tuhan. spiritualitas Alkitab dan moralitas, namun
Informan berupaya untuk berperan sebagai juga berkomitmen untuk menerapkannya.
steward yang berupaya dengan sungguh Komitmen menunjukkan keyakinan dan
untuk mewujudkan tercapainya tujuan or- sambutan steward terhadap nilai organisa-
ganisasi, sesuai dengan peran dan tang­gung si (Keay, 2017). Pengalola sebagai steward
jawab para pengelola, yakni dengan cara yang berkomitmen terhadap Alkitab sebagai
mengupayakan pengelolaan keuangan agar nilai organisasi yang memiliki keselarasan
sesuai tujuannya (Cui et al., 2015; Graham de­ngan organisasi ataupun jemaat sebagai
& Grisard, 2019). prinsipal, karena memiliki kesamaan visi,
614 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

misi, dan nilai. Hal ini akan memacu stew- kaan (rapat huria). Budaya gotong royong
ard untuk mengerahkan kemampuannya se- mendorong terbentuknya kolaborasi dan ra-
optimal mungkin demi tercapainya keberha­ sa saling mendukung. Makna gotong royong
silan organisasi. Sehubungan dengan peran sendiri mengandung kesadaran dan kerelaan
steward sebagai pengelola keuangan, konsep untuk mencapai tujuan bersama (Craig et
ini memberikan gambaran bahwa komitmen al., 2012; Mutch, 2016). Secara umum, nilai
terhadap nilai organisasi akan memotivasi gotong royong dalam budaya Batak dikenal
steward untuk menggunakan pengetahuan, dengan istilah “Dokdok rap manuhuk, neang
pengalaman, dan kemampuannya untuk rap manea”, dengan makna yang tidak jauh
menghadirkan pelaporan keuangan dan berbeda dengan budaya atau adat istiadat
sistem pengendalian internal yang sesuai, suku lain di Indonesia. Nilai tersebut me-
dalam rangka mencapai tujuan organisasi nekankan bahwa kepentingan bersama per-
yang tercermin dalam laporan keuangannya. lu didahulukan dan diperjuangkan bersama.
Hasil penelitian ini menunjukkan bah- Hal ini selaras dengan praktik akuntabilitas
wa lahirnya motivasi dalam melayani Tuhan keuangan yang efektif membutuhkan kola­
dan sesama mendorong untuk melakukan borasi dari berbagai pihak yang ada dalam
inovasi dalam pelayanan. Hasil ini didukung organisasi (Sanchez-Matamoros & Funnell,
juga dengan filosofi manajemen yang dianut 2015).
dalam pengelolaan gereja, yaitu iman Kris- Struktur pelayanan dan pemrosesan
tiani. Nilai kristiani dalam Alkitab merupa- aktivitas keuangan pada gereja tersebut
kan dasar semangat pelayanan yang men- mencerminkan nilai kolaborasi secara nyata
dorong para pengurus gereja untuk dapat sebagai wujud nilai budaya gotong royong
selalu memberikan hasil yang terbaik, tidak dalam budaya Batak. Dalam proses akti-
hanya untuk manusia, namun terutama un- vitas keuangan, terlihat kolaborasi antara
tuk Tuhan (Teah et al., 2014; Yasmin et al., pimpinan jemaat, majelis perbendaharaan,
2014). Dalam konteks ini, penerapan akun­ bendahara gereja, pengguna dana, hingga
tabilitas keuangan dipandang sebagai upaya badan audit berdasarkan fungi dan otoritas
untuk dapat mengelola keuangan organisasi masing-masing, seperti yang diatur secara
gereja dengan lebih baik. Praktik pelaporan umum oleh aturan sinode. Penolakan pi-
keuangan sesuai dengan standar akuntansi hak tertentu terhadap proses akuntabilitas
dipandang sebagai praktik yang lebih baik keuangan, akan menyebabkan tujuan dari
dalam pelayanan pengelolaan keuangan pencapaian akuntabilitas keuangan organi-
gereja. Walaupun demikian, kendala teknis sasi sulit tercapai. Budaya Batak yang terke-
terkait dengan laporan keuangan secara nal sangat terbuka, menjadi dukungan yang
akuntansi masih merupakan penghambat kuat untuk mewujudkan praktik akuntabili-
praktik akuntabilitas keuangan (Sadornil tas keuangan. Akuntabilitas sendiri memiliki
et al., 2017). Kendala ini lebih disebabkan tuntutan keterbukaan dalam pertanggung-
karena beragamnya latar belakang pendi- jawaban kinerja atau keuangan organisasi.
dikan para pekerja dan belum adanya stan- Kondisi ini menunjukkan bahwa budaya se-
dar laporan kuangan gereja. Namun demiki- tempat memiliki nilai kearifan lokal sebagai
an, hasil penelitian ini menunjukkan pengu- bentuk akuntabilitas keuangan. Dengan de-
rus gereja memiliki modal dasar yang baik mikian, nilai budaya dapat mempengaruhi
untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan proses pelaksanaan praktik akuntabilitas
gereja, yaitu motivasi dan nilai filosofi mana- keuangan dalam organisasi keagamaan
jemen (Purbiyati & Setyawati, 2020). (Melé & Fontrodona, 2017).
Akulturasi budaya dan iman dalam Kolaborasi juga tercipta antara steward
perwujudan akuntabilitas keuangan gere- dengan prinsipal yang diwujudkan dalam
ja. Walaupun berada di Pontianak, gereja bentuk rapat “huria” yang mempertemu-
tersebut dijadikan sebagai tempat komuni- kan mereka. Dalam rapat ini, baik steward
tas Batak di Pontianak menggunakan nilai maupun prinsipal memiliki hak yang sama
budaya Batak dalam ibadah dan kegiatan ge- untuk berpendapat dan berkolaborasi demi
reja. Dukungan terhadap praktik akuntabili- memungkinkan mediasi untuk mewujudkan
tas keuangan juga diperoleh dari filosofi bu- keselarasan tujuan. Dengan adanya kolab-
daya Batak. Dua faktor budaya Batak yang orasi, prinsipal dimungkinkan untuk dapat
mendukung praktik akuntabilitas keuangan melakukan check and balances. Prinsipal
adalah budaya gotong royong dan keterbu- dapat menilai pertanggungjawaban ste­ward
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 615

secara terbuka dan memberikan masuk­ pengelolaan publik (Kaluvilla, 2013). Kri-
an-masukan yang terukur untuk mencapai tik konstruktif adalah suatu refleksi bahwa
kebaikan organisasi. Melalui check and ba­ ke­terlibatan umat sebagai prinsipal dalam
lances, kepercayaan terhadap steward akan mengawasi kinerja steward tersebut telah
bertumbuh, karena kepercayaan terhadap berjalan dengan baik (Adedibu & Igboin,
steward akan terbangun melalui peme­ 2019; Sanchez-Matamoros & Funnell, 2015).
riksaan, di mana pemeriksaan merupakan Hasil penelitian ini menunjukkan bah-
hal yang esensial dalam proses akuntansi wa nilai kearifan lokal dapat mendorong ke-
(Petske, 2018; Stone & Erickson, 2017). sadaran terhadap penerapan akuntabilitas
Selain nilai gotong royong, rapat atau keuangan. Nilai-nilai tradisi ini dirasakan
pertemuan “huria” merupakan salah satu lebih efektif dari pada peraturan formal yang
tradisi yang berkembang sebagai wujud tertulis. Dalam hal ini, akuntansi memiliki ke-
akuntabilitas keuangan dan pengawasan cenderungan untuk menggunakan pendeka-
di gereja. Pertemuan ini adalah bentuk tra- tan formal sebagai jalan menciptakan akun­
disi keterbukaan, bahwa orang tidak segan tabilitas keuangan, termasuk pada organisa-
melayangkan kritik dan bersedia menerima si keagamaan (Kaluvilla, 2013; Yahanpath et
kritik. Temuan ini tidak sejalan dengan ar- al., 2018). Akuntansi me­ nawarkan metode
gumentasi Randa et al. (2011) dan Wibowo & pencatatan dan pengendalian yang siste-
Kristanto (2018) yang mengungkapkan bah- matis. Kendati demikian, standar akuntansi
wa Indonesia masih melekat pada budaya juga masih memiliki ke­terbatasan. Hasil ini
“sungkan” dalam membicarakan keuang­ mengindikasikan bahwa pendekatan praktik
an gereja. Padahal tradisi “huria” tersebut akuntabilitas keuang­an perlu dimunculkan
merupakan karateristik masyarakat Batak. dari semangat internal organisasi terse-
Iklim yang siap untuk mengkritik dan dikri- but. Secara keseluruhan, proses penerapan
tik adalah hal yang menarik dalam praktik akuntabilitas keuangan pada gereja tersebut
akuntabilitas keuangan dan pengendalian dapat digambarkan dalam Gambar 1.
internal (Heineck, 2017). Gereja harus se- Gambar 1 menunjukkan bahwa pro­
makin tumbuh dalam tradisi untuk memberi ses penerapan akuntabilitas keuangan pada
ruang yang sehat bagi kritik sekaligus tem- pengurus gereja didorong oleh nilai budaya
pat yang aman untuk belajar saling mem- lokal, motivasi, dan nilai manajerial. Hasil
berikan kritik (Bigoni et al., 2013). Kritik ba- penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya
gi organisasi keagamaan merupakan upaya lokal dan nilai manajerial mendorong mun-
nyata dalam usaha perbaikan bersama, da- culnya motivasi yang kuat pada para pe­
lam rangka menjaga keberlanjutan interaksi ngelola untuk dapat memberikan pelayanan
konstruktif dalam perwujudan fungsi-fungsi terbaik bagi gereja dan umat dalam rangka

Nilai Budaya
Lokal

Akuntabilitas
Motivasi Ke uangan

Nilai Manaje rial

Gambar 1. Prinsip Praktik akuntabilitas keuangan pada


Organisasi Gereja Kristen
616 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

mewujudkan iman kepada Tuhan. Budaya budaya lokal Indonesia yang sesuai dengan
kolaborasi dan keterbukaan dalam budaya karakteristik gereja setempat. Nilai budaya
Batak merupakan tradisi yang mendasari ini perlu dipertegas dalam rumusan yang
praktik manajerial sehingga mendorong mo- lebih formal sebagai bentuk pengakuan un-
tivasi untuk memberikan karya yang terbaik sur budaya yang melekat pada gereja Kris-
dalam pelayanan. Praktik ini mendorong ten. Organisasi gereja dapat menjadikan
pengelola untuk terbuka dalam penerapan standar akuntansi nirlaba (ISAK 35) sebagai
berbagai pendekatan profesional yang diang- referensi untuk dapat memahami konteks
gap sesuai untuk mewujudkan pengelolaan pengelolaan keuangan lembaga nirlaba se-
keuangan yang dibutuhkan gereja Kristen, cara umum. Kendati demikian, gereja Kris-
yang salah satunya adalah penerapan prinsip ten dapat menyusun pedoman pembukuan
akuntabilitas keuangan. Hasil ini didukung yang dirasa dapat mewakili nilai akuntabili-
dengan penjelasan dari teori stewardship tas keuangan yang diterima oleh segenap pi-
yang menyatakan bahwa pada dasarnya, pa- hak yang berkepentingan dalam pengelolaan
ra pengelola atau manajer memiliki motivasi keuangan. Langkah ini dirasa lebih sesuai
dari dalam diri untuk dapat mengupayakan daripada memaksakan penggunaan standar
kinerja terbaik untuk organisasinya. Hasil akuntansi baku yang mungkin tidak mudah
penelitian ini juga menunjukkan bahwa se- diterapkan.
mangat akuntabilitas pengelolaan keuangan
telah terkandung dalam nilai budaya dan UCAPAN TERIMA KASIH
agama walaupun tidak terdefinisi secara Terima kasih diucapkan kepada segenap
jelas. Internalisasi nilai budaya dan agama pengurus Gereja Kristen HKBP Pontianak
pada kenyataannya dapat mendorong pelak- dan LPPM UAJY.
sanaan prinsip akuntabilitas keuangan pa-
da organisasi yang lebih efektif, yang dalam DAFTAR PUSTAKA
konteks penelitian ini adalah organisasi ber- Adedibu, B. A., & Igboin, B. O. (2019). Es-
basis agama. chato-Praxis and Accountability: A
Study of Neo-African Pentecostal Move-
SIMPULAN ment in the Light of Prosperity Gospel.
Organisasi keagamaan dapat meng­ Verbum et Ecclesia, 40(1), 1–9. https://
adopsi budaya lokal yang menjadi latar be- doi.org/10.4102/ve.v40i1.1987
lakang organisasi sebagai dasar penerapan Adhi, E., & Kristanto, H. (2017). Korupsi da-
praktik-praktik profesional yang berkem- lam Pelayanan Gereja: Analisis Potensi
bang saat ini. Internalisasi nilai budaya lo- Penyimpangan dan Pengendalian Inter-
kal yang dianut oleh organisasi akan dapat nal. Integritas: Jurnal Anti Korupsi, 3(2),
le­bih diterima oleh anggota organisasi kare- 105–136. https://doi.org/10.32697/
na nilai-nilai tradisi tersebut telah hidup integritas.v3i2.104
dan berkembang pada masyarakat setem- Alsharari, N. M., & Al-Shboul, M. (2019).
pat. Konsep budaya lokal lebih mudah un- Evaluating Qualitative Research in
tuk dipahami dari pada konsep profesional Management Accounting Using the
yang membutuhkan pemahaman akademis Criteria of “Convincingness”. Pacific Ac-
yang tinggi. Dengan demikian, nilai-nilai counting Review, 31(1), 43-62. https://
tersebut lebih mudah diterima oleh anggota doi.org/10.1108/PAR-03-2016-0031
organisasi yang merupakan bagian dari kul- Beales, K. (2021). Auditing Revival: George
tur ma­syarakat tersebut. Apabila organisasi Whitefield and Public Accounting in Co-
mampu menginterpertasikan dan menginte- lonial America. Church History, 90(4),
grasikan nilai budaya lokal dalam organisa- 824-846. https://doi.org/10.1017/
si, maka praktik-praktik profesionalitas atau S0009640721002791
akuntabilitas keuangan dapat diimplemen- Bernstein, R., Buse, K. R., & Bilimoria, D.
tasikan secara efektif. (2016). Revisiting Agency and Steward-
Gereja Kristen sebagai organisasi ke­ ship Theories Perspectives From Non-
agamaan dapat mengupayakan pengelolaan profit Board Chairs and CEOs. Nonprof-
keuangan yang akuntabel walaupun belum it Management and Leadership, 26(4),
didukung dengan pelaporan keuangan yang 489–498. https://doi.org/10.1002/
sesuai dengan standar akuntansi. Pene­ nml.21199
rapan prinsip pengelolaan yang akuntabel Bigoni, M., Gagliardo, E. D., & Funnell, W.
pada gereja Kristen dapat didukung dengan (2013). Rethinking the Sacred and
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 617

Secular Divide: Accounting and Ac- Jeacle, I. (2012). Accounting and Popular
countability Practices in the Diocese Culture: Framing a Research Agenda.
of Ferrara (1431-1457). Accounting, Accounting, Auditing & Accountability
Auditing and Accountability Jour- Journal, 25(4), 580–601. https://doi.
nal, 26(4), 567–594. https://doi. org/10.1108/09513571211225051
org/10.1108/09513571311327462 Kaluvilla, B. B. (2013). Understanding Ac-
Cecere, G., Guel, F. L., & Rochelandet, F. counting in Christian Organisations
(2017). Crowdfunding and Social In- and the Influence of Culture on Ac-
fluence: An Empirical Investigation. counting Practices: A Literature Review.
Applied Economics, 49(57), 5802–5813. Ushus Journal of Business Management,
https://doi.org/10.1080/00036846.20 12(1), 1–16. https://doi.org/10.12725/
17.1343450 ujbm.22.1
Craig, R., Taonui, R., & Wild, S. (2012). Kamayanti, A. (2016). Metodologi Penelitian
The Concept of Taonga in Māori Cul- Kualitatif Akuntansi: Pengantar Reli-
ture: Insights for Accounting. Account- giositas Keilmuan. Yayasan Rumah
ing, Auditing and Accountability Jour- Peneleh.
nal, 25(6), 1025–1047. https://doi. Keay, A. (2017). Stewardship Theory : Is
org/10.1108/09513571211250233 Board Accountability Necessary ? Inter-
Cristian, M. O. (2020). What Kind of Trans- national Journal of Law and Manage-
parency for the Church? Proposing Op- ment, 59(6), 1292–1314. https://doi.
erational Transparency for Processes, org/10.1108/IJLMA-11-2016-0118
Solutions and Decisions in the Catholic Magliacani, M., & Pietra, R. D. (2019). Po­
Church. Church, Communication and wer Relations and the Accounting Sys-
Culture, 5(2), 210-234. https://doi.org/ tem in the Archbishop’s Seminary of
10.1080/23753234.2020.1767508 Siena (1666-1690): When Local Power
Cui, J., Jo, H., & Velasquez, M. G. (2015). Resists Central Power. Accounting, Au-
The Influence of Christian Religiosity diting & Accountability Journal, 32(2),
on Managerial Decisions Concerning 401-420. https://doi.org/10.1108/
the Environment. Journal of Business AAAJ-03-2015-1987
Ethics, 132(1), 203–231. https://doi. Marini, L., Andrew, J., & Laan, S. V. D.
org/10.1007/s10551-014-2306-5 (2018). Accountability Practices in Mi-
Dellaportas, S. (2019). The Role of Account- crofinance: Cultural Translation and the
ing in Mediating Empathic Care for Role of Intermediaries. Accounting, Au-
the “Other”. Accounting, Auditing & diting and Accountability Journal, 31(7),
Accountability Journal, 32(6), 1617- 1904–1931. https://doi.org/10.1108/
1635. https://doi.org/10.1108/ AAAJ-07-2017-3028
AAAJ-02-2017-2860 McPhail, K., & Cordery, C. J. (2019). Theo-
Funnell, W., & Williams, R. (2014). The Re- logical Perspectives on Accounting:
ligious imperative of Cost Accounting Worldviews Don’t Change Overnight.
in the Early Industrial Revolution. Ac- Accounting, Auditing & Accountability
counting, Auditing and Accountability Journal, 32(8), 2330-2352. https://doi.
Journal, 27(2), 357-381. https://doi. org/10.1108/AAAJ-03-2018-3415
org/10.1108/AAAJ-03-2013-1269 Melé, D., & Fontrodona, J. (2017). Christian
Graham, C., & Grisard, C. (2019). Rich Ethics and Spirituality in Leading Busi-
Man, Poor Man, Beggar Man, Thief: ness Organizations: Editorial Introduc-
Accounting and the Stigma of Pover- tion. Journal of Business Ethics, 145(4),
ty. Critical Perspectives on Accounting, 671–679. https://doi.org/10.1007/
59, 32-51. https://doi.org/10.1016/j. s10551-016-3323-3
cpa.2018.06.004 Muller, R. (2015). Incarnation Theology
Heineck, G. (2017). Love Thy Neighbor – Re- versus the Sacralisation of Authority.
ligion and Prosociality. Internation- Theological Studies, 71(3), 1–9. https://
al Journal of Social Economics, 44(7), doi.org/10.4102/hts.v71i3.2707
869-883. https://doi.org/10.1108/ Mutch, A. (2016). Religion and Accounting
IJSE-09-2015-0258 Texts in Eighteenth Century Scotland:
618 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 12, Nomor 3, Desember 2021, Hlm 601-619

Organizational Practices and a Culture cred Mission, Accounting and Spanish


of Accountability. Accounting, Audit- Military Hospitals in the 18th Century.
ing and Accountability Journal, 29(6), Accounting, Auditing and Accountability
926-946. https://doi.org/10.1108/ Journal, 28(3), 434–459. https://doi.
AAAJ-07-2014-1753 org/10.1108/AAAJ-01-2014-1588
Parker, L. D., & Northcott, D. (2016). Qua­ Santoso, G., & Soeherman, B. (2021). Leano-
litative Generalising in Accounting Re- vation sebagai Revolusi Akuntansi Ma-
search: Concepts and Strategies. Ac- najemen pada Sistem Crowdfunding.
counting, Auditing and Accountability Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 12(2),
Journal, 29(6), 1100-1131. https://doi. 329-350. https://doi.org/10.21776/
org/10.1108/AAAJ-04-2015-2026 ub.jamal.2021.12.2.19
Patty, A. C., & Irianto, G. (2013). Akuntabilitas Segal, L., & Lehrer, M. (2012). The Institu-
Perpuluhan Gereja. Jurnal Akuntansi tionalization of Stewardship: Theory,
Multiparadigma, 4(2), 177-187. https:// Propositions, and Insights from Change
doi.org/10.18202/jamal.2013.08.7191 in the Edmonton Public Schools. Organi-
Petzke, M. (2018). The global “Bookkeep- zation Studies, 33(2), 169–201. https://
ing” of Souls: Quantification and Nine- doi.org/10.1177/0170840611433994
teenth-Century Evangelical Missions. Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Research
Social Science History, 42(2), 183-211. Methods for Business (7th ed.). John
https://doi.org/10.1017/ssh.2017.50 Wiley & Sons, Ltd.
Prado-Lorenzo, J. M., García-Salinero, R., Senander, A. (2017). Beyond Scandal: Cre-
& González-Bravo, M. I. (2017). Ope­ ating a Culture of Accountability in the
rational and Accounting Regulations in Catholic Church. Journal of Business
Spanish Municipal Pósitos. Accounting Ethics, 146(4), 859-867. https://doi.
History Review, 27(1), 27-72. https:// org/10.1007/s10551-016-3217-4
doi.org/10.1080/21552851.2016.1192 Shaharuddina, S. B., & Sulaiman, M. B.
048 (2015). Financial Disclosure and Bud-
Purbiyati, Y. S., & Setyawati, V. D. (2020). getary Practices of Religious Organiza-
Implementasi Spiritualitas Manajemen tion : A Study of Qaryah Mosques in
Keuangan pada Pengelolaan Keuang­ Kuala Terengganu. Gadjah Mada In-
an Gereja Katolik. Syntax Idea, 2(11), ternational Journal of Business, 17(1),
981–997. https://doi.org/10.36418/ 83–101. https://doi.org/10.22146/
syntax-idea.v2i11.661 gamaijb.6151
Randa, F., Triyuwono, I., Ludigdo, U., & Su- Stone, M. F., & Erickson, S. L. (2017).
koharsono, E. G. (2011). Studi Etnogra- Hometown Community Church: Op-
fi Akuntabilitas Spiritual pada Organi- portunities and Challenges of Conti­
sasi Gereja Katolik yang Terinkulturasi nued Growth. Issues in Accounting
Budaya Lokal. Jurnal Akuntansi Mul- Education, 32(3), 129-136. https://doi.
tiparadigma, 2(1), 35-51. https://doi. org/10.2308/iace-51773
org/10.18202/jamal.2011.04.7109 Styhre, A. (2014). In the Service of God and
Ryandono, M. N. H., & Wijayanti, I. (2019). the Parish: Professional Ideologies and
Transformasi Tata Kelola Lembaga Managerial Control in the Church of
Zakat pada Pemberdayaan Social En- Sweden. Culture and Organization,
trepreneur. Jurnal Akuntansi Multipar- 20(4), 307-329. https://doi.org/10.108
adigma, 10(1), 135-155. https://doi. 0/14759551.2013.795151
org/10.18202/jamal.2019.04.10008 Tanasal, S., Randa, F., & Ng, S. (2019).
Sadornil, L. M., Moreno, M. B. P., & Ar- Akuntabilitas Berbasis Mettā dan
royo, A. S. (2017). The Role of the Mo- Kamma. Jurnal Akuntansi Multipa­
nastic Accounting throughout Histo- radigma, 10(3), 448-467. https://doi.
ry in the Christian World: A Review. org/10.21776/ub.jamal.2019.10.3.26
Spanish Accounting Review, 20(2), Teah, M., Lwin, M., & Cheah, I. (2014).
143-156. https://doi.org/10.1016/j. Moderating Role of Religious Beliefs on
rcsar.2016.10.003 Attitudes towards Charities and Mo-
Sanchez-Matamoros, J. B., & Funnell, W. tivation to Donate. Asia Pacific Jour-
(2015). War or the business of God: Sa- nal of Marketing and Logistics, 26(5),
Panggabean, Hariwibowo, Keterbukaan Budaya Lokal dalam Akuntabilitas Keuangan... 619

738–760. https://doi.org/10.1108/
APJML-09-2014-0141
Wibowo, E. K. A. A., & Kristanto, H. (2018).
Persepsi Anggota Gereja atas Pengen-
dalian Internal. Gema Teologika, 3(1),
53–70. https://doi.org/10.21460/
gema.2018.31.348
Wignall, R. (2016). ‘A Man after God’s Own
Heart’: Charisma, Masculinity and
Leadership at a Charismatic Church in
Brighton and Hove, UK. Religion, 46(3),
389-411. https://doi.org/10.1080/004
8721X.2016.1169452
Yahanpath, N., Pacheco, P., & Burns, E. A.
(2018). Discussing a Balanced Score-
card for One Local Independent New
Zealand Church. Journal of Manage-
ment, Spirituality and Religion, 15(1),
1-19. https://doi.org/10.1080/147660
86.2017.1338612
Yasmin, S., Haniffa, R., & Hudaib, M.
(2014). Communicated Accountability
by Faith-Based Charity Organisations.
Journal of Business Ethics, 122(1),
103–123. https://doi.org/10.1007/
s10551-013-1759-2

Anda mungkin juga menyukai