Anda di halaman 1dari 2

NAMA :YOSUA

NIM
562
AKUNTANSI GEREJA

: 349

Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa


alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan rapi,
memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contoh lain, gereja perlu memiliki
manajemen gereja secara administrasi maupun keuangan yang baik. Selain itu untuk
mengelola dan mengupayakan serta melaksanakan tugas dan panggilannya, gereja
membutuhkan dana. Dalam mengupayakan perolehan dana dan mengatur penggunaannya,
gereja perlu manajemen keuangan yang baik. Untuk tujuan tersebut, pengelola keuangan
gereja membutuhkan informasi keuangan yang akurat. Informasi yang akurat dapat
diupayakan melalui penerapan akuntansi dalam gereja. Peranan akuntansi dalam
memperlancar manajemen keuangan5 adalah dalam fungsi perencanaan dan fungsi
pengawasan serta dalam pengambilan keputusan. Jadi dalam pengelolaan keuangan gereja
yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan gereja yaitu bagaimana gereja mengelola
keuangannya dan mengupayakan informasi keuangan gereja.
Akuntansi pada dasarnya adalah merupakan kegiatan yang mengolah transaksitransaksi keuangan menjadi informasi keuangan yang siap pakai. Kegiatan yang dilakukan
dalam proses akuntansi meliputi:

pencatatan,
penggolongan,
peringkasan,
pelaporan
penganalisiSan

Proses akuntansi tersebut akan menghasilkan informasi keuangan yang berguna


baik bagi pihak intern organisasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
keuangan maupun ekstern organisasi dalam menilai, mengevaluasi, menganalisis dan
memonitoring . Dalam sebuah rumah tangga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat,
sebenarnya kita sudah melakukan proses akuntansi dalam keuangan keluarga. Walaupun
demikian, proses akuntansi yang dilakukan kadang tidak lengkap dan sering kali tidak
konsisten. Hal ini dapat dimaklumi karena biasanya kita mengenal dan mempercayai
seluruh anggota keluarga, selain itu transaksi-transaksi yang dilakukan relatif lebih
sederhana dan frekwensinya sedikit.
Dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keuangan, kepala keluarga
relatif lebih mudah untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikannya dengan seluruh
anggota keluarga. Kondisi seperti inilah yang sering diasumsikan dalam sebuah organisasi
kecil yang lebih besar dari keluarga, sehingga organisasi kecil ini membuat pelaporan
keuangan dengan cara tradisional seperti yang dilakukan dalam sebuah keluarga. Proses
akuntansi yang dilakukan biasanya adalah pencatatan pemasukan dan pengeluaran, serta
pelaporan saldo. Pelaporan sering kali dilakukan dengan lisan dan tidak kontinyu.
Pencatatan dan pelaporan ini juga kadang dilakukan tidak secara konsisten dalam hal
format, waktu, dan pengarsipan sehingga kadang laporan yang diberikan kurang akurat.
Contoh laporan yang kurang akurat, misalnya ada tansaksi yang tidak tercatat, sehingga
nilainya diperkirakan saja. Contoh lain, bunga bank yang tidak diperhitungkan sebagai milik
organisasi, ada biaya yang seharusnya ditanggung oleh organisasi, tetapi ditanggung oleh
bendahara.
Dalam kehidupan gereja, banyak gereja yang sudah mengupayakan pengelolaan
keuangannya dengan memanfaatkan akuntansi. Akan tetapi, tidak sedikit juga gereja yang

mengelola keuangannya dengan melakukan pencatatan dan pelaporan tradisional. Secara


tradisonal, gereja melakukan penghitungan uang persembahan, pencatatan, penyimpanan
dan kemudian bila ada kebutuhan dilakukan pengeluaran dan pencatatan saldonya. Bila
saldo tidak mencukupi pengeluaran maka barulah dicari upaya penggalangan dana lain
selain persembahan. Kemudian sebagai pertanggungjawaban saldo diumumkan dalam
bentuk lisan kepada jemaat atau dengan bentuk laporan tertulis yang sederhana.
Gereja yang mengelola keuangan dengan menerapkan akuntansi telah menerapkan
adanya anggaran, pelaporan keuangan secara periodik, evaluasidan bahkan audit intern.
Walaupun ada upaya-upaya pengelolaan keuangan gereja baik yang memanfaatkan
pencatatan dan pelaporan tradisonal maupun dengan akuntansi, tetapi seringkali kita masih
mendengar adanya ketegangan gereja yang disebabkan oleh pengelolaan keuangan.
Permasalahan dapat timbul karena tidak adanya sistem manajemen keuangan dan sistem
akuntansi keuangan dalam gereja. Sekiranya gereja sudah menerapkan keduanya, mungkin
kondisi salah satu atau keduanya kurang baik.
Dalam tulisan ini, yang akan dibicarakan lebih lanjut adalah masalah akuntansi
keuangan gereja. Dalam akuntansi permasalahan keuangan bisa timbul disebabkan oleh
dua hal yaitu sistem dan manusia. Pertama, karena tidak adanya sistem atau kalau pun ada
sistem tetapi tidak dilaksanakan dengan baik. Kondisi ini akan menjadi masalah, misalnya
pada saat bendahara tidak memberikan serah terima laporan fisik keuangan sampai dengan
alih tugas jabatan yang disebabkan karena tidak ada sistem yang mengatur hal itu dengan
jelas ataupun kalau ada tidak dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan Ada juga
permasalahan yang terjadi antara donatur dan majelis gereja karena ternyata sumbangan
yang ia berikan tidak diterima oleh bendahara gereja, ini pun bisa disebabkan oleh tidak ada
atau kurang jelasnya sistem mengenai penerimaan kas. Kedua, yang disebabkan oleh
manusia karena kelemahan dan keterbatasannya ia tidak mempunyai pemahaman teologis
yang benar maupun prilaku yang baik dalam pengelolaan keuangan gereja. Contohnya,
adanya penyalahgunaan uang gereja untuk kepentingan pribadi oleh salah satu anggota
panitia pengumpul dana, yang baru diketahui kemudian ketika akhir masa kepanitian. Di
samping itu juga ada kasus pendeta yang diberhentikan karena terkait dengan
penyalahgunaan keuangan gereja. Bahkan ada pendeta dan pengurus gereja lainnya yang
melakukan penjualan aset milik gereja untuk kepentingan diri sendiri.
Demikianlah,
permasalahan-permasalahan
ini
timbul
dalam
lingkungan
kepengurusan gereja yang bisa melibatkan pendeta, pejabat gereja maupun anggota jemaat
yang mempunyai kewenangan terhadap keuangan (seperti panitia, tim, komisi, dan
karyawan) dan terkait dengan ada tidaknya sistem dan bagaimana pelaksanaan sistem itu
sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut di atas biasanya tidak diketahui oleh jemaat
secara terbuka dan ditangani secara serius oleh para pejabat gereja, bahkan ada kesan
ditutup-tutupi. Beritanya menyebar di kalangan jemaat lewat desas-desus yang kemudian
menjadi rahasia umum di lingkungan gereja tersebut. Alasan yang sering dikemukan karena
gereja dianggap tidak layak untuk mempermasalahkan kasus keuangan ini. Alasan lain,
karena gereja ingin menyelesaikan permasalahan tersebut dengan kasih. Ada juga yang
mengatakan bahwa masalah keuangan adalah masalah yang sensitif karena itu harus hatihati dalam menangani kasus ini untuk menghindari dari hal-hal yang akan merusak
keutuhan dan kewibawaan gereja .
Sumber

: http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/01021877

Anda mungkin juga menyukai