Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa
alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan rapi, memiliki anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Contoh lain, gereja perlu memiliki manajemen gereja secara administrasi maupun keuangan yang baik. Selain itu untuk mengelola dan mengupayakan serta melaksanakan tugas dan panggilannya, gereja membutuhkan dana. Dalam mengupayakan perolehan dana dan mengatur penggunaannya, gereja perlu manajemen keuangan yang baik. Untuk tujuan tersebut, pengelola keuangan gereja membutuhkan informasi keuangan yang akurat. Informasi yang akurat dapat diupayakan melalui penerapan akuntansi dalam gereja. Peranan akuntansi dalam memperlancar manajemen keuangan5 adalah dalam fungsi perencanaan dan fungsi pengawasan serta dalam pengambilan keputusan. Jadi dalam pengelolaan keuangan gereja yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan gereja yaitu bagaimana gereja mengelola keuangannya dan mengupayakan informasi keuangan gereja. Akuntansi pada dasarnya adalah merupakan kegiatan yang mengolah transaksitransaksi keuangan menjadi informasi keuangan yang siap pakai. Kegiatan yang dilakukan dalam proses akuntansi meliputi:
Proses akuntansi tersebut akan menghasilkan informasi keuangan yang berguna
baik bagi pihak intern organisasi dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keuangan maupun ekstern organisasi dalam menilai, mengevaluasi, menganalisis dan memonitoring . Dalam sebuah rumah tangga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat, sebenarnya kita sudah melakukan proses akuntansi dalam keuangan keluarga. Walaupun demikian, proses akuntansi yang dilakukan kadang tidak lengkap dan sering kali tidak konsisten. Hal ini dapat dimaklumi karena biasanya kita mengenal dan mempercayai seluruh anggota keluarga, selain itu transaksi-transaksi yang dilakukan relatif lebih sederhana dan frekwensinya sedikit. Dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan keuangan, kepala keluarga relatif lebih mudah untuk mengkomunikasikan dan mengkoordinasikannya dengan seluruh anggota keluarga. Kondisi seperti inilah yang sering diasumsikan dalam sebuah organisasi kecil yang lebih besar dari keluarga, sehingga organisasi kecil ini membuat pelaporan keuangan dengan cara tradisional seperti yang dilakukan dalam sebuah keluarga. Proses akuntansi yang dilakukan biasanya adalah pencatatan pemasukan dan pengeluaran, serta pelaporan saldo. Pelaporan sering kali dilakukan dengan lisan dan tidak kontinyu. Pencatatan dan pelaporan ini juga kadang dilakukan tidak secara konsisten dalam hal format, waktu, dan pengarsipan sehingga kadang laporan yang diberikan kurang akurat. Contoh laporan yang kurang akurat, misalnya ada tansaksi yang tidak tercatat, sehingga nilainya diperkirakan saja. Contoh lain, bunga bank yang tidak diperhitungkan sebagai milik organisasi, ada biaya yang seharusnya ditanggung oleh organisasi, tetapi ditanggung oleh bendahara. Dalam kehidupan gereja, banyak gereja yang sudah mengupayakan pengelolaan keuangannya dengan memanfaatkan akuntansi. Akan tetapi, tidak sedikit juga gereja yang
mengelola keuangannya dengan melakukan pencatatan dan pelaporan tradisional. Secara
tradisonal, gereja melakukan penghitungan uang persembahan, pencatatan, penyimpanan dan kemudian bila ada kebutuhan dilakukan pengeluaran dan pencatatan saldonya. Bila saldo tidak mencukupi pengeluaran maka barulah dicari upaya penggalangan dana lain selain persembahan. Kemudian sebagai pertanggungjawaban saldo diumumkan dalam bentuk lisan kepada jemaat atau dengan bentuk laporan tertulis yang sederhana. Gereja yang mengelola keuangan dengan menerapkan akuntansi telah menerapkan adanya anggaran, pelaporan keuangan secara periodik, evaluasidan bahkan audit intern. Walaupun ada upaya-upaya pengelolaan keuangan gereja baik yang memanfaatkan pencatatan dan pelaporan tradisonal maupun dengan akuntansi, tetapi seringkali kita masih mendengar adanya ketegangan gereja yang disebabkan oleh pengelolaan keuangan. Permasalahan dapat timbul karena tidak adanya sistem manajemen keuangan dan sistem akuntansi keuangan dalam gereja. Sekiranya gereja sudah menerapkan keduanya, mungkin kondisi salah satu atau keduanya kurang baik. Dalam tulisan ini, yang akan dibicarakan lebih lanjut adalah masalah akuntansi keuangan gereja. Dalam akuntansi permasalahan keuangan bisa timbul disebabkan oleh dua hal yaitu sistem dan manusia. Pertama, karena tidak adanya sistem atau kalau pun ada sistem tetapi tidak dilaksanakan dengan baik. Kondisi ini akan menjadi masalah, misalnya pada saat bendahara tidak memberikan serah terima laporan fisik keuangan sampai dengan alih tugas jabatan yang disebabkan karena tidak ada sistem yang mengatur hal itu dengan jelas ataupun kalau ada tidak dilaksanakan seperti yang telah ditetapkan Ada juga permasalahan yang terjadi antara donatur dan majelis gereja karena ternyata sumbangan yang ia berikan tidak diterima oleh bendahara gereja, ini pun bisa disebabkan oleh tidak ada atau kurang jelasnya sistem mengenai penerimaan kas. Kedua, yang disebabkan oleh manusia karena kelemahan dan keterbatasannya ia tidak mempunyai pemahaman teologis yang benar maupun prilaku yang baik dalam pengelolaan keuangan gereja. Contohnya, adanya penyalahgunaan uang gereja untuk kepentingan pribadi oleh salah satu anggota panitia pengumpul dana, yang baru diketahui kemudian ketika akhir masa kepanitian. Di samping itu juga ada kasus pendeta yang diberhentikan karena terkait dengan penyalahgunaan keuangan gereja. Bahkan ada pendeta dan pengurus gereja lainnya yang melakukan penjualan aset milik gereja untuk kepentingan diri sendiri. Demikianlah, permasalahan-permasalahan ini timbul dalam lingkungan kepengurusan gereja yang bisa melibatkan pendeta, pejabat gereja maupun anggota jemaat yang mempunyai kewenangan terhadap keuangan (seperti panitia, tim, komisi, dan karyawan) dan terkait dengan ada tidaknya sistem dan bagaimana pelaksanaan sistem itu sendiri. Permasalahan-permasalahan tersebut di atas biasanya tidak diketahui oleh jemaat secara terbuka dan ditangani secara serius oleh para pejabat gereja, bahkan ada kesan ditutup-tutupi. Beritanya menyebar di kalangan jemaat lewat desas-desus yang kemudian menjadi rahasia umum di lingkungan gereja tersebut. Alasan yang sering dikemukan karena gereja dianggap tidak layak untuk mempermasalahkan kasus keuangan ini. Alasan lain, karena gereja ingin menyelesaikan permasalahan tersebut dengan kasih. Ada juga yang mengatakan bahwa masalah keuangan adalah masalah yang sensitif karena itu harus hatihati dalam menangani kasus ini untuk menghindari dari hal-hal yang akan merusak keutuhan dan kewibawaan gereja . Sumber