Anda di halaman 1dari 30

PENERAPAN GOOD CHURCH GOVERNANCE PADA PARTISIPASI

ANGGARAN GEREJA DI HOME COMMUNITY CHURCH PALU

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Lulus di Mata Kuliah Metodologi


Penelitian Bisnis Pada Program Studi Manajemen
Universitas Abdul Aziz Lamadjido

OLEH:

STAFHANY THERESIA BUDIMAN

221 30 105

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ABDUL AZIZ LAMADJIDO

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gereja merupakan organisasi nirlaba dan dapat dilihat sebagai entitas

sosial yang juga menggunakan prinsip-prinsip organisasi dengan sistem

manajemen untuk mencapai tujuannya. Dengan memperoleh sumber daya

yang digunakan untuk berbagai aktivitas operasinya dari sumbangan yang

diberikan oleh anggota jemaat dan subsidi yang dilakukan oleh gembala

sidang ketika mengalami kesulitan dana untuk memenuhi aktivitas

operasinya. Gereja juga dapat dipandang sebagai suatu unit ekonomi yang

memerlukan prinsip-prinsip pengelolaan dalam menjalankan sistem

manajemen untuk mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, gereja memerlukan

pengelolaan dan pelaporan keuangan yang memadai untuk dapat membuat

keputusan yang efektif dan efisien bagi pertumbuhan gereja tersebut. Sejalan

dengan pertumbuhan gereja, maka masalah yang berkembang semakin

beragam, baik dari segi kualitatif maupun segi kuantitatif dan hal tersebut

memerlukan penanganan yang lebih serius termasuk dalam hal pelaporan

keuangannya.

Pelaporan keuangan gereja memiliki karakteristik yang berbeda

dengan organisasi yang berorientasi pada laba (organisasi komersial), tetapi

juga perlu dilaporkan sebagai dasar pertanggungjawaban. Sasaran utama dari

pelaporan keuangan gereja berbeda pada organisasi yang berorientasi pada

laba, yaitu para pemegang saham individual. Pihak yang memberikan sumber
keuangan tidak menerima imbalan secara langsung baik dalam bentuk

barang maupun jasa. Seiring dengan perkembangan gereja dan kompleksnya

masalah yang mungkin dihadapi oleh gereja, maka bentuk pengelolaan dan

pelaporan keuangan yang dilakukan juga turut berkembang. Salah satu

bentuk pengendalian internal yang sering digunakan dalam organisasi adalah

good corporate governance (GCG). Menurut (Nordberg, 2011) corporate

governance merupakan elemen yang mengarahkan sebuah organisasi, apa

yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Merupakan serangkaian proses,

kebijakan, aturan yang dapat mempengaruhi pengelolaan suatu organisasi

yang mencakup seluruh stakeholder.

Penelitian yang mengenai tentang good corporate gevernance pada

organisasi nirlaba berbeda dengan penelitian yang dilakukan pada organisasi

komersial. Penelitian mengenai mekanisme good corporate governance pada

organisasi komersial telah banyak dilakukan, seperti penelitian yang

dilakukan oleh Darmawati et al., (2004) menjelaskan mengenai adanya

hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan.

Sementara itu, untuk penelitian yang membahas mengenai corporate

governance pada organisasi nirlaba dalam hal ini dilakukan pada gereja

masih sangat jarang, meskipun telah dilakukan sebelumnya.

Dalam penelitian ini, situs studi yang digunakan adalah Gereja Home

Community Church Palu. Pemilihan situs studi didasarkan pada pertimbangan

kompleksitas struktur, ukuran, dan pertumbuhan gereja yang baik, sehingga

dapat dijadikan acuan bagi organisasi nirlaba lainnya. Hal ini juga didasari
karena Gereja Home Community Church Palu telah mendapat hak otonomi

dari Sinode (pusat). Hak otonomi tersebut menunjukkan bahwa gereja telah

mampu mengurus rumah tangganya sendiri, dalam hal ini terkait masalah

pendanaan dan keuangan gereja. Setiap bulan Jemaat memberikan 10%

persepuluhan pada Gereja. Sumbangan yang diberikan oleh anggota jemaat

gereja yaitu berupa (1) persembahan kolekte, (2) persepuluhan, (3) diakonia,

(4) ucapan syukur, (5) pembangunan, dan (6) beberapa sumbangan lain

terkait acara yang akan diadakan oleh gereja.

Gereja Home Community Church Palu membuat suatu laporan

mengenai persembahan dari setiap dana yang diberikan oleh anggota jemaat.

Pelaporan tersebut dibuat secara transparan kepada gembala sektor dan

diaken untuk disampaikan kepada jemaat. Setiap bulan sekali gereja

mengadakan fellowship, yaitu semacam rapat kerja yang dilakukan untuk

gembala sidang memberikan arahan kepada diaken dan gembala sektor

mengenai rencana-rencana gereja ke depannya. Selain itu gembala sidang

juga memberi laporan pertanggungjawaban kepada diaken dan gembala

sektor. Laporan ini ditujukan agar gembala sektor dapat memberikan

pertanggungjawaban kepada jemaat. Penelitian awal akan dilakukan dengan

melakukan wawancara dan observasi mendalam tentang Penerapan Good

Church Governance Pada Partisipasi Anggaran Di Gereja Home Community

Church Palu sehingga didapatkan suatu gambaran mengenai mekanisme

penerapan good corporate governance pada organisasi nirlaba.


1.2 Fokus Penelitian dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka difokuskan dan rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan Good Church

Governance pada partisipasi anggaran jemaat Gereja Home Community

Church Palu?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Good

Church Governance dalam partisipasi anggaran gereja yang dilaksanakan

saat ini dan membangun tata guna untuk meningkatkan pengelolaan laporan

keuangan secara efektif dan efisien dimasa akan datang.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Praktis

Dapat memberikan suatu masukan untuk mengelola partisipasi

anggaran gereja agar meningkatkan akuntabilitas.

2. Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bergun untuk membangun

tata kelola organisasi nirlaba khususnya dalam partisipasi anggaran gereja

dengan demikian dapat menjadi dasar dalam menciptakan tata kelola yang

baik.

1.5 Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan pada proposal ini, disususn sebagai berikut:


BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, maanfaat penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, dan gambaran tentang

penerapan good church governance dalam partisipasi anggaran gereja.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang paradigma metode penelitian, metode

penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data teknik analisis data,

alur konsep penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum penelitian, pengujian dan hasil

analisis data serta pembahasan hasil analisis data atau pembuktian hipotesis.

BAB V KESIMPULAN & SARAN

Bab ini berisi tentang uraian kesimpulan yang diperoleh dari

pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya serta saran kepada pihak-pihak

yang berkepentingan terhadap hasil penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan dasar dalam melakukan

penelitian, sehingga memperkaya teori-teori yang digunakan untuk mengkaji

suatu penelitian tersebut. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh

peneliti yang sebelumnya dapat ditunjukan sebagai berikut :

Penelitian yang dilakukan oleh Londong, (2019) tentang Pemaknaan

Good Corporate Governance Dalam Mewujudkan Tri Panggilan Gereja

(Bersaksi, Bersekutu, Melayani). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana pemaknaan penerapan good corporate governance dalam

mewujdkan Tri Panggilan Gereja. Studi kasus pada Gereja Toraja Jemaat

Biringkanaya dengan melibatkan perwakilan anggota Jemaat pada masing-

masing kelompok. Dengan menggunakan metode interpretif fenomenologi

analisis, penelitian ini menemukan bahwa program kerja yang telah

dijalankan oleh Gereja Toraja Jemaat Biringkanya telah menyesuaikan

dengan misi Tri Panggilan Gereja, akan tetapi pelaksanaan program kerja

masih belum maksimal dirasakan oleh anggota gereja.

Penelitian yang dilakukan oleh Andhika Trisno, (2017) tentang

penerapan prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan publik Di

Kecamatan Wanea Kota Manado menjelaskan menggunakan metode

kualitatif. Penelitian ini membahas tentang prinsip-prinsip good governance

dalam pelayanan publik. Penerapan good governance dapat dijadikan sebagai


bagian dari upaya untuk melaksanakan asas-asas demokrasi dan

demokratisasi, yang merefleksikan dijunjung tingginya aspek pemenuhan

hak-hak rakyat oleh penguasa, ditegakkannya nilai-nilai keadilan dan

solidaritas sosial, serta adanya penegakan HAM dalam berbagai aspek

kehidupan Negara, misalnya dengan menegakan prinsip Rule Of Law atau

supremasi hukum dalam berbagai aspek kehidupan Negara. Good governance

juga dapat dipandang sebagai suatu konsep ideologi politik yang memuat

kaidah-kaidah pokok atau prinsip-prinsip umum pemerintahan yang harus

dijadikan pedoman dalam menyelenggarakan kehidupan Negara. Kenyataan

yang dapat dilihat sekarang bahwa sampai saat ini pun pelaksanaan

kehidupan Negara, khususnya dalam konteks pemerintahan daerah di era

globalisasi, reformasi, demokratisasi, dan otonomi daerah, justru masih

menghadapi berbagai masalah dalam melaksanakan tugas dan

kewenangannya guna mewujudkan good governance secara utuh.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan secara umum pelayanan publik

yang mengedepankan prinsip-prinsip Good Governance yang ada di

Kecamatan Wanea Kota Manado telah dilaksanakan dengan baik, walaupun

belum sepenuhnya maksimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Meriani & Wenny, (2017) tentang

penerapan good corporate governance pada organisasi nirlaba dan

organisasi profit oriented menjelaskan dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian ini membahas tentang good corporate governance pada

organisasi nirlaba dan organisasi profit oriented. Berdasarkan hasil


penelitian yang dilakukan bahwa pertama penerapan good corporate

governance (GCG) yang diterapkan Gereja Katolik Paroki Santo Petrus yaitu

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, serta kewajaran dan kesetaraan.

Tetapi prinsip independensi belum dapat diterapkan dengan baik. Kedua,

penerapan good corporate governance (GCG) pada Bank Central Asia Tbk

sudah menerapkan kelima prinsip dengan baik. Ketiga, perbedaan penerapan

good corporate governance (GCG) antara Gereja Katolik Paroki Santo

Petrus dan Bank Central Asia Tbk ada pada kelima prinsipnya yaitu,

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kewajaran

dan kesetaraan.

Penelitian yang dilakukan oleh Anggayana & Wirajaya, (2019)

tentang pengaruh prinsip-prinsip good governance dan budaya organisasi

terhadap kinerja keuangan lembaga perkreditan Desa Kota Denpasar

menjelaskan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh prinsip-prinsip good

governance dan budaya organisasi terhadap kinerja keuangan Lembaga

Perkreditan Desa (LPD) Kota Denpasar. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh LPD di Kota Denpasar sebanyak 35 LPD. Metode penentuan sampel

yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode sampel jenuh sehingga

seluruh populasi dijadikan sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah

regresi linear berganda. Hasil dari peneliti ini adalah diketahui bahwa

prinsip-prinsip good governance yang terdiri dari transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi dan kesetaraan secara parsial berpengaruh


positif terhadap kinerja keuangan. Sedangkan budaya organisasi tidak

berpengaruh tehadap kinerja keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari & Muliartha, 2019)

tentang good corporate governance sebagai pemoderasi pengaruh financial

distress pada opini audit going concern menjelaskan dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Penelitian ini membahas tentang good corporate

governance sebagai pemoderasi pengaruh financial distress pada opini audit

going concern. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian. Jumlah sampel

sebanyak 210 dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil dari

penelitian ini adalah ditemukan bahwa penerapan good corporate

governance pada perusahaan mampu memperlemah pengaruh financial

distress pada opini audit going concern. Implikasi hasil penelitian

mendukung teori sinyal yang terlihat pada financial distress yang cenderung

memberikan sinyal kepada auditor untuk memberikan opini audit going

concern. Hasil penelitian juga mendukung teori keagenan dimana

kecenderungan terjadinya asimetri informasi antara agen dan prinsipal

terlebih pada perusahaan yang mengalami financial distress.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurhidayah, (2020) tentang pengaruh

good corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perbankan di

BEI menjelaskan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan good corporate

governance dengan kinerja keuangan pada Perbankan di BEI. Data yang


digunakan merupakan data sekunder. Populasi dalam penelitian ini yaitu

laporan keuangan tahunan Perbankan di BEI. Adapun metode analisis yang

digunakan adalah uji deskriptif, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji linieritas, serta uji regresi

berganda. Hasilnya bahwa komisaris independen, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial, komite audit, dan dewan direksi, dapat

meningkatkan kinerja keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhtaruddin et al., (2019) tentang

Tata kelola perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial perusahaan

dapat membantu perusahaan dalam menghadapi tantangan dan risiko sebagai

strategi dalam meningkatkan nilai perusahaan dengan membangun citra yang

tepat di mata pemangku kepentingan. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh

good corporate governance dan corporate social responsibility terhadap nilai

perusahaan dengan kinerja keuangan sebagai variabel moderasi. Data ini di

analisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa good corporate governance berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan, sebaliknya tanggung jawab sosial

perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Kinerja

keuangan secara signifikan memperkuat hubungan antara tata kelola

perusahaan yang baik dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap nilai

perusahaan.
Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Peneliti Terdahulu

No Nama dan Judul Persamaan Perbedaaan


Peneliti Terdahulu
1. Jerliyen Pramita Good Governance Pemaknaan Good
Londong (2019) Corporate Governance
Pemaknaan Good Dalam Mewujudkan Tri
Corporate Governance Panggilan Gereja
Dalam Mewujudkan Tri (Bersaksi, Bersekutu,
Panggilan Gereja Melayani)
(Bersaksi, Bersekutu,
Melayani) Penerapan Good Church
Governance Pada
Partisipasi Anggaran
2. Andhika Trisno (2017) Good Governance Penerapan Prinsip-
Penerapan Prinsip- Prinsip Good
Prinsip Good Governance Dalam
Governance Dalam Pelayanan Publik Di
Pelayanan Publik Di Kecamatan Wanea Kota
Kecamatan Wanea Kota Manado
Manado
Penerapan Good Church
Governance Pada
Partisipasi Anggaran
3. Maria Magdalena Good Governance Penerapan Good
Meriani (2017) Corporate Governance
Penerapan Good Pada Organisasi Nirlaba
Corporate Governance Dan Organisasi Profit
Pada Organisasi Nirlaba Oriented
Dan Organisasi Profit
Oriented Penerapan Good Church
Governance Pada
Partisipasi Anggaran

4. I Putu Novan Anggayana Good Governance Tentang Pengaruh


(2019) Prinsip-Prinsip Good
Tentang Pengaruh Governance Dan Budaya
Prinsip-Prinsip Good Organisasi Terhadap
Governance Dan Budaya Kinerja Keuangan
Organisasi Terhadap Lembaga Perkreditan
Kinerja Keuangan Desa Kota Denpasar
Lembaga Perkreditan
Desa Kota Denpasar Penerapan Good Church
Governance Pada
Partisipasi Anggaran
5. Ketut Memi Wulandari Good Governance Good Corporate
(2019) Governance Sebagai
Good Corporate Pemoderasi Pengaruh
Governance Sebagai Financial Distress Pada
Pemoderasi Pengaruh Opini Audit Going
Financial Distress Pada Concern
Opini Audit Going
Concern Penerapan Good Church
Governance Pada
Partisipasi Anggaran
Sumber: Diolah oleh peneliti 2021

2.2 Good Church Governance (GCG)

Menurut Nordberg, (2011) corporate governance merupakan elemen

yang mengarahkan sebuah organisasi, apa yang dapat dan tidak dapat

dilakukan. Merupakan serangkaian proses, kebijakan, aturan yang dapat

mempengaruhi pengelolaan suatu organisasi yang mencakup seluruh

stakeholder.

Corporate governance dalam organisasi tidak hanya berlaku dalam

manajemen sebuah perusahaan atau badan usaha profit, yang

mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada seluruh stakeholder, tetapi

penerapan corporate governance juga dapat diterapkan di organisasi nirlaba.

Salah satu organisasi nirlaba di Indonesia yaitu Gereja. Good corporate

governance sangat penting untuk diterapkan dalam organisasi gereja, karena

pengelolaan keuangan merupakan suatu aspek yang perlu di perhitungkan

dalam suatu organisasi dan lembaga, termasuk persekutuan Jemaat ataupun

Gereja dalam mengembangkan pelayanannya. Tata kelola yang baik terhadap


suatu keuangan yang ada di Jemaat atau dalam Gereja akan membawa

manfaat di dalam warga Jemaat.

2.3 Prinsip-prinsip Good Church Governance (GCG)

Secara umum terdapat lima prinsip good corporate governance

diantaranya: tranparansi, akuntabilitas, respomsibilitas, independensi, dan

keadilan. Menurut Daniri, 2005:9 dalam Sarafina & Saifi, (2017) prinsip-

prinsip tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tranparency (tranparansi)

Menjaga objektivitas dalam menjalankan kegiatan bisnis,

perusahan harus menyediakan informasi yang relevan dan materil serta

dapat dipahami dengan mudah oleh para pemangku kepentingan.

2. Accountability (keterbukaan)

Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

tranparan dan wajar sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

3. Responsibility (pertanggungjawaban)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan pertanggungjawaban terhadap masyarakat dan

lingkungannya.

4. Independency (independensi)

Perusahaan harus harus dikelola secara independen sehingga

semua organ perusahaan tidak saling mendominasi antara satu dengan

yang lainnya serta tidak dipengaruhi oleh pihak lain.

5. Fairness (keadilan)
Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya senantiasa

harus memperhatikan kepentingan para pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya mengacu pada asas kewajaran dan kesetaraan.

2.4 Partisipasi Anggaran

Partisipasi anggaran merupakan suatu proses yang melibatkan individu

secara langsung di dalamnya dan mempunyai pengaruh terhadap penyusunan

tujuan anggaran yang prestasinya akan dinilai dan kemungkinan akan

dihargai atas dasar pencapaian tujuan anggaran mereka, Brownell (1982).

Partisipasi anggaran adalah tahapan partisipasi pengurus dalam

menyusun anggaran dan mempengaruhi anggaran di pusat

pertanggungjawaban. Brownell, (1982) mendefenisikan bahwa anggaran

adalah suatu proses partisipasi individu akan dinilai dan mungkin diberi

penghargaan atas prestasi mereka pada tujuan yang dianggarkan, dan mereka

terlibat dalam proses tersebut dan mempunyai pengaruh pada penentuan

tujuan tersebut. Definisi partisipasi dalam anggaran secara terperinci yaitu :

a. Sejauh mana anggaran dipengaruhi oleh keterlibatan para pengurus.

b. Alasan-alasan pihak manajer pada saat anggaran diproses.

c. Keinginan memberikan partisipasi anggaran kepada pihak manajer tanpa

diminta.

d. Sejauh mana manajer mempunyai pengaruh dalam anggaran akhir.

e. Kepentingan manajer dalam partisispasinya terhadap anggaran.

f. Anggaran didiskusikan antara pihak manajer puncak dengan manajer

pusat pertanggungjawaban pada saat anggaran disusun.


2.5 Karakteristik Organisasi Nirlaba

Karakteristik organisasi nirlaba berbeda dengan organisasi bisnis.

Perbedaan utama yang mendasar adalah cara organisasi itu memperoleh

sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas

operasionalnya. PSAK, (2011)

Dalam PSAK, No 45 (revisi 2011) karakteristik organisasi nirlaba

yaitu:

a. Sumberdaya entititas berasal dari para penyumbang yang tidak

mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang

sebanding dengan jumlah sumberdaya yang diberikan.

b. Menghasilkan barang dan jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau

suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan

kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut.

c. Tidak adanya kepemilikan seperti pada organisasi bisnis. Organisasi

nirlaba dimiliki oleh publik. Dengan kata lain kepemilikan organisasi

nirlaba tidak dapat dijual atau dialihkan.

2.6 Jenis Laporan Keuangan Nirlaba

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi PSAK, (2011) No. 45, laporan

keuangan entitas nirlaba meliputi:

1. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan

dan menyajikan total aset, liabilitas, dan aset neto.

2. Laporan Aktivitas
Laporan aktivitas mencakup entitas nirlaba secara keseluruhan dan

menyajikan perubahan jumlah aset neto selama suatu periode. Perubahan

aset neto dalam laporan aktivitas tercermin pada aset neto atau ekuitas dalam

posisi keuangan.

3. Laporan Arus Kas

Penyajian laporan arus kas harus digolongkan ke dalam 3 kategori

yaitu sebagai berikut:

a. Aktivitas Operasi

Aktivitas operasi kelompok ini adalah penambahan dan pengurangan

arus kas yang terjadi pada perkiraan yang terkait dengan operasional

lembaga.

b. Aktivitas Investasi

Aktivitas investasi kelompok ini adalah perkiraan yang terkait dengan

transaksi berupa penciptaan atau pelunasan keajiban utang lembaga dan

kenaikan/penurunan aktiva bersih dari surplus-defisit lembaga.

c. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan, merupakan bagian yang tidak terpisah

dari laporan-laporan di atas. Tujuan pemberian catatan ini agar seluruh

informasi keuangan yang dianggap perlu untuk diketahui pembacanya sudah

diungkapkan.
2.7 Organisasi Keagamaan

2.7.1 Pengertian Organisasi Keagamaan

Menurut Halim & Kusufi, (2012 : 453) Entitas sering diartikan suatu

satuan organisasi. Entitas dan akuntansi memiliki keterkaitan yang sangat

erat, hal ini karena dari salah satu asumsi dasar akuntansi terdapat di dalam

entitas akuntansi. Asumsi entitas akuntansi menetapkan semua transaksi

keuangan yang diakuntansikan adalah berkaitan dengan entitas. Setiap tempat

ibadah pasti memiliki transaksi keuangan, oleh karena itu tempat peribadaan

harus dimaknai sebagai suatu entitas atau organisasi dalam suatu Gereja.

Menurut Bastian (2017) dalam (Halim & Kusufi, 2012) Organisasi

tempat ibadah merupakan organisasi keagamaan. Secara estimologis,

organisasi keagamaan dapat diartikan sebagai organisasi yang fokus geraknya

terkait dengan agama tertentu, yang menyangkut dalam permasalahan ibadah

atau menjalankan segala kewajiban Tuhan terkait agama ataupun

kepercayaan tertentu. Kewajiban untuk menyampaikan pertanggujawaban

dalam organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau wewenang.

Organisasi peribadan termasuk dalam kategori organisasi nirlaba karena

dalam organisasi peribadatan tidak bermotif untuk mencari laba dan bertujuan

untuk melayani ritual ibadah umat disetiap Gereja.

Menurut Halim & Kusufi, (2012 : 454) Organisasi peribadatan

termasuk dalam kategori organisasi nirlaba, karena organisasi peribadatan

tidak bermotif untuk mencari laba dan bertujuan untuk melayani ritual ibadah

umat.
2.7.2 Tujuan Organisasi Keagamaan

Setiap organisasi pasti memiliki tujuan spesifik yang ingin dicapai.

Menurut Bastian (2007) dalam Halim & Kusufi, (2012 : 454) tujuan utama

dari organisasi perbadatan atau keagamaan adalah untuk memberikan

pelayanan dan penyelenggaraan dari seluruh aktivitas yang dibutuhkan

Gereja maupun yang telah menjadi ritual ibadah rutin dalam setiap organisasi

yang bersangkutan.

Meskipun dalam tujuan utama dari organisasi keagamaan adalah untuk

pelayanan umat, bukan berarti organisasi keagamaan tidak memiliki tujuan

keuangan. Tujuan keuangan ditujukan untuk mendukung terlaksananya

tujuan peribadatan yang memadai dalam memenuhi standar sesuai dengan

aturan dalam ajaran agama tersebut, serta menunjang tujuan lainnya seperti

sosial kemasyarakatan dan pendidikan. Kebanyakan pengelola dan pengurus

organisasi keagamaan belum menyadari pentingnya tata kelola yang baik

(good governance), salah satu usaha untuk menciptakan tata kelola yang baik

adalah dengan menciptakan akuntabilitas yang baik dengan

menyelenggarakan praktik akuntansi. Akuntansi pada organisasi keagamaan

merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dalam rangkaian

pengelolahan kegiatan, dalam bentuk lengkap maupun secara sederhana

Halim & Kusufi, (2012 : 455)

Menurut Mardiasmo, (2006) Organisasi Gereja bertujuan yaitu untuk

memberikan pertanggujawaban, menyajikan, melaporkan dan

mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi


pertanggungjawaban dalam suatu organisasi Gereja, tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan sebelumnya yang harus di pertanggungjawabkan.

2.8 Gereja

2.8.1 Pengertian Gereja

Menurut Kamus Besar Indonesia dalam Atmaja, (2009), Gereja berarti:

a. Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama

Kristen

b. Badan (organisasi) umat Kristen yang memiliki sama kepercayaan,

ajaran dan tata caranya (Protestan, Katolik, Dll)

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia dalam Atmaja, (2009), Gereja

berarti:

a. Port atau rumah tempat beribadah bagi orang Kristen

b. Mazhab atau kaum Kristen: persekutuan

c. Organisasi umat Kristen yang sama alirannya, ajaran dan tata

caranya (seperti Protestan, Katolik, Dll)

Jadi Gereja adalah rumah, tempat ibadah, persekutuan atau tempat

badan tempat untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan

tata caranya (seperti Protestan, Katolik, Dll).

2.8.2 Sistem Pemerintahan Gereja

Kristus adalah kepala gereja dan sumber segala otoritas (Matius 23:10;

Yohanes 13:13). Ia memerintah atas gereja dengan firman dan roh. Demikian

juga seluruh pelayananpelayanan di dalam gereja mengenakan kuasa Kristus


ini (Efesus 5:23; 5:30; Kolose 1:18; 2:19). Meskipun gereja memerintah

gereja dengan firman dan roh, namun ia juga mendelegasikan kuasa itu

kepada gereja, agar gereja dapat memelihara dan mengatur gereja sedemikian

rupa sehingga gereja dapat menjadi persekutuan umat yang diperkenan-Nya,

Aguita, (2019). Di dalam kehidupan gereja masa kini kita mengenal sistem

pemerintahan gereja sebagai berikut :

1. Sistem Episkopal (Keuskupan) Sistem ini menyakini bahwa Kristus

adalah kepala gereja yang telah mendelegasikan kekuasaan gereja secara

langsung, ekslusif dan independent kepada sekelompok uskup sebagai

penerus para rasul. Jemaat secara umum tidak memiliki bagian di dalam

kepemimpinan gereja.

2. Sistem Kongregasi Sistem ini disebut juga sistem Independent/bebas.

Sistem ini menganggap setiap gereja lokal sebagai gereja lengkap dan

bersifat otonomi. Kuasa pemerintahan gereja terletak pada anggota

jemaat. Majelis gereja adalah fungsionaris gereja setempat yang hanya

memegang kekuasaan yang dipercayakan oleh jemaat setempat saja.

3. Sistem Presbiterian Sistem ini mengakui bahwa kristus adalah kepala dan

sumber otoritas gereja. Kristus memerintah gereja dengan firman. Dalam

pelaksanaan kehidupan gereja, Kristus memberikan kuasa pemerintahan

ini terutama kepada gereja-gereja lokal. Namun gereja-gereja lokal tidak

hanya berdiri sendiri-sendiri sebagimana halnya pada sistem kongregasi.

Gereja-gereja lokal membentuk klasis dan sinode.Kekuasaan gerejagereja

lokal dibatasi oleh kebersamaan dengan jemaat-jemaat lain dengan cara


perwakilan. Gereja setempat dipilih oleh majelis setempat yang dipilih

oleh jemaat.

2.9 Kerangka Pemikiran

Gereja merupakan organisasi nirlaba dan dapat dilihat sebagai entitas

sosial yang juga menggunakan prinsip-prinsip organisasi dengan sistem

manajemen untuk mencapai tujuannya. Gereja memperoleh sumber daya

yang digunakan untuk berbagai aktivitas operasinya dari sumbangan yang

diberikan oleh anggota jemaat gereja dan subsidi yang dilakukan oleh

gembala sidang gereja ketika gereja mengalami kesulitan dana untuk

memenuhi aktivitas operasinya. Gereja juga dapat dilihat sebagai unit

ekonomi yang mengambil prinsip-prinsip organisasi dan menjalankan sistem

manajemen untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, gereja membutuhkan

pengelolaan dan pelaporan keuangan yang memadai agar dapat mengambil

keputusan yang efektif dan efisien untuk pertumbuhan gereja.

Gereja memperoleh dana yang sebagian besar di diperoleh dari donasi

atau sumbangan dari anggota jemaatnya, sehingga hal ini merupakan suatu

tuntutan bagi gereja untuk lebih transparan dalam mengungkapkan keuangan

gereja yang digunakan untuk membiayai aktivitas operasi dari gereja.

Pengungkapan aktivitas operasi gereja harus transparan, hal ini bertujuan

untuk membangun kepercayaan dari para anggota jemaat yang memberikan

dananya untuk kemajuan gereja dalam mencapai tujuannya. Seiring dengan

pertumbuhan gereja dan kompleksnya masalah yang mungkin dihadapi oleh

gereja, maka bentuk pengelolaan dan pelaporan keuangan yang dilakukan


juga turut berkembang. Setiap bulan Jemaat memberikan 10% persepuluhan

pada Gereja. Sumbangan yang diberikan oleh anggota jemaat gereja yaitu

berupa (1) persembahan kolekte, (2) persepuluhan, (3) diakonia, (4) ucapan

syukur, (5) pembangunan, dan (6) beberapa sumbangan lain terkait acara

yang akan diadakan oleh gereja.

Rancangan penelitian ini di gambarkan dalam bagan yang di tampilkan

sebagai berikut:

ANGGARAN GEREJA
( Anggaran Pendapatan & Belanja)

PENERAPAN

GOOD CHURCH GORVERNANCE


(Transparansi, Partisipasi,
Akuntabilitas)

PARTISIPASI ANGGARAN

HOME COMMUNITY CHURCH


PALU

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Diolah Oleh Peneliti 2021
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, menurut

Creswell, (2016) metode deskriptif - kualitatif termasuk paradigma penelitian

post-positivisme. Penelitian post-positivisme adalah Hubungan antara

pengamat atau peneliti dengan objek atau realitas yang diteliti tidaklah bisa

dipisahkan. Asumsi ini adalah suatu hal yang tidak mungkin mencapai atau

melihat kebenaran apabila pengamat berdiri di belakang layar tanpa ikut

terlibat dengan objek secara langsung.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mendeskripsikan suatu peristiwa maupun kejadian yang

terjadi pada saat ini. Adapun menurut Sukmadinata, (2006) penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena - fenomena yang ada, baik fenomena alamiah

maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan

antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya. Tujuan dari

penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan

secara sistematis, faktual akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sehubungan dengan penelitian

ini, metode tersebut bertujuan untuk menunjukkan apakah tata kelola


keuangan dalam partisipasi anggaran jemaat Gereja Home Community

Church Palu sudah baik atau belum.

3.2 Objek Penelitian

Objek didalam penelitian ini meliputi penerapan Good Church

Governance dalam partisipasi anggaran jemaat Gereja Home Community

Church Palu. Pada penelitian ini, penulis menganalisis penerapan Good

Church Governance dalam partisipasi anggaran jemaat Gereja Home

Community Church Palu

3.3 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi situs adalah Gereja Home

Community Church yang berlokasi di Towua – Ruko Graha Kota Palu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, ada beberapa teknik atau metode

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini terdiri dari beberapa metode sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan

langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti.

Menurut Kristanto, (2018) observasi adalah suatu proses yang didahului

dengan pengamatan kemudian pencatatan yang bersifat sistematis, logis,

objektif, dan rasional terhadap berbagai macam fenomena dalam situasi yang

sebenarnya, maupun situasi buatan.


2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

langsung kepada pihak-pihak pengurus Gereja yang bersangkutan dengan

objek penelitian untuk memperoleh data-data yang tidak terdapat dalam

bentuk dokumen. Dalam penelitian ini, yang menjadi narasumber ialah

Pendeta, Majelis, dan Jemaat Gereja.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

gambar dari sudut pandang subjek melalui media tertulis dan dokumen

lainnya yang ditulisan atau dibuat oleh subjek yang bersangkutan. Data

dokumentasi diperoleh dari gambaran umum Gereja dana arsip-arsip Gereja

mengenai pelaporan keuangan dari ketua dan bendahara Gereja Home

Community Church.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014: 246) teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data

kualitatif. Dalam penelitian ini ada 3 tahapan dalam analisi data, yaitu :

a. Reduksi Data

Tahapan reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan,

penyederhanaan, abtraksi dan pentransformasian data mentah yang dihasilkan

dari catatan lapangan. Pada tahapan ini data hasil transkip wawancara dengan

proses pertanggung jawaban keuangan bendahara. Adapun proses pengajuan

anggaran, pelaksanaan, pelaporan pertanggung jawaban keuangan.


b. Penyajian Data

Tahapan penyajian data merupakan proses penyajian data dari hasil

transkip wawancara dan dokumen yang telah diredukasi dalam bentuk teks

naratif atau kata-kata. Pada tahapan ini data-data hasil transkip wawancara

dan dokumen yang dituangkan dalam teks naratif atau kata-kata untuk

menjawab rumusan masalah sehingga menghasilkan informasi yang jelas dan

dapat dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tahapan merumuskan makna atau

memutuskan kesimpulan dari data yang telah disajikan dalam teks naratif

secara menyeluruh. Tujuan dari penarikan kesimpulan untuk mengasilkan

informasi akhir yang lebih jelas, ekslisit dan mendasar. Berikut adalah

diagram analisis data:

Gambar 3.1

Diagram analisis data


3.6 Alur Konsep Penelitian

Alur dalam penelitian ini yaitu, meliputi menyusun proposal

penelitian, melakukan pengumpulan data dan menulis hasil dari penelitian

tersebut. Adapun dalam melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan

pengkajian dokumen dan mewawancarai narasumber dan informan yang

terkait. Wawancara di lakukan pada gembala dan jemaat di gereja. Adapun

setelah wawanacara dilakukan, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan

data, kemudian menganalisis dan menarik kembali kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Aguita, M., Sitindjak, R. H. I., & Frans, S. M. (2019). Implementasi Konsep


“Homie Holistic” pada Redesain Interior Gereja Kristen Kalam Kudus
Jayapura. Intra, 7(2), 47–53.

Anggayana, I. P. N., & Wirajaya, I. G. A. (2019). Pengaruh Prinsip-Prinsip Good


Governance Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Keuangan Lembaga
Perkreditan Desa Kota Denpasar. E-Jurnal Akuntansi, 29(1), 571–583.

Atmaja, A. K. W. (2009). Gereja Kristen Indonesia Di Babarsari, Yogyakarta.


UAJY.

Brownell, P. (1982). Brownell, Peter, 1982, The Role of Accounting Data in


Performance Evaluation, Budgetary Participation, and Organizational
Effectiveness, Journal of Accounting Research, Vol 20, pp 12-27. Journal of
Accounting Research, 12–27.
Creswell, J. W. (2016). Research design: pendekatan metode kualitatif, kuantitatif,
dan campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 5.

Darmawati, D., Khomsiyah, K., & Rika, G. R. (2004). Relationship between


Corporate Governance and company performance. Proceedings of VII
National Symposium on Accounting, Denpasar, 234–242.

Halim, A., & Kusufi, M. S. (2012). Akuntansi sektor publik. Jakarta: Salemba
Empat.

Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis


Ilmiah (KTI). Yogyakarta: Deepublish.

Londong, J. P. (2019). Pemaknaan Good Corporate Governance Dalam


Mewujudkan Tri Panggilan Gereja (Bersaksi, Bersekutu, Melayani). Paulus
Journal of Accounting (PJA), 1(1), 42–50.

Mardiasmo, M. (2006). Perwujudan transparansi dan akuntabilitas publik melalui


akuntansi sektor publik: suatu sarana good governance. Jurnal Akuntansi
Pemerintah, 2(1), 1–17.

Meriani, M. M., & Wenny, C. D. (2017). Penerapan Good Corporate Governance


pada Organisasi Nirlaba dan Organisasi Profit Oriented. STIE Multi Data:
Palembang.

Mukhtaruddin, M., Ubaidillah, U., Dewi, K., Hakiki, A., & Nopriyanto, N.
(2019). Good corporate governance, corporate social responsibility, firm
value, and financial performance as moderating variable. Indonesian Journal
of Sustainability Accounting and Management, 3(1), 55–64.

Nordberg. (2011). Nordberg, D. (2011). Corporate Governance and the Board. In


S. O. Idowu, & C. Louche, Theor and Practice of Corporate Social
Responsibility.

Nurhidayah, V. (2020). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja


Keuangan pada Perbankan di BEI STIE Sutaatmadja Subang. Prisma
(Platform Riset Mahasiswa Akuntansi), 01, 132–142.

PSAK. (2011). Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Pernyataan Standar Akuntansi


Keuangan No. 45 (Revisi 2011)-Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba.
Jakarta.

Sarafina, S., & Saifi, M. (2017). Pengaruh good corporate governance terhadap
kinerja keuangan dan nilai perusahaan (Studi pada Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015).
Jurnal Administrasi Bisnis, 50(3), 108–117.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan:(pendekatan kuantitatif,


kualitatif dan R & D). Alfabeta.

Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Graha Aksara.

Trisno, A., Lapian, M., & Pangemanan, S. (2017). Penerapan Prinsip-Prinsip


Good Governance Dalam Pelayanan Publik Di Kecamatan Wanea Kota
Manado. Jurnal Eksekutif, 1(1).

Wulandari, K. M., & Muliartha, K. (2019). Good Corporate Governance sebagai


Pemoderasi Pengaruh Financial Distress pada Opini Audit Going Concern.
E-Jurnal Akuntansi, 28(2), 1170.

Anda mungkin juga menyukai