Anda di halaman 1dari 34

PENDAHULUAN

Gereja Kristen Jawa (GKJ) adalah salah satu organisasi gereja yang berkembang di

Indonesia, khususnya di antara masyarakat Jawa. Secara sinodal GKJ melayani jemaat

Kristen yang ada di Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan GKJ, baik secara spiritual maupun institusional, aspek

pelayanan dan kepemimpinan di jemaat-jemaat lokal terus mengalami peninjauan dan

penataan. Salah satu di antaranya adalah penataan sistem dan proses rekutmen dan seleksi

pelayan dan pemimpin jemaat dalam jabatan pendeta. Hal ini dilatarbelakangi oleh

pemahaman dan kenyataan bahwa peran pendeta sangat penting dalam rangka menggulirkan

kepemimpinan organisasi dan pelayanan keimanan di jemaat-jemaat GKJ. Dalam kerangka

berpikir itulah maka penataan organisasi dan pengadministrasian pelayanan gereja menjadi

hal yang penting. Salah satu aspek dalam rangka penataan organisasi dan administrasi

pelayanan adalah adanya sistem dan proses rekrutmen dan seleksi pendeta yang sungguh-

sungguh terencana, inovatif, efisien dan efektif. Dalam hal inilah GKJ sendiri mengakui

bahwa sistem dan proses rekrutmen Pendeta yang berlaku secara sinodal dan konseptual

sesuai dengan teori-teori manajemen sumber daya manusia masih terus mengalami evaluasi

dan peninjauan. GKJ masih terus mencari dan mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi

pendeta yang sesuai dengan sifat dan budaya organisasi dalam gereja sendiri.1

Secara mendasar, penataan organisasi dan administrasi pelayanan GKJ dilakukan

berdasarkan Alkitab sebagai norma fundamental kehidupan Kristiani dan Tata Gereja serta

Tata Laksana GKJ sebagai acuan untuk menyelenggarakan kegiatan yang bersifat ke luar

maupun ke dalam.Dalam melaksanakan tugas panggilannya, GKJ menata diri secara

bertanggung jawab demi kemuliaan Allah dan martabat manusia. Tatanan kehidupan bersama

ini memberi ruang kemandirian bagi jemaat-jemaat setempat sembari mewujudkan

1
Wawancara dengan Ketua Sinode GKJ, 16 Februari 2019.

1
kebersamaan, baik di aras klasis dan sinode, dalam rangka memwujudkan karya Allah yang

hidup berdasarkan pada Alkitab, Pokok Pokok Ajaran, Tata Gereja, dan Tata Laksana GKJ.

Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ disusun oleh persidangan Sinode dan dievaluasi

secara periodik guna menyesuaikan perubahan yang terjadi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan

gereja yang bersifat internal maupun eksternal harus memperhatikan lingkungan dan kondisi

jemaatnya sehingga memungkinkan terjadi perbedaan kegiatan antara satu gereja dengan

gereja yang lain.

Sebagai gereja yang beraliran Calvinis, GKJ memiliki pandangan bahwa sistem

organisasi dan kepemimpinan di dalam gereja (Eklesiologi) harus berdasarkan Alkitab dan

melibatkan semua unsur di dalam keanggotan jemaat, terutama anggota jermaat yang

mendapat penunjukan dan pengurapan sebagai pelayanan khusus. Di GKJ ada tiga jabatan

pelayan khusus, yaitu Pendeta, Penatua, dan Diaken.Konsep pelayan khusus inilah yang

menjadi salah satu unsur penting bagi GKJ dalam membangun dan mengembangkan

eklesiologinya.Berdasarkan hal tersebut GKJ merumuskan sistem organisasi sinodalnya dan

sistem kepemimpinan presbiterialnya.Dari sini kemudian GKJ melaksanakan tri tugas

panggilan gerejanya, yaitu bersekutu, bersaksi, dan melayani.Sementara itu GKJ ikut serta

dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat Indonesia.

Sebagai sebuah badan atau lembaga, Sinode adalah organisasi yang dilengkapi oleh

organ-organ sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. GKJ memiliki tiga aras organisasi yang

secara hirarki berawal dari aras jemaat. Jemaat adalah persekutuan organisasi anggota-

anggota gereja GKJ yang berada di satu lokasi pemukiman tertentu (desa atau kota). Jemaat

ini dipimpin oleh Majelis Jemaat. Beberapa jemaat yang dimaksudkan di atas, yang berada di

satu daerah yang sama (kabupaten atau propinsi) membentuk satu organ yang disebut Klasis.

Klasis ini dipimpin oleh Ketua Klasis.Kemudian jemaat-jemaat dan klasis membentuk sebuah

organisasi gereja yang disebut Sinode. Jadi Sinode adalah aras organisasi yang menaungi

2
Klasis dan Jemaat. Ia menjadi wadah yang menyelenggarakan sidang atau rapat umum

sinodal yang membicarakan hal-hal, permasalahan, dan program yang dihadapi bersama

sebagai satu organisasi Gereja. Aras sinode ini dipimpin oleh Majelis Sinode. Demikian yang

terjadi sampai sekarang ini sehingga terkesan bahwa ada hirarki di GKJ menurut aras Jemaat,

Klasis, dan Sinode. Di ketiga aras ini kepemimpinan dan pelayanan pendeta sangat penting.

Pendeta menjadi ketua Sinode, ketua Klasis, dan ketua Jemaat.Oleh sebab itu diperlukan

pendeta yang memiliki kemampuan pelayanan dan kepemimpinan organisasi yang dapat

diandalkan bagi pertumbuhan dan perkembanganh gereja GKJ. Dalam kerangka inilah GKJ

menerapkan sistem dan proses rekrutmen dan seleksi pendeta sebagai bagian dari upaya

mengembangkan manajemen sumber daya manusia di dalam organisasi.

Menurut Suwati (2013), sumber daya manusia adalah salah satu dari sekian banyak

faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan organisasi. Salah satu cara untuk mampu

bersaing adalah dengan mencari dan merekrut Pendeta yang baik, serta memiliki kemampuan

dan keahlian. Tetapi masalah yang sering terjadi adalah munculnya kesenjangan antara

kebutuhan kepemimpinan dan kepelayanan di jemaat dengan ketersediaan pendeta yang

memiliki motivasi dan kompetensi yang diharapkan. Selain itu Sinode GKJ tidak dapat

mempertahankan Pendeta untuk bertahan di satu jemaat karena pendeta lebih memilih untuk

pinda ke jemaat yang lain bila ada masalah antara jemaat dengan pendetanya. Oleh sebab itu

persoalan yang muncul adalah bagaimana melakukan rekrutmen dan seleksi yang baik

sehingga GKJ akan mendapatkan pendeta yang memiliki motivasi dan kompetensi yang

diharapkan dapat mengisi kepemimpinan dan kepelayanan di jemaat-jemaat GKJ.

Muandar (2001) berpendapat bahwa seleksi adalah suatu rekomendasi atau suatu

keputusan untuk menerima atau menolak seorang calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkan

suatu dugaan tertentu tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga

kerja yang berhasil pada pekerjaannya.

3
Dalam bukunya Siagian (2016) dinyatakan bahwa proses rekrutmen dimulai pada

waktu diambil langkah mencari pelamar dan berakhir ketika para pelamar mengajukan

lamarannya. Artinya, secara konseptual dapat dikatakan bahwa langkah yang segera

mengikuti proses rekrutmen, yaitu seleksi, bukan lagi merupakan bagian dari rekrutmen. Jika

proses rekrutmen ditempuh dengan tepat dan baik, hasilnya ialah adanya sekolompok

pelamar yang kemudian diseleksi guna menjamin hanya yang paling memenuhi semua

prasyaratlah yang diterima sebagai pekerja dalam organisasi yang memerlukannya (Siagian,

2016 ). Alasan mengapa proses rekrutmen dan seleksi pendeta yang dimiliki oleh Sinode GKJ

dikarenakan rekrutmen adalah proses mengumpulkan dan mencari calon tenaga kerja di

organisasi dengan cara memberitahukan kepada publik bahwa Lembaga Sinode GKJ

membutuhkan calon tenaga kerja untuk ditempatkan pada posisi tertentu sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan oleh Sinode GKJ.

Rivai dan Sagal (2009), menyatakan bahwa rekrutmen merupakan proses

menentukan dan menarik pelamar, yang mampu untuk untuk bekerja dalam organisasi.

Proses ini dimulai ketika ketika para pelamer dicari dan berakhir ketika lamaran mereka

diserahkkan/dikumpulkan.Salah satu potensi bahaya tersebut jika proses rekrutmen dan

seleksi dilakukan tanpa perencanaan (Diani 2012; Suryomarto 2009) fenomena jobhopping di

mata HRD/perekrut SDM memberi kesan negatif.

Budiantoro (2009) menjelaskan, bahwa rekrutmen dapat dinyatakan efektif apabila

dapat memperoleh pelamar sebanyak-banyaknya sesuai dengan kualifikasi kebutuhan

perusahaan dari berbagai sumber, sehingga memungkinkan akan terjaring calon karyawan

dengan kualitas tertinggi dari yang terbaik. Sehubungan dengan itu, penelitian sebelunya

(Yulianti, 2009) ketiga variabel (mengkaitkan rekrutmen dan seleksi dengan kinerja

sementara saya hanya rekrutmen dan seleksi) tidak saling memengaruhi sedangkan karya

ilmiah ini ketiga faktor tersebut saling berpengaruh.

4
Budantoro (2009), menyatakan bahwa rekrutmen dapat dinyatakan efetifk apabila

dapat memperoleh pelamar sebanyak-banyaknya sesuai dengan kualifikasi kebutuhan

perusahaan dari berbagai sumber, sehingga memungkinkan akan terjaring calon karyawan

dengan kualitas tertinggi yang positif.

Dari paparan tersebut di atas menjadi jelas bahwa betapa pentingnya proses rekrutmen, dan

seleksi pendeta bagi Sinode GKJ. Diharapkan dengan adanya proses rekrutmen, dan seleksi,

Pendeta yang baik dan efektif akan berdampak pada perkembangan GKJ kedepannya untuk

memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berperstasi.Berdasarkan uraian diatas

maka penelitian difokuskan pada rekrutmen dan seleksi Pendeta di Sinode GKJ Salatiga

dengan judul: PROSES REKRUTMEN DAN SELEKSI PENDETA DI SINODE GKJ

SALATIGA.

Rumusan Persoalan penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan persoalan-persoalan

sebagai berikut:

1. Bagaiman proses rekrutmen, dan seleksi pendeta di Sinode GKJ?

2. Apa saja kendala yang dihadapi Sinode GKJ dalam melaksanakan rekrutmen dan

seleksi pendeta?

Tujuan Penelitian

1. Menggambarkan tentang proses rekrutmen dan seleksi Pendeta di Sinode GKJ.

2. Menggambarkan kendala yang dihadapi dalam proses rekrutmen dan seleksi Pendeta

di sinode GKJ

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

5
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu

pengetauhan di bidang manajemen sumber daya manusia khususnya proses rekrutmen

dan seleksi.

Selain itu,

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbanagan penentuan

kebijakan di Sinode GKJ Salatiga terutama yang terkait dengan proses rekrutmen,

dan seleksi Pendeta.

KAJIAN TEORITIS

REKRUTMEN
a. Pengertian Rekrutmen

Penarikan karyawan yang dilakukan perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai

cara yang lazim digunakan. Tujuannya tidak lain agar tenaga kerja yang melamar

jumlahnya memenuhi harapan seperti yang diinginkan, termasuk kualifikasinya. Makin

banyak yang melamar tentu makin baik, demikian pula sebaliknya jika yang melamar

tidak memenuhi harapan atau sedikit, maka untuk memenuhi target jumlah pelamar perlu

rekrutmen. Menurut Dubois dan Rothwell (2004),rekrutmen adalah proses menarik

sebanyak mungkin kualifikasi pelamar untuk lowongan yang ada dan bukan diantisipasi.

Ini merupakan pencarian bakat, pengejaran kelompok terbaik pelamar untuk posisi

tersedia.Menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008), bahwa perekrutan merupakan kegiatan

untuk mendapatkan sejumlah pegawai dari berbagai sumber, sesuai dengan kualifikasi

yang dibutuhkan sehingga mereka mampu menjalankan misi organisasi untuk

merealisasikan visi dan tujuannya.

b. Tujuan Rekrutmen.

6
Rekrutmen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai ketika sebuah perusahan atau

organisasi memerlukan tenaga kerja dalam membuka lowongan hingga mendapatkan

calon karyawan yang diinginkan.Dengan tersedianya sejumlah calon karyawan maka

manajer memilikih yang terbaik dari calon karyawan yang memenuhi kualifikasi yang

mereka perlukan (Amirullah dan Hanafi, 2002:13).

Simamora (1997:214) menjelaskan bahwa rekrutmen memiliki tiga tujuan, yaitu: (1)

memikat sekumpulan besar pelamar kerja sehingga organisasi akan mempunyai

kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan calon-calon pekerja yang

dianggap memenuhi standar kualifikasi organisasi, (2) memperoleh karyawan-karyawan

yang merupakan pelaksana-pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan

perusahaan sampai jangka waktu yang masuk akal, dan (3) memperoleh efek luberan

(spillover effets) yakni menaikkan citra umum organisasi sehingga pelamar-pelamar yang

gagal pun haruslah mempunyai kesan-kesan positif terhadap perusahaan.

c. Metode Rekrutmen Karyawan

Menurut Hasibuan (2005:44), metode penarikan karyawan terbagi menjadi dua yaitu:

(1) metode tertutup adalah ketika penarikan hanya diinformasikan kepada para karyawan

atau orang-orang tertentu saja. Akibatnya, lamarannya masuk relative sedikit sehingga

kesempatan untuk mendapatkan karyawan yang baik sulit, (2) metode terbuka adalah

ketika penarikan diinformasikan secara luas dengan memasang iklan pada media massa

cetak maupun elektronik agar tersebar luas ke masyarakat. Dengan metode terbuka

diharapkan lamaran banyak masuk sehinggakesempatan untuk mendapatkan karyawan

yang lebih besar.

d. Prinsip-Prinsip Rekrutmen

Menurut Riyai (2008), ada sejumlah aturan atau prinsip yang perlu diperhatikan

ketika suatu perusahaan akan melakukan proses rekrutmen, yaitu sebagai berikut:

7
(1)Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Untuk itu sebelumnya perlu dibuat analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan, dan spesifikasi

pekerjaan, (2) Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang tersedia

untuk mendapatkan hal tersebut perlu dilakukan analisis kebutuhan tenaga kerja

(workforce analysis).(3)Biaya yang diperlukan diperhitungkan seekonomis mungkin.

e. Proses Rekrutmen

Untuk menciptakan suatu sistem rekrutmen yang efektif, menurut Simamora

(1997:246) para manajer sumber daya manusia, memperhatikan beberapa hal atara lain:

(1) Mendiagnosis seefektif mungkin (berdasarkan kendala waktu, sumber daya finansial,

dan ketersediaan staf pelaksana yang ada) factor-faktor lingkungan dan organisasional

yang mempengaruhi posisi yang perlu diisi dan aktivitas rekrutmen, (2) Membuat

deskripsi, spesifikasi, dan standar kinerja yang rinci, (3) Mengidentifikasi saluran-saluran

rekrutmen untuk membuka sumber-sumber tersebut, termasuk iklan, menjadwalkan

program rekrutmen, dan (5) Menyusun rencana rekrutmen yang mencakup daftar aktivitas

dan daftar untuk menerapkannya.

f. Adaptasi terhadap objek penilitian

Objek penelitian ini adalah GKJ Salatiga dan tulisan terkait seperti rekrutmen

pengerja gereja secara umum, antara lain di Gereja Kristen Sumba (GKS).Uraian berikut

menjadi acuan teoritis tentang gereja.Rekrutmen pengerja gereja GKS berlangsung

sejalan dengan sistem pemerintahan gereja yang berlaku di GKS yaitu presbiterial

sinode.Sebagai gereja yang menganut sistem presibiteral sinodal maka segala pengelolaan

pengerja gereja diatur dan dibagi secara proporsional antara pihak sinode dan jemaat.

8
R. Wayne Mondy (2008) mengatakan bahwa rekrutmen adalah salah satufungsi utama

manajemen sumber daya menusia (MSDM) yaitu sebuah proses menarik orang-orang

pada waktu yang tepat, dalam organisasi.

Proses rekrutmen yang tepat adalah rekrutmen yang didahului oleh analisis kebutuan

dan perencanaan yang matang terhadap tenaga kerja awal hingga pension guna mencapai

tujuan organisasi dan individu.

Jika kembali memiliki pada sistem rekrutmen GKS di bawah asas perbiterial sinodal,

maka dapat dikatakan bahwa: pertama sistem perekrutan seperti yang dilaksanakan GKS

saat ini bukanlah sebuah sistem yang berlangsung di atas dasar perencanaan yang jelas

bagi para mengerja gerejanya sejak awal. Hal ini terlihat ketika pihak sinode sudah selesai

merekrut, mengadakan seleksi dan menempatkan para vikaris di jemaat, mereka dibiarkan

tinggal di jemaat, dan harus menunggu memanggil/perekrutan dari jemaat yang akan

mekarte tapi msih ingin merekrut pendeta tambahan. Pada kenyataanya, hal ini menemui

kendala yaitu: perekrutan pendeta tambahan oleh jemaat masih sangat jarang.

SELEKSI
a. Pengertian Seleksi

Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setela proses
rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pelamar yang
memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan
dalam suatu perusahaan.Menurut Ivancevich (2001:211), proses memilih dari suatu daftar
pelamar kerja, orang yang terbaik yang sesuai dengan kriteria seleksi untuk posisi yang
tersedia, berdasarkan kondisi lingkungan yang ada. Seleksi adalah suatu proses pemilihan
calon tenaga kerja yang paling memenuhi syarat untuk mengisi suatu lowongan pekerjaan
(Yuni, 2012). Seleksi merupakan proses di mana organisasi berusaha mengidentifikasi
pelamar dengan pengetahuan, keterampilan dan karakteristik lain yang diperlukan untuk
membantu organisasi itu mencapai sasarannya (Noe et al, 2006: 725).

b. Proses Alat dan Tahapan Seleksi

9
Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai
akhirnya mereka memperoleh keputusan apakah ia diterma atau ditolak sebagai karyawan
baru.

Menurut Dessler (1997), Bebeberapa tahapan yang dapat digunakan dalam seleksi di

antaranya: (1) Surat-surat rekomendasi biasanya tidak terlalu diperlukan karena biasanya

mengandung pujian positif. Akan tetapi, adanya surat tersebut, paling tidak memberi

informasi bagi pihak perusahaan bahwa pelemar memiliki kredibilitas yang baik dan

terpuji, (2) Format (boring) lamaran dapat mempermudah penyeleksi untuk mendapatkan

informasi/data yang lengkap yang dibutuhkan perusahaan dari calon karyawan, (3) Tes

kemampuan merupakan instrument yang menilai kesesuaian antara para pelamar dengan

syarat-syarat pekerjaan. Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap para pelamar dengan

syarat yang telah ditetapkan,`(4) Tes potensi akademik (ability test), instrumen ini

digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan pelamar mulai dari kemampua

verbal, spft skills, keterampilan kualitatif, bukan sampai pada kecepatan presepsi, (5) Tes

kepribadian (personality test), digunakan untuk menaksir sifat-sifat (traits), karakteristik

pekerjaan yang cederung konsisten dan bertahan lama, (6) Tes psikologi dirancang untuk

menganalisis apakah para pelamar mempunyai kepribadian dan etos kerja yang baik,

dapat dimotivasi, atau sebaliknya dapaat dilakukan oleh tantangan-tantangan pekerjaan,

(7) Wawancara dilakukan untuk mengenal pelamar kerja secara langsung. Dari hasil

wawancara dapat dilakukan praseleksi, (8) Evaluasi Medis/kesehatan proses seleksi

termasuk pula evaluasi pelamar sebelum keputusan memperkerjakan karyawan dibuat.

Pemeriksa fisik oleh perawatan atau dokter perusahaan ini dapat dijadikan acuan bahwa

pelamar memiliki kesehatan yang baik

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode seleksi

Menurut Dale (2003 b: 262-3), kegunaan metode seleksi yang sesuai harus
dipertimbangkan hal-hal berikut: (1) meningkatkan validasi predictor dari keseluruhan

10
proses, (2) efektif-biaya, (3) dapat diterapkan, (4) masuk akal bagi penyeleksi dan
kahdidat, (5) dapat diterima oleh penyeleksi, manajer dan kadidat, (6) dapat diterima dan
trasparan dari staf perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan, (7) memungkinkan
untuk memberi umpan balik yang berkualitas bagi kadidat dan, (8) memberikanmengenai
citra organisasi sebagai majikan yang memiliki reputasi dan lain-lain

d. Jenis-Jenis Seleksi

Menurut Handoko (2000), pada umumnya ada tiga jenis seleksi, yaitu: (1) seleksi
administrasi, (2) seleksi tes, dan (3) wawancara. (1) Seleksi administrasi berupa
pemeriksaan apakah berkas yang dimiliki pelamar sudah sesuai dengan persyaratan yang
diminta organisasi/perusahaan seperti: ijaza, riwayat hidup, domisili /keberadaan status
yang bersangkuatan, surat lamaran, sertifikat keahlian misalnya: koputer, pasfoto,
fotokopi identitas (KTP, SIM dan lain-lain), surat keterangan pengalaman kerja, umur,
jenis kelamin, status perkawinan, surat keterangan kesehatan dari dokter, akte kelahiran,
(2) Seleksi secara tertulis, terdiri dari: tes kecerdasan (intelligence test), tes kepribadian
(personal test), tes bakat (aptitude test), (3) Seleksi tidak tertulis terdiri dari: wawancar,
praktik, dan kesehatan/medi.

e. Adaptasi terhadap objek penelitian

Sebagaimana disebut di atas objek penelitian adalah GKJ Salatiga dan literatur terkait

seleksi di gereja yang tersedia adalah di gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan

(GKSBS) dapat di jadikan sebagai teori ada kebutuhan seleksi Pendeta di gereja.

Dalam Sinodal tumbuh subur karena didukung oleh hasrat pengembangan gereja lokal

yang kuat. Maka pergerakan untuk target-target lokal itu menjadi mudah akan menjadi

lebih. Sebaliknya akan menjadi lebih sulit bila berupaya menjangkau sesuatu yang ada di

luar suasana lokal tersebut maka akan harus melakukan seleksi di GKSBS.

Sebagai individu setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda,

demikian pula calon pendeta.Misalnya kemampuan berbahasa, kemampuan menganalisa,

kemampuan berfikir, kemampuan bertindak, kemampuan mengelola, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu harus melakukan penyeleksian pelamar calon Pendeta sebagai salah satu

11
titik tolak untuk perencanaan seleksi di GKSBS (Gereja Kristen Sumatera Bagian

Selatan)

1. Syarat bakal calon pendeta :

a. Lulusan sekolah teologi yang di dukung oleh sinode GKSBS

b. Lulusan sekolah teologi yang tidak didukung oleh GKSBS, wajib mengikuti program

aplikasi yang diselenggarakan oleh GKSBS.

c. Sekolah teologi yang direkomendasikan oleh GKSBS.

2. Lamaran dilampiri dengan:

a. Daftar Riwayat hidup

b. Foto copy ijasah pendidikan teologi

c. Judul skripsi/tesis

d. Keterangan tidak beralangan menerima sakramen dari majelis jemaat

e. Bagi yang sudah menikah, melampirkan foto copy nikah

f. Bersedia mengikuti tes kesehatan di RS.

Melakukan seleksi para pelamar oleh tim yang ditunjuk oleh keputusan rapat MPS GKSBS,

seleksi yang dimaksud meliputi:

(a) seleksi administrasi (dokumen data pelamar) (b) wawancara/ percakapan meliputih

motivasi dan kesungguhan menjadi pendeta, gambaran umum (peta) jemaat-jemaat se sinode

GKSBS, kekhasan ajaran dan tata gereja, potensi/talenta yang dimilik, bahasa yang dikuasai.

(c) Psikotes (tes psikologi)

MPS menginformasikan daftar bakal calon pendeta yang lulus seleksi kepada jemaat-jemaat

seluruh GKSBS, meliputi nama, umur, status perkawinan, jenis kelamin, suku, kemampuan

bahasa, ketrampilan yang dimiliki, latar belakang teologi dan tahun lulus serta pengalaman

12
kerja/ pelayann. Bakal calon yang telah lulus seleksi, tetapi memilih untuk melayani atau

bekerja di tempat lain, dinyatakan gugur dari daftar bakal calon pendeta GKSBS.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Berdasarkan

sumber datanya, jenis data dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan data

sekunder. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dengan cara

melakukan wawancara langsung dengan narasumber Pejabat Sinode GKJ salatiga.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam mengumpulan data dan

informasi untuk penulisan proposal akhir ini yaitu dengan cara:

Riset Lapangan yaitu penulis melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data atau

informasi yang diperlukan dengan cara sebagai berikut: (a). Wawancara dalam pengambilan

data mengenai proses rekrutmen dan seleksi Pendeta Sinode GKJ Salatiga. penulis

melakukan wawancarai dengan bagian Umum/SDM melalui sebuah dialog mengenai tema

yang penulis ambil untuk memperoleh informasi yang penulis perlukan untuk mengetahui

keadaan yang berlaku di GKJ salatiga.

Teknik analisis data

Menurut Patton (2010: 280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya ke suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya
dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan
pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi urain`

Dalam melakukan penulisan ini, metode yang diakan oleh penulis adalah metode
deskriptif, yaitu menguraikan data-data yang berhasil diperoleh dari GKJ kemudian
dikaitkan dengan teori-teori yang relevan dengan pelaporan dan kemudian disimpulkan.

13
ANALISA DAN BAHASAN ANALISA

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperolah, baik dari data primer maupun data
sekunder, maka pada bagian ini Peneliti melakukan wawancara, melakukan observasi dan
mengambil dokumentasi untuk mengetahui proses rekrutmen dan seleksi pendeta secara
keseluruhan di GKJ. penulis akan menyajikan hasil pengolahan data beserta pembahasan dari
penelitian guna menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada penelitian ini.

Gambaran Umum Objek Penelitian

Gereja Kristen Jawa atau Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (disingkat GKJ) berdiri

pada pada tanggal 17 Februari 1931. GKJ adalah sebuah ikatan kebersamaan gereja-gereja

kristen jawa yang seluruhnya berjumlah tiga ratus tiga puluh tiga (333) jemaat lokal. Jemaat-

jemaat GKJ ini terhimpun dalam tiga puluh dua (32) klasis yang tersebar di enam (6)

provinsi di pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI

Jakarta dan Banten. Menurut sejarahnya jemaat – jemaat yang menjadi cikal bakal dari GKJ

berasal dari golongan masyarakat akar rumput, keluarga para pembantu rumah tangga dan

buruh membatik, anggota masyarakat kelas bawah zaman kolonial yang paling rendah status

sosialnya.

Anggota jemaat-jemaat GKJ awal sebagian adalah para warga asuhan Kyai Sadrach

Suropranoto, seorang penginjil di tanah Jawa yang menyebarkan kekristenan di kalangan

orang jawa dengan tidak mengabaikan kebudayaan dan adat-istiadat Jawa. Ia membentuk

komunitas-komunitas kristen di sejumlah besar desa-desa di Jawa dalam apa yang disebut

kelompok bibit kawit. Komunitas atau kelompok-kelompok kristen Jawa ini berkembang

secara pesat dan tersebar di puluhan desa "wiwit Segara Lor tekan Segara Kidul" (dari Laut

Utara sampai Laut Selatan). Kawasan ini mencakup daerah Menoreh, Kedu, Sindoro

Sumbing dan Warga masyarakat yang menjadi anggota jemaat GKJ.

14
Selain hal tersebut di atas, sejarah awal GKJ tidak dapat dilepaskan dari hasil

pekerjaan misi kekristenan Ny. E.J.Le Jolle de Wildt dan Petrus Sadaj. Hasil penginjilan

mereka adalah kelompok Kristen Simo yang kemudian pindah ke Nyemoh (dekat Bringin

Salatiga). Jemaat kristen Jawa ini juga berasal dari kelas, sosial yang sama, yaitu masyarakat

kelas bawah, karena kelompok Simo – Nyemoh inipun berasal dari kaum batur dan sebagian

kecil berasal dari golongan mager sari.

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PENDETA DI SINODE GKJ

Pendeta

Menurut Tata Gereja GKJ Pendeta adalah jabatan gerejawi, baik yang bersifat

fungsional maupun struktural, yang dianugerahkan kepada seseorang yang dipanggil, dipilih,

dan ditahbiskan/diteguhkan untuk melayani jemaat penuh waktu dengan tugas utama

mengajar dan melayankan sakramen dengan keluasan pelayanan aras jemaat, klasis, sinode,

dan gereja-gereja lain dalam ikatan oikumene. Di Sinode GKJ ada beberapa kelompok

pendeta, seperti yang akan diuraikan di bawah ini:

Pendeta konsulen

Pendeta konsulen adalah pendeta yang diperbantukan ke gereja yang belum memiliki

pendeta atau pendetanya sudah emeritus atau pendetanya tidak dapat melaksanakan tugas dan

fungsinya.

Tugas pendeta konsulen ada tiga macam yaitu: (1) melaksanakan tugas-tugas

kependetaan sebagaimana tugas pendeta yang tercantum dalam pasal 10 ayat 2 tata gereja ini.

(2) memotivasi dan mendampingi gereja yang dibantu pelayanannya. (3) melaporkan

pelaksanaan tugas konsulensi kepada sidang klasis berikutnya.

15
Pendeta Emeritus

Pendeta emeritus adalah pendeta yang diberi penghargaan oleh gereja karena telah

mencapai usia 60 atau karena alasan khusus yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pendeta Pelayanan Khusus (PPK)

Pendeta Pelayanan Khusus (PPK) adalah pendeta yang dipilih, ditahbiskan/diteguhkan

dan diutus untuk tugas-tugas khusus sesuai kebutuhan gereja, klasis, sinode atau atas

permintaan lembaga tertentu.

Tugas pendeta pelayanan khusus ada tiga macam yaitu: (1) Melaksaanakan tugas

sesuai dengan kebutuhan pelayanan khusus gereja, klasis dan sinode atau lembaga yang

membutuhkan.(2) Menjaga hubungan baik dengan gereja pengutus melalui keterlibatan

kegiatan-kegiatan gereja sepanjang tidak mengganggu tugas pokok sebagai PPK.(3)

Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada gereja atau klasis atau sinode yang mengutus

dengan tembusan kepada lembaga yang dilayani.

Biaya Hidup Pendeta Pelayanan Khusus

Ada 2 (dua) Hal Yaitu: (1) Biaya hidup PPK dituangkan oleh lembaga yang akan

dilayani sesuai dengan peraturan yang bberlaku di lembaga tersebut. (2) apabila biaya hidup

yang diberikan oleh lembaga tersebut, ternyata lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh

GKJ maka:(a) Bagi PPK aras Sinode, Sinode GKJ berkewajiban menanggung kekurangannya

sesuai dengan perjanjian sebelim pengutusan. (b) Bagi PPK aras Klasis, Klasis yang

bersangkutan berkewajiban menanggung kekurangannya sesuai dengan perjanjian sebelum

pengutusan. (c) Bagi PPK aras Jemaat, Jemaat yang bersangkutan berkewajiban menanggung

kekurangannya sesuai dengan perjanjian sebelum pengutusan.

16
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pendeta Pelayanan Khhusus

Ada 3 (tiga) hal penting yaitu: (1) PPK wajib terlibat dalam pelayanan gerejawi di aras

Jemaat/ Klasis/ Sinode sesuai status PPK. (2) PPK wajib menyampaikan informasi/laporan

perkembangan tugas pelayanan kepada Gereja pengutus. (3) PPK wajib menjaga etika dan

moralitasnya.

Pendeta Pelayanan Khusus yang Beralih Tugas

Pendeta Pelayanan Khusus yang Beralih Tugas adalah PPK yang akan beralih tugas

karena dipanggil untuk melayani di lembaga lain, berkewajiban memberitahu kepada Gereja

pengutus sesuai dengan aranya. Perahlian PPK hanya bisa terjadi apabila mendapat

persetujuan Gereja Pengutus dan sepengetahuan Klasis/Sinode GKJ.

Pendeta Pelayanan Khusus yang akan Mengakhiri Masa Tugas

PPK tetap maupun PPK sementara apabila akan mengakhiri masa tugas sesuai dengan

peraturan lembaga yang dilayani berkewajiban memberitahukan kepada Gereja Pengutus

sesuai dengan arasnya. (1) PPK Tetap memberitahukan 5 (lima) tahun sebelum akhir masa

tugasnya. (2) PPK Sementara memberitahukan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sebelum

akhir masa tugasnya.

Peran dan Fungsi Pendeta di GKJ

Peranan dan fungsi jabatan pendeta menempati posisi yang sangat strategis dalam

penatalayanan gereja. Kedudukan yang penting ini membuat GKJ perlu memikirkan identitas

Pendeta dan mengatur tugas-tugas dan tanggung jawabnya secara jelas. Demikian juga

halnya dengan keperluan akan kajian dan pemikiran tentang perbedaan peran dan fungsi

pendeta dengan jabatan gerejawi lainnya, yaitu penatua dan diaken. Seperti yang dilakukan di

GKJ, secara umum pendeta memiliki peran dan fungsi pelayanan yang sama dengan penatua

dan diaken. Akan tetapi dalam hal pelayanan sakramen, yaitu ritual ibadah perjamuan kudus

17
dan baptisan kudus, pendeta mendapat hak dan kewajiban khusus yang tidak dimiliki oleh

penatua dan diaken. Inilah salah satu identitas pendeta yang terkait dengan panggilannya,

yaitu sebagai pemimpin dan pelayan sakramen gereja. Di dalam ajaran GKJ, sakramen adalah

ritual ibadah khusus yang menandakan persekutuan yang suci dan kudus antara Tuhan

dengan jemaatNya dan antara jemaat dengan sesamanya. Oleh sebab itu pendeta memiliki

tanggung jawab kepemimpinan dan kepelayanan untuk membimbing jemaat dalam

menghayati dan mewujudkan hidup yang sesuai dengan persekutuan suci dengan Tuhannya.

Inilah yang menjadi salah satu identittas pendeta yang terkait dengan pangilannya sebagai

pelayan gereja. Artinya, panggilan terhadap seseorang untuk menjadi pendeta, meliputi dua

hal mendasar yaitu panggilan untuk dari diri sendiri untuk membentuk pribadi yang

beriman(panggilan dari dalam) dan panggilan oleh gereja untuk melayani jemaat (panggilan

dari luar).

Panggilan dari luar berasal dari jemaat dan terkait dengan jabatannya. Sedangkan

panggilan dari dalam berasal dari dalam pribadi seseorang,terkait dengan kesediaan dan

tanggung jawabnya. Panggilan dari luar yang berasal dari jemaat, dalam prakteknya sering

mengalami benturan dengan panggilan dari dalam. Hal ini terjadi karena panggilan jabatan,

yang terkait dengan aturan main yang berlaku di Sinode GKJ tidak bersesuaian dengan

kehidupan pribadi dan keluarga.. Hal ini menjadi masalah bagi baik bagi kepemimpinan dan

pelayanan pendeta maupun bagi kehidupan pribadi dan keluarga pendeta. Pendeta sebagai

pejabat gereja dituntut harus mengikuti aturan main yang telah ditetapkan oleh Sinode GKJ

dan melaksanakan keputusan majelis jemaat. Namun sering kali pendeta juga memiliki

pandangan dan pemahaman tersendiri yang lebih terkait dengan keadaan diri dan

keluarganya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketegangan antara pendeta dengan jemaat.

Jika hal ini dibiarkan terjadi di tengah-tengah kehidupan jemaat, maka identitas jabatan

pendeta akan menjadi kabur dan menghambat kelancaran pelayanan jemaat. Oleh sebab itu,

18
melalui rekrutmen dan seleksi pendetanya, GKJ telah mengantisipasi ketegangan itu dengan

menerapkan sebuah sistem dan proses yang memperhitungkan baik sisi kepentingan diri dan

keluarga pendeta maupun sisi kepemimpinan dan kepelayanan pendeta di jemaat.

PROSES PEREKRUTAN DAN SELEKSI PENDETA

Proses Rekrutmen dan seleksi


Meskipun di teori proses rekrutmen dan seleksi itu di pisah, tetapi setelah saya
melakukan wawancara dan setelah saya meneliti bahwa rekrutmen dan seleksi di Sinode
GKJ, itu sebagai satu kesatuan.

Kalau berbicara tentang proses rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ, maka ada dua (2)

hal yang harus dipahami, yaitu: 1. Bahwa perekrutan dan seleksi pendeta itu dijalankan

berdasarkan sistem presbiterial. Artinya bahwa rekrutmen dan seleksi pendeta itu

dilaksanakan oleh organisasi jemaat-jemaat lokal/setempat dengan dipimpin oleh majelis

jemaatnya (Presbiter). 2. Bahwa perekrutan dan seleksi pendeta di GKJ yang dilaksanakan

secara presbiterial adalah suatu sistem dimana gereja dipimpin oleh para presbiter (penatua)

keputusan tertinggi ada pada persidanagan presbiter (majelis jemaat). Gereja dipimpin oleh

pejabat-pejabat gerejawi yang secara kolektif disebut majelis jemaat. Setiap anggota Majelis

Jemaat mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada seorang pun yang lebih tinggi atau lebih

rendah dari yang lain dan masing-masing mempunyai tugasnya sendiri.Namun demikian

secara Sinodal, sebagai sebuah organisasi, Sinode dapat ikut serta dengan memberikan

pengesahan terhadap hasil rekrutmen dan seleksi pendeta yang telah dilakukan oleh jemaat

setempat/lokal. Oleh karena itu, sinode GKJ dapat mengawali prose rekrutmen dan seleksi

pendeta melalui persiapan calon-calon pendeta mulai dari jenjang pendidikan tinggi teologi

dengan merekrut dan menyeleksi para lulusan SMA atau pendidikan sederajat yang

memenuhi syarat untuk menjadi kader pendeta GKJ melalui pendidikan tinggi teologi.

Artinya, Sinode dapat menjadi bagian dari proses rekrutmen dan seleksi pendeta melalui

pengutusan dan pengkaderan mahasiswa teologi di lingkungan sinode GKJ sendiri.

19
Seleksi kader calon pendeta melalui pendidikan tinggi teologi dilakukan melalui proses

rekrutmen berupa wawancara, tes psikologi, dan tes lainnya yang dianggap relevan dengan

GKJ. Seleksi dilakukan oleh Sinode GKJ. Tujuannhya adalah untuk mendapatkan kader yang

berkualitas baik dari segi kepribadian maupun kemampuan intelektual. Kader yang terpilih

kemudian diberikan rekomendasi untuk mengikuti pendidikan tinggi teologi yang diakui dan

didukung oleh GKJ, yaitu: Fakultas Teologi UKSW, Fakultas Teologi UKDW, STT Jakarta,

Fakultas Teologi Universitas Kristen Surakarta, dan Sekolah Kristen MARTURIA

Jogjakarta. Lima (5) sekolah tinggi teologi inilah yang punya hak penuh dalam

mempersiapkan kader atau calon pendeta GKJ yang nantinya akan direkrut dan diseleksi oleh

jemaat untuk menjadi vikaris dan pendeta.

Setelah sinode GKJ memutuskan siapa saja yang lulus menjadi kader GKJ, maka sinode

akan mendukung secara penuh proses pendidikan para kadernya dengan menyediakan dan

memberikan beasiswa. Dan selama pendidikan teologi berlangsung bagi para kadernya,

sinode GKj terus memantau perkembangan kepribadian dan kemampuan akademik. Dengan

demikian proses pengkaderan yang dilakukan oleh sinode menjadi bagian dari seluruh proses

rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ. Atau dengan kata lain, proses rekrutmen dan seleksi

pendeta di GKJ telah dimulai ketika sinode GKJ merekrut dan menyeleksi para kader yang

akan disekolahkan pada salah satu pendidikan tinggi teologi yang diakui. Sinode GKJ

menyebut ini sebagai continue education. Dengan cara itu GKJ memahami bahwa ketika

mahasiswa teologi mendapat dukungan beasiswa dari sinode maka proses seleksi dan

rekrutmen telah dimulai. Oleh sebab itu sinode GKJ bertanggung jawab untuk mendampingi

proses pendidikan para kadernya.

Setelah para kader ini menyelesaikan studinya, mereka memasuki tahap selanjutnya

dalam proses rekrutmen dan seleksi, yaitu masa vikaris. Dalam gereja-gereja Protestan

vikaris adalah nama yang diberikan kepada seseorang yang dipersiapkan untuk menjadi

20
pendeta. Di GKJ, proses rekrutmen dan seleksi vikaris dilakukan oleh Jemaat dalam kordinasi

dengan Sinode. Lulusan sekolah teologi melamar ke Jemaat untuk menjadi Vikaris dalam

sepengetahuan Sinode. Jemaat setempat menentukan apakah lamaran itu diterima atau ditolak

berdasarkan beberapa kriteria, misalnya apakah calon vikaris itu lulus dari sekolah teologi

yang diakui oleh Sinode GKJ atau tidak. Selain itu setiap jemaat mempunyai cara seleksi

tersendiri terhadap calon vikaris. Secara umum akan dilihat indeks prestasi (IP). Lulusan

yang diterima biasanya yang memiliki IP di atas 2,75. Selain itu dilakukan wawancara untuk

mengetahui motivasi calon vikaris. Pelamar juga harus menyerahkan Surat Baptis, Surat Sidi,

dan Surat Keterangan Berjemaat. Apabila pelamar berasal dari luar gereja GKJ maka

diharuskan menyerahkan Surat Keterangan Keanggotaan Gereja dan kalau diperlukan Surat

Rekomendasi dari gereja asal. Pelamar dari gereja di luar GKJ harus menjadi anggota gereja

yang seazas yang ditandai oleh keanggotaan dalam PGI. Apabila ada lebih dari satu pelamar

maka akan dilakukan seleksi melalui tes pengetahuan sejarah GKJ dan Ajaran GKJ. Bila

dinyatakan diterima atau dinyatakan lulus tes vikaris, maka dimulailah masa vikaris di

jemaat.

Vikaris harus hidup di tengah jemaat dan melayani jemaat di bawah bimbingan dan

pengawasan majelis jemaat setempat (para presbiter). Masa vikaris ini berlangsung kurang

lebih dua (2) tahun. Untuk melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap Vikaris,

majelis jemaat membentuk sebuah komisi khusus yang bertugas melakukan penilaian apakah

seorang vikaris dapat dinyatakan lulus dan diangkat menjadi pendeta atau tidak. Bila komisi

khusus ini menilai bahwa vikaris atau calon pendeta tersebut lulus maka akan disampaikan

kepada seluruh anggota jemaat dan kepada sinode GKJ untuk selanjutnya ditetapkan menjadi

pendeta melalui ibadah peneguhan di jemaat. Ibadah peneguhan pendeta dipimpin oleh

Sinode dan dihadiri oleh pendeta-pendeta lain, baik dari sinode GKJ maupun gereja lain yang

seazas. Dengan demikian dapat dilihat bahwa proses rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ

21
terjadi melalui proses yang panjang dan tahapan yang sangat jelas. Proses dan tahapan itu

mencakup seleksi kader GKJ oleh Sinode, seleksi vikaris oleh jemaat, dan seleksi Pendeta

oleh jemaat.

Seperti yang dipaparkan di atas bahwa para kader GKJ yang lolos seleksi dan masuk di

fakultas teologi akan mendapat beasiswa dari sinode GKJ. Selain itu mereka juga mendapat

pendampingan dari para pendeta GKJ yang telah ditunjuk oleh sinode untuk mendampingi

mahasiswa teologi GKJ. Para pendeta pendamping ini menjadi semacam orang tua asuh yang

memberikan dorongan dan motivasi agar ke depan para kader ini dapat mengisi

kepemimpinan dan kepelayanan di GKJ. Sistem ini menjadi peragaan dari sifat sinodal GKJ

dan sekaligus pewujudan sifat presbiterialnya. Artinya walaupun rekrutmen dan seleksi

pendeta dilakukan oleh jemaat masing-masing (prebiterial), akan tetapi sinode juga ikut serta

dalam mempersiapkan calon-calon vikaris yang akan diberikan jabatan pendeta. Di sisi lain,

bila satu jemaat sudah memiliki pendeta, jemaat itu tetap memiliki tanggung jawab untuk

mempersiapkan kader, vikaris, dan calon pendeta GKJ yang bisa ditempatkan di jemaat lain

di lingkungan sinode GKJ. Rekrutmen dan seleksi yang dilakukan di jemaat secara

presbiterial terdiri dari empat tahap, yaitu: Perkenalan, Ujian pra Vikaris, Pembimbingan

Vikaris, dan Ujian akhir Vikaris. Bila semua tahap ini dapat dilewati maka akan dilanjutkan

dengan peneguhan pendeta. Di GKJ, semua proses rekrutmen dan seleksi vikaris sampai

pendeta dilakukan oleh jemaat. Setelah jemaat menyatakan bahwa seseorang diterima

menjadi vikaris dan lulus masa vikaris serta siap diteguhkan menjadi pendeta, maka jemaat

melaporkan kepada Sinode meminta kesediaan Sinode untuk memimpin ibadah peneguhan

pendeta.

Sistem seleksi pendeta di GKJ dimulai dari perekrutan mahasiswa utusan GKJ di sekolah-

sekolah tinggi teologi yang diakui oleh sinode GKJ. Hal-hal yang menjadi kriteria antara lain

adalah seleksi adminitratif dan kesehatan serta prestasi studi. Bila seseorang telah lulus dari

22
sekolah tinggi teologi dengan gelar Sarjana Teologi, maka ia dapat masuk dalam tahap

selanjutnya, yaitu seleksi calon vikaris melalui perkenalan di jemaat selama tiga (3) bulan.

Bila tahap ini dapat dilalui maka ia melanjutkan ke tahap vikaris yang dievaluasi setiap enam

(6) bulan. Masa vikaris berlangsung selama kurang lebih dua (2) tahun. Bila dinyatakan lulus

vikaris, maka akan dilanjutkan dengan peneguhan atau pentahbisan pendeta dalam ibadah

yang dipimpin oleh Sinode dengan dihadiri oleh para pendeta. Kehadiran para pendeta adalah

untuk melakukan penumpangan tangan dalam pentahbisan pendeta.

Dalam tahap awal perekrutan dan seleksi, yaitu di masa menjadi mahasiswa teologi, para

kader diwajibkan masuk dalam lembaga kemahasiswaan internal SINODE GKJ yang

diseebut Persekutuan Mahasiswa Teologi asal GKJ. Melalui berbagai kegiatan mereka di

sinode dan di beberapa tempat, mereka diperkenalkan dengan sejarah GKJ dan diseleksi

berdasarkan kemampuan akademik dan kepribadian mereka. Bagi mahasiswa yang tidak

memenuhi kriteria dapat saja dihentikan statusnya sebagai kader GKJ, misalnya seorang

mahasiswa teologi yang tidak memiliki IPK minimal 2,75 akan dihentikan statusnya sebagai

kader GKJ dan tidak dapat diterima menjadi calon pendeta/vikaris.

Seleksi kader calon pendeta melalui pendidikan tinggi teologi dilakukan melalui proses

rekrutmen berupa wawancara, tes psikologi, dan tes lainnya yang dianggap relevan dengan

GKJ. Seleksi ini dilakukan oleh sinode GKJ. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kader

yang berkualitas baik dari segi kepribadian maupun kemampuan intelektual.

Kendala Dalam Proses Rekrutmen dan Seleksi pendeta

 Kendala dalam Proses Rekrutmen

Menurut informan yang adalah salah satu pimpinan Sinode GKJ bahwa proses

rekrutmen pendeta di jemaat-jemaat GKJ selama ini berjalan lancar karena dilaksanakan

menurut aturan dan sistem yang telah ada. Namun demikian ada kendala-kendala kecil

23
yang bersifat teknis, seperti bagaimana melakukan seminarium yang memadai bagi para

vikaris. 2 Seminarium adalah sebuah kegiatan untuk membentuk spiritualitas calon

pendeta. Kegiatan ini memerlukan waktu, fasilitas, dan pendanaan yang harus disiapkan

bersama dilaksanakan secara bersama dan difasilitasi oleh klasis dan sionde. Kegiatan

seminarium ini biasanya dilaksanakan selama 3 – 7 hari (satu minggu). 3 Selain itu,

kesiapan diri para calon vikaris atau calon pendeta untuk mengikuti kegiatan seminarium

ini sering mengalami masalah karena sebelum dinyatakan lulus seleksi calon vikaris,

biasanya mereka sudah mulai ikut serta dalam kegiatan pelayanan di jemaat. Namun

demikian sinode GKJ tetap berusaha mengatasi kendala ini dengan mengatur jadwal

kegiatan seminarium yang tidak mengganggu jadwal pelayanan para calon vikaris di

jemaat, baik di jemaat asalnya maupun jemaat yang akan menjadi tempat melaksanakan

vikaris bila dinyatakan diterima. Seminarium ini sangat penting karena melaluinya para

calon vikaris mendapat kesempatan untuk mengikuti pembinaan mental dan spiritual

sebagai calon vikaris.4

Kendala lain dalam proses rekrutmen adalah tentang permintaan jemaat terhadap

calon pendeta laki-laki dan/atau perempuan. Masih ada jemaat yang lebih menginginkan

calon pendeta laki-laki dari pada calon pendeta perempuan. Mungkin saja ini

berhubungan dengan apriori bahwa laki-laki lebih gesit dan bisa menyesuaikan diri

dengan waktu dan kondisi di jemaat. Namun demikian sinode GKJ terus berusaha

memberikan pemahaman kepada jemaat bahwa dalam hal kepemimpinan dan

kepelayanan pendeta, hal gender tidak perlu menjadi persoalan. Pendeta laki-laki dan

pendeta perempuan memiliki potensi dan kompetensi yang sama. GKJ memnberikan

kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk memimpin dan melayani

2
Wawancara dengan Sekum Sinode GKJ di Salatiga, 10 Februari 2019.
3
Wawancara dengan Vikaris IS, 12 Februari 2019.
4
Wawancara dengan Ketua Sinode GKJ, 16 Februari 2019.

24
jemaat. Kekurangan dan kelebihan masing-masing pendeta terletak pada karaktek,

mental, dan spiritualnya masing-masing.5

 Kendala dalam Proses Seleksi.

Selain kendala tersebut di atas, masih ada juga calon pendeta yang mengalami

kesulitan untuk melewati proses seleksi karena ada pribadi-pribadi dalam tubuh Majelis

jemaat yang ingin mempertahankan kekuasaannya. Dengan kata lain, kehadiran pendeta

dilihat sebagai ancaman atau saingan bagi dirinya. Ini menjadi kendala tersendiri bagi

proses seleksi dan rekrutmen pendeta di GKJ. Menghadapi persoalan ini sinode GKJ terus

berupaya memberikan pemahaman yang benar tentang tugas dan peran pendeta di jemaat

berdasarkan prinsip Prebiterial Sinodal yang dianut oleh GKJ.6

Kendala utama dalam seleksi adalah hal kepribadian dan kemampuan akademik.

Jemaat-jemaat memiliki standar moral dan kepribadian serta kemampuan akademik yang

semakin hari semakin tinggi bagi seorang calon pendeta. Belum lagi harapan jemaat akan

kemampuan kepemimpinan dan kepelayanan calon pendeta yang diharapkan oleh jemaat

sudah seperti pendeta-pendeta pada umumnya. Sementara para lulusan fakultas teologi

yang melamar menjadi calon pendeta adalah para pemuda/pemudi yang masih dalam

proses pembentukan identitas, spiritualitas, dan ketrampilan memimpin. 7 Di sinilah

seringkali terjadi kesenjangan antara harapan jemaat dengan kondisi objektif calon-calon

pendeta. Namun demikian masalah ini dapat diatasi dengan cara menjadikan masa vikaris

bukan hanya sebagai masa seleksi tetapi juga masa pembimbingan dan pembentukan

identitas dan ketrampilan melayani bagi para calon pendeta. Dengan kerangka ini maka

sistem seleksi dilakukan secara bersamaan dengan sistem mentoring.

5
Wawancara dengan Sekum Sinode GKJ, 10 Februari 2019.
6
Wawancara dengan Ketua Sinode GKJ, 16 Februari 2019.
7
Wawancara dengan Sekum Sinode GKJ, 10 Februari 2019.

25
SYARAT-SYARAT UNTUK MENJADI PENDETA

Menurut Tata Gereja Sinode GKJ, Syarat-syarat menjadi Pendeta meliputi: (1) warga dewasa

GKJ atau gereja lain yang seasas, tidak sedang dalam penggembalaan khusus dan dipandang

layak untuk menjadi seorang Pendeta; (2) Telah menamatkan studi teologi sekurang-

kurangnya pada jenjang S1 dari pendidikan teologi yang didukung oleh Sinode GKJ; (3)

Bersedia menerima Pokok-pokok Ajaran GKJ serta Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ; (4)

Memiliki kemampuan dan bersedia untuk menjadi Pendeta sebagai panggilan spiritual; (5)

Syarat tambahan dapat ditentukan Majelis

Gereja sesuai dengan konteks kebutuhan setempat sepanjang tidak bertentangan dengan

jiwa syarat syarat Proses Pemanggilan, Pemilihan dan Penahbisan/Peneguhan, meliputi : (1)

Proses pemanggilan, pemilihan dan penahbisan/peneguhan Pendeta melibatkan Klasis dan

Sinode GKJ; (2) Pemanggilan Pendeta dari seorang yang belum berjabatan Pendeta dilakukan

melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan, pendampingan, ujian

calon Pendeta, vikariat dan penahbisan sesuai peraturan Sinode GKJ; (3) Pemanggilan

Pendeta dari seorang yang sudah berjabatan Pendeta dari GKJ lain dilakukan melalui proses

pencalonan, pemilihan, pemanggilan dan peneguhan sesuai peraturan Sinode GKJ; (4)

Pemanggilan Pendeta dari seorang yang sudah berjabatan Pendeta dari gereja lain yang seasas

dilakukan melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan,

pendampingan, percakapan gerejawi dan peneguhan. Proses dan mekanisme untuk hal yang

disebutkan di atas diatur oleh Majelis Jemaat. Jemaat-jemaat GKJ yang membutuhkan

pendeta akan memulai proses itu dengan menyampaikan pengumuman secara terbuka ke

jemaat-jemaat, gereja-gereja, dan sekolah-sekolah teologi bahwa jemaat bersangkutan sedang

memerlukan pendeta dan membuka pendaftaran. Dalam pengumuman itu sudah disebutkan

syarat-syarat yang ditentukan oleh masing-masing jemaat. Jemaat akan melakukan seleksi

26
dan membuat keputusan apakah menerima atau menolak. Hasil keputusan kemudian

disampaikan kepada sinode.

SIKAP GKJ TERHADAP CALON PENDETA DARI LUAR GKJ.

Gereja Kristen Jawa (GKJ) memahami dirinya sebagai bagian dari Gereja yang Kudus dan

Am. Konsep Gereja yang Kudus dan Am menunjuk pada persekutuan orang Kristen di

seluruh dunia yang dipersatukan oleh pengakuan iman bersama kepada Yesus Kristus sebagai

Tuhan dan Juruselamat manusia dan tugas panggilan bersama untuk mewartakan Injil di

dunia. Konsep Gereja yang Kudus dan Am ini kemudian melahirkan kesadaran oikumenis di

antara berbagai organisasi dan denominasi gereja di seluruh dunia. Di dalam konteks

Indonesia, kesadaran oikumenis itu mewujud di dalam sebuah organisasi kegerejaan yang

disebut Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). GKJ adalah salah satu anggota dari

PGI tersebut.

Berdasarkan kesadaran oikumenis dan keanggotaannya di dalam PGI seperti yang disebutkan

di atas, maka GKJ menerapkan kebijakan yang inklusif dalam hal rekrutmen dan seleksi

pendeta. Artinya, GKJ mengakui dan menerima jabatan kependetaan seseorang atau calon

pendeta yang berasal dari organisasi gereja lain, terutama sesama organisasi gereja yang

menjadi anggota PGI. Demikian juga sebaliknya, pendeta-pendeta GKJ dan calon-calon

pendeta yang berasal dari GKJ dapat direkrut dan diseleksi oleh organisasi gereja lain di

lingkungan PGI. Contohnya, ada seorang calon pendeta yang secara organisasi berasal dari

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan sekarang sedang menjalani proses rekruitmen dan

seleksi pendeta GKJ melalui masa vikariat di Jemaat GKJ 55 Salatiga. Selain itu GKJ juga

selama ini telah merekrut dan menyeleksi calon-calon pendeta yang keanggotaannya berasal

dari berbagai organisasi gereja anggota PGI, seperti Gereja Protestan di Indonesia Bagian

Barat (GPIB), Gereja Kristen Indonesia (GKI).

27
Berdasarkan informasi dari salah seorang calon pendeta GKJ yang sedang mengikuti masa

vikaris, dapat diketahui bahwa dari enam puluh orang yang mengikuti kegiatan seminarium

atau persiapan perekrutan dan seleksi pendeta GKJ di bulan Oktober 2018 yang lalu terdapat

tujuh (7) orang yang berasal dari luar GKJ. Itu berarti GKJ mengambil sikap terbuka dalam

melakukan rekrutmen dan seleksi pendeta. Untuk menjadi Pendeta GKJ tidak harus berasal

dari anggota jemaat GKJ saja atau berasal dari suku Jawa saja. GKJ menerima calon-calon

pendeta yang keanggotaannya berasal dari organisasi-organisasi gereja lain. Namun

demikian tentu saja ada batasannya, yaitu sejauh organisasi gereja yang lain itu menjadi

anggota PGI. Keanggotaan dalam PGI menjadi jaminan bahwa ada pokok-pokok ajaran iman

yang sama atau seazas.

Selain hal tersebut di atas GKJ juga terbuka dalam menerima lulusan-lulusan Fakultas

Teologi atau Sekolah Tinggi Teologi yang mendapat pengakuan dari GKJ, misalnya lulusan

dari Fakultas Teologi UKSW, Fakultas Teologi Duta Wacana, Sekolah Tinggi Teologi

Jakarta, dll.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disebut bahwa ada dua prinsip di balik sifat

keterbukaan GKJ dalam melakukan rekrutmen dan seleksi pendeta, yaitu pertama, lulusan

dari Pendidikan Tinggi Teologi yang diakui oleh GKJ, dan kedua, berasal dari organisasi

gereja yang menjadi anggota PGI.

KESIMPULAN

Pada bagian sebelumnya telah disajikan data tentang sistem rekruitmen dan seleksi pendeta

di Gereja Kristen Jawa (GKJ). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan:

1. Gereja Kristen Jawa sebagai satu organisasi gereja telah memiliki sistem rekruitmen dan

seleksi pendeta. Sistem rekrutmen dan seleksi pendeta ini adalah bagian dari Peraturan

28
Gereja GKJ yang mencakup sistem organisasi, pelayanan, dan kepemimpinan, baik di

aras sinode, klasis maupun jemaat.

2. Sistem rekrutmen dan seleksi pendeta di Gereja Kristen Jawa (GKJ) adalah bagian dari

satu proses jangka panjang yang menyangkut kaderisasi dan pengembangan sumber daya

pelayan untuk penatalayanan organisasi pelayanan dan kepemimpinan di gereja dan

jemaat. Proses ini dimulai dari pengkaderan pelayan melalui rekrutmen dan seleksi calon

mahasiswa GKJ yang diutus untuk menjalani pendidikan teologi di sekolah-sekolah

teologi yang mendapat pengakuan dari GK. Berdasarkan sistem organisasi GKJ yang

disebut sistem sinodal, maka pada tahap ini rekrutmen dan seleksi dilakukan oleh

Sinode.

3. Para kader lulusan sekolah teologi kemudian memasuki tahap rekrutmen dan seleksi

calon pendeta yan disebut Vikaris. Berbeda dengan tahap pertama, rekrutmean dan

seleksi vikaris ini dilakukan di aras Jemaat. Jadi, seorang lulusan sekolah teologi yang

adalah para kader GKJ atau para lulusan fakultas teologi dari gereja lain yang seazas dan

mendapat rekomendasi dari Sinode GKJ menyampaikan lamaran kepada satu jemaat

GKJ. Proses seleksi dilakukan oleh majelis jemaat dan satu tim khusus yang dibentuk

oleh Majelis Jemaat. Proses seleksi dan proses bimbingan dilakukan secara simultan

melalui keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan pelayanan gereja, proses interaksi

antara vikaris dengan cara pelayan lain dan anggota jemaat serta masyarakat. Proses ini

brlangsung selama dua (2) tahun.

4. Pada akhir fase vikaris sebagai satu proses seleksi dan pembinaan maka akan dilakukan

percakapan akhir antara Majelis Jemaat, Tim Khusus Seleksi Vikaris, dan Vikaris yang

bersangkutan untuk menentukan apakah seseorang akan ditahbiskan menjadi pendeta

atau tidak. Hasil percakapan tersebut akan disampaikan kepada jemaat dalam sebuah

ibadah umum. Dan bila Jemaat sudah menyetujuinya maka Majelis Jemaat akan

29
menyampaikan permohonan kepada Sinode untuk melakukan ibadah pentahbisan atau

peneguhan pendeta.

5. Dengan proses yang cukup panjang dan intensif seperti itu maka dapat disimpulkan

bahwa rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ menjadi salah satu program penting sinode

GKJ dan jemaat-jemaatnya dalam rangka mengembangkan organisasi dan sistem

pelayanannya. Selain itu proses rekrutmen dan seleksi yang intensif itu menjadi salah satu

aspek penting dalam membangun sistem dan kualitas kepemimpinan pendeta di sinode

dan jemaat.

6. Jadi dapat dikatakan bahwa Gereja Kristen Jawa sudah melaksanakan sistem rekrutmen

dan seleksi pendeta yang terprogram secara sinode dan jemaat. Namun demikian masih

perlu dilakukan evaluasi dan penyempurnaan dalam hal teknis pelaksanaan seleksi calon

vikaris di jemaat dengan menentukan kriteria-kriteria yang lebih jelas bagi calon vikaris.

Demikian juga perlu dibuat petunjuk atau pedoman pelaksanaan tugas vikaris oleh Sinode

GKJ yang menjadi acuan bagi jemaat-jemaat yang melakukan rekrutmen dan seleksi

pendeta.

7. Dalam melakukan rekrutmen dan seleksi pendeta yang dimulai dengan vikaris, jemaat-

jemaat GKJ tetap berpegang pada prinsip presbiterial. Prinsip ini menekankan

kepemimpinan kolegial di aras jemaat yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat yang terdiri

dari Pendeta, para penatua dan para diaken. Walaupun keputusan tertinggi dalam urusan

organisasi pelayanan berada di Rapat Umum Jemaat, namun dalam pelaksanaannya

majelis Jemaat memiliki wewenang dan tanggun jawab untuk menentukan cara

pelaksanaannya. Demikian halnya dalam hal rekrutken dan seleksi pendeta. Majelis

Jemaat memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh untuk merencanakan dan

melaksanakan rekrutmen dan seleksi pendeta di jemaat masing-masing. Wewenang dan

tanggung jawab ini biasanya juga didelegasikan kepada sebuah tim khusus yang dibentuk

30
oleh Majelis Jemaat. Sementara itu jemaat juga ikut serta dalam rekrutmen dan seleksi

melalui saran dan usul yang dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Secara langsung artinya jemaat dapat menyampaikan saran dan usul kepada

Majelis Jemaat. Secara tidak langsung artinya menyampaikan saran dan usul melalui

pengurus kelompok atau sektor pelayanan jemaat.

8. Berdasarkan masalah penelitian dan hasilnya maka ada beberapa isu yang menarik untuk

menjadi penelitian lanjut. Salah satu isu yang urgen untuk diteliti adalah tentang

perbandingan sistem rekrutmen dan seleksi pendeta di jemaat urban dengan di jemaat

rural pedesaan. Hal ini menjadi penting karena jemaat-jemaat GKJ tersebar baik di kota-

kota besar maupun desa-desa kecil. Selain itu isu tentang rekrutmen dan seleksi pendeta

perempuan juga menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Secara historis pendeta-pendeta

GKJ didominasi oleh laki-laki. Tetapi seiring perkembangan emansipasi perempuan maka

jumlah pendeta perempuan di GKJ mulai meningkat. Pertanyaanya adalah bagaimana

persepsi jemaat-jemaat GKJ tentang kepemimpinan pendeta perempuan. Ini hal menarik

untuk penelitian selanjutnya.

SARAN

Adapun beberapa saran yang hendak penulis berikan. Saran tersebut adalah :

 Untuk Rekrutmen Pendeta

Rekrutmen dan seleksi Pendeta di GKJ merupakan instrumen organisasi sumber daya manusi

a dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Gereja. Oleh sebab itu GKJ perlu mene

gaskan kembali prinsip-prinsip dasar rekrutmen pendeta yang sesuai dengan pemahaman teol

ogi Kristen. Di dalam teologi kristen pendeta bukan hanya seorang pemimpin dan meneger te

tapi juga seorang pendeta. Oleh sebab itu GKJ perlu menegaskan di dalam peraturan gereja te

31
ntang rekrutmen pendeta sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya gereja untuk me

lahirkan pendeta yang memiliki spiritualitas dan moralitas serta etika yang patut diteladani.

Sesuai dengan sistem organisasi GKJ yang presbiterial sinodal maka rekrutmen

pendeta dilaksanakan oleh jemaat dan dikoordinasikan dengan sinode. Hasil penelitian

dan analisis menunjukan bahwa sinode hanya melegitimasi hasil rekrutmen yang dilakuk

an oleh jemaat. Dalam hal ini dapat terjadi bahwa seleksi itu hanya menampung kepenti

ngan satu jemaat. Untuk perlu dirumuskan kembali peran sinode yang lebih strategi

s dalam rekrutmen pendeta, misalnya menguji pemahaman calon pendeta tentang sejarah

dan pokok-pokok ajaran GKJ serta keikutsertaan GKJ dalam gerakan oikumene dan pem

bangunan masyarakat, bangsa, dan negara.

 Untuk Seleksi Pendeta.

Hasil penelitian menunjukan bahwa seleksi pendeta di GKJ baik secara konseptual

maupun praktikal tidak dipisahkan dengan rekrutmen pendeta. Untuk meningkatka kualitas

seleksi pendeta maka GKJ perlu merumuskan secara terstruktur program seleksi pendeta da

n menentukan kriteria yang lebih jelas dan terukur. Program seleksi pendeta dipusatkan pad

a pijakan teologi dan isu serta program strategis secara sinodal tentang seleksi pendeta. Dan b

erdasarkan hal tersebut maka GKJ mengembangkan dalam menyeleksi pendeta-pendeta.

Gereja Kristen Jawa, hendaknya berkewajiban membuka diri dengan terus menerus

melakukan penjemaatan pemahaman tentang persamaan gender, sesuai akta sinode GKJ

1964 yang memberikan kebebasan perempuan untuk menduduki jabatan di gereja,

sehingga pada saatnya akan muncul pendeta perempuan secara seimbang dengan pendeta

laki-laki.

Bagi Sinode Gereja Kristen Jawa, perlu melakukan seleksi ke gereja-gereja yang

membutuhkan pendeta. Seleksi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria pendeta ideal di

32
jemaat tersebut, supaya tidak ada bakal calon pendeta yang merasa disakiti dengan diberi

pengharapan palsu.

Bagi calon pendeta khususnya di GKJ Salatiga, diharapkan bisa menjadi pendeta

yang ideal bagi jemaatnya, serta merasakan bahwa panggilan sebagai pendeta adalah

suatu anugerah yang Tuhan berikan.

DAFTAR PUSTAKA

33
Basir Barthos. Drs. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Darodjat, Achmad dan Tubagus. (2015). Manajemen personalia, PT Refika Aditama.
Dessler, Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Prenhallindo.
Handoko, T. Hani. (1988). Manajemen Personalia Dan sumber Daya Manusia: Yogyakarta.
Hasibuan, S.P dan H. Malayu. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Husein, Umar. (1998). Riset Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Gramedia.
Jimmy. Goal.Chr. (2014). Human Capital Manajemen Sumber Daya Manusia: Jakarta PT
Grasindo anggota Ikopi.
Kasmir (2016). Sumber Daya Manusia: Jakarta PT RajaGrafindo Persada
Siagian, Sondang P. (2016). Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Aksara.
Sinambela, Lijan. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Akasara.
Sulistiyani Ambar Teguh. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ricky W. Griffin Gregory Moorhead. (2013). Perilaku Manajemen Sumber Daya Manusia
Organisasi Jakarta: Cengage Learning.
Timpe, Dale A. (1991). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Felx
Komputindo
Wirawan (2015). Sumber Daya Manusia Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo.
Yani, H. (2012). Sumber Daya Manusia Jakarta: Mitra Wacana.

Internet:
(https://www.gkj.or.id/?pilih=halaman&aksi=arsip&id=4 (diakses Tanggal 14 Juni
2018).
https://gksbs.org/2016/02/20/konteks-dan-panggilan-gksbs-era-2016/ (diakses 02
Agustus 2018)
http://www.gksbs.org/wp-content/uploads/2010/10/BUKU-PEDOMAN-
PEMENDETAAN.pdf (diakses Juli 27 Jam 22:13)
https://www.google.co.id/search?ei=Qr9bW4GvPMKsrQHNt5fQAQ&q=rekrutme
n+pendeta+di+GKS&o=rekrutmen+pendeta+di+GKS&gs_l=psy-ab.3..33i160k1 (diakses Juli
28 Jam 08:10)
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12297/1/T1_712010035_BAB%20I.pdf
(diakses Juli 10 jam 10:12)

34

Anda mungkin juga menyukai