Gereja Kristen Jawa (GKJ) adalah salah satu organisasi gereja yang berkembang di
Indonesia, khususnya di antara masyarakat Jawa. Secara sinodal GKJ melayani jemaat
Kristen yang ada di Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan GKJ, baik secara spiritual maupun institusional, aspek
penataan. Salah satu di antaranya adalah penataan sistem dan proses rekutmen dan seleksi
pelayan dan pemimpin jemaat dalam jabatan pendeta. Hal ini dilatarbelakangi oleh
pemahaman dan kenyataan bahwa peran pendeta sangat penting dalam rangka menggulirkan
berpikir itulah maka penataan organisasi dan pengadministrasian pelayanan gereja menjadi
hal yang penting. Salah satu aspek dalam rangka penataan organisasi dan administrasi
pelayanan adalah adanya sistem dan proses rekrutmen dan seleksi pendeta yang sungguh-
sungguh terencana, inovatif, efisien dan efektif. Dalam hal inilah GKJ sendiri mengakui
bahwa sistem dan proses rekrutmen Pendeta yang berlaku secara sinodal dan konseptual
sesuai dengan teori-teori manajemen sumber daya manusia masih terus mengalami evaluasi
dan peninjauan. GKJ masih terus mencari dan mengembangkan sistem rekrutmen dan seleksi
pendeta yang sesuai dengan sifat dan budaya organisasi dalam gereja sendiri.1
berdasarkan Alkitab sebagai norma fundamental kehidupan Kristiani dan Tata Gereja serta
Tata Laksana GKJ sebagai acuan untuk menyelenggarakan kegiatan yang bersifat ke luar
bertanggung jawab demi kemuliaan Allah dan martabat manusia. Tatanan kehidupan bersama
1
Wawancara dengan Ketua Sinode GKJ, 16 Februari 2019.
1
kebersamaan, baik di aras klasis dan sinode, dalam rangka memwujudkan karya Allah yang
hidup berdasarkan pada Alkitab, Pokok Pokok Ajaran, Tata Gereja, dan Tata Laksana GKJ.
Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ disusun oleh persidangan Sinode dan dievaluasi
secara periodik guna menyesuaikan perubahan yang terjadi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
gereja yang bersifat internal maupun eksternal harus memperhatikan lingkungan dan kondisi
jemaatnya sehingga memungkinkan terjadi perbedaan kegiatan antara satu gereja dengan
Sebagai gereja yang beraliran Calvinis, GKJ memiliki pandangan bahwa sistem
organisasi dan kepemimpinan di dalam gereja (Eklesiologi) harus berdasarkan Alkitab dan
melibatkan semua unsur di dalam keanggotan jemaat, terutama anggota jermaat yang
mendapat penunjukan dan pengurapan sebagai pelayanan khusus. Di GKJ ada tiga jabatan
pelayan khusus, yaitu Pendeta, Penatua, dan Diaken.Konsep pelayan khusus inilah yang
menjadi salah satu unsur penting bagi GKJ dalam membangun dan mengembangkan
panggilan gerejanya, yaitu bersekutu, bersaksi, dan melayani.Sementara itu GKJ ikut serta
Sebagai sebuah badan atau lembaga, Sinode adalah organisasi yang dilengkapi oleh
organ-organ sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. GKJ memiliki tiga aras organisasi yang
secara hirarki berawal dari aras jemaat. Jemaat adalah persekutuan organisasi anggota-
anggota gereja GKJ yang berada di satu lokasi pemukiman tertentu (desa atau kota). Jemaat
ini dipimpin oleh Majelis Jemaat. Beberapa jemaat yang dimaksudkan di atas, yang berada di
satu daerah yang sama (kabupaten atau propinsi) membentuk satu organ yang disebut Klasis.
Klasis ini dipimpin oleh Ketua Klasis.Kemudian jemaat-jemaat dan klasis membentuk sebuah
organisasi gereja yang disebut Sinode. Jadi Sinode adalah aras organisasi yang menaungi
2
Klasis dan Jemaat. Ia menjadi wadah yang menyelenggarakan sidang atau rapat umum
sinodal yang membicarakan hal-hal, permasalahan, dan program yang dihadapi bersama
sebagai satu organisasi Gereja. Aras sinode ini dipimpin oleh Majelis Sinode. Demikian yang
terjadi sampai sekarang ini sehingga terkesan bahwa ada hirarki di GKJ menurut aras Jemaat,
Klasis, dan Sinode. Di ketiga aras ini kepemimpinan dan pelayanan pendeta sangat penting.
Pendeta menjadi ketua Sinode, ketua Klasis, dan ketua Jemaat.Oleh sebab itu diperlukan
pendeta yang memiliki kemampuan pelayanan dan kepemimpinan organisasi yang dapat
diandalkan bagi pertumbuhan dan perkembanganh gereja GKJ. Dalam kerangka inilah GKJ
menerapkan sistem dan proses rekrutmen dan seleksi pendeta sebagai bagian dari upaya
Menurut Suwati (2013), sumber daya manusia adalah salah satu dari sekian banyak
faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan organisasi. Salah satu cara untuk mampu
bersaing adalah dengan mencari dan merekrut Pendeta yang baik, serta memiliki kemampuan
dan keahlian. Tetapi masalah yang sering terjadi adalah munculnya kesenjangan antara
memiliki motivasi dan kompetensi yang diharapkan. Selain itu Sinode GKJ tidak dapat
mempertahankan Pendeta untuk bertahan di satu jemaat karena pendeta lebih memilih untuk
pinda ke jemaat yang lain bila ada masalah antara jemaat dengan pendetanya. Oleh sebab itu
persoalan yang muncul adalah bagaimana melakukan rekrutmen dan seleksi yang baik
sehingga GKJ akan mendapatkan pendeta yang memiliki motivasi dan kompetensi yang
Muandar (2001) berpendapat bahwa seleksi adalah suatu rekomendasi atau suatu
keputusan untuk menerima atau menolak seorang calon untuk pekerjaan tertentu berdasarkan
suatu dugaan tertentu tentang kemungkinan-kemungkinan dari calon untuk menjadi tenaga
3
Dalam bukunya Siagian (2016) dinyatakan bahwa proses rekrutmen dimulai pada
waktu diambil langkah mencari pelamar dan berakhir ketika para pelamar mengajukan
lamarannya. Artinya, secara konseptual dapat dikatakan bahwa langkah yang segera
mengikuti proses rekrutmen, yaitu seleksi, bukan lagi merupakan bagian dari rekrutmen. Jika
proses rekrutmen ditempuh dengan tepat dan baik, hasilnya ialah adanya sekolompok
pelamar yang kemudian diseleksi guna menjamin hanya yang paling memenuhi semua
prasyaratlah yang diterima sebagai pekerja dalam organisasi yang memerlukannya (Siagian,
2016 ). Alasan mengapa proses rekrutmen dan seleksi pendeta yang dimiliki oleh Sinode GKJ
dikarenakan rekrutmen adalah proses mengumpulkan dan mencari calon tenaga kerja di
organisasi dengan cara memberitahukan kepada publik bahwa Lembaga Sinode GKJ
membutuhkan calon tenaga kerja untuk ditempatkan pada posisi tertentu sesuai dengan
menentukan dan menarik pelamar, yang mampu untuk untuk bekerja dalam organisasi.
Proses ini dimulai ketika ketika para pelamer dicari dan berakhir ketika lamaran mereka
seleksi dilakukan tanpa perencanaan (Diani 2012; Suryomarto 2009) fenomena jobhopping di
perusahaan dari berbagai sumber, sehingga memungkinkan akan terjaring calon karyawan
dengan kualitas tertinggi dari yang terbaik. Sehubungan dengan itu, penelitian sebelunya
(Yulianti, 2009) ketiga variabel (mengkaitkan rekrutmen dan seleksi dengan kinerja
sementara saya hanya rekrutmen dan seleksi) tidak saling memengaruhi sedangkan karya
4
Budantoro (2009), menyatakan bahwa rekrutmen dapat dinyatakan efetifk apabila
perusahaan dari berbagai sumber, sehingga memungkinkan akan terjaring calon karyawan
Dari paparan tersebut di atas menjadi jelas bahwa betapa pentingnya proses rekrutmen, dan
seleksi pendeta bagi Sinode GKJ. Diharapkan dengan adanya proses rekrutmen, dan seleksi,
Pendeta yang baik dan efektif akan berdampak pada perkembangan GKJ kedepannya untuk
memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berperstasi.Berdasarkan uraian diatas
maka penelitian difokuskan pada rekrutmen dan seleksi Pendeta di Sinode GKJ Salatiga
SALATIGA.
sebagai berikut:
2. Apa saja kendala yang dihadapi Sinode GKJ dalam melaksanakan rekrutmen dan
seleksi pendeta?
Tujuan Penelitian
2. Menggambarkan kendala yang dihadapi dalam proses rekrutmen dan seleksi Pendeta
di sinode GKJ
Manfaat Penelitian
5
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu
dan seleksi.
Selain itu,
kebijakan di Sinode GKJ Salatiga terutama yang terkait dengan proses rekrutmen,
KAJIAN TEORITIS
REKRUTMEN
a. Pengertian Rekrutmen
cara yang lazim digunakan. Tujuannya tidak lain agar tenaga kerja yang melamar
banyak yang melamar tentu makin baik, demikian pula sebaliknya jika yang melamar
tidak memenuhi harapan atau sedikit, maka untuk memenuhi target jumlah pelamar perlu
sebanyak mungkin kualifikasi pelamar untuk lowongan yang ada dan bukan diantisipasi.
Ini merupakan pencarian bakat, pengejaran kelompok terbaik pelamar untuk posisi
untuk mendapatkan sejumlah pegawai dari berbagai sumber, sesuai dengan kualifikasi
b. Tujuan Rekrutmen.
6
Rekrutmen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai ketika sebuah perusahan atau
manajer memilikih yang terbaik dari calon karyawan yang memenuhi kualifikasi yang
Simamora (1997:214) menjelaskan bahwa rekrutmen memiliki tiga tujuan, yaitu: (1)
kesempatan yang lebih besar untuk melakukan pemilihan calon-calon pekerja yang
yang merupakan pelaksana-pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan
perusahaan sampai jangka waktu yang masuk akal, dan (3) memperoleh efek luberan
(spillover effets) yakni menaikkan citra umum organisasi sehingga pelamar-pelamar yang
Menurut Hasibuan (2005:44), metode penarikan karyawan terbagi menjadi dua yaitu:
(1) metode tertutup adalah ketika penarikan hanya diinformasikan kepada para karyawan
atau orang-orang tertentu saja. Akibatnya, lamarannya masuk relative sedikit sehingga
kesempatan untuk mendapatkan karyawan yang baik sulit, (2) metode terbuka adalah
ketika penarikan diinformasikan secara luas dengan memasang iklan pada media massa
cetak maupun elektronik agar tersebar luas ke masyarakat. Dengan metode terbuka
d. Prinsip-Prinsip Rekrutmen
Menurut Riyai (2008), ada sejumlah aturan atau prinsip yang perlu diperhatikan
ketika suatu perusahaan akan melakukan proses rekrutmen, yaitu sebagai berikut:
7
(1)Mutu karyawan yang akan direkrut harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Untuk itu sebelumnya perlu dibuat analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan, dan spesifikasi
pekerjaan, (2) Jumlah karyawan yang diperlukan harus sesuai dengan job yang tersedia
untuk mendapatkan hal tersebut perlu dilakukan analisis kebutuhan tenaga kerja
e. Proses Rekrutmen
(1997:246) para manajer sumber daya manusia, memperhatikan beberapa hal atara lain:
(1) Mendiagnosis seefektif mungkin (berdasarkan kendala waktu, sumber daya finansial,
dan ketersediaan staf pelaksana yang ada) factor-faktor lingkungan dan organisasional
yang mempengaruhi posisi yang perlu diisi dan aktivitas rekrutmen, (2) Membuat
deskripsi, spesifikasi, dan standar kinerja yang rinci, (3) Mengidentifikasi saluran-saluran
program rekrutmen, dan (5) Menyusun rencana rekrutmen yang mencakup daftar aktivitas
Objek penelitian ini adalah GKJ Salatiga dan tulisan terkait seperti rekrutmen
pengerja gereja secara umum, antara lain di Gereja Kristen Sumba (GKS).Uraian berikut
sejalan dengan sistem pemerintahan gereja yang berlaku di GKS yaitu presbiterial
sinode.Sebagai gereja yang menganut sistem presibiteral sinodal maka segala pengelolaan
pengerja gereja diatur dan dibagi secara proporsional antara pihak sinode dan jemaat.
8
R. Wayne Mondy (2008) mengatakan bahwa rekrutmen adalah salah satufungsi utama
manajemen sumber daya menusia (MSDM) yaitu sebuah proses menarik orang-orang
Proses rekrutmen yang tepat adalah rekrutmen yang didahului oleh analisis kebutuan
dan perencanaan yang matang terhadap tenaga kerja awal hingga pension guna mencapai
Jika kembali memiliki pada sistem rekrutmen GKS di bawah asas perbiterial sinodal,
maka dapat dikatakan bahwa: pertama sistem perekrutan seperti yang dilaksanakan GKS
saat ini bukanlah sebuah sistem yang berlangsung di atas dasar perencanaan yang jelas
bagi para mengerja gerejanya sejak awal. Hal ini terlihat ketika pihak sinode sudah selesai
merekrut, mengadakan seleksi dan menempatkan para vikaris di jemaat, mereka dibiarkan
tinggal di jemaat, dan harus menunggu memanggil/perekrutan dari jemaat yang akan
mekarte tapi msih ingin merekrut pendeta tambahan. Pada kenyataanya, hal ini menemui
kendala yaitu: perekrutan pendeta tambahan oleh jemaat masih sangat jarang.
SELEKSI
a. Pengertian Seleksi
Seleksi adalah kegiatan dalam manajemen SDM yang dilakukan setela proses
rekrutmen selesai dilaksanakan. Hal ini berarti telah terkumpul sejumlah pelamar yang
memenuhi syarat untuk kemudian dipilih mana yang dapat ditetapkan sebagai karyawan
dalam suatu perusahaan.Menurut Ivancevich (2001:211), proses memilih dari suatu daftar
pelamar kerja, orang yang terbaik yang sesuai dengan kriteria seleksi untuk posisi yang
tersedia, berdasarkan kondisi lingkungan yang ada. Seleksi adalah suatu proses pemilihan
calon tenaga kerja yang paling memenuhi syarat untuk mengisi suatu lowongan pekerjaan
(Yuni, 2012). Seleksi merupakan proses di mana organisasi berusaha mengidentifikasi
pelamar dengan pengetahuan, keterampilan dan karakteristik lain yang diperlukan untuk
membantu organisasi itu mencapai sasarannya (Noe et al, 2006: 725).
9
Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai
akhirnya mereka memperoleh keputusan apakah ia diterma atau ditolak sebagai karyawan
baru.
Menurut Dessler (1997), Bebeberapa tahapan yang dapat digunakan dalam seleksi di
antaranya: (1) Surat-surat rekomendasi biasanya tidak terlalu diperlukan karena biasanya
mengandung pujian positif. Akan tetapi, adanya surat tersebut, paling tidak memberi
informasi bagi pihak perusahaan bahwa pelemar memiliki kredibilitas yang baik dan
terpuji, (2) Format (boring) lamaran dapat mempermudah penyeleksi untuk mendapatkan
informasi/data yang lengkap yang dibutuhkan perusahaan dari calon karyawan, (3) Tes
kemampuan merupakan instrument yang menilai kesesuaian antara para pelamar dengan
syarat-syarat pekerjaan. Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap para pelamar dengan
syarat yang telah ditetapkan,`(4) Tes potensi akademik (ability test), instrumen ini
digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan pelamar mulai dari kemampua
verbal, spft skills, keterampilan kualitatif, bukan sampai pada kecepatan presepsi, (5) Tes
pekerjaan yang cederung konsisten dan bertahan lama, (6) Tes psikologi dirancang untuk
menganalisis apakah para pelamar mempunyai kepribadian dan etos kerja yang baik,
(7) Wawancara dilakukan untuk mengenal pelamar kerja secara langsung. Dari hasil
Pemeriksa fisik oleh perawatan atau dokter perusahaan ini dapat dijadikan acuan bahwa
Menurut Dale (2003 b: 262-3), kegunaan metode seleksi yang sesuai harus
dipertimbangkan hal-hal berikut: (1) meningkatkan validasi predictor dari keseluruhan
10
proses, (2) efektif-biaya, (3) dapat diterapkan, (4) masuk akal bagi penyeleksi dan
kahdidat, (5) dapat diterima oleh penyeleksi, manajer dan kadidat, (6) dapat diterima dan
trasparan dari staf perusahaan dan pihak lain yang berkepentingan, (7) memungkinkan
untuk memberi umpan balik yang berkualitas bagi kadidat dan, (8) memberikanmengenai
citra organisasi sebagai majikan yang memiliki reputasi dan lain-lain
d. Jenis-Jenis Seleksi
Menurut Handoko (2000), pada umumnya ada tiga jenis seleksi, yaitu: (1) seleksi
administrasi, (2) seleksi tes, dan (3) wawancara. (1) Seleksi administrasi berupa
pemeriksaan apakah berkas yang dimiliki pelamar sudah sesuai dengan persyaratan yang
diminta organisasi/perusahaan seperti: ijaza, riwayat hidup, domisili /keberadaan status
yang bersangkuatan, surat lamaran, sertifikat keahlian misalnya: koputer, pasfoto,
fotokopi identitas (KTP, SIM dan lain-lain), surat keterangan pengalaman kerja, umur,
jenis kelamin, status perkawinan, surat keterangan kesehatan dari dokter, akte kelahiran,
(2) Seleksi secara tertulis, terdiri dari: tes kecerdasan (intelligence test), tes kepribadian
(personal test), tes bakat (aptitude test), (3) Seleksi tidak tertulis terdiri dari: wawancar,
praktik, dan kesehatan/medi.
Sebagaimana disebut di atas objek penelitian adalah GKJ Salatiga dan literatur terkait
seleksi di gereja yang tersedia adalah di gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan
(GKSBS) dapat di jadikan sebagai teori ada kebutuhan seleksi Pendeta di gereja.
Dalam Sinodal tumbuh subur karena didukung oleh hasrat pengembangan gereja lokal
yang kuat. Maka pergerakan untuk target-target lokal itu menjadi mudah akan menjadi
lebih. Sebaliknya akan menjadi lebih sulit bila berupaya menjangkau sesuatu yang ada di
luar suasana lokal tersebut maka akan harus melakukan seleksi di GKSBS.
Sebagai individu setiap orang pasti memiliki kemampuan dasar yang berbeda-beda,
Oleh karena itu harus melakukan penyeleksian pelamar calon Pendeta sebagai salah satu
11
titik tolak untuk perencanaan seleksi di GKSBS (Gereja Kristen Sumatera Bagian
Selatan)
b. Lulusan sekolah teologi yang tidak didukung oleh GKSBS, wajib mengikuti program
c. Judul skripsi/tesis
Melakukan seleksi para pelamar oleh tim yang ditunjuk oleh keputusan rapat MPS GKSBS,
(a) seleksi administrasi (dokumen data pelamar) (b) wawancara/ percakapan meliputih
motivasi dan kesungguhan menjadi pendeta, gambaran umum (peta) jemaat-jemaat se sinode
GKSBS, kekhasan ajaran dan tata gereja, potensi/talenta yang dimilik, bahasa yang dikuasai.
MPS menginformasikan daftar bakal calon pendeta yang lulus seleksi kepada jemaat-jemaat
seluruh GKSBS, meliputi nama, umur, status perkawinan, jenis kelamin, suku, kemampuan
bahasa, ketrampilan yang dimiliki, latar belakang teologi dan tahun lulus serta pengalaman
12
kerja/ pelayann. Bakal calon yang telah lulus seleksi, tetapi memilih untuk melayani atau
bekerja di tempat lain, dinyatakan gugur dari daftar bakal calon pendeta GKSBS.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.Berdasarkan
sumber datanya, jenis data dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer dengan cara
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam mengumpulan data dan
Riset Lapangan yaitu penulis melakukan penelitian lapangan untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan dengan cara sebagai berikut: (a). Wawancara dalam pengambilan
data mengenai proses rekrutmen dan seleksi Pendeta Sinode GKJ Salatiga. penulis
melakukan wawancarai dengan bagian Umum/SDM melalui sebuah dialog mengenai tema
yang penulis ambil untuk memperoleh informasi yang penulis perlukan untuk mengetahui
Menurut Patton (2010: 280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data,
mengorganisasikannya ke suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya
dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan
pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi urain`
Dalam melakukan penulisan ini, metode yang diakan oleh penulis adalah metode
deskriptif, yaitu menguraikan data-data yang berhasil diperoleh dari GKJ kemudian
dikaitkan dengan teori-teori yang relevan dengan pelaporan dan kemudian disimpulkan.
13
ANALISA DAN BAHASAN ANALISA
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperolah, baik dari data primer maupun data
sekunder, maka pada bagian ini Peneliti melakukan wawancara, melakukan observasi dan
mengambil dokumentasi untuk mengetahui proses rekrutmen dan seleksi pendeta secara
keseluruhan di GKJ. penulis akan menyajikan hasil pengolahan data beserta pembahasan dari
penelitian guna menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan pada penelitian ini.
Gereja Kristen Jawa atau Sinode Gereja-Gereja Kristen Jawa (disingkat GKJ) berdiri
pada pada tanggal 17 Februari 1931. GKJ adalah sebuah ikatan kebersamaan gereja-gereja
kristen jawa yang seluruhnya berjumlah tiga ratus tiga puluh tiga (333) jemaat lokal. Jemaat-
jemaat GKJ ini terhimpun dalam tiga puluh dua (32) klasis yang tersebar di enam (6)
provinsi di pulau Jawa yaitu Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI
Jakarta dan Banten. Menurut sejarahnya jemaat – jemaat yang menjadi cikal bakal dari GKJ
berasal dari golongan masyarakat akar rumput, keluarga para pembantu rumah tangga dan
buruh membatik, anggota masyarakat kelas bawah zaman kolonial yang paling rendah status
sosialnya.
Anggota jemaat-jemaat GKJ awal sebagian adalah para warga asuhan Kyai Sadrach
orang jawa dengan tidak mengabaikan kebudayaan dan adat-istiadat Jawa. Ia membentuk
komunitas-komunitas kristen di sejumlah besar desa-desa di Jawa dalam apa yang disebut
kelompok bibit kawit. Komunitas atau kelompok-kelompok kristen Jawa ini berkembang
secara pesat dan tersebar di puluhan desa "wiwit Segara Lor tekan Segara Kidul" (dari Laut
Utara sampai Laut Selatan). Kawasan ini mencakup daerah Menoreh, Kedu, Sindoro
14
Selain hal tersebut di atas, sejarah awal GKJ tidak dapat dilepaskan dari hasil
pekerjaan misi kekristenan Ny. E.J.Le Jolle de Wildt dan Petrus Sadaj. Hasil penginjilan
mereka adalah kelompok Kristen Simo yang kemudian pindah ke Nyemoh (dekat Bringin
Salatiga). Jemaat kristen Jawa ini juga berasal dari kelas, sosial yang sama, yaitu masyarakat
kelas bawah, karena kelompok Simo – Nyemoh inipun berasal dari kaum batur dan sebagian
Pendeta
Menurut Tata Gereja GKJ Pendeta adalah jabatan gerejawi, baik yang bersifat
fungsional maupun struktural, yang dianugerahkan kepada seseorang yang dipanggil, dipilih,
dan ditahbiskan/diteguhkan untuk melayani jemaat penuh waktu dengan tugas utama
mengajar dan melayankan sakramen dengan keluasan pelayanan aras jemaat, klasis, sinode,
dan gereja-gereja lain dalam ikatan oikumene. Di Sinode GKJ ada beberapa kelompok
Pendeta konsulen
Pendeta konsulen adalah pendeta yang diperbantukan ke gereja yang belum memiliki
pendeta atau pendetanya sudah emeritus atau pendetanya tidak dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya.
Tugas pendeta konsulen ada tiga macam yaitu: (1) melaksanakan tugas-tugas
kependetaan sebagaimana tugas pendeta yang tercantum dalam pasal 10 ayat 2 tata gereja ini.
(2) memotivasi dan mendampingi gereja yang dibantu pelayanannya. (3) melaporkan
15
Pendeta Emeritus
Pendeta emeritus adalah pendeta yang diberi penghargaan oleh gereja karena telah
dan diutus untuk tugas-tugas khusus sesuai kebutuhan gereja, klasis, sinode atau atas
Tugas pendeta pelayanan khusus ada tiga macam yaitu: (1) Melaksaanakan tugas
sesuai dengan kebutuhan pelayanan khusus gereja, klasis dan sinode atau lembaga yang
Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada gereja atau klasis atau sinode yang mengutus
Ada 2 (dua) Hal Yaitu: (1) Biaya hidup PPK dituangkan oleh lembaga yang akan
dilayani sesuai dengan peraturan yang bberlaku di lembaga tersebut. (2) apabila biaya hidup
yang diberikan oleh lembaga tersebut, ternyata lebih rendah dari standar yang ditetapkan oleh
GKJ maka:(a) Bagi PPK aras Sinode, Sinode GKJ berkewajiban menanggung kekurangannya
sesuai dengan perjanjian sebelim pengutusan. (b) Bagi PPK aras Klasis, Klasis yang
pengutusan. (c) Bagi PPK aras Jemaat, Jemaat yang bersangkutan berkewajiban menanggung
16
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pendeta Pelayanan Khhusus
Ada 3 (tiga) hal penting yaitu: (1) PPK wajib terlibat dalam pelayanan gerejawi di aras
Jemaat/ Klasis/ Sinode sesuai status PPK. (2) PPK wajib menyampaikan informasi/laporan
perkembangan tugas pelayanan kepada Gereja pengutus. (3) PPK wajib menjaga etika dan
moralitasnya.
Pendeta Pelayanan Khusus yang Beralih Tugas adalah PPK yang akan beralih tugas
karena dipanggil untuk melayani di lembaga lain, berkewajiban memberitahu kepada Gereja
pengutus sesuai dengan aranya. Perahlian PPK hanya bisa terjadi apabila mendapat
PPK tetap maupun PPK sementara apabila akan mengakhiri masa tugas sesuai dengan
sesuai dengan arasnya. (1) PPK Tetap memberitahukan 5 (lima) tahun sebelum akhir masa
Peranan dan fungsi jabatan pendeta menempati posisi yang sangat strategis dalam
penatalayanan gereja. Kedudukan yang penting ini membuat GKJ perlu memikirkan identitas
Pendeta dan mengatur tugas-tugas dan tanggung jawabnya secara jelas. Demikian juga
halnya dengan keperluan akan kajian dan pemikiran tentang perbedaan peran dan fungsi
pendeta dengan jabatan gerejawi lainnya, yaitu penatua dan diaken. Seperti yang dilakukan di
GKJ, secara umum pendeta memiliki peran dan fungsi pelayanan yang sama dengan penatua
dan diaken. Akan tetapi dalam hal pelayanan sakramen, yaitu ritual ibadah perjamuan kudus
17
dan baptisan kudus, pendeta mendapat hak dan kewajiban khusus yang tidak dimiliki oleh
penatua dan diaken. Inilah salah satu identitas pendeta yang terkait dengan panggilannya,
yaitu sebagai pemimpin dan pelayan sakramen gereja. Di dalam ajaran GKJ, sakramen adalah
ritual ibadah khusus yang menandakan persekutuan yang suci dan kudus antara Tuhan
dengan jemaatNya dan antara jemaat dengan sesamanya. Oleh sebab itu pendeta memiliki
menghayati dan mewujudkan hidup yang sesuai dengan persekutuan suci dengan Tuhannya.
Inilah yang menjadi salah satu identittas pendeta yang terkait dengan pangilannya sebagai
pelayan gereja. Artinya, panggilan terhadap seseorang untuk menjadi pendeta, meliputi dua
hal mendasar yaitu panggilan untuk dari diri sendiri untuk membentuk pribadi yang
beriman(panggilan dari dalam) dan panggilan oleh gereja untuk melayani jemaat (panggilan
dari luar).
Panggilan dari luar berasal dari jemaat dan terkait dengan jabatannya. Sedangkan
panggilan dari dalam berasal dari dalam pribadi seseorang,terkait dengan kesediaan dan
tanggung jawabnya. Panggilan dari luar yang berasal dari jemaat, dalam prakteknya sering
mengalami benturan dengan panggilan dari dalam. Hal ini terjadi karena panggilan jabatan,
yang terkait dengan aturan main yang berlaku di Sinode GKJ tidak bersesuaian dengan
kehidupan pribadi dan keluarga.. Hal ini menjadi masalah bagi baik bagi kepemimpinan dan
pelayanan pendeta maupun bagi kehidupan pribadi dan keluarga pendeta. Pendeta sebagai
pejabat gereja dituntut harus mengikuti aturan main yang telah ditetapkan oleh Sinode GKJ
dan melaksanakan keputusan majelis jemaat. Namun sering kali pendeta juga memiliki
pandangan dan pemahaman tersendiri yang lebih terkait dengan keadaan diri dan
keluarganya. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketegangan antara pendeta dengan jemaat.
Jika hal ini dibiarkan terjadi di tengah-tengah kehidupan jemaat, maka identitas jabatan
pendeta akan menjadi kabur dan menghambat kelancaran pelayanan jemaat. Oleh sebab itu,
18
melalui rekrutmen dan seleksi pendetanya, GKJ telah mengantisipasi ketegangan itu dengan
menerapkan sebuah sistem dan proses yang memperhitungkan baik sisi kepentingan diri dan
Kalau berbicara tentang proses rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ, maka ada dua (2)
hal yang harus dipahami, yaitu: 1. Bahwa perekrutan dan seleksi pendeta itu dijalankan
berdasarkan sistem presbiterial. Artinya bahwa rekrutmen dan seleksi pendeta itu
jemaatnya (Presbiter). 2. Bahwa perekrutan dan seleksi pendeta di GKJ yang dilaksanakan
secara presbiterial adalah suatu sistem dimana gereja dipimpin oleh para presbiter (penatua)
keputusan tertinggi ada pada persidanagan presbiter (majelis jemaat). Gereja dipimpin oleh
pejabat-pejabat gerejawi yang secara kolektif disebut majelis jemaat. Setiap anggota Majelis
Jemaat mempunyai kedudukan yang sama, tidak ada seorang pun yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari yang lain dan masing-masing mempunyai tugasnya sendiri.Namun demikian
secara Sinodal, sebagai sebuah organisasi, Sinode dapat ikut serta dengan memberikan
pengesahan terhadap hasil rekrutmen dan seleksi pendeta yang telah dilakukan oleh jemaat
setempat/lokal. Oleh karena itu, sinode GKJ dapat mengawali prose rekrutmen dan seleksi
pendeta melalui persiapan calon-calon pendeta mulai dari jenjang pendidikan tinggi teologi
dengan merekrut dan menyeleksi para lulusan SMA atau pendidikan sederajat yang
memenuhi syarat untuk menjadi kader pendeta GKJ melalui pendidikan tinggi teologi.
Artinya, Sinode dapat menjadi bagian dari proses rekrutmen dan seleksi pendeta melalui
19
Seleksi kader calon pendeta melalui pendidikan tinggi teologi dilakukan melalui proses
rekrutmen berupa wawancara, tes psikologi, dan tes lainnya yang dianggap relevan dengan
GKJ. Seleksi dilakukan oleh Sinode GKJ. Tujuannhya adalah untuk mendapatkan kader yang
berkualitas baik dari segi kepribadian maupun kemampuan intelektual. Kader yang terpilih
kemudian diberikan rekomendasi untuk mengikuti pendidikan tinggi teologi yang diakui dan
didukung oleh GKJ, yaitu: Fakultas Teologi UKSW, Fakultas Teologi UKDW, STT Jakarta,
Jogjakarta. Lima (5) sekolah tinggi teologi inilah yang punya hak penuh dalam
mempersiapkan kader atau calon pendeta GKJ yang nantinya akan direkrut dan diseleksi oleh
Setelah sinode GKJ memutuskan siapa saja yang lulus menjadi kader GKJ, maka sinode
akan mendukung secara penuh proses pendidikan para kadernya dengan menyediakan dan
memberikan beasiswa. Dan selama pendidikan teologi berlangsung bagi para kadernya,
sinode GKj terus memantau perkembangan kepribadian dan kemampuan akademik. Dengan
demikian proses pengkaderan yang dilakukan oleh sinode menjadi bagian dari seluruh proses
rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ. Atau dengan kata lain, proses rekrutmen dan seleksi
pendeta di GKJ telah dimulai ketika sinode GKJ merekrut dan menyeleksi para kader yang
akan disekolahkan pada salah satu pendidikan tinggi teologi yang diakui. Sinode GKJ
menyebut ini sebagai continue education. Dengan cara itu GKJ memahami bahwa ketika
mahasiswa teologi mendapat dukungan beasiswa dari sinode maka proses seleksi dan
rekrutmen telah dimulai. Oleh sebab itu sinode GKJ bertanggung jawab untuk mendampingi
Setelah para kader ini menyelesaikan studinya, mereka memasuki tahap selanjutnya
dalam proses rekrutmen dan seleksi, yaitu masa vikaris. Dalam gereja-gereja Protestan
vikaris adalah nama yang diberikan kepada seseorang yang dipersiapkan untuk menjadi
20
pendeta. Di GKJ, proses rekrutmen dan seleksi vikaris dilakukan oleh Jemaat dalam kordinasi
dengan Sinode. Lulusan sekolah teologi melamar ke Jemaat untuk menjadi Vikaris dalam
sepengetahuan Sinode. Jemaat setempat menentukan apakah lamaran itu diterima atau ditolak
berdasarkan beberapa kriteria, misalnya apakah calon vikaris itu lulus dari sekolah teologi
yang diakui oleh Sinode GKJ atau tidak. Selain itu setiap jemaat mempunyai cara seleksi
tersendiri terhadap calon vikaris. Secara umum akan dilihat indeks prestasi (IP). Lulusan
yang diterima biasanya yang memiliki IP di atas 2,75. Selain itu dilakukan wawancara untuk
mengetahui motivasi calon vikaris. Pelamar juga harus menyerahkan Surat Baptis, Surat Sidi,
dan Surat Keterangan Berjemaat. Apabila pelamar berasal dari luar gereja GKJ maka
diharuskan menyerahkan Surat Keterangan Keanggotaan Gereja dan kalau diperlukan Surat
Rekomendasi dari gereja asal. Pelamar dari gereja di luar GKJ harus menjadi anggota gereja
yang seazas yang ditandai oleh keanggotaan dalam PGI. Apabila ada lebih dari satu pelamar
maka akan dilakukan seleksi melalui tes pengetahuan sejarah GKJ dan Ajaran GKJ. Bila
dinyatakan diterima atau dinyatakan lulus tes vikaris, maka dimulailah masa vikaris di
jemaat.
Vikaris harus hidup di tengah jemaat dan melayani jemaat di bawah bimbingan dan
pengawasan majelis jemaat setempat (para presbiter). Masa vikaris ini berlangsung kurang
lebih dua (2) tahun. Untuk melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap Vikaris,
majelis jemaat membentuk sebuah komisi khusus yang bertugas melakukan penilaian apakah
seorang vikaris dapat dinyatakan lulus dan diangkat menjadi pendeta atau tidak. Bila komisi
khusus ini menilai bahwa vikaris atau calon pendeta tersebut lulus maka akan disampaikan
kepada seluruh anggota jemaat dan kepada sinode GKJ untuk selanjutnya ditetapkan menjadi
pendeta melalui ibadah peneguhan di jemaat. Ibadah peneguhan pendeta dipimpin oleh
Sinode dan dihadiri oleh pendeta-pendeta lain, baik dari sinode GKJ maupun gereja lain yang
seazas. Dengan demikian dapat dilihat bahwa proses rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ
21
terjadi melalui proses yang panjang dan tahapan yang sangat jelas. Proses dan tahapan itu
mencakup seleksi kader GKJ oleh Sinode, seleksi vikaris oleh jemaat, dan seleksi Pendeta
oleh jemaat.
Seperti yang dipaparkan di atas bahwa para kader GKJ yang lolos seleksi dan masuk di
fakultas teologi akan mendapat beasiswa dari sinode GKJ. Selain itu mereka juga mendapat
pendampingan dari para pendeta GKJ yang telah ditunjuk oleh sinode untuk mendampingi
mahasiswa teologi GKJ. Para pendeta pendamping ini menjadi semacam orang tua asuh yang
memberikan dorongan dan motivasi agar ke depan para kader ini dapat mengisi
kepemimpinan dan kepelayanan di GKJ. Sistem ini menjadi peragaan dari sifat sinodal GKJ
dan sekaligus pewujudan sifat presbiterialnya. Artinya walaupun rekrutmen dan seleksi
pendeta dilakukan oleh jemaat masing-masing (prebiterial), akan tetapi sinode juga ikut serta
dalam mempersiapkan calon-calon vikaris yang akan diberikan jabatan pendeta. Di sisi lain,
bila satu jemaat sudah memiliki pendeta, jemaat itu tetap memiliki tanggung jawab untuk
mempersiapkan kader, vikaris, dan calon pendeta GKJ yang bisa ditempatkan di jemaat lain
di lingkungan sinode GKJ. Rekrutmen dan seleksi yang dilakukan di jemaat secara
presbiterial terdiri dari empat tahap, yaitu: Perkenalan, Ujian pra Vikaris, Pembimbingan
Vikaris, dan Ujian akhir Vikaris. Bila semua tahap ini dapat dilewati maka akan dilanjutkan
dengan peneguhan pendeta. Di GKJ, semua proses rekrutmen dan seleksi vikaris sampai
pendeta dilakukan oleh jemaat. Setelah jemaat menyatakan bahwa seseorang diterima
menjadi vikaris dan lulus masa vikaris serta siap diteguhkan menjadi pendeta, maka jemaat
melaporkan kepada Sinode meminta kesediaan Sinode untuk memimpin ibadah peneguhan
pendeta.
Sistem seleksi pendeta di GKJ dimulai dari perekrutan mahasiswa utusan GKJ di sekolah-
sekolah tinggi teologi yang diakui oleh sinode GKJ. Hal-hal yang menjadi kriteria antara lain
adalah seleksi adminitratif dan kesehatan serta prestasi studi. Bila seseorang telah lulus dari
22
sekolah tinggi teologi dengan gelar Sarjana Teologi, maka ia dapat masuk dalam tahap
selanjutnya, yaitu seleksi calon vikaris melalui perkenalan di jemaat selama tiga (3) bulan.
Bila tahap ini dapat dilalui maka ia melanjutkan ke tahap vikaris yang dievaluasi setiap enam
(6) bulan. Masa vikaris berlangsung selama kurang lebih dua (2) tahun. Bila dinyatakan lulus
vikaris, maka akan dilanjutkan dengan peneguhan atau pentahbisan pendeta dalam ibadah
yang dipimpin oleh Sinode dengan dihadiri oleh para pendeta. Kehadiran para pendeta adalah
Dalam tahap awal perekrutan dan seleksi, yaitu di masa menjadi mahasiswa teologi, para
kader diwajibkan masuk dalam lembaga kemahasiswaan internal SINODE GKJ yang
diseebut Persekutuan Mahasiswa Teologi asal GKJ. Melalui berbagai kegiatan mereka di
sinode dan di beberapa tempat, mereka diperkenalkan dengan sejarah GKJ dan diseleksi
berdasarkan kemampuan akademik dan kepribadian mereka. Bagi mahasiswa yang tidak
memenuhi kriteria dapat saja dihentikan statusnya sebagai kader GKJ, misalnya seorang
mahasiswa teologi yang tidak memiliki IPK minimal 2,75 akan dihentikan statusnya sebagai
Seleksi kader calon pendeta melalui pendidikan tinggi teologi dilakukan melalui proses
rekrutmen berupa wawancara, tes psikologi, dan tes lainnya yang dianggap relevan dengan
GKJ. Seleksi ini dilakukan oleh sinode GKJ. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kader
Menurut informan yang adalah salah satu pimpinan Sinode GKJ bahwa proses
rekrutmen pendeta di jemaat-jemaat GKJ selama ini berjalan lancar karena dilaksanakan
menurut aturan dan sistem yang telah ada. Namun demikian ada kendala-kendala kecil
23
yang bersifat teknis, seperti bagaimana melakukan seminarium yang memadai bagi para
pendeta. Kegiatan ini memerlukan waktu, fasilitas, dan pendanaan yang harus disiapkan
bersama dilaksanakan secara bersama dan difasilitasi oleh klasis dan sionde. Kegiatan
seminarium ini biasanya dilaksanakan selama 3 – 7 hari (satu minggu). 3 Selain itu,
kesiapan diri para calon vikaris atau calon pendeta untuk mengikuti kegiatan seminarium
ini sering mengalami masalah karena sebelum dinyatakan lulus seleksi calon vikaris,
biasanya mereka sudah mulai ikut serta dalam kegiatan pelayanan di jemaat. Namun
demikian sinode GKJ tetap berusaha mengatasi kendala ini dengan mengatur jadwal
kegiatan seminarium yang tidak mengganggu jadwal pelayanan para calon vikaris di
jemaat, baik di jemaat asalnya maupun jemaat yang akan menjadi tempat melaksanakan
vikaris bila dinyatakan diterima. Seminarium ini sangat penting karena melaluinya para
calon vikaris mendapat kesempatan untuk mengikuti pembinaan mental dan spiritual
Kendala lain dalam proses rekrutmen adalah tentang permintaan jemaat terhadap
calon pendeta laki-laki dan/atau perempuan. Masih ada jemaat yang lebih menginginkan
calon pendeta laki-laki dari pada calon pendeta perempuan. Mungkin saja ini
berhubungan dengan apriori bahwa laki-laki lebih gesit dan bisa menyesuaikan diri
dengan waktu dan kondisi di jemaat. Namun demikian sinode GKJ terus berusaha
kepelayanan pendeta, hal gender tidak perlu menjadi persoalan. Pendeta laki-laki dan
pendeta perempuan memiliki potensi dan kompetensi yang sama. GKJ memnberikan
kesempatan yang sama kepada laki-laki dan perempuan untuk memimpin dan melayani
2
Wawancara dengan Sekum Sinode GKJ di Salatiga, 10 Februari 2019.
3
Wawancara dengan Vikaris IS, 12 Februari 2019.
4
Wawancara dengan Ketua Sinode GKJ, 16 Februari 2019.
24
jemaat. Kekurangan dan kelebihan masing-masing pendeta terletak pada karaktek,
Selain kendala tersebut di atas, masih ada juga calon pendeta yang mengalami
kesulitan untuk melewati proses seleksi karena ada pribadi-pribadi dalam tubuh Majelis
jemaat yang ingin mempertahankan kekuasaannya. Dengan kata lain, kehadiran pendeta
dilihat sebagai ancaman atau saingan bagi dirinya. Ini menjadi kendala tersendiri bagi
proses seleksi dan rekrutmen pendeta di GKJ. Menghadapi persoalan ini sinode GKJ terus
berupaya memberikan pemahaman yang benar tentang tugas dan peran pendeta di jemaat
Kendala utama dalam seleksi adalah hal kepribadian dan kemampuan akademik.
Jemaat-jemaat memiliki standar moral dan kepribadian serta kemampuan akademik yang
semakin hari semakin tinggi bagi seorang calon pendeta. Belum lagi harapan jemaat akan
kemampuan kepemimpinan dan kepelayanan calon pendeta yang diharapkan oleh jemaat
sudah seperti pendeta-pendeta pada umumnya. Sementara para lulusan fakultas teologi
yang melamar menjadi calon pendeta adalah para pemuda/pemudi yang masih dalam
seringkali terjadi kesenjangan antara harapan jemaat dengan kondisi objektif calon-calon
pendeta. Namun demikian masalah ini dapat diatasi dengan cara menjadikan masa vikaris
bukan hanya sebagai masa seleksi tetapi juga masa pembimbingan dan pembentukan
identitas dan ketrampilan melayani bagi para calon pendeta. Dengan kerangka ini maka
5
Wawancara dengan Sekum Sinode GKJ, 10 Februari 2019.
6
Wawancara dengan Ketua Sinode GKJ, 16 Februari 2019.
7
Wawancara dengan Sekum Sinode GKJ, 10 Februari 2019.
25
SYARAT-SYARAT UNTUK MENJADI PENDETA
Menurut Tata Gereja Sinode GKJ, Syarat-syarat menjadi Pendeta meliputi: (1) warga dewasa
GKJ atau gereja lain yang seasas, tidak sedang dalam penggembalaan khusus dan dipandang
layak untuk menjadi seorang Pendeta; (2) Telah menamatkan studi teologi sekurang-
kurangnya pada jenjang S1 dari pendidikan teologi yang didukung oleh Sinode GKJ; (3)
Bersedia menerima Pokok-pokok Ajaran GKJ serta Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ; (4)
Memiliki kemampuan dan bersedia untuk menjadi Pendeta sebagai panggilan spiritual; (5)
Gereja sesuai dengan konteks kebutuhan setempat sepanjang tidak bertentangan dengan
jiwa syarat syarat Proses Pemanggilan, Pemilihan dan Penahbisan/Peneguhan, meliputi : (1)
Sinode GKJ; (2) Pemanggilan Pendeta dari seorang yang belum berjabatan Pendeta dilakukan
calon Pendeta, vikariat dan penahbisan sesuai peraturan Sinode GKJ; (3) Pemanggilan
Pendeta dari seorang yang sudah berjabatan Pendeta dari GKJ lain dilakukan melalui proses
pencalonan, pemilihan, pemanggilan dan peneguhan sesuai peraturan Sinode GKJ; (4)
Pemanggilan Pendeta dari seorang yang sudah berjabatan Pendeta dari gereja lain yang seasas
pendampingan, percakapan gerejawi dan peneguhan. Proses dan mekanisme untuk hal yang
disebutkan di atas diatur oleh Majelis Jemaat. Jemaat-jemaat GKJ yang membutuhkan
pendeta akan memulai proses itu dengan menyampaikan pengumuman secara terbuka ke
memerlukan pendeta dan membuka pendaftaran. Dalam pengumuman itu sudah disebutkan
syarat-syarat yang ditentukan oleh masing-masing jemaat. Jemaat akan melakukan seleksi
26
dan membuat keputusan apakah menerima atau menolak. Hasil keputusan kemudian
Gereja Kristen Jawa (GKJ) memahami dirinya sebagai bagian dari Gereja yang Kudus dan
Am. Konsep Gereja yang Kudus dan Am menunjuk pada persekutuan orang Kristen di
seluruh dunia yang dipersatukan oleh pengakuan iman bersama kepada Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat manusia dan tugas panggilan bersama untuk mewartakan Injil di
dunia. Konsep Gereja yang Kudus dan Am ini kemudian melahirkan kesadaran oikumenis di
antara berbagai organisasi dan denominasi gereja di seluruh dunia. Di dalam konteks
Indonesia, kesadaran oikumenis itu mewujud di dalam sebuah organisasi kegerejaan yang
disebut Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). GKJ adalah salah satu anggota dari
PGI tersebut.
Berdasarkan kesadaran oikumenis dan keanggotaannya di dalam PGI seperti yang disebutkan
di atas, maka GKJ menerapkan kebijakan yang inklusif dalam hal rekrutmen dan seleksi
pendeta. Artinya, GKJ mengakui dan menerima jabatan kependetaan seseorang atau calon
pendeta yang berasal dari organisasi gereja lain, terutama sesama organisasi gereja yang
menjadi anggota PGI. Demikian juga sebaliknya, pendeta-pendeta GKJ dan calon-calon
pendeta yang berasal dari GKJ dapat direkrut dan diseleksi oleh organisasi gereja lain di
lingkungan PGI. Contohnya, ada seorang calon pendeta yang secara organisasi berasal dari
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan sekarang sedang menjalani proses rekruitmen dan
seleksi pendeta GKJ melalui masa vikariat di Jemaat GKJ 55 Salatiga. Selain itu GKJ juga
selama ini telah merekrut dan menyeleksi calon-calon pendeta yang keanggotaannya berasal
dari berbagai organisasi gereja anggota PGI, seperti Gereja Protestan di Indonesia Bagian
27
Berdasarkan informasi dari salah seorang calon pendeta GKJ yang sedang mengikuti masa
vikaris, dapat diketahui bahwa dari enam puluh orang yang mengikuti kegiatan seminarium
atau persiapan perekrutan dan seleksi pendeta GKJ di bulan Oktober 2018 yang lalu terdapat
tujuh (7) orang yang berasal dari luar GKJ. Itu berarti GKJ mengambil sikap terbuka dalam
melakukan rekrutmen dan seleksi pendeta. Untuk menjadi Pendeta GKJ tidak harus berasal
dari anggota jemaat GKJ saja atau berasal dari suku Jawa saja. GKJ menerima calon-calon
demikian tentu saja ada batasannya, yaitu sejauh organisasi gereja yang lain itu menjadi
anggota PGI. Keanggotaan dalam PGI menjadi jaminan bahwa ada pokok-pokok ajaran iman
Selain hal tersebut di atas GKJ juga terbuka dalam menerima lulusan-lulusan Fakultas
Teologi atau Sekolah Tinggi Teologi yang mendapat pengakuan dari GKJ, misalnya lulusan
dari Fakultas Teologi UKSW, Fakultas Teologi Duta Wacana, Sekolah Tinggi Teologi
Jakarta, dll.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat disebut bahwa ada dua prinsip di balik sifat
keterbukaan GKJ dalam melakukan rekrutmen dan seleksi pendeta, yaitu pertama, lulusan
dari Pendidikan Tinggi Teologi yang diakui oleh GKJ, dan kedua, berasal dari organisasi
KESIMPULAN
Pada bagian sebelumnya telah disajikan data tentang sistem rekruitmen dan seleksi pendeta
di Gereja Kristen Jawa (GKJ). Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan:
1. Gereja Kristen Jawa sebagai satu organisasi gereja telah memiliki sistem rekruitmen dan
seleksi pendeta. Sistem rekrutmen dan seleksi pendeta ini adalah bagian dari Peraturan
28
Gereja GKJ yang mencakup sistem organisasi, pelayanan, dan kepemimpinan, baik di
2. Sistem rekrutmen dan seleksi pendeta di Gereja Kristen Jawa (GKJ) adalah bagian dari
satu proses jangka panjang yang menyangkut kaderisasi dan pengembangan sumber daya
jemaat. Proses ini dimulai dari pengkaderan pelayan melalui rekrutmen dan seleksi calon
teologi yang mendapat pengakuan dari GK. Berdasarkan sistem organisasi GKJ yang
disebut sistem sinodal, maka pada tahap ini rekrutmen dan seleksi dilakukan oleh
Sinode.
3. Para kader lulusan sekolah teologi kemudian memasuki tahap rekrutmen dan seleksi
calon pendeta yan disebut Vikaris. Berbeda dengan tahap pertama, rekrutmean dan
seleksi vikaris ini dilakukan di aras Jemaat. Jadi, seorang lulusan sekolah teologi yang
adalah para kader GKJ atau para lulusan fakultas teologi dari gereja lain yang seazas dan
mendapat rekomendasi dari Sinode GKJ menyampaikan lamaran kepada satu jemaat
GKJ. Proses seleksi dilakukan oleh majelis jemaat dan satu tim khusus yang dibentuk
oleh Majelis Jemaat. Proses seleksi dan proses bimbingan dilakukan secara simultan
melalui keterlibatan langsung dalam berbagai kegiatan pelayanan gereja, proses interaksi
antara vikaris dengan cara pelayan lain dan anggota jemaat serta masyarakat. Proses ini
4. Pada akhir fase vikaris sebagai satu proses seleksi dan pembinaan maka akan dilakukan
percakapan akhir antara Majelis Jemaat, Tim Khusus Seleksi Vikaris, dan Vikaris yang
atau tidak. Hasil percakapan tersebut akan disampaikan kepada jemaat dalam sebuah
ibadah umum. Dan bila Jemaat sudah menyetujuinya maka Majelis Jemaat akan
29
menyampaikan permohonan kepada Sinode untuk melakukan ibadah pentahbisan atau
peneguhan pendeta.
5. Dengan proses yang cukup panjang dan intensif seperti itu maka dapat disimpulkan
bahwa rekrutmen dan seleksi pendeta di GKJ menjadi salah satu program penting sinode
pelayanannya. Selain itu proses rekrutmen dan seleksi yang intensif itu menjadi salah satu
aspek penting dalam membangun sistem dan kualitas kepemimpinan pendeta di sinode
dan jemaat.
6. Jadi dapat dikatakan bahwa Gereja Kristen Jawa sudah melaksanakan sistem rekrutmen
dan seleksi pendeta yang terprogram secara sinode dan jemaat. Namun demikian masih
perlu dilakukan evaluasi dan penyempurnaan dalam hal teknis pelaksanaan seleksi calon
vikaris di jemaat dengan menentukan kriteria-kriteria yang lebih jelas bagi calon vikaris.
Demikian juga perlu dibuat petunjuk atau pedoman pelaksanaan tugas vikaris oleh Sinode
GKJ yang menjadi acuan bagi jemaat-jemaat yang melakukan rekrutmen dan seleksi
pendeta.
7. Dalam melakukan rekrutmen dan seleksi pendeta yang dimulai dengan vikaris, jemaat-
jemaat GKJ tetap berpegang pada prinsip presbiterial. Prinsip ini menekankan
kepemimpinan kolegial di aras jemaat yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat yang terdiri
dari Pendeta, para penatua dan para diaken. Walaupun keputusan tertinggi dalam urusan
majelis Jemaat memiliki wewenang dan tanggun jawab untuk menentukan cara
pelaksanaannya. Demikian halnya dalam hal rekrutken dan seleksi pendeta. Majelis
Jemaat memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh untuk merencanakan dan
tanggung jawab ini biasanya juga didelegasikan kepada sebuah tim khusus yang dibentuk
30
oleh Majelis Jemaat. Sementara itu jemaat juga ikut serta dalam rekrutmen dan seleksi
melalui saran dan usul yang dapat disampaikan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung artinya jemaat dapat menyampaikan saran dan usul kepada
Majelis Jemaat. Secara tidak langsung artinya menyampaikan saran dan usul melalui
8. Berdasarkan masalah penelitian dan hasilnya maka ada beberapa isu yang menarik untuk
menjadi penelitian lanjut. Salah satu isu yang urgen untuk diteliti adalah tentang
perbandingan sistem rekrutmen dan seleksi pendeta di jemaat urban dengan di jemaat
rural pedesaan. Hal ini menjadi penting karena jemaat-jemaat GKJ tersebar baik di kota-
kota besar maupun desa-desa kecil. Selain itu isu tentang rekrutmen dan seleksi pendeta
perempuan juga menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Secara historis pendeta-pendeta
GKJ didominasi oleh laki-laki. Tetapi seiring perkembangan emansipasi perempuan maka
persepsi jemaat-jemaat GKJ tentang kepemimpinan pendeta perempuan. Ini hal menarik
SARAN
Adapun beberapa saran yang hendak penulis berikan. Saran tersebut adalah :
Rekrutmen dan seleksi Pendeta di GKJ merupakan instrumen organisasi sumber daya manusi
a dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Gereja. Oleh sebab itu GKJ perlu mene
gaskan kembali prinsip-prinsip dasar rekrutmen pendeta yang sesuai dengan pemahaman teol
ogi Kristen. Di dalam teologi kristen pendeta bukan hanya seorang pemimpin dan meneger te
tapi juga seorang pendeta. Oleh sebab itu GKJ perlu menegaskan di dalam peraturan gereja te
31
ntang rekrutmen pendeta sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya gereja untuk me
lahirkan pendeta yang memiliki spiritualitas dan moralitas serta etika yang patut diteladani.
Sesuai dengan sistem organisasi GKJ yang presbiterial sinodal maka rekrutmen
pendeta dilaksanakan oleh jemaat dan dikoordinasikan dengan sinode. Hasil penelitian
dan analisis menunjukan bahwa sinode hanya melegitimasi hasil rekrutmen yang dilakuk
an oleh jemaat. Dalam hal ini dapat terjadi bahwa seleksi itu hanya menampung kepenti
ngan satu jemaat. Untuk perlu dirumuskan kembali peran sinode yang lebih strategi
s dalam rekrutmen pendeta, misalnya menguji pemahaman calon pendeta tentang sejarah
dan pokok-pokok ajaran GKJ serta keikutsertaan GKJ dalam gerakan oikumene dan pem
Hasil penelitian menunjukan bahwa seleksi pendeta di GKJ baik secara konseptual
maupun praktikal tidak dipisahkan dengan rekrutmen pendeta. Untuk meningkatka kualitas
seleksi pendeta maka GKJ perlu merumuskan secara terstruktur program seleksi pendeta da
n menentukan kriteria yang lebih jelas dan terukur. Program seleksi pendeta dipusatkan pad
a pijakan teologi dan isu serta program strategis secara sinodal tentang seleksi pendeta. Dan b
Gereja Kristen Jawa, hendaknya berkewajiban membuka diri dengan terus menerus
melakukan penjemaatan pemahaman tentang persamaan gender, sesuai akta sinode GKJ
sehingga pada saatnya akan muncul pendeta perempuan secara seimbang dengan pendeta
laki-laki.
Bagi Sinode Gereja Kristen Jawa, perlu melakukan seleksi ke gereja-gereja yang
membutuhkan pendeta. Seleksi ini bertujuan untuk mengetahui kriteria pendeta ideal di
32
jemaat tersebut, supaya tidak ada bakal calon pendeta yang merasa disakiti dengan diberi
pengharapan palsu.
Bagi calon pendeta khususnya di GKJ Salatiga, diharapkan bisa menjadi pendeta
yang ideal bagi jemaatnya, serta merasakan bahwa panggilan sebagai pendeta adalah
DAFTAR PUSTAKA
33
Basir Barthos. Drs. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Suatu Pendekatan Mikro
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Darodjat, Achmad dan Tubagus. (2015). Manajemen personalia, PT Refika Aditama.
Dessler, Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Prenhallindo.
Handoko, T. Hani. (1988). Manajemen Personalia Dan sumber Daya Manusia: Yogyakarta.
Hasibuan, S.P dan H. Malayu. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Husein, Umar. (1998). Riset Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Gramedia.
Jimmy. Goal.Chr. (2014). Human Capital Manajemen Sumber Daya Manusia: Jakarta PT
Grasindo anggota Ikopi.
Kasmir (2016). Sumber Daya Manusia: Jakarta PT RajaGrafindo Persada
Siagian, Sondang P. (2016). Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Aksara.
Sinambela, Lijan. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: Bumi Akasara.
Sulistiyani Ambar Teguh. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ricky W. Griffin Gregory Moorhead. (2013). Perilaku Manajemen Sumber Daya Manusia
Organisasi Jakarta: Cengage Learning.
Timpe, Dale A. (1991). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia Jakarta: PT Felx
Komputindo
Wirawan (2015). Sumber Daya Manusia Indonesia Jakarta: PT RajaGrafindo.
Yani, H. (2012). Sumber Daya Manusia Jakarta: Mitra Wacana.
Internet:
(https://www.gkj.or.id/?pilih=halaman&aksi=arsip&id=4 (diakses Tanggal 14 Juni
2018).
https://gksbs.org/2016/02/20/konteks-dan-panggilan-gksbs-era-2016/ (diakses 02
Agustus 2018)
http://www.gksbs.org/wp-content/uploads/2010/10/BUKU-PEDOMAN-
PEMENDETAAN.pdf (diakses Juli 27 Jam 22:13)
https://www.google.co.id/search?ei=Qr9bW4GvPMKsrQHNt5fQAQ&q=rekrutme
n+pendeta+di+GKS&o=rekrutmen+pendeta+di+GKS&gs_l=psy-ab.3..33i160k1 (diakses Juli
28 Jam 08:10)
http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12297/1/T1_712010035_BAB%20I.pdf
(diakses Juli 10 jam 10:12)
34